3.1.1 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PERKOTAAN - DOCRPIJM a817ec4d98 BAB IIIBAB 3
BAB 3 RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH
3.1
3.1.1
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PERKOTAAN
Rencana pengembangam sistem perkotaan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara
merupakan satu kesatuan dari hirarki sistem perkotaan Nasional dan Provinsi
Gorontalo. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) didalamnya tidak terdapat pusat
kegiatan yang berskala nasional yang berada dalam wilayah Kabupaten
Gorontalo Utara. Namun dalam RTRW Provinsi Gorontalo ditetapkan bahwa Kota
Kwandang sebagai salah satu Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yang diarahkan
sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang
berorientasi pada aktivitas perkebunan dan kehutanan. Serta Kota Ilangata
sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp). Dengan demikian hirarki sistem
perkotaan tersebut akan dijabarkan kedalam sistem perkotaan dalam cakupan
wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.
Formulasi Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten Gorontalo Utara
mempertimbangkan arahan perkembangan dan distribusi penduduk wilayah
Kabupaten Gorontalo Utara sampai dengan Tahun 2031. Ada beberapa faktor
sebagai dasar pertimbangan penentuan struktur tata ruang Kabupaten Gorontalo
Utara, yaitu:
Perkembangan fungsi-fungsi baru pada beberapa kawasan kabupaten
dengan skala pelayanan tertentu, perlu dipertimbangkan sebagai pusat
pelayanan Kabupaten Gorontalo Utara.
Pusat kabupaten sebagai pusat kawasan pemerintah sekaligus menjadi
pusat kawasan perdagangan dan jasa mulai menyebar ke arah kawasan
pelabuhan yang terdapat pada dua kawasan kabupaten (Kwandang dan
Anggrek).
Keberadaan jalur Trans-Sulawesi dimana wilayah Kabupaten Gorontalo
Utara menjadi ruas sentral penghubung antara wilayah Provinsi Gorontalo
dan Provinsi Sulawesi Utara.
a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) memiliki cakupan pelayanan meliputi keseluruhan
wilayah Kabupaten Gorontalo Utara termasuk kabupaten tetangga (skup
regional). Dalam RTRW Provinsi Gorontalo tahun 2010 – 2030 kota yang
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Kabupaten Gorontalo Utara
adalah Kota Kwandang. Kondisi eksisting Kota Kwandang ini memang telah
berkembang menjadi pusat pelayanan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dalam
aspek sosial ekonomi dan sosial budaya, serta menjadi pusat permukiman
wilayah. Kawasan perkotaan Kwandang yang ditetapkan menjadi pusat
39
pelayanan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara atau PKW, secara administratif
akan meliputi wilayah Kecamatan Kwandang, dan sebagian dari wilayah
Kecamatan Anggrek, serta sebagian wilayah Kecamatan Gentuma Raya.
Kota Kwandang sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang memiliki cakupan
pelayanan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dan sekitarnya, direncanakan
memiliki interkoneksi dengan beberapa simpul transportasi yang berskala
pelayanan regional dan nasional yang berada di dalam maupun di luar wilayah
Kabupaten Gorontalo Utara melalui jaringan prasarana transportasi darat jalan
arteri, kolektor, dan jalan lokal. Simpul transportasi tersebut yakni Terminal
angkutan darat Kwandang, Pelabuhan Laut Kwandang dan Anggrek (Pelabuhan
barang dan Pelabuhan penumpang), dan keterhubungan dengan Bandar Udara
Djalaluddin (Bandar udara penyebar sekunder) di Kabupaten Gorontalo, serta
Pelabuhan Anggrek dan Pelabuhan Kwandang di Kabupaten Gorontalo Utara.
b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) memiliki cakupan pelayanan meliputi
keseluruhan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dan/atau beberapa wilayah
kecamatan termasuk wilayah kecamatan kabupaten tetangga. Dalam RTRW
Provinsi Gorontalo tidak menetapkan beberapa kota di wilayah Kabupaten
Gorontalo Utara. Sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yakni Kota
Ilangata, yang bisa selevel dengan Kota Limboto (Ibukota Kabupaten Gorontalo),
Kota Tilamuta (Kabupaten Boalemo), dan Kota Suwawa (Ibukota Kabupaten Bone
Bolango). Kondisi eksisting Kota Ilangata ini memang telah berkembang menjadi
pusat pelayanan sub wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, dalam aspek sosial
ekonomi dan sosial budaya, serta menjadi pusat permukiman sub wilayah.
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan kawasan perkotaan atau pusat
permukiman yang memiliki cakupan pelayanan skala kecamatan atau beberapa
desa. Dimana secara administratif wilayah Kabupaten Gorontalo Utara terdiri
dari 11 (sebelas) wilayah kecamatan termasuk Kecamatan Kwandang yang
menjadi ibukota kabupaten, dimana orientasi beberapa ibukota kecamatan
memperhatikan efektifitas cakupan pelayanannya ke wilayah-wilayah sekitarnya
sehingga memiliki potensi mendorong percepatan pengembangan kawasan
tersebut, dan pemerataan pembangunan wilayah melalui pengembangan kutubkutub baru pemicu pertumbuhan kawasan. Guna lebih cepat tumbuh dan
berkembang sesuai dengan fungsi dan perannya sebagai pusat pertumbuhan
kawasan, maka beberapa kota kecamatan tersebut ditetapkan masing-masing
sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), yang terdiri dari Kota Bulontio dengan
cakupan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Sumalata, Kecamatan Sumalata
Timur, Kecamatan Biau dan Kecamatan Tolinggula.
40
d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa. Selanjutnya dengan mencermati
beberapa hal terkait upaya perwujudan dari strategi pengembangan struktur
tata ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, baik dalam konstelasi internal
maupun eksternal wilayah, terutama dalam mengembangkan keunggulan
komparatif masing-masing kawasan dalam kerangka mengurangi kesenjangan
pembangunan antar kawasan dalam wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, maka
pengembangan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) di wilayah Kabupaten
Gorontalo Utara direncanakan terdiri dari :
Kota Jin, Kecamatan Atinggola dengan cakupan pelayanan beberapa desa
sekitarnya.
Desa Gentuma, Kecamatan Gentuma Raya dengan cakupan pelayanan beberapa
desa sekitarnya.
Desa Tolinggula Tengah, Kecamatan Tolinggula dengan cakupan pelayanan
beberapa desa sekitarnya.
Desa Biau, Kecamatan Biau dengan cakupan pelayanan beberapa desa
sekitarnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka rencana pengembangan sistem
perkotaan di Kabupaten Gorontalo Utara dapat dibagi menjadi beberapa
delineasi kawasan antara lain :
Tabel 3. 1 Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten Gorontalo Utara
Delineasi Kawasan
Sistem
Perkotaan
Kota Kwandang
PKW
Kota Ilangata
Kota Bulontio
PKLp
PPK
Kota Jin, Desa Gentuma, Desa Tolinggula Tengah, Desa
Biau
PPL
Sumber: Hasil Analisis.
41
3.1.2
Kriteria Sistem Perkotaan dan Pusat Kegiatan
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara merupakan kerangka
tata ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara yang tersusun atas konstelasi
pusat-pusat kegiatan yang berhirarki satu sama lain yang dihubungkan oleh
sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Gorontalo Utara terutama jaringan
transportasi.
Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara merupakan simpul
pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah
Kabupaten Gorontalo Utara, yang terdiri atas :
a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada di wilayah Kabupaten Gorontalo
Utara yang kewenangan penetapannya telah dilakukan oleh pemerintah
Provinsi Gorontalo.
b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yang berada di wilayah Kabupaten
Gorontalo Utara juga kewenangan penetapannya telah dilakukan oleh
pemerintah Provinsi Gorontalo yang diusulkan oleh pemerintah daerah
kabupaten.
c. Pusat-pusat lain didalam wilayah Kabupaten Gorontalo Utara yang
wewenang
penentuannya
ada
pada
pemerintah
daerah
Kabupaten
Gorontalo Utara, yaitu :
1) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa
kecamatan; dan
2) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang merupakan pusat permukiman
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Gorontalo Utara meliputi
sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumberdaya
air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi
kegiatan yang ada di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara berfungsi :
a. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah Kabupaten
Gorontalo Utara yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan
42
kawasan perdesaan disekitarnya yang berada dalam wilayah Kabupaten
Gorontalo Utara.
b. Sistem
perletakan
jaringan
prasarana
wilayah
yang
menunjang
keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada
dalam wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, terutama pada pusat-pusat
kegiatan/perkotaan yang ada.
43
44
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dirumuskan
berdasarkan :
a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Gorontalo
Utara.
b. Kebutuhan
pengembangan
dan
pelayanan
wilayah
Kabupaten
Gorontalo Utara dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi.
c. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah Kabupaten
Gorontalo Utara,
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dirumuskan
dengan kriteria :
a. Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur
ruang wilayah Provinsi Gorontalo, dan memperhatikan rencana
struktur ruang wilayah kabupaten yang berbatasan.
b. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu
perencanaan pada wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.
c. Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
Kabupaten Gorontalo Utara memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1) Terdiri atas Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih tinggi yang berada di
wilayah Kabupaten Gorontalo Utara yang kewenangan penentuannya ada
pada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Gorontalo.
2) Memuat penetapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) serta Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL).
3) Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang wilayah
Kabupaten Gorontalo Utara serta saling terkait menjadi satu kesatuan
sistem wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.
4) Sistem jaringan prasarana Kabupaten Gorontalo Utara dibentuk oleh
sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan
dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya sesuai dengan
kebutuhan wilayah.
45
Dalam RTRW Provinsi Gorontalo secara eksplisit menyebutkan bahwa
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) minimal berfungsi sebagai (i) pusat jasa
pelayanan keuangan/perbankan yang melayani beberapa kabupaten; (ii)
pusat
pengolahan/pengumpulan
barang
yang
melayani
beberapa
kabupaten; (iii) simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten;
serta (iv) pusat pelayanan publik lainnya untuk beberapa kabupaten.
Sementara untuk Pusat Kegiatan Lokal (PKL) minimal berfungsi sebagai (i)
pusat pengolahan/pengumpulan barang yang melayani kabupaten dan
beberapa kecamatan kabupaten tetangga, (ii) simpul transportasi yang
melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga; (iii)
jasa pemerintahan kabupaten, serta (iv) pusat pelayanan publik lainnya
untuk kabupaten dan/atau beberapa kecamatan.
3.1.3
Rencana system Jaringan Prasaranan Utama
Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi di Kabupaten Gorontalo
Utara terdiri atas:
A. Sistem jaringan transportasi darat
Jaringan lalu lintas dan ankutan jalan meliputi jaringan :
Jaringan Jalan,jaringan prasarana lalu lintas dan jaringan layanan lalu lintas.
a. Sistem jaringan Jalan
Jaringan jalan arteri primer di Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan kesatuan
sistem orientasi untuk menghubungkan Kota Gorontalo sebagai ibukota Provinsi
Gorontalo dan Kota Manado sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara (antar-PKN)
dan juga Gorontalo dengan Kwandang (PKW).
Persyaratan untuk jalan arteri
primer adalah berupa jalan umum yang melayani angkutan utama, melayani
perjalanan jarak jauh, kecepatan rencana minimal 60 km/jam, lebar badan
jalan minimal 8 meter. Status jalan arteri primer adalah jalan nasional. Jalan
arteri primer di Kabupaten Gorontalo Utara memiliki panjang 191,20 km dan
lebar 4,00 meter sehingga perlu adanya penambahan lebar 4,00 meter menjadi
minimal 9,00 meter.
Jaringan jalan arteri primer yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara, terdiri atas
ruas jalan :
46
1. Ruas jalan batas Provinsi Sulawesi Utara – Atinggola – Kwandang
Molingkapoto
2. Ruas jalan Molingkapoto – Anggrek – Bulontio – Tolinggula – Batas
Provinsi Sulawesi Tengah
3. Ruas jalan Molingkapoto – Isimu
4. Ruas jalan Anggrek – Paguyaman
Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk menghubungkan antar-PKW
dan antara PKW dan PKL. Persyaratan untuk jalan kolektor primer adalah
kecepatan rencana minimal adalah 40 km/jam, lebar jalan minimal 9,00 meter.
Ruas jalan yang mempunyai fungsi kolektor primer di Kabupaten Gorontalo Utara
adalah jalan dengan status provinsi. Jalan kolektor primer di Kabupaten
Gorontalo Utara adalah ruas jalan dengan panjang 89,75 km Sistem jaringan
jalan kolektor primer melayani Kabupaten Gorontalo Utara, Kawasan tumbuh
cepat Kwandang dan Anggrek.
Dilihat dari kondisi jaringan jalan ini perlu adanya jalan lingkar Timur dan Barat
dengan status jalan propinsi sehingga jaringan jalan yang ada sekarang perlu
adanya peningkatan status menjadi jalan propinsi dengan perlakuan tertentu
untuk jalan ini tidak boleh ada pengembangan lokasi pemukiman mengingat
jalan ini melewati daerah resapan air dan jalan lingkar barat dengan status
jalan provinsi. Dengan demikian di kabupaten Gorontalo utara diperlukan
pembuatan jalan baru sebagai berikut:
1. Ruas jalan Atinggola – Tapa
2. Ruas jalan Tolinggula – Marisa
3. Ruas jalan Anggrek – Tibawa
Jalan lokal primer adalah minimal 6,00 meter sehingga untuk peningkatan
kapasitas jalan dalam Kabupaten Gorontalo Utara dengan rata-rata lebar badan
jalan 4,00 meter menjadi 6,00 meter untuk jalan dalam Kabupaten secara
keseluruhan. Selain itu perlu peningkatan kondisi permukaan jalan dalam
kabupaten sebagai jalan lokal primer.
47
B. Rencana Sistem Jaringan Terminal
Terminal merupakan prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem
transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang. Berdasarkan jenis
angkutannya terminal dibedakan menjadi :
a. Terminal Penumpang, merupakan prasarana transportasi untuk keperluan
menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindaHan intra dan antar
moda transportasi serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan
kendaraan umum,rencana pengembangan terminal penumpang tipe B di
Kecamatan Kwandang, Atinggola, dan Tolinggula Pengembangan terminal
penumpang Tipe C terletak di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang,
Gentuma Raya, Anggrek, Monano, Sumalata (Bulontio) dan Papualangi
(SP2). Sementara itu,
b. Terminal
Barang,
adalah
prasarana
transportasi
untuk
keperluan
pembongkaran dan memuat barang serta perpindaHan intra atau antar
moda transportasi. rencana pengembangan terminal barang di Kecamatan
Anggrek.
C. Jaringan layanan lalu lintas
Jaringan lalulintas di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi trayek angkutan
penumpang dan jaringan lintas angkutan barang, yang meliputi :
1). Trayek angkutan penumpang antar kota dalam provinsi:
a) trayek TML 42 – Kwandang.;
b) trayek TML 42 – Molingkapoto;
c) trayek TML 42 – Gentuma Raya;
d) trayek TML 42 – Atinggola;
e) trayek TML 42 – Anggrek;
f) trayek TML 42 – Monano;
g) trayek TML 42 – Sumalata ( Bulontio );
h) trayek TML 42 – Tolinggula Ulu; dan
i) trayek TML 42 – Papualangi (SP 2).
2)
Trayek Angkutan penumpang perdesaan antar kecamatan dalam
kabupaten:
48
a) Trayek Kwandang – Gentuma Raya – Atinggola
b) Trayek Kwandang – Anggrek – Monano.
c) Trayek Kwandang – Sumalata – Tolinggula (Papualangi)
3) Trayek Angkutan penumpang dalam kota terdiri atas :
a) Trayek terminal Kwandang (Ombulodata) – Baypass - Pelabuhan
Kwandang – Moluo – Titidu – Posso – Bulalo – Leboto - Mootinelo –
Molingkapoto – Pontolo.
b) Trayek Terminal Kwandang (Ombulodata) - Pontolo – Molingkapoto –
Motinelo - Leboto - Bulalo - Posso - Titidu – Moluo - Pelabuhan
Kwandang - Baypass.
D. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut
Sistem jaringan transportasi laut di Kabupaten Gorontalo Utara, meliputi
tatanan kepelabuHanan dan alur pelayaran. Adapun tatanan
kepelabuHanan di Kabupaten Gorontalo Utara, yaitu:
1. Pelabuhan pengumpan adalah pelabuhan Kwandang di Kecamatan
Kwandang
2. Pelabuhan Nasional adalah pelabuhan Anggrek di Kecamatan Anggrek
Sedangkan alur pelayaran di Kabupaten Gorontalo Utara, terdiri atas :
1. Alur pelayaran nasional, yang terdiri dari :
a) Anggrek – Buol – Toli toli – Pantoloan - Balikpapan – Makassar –
Surabaya – Jakarta ;
b) Kwandang – Palele – Leok – Lokodidi – Buol – Toli toil – Wani;
c) Kwandang – Tarakan – Balikpapan; dan
d) Kwandang – Samarinda.
2. Alur pelayaran provinsi yang terdiri dari Anggrek-Kota Gorontalo–
Tilamuta
E. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Perkeretaapian
Sistem Jaringan Transportasi Perkeretaapian merupakan jalur
kereta api umum yang menghubungkan Sulawesi Tengah – Kota Marisa –
Kota Tilamuta – Kota Isimu – Kota Kwandang – Perbatasan Provinsi
49
Sulawesi Utara. Sedangkan rencana stasiun kereta api terdapat di
Kecamatan Kwandang.
a.
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 terdiri atas sistem jaringan energi, sistem
jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air dan
sistem
prasarana pengelolaan lingkungan.
Rencana Pengembangan Prasarana Energi
Sistem jaringan energi di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas
pembangkit
tenaga
listrik
dan
jaringan
transmisi
tenaga
listrik.
Pembangkit tenaga listrik dikembangkan untuk memenuhi penyediaan
tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan yang mampu mendukung kegiatan
perekonomian.
Jaringan transmisi tenaga listrik dikembangkan untuk menyalurkan tenaga
listrik antarsistem yang menggunakan kawat saluran udara, kabel bawah
tanah, atau kabel bawah laut.
Pembangkit tenaga listrik ditetapkan dengan kriteria:
a. mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kepentingan
umum di kawasan perkotaan, perdesaan hingga kawasan terisolasi;
b. mendukung pengembangan kawasan perdesaan, pulau-pulau kecil, dan
kawasan terisolasi;
c. mendukung pemanfaatan teknologi baru untuk menghasilkan sumber
energi yang mampu mengurangi ketergantungan terhadap energi tak
terbarukan;
d. berada pada kawasan dan/atau di luar kawasan yang memiliki potensi
sumberdaya energi;
e. berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan
memperhatikan jarak bebas dan jarak aman.
Pembangkit tenaga listrik di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas :
a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) terdapat di Kecamatan
Kwandang
b. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di seluruh kecamatan
50
c. Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH Moango) di Desa
Tombulilato
d. Pembangkit Tenaga Uap di kecamatan Anggrek
Potensi
Pembangkit Listrik Mini Tenaga Hidro (PLMTH) di Kabupaten
Gorontalo Utara dapat dilihat pada peta.
Jaringan transmisi tenaga listrik ditetapkan dengan kriteria:
a. mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kepentingan
umum di kawasan perkotaan hingga perdesaan;
b. mendukung pengembangan kawasan perdesaan, pulau-pulau kecil,
dan kawasan terisolasi;
c. melintasi
kawasan
permukiman,
wilayah
sungai,
laut,
hutan,
persawahan, perkebunan, dan jalur transportasi;
d. berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan
memperhatikan persyaratan ruang bebas dan jarak aman;
e. merupakan media penyaluran tenaga listrik adalah kawat saluran
udara, kabel bawah laut, dan kabel bawah tanah; dan
f.
menyalurkan tenaga listrik berkapasitas besar dengan tegangan
nominal lebih dari 35 (tiga puluh lima) kilo Volt.
Secara keseluruhan pembangkit listrik yang ada ini terhubung dengan
suatu sistem interkoneksi sebelum di distribusikan kepada para pelanggan.
Sampai saat ini dapat dikatakan bahwa hampir sebagian besar tempat
permukiman masyarakat telah mendapat pelayanan listrik, kecuali
tempat-tempat yang sulit dijangkau belum dapat menikmati aliran listrik
ini.
Pembangkit listrik di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara saat ini
berjumlah 2 unit yang terletak di Kecamatan Sumalata yaitu PLTD
Sumalata dengan kapasitas 200 kW dan PLTD Tolinggula di Kecamatan
Tolinggula dengan kapasitas 250 kW.
Jaringan prasarana energi di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas:
a. jaringan pipa minyak dan gas bumi, terdiri atas depot BBM dan migas
Kwandang yang distribusinya menggunakan angkutan darat
51
b. jaringan transmisi tenaga listrik terdiri atas jaringan transmisi tenaga
listrik 275 KV dan 150 KV pada jaringan Isimu – Molingkapoto –
Kwandang – Atinggola – perbatasan Sulawesi Utara.
Kriteria Sistem Jaringan Energi
Guna menjamin pasokan energi/listrik dan optimalisasi pelayanan
jaringan listrik di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, maka dalam
rencana pengembangannya menerapkan kriteria yang meliputi beberapa
hal :
1) Menjadi bagian dari sistem jaringan interkoneksi regional Suluttenggo
agar terjadi pemerataan pelayanan antara wilayah yang surplus
sumber
energi/listrik
dengan
wilayah
yang
minus
sumber
energi/listrik.
2) Tetap memerlukan sendiri sumber energi/listrik dan gardu induk
untuk menjaga kontuinitas pelayanan di wilayah Kabupaten Gorontalo
Utara, termasuk manajemen pelayanan.
3) Untuk memeratakan pelayanan hingga ke pelosok perdesaan yang sulit
dijangkau
dengan
sistem
jaringan
kabel,
perlu
dikembangkan
pembangkit listrik alternatif yang memanfaatkan potensi sumber daya
alam, seperti tenaga surya untuk pembangkit listrik tenaga surya
(PLTS), serta aliran sungai untuk pembangkit listrik tenaga mikro
hidro (PLTMH).
Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
Guna menjaga kontuinitas pelayanan sistem telekomunikasi di wilayah
Kabupaten Gorontalo Utara, maka dalam pengembangannya diterapkan
beberapa kriteria yang meliputi :
1) Prioritas pelayanan pada kawasan perkotaan (pusat kegiatan wilayah
promosi) untuk sistem jaringan telepon konvensional (sistem jaringan
kabel).
2) Menghapus keterisolasian kawasan perdesaan dalam hal pelayanan
jaringan telekomunikasi.
52
3) Prioritas
pengguna
sistem
telepon
konvensional
pada
fasilitas
perkantoran pemerintahan, fasilitas jasa komersial, dan fasilitas
sosial.
Sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas:
a. jaringan kabel yaitu berupa stasiun telepon otomat di Kecamatan
Kwandang dan Anggrek.
b. jaringan nirkabel yaitu berupa jaringan telepon seluler sepanjang ruas
jalan Atinggola – Gentuma Raya – Tomilito - Kwandang - Anggrek –
Monano - Sumalata Timur - Sumalata – Biau - Tolinggula.
Rencana Prasarana Sumberdaya Air
Sistem jaringan sumber daya air merupakan sistem sumber daya air pada
setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah.
Wilayah sungai adalah
kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah
aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama
dengan 2.000 km2.
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau
atau ke laut secara alamiah yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah
yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis
seperti
proses
pengimbuhan,
pengaliran,
dan
pelepasan
air
tanah
berlangsung.
Rencana pengelolaan sumberdaya air meliputi upaya:
a. konservasi sumber daya air: perlindungan dan pelestarian sumber air,
pengawetan air, dan pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air.
b. pendayagunaan sumber daya air: penatagunaan sumber daya air yang
ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan sumber air dan
peruntukan air pada sumber air, penyediaan sumber daya air,
penggunaan sumber daya air, pengembangan sumber daya air, dan
pengusahaan sumber daya air.
53
c.
pengendalian daya rusak air: pencegahan sebelum terjadi bencana,
penanggulangan pada saat terjadi bencana, dan pemulihan akibat
bencana
d. mengembangkan sistem informasi sumberdaya air.
e. membentuk wadah kordinasi pengelolaan sumberdaya air
Sistem jaringan sumberdaya air di Kabupaten Gorontalo Utara, terdiri atas:
a. Wilayah Sungai (WS)
b. Daerah Irigasi (DI)
c. Prasarana air baku untuk air bersih
d. Jaringan air bersih ke kelompok pengguna
e. Sistem pengendalian banjir
Wilayah Sungai (WS) di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas:
WS lintas provinsi yaitu WS Limboto – Bone Bolango yang meliputi : DAS
Andagile, DAS Ayubuku, DAS Biau, DAS Boliohulu, DAS Boliyohuto Bulontio,
DAS Bulontio, DAS Bulontio Barat, DAS Bubalango, DAS Budo, DAS Buloila,
DAS Datahu, DAS Deme I, DAS Dulukapa, DAS Dunu, DAS Limbato, DAS
Molingkapoto, DAS Monano, DAS Moyongo, DAS Pangimba, DAS Pontolo,
DAS Potango, DAS
Tolango, DAS
Tolongio, DAS
Tudi, DAS Bobode,DAS
Intana, DAS Ketapang, DAS Kwandang, DAS Limboto, DAS Molonggota, DAS
Molontadu, DAS Paguyaman, DAS Pelabuhan, DAS Tapaibuhu.
Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas:
a. DI kewenangan Pemerintah Provinsi, terdiri atas:
1. DI Tolinggula dengan luas pelayanan 1337 Ha
b. DI kewenangan Pemerintah Kabupaten, terdiri atas:
1. DI Buloila Kiri dengan luasan pelayanan 150 Ha;
2. DI Buloila Kanan dengan luasan pelayanan 208 Ha;
3. DI Leboto dengan luasan pelayanan 142 Ha;
4. Di Didingga,Biau dengan luasan Pelayanan 641 Ha
5. DI Posso dengan luasan pelayanan 310 Ha;
6. DI Pulahenti dengan luasan pelayanan 411 Ha;
7. DI Soklat dengan luasan pelayanan 515 Ha;
8. DI Tolongio dengan luasan pelayanan 150 Ha;
54
9. DI Deme I dengan luasan pelayanan 146 Ha;
10. DI Sigaso dengan luasan pelayanan 150 Ha;
11. DI Imana Tengah dengan luasan pelayanan 37Ha;
12. DI Imana Ulu dengan luasan pelayanan 165 Ha;
13. DI Kota Jin dengan luasan pelayanan 8 Ha;
14. DI Buata dengan luasan pelayanan 150 Ha;
15. DI Bintana dengan luasan pelayanan 16 Ha;
16. DI Pinontoyongan dengan luasan pelayanan 75 Ha;
17. DI Monggupo dengan luasan pelayanan 40 Ha;
18. DI Boalemo dengan luasan pelayanan 11 Ha;
19. DI Molingkapoto dengan luasan pelayanan 130 Ha;
20. DI Abati I / Leboto dengan luasan pelayanan 125 Ha;
21. DI Abati II/ Leboto dengan luasan pelayanan 150 Ha;
22. DI Mootinelo dengan luasan pelayanan 50 Ha;
23. DI Potanga, Tenilo, Omuto dengan luasan pelayanan 145 Ha;
24. DI Dulukapa dengan luasan pelayanan 200 Ha;
25. DI Mebongo dengan luasan pelayanan 95 Ha;
26. DI Wubudu dengan luasan pelayanan 150 Ha;
27. DI Kasia dengan luasan pelayanan 10 Ha;
28. DI Ilangata dengan luasan pelayanan 80 Ha;
29. DI Tolango dengan luasan pelayanan 65 Ha;
30. DI Tudi dengan luasan pelayanan 50 Ha; dan
31. DI Monano dengan luasan pelayanan 250 Ha;
Prasarana air baku untuk air bersih di Kabupaten Gorontalo Utara yaitu
berupa embung, yang terdiri atas:
1. Embung Pontolo;
2. Embung Tolango;
3. Embung Ilangata;
4. Embung Monano;
5. Embung Tolinggula;
6. Embung Tombulilato.
55
Jaringan air bersih ke kelompok pengguna yaitu berupa pengembangan
jaringan perpipaan di Kecamatan Tolinggula, Sumalata, Anggrek, Kwandang,
Atinggola, dan Gentuma Raya.
Sistem
pengendalian
rehabilitasi,
banjir
operasional
serta
yaitu
meliputi
pemeliharaan
kegiatan
sarana
pembangunan,
dan
prasarana
pengendalian termasuk embung di daerah hulu dan hilir berbasis DAS yang
mengalir di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.
3.1.4
RENCANA POLA RUANG
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam,
sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan. Dalam penjelasan atas Undang-undang Republik
Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah No.
26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 32 tahun 1990 tentang Kawasan Lindung,
disebutkan bahwa yang termasuk dalam kawasan lindung adalah :
a. Kawasan hutan lindung;
b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c. Kawasan perlindungan setempat;
d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
e. Kawasan rawan bencana alam;
f. Kawasan lindung geologi.
g. Kawasan penyangga
Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya meliputi :
a. kawasan hutan lindung;
b. Kawasan resapan air
c. Kawasan Plasma nutfa
Kawasan perlindungan setempat meliputi :
a. sempadan pantai;
b. sempadan sungai;
d. kawasan terbuka hijau.
56
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya meliputi :
a. Kawasan suaka margasatwa;
b. Kawasan Cagar alam;
c. Kawasan pantai berhutan bakau;
d. Kawasan cagar Budaya
Kawasan rawan bencana alam terdiri atas:
a. Kawasan rawan tanah longsor;
b. Kawasan rawan gelombang pasang; dan
c. Kawasan rawan banjir.
Kawasan lindung geologi terdiri atas:
a. Kawasan rawan bencana alam geologi;
b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah
Dari hasil analisis dan mengacu pada ketentuan yang ada, luas kawasan lindung
di Kabupaten Gorontalo Utara mencapai 876 Ha. Kawasan lindung di Kabupaten
Gorontalo Utara terdiri atas:
57
58
Tabel 3. 2 Luas Kawasan Lindung/Non Budidaya Di Kabupaten Gorontalo
Utara
No.
Luas
Kawasan
A
KAWASAN HUTAN LINDUNG
B
KAWASAN
YANG
(Ha)
876
MEMBERIKAN
PERLINDUNGAN
KAWASAN BAWAHANNYA (Kawasan Resapan Air)
C
KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT (Sempadan
Pantai, Sempadan Sungai, Kawasan Terbuka Hijau)
D
4.017
6.739
KAWASAN SUAKA ALAM DAN CAGAR BUDAYA
-
Kawasan Suaka Margasatwa Nantu
5.154
-
Cagar Alam
167
-
Hutan Bakau
2.799
-
Cagar Budaya
2.035
LUAS KAWASAN
36.008
3.1.1.1 Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang
mampu
memberikan
perlindungan
pada
kawasan
bawahannya
maupun
sekitarnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta
memelihara kesuburan tanah. Berdasarkan PP No. 26 tahun 2008 dan Kepres
No. 32 Tahun 1990, kriteria Hutan Lindung adalah:
a. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah
hujan yang melebihi nilai skor 175, dan/atau
b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih, dan/atau
c.
Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000
meter atau lebih.
Tujuan Pemantapan Kawasan Hutan Lindung adalah mencegah terjadinya erosi,
bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologi tanah untuk
menjamin ketersediaan unsur hara tanah dan air permukaan.
59
Rencana pengelolaan dan pengembangan kawasan hutan lindung di Kabupaten
Gorontalo Utara adalah sebagai berikut:
a. Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan Keppres No.32/1990 melalui
pemetaan, pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan
pengendaliannya
b. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam kawasan
hutan lindung.
c. Pengembalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah mengalami
kerusakan dengan reboisasi.
d. Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang
sesuai dengan fungsi lindung; serta
e. Pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung agar
tidak mengganggu fungsi lindung.
Kawasan hutan lindung di Kabupaten Gorontalo Utara tersebar di seluruh
kecamatan yaitu Kecamatan Tolinggula, Sumalata, Atinggola, Gentuma Raya,
dan Anggrek dengan luas kurang lebih 876 Ha. Selanjutnya untuk rencana
pengembangan kawasan lindung di Kabupaten Gorontalo Utara, berupa Kawasan
Konservasi Laut Daerah (KKLD) di Pulau Mohinggito yang terletak di Desa Ponelo
Kecamatan Ponelo Kepulauan.
60
61
3.1.1.2 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yaitu
berupa kawasan resapan air dan kawasan Plasma nutfa yaitu perlindungan
terhadap kawasan suka alam laut dan perairan lainya yang terdapat di
Kecamatan Tolinggula, Sumalata, Anggrek, Kwandang, Gentuma Raya, dan
Atinggola.
Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer)
yang berguna sebagai sumber air. Perlindungan terhadap kawasan konservasi
dan resapan air bertujuan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan
air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air
tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun
kawasan yang bersangkutan. Rencana Kawasan Resapan Air Kabupaten
Gorontalo Utara 2010-2030 meliputi wilayah-wilayah resapan air, terutama
yang terdapat di wilayah perbukitan sampai pegunungan yang memiliki lereng
>40%, struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi
yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.
Rencana pengelolaan dan pengembangan kawasan resapan air di Kabupaten
Gorontalo Utara sebagai berikut :
a. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam
kawasan resapan air
b. Percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk di dalam
kriteria
kawasan
lindung
dengan
melakukan
penanaman
pohon
lindung/penghijauan yang dapat di gunakan sebagai perlindungan kawasan
bawahannya, hasil yang dapat diambil berupa hasil non-kayu
c. Pencegahan kegiatan pengurangan tutupan vegetasi
d. Membuka
jalur
wisata
jelajah/pendakian
untuk
menanamkan
rasa
memiliki/mencintai alam, serta pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana
pendidikan penelitian dan pengembangan kecintaan terhadap alam
e. pelestarian ekosistem yang merupakan ciri khas kawasan melalui tindakan
pencegahan perusakan dan upaya pengembalian pada rona awal sesuai
ekosistem yang pernah ada
62
f. Menata pemanfaatan kawasan resapan agar tidak beralih fungsi menjadi
lahan terbangun
g. Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan resapan
air
h. Pemantapan kawasan resapan air, bila berada dalam kawasan hutan
dikembalikan fungsinya sebagai hutan lindung untuk menjamin keberadaan
kawasan hutan dan fungsi hutan.
Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan Sempadan Pantai
Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan fungsi pantai dari kegiatan yang
mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kawasan ini meliputi daratan sepanjang
tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai
minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Tujuan Pemantapan Kawasan Sempadan Pantai adalah melindungi wilayah
pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.
Perlindungan pantai mencakup seluruh garis pantai terutama yang berpotensi
abrasi di daerah perencanaan.
Rencana Pengelolaan Kawasan Sempadan pantai di Kabupaten Gorontalo Utara
adalah sebagai berikut :
a.
Mencegah kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat menganggu
kelestarian fungsi pantai.
b.
Permukiman
yang
sudah
ada
di
kawasan
sempadan
pantai
perlu
dikendalikan aktifitasnya.
c.
Melarang pembuangan sampah dan limbah rumah tangga langsung ke
pantai/badan air.
d.
Mengatur saluran drainase terutama saluran limbah rumah tangga agar tidak
langsung masuk ke badan air tetapi ditampung terlebih dahulu dalam lobang
resapan di setiap halaman rumah dan/atau ditampung dan dikelola di bak
penampungan/IPAL.
e.
Tidak menggunakan pantai/laut sebagai tempat pembuangan sampah.
63
f.
Pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan sempadan pantai dengan
mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai fungsi
lindung.
g.
Menetapkan zona aman dan evakuasi pada pesisir yang berpotensi tsunami
dan merencanakan perwilayahan pesisir yang mengacu pada mitigasi
bencana.
Kawasan sempadan pantai di Kabupaten Gorontalo Utara yaitu daratan
sepanjang tepian laut dengan ketentuan :
a.
Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 meter dari titik
pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau
b.
Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya
curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi
fisik pantai.
Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai,
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan
kawasan sempadan sungai adalah untuk melindungi sungai dari kegiatan
manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik
dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Menurut PP No. 26 tahun 2008, sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria:
a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5
(lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;
b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai;
dan
c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi
sungai.
Dalam
implementasinya,
kriteria
penetapan
sempadan
sungai
diatur
berdasarkan Permen PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas sungai. Garis
64
sempadan sungai ditetapkan berdasarkan kondisi, lokasi dan hal-hal yang
berpengaruh terhadap sungai pada saat ditetapkan. Kawasan sempadan sungai
daratan dengan ketentuan:
a. sepanjang sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan
sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.
b. sepanjang sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter.
c. sepanjang sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan, yaitu :
1. sepanjang sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran
sungai seluas 500 km2. Pada sungai besar dilakukan ruas per ruas dengan
mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang
bersangkutan dan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dihitung
dari tepi sungai pada waktu ditetapkan
2. sepanjang sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran
sungai seluas kurang dari 500 km2, ditetapkan sekurang-kurangnya 50
(lima puluh) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
d. sepanjang sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, yaitu:
1. sepanjang sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga)
meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh)
meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
2. sepanjang sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter
sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan
sekurang-kurangnya 15 (limabelas) meter dihitung dari tepi sungai pada
waktu ditetapkan;
3. sepanjang sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20
(dua puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga
puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
e. sepanjang sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan
ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari
tepi sungai dan
berfungsi sebagai jalur hijau; dan
f. garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan,
adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan dengan ketentuan konstruksi dan
65
penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai
serta bangunan sungai.
Rencana Kawasan Sempadan Sungai Kabupaten Gorontalo Utara 2008-2028
mencakup wilayah sungai-sungai utama yang terdapat di Kabupaten Gorontalo
Utara.
Rencana Pengelolaan Kawasan Sempadan sungai di Kabupaten Gorontalo Utara
adalah sebagai berikut :
a.
Mencegah kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat menganggu
dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta
alirannya.
b.
Kawasan pemukiman yang dilewati sungai harus memperhatikan batas
sempadan sungai menurut ketentuan yang ada, antara lain Permen PU No.
63/PRT/1993.
c.
Melarang pembuangan sampah dan limbah rumah tangga langsung ke
sungai.
d.
Mengatur saluran drainase terutama saluran limbah rumah tangga agar
tidak langsung masuk ke sungai tapi ditampung terlebih dahulu dalam
lobang resapan di setiap halaman rumah dan/atau ditampung dan dikelola
di bak penampungan/IPAL.
e.
Tidak menggunakan sungai sebagai tempat MCK.
f.
Menanami kawasan sempadan sungai dengan vegetasi permanen.
g.
Pengendalian
kegiatan
yang
telah
ada
di
sekitar
sungai
dengan
mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai fungsi
lindung.
h.
Pengamanan daerah aliran sungai (DAS): khususnya pada kawasan-kawasan
yang dekat dengan kawasan muara (hilir) sungai untuk mencegah
terjadinya penyempitan muara sungai (bottle neck), diarahkan sekurangkurangnya 1 km dari kawasan muara sungai harus bebas dari gangguan
dengan upaya-upaya diantaranya pembebasan dari adanya kawasan
terbangun, pelebaran dimensi jaringan sungai, normalisasi pinggiran sungai
khususnya pada kawasan-kawasan kritis.
66
Kawasan Terbuka Hijau
Kawasan Terbuka Hijau/Hutan Kota bertujuan untuk mengupayakan agar terjadi
keseimbangan dan keserasian lingkungan terhadap pembangunan fisik kota,
sehingga berfungsi untuk memperbaiki iklim mikro, meningkatkan estetika kota,
menyerap karbon, menahan dan menyaring polutan, meningkatkan peresapan
air, mengembangkan habitat flora dan fauna, menyediakan tempat rekreasi dan
pendidikan bagi masyarakat.
Ruang terbuka hijau kota sebagaimana dimaksud dalam PP No. 26 tahun 2008
ditetapkan dengan kriteria:
a. lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) meter persegi;
b. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu
hamparan dan jalur; dan
c. didominasi komunitas tumbuhan.
Rencana Kawasan Terbuka Hijau Kota di Kabupaten Gorontalo Utara 2011-2031,
sesuai dengan arahan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu
bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) harus mencakup paling sedikit 30% dari luas
wilayah perkotaan dan
Ruang Terbuka Hijau Publik pada wilayah kota harus
mencakup paling sedikit 20% dari luas wilayah kota.
3.1.1.3 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya
a. Kawasan Suaka Margasatwa
Kawasan Hutan Suaka Margasatwa Nantu ditetapkan berdasarkan SK MENHUTBUN
Nomor 573/Kpts-II/99 Tanggal 22 Juli 1999. Luas kawasan sekitar 31.215 ha dan
Meliputi wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, Kabupaten Gorontalo dan
Kabupaten Boalemo. Menurut PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, Kawasan
suaka margasatwa Nantu ditetapkan sebagai Kawasan Lindung Nasional (II/B/2).
Kawasan suaka margasatwa Nantu yang berada di wilayah Kabupaten Gorontalo
Utara yaitu terletak di Kecamatan Monano, Sumalata Timur, Sumalata dan Biau
dengan luas kurang lebih 16.035 ha.
b.
Kawasan Cagar Alam
Tujuan
perlindungan
Kawasan
Cagar
Alam
adalah
untuk
melindungi
keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi
67
kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada
umumnya. Kawasan cagar alam yang berada di Kabupaten Gorontalo Utara
terdiri atas: Kawasan Cagar Alam Mas – Popaya – Raja di Kecamatan Sumalata
Timur.
Mengacu pada Kepres No. 32 tahun 1990 dan PP No. 26 tahun 2008, kriteria
kawasan cagar alam adalah:
a. Kawasan yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe
ekosistemnya;
b. Memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;
c. Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau
belum diganggu manusia;
d. Memiliki luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif
dengan daerah penyangga yang cukup luas; atau
e. Memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta
keberadaannya memerlukan konservasi.
c. Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan
habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberi perlindungan kepada
perikehidupan pantai dan lautan, sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau,
tempat berkembang biaknya berbagai biota laut, pelindung pantai dan
pengikisan air laut. Kriteria kawasan pantai berhutan bakau adalah koridor
dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata
perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut
terendah ke arah darat. Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Gorontalo
Utara terdapat di Kecamatan Kwandang, Tomilito, Ponelo Kepulauan, Gentuma
Raya, Atinggola, Anggrek, Monano dan Sumalata.
d. Kawasan Cagar Budaya
Kawasan cagar budaya di Kabupaten Gorontalo Utara berupa bangunan nongedung yaitu Benteng Orange di Kecamatan Kwandang.
Rencana pengelolaan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya di
Kabupaten Gorontalo Utara, antara lain :
68
perlindungan dan pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya;
perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan
alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan;
mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami baik biota maupun fisiknya
melalui upaya pencegahan pemanfaatan kawasan pada kawasan suaka alam
dan upaya konservasi;
perlindungan dan pelestarian habitat alami hutan bakau (mangrove) yang
berfungsi memberikan perlindungan kepada perikehidupan pantai dan
lautan;
pengembangan dan perlindungan kegiatan budidaya di kawasan sekitar
pantai dan lautan;
Pengembangan areal yang berpotensi untuk dijadikan Taman Wisata Alam
yang memadukan kepentingan pelestarian dan pariwisata/ rekreasi alam.
Pengembangan kegiatan konservasi dan rehabilitasi yang berguna untuk
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
dari
ancaman
kepunahan
yang
disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.
Kegiatan budidaya tidak diperkenankan, kecuali kegiatan yang berkaitan
dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan
lahan, serta ekosistem alami yang ada pada tiap jenis kawasan suaka alam.
Perlindungan kekayaan budaya berupa peninggalan-peninggalan sejarah,
bangunan arkeologi, monumen nasional dan keragaman bentuk geologi;
3.1.1.4 Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang sering berpotensi tinggi
terhadap terjadinya bencana alam. Pada wilayah Kabupaten Gorontalo Utara
terdapat kawasan rawan bencana alam yang terdiri dari kawasan rawan Tanah
longsor, Kawasan Rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir. Adapun
wilayah di Kabupaten Gorontalo Utara yang merupakan wilayah rawan bencana
alam terdiri atas:
69
o Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Kwandang, Tomilito,
Ponelo Kepulauan, Gentuma Raya, Atinggola, Anggrek, Monano, Sumalata
Timur, Sumalata, Biau, Tolinggula.
o Kawasan rawan gelombang pasang terdapat di Kecamatan Kwandang,
Tomilito, Ponelo Kepulauan, Gentuma Raya, Atinggola, Anggrek, Monano,
Sumalata Timur, Sumalata, Biau, Tolinggula.
o Kawasan rawan banjir terdapat di Kecamatan Sumalata, Sumalata Timur,
Monano, Anggrek dan Kwandang.
Kawasan Rawan Tanah Longsor
Kriteria kawasan rawan tanah longsor menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah
kawasan
berbentuk
lereng
yang rawan
terhadap
perpindahan
material
pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material
campuran. Tujuan perlindungan Kawasan Rawan Tanah Longsor adalah untuk
melindungi manusia dan kegiatan dari bencana akibat gerakan masa tanah atau
batuan yang disebabkan oleh alam ataupun secara tidak langsung oleh perbuatan
manusia.
Secara umum, faktor pendorong yang dapat menyebabkan terjadinya longsor
adalah: curah hujan yang tinggi, lereng yang terjal, lapisan tanah yang kurang
padat dan tebal, jenis batuan (litologi) yang kurang kuat, jenis tanaman dan
pola tanam yang tidak mendukung penguatan lereng,
getaran yang kuat
(peralatan berat, mesin pabrik, ke daraan bermotor), beban tambahan seperti
konstruksi bangunan dan
kendaraan angkutan,
terjadinya pengikisan
tanah
atau erosi, adanya material timbunan pada tebing, bekas longsoran lama yang
tidak segera
ditangani,
adanya bidang diskontinuitas, penggundulan hutan,
dan/atau daerah pembuangan sampah.
Kegiatan pemotongan lereng bukit karena pembuatan jalan di daerah-daerah
berlereng curam dan/atau kegiatan lain sering menjadi penyebab terjadinya
longsor. Rencana Kawasan rawan tanah longsor di Kabupaten Gorontalo Utara,
terdapat di Kecamatan Kwandang, Tomilito, Ponelo Kepulauan, Gentuma Raya,
Atinggola, Anggrek, Monano, Sumalata Timur, Sumalata, Biau dan Tolinggula.
Rencana pengelolaan kawasan rawan longsor, antara lain sebagai berikut :
Pengendalian kegiatan budidaya di kawasan rawan longsor.
70
Mengontrol pemanfaatan lahan pada daerah-daerah yang berlereng curam
(>40%), serta tidak menjadikan kawasan terbangun.
Membuat tanggul pengaman pada daerah-daerah yang rawan longsor, atau
pada bagian lereng yang dipotong untuk pembuatan jalan.
Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah pada kawasan bencana tanah longsor
dengan tanaman tahunan yang sekaligus dijadikan sebagai kawasan terbuka
hijau.
Kawasan Rawan Gelombang Pasang
Kawasan rawan gelombang pasang menurut PP No 26 tahun 2008 adalah kawasan
sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara
10 sampai dengan 100 kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau
gravitasi bulan atau matahari. Kawasan rawan gelombang pasang di Kabupaten
Gorontalo Utara meliputi pesisir pantai yang memiliki elevasi rendah. Kawasan
rawan gelombang pasang di Kabupaten Gorontalo Utara, terdapat di Kecamatan
Kwandang, Tomilito, Ponelo Kepulauan, Gentuma Raya, Atinggola, Anggrek,
Monano, Sumalata Timur, Sumalata, Biau dan Tolinggula.
Rencana pengelolaan kawasan rawan gempa, gelombang pasang/tsunami
(mitigasi bencana) :
Mengupayakan pembangu
3.1
3.1.1
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PERKOTAAN
Rencana pengembangam sistem perkotaan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara
merupakan satu kesatuan dari hirarki sistem perkotaan Nasional dan Provinsi
Gorontalo. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) didalamnya tidak terdapat pusat
kegiatan yang berskala nasional yang berada dalam wilayah Kabupaten
Gorontalo Utara. Namun dalam RTRW Provinsi Gorontalo ditetapkan bahwa Kota
Kwandang sebagai salah satu Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yang diarahkan
sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang
berorientasi pada aktivitas perkebunan dan kehutanan. Serta Kota Ilangata
sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp). Dengan demikian hirarki sistem
perkotaan tersebut akan dijabarkan kedalam sistem perkotaan dalam cakupan
wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.
Formulasi Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten Gorontalo Utara
mempertimbangkan arahan perkembangan dan distribusi penduduk wilayah
Kabupaten Gorontalo Utara sampai dengan Tahun 2031. Ada beberapa faktor
sebagai dasar pertimbangan penentuan struktur tata ruang Kabupaten Gorontalo
Utara, yaitu:
Perkembangan fungsi-fungsi baru pada beberapa kawasan kabupaten
dengan skala pelayanan tertentu, perlu dipertimbangkan sebagai pusat
pelayanan Kabupaten Gorontalo Utara.
Pusat kabupaten sebagai pusat kawasan pemerintah sekaligus menjadi
pusat kawasan perdagangan dan jasa mulai menyebar ke arah kawasan
pelabuhan yang terdapat pada dua kawasan kabupaten (Kwandang dan
Anggrek).
Keberadaan jalur Trans-Sulawesi dimana wilayah Kabupaten Gorontalo
Utara menjadi ruas sentral penghubung antara wilayah Provinsi Gorontalo
dan Provinsi Sulawesi Utara.
a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) memiliki cakupan pelayanan meliputi keseluruhan
wilayah Kabupaten Gorontalo Utara termasuk kabupaten tetangga (skup
regional). Dalam RTRW Provinsi Gorontalo tahun 2010 – 2030 kota yang
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Kabupaten Gorontalo Utara
adalah Kota Kwandang. Kondisi eksisting Kota Kwandang ini memang telah
berkembang menjadi pusat pelayanan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dalam
aspek sosial ekonomi dan sosial budaya, serta menjadi pusat permukiman
wilayah. Kawasan perkotaan Kwandang yang ditetapkan menjadi pusat
39
pelayanan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara atau PKW, secara administratif
akan meliputi wilayah Kecamatan Kwandang, dan sebagian dari wilayah
Kecamatan Anggrek, serta sebagian wilayah Kecamatan Gentuma Raya.
Kota Kwandang sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang memiliki cakupan
pelayanan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dan sekitarnya, direncanakan
memiliki interkoneksi dengan beberapa simpul transportasi yang berskala
pelayanan regional dan nasional yang berada di dalam maupun di luar wilayah
Kabupaten Gorontalo Utara melalui jaringan prasarana transportasi darat jalan
arteri, kolektor, dan jalan lokal. Simpul transportasi tersebut yakni Terminal
angkutan darat Kwandang, Pelabuhan Laut Kwandang dan Anggrek (Pelabuhan
barang dan Pelabuhan penumpang), dan keterhubungan dengan Bandar Udara
Djalaluddin (Bandar udara penyebar sekunder) di Kabupaten Gorontalo, serta
Pelabuhan Anggrek dan Pelabuhan Kwandang di Kabupaten Gorontalo Utara.
b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) memiliki cakupan pelayanan meliputi
keseluruhan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dan/atau beberapa wilayah
kecamatan termasuk wilayah kecamatan kabupaten tetangga. Dalam RTRW
Provinsi Gorontalo tidak menetapkan beberapa kota di wilayah Kabupaten
Gorontalo Utara. Sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yakni Kota
Ilangata, yang bisa selevel dengan Kota Limboto (Ibukota Kabupaten Gorontalo),
Kota Tilamuta (Kabupaten Boalemo), dan Kota Suwawa (Ibukota Kabupaten Bone
Bolango). Kondisi eksisting Kota Ilangata ini memang telah berkembang menjadi
pusat pelayanan sub wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, dalam aspek sosial
ekonomi dan sosial budaya, serta menjadi pusat permukiman sub wilayah.
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan kawasan perkotaan atau pusat
permukiman yang memiliki cakupan pelayanan skala kecamatan atau beberapa
desa. Dimana secara administratif wilayah Kabupaten Gorontalo Utara terdiri
dari 11 (sebelas) wilayah kecamatan termasuk Kecamatan Kwandang yang
menjadi ibukota kabupaten, dimana orientasi beberapa ibukota kecamatan
memperhatikan efektifitas cakupan pelayanannya ke wilayah-wilayah sekitarnya
sehingga memiliki potensi mendorong percepatan pengembangan kawasan
tersebut, dan pemerataan pembangunan wilayah melalui pengembangan kutubkutub baru pemicu pertumbuhan kawasan. Guna lebih cepat tumbuh dan
berkembang sesuai dengan fungsi dan perannya sebagai pusat pertumbuhan
kawasan, maka beberapa kota kecamatan tersebut ditetapkan masing-masing
sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), yang terdiri dari Kota Bulontio dengan
cakupan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Sumalata, Kecamatan Sumalata
Timur, Kecamatan Biau dan Kecamatan Tolinggula.
40
d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa. Selanjutnya dengan mencermati
beberapa hal terkait upaya perwujudan dari strategi pengembangan struktur
tata ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, baik dalam konstelasi internal
maupun eksternal wilayah, terutama dalam mengembangkan keunggulan
komparatif masing-masing kawasan dalam kerangka mengurangi kesenjangan
pembangunan antar kawasan dalam wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, maka
pengembangan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) di wilayah Kabupaten
Gorontalo Utara direncanakan terdiri dari :
Kota Jin, Kecamatan Atinggola dengan cakupan pelayanan beberapa desa
sekitarnya.
Desa Gentuma, Kecamatan Gentuma Raya dengan cakupan pelayanan beberapa
desa sekitarnya.
Desa Tolinggula Tengah, Kecamatan Tolinggula dengan cakupan pelayanan
beberapa desa sekitarnya.
Desa Biau, Kecamatan Biau dengan cakupan pelayanan beberapa desa
sekitarnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka rencana pengembangan sistem
perkotaan di Kabupaten Gorontalo Utara dapat dibagi menjadi beberapa
delineasi kawasan antara lain :
Tabel 3. 1 Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten Gorontalo Utara
Delineasi Kawasan
Sistem
Perkotaan
Kota Kwandang
PKW
Kota Ilangata
Kota Bulontio
PKLp
PPK
Kota Jin, Desa Gentuma, Desa Tolinggula Tengah, Desa
Biau
PPL
Sumber: Hasil Analisis.
41
3.1.2
Kriteria Sistem Perkotaan dan Pusat Kegiatan
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara merupakan kerangka
tata ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara yang tersusun atas konstelasi
pusat-pusat kegiatan yang berhirarki satu sama lain yang dihubungkan oleh
sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Gorontalo Utara terutama jaringan
transportasi.
Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara merupakan simpul
pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah
Kabupaten Gorontalo Utara, yang terdiri atas :
a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada di wilayah Kabupaten Gorontalo
Utara yang kewenangan penetapannya telah dilakukan oleh pemerintah
Provinsi Gorontalo.
b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yang berada di wilayah Kabupaten
Gorontalo Utara juga kewenangan penetapannya telah dilakukan oleh
pemerintah Provinsi Gorontalo yang diusulkan oleh pemerintah daerah
kabupaten.
c. Pusat-pusat lain didalam wilayah Kabupaten Gorontalo Utara yang
wewenang
penentuannya
ada
pada
pemerintah
daerah
Kabupaten
Gorontalo Utara, yaitu :
1) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa
kecamatan; dan
2) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang merupakan pusat permukiman
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Gorontalo Utara meliputi
sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumberdaya
air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi
kegiatan yang ada di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara berfungsi :
a. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah Kabupaten
Gorontalo Utara yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan
42
kawasan perdesaan disekitarnya yang berada dalam wilayah Kabupaten
Gorontalo Utara.
b. Sistem
perletakan
jaringan
prasarana
wilayah
yang
menunjang
keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada
dalam wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, terutama pada pusat-pusat
kegiatan/perkotaan yang ada.
43
44
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dirumuskan
berdasarkan :
a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Gorontalo
Utara.
b. Kebutuhan
pengembangan
dan
pelayanan
wilayah
Kabupaten
Gorontalo Utara dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi.
c. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah Kabupaten
Gorontalo Utara,
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dirumuskan
dengan kriteria :
a. Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur
ruang wilayah Provinsi Gorontalo, dan memperhatikan rencana
struktur ruang wilayah kabupaten yang berbatasan.
b. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu
perencanaan pada wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.
c. Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
Kabupaten Gorontalo Utara memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1) Terdiri atas Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih tinggi yang berada di
wilayah Kabupaten Gorontalo Utara yang kewenangan penentuannya ada
pada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Gorontalo.
2) Memuat penetapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) serta Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL).
3) Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang wilayah
Kabupaten Gorontalo Utara serta saling terkait menjadi satu kesatuan
sistem wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.
4) Sistem jaringan prasarana Kabupaten Gorontalo Utara dibentuk oleh
sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan
dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya sesuai dengan
kebutuhan wilayah.
45
Dalam RTRW Provinsi Gorontalo secara eksplisit menyebutkan bahwa
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) minimal berfungsi sebagai (i) pusat jasa
pelayanan keuangan/perbankan yang melayani beberapa kabupaten; (ii)
pusat
pengolahan/pengumpulan
barang
yang
melayani
beberapa
kabupaten; (iii) simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten;
serta (iv) pusat pelayanan publik lainnya untuk beberapa kabupaten.
Sementara untuk Pusat Kegiatan Lokal (PKL) minimal berfungsi sebagai (i)
pusat pengolahan/pengumpulan barang yang melayani kabupaten dan
beberapa kecamatan kabupaten tetangga, (ii) simpul transportasi yang
melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga; (iii)
jasa pemerintahan kabupaten, serta (iv) pusat pelayanan publik lainnya
untuk kabupaten dan/atau beberapa kecamatan.
3.1.3
Rencana system Jaringan Prasaranan Utama
Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi di Kabupaten Gorontalo
Utara terdiri atas:
A. Sistem jaringan transportasi darat
Jaringan lalu lintas dan ankutan jalan meliputi jaringan :
Jaringan Jalan,jaringan prasarana lalu lintas dan jaringan layanan lalu lintas.
a. Sistem jaringan Jalan
Jaringan jalan arteri primer di Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan kesatuan
sistem orientasi untuk menghubungkan Kota Gorontalo sebagai ibukota Provinsi
Gorontalo dan Kota Manado sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara (antar-PKN)
dan juga Gorontalo dengan Kwandang (PKW).
Persyaratan untuk jalan arteri
primer adalah berupa jalan umum yang melayani angkutan utama, melayani
perjalanan jarak jauh, kecepatan rencana minimal 60 km/jam, lebar badan
jalan minimal 8 meter. Status jalan arteri primer adalah jalan nasional. Jalan
arteri primer di Kabupaten Gorontalo Utara memiliki panjang 191,20 km dan
lebar 4,00 meter sehingga perlu adanya penambahan lebar 4,00 meter menjadi
minimal 9,00 meter.
Jaringan jalan arteri primer yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara, terdiri atas
ruas jalan :
46
1. Ruas jalan batas Provinsi Sulawesi Utara – Atinggola – Kwandang
Molingkapoto
2. Ruas jalan Molingkapoto – Anggrek – Bulontio – Tolinggula – Batas
Provinsi Sulawesi Tengah
3. Ruas jalan Molingkapoto – Isimu
4. Ruas jalan Anggrek – Paguyaman
Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk menghubungkan antar-PKW
dan antara PKW dan PKL. Persyaratan untuk jalan kolektor primer adalah
kecepatan rencana minimal adalah 40 km/jam, lebar jalan minimal 9,00 meter.
Ruas jalan yang mempunyai fungsi kolektor primer di Kabupaten Gorontalo Utara
adalah jalan dengan status provinsi. Jalan kolektor primer di Kabupaten
Gorontalo Utara adalah ruas jalan dengan panjang 89,75 km Sistem jaringan
jalan kolektor primer melayani Kabupaten Gorontalo Utara, Kawasan tumbuh
cepat Kwandang dan Anggrek.
Dilihat dari kondisi jaringan jalan ini perlu adanya jalan lingkar Timur dan Barat
dengan status jalan propinsi sehingga jaringan jalan yang ada sekarang perlu
adanya peningkatan status menjadi jalan propinsi dengan perlakuan tertentu
untuk jalan ini tidak boleh ada pengembangan lokasi pemukiman mengingat
jalan ini melewati daerah resapan air dan jalan lingkar barat dengan status
jalan provinsi. Dengan demikian di kabupaten Gorontalo utara diperlukan
pembuatan jalan baru sebagai berikut:
1. Ruas jalan Atinggola – Tapa
2. Ruas jalan Tolinggula – Marisa
3. Ruas jalan Anggrek – Tibawa
Jalan lokal primer adalah minimal 6,00 meter sehingga untuk peningkatan
kapasitas jalan dalam Kabupaten Gorontalo Utara dengan rata-rata lebar badan
jalan 4,00 meter menjadi 6,00 meter untuk jalan dalam Kabupaten secara
keseluruhan. Selain itu perlu peningkatan kondisi permukaan jalan dalam
kabupaten sebagai jalan lokal primer.
47
B. Rencana Sistem Jaringan Terminal
Terminal merupakan prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem
transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang. Berdasarkan jenis
angkutannya terminal dibedakan menjadi :
a. Terminal Penumpang, merupakan prasarana transportasi untuk keperluan
menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindaHan intra dan antar
moda transportasi serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan
kendaraan umum,rencana pengembangan terminal penumpang tipe B di
Kecamatan Kwandang, Atinggola, dan Tolinggula Pengembangan terminal
penumpang Tipe C terletak di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang,
Gentuma Raya, Anggrek, Monano, Sumalata (Bulontio) dan Papualangi
(SP2). Sementara itu,
b. Terminal
Barang,
adalah
prasarana
transportasi
untuk
keperluan
pembongkaran dan memuat barang serta perpindaHan intra atau antar
moda transportasi. rencana pengembangan terminal barang di Kecamatan
Anggrek.
C. Jaringan layanan lalu lintas
Jaringan lalulintas di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi trayek angkutan
penumpang dan jaringan lintas angkutan barang, yang meliputi :
1). Trayek angkutan penumpang antar kota dalam provinsi:
a) trayek TML 42 – Kwandang.;
b) trayek TML 42 – Molingkapoto;
c) trayek TML 42 – Gentuma Raya;
d) trayek TML 42 – Atinggola;
e) trayek TML 42 – Anggrek;
f) trayek TML 42 – Monano;
g) trayek TML 42 – Sumalata ( Bulontio );
h) trayek TML 42 – Tolinggula Ulu; dan
i) trayek TML 42 – Papualangi (SP 2).
2)
Trayek Angkutan penumpang perdesaan antar kecamatan dalam
kabupaten:
48
a) Trayek Kwandang – Gentuma Raya – Atinggola
b) Trayek Kwandang – Anggrek – Monano.
c) Trayek Kwandang – Sumalata – Tolinggula (Papualangi)
3) Trayek Angkutan penumpang dalam kota terdiri atas :
a) Trayek terminal Kwandang (Ombulodata) – Baypass - Pelabuhan
Kwandang – Moluo – Titidu – Posso – Bulalo – Leboto - Mootinelo –
Molingkapoto – Pontolo.
b) Trayek Terminal Kwandang (Ombulodata) - Pontolo – Molingkapoto –
Motinelo - Leboto - Bulalo - Posso - Titidu – Moluo - Pelabuhan
Kwandang - Baypass.
D. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut
Sistem jaringan transportasi laut di Kabupaten Gorontalo Utara, meliputi
tatanan kepelabuHanan dan alur pelayaran. Adapun tatanan
kepelabuHanan di Kabupaten Gorontalo Utara, yaitu:
1. Pelabuhan pengumpan adalah pelabuhan Kwandang di Kecamatan
Kwandang
2. Pelabuhan Nasional adalah pelabuhan Anggrek di Kecamatan Anggrek
Sedangkan alur pelayaran di Kabupaten Gorontalo Utara, terdiri atas :
1. Alur pelayaran nasional, yang terdiri dari :
a) Anggrek – Buol – Toli toli – Pantoloan - Balikpapan – Makassar –
Surabaya – Jakarta ;
b) Kwandang – Palele – Leok – Lokodidi – Buol – Toli toil – Wani;
c) Kwandang – Tarakan – Balikpapan; dan
d) Kwandang – Samarinda.
2. Alur pelayaran provinsi yang terdiri dari Anggrek-Kota Gorontalo–
Tilamuta
E. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Perkeretaapian
Sistem Jaringan Transportasi Perkeretaapian merupakan jalur
kereta api umum yang menghubungkan Sulawesi Tengah – Kota Marisa –
Kota Tilamuta – Kota Isimu – Kota Kwandang – Perbatasan Provinsi
49
Sulawesi Utara. Sedangkan rencana stasiun kereta api terdapat di
Kecamatan Kwandang.
a.
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 terdiri atas sistem jaringan energi, sistem
jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air dan
sistem
prasarana pengelolaan lingkungan.
Rencana Pengembangan Prasarana Energi
Sistem jaringan energi di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas
pembangkit
tenaga
listrik
dan
jaringan
transmisi
tenaga
listrik.
Pembangkit tenaga listrik dikembangkan untuk memenuhi penyediaan
tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan yang mampu mendukung kegiatan
perekonomian.
Jaringan transmisi tenaga listrik dikembangkan untuk menyalurkan tenaga
listrik antarsistem yang menggunakan kawat saluran udara, kabel bawah
tanah, atau kabel bawah laut.
Pembangkit tenaga listrik ditetapkan dengan kriteria:
a. mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kepentingan
umum di kawasan perkotaan, perdesaan hingga kawasan terisolasi;
b. mendukung pengembangan kawasan perdesaan, pulau-pulau kecil, dan
kawasan terisolasi;
c. mendukung pemanfaatan teknologi baru untuk menghasilkan sumber
energi yang mampu mengurangi ketergantungan terhadap energi tak
terbarukan;
d. berada pada kawasan dan/atau di luar kawasan yang memiliki potensi
sumberdaya energi;
e. berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan
memperhatikan jarak bebas dan jarak aman.
Pembangkit tenaga listrik di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas :
a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) terdapat di Kecamatan
Kwandang
b. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di seluruh kecamatan
50
c. Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH Moango) di Desa
Tombulilato
d. Pembangkit Tenaga Uap di kecamatan Anggrek
Potensi
Pembangkit Listrik Mini Tenaga Hidro (PLMTH) di Kabupaten
Gorontalo Utara dapat dilihat pada peta.
Jaringan transmisi tenaga listrik ditetapkan dengan kriteria:
a. mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kepentingan
umum di kawasan perkotaan hingga perdesaan;
b. mendukung pengembangan kawasan perdesaan, pulau-pulau kecil,
dan kawasan terisolasi;
c. melintasi
kawasan
permukiman,
wilayah
sungai,
laut,
hutan,
persawahan, perkebunan, dan jalur transportasi;
d. berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan
memperhatikan persyaratan ruang bebas dan jarak aman;
e. merupakan media penyaluran tenaga listrik adalah kawat saluran
udara, kabel bawah laut, dan kabel bawah tanah; dan
f.
menyalurkan tenaga listrik berkapasitas besar dengan tegangan
nominal lebih dari 35 (tiga puluh lima) kilo Volt.
Secara keseluruhan pembangkit listrik yang ada ini terhubung dengan
suatu sistem interkoneksi sebelum di distribusikan kepada para pelanggan.
Sampai saat ini dapat dikatakan bahwa hampir sebagian besar tempat
permukiman masyarakat telah mendapat pelayanan listrik, kecuali
tempat-tempat yang sulit dijangkau belum dapat menikmati aliran listrik
ini.
Pembangkit listrik di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara saat ini
berjumlah 2 unit yang terletak di Kecamatan Sumalata yaitu PLTD
Sumalata dengan kapasitas 200 kW dan PLTD Tolinggula di Kecamatan
Tolinggula dengan kapasitas 250 kW.
Jaringan prasarana energi di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas:
a. jaringan pipa minyak dan gas bumi, terdiri atas depot BBM dan migas
Kwandang yang distribusinya menggunakan angkutan darat
51
b. jaringan transmisi tenaga listrik terdiri atas jaringan transmisi tenaga
listrik 275 KV dan 150 KV pada jaringan Isimu – Molingkapoto –
Kwandang – Atinggola – perbatasan Sulawesi Utara.
Kriteria Sistem Jaringan Energi
Guna menjamin pasokan energi/listrik dan optimalisasi pelayanan
jaringan listrik di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, maka dalam
rencana pengembangannya menerapkan kriteria yang meliputi beberapa
hal :
1) Menjadi bagian dari sistem jaringan interkoneksi regional Suluttenggo
agar terjadi pemerataan pelayanan antara wilayah yang surplus
sumber
energi/listrik
dengan
wilayah
yang
minus
sumber
energi/listrik.
2) Tetap memerlukan sendiri sumber energi/listrik dan gardu induk
untuk menjaga kontuinitas pelayanan di wilayah Kabupaten Gorontalo
Utara, termasuk manajemen pelayanan.
3) Untuk memeratakan pelayanan hingga ke pelosok perdesaan yang sulit
dijangkau
dengan
sistem
jaringan
kabel,
perlu
dikembangkan
pembangkit listrik alternatif yang memanfaatkan potensi sumber daya
alam, seperti tenaga surya untuk pembangkit listrik tenaga surya
(PLTS), serta aliran sungai untuk pembangkit listrik tenaga mikro
hidro (PLTMH).
Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
Guna menjaga kontuinitas pelayanan sistem telekomunikasi di wilayah
Kabupaten Gorontalo Utara, maka dalam pengembangannya diterapkan
beberapa kriteria yang meliputi :
1) Prioritas pelayanan pada kawasan perkotaan (pusat kegiatan wilayah
promosi) untuk sistem jaringan telepon konvensional (sistem jaringan
kabel).
2) Menghapus keterisolasian kawasan perdesaan dalam hal pelayanan
jaringan telekomunikasi.
52
3) Prioritas
pengguna
sistem
telepon
konvensional
pada
fasilitas
perkantoran pemerintahan, fasilitas jasa komersial, dan fasilitas
sosial.
Sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas:
a. jaringan kabel yaitu berupa stasiun telepon otomat di Kecamatan
Kwandang dan Anggrek.
b. jaringan nirkabel yaitu berupa jaringan telepon seluler sepanjang ruas
jalan Atinggola – Gentuma Raya – Tomilito - Kwandang - Anggrek –
Monano - Sumalata Timur - Sumalata – Biau - Tolinggula.
Rencana Prasarana Sumberdaya Air
Sistem jaringan sumber daya air merupakan sistem sumber daya air pada
setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah.
Wilayah sungai adalah
kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah
aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama
dengan 2.000 km2.
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau
atau ke laut secara alamiah yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah
yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis
seperti
proses
pengimbuhan,
pengaliran,
dan
pelepasan
air
tanah
berlangsung.
Rencana pengelolaan sumberdaya air meliputi upaya:
a. konservasi sumber daya air: perlindungan dan pelestarian sumber air,
pengawetan air, dan pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air.
b. pendayagunaan sumber daya air: penatagunaan sumber daya air yang
ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan sumber air dan
peruntukan air pada sumber air, penyediaan sumber daya air,
penggunaan sumber daya air, pengembangan sumber daya air, dan
pengusahaan sumber daya air.
53
c.
pengendalian daya rusak air: pencegahan sebelum terjadi bencana,
penanggulangan pada saat terjadi bencana, dan pemulihan akibat
bencana
d. mengembangkan sistem informasi sumberdaya air.
e. membentuk wadah kordinasi pengelolaan sumberdaya air
Sistem jaringan sumberdaya air di Kabupaten Gorontalo Utara, terdiri atas:
a. Wilayah Sungai (WS)
b. Daerah Irigasi (DI)
c. Prasarana air baku untuk air bersih
d. Jaringan air bersih ke kelompok pengguna
e. Sistem pengendalian banjir
Wilayah Sungai (WS) di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas:
WS lintas provinsi yaitu WS Limboto – Bone Bolango yang meliputi : DAS
Andagile, DAS Ayubuku, DAS Biau, DAS Boliohulu, DAS Boliyohuto Bulontio,
DAS Bulontio, DAS Bulontio Barat, DAS Bubalango, DAS Budo, DAS Buloila,
DAS Datahu, DAS Deme I, DAS Dulukapa, DAS Dunu, DAS Limbato, DAS
Molingkapoto, DAS Monano, DAS Moyongo, DAS Pangimba, DAS Pontolo,
DAS Potango, DAS
Tolango, DAS
Tolongio, DAS
Tudi, DAS Bobode,DAS
Intana, DAS Ketapang, DAS Kwandang, DAS Limboto, DAS Molonggota, DAS
Molontadu, DAS Paguyaman, DAS Pelabuhan, DAS Tapaibuhu.
Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas:
a. DI kewenangan Pemerintah Provinsi, terdiri atas:
1. DI Tolinggula dengan luas pelayanan 1337 Ha
b. DI kewenangan Pemerintah Kabupaten, terdiri atas:
1. DI Buloila Kiri dengan luasan pelayanan 150 Ha;
2. DI Buloila Kanan dengan luasan pelayanan 208 Ha;
3. DI Leboto dengan luasan pelayanan 142 Ha;
4. Di Didingga,Biau dengan luasan Pelayanan 641 Ha
5. DI Posso dengan luasan pelayanan 310 Ha;
6. DI Pulahenti dengan luasan pelayanan 411 Ha;
7. DI Soklat dengan luasan pelayanan 515 Ha;
8. DI Tolongio dengan luasan pelayanan 150 Ha;
54
9. DI Deme I dengan luasan pelayanan 146 Ha;
10. DI Sigaso dengan luasan pelayanan 150 Ha;
11. DI Imana Tengah dengan luasan pelayanan 37Ha;
12. DI Imana Ulu dengan luasan pelayanan 165 Ha;
13. DI Kota Jin dengan luasan pelayanan 8 Ha;
14. DI Buata dengan luasan pelayanan 150 Ha;
15. DI Bintana dengan luasan pelayanan 16 Ha;
16. DI Pinontoyongan dengan luasan pelayanan 75 Ha;
17. DI Monggupo dengan luasan pelayanan 40 Ha;
18. DI Boalemo dengan luasan pelayanan 11 Ha;
19. DI Molingkapoto dengan luasan pelayanan 130 Ha;
20. DI Abati I / Leboto dengan luasan pelayanan 125 Ha;
21. DI Abati II/ Leboto dengan luasan pelayanan 150 Ha;
22. DI Mootinelo dengan luasan pelayanan 50 Ha;
23. DI Potanga, Tenilo, Omuto dengan luasan pelayanan 145 Ha;
24. DI Dulukapa dengan luasan pelayanan 200 Ha;
25. DI Mebongo dengan luasan pelayanan 95 Ha;
26. DI Wubudu dengan luasan pelayanan 150 Ha;
27. DI Kasia dengan luasan pelayanan 10 Ha;
28. DI Ilangata dengan luasan pelayanan 80 Ha;
29. DI Tolango dengan luasan pelayanan 65 Ha;
30. DI Tudi dengan luasan pelayanan 50 Ha; dan
31. DI Monano dengan luasan pelayanan 250 Ha;
Prasarana air baku untuk air bersih di Kabupaten Gorontalo Utara yaitu
berupa embung, yang terdiri atas:
1. Embung Pontolo;
2. Embung Tolango;
3. Embung Ilangata;
4. Embung Monano;
5. Embung Tolinggula;
6. Embung Tombulilato.
55
Jaringan air bersih ke kelompok pengguna yaitu berupa pengembangan
jaringan perpipaan di Kecamatan Tolinggula, Sumalata, Anggrek, Kwandang,
Atinggola, dan Gentuma Raya.
Sistem
pengendalian
rehabilitasi,
banjir
operasional
serta
yaitu
meliputi
pemeliharaan
kegiatan
sarana
pembangunan,
dan
prasarana
pengendalian termasuk embung di daerah hulu dan hilir berbasis DAS yang
mengalir di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.
3.1.4
RENCANA POLA RUANG
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam,
sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan. Dalam penjelasan atas Undang-undang Republik
Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah No.
26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 32 tahun 1990 tentang Kawasan Lindung,
disebutkan bahwa yang termasuk dalam kawasan lindung adalah :
a. Kawasan hutan lindung;
b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c. Kawasan perlindungan setempat;
d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
e. Kawasan rawan bencana alam;
f. Kawasan lindung geologi.
g. Kawasan penyangga
Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya meliputi :
a. kawasan hutan lindung;
b. Kawasan resapan air
c. Kawasan Plasma nutfa
Kawasan perlindungan setempat meliputi :
a. sempadan pantai;
b. sempadan sungai;
d. kawasan terbuka hijau.
56
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya meliputi :
a. Kawasan suaka margasatwa;
b. Kawasan Cagar alam;
c. Kawasan pantai berhutan bakau;
d. Kawasan cagar Budaya
Kawasan rawan bencana alam terdiri atas:
a. Kawasan rawan tanah longsor;
b. Kawasan rawan gelombang pasang; dan
c. Kawasan rawan banjir.
Kawasan lindung geologi terdiri atas:
a. Kawasan rawan bencana alam geologi;
b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah
Dari hasil analisis dan mengacu pada ketentuan yang ada, luas kawasan lindung
di Kabupaten Gorontalo Utara mencapai 876 Ha. Kawasan lindung di Kabupaten
Gorontalo Utara terdiri atas:
57
58
Tabel 3. 2 Luas Kawasan Lindung/Non Budidaya Di Kabupaten Gorontalo
Utara
No.
Luas
Kawasan
A
KAWASAN HUTAN LINDUNG
B
KAWASAN
YANG
(Ha)
876
MEMBERIKAN
PERLINDUNGAN
KAWASAN BAWAHANNYA (Kawasan Resapan Air)
C
KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT (Sempadan
Pantai, Sempadan Sungai, Kawasan Terbuka Hijau)
D
4.017
6.739
KAWASAN SUAKA ALAM DAN CAGAR BUDAYA
-
Kawasan Suaka Margasatwa Nantu
5.154
-
Cagar Alam
167
-
Hutan Bakau
2.799
-
Cagar Budaya
2.035
LUAS KAWASAN
36.008
3.1.1.1 Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang
mampu
memberikan
perlindungan
pada
kawasan
bawahannya
maupun
sekitarnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta
memelihara kesuburan tanah. Berdasarkan PP No. 26 tahun 2008 dan Kepres
No. 32 Tahun 1990, kriteria Hutan Lindung adalah:
a. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah
hujan yang melebihi nilai skor 175, dan/atau
b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih, dan/atau
c.
Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000
meter atau lebih.
Tujuan Pemantapan Kawasan Hutan Lindung adalah mencegah terjadinya erosi,
bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologi tanah untuk
menjamin ketersediaan unsur hara tanah dan air permukaan.
59
Rencana pengelolaan dan pengembangan kawasan hutan lindung di Kabupaten
Gorontalo Utara adalah sebagai berikut:
a. Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan Keppres No.32/1990 melalui
pemetaan, pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan
pengendaliannya
b. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam kawasan
hutan lindung.
c. Pengembalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah mengalami
kerusakan dengan reboisasi.
d. Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang
sesuai dengan fungsi lindung; serta
e. Pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung agar
tidak mengganggu fungsi lindung.
Kawasan hutan lindung di Kabupaten Gorontalo Utara tersebar di seluruh
kecamatan yaitu Kecamatan Tolinggula, Sumalata, Atinggola, Gentuma Raya,
dan Anggrek dengan luas kurang lebih 876 Ha. Selanjutnya untuk rencana
pengembangan kawasan lindung di Kabupaten Gorontalo Utara, berupa Kawasan
Konservasi Laut Daerah (KKLD) di Pulau Mohinggito yang terletak di Desa Ponelo
Kecamatan Ponelo Kepulauan.
60
61
3.1.1.2 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yaitu
berupa kawasan resapan air dan kawasan Plasma nutfa yaitu perlindungan
terhadap kawasan suka alam laut dan perairan lainya yang terdapat di
Kecamatan Tolinggula, Sumalata, Anggrek, Kwandang, Gentuma Raya, dan
Atinggola.
Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer)
yang berguna sebagai sumber air. Perlindungan terhadap kawasan konservasi
dan resapan air bertujuan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan
air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air
tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun
kawasan yang bersangkutan. Rencana Kawasan Resapan Air Kabupaten
Gorontalo Utara 2010-2030 meliputi wilayah-wilayah resapan air, terutama
yang terdapat di wilayah perbukitan sampai pegunungan yang memiliki lereng
>40%, struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi
yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.
Rencana pengelolaan dan pengembangan kawasan resapan air di Kabupaten
Gorontalo Utara sebagai berikut :
a. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam
kawasan resapan air
b. Percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk di dalam
kriteria
kawasan
lindung
dengan
melakukan
penanaman
pohon
lindung/penghijauan yang dapat di gunakan sebagai perlindungan kawasan
bawahannya, hasil yang dapat diambil berupa hasil non-kayu
c. Pencegahan kegiatan pengurangan tutupan vegetasi
d. Membuka
jalur
wisata
jelajah/pendakian
untuk
menanamkan
rasa
memiliki/mencintai alam, serta pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana
pendidikan penelitian dan pengembangan kecintaan terhadap alam
e. pelestarian ekosistem yang merupakan ciri khas kawasan melalui tindakan
pencegahan perusakan dan upaya pengembalian pada rona awal sesuai
ekosistem yang pernah ada
62
f. Menata pemanfaatan kawasan resapan agar tidak beralih fungsi menjadi
lahan terbangun
g. Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan resapan
air
h. Pemantapan kawasan resapan air, bila berada dalam kawasan hutan
dikembalikan fungsinya sebagai hutan lindung untuk menjamin keberadaan
kawasan hutan dan fungsi hutan.
Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan Sempadan Pantai
Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan fungsi pantai dari kegiatan yang
mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kawasan ini meliputi daratan sepanjang
tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai
minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Tujuan Pemantapan Kawasan Sempadan Pantai adalah melindungi wilayah
pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.
Perlindungan pantai mencakup seluruh garis pantai terutama yang berpotensi
abrasi di daerah perencanaan.
Rencana Pengelolaan Kawasan Sempadan pantai di Kabupaten Gorontalo Utara
adalah sebagai berikut :
a.
Mencegah kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat menganggu
kelestarian fungsi pantai.
b.
Permukiman
yang
sudah
ada
di
kawasan
sempadan
pantai
perlu
dikendalikan aktifitasnya.
c.
Melarang pembuangan sampah dan limbah rumah tangga langsung ke
pantai/badan air.
d.
Mengatur saluran drainase terutama saluran limbah rumah tangga agar tidak
langsung masuk ke badan air tetapi ditampung terlebih dahulu dalam lobang
resapan di setiap halaman rumah dan/atau ditampung dan dikelola di bak
penampungan/IPAL.
e.
Tidak menggunakan pantai/laut sebagai tempat pembuangan sampah.
63
f.
Pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan sempadan pantai dengan
mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai fungsi
lindung.
g.
Menetapkan zona aman dan evakuasi pada pesisir yang berpotensi tsunami
dan merencanakan perwilayahan pesisir yang mengacu pada mitigasi
bencana.
Kawasan sempadan pantai di Kabupaten Gorontalo Utara yaitu daratan
sepanjang tepian laut dengan ketentuan :
a.
Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 meter dari titik
pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau
b.
Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya
curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi
fisik pantai.
Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai,
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan
kawasan sempadan sungai adalah untuk melindungi sungai dari kegiatan
manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik
dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Menurut PP No. 26 tahun 2008, sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria:
a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5
(lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;
b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai;
dan
c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi
sungai.
Dalam
implementasinya,
kriteria
penetapan
sempadan
sungai
diatur
berdasarkan Permen PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas sungai. Garis
64
sempadan sungai ditetapkan berdasarkan kondisi, lokasi dan hal-hal yang
berpengaruh terhadap sungai pada saat ditetapkan. Kawasan sempadan sungai
daratan dengan ketentuan:
a. sepanjang sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan
sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.
b. sepanjang sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter.
c. sepanjang sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan, yaitu :
1. sepanjang sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran
sungai seluas 500 km2. Pada sungai besar dilakukan ruas per ruas dengan
mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang
bersangkutan dan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dihitung
dari tepi sungai pada waktu ditetapkan
2. sepanjang sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran
sungai seluas kurang dari 500 km2, ditetapkan sekurang-kurangnya 50
(lima puluh) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
d. sepanjang sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, yaitu:
1. sepanjang sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga)
meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh)
meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
2. sepanjang sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter
sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan
sekurang-kurangnya 15 (limabelas) meter dihitung dari tepi sungai pada
waktu ditetapkan;
3. sepanjang sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20
(dua puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga
puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
e. sepanjang sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan
ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari
tepi sungai dan
berfungsi sebagai jalur hijau; dan
f. garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan,
adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan dengan ketentuan konstruksi dan
65
penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai
serta bangunan sungai.
Rencana Kawasan Sempadan Sungai Kabupaten Gorontalo Utara 2008-2028
mencakup wilayah sungai-sungai utama yang terdapat di Kabupaten Gorontalo
Utara.
Rencana Pengelolaan Kawasan Sempadan sungai di Kabupaten Gorontalo Utara
adalah sebagai berikut :
a.
Mencegah kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat menganggu
dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta
alirannya.
b.
Kawasan pemukiman yang dilewati sungai harus memperhatikan batas
sempadan sungai menurut ketentuan yang ada, antara lain Permen PU No.
63/PRT/1993.
c.
Melarang pembuangan sampah dan limbah rumah tangga langsung ke
sungai.
d.
Mengatur saluran drainase terutama saluran limbah rumah tangga agar
tidak langsung masuk ke sungai tapi ditampung terlebih dahulu dalam
lobang resapan di setiap halaman rumah dan/atau ditampung dan dikelola
di bak penampungan/IPAL.
e.
Tidak menggunakan sungai sebagai tempat MCK.
f.
Menanami kawasan sempadan sungai dengan vegetasi permanen.
g.
Pengendalian
kegiatan
yang
telah
ada
di
sekitar
sungai
dengan
mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai fungsi
lindung.
h.
Pengamanan daerah aliran sungai (DAS): khususnya pada kawasan-kawasan
yang dekat dengan kawasan muara (hilir) sungai untuk mencegah
terjadinya penyempitan muara sungai (bottle neck), diarahkan sekurangkurangnya 1 km dari kawasan muara sungai harus bebas dari gangguan
dengan upaya-upaya diantaranya pembebasan dari adanya kawasan
terbangun, pelebaran dimensi jaringan sungai, normalisasi pinggiran sungai
khususnya pada kawasan-kawasan kritis.
66
Kawasan Terbuka Hijau
Kawasan Terbuka Hijau/Hutan Kota bertujuan untuk mengupayakan agar terjadi
keseimbangan dan keserasian lingkungan terhadap pembangunan fisik kota,
sehingga berfungsi untuk memperbaiki iklim mikro, meningkatkan estetika kota,
menyerap karbon, menahan dan menyaring polutan, meningkatkan peresapan
air, mengembangkan habitat flora dan fauna, menyediakan tempat rekreasi dan
pendidikan bagi masyarakat.
Ruang terbuka hijau kota sebagaimana dimaksud dalam PP No. 26 tahun 2008
ditetapkan dengan kriteria:
a. lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) meter persegi;
b. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu
hamparan dan jalur; dan
c. didominasi komunitas tumbuhan.
Rencana Kawasan Terbuka Hijau Kota di Kabupaten Gorontalo Utara 2011-2031,
sesuai dengan arahan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu
bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) harus mencakup paling sedikit 30% dari luas
wilayah perkotaan dan
Ruang Terbuka Hijau Publik pada wilayah kota harus
mencakup paling sedikit 20% dari luas wilayah kota.
3.1.1.3 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya
a. Kawasan Suaka Margasatwa
Kawasan Hutan Suaka Margasatwa Nantu ditetapkan berdasarkan SK MENHUTBUN
Nomor 573/Kpts-II/99 Tanggal 22 Juli 1999. Luas kawasan sekitar 31.215 ha dan
Meliputi wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, Kabupaten Gorontalo dan
Kabupaten Boalemo. Menurut PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, Kawasan
suaka margasatwa Nantu ditetapkan sebagai Kawasan Lindung Nasional (II/B/2).
Kawasan suaka margasatwa Nantu yang berada di wilayah Kabupaten Gorontalo
Utara yaitu terletak di Kecamatan Monano, Sumalata Timur, Sumalata dan Biau
dengan luas kurang lebih 16.035 ha.
b.
Kawasan Cagar Alam
Tujuan
perlindungan
Kawasan
Cagar
Alam
adalah
untuk
melindungi
keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi
67
kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada
umumnya. Kawasan cagar alam yang berada di Kabupaten Gorontalo Utara
terdiri atas: Kawasan Cagar Alam Mas – Popaya – Raja di Kecamatan Sumalata
Timur.
Mengacu pada Kepres No. 32 tahun 1990 dan PP No. 26 tahun 2008, kriteria
kawasan cagar alam adalah:
a. Kawasan yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe
ekosistemnya;
b. Memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;
c. Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau
belum diganggu manusia;
d. Memiliki luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif
dengan daerah penyangga yang cukup luas; atau
e. Memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta
keberadaannya memerlukan konservasi.
c. Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan
habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberi perlindungan kepada
perikehidupan pantai dan lautan, sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau,
tempat berkembang biaknya berbagai biota laut, pelindung pantai dan
pengikisan air laut. Kriteria kawasan pantai berhutan bakau adalah koridor
dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata
perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut
terendah ke arah darat. Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Gorontalo
Utara terdapat di Kecamatan Kwandang, Tomilito, Ponelo Kepulauan, Gentuma
Raya, Atinggola, Anggrek, Monano dan Sumalata.
d. Kawasan Cagar Budaya
Kawasan cagar budaya di Kabupaten Gorontalo Utara berupa bangunan nongedung yaitu Benteng Orange di Kecamatan Kwandang.
Rencana pengelolaan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya di
Kabupaten Gorontalo Utara, antara lain :
68
perlindungan dan pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya;
perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan
alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan;
mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami baik biota maupun fisiknya
melalui upaya pencegahan pemanfaatan kawasan pada kawasan suaka alam
dan upaya konservasi;
perlindungan dan pelestarian habitat alami hutan bakau (mangrove) yang
berfungsi memberikan perlindungan kepada perikehidupan pantai dan
lautan;
pengembangan dan perlindungan kegiatan budidaya di kawasan sekitar
pantai dan lautan;
Pengembangan areal yang berpotensi untuk dijadikan Taman Wisata Alam
yang memadukan kepentingan pelestarian dan pariwisata/ rekreasi alam.
Pengembangan kegiatan konservasi dan rehabilitasi yang berguna untuk
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
dari
ancaman
kepunahan
yang
disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.
Kegiatan budidaya tidak diperkenankan, kecuali kegiatan yang berkaitan
dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan
lahan, serta ekosistem alami yang ada pada tiap jenis kawasan suaka alam.
Perlindungan kekayaan budaya berupa peninggalan-peninggalan sejarah,
bangunan arkeologi, monumen nasional dan keragaman bentuk geologi;
3.1.1.4 Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang sering berpotensi tinggi
terhadap terjadinya bencana alam. Pada wilayah Kabupaten Gorontalo Utara
terdapat kawasan rawan bencana alam yang terdiri dari kawasan rawan Tanah
longsor, Kawasan Rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir. Adapun
wilayah di Kabupaten Gorontalo Utara yang merupakan wilayah rawan bencana
alam terdiri atas:
69
o Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Kwandang, Tomilito,
Ponelo Kepulauan, Gentuma Raya, Atinggola, Anggrek, Monano, Sumalata
Timur, Sumalata, Biau, Tolinggula.
o Kawasan rawan gelombang pasang terdapat di Kecamatan Kwandang,
Tomilito, Ponelo Kepulauan, Gentuma Raya, Atinggola, Anggrek, Monano,
Sumalata Timur, Sumalata, Biau, Tolinggula.
o Kawasan rawan banjir terdapat di Kecamatan Sumalata, Sumalata Timur,
Monano, Anggrek dan Kwandang.
Kawasan Rawan Tanah Longsor
Kriteria kawasan rawan tanah longsor menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah
kawasan
berbentuk
lereng
yang rawan
terhadap
perpindahan
material
pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material
campuran. Tujuan perlindungan Kawasan Rawan Tanah Longsor adalah untuk
melindungi manusia dan kegiatan dari bencana akibat gerakan masa tanah atau
batuan yang disebabkan oleh alam ataupun secara tidak langsung oleh perbuatan
manusia.
Secara umum, faktor pendorong yang dapat menyebabkan terjadinya longsor
adalah: curah hujan yang tinggi, lereng yang terjal, lapisan tanah yang kurang
padat dan tebal, jenis batuan (litologi) yang kurang kuat, jenis tanaman dan
pola tanam yang tidak mendukung penguatan lereng,
getaran yang kuat
(peralatan berat, mesin pabrik, ke daraan bermotor), beban tambahan seperti
konstruksi bangunan dan
kendaraan angkutan,
terjadinya pengikisan
tanah
atau erosi, adanya material timbunan pada tebing, bekas longsoran lama yang
tidak segera
ditangani,
adanya bidang diskontinuitas, penggundulan hutan,
dan/atau daerah pembuangan sampah.
Kegiatan pemotongan lereng bukit karena pembuatan jalan di daerah-daerah
berlereng curam dan/atau kegiatan lain sering menjadi penyebab terjadinya
longsor. Rencana Kawasan rawan tanah longsor di Kabupaten Gorontalo Utara,
terdapat di Kecamatan Kwandang, Tomilito, Ponelo Kepulauan, Gentuma Raya,
Atinggola, Anggrek, Monano, Sumalata Timur, Sumalata, Biau dan Tolinggula.
Rencana pengelolaan kawasan rawan longsor, antara lain sebagai berikut :
Pengendalian kegiatan budidaya di kawasan rawan longsor.
70
Mengontrol pemanfaatan lahan pada daerah-daerah yang berlereng curam
(>40%), serta tidak menjadikan kawasan terbangun.
Membuat tanggul pengaman pada daerah-daerah yang rawan longsor, atau
pada bagian lereng yang dipotong untuk pembuatan jalan.
Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah pada kawasan bencana tanah longsor
dengan tanaman tahunan yang sekaligus dijadikan sebagai kawasan terbuka
hijau.
Kawasan Rawan Gelombang Pasang
Kawasan rawan gelombang pasang menurut PP No 26 tahun 2008 adalah kawasan
sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara
10 sampai dengan 100 kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau
gravitasi bulan atau matahari. Kawasan rawan gelombang pasang di Kabupaten
Gorontalo Utara meliputi pesisir pantai yang memiliki elevasi rendah. Kawasan
rawan gelombang pasang di Kabupaten Gorontalo Utara, terdapat di Kecamatan
Kwandang, Tomilito, Ponelo Kepulauan, Gentuma Raya, Atinggola, Anggrek,
Monano, Sumalata Timur, Sumalata, Biau dan Tolinggula.
Rencana pengelolaan kawasan rawan gempa, gelombang pasang/tsunami
(mitigasi bencana) :
Mengupayakan pembangu