DAFTAR ISI - DOCRPIJM d9c41fa59f BAB IIIBAB 3

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................................................ii
BAB 3.............................................................................................................................................................................. 1
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA
KARYA ........................................................................................................................................................................... 1
3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang.............. 1
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya ..................................................................... 1
3.1.2 Arahan Penataan Ruang ............................................................................................................... 3
3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis........................................................................ 7
3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah .......................................................................... 11
3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya....................................................... 13
3.2.1 Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM).................................................... 13
3.2.2 Strategi Sanitasi Kota (Ssk) ..................................................................................................... 28
3.2.2.1 Latar Belakang........................................................................................................................ 28
3.2.2.2 Wilayah Cakupan SSK........................................................................................................ 28
3.2.2.3 Maksud Dan Tujuan ............................................................................................................ 30
3.2.2.4 Metodologi............................................................................................................................... 30
3.2.2.5 Sumber Data ............................................................................................................................ 31

3.2.2.6 Proses Penyepakatan Data ............................................................................................ 31
3.2.2.7 Posisi SSK Dan Kaitannya Dengan Dokumen Perencanaan Lain ........... 31
3.2.2.8 Kerangka Pengembangan Sanitasi ......................................................................... 32
3.2.3 Strategi Pengembangan Permukiman Dan Infrastruktur Perotaan (SPPIP)
............................................................................................................................................................................... 44

BAB 3

i

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Tahapan Pembangunan Nasional ..................................................................................... 1
Gambar 3.2 Strategi Pembangunan Nasional........................................................................................ 3
Gambar 3.3 Strategi pelaksanaan berdasar pendekatan tanggap kebutuhan .... 13
Gambar 3.4 Wilayah kajian SSK Kabupaten Bolaang Mongondow Utara ....................... 29
Gambar 3.5 Posisi SSK Dan Kaitannya Dengan Dokumen Perencanaan Lain................ 31
Gambar 3.6 Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah ............................................................... 40
Gambar 3.7 Peta Pengembangan Persampahan ............................................................................. 42
Gambar 3.8 Peta Rencana Sistem Pusat- Pusat Permuki Man (Struktur Ruang)

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara................................................................................................. 50

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Visi Misi Sanitasi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara ................................... 32
Tabel 3.2 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara .............................................................................................................................................. 41
Tabel 3.3 Tujuan, Sasaran Dan Tahapan Penc Apaian Pengembangan Drainase ........ 43
Tabel 3.4 Rencana Pengembangan Sistem Pusat- Pusat Permukiman .............................. 46

BAB 3

ii

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
BAB 3
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR
BIDANG CIPTA KARYA
3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan
Ruang
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pembangunan jangka panjang nasional ditetapkan daam UU No 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 yang kemudian
dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
RPJMN yang saat ini telah sampai pada tahap ketiga, diarahkan untuk
mempersiapkan proses tinggal landas menuju masyarakat Indonesia yang mandiri,
maju, adil dan makmur, yaitu dengan memantapkan pembangunan yang
menyeluruh diberbagai bidang dengan menekankan pencapaian pada daya saing
kompetitif, perekonomian berdasarkan keunggulan sumber daya alam dan sumber
daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terus meningkat.

Gambar 3.1 Tahapan Pembangunan Nasional

BAB 3

1

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang
tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasinal (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada:
A. Norma Pembangunan, meliputi antara lain: (1) membangunan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya
meningkatkan

kesejahteraan, kemakmuran, produktivas

tidak boleh

menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak
keseimbangan pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh
merusak,

menurunkan

daya

dukung

lingkungan


dan

mengganggu

keseimbangan ekosistem.
B. Dimensi Pembangunan
1. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan mental
dan karakter menjadi salah satu proritas utama pembangunan, tidak
hanya dibirokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat.
2. Dimensi pembangunan sector unggulan. Hal ini meliputi kedaulatan
pangan, ketahanan energy dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan
kelautan, pariwisata dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan,
Indonesia mempunyai modal untuk memenuhi kebutuhannya, agar tidak
bergantung kepada negara lain.
Potensi sumber daya air yang besar dan terbarukan dapat dimanfaatkan
untuk mendukung pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan,
sedangkan potensi kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan
secara optimal. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang
unik merupakan modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan

potensi industri untuk penciptaan nilai tambah.
3. Dimensi

pemerataan

dan

kewilayahan.

Pembangunan

harus

meminimalkan kesenjangan baik antar kelompok pendapatan, maupun
antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan
prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan kawasan
Timur.
C. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil. Hal ini meliputi
kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan
demokrasi, serta tatakelola dan reformasi birokrasi.

D. Quickwins. Quickwins dilakukan agar output pembangunan segera dapat
terwujud dan dirasakan hasilnya dan sekaligus dapat meningkatkan motivasi
dan partisipasi masyarakat.
BAB 3

2

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

Gambar 3.2 Strategi Pembangunan Nasional
3.1.2 Arahan Penataan Ruang
Rencana tata
Ruang Wilayah (RTRW)
Mongondow Utara

Kabupaten

Bolaang

saat ini telah dilakukan revisi dan dalam proses


penetapan Peraturan Daerah (Perda).Ini akan berhasil jika dilaksanakan
dengan tepat, dengan konsep pendekatan yang berdasarkan pada potensi
dan permasalahan yang ada agar tercipta suatu kawasan yang menjamin
berlangsungnya kegiatan perkotaan secara aman, nyaman, tertib dan
dinamis. Pembangunan berdasarkan RTRW yang saat ini menjadi wacana
populer merupakan konsep yang tidak mudah merealisasikannya. Konsep
ini secara holistik mirip dengan melestarikan, memelihara budaya adat
tradisional.
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disingkat
BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan mempunyai fungsi
membantu tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah
Pembangunan berdasarkan RTRW memiliki maksud/tujuan :
(1) Penataan ruang Daerah bertujuan untuk menjadikan Ruang Wilayah
Kabupaten sebagai Pusat Unggulan Pertanian Tanaman Pangan, Perikanan,
BAB 3

3


RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
Kelautan, Industri dan Pariwisata yang mensejahterakan masyarakat serta
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
(2) Ruang lingkup penataan ruang wilayah kabupaten Bolaang Mongondow
Utara meliputi wilayah perencanan dalam RTRW Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara dalam pengertian luas daratan 1.856,86 Km2 yang terdiri
dari 6 kecamatan, sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi, sebelah
Timur berbatasan dengan kecamatan Sangtombolang Kabupaten Bolaang
Mongondow, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Posigadan
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Sebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo.
(3) Rencana pola ruang wilayah, rencana struktur ruang wilayah, penetapan
kawasan

strategis,

arahan

pemanfaatan


ruang,

ketentuan

pidana,

kelembagaan, peran masyarakat ketentuan lain lain dan ketentuan peralihan
serta ketentuan penutup.

Kebijakan penataan ruang Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, terdiri atas:
a. pengembangan kawasan agropolitan;
b. pengembangan kawasan minapolitan;
c. pengembangan kawasan industri;
d. pengembangan kawasan pariwisata; dan
e. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
Strategi pemanfaatan ruang daerah merupakan pelaksanaan kebijakan penataan
ruang daerah yang meliputi:
(1) Strategi Pengembangan sentra pertanian lahan basah dan kering sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, terdiri atas:

a. meningkatkan kualitas dan produktifitas kawasan pertanian;
b. meningkatkan mekanisasi pertanian;
c. meningkatkan jaringan irigasi; dan
d. meningkatkan teknologi pertanian secara tepat guna.
(2) Strategi Pengembangan sentra perikanan darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 huruf b, terdiri atas:
a. menyiapkan dukungan infrastruktur; dan
b. meningkatkan produktivitas hasil perikanan.
(3) Strategi Pengembangan Kawasan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf c, terdiri atas:
a. menyiapkan areal kawasan industri
BAB 3

4

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
b. menyiapkan dukungan infrastruktur; dan
c. meningkatkan produksi bahan baku industri;
(4) Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf d, terdiri atas:
a. melakukan promosi pariwisata;
b. menyiapkan dukungan infrastruktur; dan
c. mengelola kawasan pariwisata.
(5) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, huruf e, meliputi:
a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan
untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak
terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai
zona penyangga; dan
d. turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.
Rencana tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bolaang Mongondow Utara saat
ini telah dilakukan revisi dan dalam proses penetapan Peraturan Daerah (Perda).
Struktur ruang wilayah diwujudkan berdasarkan arahan pengembangan
sistem pusat permukiman perdesaan dan sistem pusat permukiman perkotaan serta
arahan sistem prasarana wilayah, yang meliputi: pusat permukiman perdesaan,
pusat permukiman perkotaan dan sistem prasarana wilayah lainnya dalam ruang
wilayah daerah.
Struktur ruang merupakan suatu sistem yang menggambarakan karakter
pemanfaatan ruang yang terdiri dari strata pusat – pusat pelayanan serta
hierarki pusat yang yang terkait dengan pola transportasi dan sistem prasarana
wilayah lainnya dalam ruang wilayah daerah.
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara meliputi:
a. pusat-pusat kegiatan;
b. sistem jaringan prasarana utama; dan
c. sistem jaringan prasarana lainnya.

BAB 3

5

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
Rencana struktur ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan skala
ketelitian minimal 1:50.000 dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara terdiri atas:
a. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp;) yaitu Desa Boroko Kecamatan
Kaidipang.
b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi Desa Pimpi, Kecamatan Bintauna; dan
Desa Bolangitang, Kecamatan Bolangitang Barat.
c. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yaitu Desa Bohabak, Kecamatan
Bolangitang Timur; Desa Buko, Kecamatan Pinogaluman; dan Desa Sangkub,
Kecamatan Sangkub
d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yaitu Desa Binjeta, Kecamatan Bolangitang
Timur; Desa Saleo, Kecamatan Bolangitang Timur; dan Desa Jambusarang,
Kecamatan Bolangitang Barat.
e. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yaitu:
1. Desa Sangtombolang, Kecamatan Sangkub;
2. Desa Sangkub I, Kecamatan Sangkub;
3. Desa Sangkub II di Kecamatan Sangkub;
4. Desa Tuntung, Kecamatan Pinogaluman;
5. Desa Tontulow, Kecamatan Pinogaluman;
6. Desa Tombulang Pantai, Kecamatan Pinogaluman;
7. Desa Biontong, Kecamatan Bolangitang Timur;
8. Desa Biontong I, Kecamatan Bolangitang Timur;
9. Desa Bohabak I, Kecamatan Bolangitang Timur;
10. Desa Bohabak II, Kecamatan Bolangitang Timur;
11. Desa Ollot II, Kecamatan Bolangitang Barat;
12. Desa Sonuo, Kecamatan Bolangitang Barat; dan
13. Desa Bolangitang II, Kecamatan Bolangitang Barat.
PKWp, PKL, PKLp, dan PPK diatur lebih lanjut di dalam Rencana Detail Tata Ruang,
rencana Detail Tata Ruang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

BAB 3

6

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis
Konsep pengembangan tata ruang wilayah adalah suatu

arah/pendekatan

pengembangan seluruh sistem kegiatan dalam ruang wilayah kabupaten, serta
pengaturan keterkaitan antar elemen tersebut, sebagai dasar penyusunan rencana
tata ruang wilayah. Penyusunan konsep tata ruang itu sendiri didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan

terhadap

permasalahan, potensi dan

peluang

pengembangan wilayah yang dapat mendorong perwujudan pencapaian tujuan
pengembangan tata ruang.
Konsepsi pengembangan tata ruang wilayah Bolaang Mongondow Utara
dirumuskan baik dalam lingkup eksternal maupun internal wilayah.
Beberapa dasar pertimbangan dalam perumusan konsep tata ruang Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara adalah sebagai berikut:
A. Kebijakan Nasional
1). Adanya rencana jaringan jalan lintas nasional (arteri primer) yang melintasi
sebagian wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yaitu JALAN LINTAS
BARAT SULAWESI : Tumpaan – Worotican - Poigar – Kaiya - Maelang - Biontong -

Batas GORONTALO/Atinggola.

2). Dari sistem jaringan sumberdaya air, Wilayah Sungai (WS) Dumoga –
Sangkub ditetapkan sebagai Wilayah Sungai Lintas Provinsi dengan DAS Dumoga;

Sangkup; Buyat; Lomboit; Andagile; Bulawa; Tuliawa (tahap pengembangan IV;
konservasi sumber daya air, pendayagunaan SDA, dan pengendalian daya rusak air)
3). Dari rencana kawasan lindung nasional, sebagian wilayah Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara di laut barat termasuk ke dalam Kawasan Lindung Taman
Nasional Bogani Nani Wartabone (I/A/4) (Kab. Bolaang Mongondow Utara, Bolaang
Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow)
4). Dari rencana kawasan strategis nasional, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
masuk ke dalam Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau kecil terluar
Bangkit (Bongkil –Kab. Bolaang Mongondow Utara)
5).

Dari

rencana

Kawasan

Minapolitan

Nasional, Kabupaten

Bolaang

Mongondow Utara juga termasuk ke dalam Kawasan Minapolitan
B. Kebijakan Provinsi
1). Telah terjadi perubahan kebijakan eksternal yaitu adanya Revisi RTRW
Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009-2029.
2).

Dalam RTRW

Pelayanan Sekunder
pengembangan

Provinsi Sulawesi Utara
B, yaitu

pusat

Kota Boroko merupakan

sekunder

yang

berkaitan

Pusat
dengan

pusat permukiman pelayanan pusat kegiatan wilayah (PKW),

dalam hal ini diarahkan sebagai PKWp.

BAB 3

7

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
C. Faktor Internal
1). Kesenjangan wilayah bagian utama dengan hinterlandnya.
2). Adanya

rencana

Pengembangan

Kawasan

MINAPOLITAN

Kecamatan

Pinogaluman dan Sangkub.
3). Rencana kawasan AGROPOLITAN Kecamatan Pinogaluman dan Sangkub dan
rencana kawasan pangan berkelanjutan

1. Pembangunan dan peningkatan jalan/prasarana transportasi pada akses Desa desa sentra pertanian
Provinsi

dan

yang

dihubungkan

dengan

sistim

jaringan

jalan

Lintas kabupaten, serta dihubungkan dengan pusat-pusat kolektif

dan pemasaran.
2. Pembangunan dan peningkatan irigasi teknis pada area persawahan di Desa
Desa tersebut disertai dengan kegiatan pembangunan untuk mengantisipasi
terjadinya bencana alam seperti banjir yang dapat mengganggu produktifitas
pertanian.
3.

Pembangunan dan peningkatan infrastruktur telekomunikasi dan listrik serta

air bersih untuk menunjang sumberdaya pembangunan pertanian.
4.

Pengembangan Pola Agropolitan Tanaman Pangan Padi pada Kawasan

terpilih yang mayoritas adalah persawahan, yakni di Kecamatan Sangkub, dengan
pusat di Desa SangTombolang atau di Sangkub III.
Rencana pola pemanfaatan ruang Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dibedakan
atas ruang – ruang yang berfungsi sebagai kawasan lindung dan kawasan

budidaya. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung Sesuai amanat Keputusan
Presiden nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, Kawasan
Lindung di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara meliputi: Kawasan yang
memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas, mampu
memberikan

perlindungan

sebagai pengatur

tata

kepada

kawasan sekitar maupun bawahannya

air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan

kesuburan tanah.Kawasan hutan lindung sepenuhnya diperuntukan bagi konservasi
hidrologis. Kawasan lain di luar kawasan hutan dimungkinkan sebagai kawasan
lindung bila memenuhi kriteria kawasan hutan lindung. Kelestarian kawasan hutan
lindung Kabupaten Bolaang Mongondow Utara perlu dijaga dan lokasi sebaran
kawasan lindung

sebagian besar berada pada kecamatan

Bintauna, Sangkub,

Kaidipang dan Pinogaluman

BAB 3

8

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
c.

Kawasan Resapan Air

Kawasan resapan air diperuntukan bagi kegiatan pemanfaatan yang dapat menjaga
kelestarian ketersediaan air bagi daerah bawahannya. Kriteria lain kawasan resapan
air dari pengairan, yaitu bahwa lembah yang lebar di kiri kanan sungai dengan
ukuran lebih lebar 1 Km dapat difungsikan sebagai resapan. Berdasarkan kriteria
tersebut,

hampir

seluruh

wilayah Kabupaten

Bolaang Mongondow Utara

termasuk kawasan resapan air.
5. Kawasan Perlindungan Setempat
d. Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri kanan sungai
termasuk sungai buatan/ kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Kawasan sempadan sungai diarahkan pada seluruh aliran sungai yang ada di
wilayah Kabupaten

Bolaang Mongondow

Utara, baik sungai di kawasan

permukiman dan non permukiman, meliputi dan semua anak sungainya serta
Kali Bodri dengan semua anak
e. Kawasan Sempadan Mata Air dan Sempadan Waduk
Merupakan kawasan yang berbatasan langsung dengan sumber -sumber mata air
dan waduk dengan jarak sekitar 200 m secara terbatas dapat dimanfaatkan untuk
budidaya tanaman keras yang berfungsi lindung, kegiatan wisata.
Pada wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara terdapat 6 mata air yang telah
di kelola oleh pemerintah yang tersebar di enam kecamatan.
f. Kawasan Sempadan Jalan
Kawasan sempada jalan merupakan kawasan sepanjang kanan kiri jalan yang
mempunyai fungsi mempertahankan kelestarian jalan dan sebagai pengaman jalan.
Sesuai Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Sulawesi Utara nomor: 11 tahun 2004
tentang Garis Sempadan, sempadan jalan dapat dibedakan menjadi:
-

Garis Sempadan Jalan Arteri Primer 20 m dari as jalan

-

Garis Sempadan Jalan Arteri Sekunder 20 m dari as jalan

-

Garis Sempadan Jalan Kolektor Primer 15 m dari as jalan

-

Garis Sempadan Jalan Kolektor Sekunder 10,5 m dari as jalan

BAB 3

9

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
-

Garis Sempadan Jalan Lokal Primer 10 m dari as jalan

-

Garis Sempadan Jalan Lokal Sekunder 7 m dari as jalan

-

Garis Sempadan Jalan Inspeksi 5 m dari as jalan

Untuk Sempadan Jalan Rel Kereta Api di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
tidak ada.
6. Kawasan Rawan Bencana Alam
7. Kawasan Cagar Budaya dan Cagar Alam
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan merupakan lokasi bangunan hasil
budidaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alam yang khas,
meliputi:
- Komalig ( Rumah Raja ) di Kecamatan Kaidipang
- Bangunan bersejarah lainnya.
Kawasan cagar alam merupakan komponen yang penting dalam lingkup tata ruang,
sehingga pengelolaannya perlu menjadi prioritas. Kawasan cagar alam di Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara, meliputi:
- Sumber mata air sungai Bintauna di kecamatan Bintauna
- Sumber Mata air Sangkub kecamatn Sangkub
- Sumber Mata air saleo Kecamatan Bolangitang Timur
- Sumber Mata air Pontak Kecamatan Kaidipang
- Sumber Mata air Dalapuli & Busato Kec. Pinogaluman
B. Rencana Pengelolaan Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya merupakan

kawasan yang disediakan untuk

berbagai

kegiatan
8. Kawasan Pertanian, yang terbagi dalam beberapa kawasan yaitu:
e. Kawasan pertanian

lahan basah, yang dikembangkan

di Kecamatan

Sangkub,Bolangitang Timur,Bolangitang Barat Kaidipang dan Pinogluman.
f. Kawasan pertanian

lahan kering, dikembangkan

pada daerah yang tidak

terjangkau jaringan irigasi.
BAB 3

10

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
g. Kawasan perikanan, diprioritaskan dikembangkan di daerah yang tersedia
pasokan air yang cukup dan diarahkan ke Kecamatan Kaidipang dan Pinogaluman.
h. Kawasan peternakan, diprioritaskan dikembangkan di Kecamatan Bolangitang
Timur.
Kawasan Agropolitan, dikembangkan pada daerah perdesaan yang berbasis
pertanian dan memiliki embrio sistem jaringan prasarana kawasan agropolitan,
yaitu pada wilayah Pinogaluman didukung wilayah sekitarnya sebagai hinterland nya.
9.

Kawasan Permukiman, dikembangkan di daerah yang datar, bukan lahan

irigasi teknis/ kawasan lindung yang memiliki aksesibilitas baik dan tersedia air
bersih.
10. Kawasan Hutan Kota, dikembangkan pada 6 (enam) lokasi tersebar di
enam kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
11. Kawasan Perdagangan, dikembangkan di Kecamatan Kaidipang, Bolangitang
Barat dan Bintauna.
12. Kawasan Industri, dikembangkan pada daerah yang kurang subur, bukan
sawah irigasi teknis, bukan hulu sungai, dengan kemiringan lereng kurang dari 40
%. Kawasan industri di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara diarahkan di
Kecamatan Pinogaluman dan Bolangitang Timur
13. Kawasan Pergudangan, dikembangkan untuk mendukung kawasan pertanian
dan perdagangan dan diarahkan di Kecamatan Bolangitang Timur, sedangkan
untuk mendukung kawasan industri di arahkan di Kecamatan Sangkub..
14. Kawasan Pariwisata, diarahkan pada kawasan sebagai berikut:
e. Pengembangan kawasan wisata Tanjung Dulang, Pantai Batu Pinagut obyek
pendukung makam raja,
f. Pengembangan kawasan rest area Kecamatan Sangkub dengan pantai sebagai
obyek pendukung.
3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah
1). VISI :
Sebagai daerah baru dan sesuai tujuan dari pemekaran itu sendiri untuk
membangun daerah dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
BAB 3

11

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
maka pemerintah kabupaten Bolaang Mongondow Utara perlu menyusun Visi,
Misi

tujuan dan sasaran dimaksud merupakan pengejawantahan artikulasi

dari

apresiasi masyarakat

yang

menerus

diperjuangkan

dan

ingin

diwujudkan dalam perspektif jangka panjang yakni dengan memperhitungkan
pula Kondisi lingkungan strategis baik internal maupun eksternal.
Proses penetapan
sebenarnya

Visi dan

Misi daerah

Bolaang Mongondow

sudah melalui berbagai tahap sejak Kabupaten

Utara
Bolaang

Mongondow Utara diresmikan sebagai daerah otonom sesuai Undang –
undang No 10 Tahun 2007.Tujuannya tidak lain pemerintah daerah dan
masyarakat memiliki cita –cita perjuangan yang ingin dicapai

/diwujudkan dalam periode lima tahunan. Dengan mempertimbangkan faktor –

faktor potensi dan daya dukung
pertanian

,

mata

pencarian

yang ada yakni Bolmut sebagai daerah
masyarakat,

hasil

pertanian

yang

menonjol,komoditas beras sebagai kebutuhan pokok,serta peluang pasar
maka

di tetapkan Visi daerah Bolaang Mongondow

Utara sebagai

:”KABUPATEN PADI”.

2). MISI

Mewujudkan Bolaang Mongondow Utara yang Mandiri, Religius dan Sejahtera.
a.

MANDIRI, adalah satu kemampuan

yang dimiliki daerah dari aspek

ekonomi,sosial dan budaya yang diwujudkan

dari peran

agribisnis dan

agriindustri padi yang tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan dalam
mewujudkan kemandirian pangan, menguasai pasar, dan pesaing domestik dan
internasional. Mandiri juga mengadung makan semakin mantapnya fungsi
kelembagaan pemerintah daerah.
b.

RELIGIUS, adalah sebuah sifat dimana ciri dari keadaan Bolaang Mongondow

Utara yang bernuansa agamais serta selalu mengedepankan nilai – nilai agama
dan masyarakat.

c.

SEJAHTERA, adalah

Mongondow

suatu

keadaan

dimana

masyarakat Bolaang

Utara merasakan ketentraman,kenyamanan serta terp enuhi

kebutuhan dasarnya.
Untuk mencapai Visi dan Misi tersebut Pemerintah telah menyusun Grand
Strategi:
1. Mewujudkan Pemerintahan yang Entrepreneur;
BAB 3

12

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia;
3. Membangun Infrastruktur yang Handal;
4. Menumbuhkembangkan Ekonomi Rakyat
3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
3.2.1 Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Strategi pelaksanaan kebijakan pembangunan air minum dan penyehatan
lingkungan merupakan penjabaran dari kebijakan umum yang tertuang dalam
bab terdahulu. Strategi ini memberikan kerangka umum untuk mewujudkan
keberlanjutan

dan penggunaan

prasarana

dan

sarana air minum dan

penyehatan lingkungan yang dibangun secara efektif untuk mewujudkan kualitas
hidup masyarakat yang lebih baik. Strategi-strategi ini saling terkait satu
dengan

lainnya,

komprehesif, serta berorientasi kepada operasionalisasi

kebijakan dan pencapaian tujuan. Strategi pelaksanaan berdasar pendekatan
tanggap kebutuhan ditampilkan dalam berikut.

Gambar 3.3 Strategi pelaksanaan berdasar pendekatan tanggap
kebutuhan
Strategi 1:
Mengembangkan kerangka peraturan untuk mendorong
partisipasi

aktif

masyarakat

dalam

perencanaan, pelaksanaan

dan

pengelolaan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan
Peraturan dibutuhkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan
melindungi terjadinya

penyimpangan

terhadap

peran serta masyarakat

pada semua tahapan pembangunan, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
pengelolaan prasarana dan sarana yang dibangun. Terobosan-terobosan
BAB 3

13

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
peraturan perlu dilakukan untuk mengakomodasikan pendekatan pembangunan
prasarana

dan

sarana air

minum

dan

penyehatan lingkungan

bertumpu kepada pendekatan tanggap kebutuhan

yang

(demand responsive

approach) dan pemberdayaan masyarakat. Prinsip-prinsip good governance
seperti akuntabilitas, transparansi, kesetaraan, penegakan hukum, tan ggap,
berwawasan

ke

profesionalisme,

depan, pengawasan,

efisiensi dan

efektivitas, serta

menjadi dasar dalam kerangka peraturan tersebut.

Mengingat proses pemberdayaan masyarakat memerlukan
tidak dapat dibatasi oleh tahun

waktu yang

anggaran maka mekanisme penganggaran

perlu memperhatikan kendala tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
pembaruan mekanisme penganggaran yang terkait dengan proses pemberdayaan
masyarakat. Selain itu, perlu disusun peraturan yang mengatur status hukum
prasarana dan sarana air
dibangun

minum

dan

penyehatan

lingkungan

yang

melalui anggaran bersama (sharing), antara pemerintah dengan

masyarakat; antara anggota masyarakat dengan anggota masyarakat la innya;
antara

masyarakat

dengan lembaga dengan

organisasi

masyarakat

setempat atau lembaga swadaya masyarakat, dan bentuk kerjasama keuangan
antara masyarakat dengan pihak lainnya. Hal lain yang juga perlu diatur
adalah

mengenai pemindahan aset (transfer asset) dari pemerintah kepada

masyarakat.
Strategi 2 : Meningkatkan investasi untuk pengembangan kapasitas sumber
daya masyarakat pengguna.
Melihat bahwa persoalan utama dalam pengelolaan prasarana dan sara na
air minum dan penyehatan lingkungan adalah terbatasnya kapasitas sumber
daya manusia khususnya sumber daya masyarakat pengguna, maka investasi
untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam program air minum
dan penyehatan lingkungan harus

ditingkatkan.

Peningkatan

kapasitas

sumber daya manusia bagi masyarakat pengguna dapat berbentuk bantuan
teknis, penyediaan informasi pilihan, dan

fasilitasi dalam pembangunan

prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan.
Bantuan teknis diperlukan untuk membuka wawasan masyarakat terhadap
pilihanpilihan yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan mereka, termasuk
keuntungan dan
meliputi aspek

resiko

yang

harus

teknis, pembiayaan,

dipikulnya. Pilihan-pilihan tersebut
kelembagaan,

sosial

dan

budaya

kemasyarakatan, serta pelestarian lingkungan hidup.

BAB 3

14

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
Kapasitas pemerintah sebagai fasilitator juga perlu ditingkatkan terutama
kapasitas aparat

pemerintah

daerah

dengan masyarakat. Peningkatan
melalui pendidikan,

yang

kapasitas

langsung

berhubungan

pemerintah

dilakukan

pelatihan, seminar/lokakarya, studi banding dan on

the job training melalui Pendanaan bagi peningkatan kapasitas sumberdaya
manusia bersumber pada anggaran pemerintah daerah, pusat, atau kerjasama
dengan pihak lain yang memiliki visi yang sama dalam pembangunan

air

minum dan penyehatan lingkungan di Indonesia.
Strategi 3 :

Mendorong penerapan pilihan-pilihan pembiayaan untuk

pembangunan, dan

pengelolaan prasarana dan sarana air minum dan

penyehatan lingkungan.
Dengan mengacu pada mekanisme pasar yang berprinsip bahwa pengguna
membayar seluruh biaya pelayanan
pelayanan air minum dan

(user pay) maka masyarakat pengguna

penyehatan

lingkungan

harus

membiayai

seluruh biaya pembangunan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan
lingkungan,

baik

biaya

pembangunan

maupun

biaya

operasi

dan

pemeliharaannya.
Mengingat keterbatasan kemampuan pendanaan pemerintah saat ini, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki cara pandang semua pihak
sehingga biaya pembangunan

prasarana

penyehatan lingkungan harus berdasarkan

dan

sarana

air minum

dan

prinsip pemulihan biaya (cost

recovery), yang artinya semua komponen biaya harus diperhitungkan dan
harus ditanggung oleh pengguna.
Untuk

menerapkan

diberikan pilihan-pilihan
kemampuan
pembiayaan

prinsip-prinsip
sistem

mereka melalui

tersebut

pembiayaan
pemberian

masyarakat
yang

sesuai

sebanyak-banyaknya

harus
dengan
pilihan

dalam pembangunan prasarana dan sarana air minum

dan

penyehatan lingkungan serta memfasilitasi proses pemilihan alternatif ter baik
oleh masyarakat, misalnya melalui pola pendanaan bersama (cost sharing)
antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat

dalam

pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan seperti proyek WSLIC2,
ProAir atau beberapa proyek yang

dikembangkan

oleh

LSM bersama

masyarakat. Peranan pihak luar (pemerintah, lembaga donor, lembaga non pemerintah)

BAB 3

diperlukan

untuk

meningkatkan

wawasan masyarakat

15

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
mengenai perlunya alternatif pembiayaan dalam pembangunan prasarana
dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan.
Pemerintah

sebagai fasilitator

koordinasi antar pelaku

air

juga berkewajiban melakukan

minum

dan

penyehatan

fasilitasi

lingkungan

di

daerah, seperti kelompok swadaya masyarakat, lembaga swadaya masyarakat,
donor, pihak swasta, termasuk pemerintah sendiri,

guna

meningkatkan

efisiensi pembiayaan pembangunan. Koordinasi antar pelaku diharapkan dapat
melakukan sinergi dalam pembiayaan pembangunan air minum dan penyehatan
lingkungan.
Strategi 4 :

Menempatkan

kelompok

keputusan pada seluruh tahapan

pengguna

dalam

pengambilan

pembangunan serta pengelolaan prasarana

dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan.
Pengambilan keputusan dalam pembangunan

prasarana dan sarana air

minum dan penyehatan lingkungan di Kota kecil dan kawasan perdesaan
sebaiknya

dilakukan

pada

lapisan

paling

bawah,

yaitu

masyarakat

pengguna/penerima prasarana dan sarana air minum dan penyehatan
lingkungan. Mereka harus mampu menentukan
dibutuhkan,

teknologi

yang

jenis pelayanan yang

diterapkan, pilihan pembiayaan, dan sistem

pengelolaannya termasuk jenis kelembagaannya.
Peningkatan

kemampuan

masyarakat

dilaksanakan

melalui

pemberdayaan

menggunakan prinsip

lingkungan

pengambilan

keputusan

masyarakat

dengan

partisipatif (participatory approach) yang melibatkan

seluruh lapisan masyarakat.
masyarakat

dalam

Pendekatan tanggap kebutuhan menuntut

untuk memahami

betul sistem air minum dan

penyehatan

sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan

kemampuannya.
Strategi 5 : Meningkatkan kemampuan masyarakat dibidang teknik. Pembiayaan
dan kelembagaan dalam pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana air
minum dan penyehatan lingkungan.
Menjadikan

masyarakat

sebagai

pengambil

keputusan

berarti

memposisikan masyarakat sebagai penanggung jawab utama dalam pelayanan
air minum dan penyehatan lingkungan. Kondisi ini harus disertai dengan
peningkatan kemampuan

masyarakat dalam seluruh aspek, khususnya bidang

teknik, keuangan dan kelembagaan.

BAB 3

16

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
Dalam

aspek

teknik, masyarakat perlu

dilatih

untuk mengenali dan

memahami karakteristik teknologi yang tepat guna serta sesuai dengan kondisi
daerahnya. Untuk

itu, dukungan

dalam bentuk bantuan

teknis sangat

diperlukan, baik yang berasal dari pemerintah (pusat dan daerah), perguruan
tinggi, LSM, dan swasta.
Bantuan

teknis

kepada

masyarakat

diperlukan

untuk

mengelola,

mengoperasikan dan memelihara prasarana dan sarana air minum dan
penyehatan lingkungan yang dibangun sesuai dengan kaidah-kaidah teknis yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Selain itu juga diperlukan pelatihan administrasi pembukuan bagi kelompok
masyarakat pengguna.
diperlukan untuk

Pengetahuan

administrasi

menjamin transparansi

Peningkatan kemampuan

dalam

pembukuan

diantara

para

pelaku.

pengelolaan administrasi selain dilakukan

melalui pelatihan juga dapat dilakukan melalui kerjasama kelembagaan, studi
banding,

ataupun melalui magang. Bagi pembangunan

penyehatan lingkungan yang dibiayai

melalui

air minum

dan

anggaran non-pemerintah,

seperti LSM, lembaga keuangan internasional, perguruan tinggi, dan sebagainya
perlu adanya pelatihan administrasi pembukuan khusus yang sesuai dengan
tuntutan pemberi bantuan dan atau pinjaman.
Dalam

kaitan

dengan

pengembangan

kelembagaan, masyarakat perlu

mengetahui struktur organisasi pengelola prasarana dan sarana air minum
dan penyehatan lingkungan beserta fungsi dan tata kerjanya, kaitan dengan
lembaga lain sejenis, kaitan dengan pemegang saham, tata cara pengembangan
pelayanan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan beserta
tata cara menggali dana yang dibutuhkan, dan tata cara menyusun laporan
keuangan

kepada

masyarakat

yang

transparan

dan

dapat

dipertanggungjawabkan.
Untuk mendukung hal-hal di atas maka diperlukan pengaturan antara hak
dan kewajiban antara pengelola dan masyarakat pengguna. Pengaturan dan
pembagian hak dan
pengelola

dan

sebagai fasilitator

kewajiban

tersebut

dikembangkan

sendiri

masyarakat pengguna, sedangkan pemerintah
untuk

oleh

berperan

mendorong tersusunnya peraturan tersebut serta

mendiseminasikannya kepada masyarakat luas.
Strategi 6 :

Menyusun

Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM)

sektor air minum dan penyehatan lingkungan sebagai upayamemperbaiki
BAB 3

17

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
kualitas

pelayanan

pada

tahap

perencanaan, pelaksanaan, operasi,

pemeliharaan, dan pengelolaan
Untuk meningkatkan kinerja program air minum dan penyehatan lingkungan
yang berbasis

masyarakat,

diperlukan

upaya

perbaikan

mekanisme perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program. Penyediaan
bantuan teknis atau sejenisnya di tingkat kabupaten, kecamatan, dan bahkan
desa sangat diperlukan, guna meningkatkan

kemudahan

bagi masyarakat

melakukan konsultasi teknis, serta mendapatkan informasi tentang program
prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan.
Terkait dengan hal tersebut maka NSPM (Norma, Standar, Pedoman, dan Manual)
menjadi alat yang efektif untuk

melaksanakan

pembinaan

teknis bagi

masyarakat pengguna.
Panduan tersebut juga mencakup aspek kelestarian lingkungan, khususnya
tata cara pelestarian sumber daya air baik secara kuantitas yang berkaitan
dengan pelestarian lingkungan sumber air, maupun secara kualitas yang
terkait

erat dengan

seyogyanya

tata

cara pengelolaan

mudah dipahami

limbah.

Panduan

ini

dan dimengerti oleh kalangan awam, serta

menampilkan gambar yang provokatif dan informatif.
Pendekatan dan teknik yang telah dimiliki dan dipergunakan selama ini,
seperti

PRA (Participatory

Rural

Appraisal),

Hygiene and Sanitation Transformation), CMA
Approach), MPA

PHAST

(Participatory

(Community Management

(Methodology for Participatory Assessment) dalam

berbagai proyek, dapat terus dikembangkan dan disebarluaskan.
Strategi 7 :

Mendorong

konsolidasi

penelitian,

pengembangan,

dan diseminasi pilihan teknologi untuk mendukung prinsip pemberdayaan
masyarakat.
Hingga saat ini telah banyak uji coba dan pemanfaatan teknologi tepat gu na
di sektor air minum
oleh pemerintah
donor, lembaga

dan penyehatan

lingkungan, baik yang dilakukan

melalui lembaga penelitian,

perguruan

tinggi,

lembaga

swadaya masyarakat, bahkan kelompok masyarakat sendiri.

Namun demikian inventarisasi terhadap teknologi tepat guna beserta kelebihan
dan kekurangannya belum pernah dilakukan.
Dalam rangka mendukung prinsip informed choice maka kegiatan inventarisasi
teknologi tepat
BAB 3

guna

tersebut

perlu

dilakukan

sehingga masyarakat
18

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
dapat memanfaatkannya

sebagai

prasarana

air

dan sarana

masyarakat

pedoman

minum

mudah mengakses

dalam

dan penyehatan

pembangunan
lingkungan. Agar

informasi-informasi tersebut

diperlukan

kesiapan lembaga yang bertanggung jawab terhadap kegiatan inventarisasi
tersebut.
Kegiatan lain yang perlu

ditingkatkan

adalah

sosialisasi dan diseminasi

hasil- hal penelitian dan pengembangan tersebut kepada pemerintah baik pusat
maupun daerah, masyarakat dan pelaku lain di bidang air minum dan penyehatan
lingkungan.
Strategi 8 : Mengembangkan

motivasi

masyarakat

melalui pendidikan

formal dan informal.
Motivasi yang

melatar-belakangi

tumbuhnya

kebutuhan

terhadap

air

minum berbeda dari motivasi yang melatarbelakangi kebutuhan terhadap
penyehatan lingkungan. Praktek kegiatan pengelolaan penyehatan lingkungan
dan kebiasaan
hidup sehat lebih bersifat pribadi. Dengan sendirinya perubahan-perubahan
yang

terjadi

terletak di tingkat individu dan rumah tangga. Implikasinya,

jangka waktu yang diperlukan untuk mewujudkan
pelayanan penyehatan

perbaikan

dalam

lingkungan relatif lebih lama dibandingkan dengan

perbaikan pelayanan air

minum. Hal ini disebabkan pengelolaan penyehatan

lingkungan memerlukan

lebih

banyak

waktu

untuk

mensosialisasikan

pentingnya perubahan perilaku hidup bersih dan sehat.
Upaya

tersebut

di

atas dilaksanakan antara

masyarakat, pendidikan
melibatkan keluarga

di

sekolah,

dan masyarakat.

dan

lain

melalui penyadaran

pelatihan

Peningkatan

partisipatif

yang

kesadaran

dan

pengetahuan masyarakat melalui metoda partisipatif terbukti efektif dalam
meningkatkan

manfaat

dan pelayanan bidang air minum dan penyehatan

lingkungan.
Untuk

meningkatkan

pemahaman

(awareness) masyarakat terhadap

pentingnya air minum dan penyehatan lingkungan maka penyadaran perlu
diberikan sejak sekolah dasar.
contoh

dan gambar- gambar

berperilaku

hidup

Murid

sekolah dasar diberikan contoh-

yang merangsang imajinasi mereka dalam

bersih dan sehat sehingga mereka mempunyai bekal

pengetahuan yang cukup pada saat menginjak dewasa. Pendidikan lain nya

BAB 3

19

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
juga dapat dilakukan melalui majalah yang diterbitkan khusus yang memuat
pesan-pesan

tentang

kesehatan lingkungan, pembahasan dan diskusi yang

difasilitasi oleh guru-guru yang sudah dilatih.
Strategi 9 :

Meningkatkan

pelestarian

dan

pengelolaan

lingkungan,

khususnya sumber daya air. Untuk keberlanjutan pelayanan air minum dan
penyehatan lingkungan maka sumber daya air yang meliputi air permukaan, air
tanah baik air tanah dalam maupun dangkal, dan mata air perlu mendapatkan
perhatian dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan program air minum dan
penyehatan
mempunyai

lingkungan. Kesadaran
batas

bahwa

daya

dukung lingkungan

perlu disebarluaskan, serta harus

diikuti

dengan

pengadaan peraturan perundangan dan penegakan hukum yang ketat. Selain itu
perlu diterapkan pula sistem insentif, reward dan dis-insentif bagi para pelaku
yang terlibat pada pemanfaatan sumber daya air.
Terkait dengan upaya menyelamatkan kelestarian sumber daya air maka
diperlukan strategi terpadu untuk meningkatkan kualitas lingkungan, melalui
perlindungan kawasan penyangga mata air, rehabilitasi wilayah tangkapan
air, pengurangan

eksploitasi

air tanah, dan peningkatan pengelolaan air

limbah dan persampahan.
Mengingat daya dukung lingkungan mikro untuk menerima beban pencemaran
dari air limbah, baik rumah tangga ataupun industri kecil dan industri
rumah tangga, sangat terbatas dan jumlah penduduk terus bertambah setiap
tahunnya maka pengelolaan air limbah, baik rumah tangga ataupun industri
kecil dan industri
dilakukan

rumah

tangga perlu ditingkatkan.

dengan menerapkan

teknologi

sederhana,

Hal

ini

dapat

tepat guna, akrab

lingkungan, dan mudah dikelola.
Kondisi yang sama juga didapati pada pengelolaan persampahan. Dengan
semakin tingginya laju pertumbuhan penduduk maka jumlah timbulan sampah
yang dihasilkan semakin meningkat.
tersedia sebagai

Namun

tempat pembuangan

Implikasinya, masyarakat

demikian luas lahan yang

akhir (TPA)

seringkali membuang

sehingga

mencemari badan air tersebut. Untuk

untuk

menanggulangi persoalan

tersebut,

semakin

sampah

ke

terbatas.
badan

itu diperlukan
antara

lain

air

upaya
melalui

peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya upaya daur ulang
(recycle), pengurangan volume (reduce), dan penggunaan kembali

(reuse).

Untuk itu diperlukan pengembangan dan pelaksanaan peraturan perundangan

BAB 3

20

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
(termasuk penegakan hukum) ataupun penerapan sistem insentif, reward dan
dis-insentif.
Strategi 10:

Mempromosikan

pengelolaan prasarana
lingkungan,

dan

perubahan
sarana

air

pendekatan
minum

dalam

dan penyehatan

dari pendekatan berdasarkan batasan administrasi menjadi

pendekatan sistem.
Pendekatan penanganan program air minum dan penyehatan lingkung an
yang berdasarkan batasan administratif (wilayah perkotaan dan perdesaan)
tidak tepat lagi untuk diterapkan. Hal ini berdasarkan, bahwa untuk mencapai
pengelolaan air minum dan penyehatan lingkungan yang efektif dan efisien
serta

mengatasi

keterbatasan sumber

daya

maka

cakupan

wilayah

pelayanan tidak dapat dibatasi oleh batas administrasi.
Kenyataan saat ini menunjukkan adanya kawasan

perkotaan yang memiliki

karakteristik perdesaan dan tidak terlayani oleh sistem perkotaan,
yang terjadi pada wilayah pinggiran

Kota, ataupun

seperti

di kantong-kantong

permukiman di pusat Kota. Demikian halnya di kawasan perdesaan, ada sistem
yang cukup besar sehingga tidak dapat dikelola oleh masyarakat, tetapi
dipandang tidak potensial untuk dikelola oleh lembaga formal yang sebagai
pengelola

air

minum

dan penyehatan lingkungan diperkotaan seperti

PDAM, PDAL, Dinas Kebersihan. Kekakuan dalam cara berpikir dan egoisme
kewilayahan, dengan

berlindung kepada

dalam

era

desentralisasi dan

dalam

pengembangan

dan

peraturan

perundang-undangan

otonomi daerah, menjadi kendala

peningkatan pelayanan

air

minum

utama
dan

penyehatan lingkungan. Kendala-kendala ini yang menyebabkan rendahnya
keterlibatan masyarakat
lingkungan
pelayanan

dalam

pengelolaan

air minum dan penyehatan

selama ini, sehingga masyarakat tidak dan belum mendapatkan
air

minum

dan penyehatan lingkungan sebagaimana yang

diharapkan.
Untuk

mengatasi

kendala

tersebut

maka

perlu

adanya

perubahan

pendekatan dalam pembangunan prasarana dan sarana air minum dan
penyehatan lingkungan dengan lebih mensinergikan seluruh sumber daya
antar daerah. Pendekatan sistem regional dalam pembangunan prasarana
dan

sarana air minum dan penyehatan lingkungan merupakan alternatif

dan strategi terbaik untuk mengatasi kendala sebagaimana tersebut diatas.

BAB 3

21

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
Pendekatan sistem regional harus terus dikembangkan untuk mengatasi masalah
secara komprehensif, integratif dan koordinatif.
Strategi 11: Meningkatkan kualitas pengelolaan prasarana dan sarana air
minum

dan

penyehatan lingkungan

yang dilakukan

oleh masyarakat

pengguna.
Pengelolaan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan
oleh masyarakat

pengguna

pada

umumnya

dilaksanakan melalui Unit

Pengelola Sarana (UPS). Lembaga tersebut, beserta sumber daya manusia ,
perangkat lunak

dan perangkat kerasnya, yang menentukan keberlanjutan

pelayanan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan yang
dikelola oleh masyarakat. Oleh sebab itu, keberadaan unit-unit pengelola
sarana ini sangat diperlukan.
Dalam rangka mendukung prinsip keberlanjutan pelayanan air minum dan
penyehatan lingkungan kepada masyarakat maka bantuan teknis kepada UPS
perlu ditingkatkan, antara

lain

melalui

bantuan

teknis,

bantuan

pengelolaan administrasi, bantuan pengembangan sumber daya manusia, dan
bantuan pengembangan komunikasi yang baik dengan masyarakat pengguna.
Selain itu, guna meningkatkan kualitas pelayanan, lembaga
diberikan peningkatan

keterampilan

pemeriksaan

tersebut

kualitas

perlu

air secara

sederhana.
Peningkatan

kualitas pengelolaan juga perlu dilakukan terhadap sistem

yang telah terbangun tetapi tidak berkelanjutan. Upaya-upaya khusus yang
dilakukan dapat dilakukan melalui beberapa tahap; tahap pertama, melakukan
inventarisasi atas sistem yang tidak berfungsi, tahap kedua, melakukan kajian
untuk menemukan penyebab dari tidak berfungsinya sistem tersebut. Tahapan
yang terakhir adalah melakukan rencana kerja bersama masyarakat pengguna
untuk memperbaiki sistem tersebut.
Strategi 12 :
dan

Meningkatkan kepedulian masyarakat pengguna. Penggunaan

pemanfaatan

prasarana

dan

sarana

air

minum dan penyehatan

lingkungan akan efektif apabila prasarana dan sarana yang dibangun
mudah dioperasikan, mudah dipelihara, serta memenuhi prinsip kesetaraan,
yaitu

dapat bermanfaat

diperlukan

upaya

bagi setiap

anggota

masyarakat. Untuk

itu

untuk melibatkan masyarakat secara aktif dalam s etiap

tahapan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan. Keterlibatan
masyarakat
BAB 3

secara aktif

pada setiap tahapan merupakan upaya untuk
22

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
meningkatkan rasa memiliki masyarakat terhadap prasarana dan sarana air
minum dan penyehatan lingkungan serta sebagai upaya melakukan perubahan
perilaku masyarakat secara bertahap. Rasa memiliki dari masyarakat akan
melahirkan kepedulian dalam memelihara
dibangun.

Lebih

luas

prasarana

dan

sarana

yang

lagi, kepedulian masyarakat perlu didorong bukan

saja dalam memeliharan prasarana dan sarana, tetapi juga dalam menjaga
keberlanjutan sumber

air

baik

kuantitas

maupun

kualitasnya,

dan

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Kepedulian masyarakat tersebut perlu dibangun dan dibangkitkan dengan
upaya- upaya kampanye penyadaran tentang pentingnya air minum dan
penyehatan lingkungan bagi kesehatan dan kesejahteraannya.
Strategi 13:

Menerapkan

upaya

khusus

pada

masyarakat

yang kurang beruntung untuk mencapai kesetaraan pelayanan air minum dan
penyehatan lingkungan. Air minum dan penyehatan lingkungan pada dasarnya
merupakan sektor yang bersifat tidak

diskriminatif.

Semua orang

berhak

mendapatkan pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan. Perbedaan
tingkat

pelayanan terjadi karena adanya perbedaan tingkat kebutuhan dan

kemampuan untuk mendapatkan pelayanan.
Perbedaan tingkat kebutuhan, biasanya terjadi karena adanya ketidaksamaan
kualitas pelayanan yang ingin diperoleh masyarakat. Untuk mengatasi perbedaan
k