Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan

Laporan Akhir
Bantek RPI2-JM Bidang Cipta Karya Provinsi Gorontalo Tahun 2015-2019

BAB XI
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA KAB. BOALEMO
RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan
sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya
terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek
lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting
lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan
rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
Pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan
infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan
pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen
Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh
karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan
untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah.
Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun
langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.


11.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam
peraturan dan perundangan terkait, antara lain:


Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

Kabupaten Boalemo

Hal XI - 1

Laporan Akhir
Bantek RPI2-JM Bidang Cipta Karya Provinsi Gorontalo Tahun 2015-2019

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang
menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan,

yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama;


Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung
sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini
akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan
Daerah



Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus.
Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian
Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang
ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran

DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.



Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan

Antara

Pemerintah,

Pemerintahan

Daerah

Provinsi,

Dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas
urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala
kabupaten/kota

meliputi

26

urusan, termasuk

bidang

pekerjaan

umum.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada
standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh
Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama


Kabupaten Boalemo

Hal XI - 2

Laporan Akhir
Bantek RPI2-JM Bidang Cipta Karya Provinsi Gorontalo Tahun 2015-2019

diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana
dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.


Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah
Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya,
Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah
tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi
diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda
wajib memenuhi persyaratan:
a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD
tahun sebelumnya;

b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan
DPRD.



Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010
& Perpres 56/2010)



Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan
Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur




Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup

sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan
Cipta Karya meliputi :
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja
di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air
Minum dan Sanitasi;
Kabupaten Boalemo

Hal XI - 3

Laporan Akhir
Bantek RPI2-JM Bidang Cipta Karya Provinsi Gorontalo Tahun 2015-2019

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur

permukiman dengan skala provinsi/regional;
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)
dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota;
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan
swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR);
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat;
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

11.2. Profil APBD Kabupaten Boalemo
Realisasi pendapatan pemerintah daerah kabupaten Boalemo pada 2013 mengalami
kecenderungan yang positif, yaitu ada peningkatan pendapatan sekitar 17,18% jika
dibandingkan dengan pendapatan daerah pada 2011. Jika dilihat lebih detail maka
peningkatan pendapatan tersebut bersumber dari peningkatan dana perimbangan dan
pendapatan lain-lain yang dianggap syah. Untuk PAD sendiri terjadi penurunan 1,05% dari
tahun 2011. Untuk pendapatan lain-lain daerah mengalami kenaikan sekitar 86,27% dari
tahun 2011, namun untuk penerimaan pajak daerah yang semakin menurun.
Kinerja pendapatan asli daerah yang menjadi barometer penguatan kapasitas fiskal
daerah dan derajat kemandirian daerah, dalam periode tahun 2013 belum secara signifikan
memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah Kabupaten Boalemo. Dana

perimbangan saat ini menempati proporsi yang sangat dominan dengan proporsi lebih dari
87% terhadap total pendapatan daerah. Dalam periode 2011-2013, ketergantungan
Kabupaten Boalemo pada dana perimbangan mencapai 80% hingga 87% sebagaimana
tergambarkan pada tabel 11.1. Sedangkan peranan sumber pendapatan asli daerah yang
berasal dari pajak dan retribusi serta lain-lain PAD sah hanya berkisar antara 4% - 6%. Oleh
karena itu, kebijakan manajemen pendapatan daerah dimasa datang, dalam jangka panjang
harus memberikan arah dan strategi yang tepat dan berkesinambungan bagi penguatan

Kabupaten Boalemo

Hal XI - 4

Laporan Akhir
Bantek RPI2-JM Bidang Cipta Karya Provinsi Gorontalo Tahun 2015-2019

kapasitas fiskal daerah untuk mendukung pembiayaan program-program pembangunan
daerah.
Walaupun kondisi kapasitas fiskal kota masih jauh dari harapan untuk membiayai
kebutuhan fiskal daerah (fiscal needs), namun secara umum perkembangan pendapatan
APBD dalam kurun waktu Periode 2011-2013 menunjukkan trend yang meningkat dengan

pertumbuhan rata-rata 17,18%. Meskipun kurang signifikan dibandingkan dengan
pertumbuhan belanja daerah, namun kenaikan tersebut cukup berarti untuk membiayai
beberapa program pembangunan daerah serta merupakan starting point yang berarti bagi
perbaikan kapasitas fiskal daerah.
Capaian kinerja pendapatan asli daerah menunjukkan bahwa pada tahun 2011 PAD
memberikan kontribusi sebesar 6,1 % terhadap total pendapatan daerah. Pada tahun 2012
memberikan kontribusi sebesar 5,8% dari total pendapatan daerah. Tahun 2013 menurun
menjadi 4,9%.
Realisasi dana perimbangan dari tahun ke tahun relatif tidak tetap sebagaimana
digambarkan pada tabel 11.1. Alokasi dana perimbangan dalam kurun waktu 2011 sampai
dengan 2013mengalami dinamika sesuai perubahan faktor – faktor yang menjadi variabel
perumusan besar kecilnya alokasi dana perimbangan ke daerah serta perkembangan
penerimaan APBN khususnya penerimaan dalam negeri. Secara umum, realisasi dana
perimbangan yang dialokasikan ke Kabupaten Boalemo dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2013 mengalami pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 15,33%.
Berdasarkan komposisi alokasi dana perimbangan, Dana Alokasi Khusus (DAU) masih
merupakan sumber pendapatan yang paling dominan yang besarannya berkisar antara 63%
- 70% dari total alokasi dana perimbangan dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Dalam penerimaan
lain-lain terdapat dana penyesuaian dan dana otsus cukup besar yaitu 5% dari total dana
penrimaan lain-lain. Dana Alokasi Khusus (DAK) berikut memberikan kontribusi terbesar dua

terhadap total Dana Perimbangan atau berkisar antara 13,6%.
Berdasarkan tabel 11.2. nampak bahwa proporsi belanja tidak langsung dalam periode
2011-2013 berada dalam kinerja yang ideal dari sisi peningkatan pelayanan publik, dengan
terjadu penurun belanja tidak langsung dari 67% ke 48%. Hal ini tingkat pelayanan publik
semakin meningkat.
Kabupaten Boalemo

Hal XI - 5

Laporan Akhir
Bantek RPI2-JM Bidang Cipta Karya Provinsi Gorontalo Tahun 2015-2019

Tabel 11. 1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 3 Tahun Terakhir

Tabel 11. 2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 3 Tahun Terakhir

Grafik 1 1 Perkembangan Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam APBD

Kabupaten Boalemo

Hal XI - 6

Laporan Akhir
Bantek RPI2-JM Bidang Cipta Karya Provinsi Gorontalo Tahun 2015-2019

11.3. Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi
pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang
bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.
11.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5
Tahun Terakhir
Investasi pendanaan yang bersumber dari APBN untuk tahun 2010 sampai tahun 2014
cukup besar dimana jumlah dana yang untuk kecipta karyaan tahun 2010 sebesar Rp
69.380.146.000 dan tahun 2014 menjadi Rp. 112.056.797.000. ini menunjukkan trend positif
peningkatan pembiayaan di sektor cipta karya (tabel 11.3).
Kabupaten Boalemo yang mendaptakan pendanaan dari APBN bidang cipta karyaan
tahun 2010 sampai 2014 terus meningkat, dimana pada tahun 2010 jumlah dana APBN
sebesar Rp. 8.131.185.000 meningkat menjadi Rp 30.666.497.000 pada tahun 2014. Jumlah
pendanaan terbesar adalah pada sektor air minum, dimana total dana keseluruhan yang
telah dimanfaatkan adalah Rp. 42.111.908.000 . Sektor terkecil adalah bidang penataan
bangunan dan lingkungan. (tabel 11.4.).
Tabel 11. 3 Perkembangan Pendanaan APBN Sektor Cipta Karya Provinsi Gorontalo

Tabel 11. 4 Perkembangan Pendanaan APBN Sektor Cipta Karya Boalemo

Kabupaten Boalemo

Hal XI - 7

Laporan Akhir
Bantek RPI2-JM Bidang Cipta Karya Provinsi Gorontalo Tahun 2015-2019

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di Kabupaten
Boalmeo untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga
dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang
dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air
minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh
perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,
persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan
rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat Besar
DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus
dan Kriteria Teknis.
Perkembangan DAK air minum di Boalemo Tahun 2010 sampai 2013 sebesar 60,49%
dimana alokasi terbesar yaitu pada tahun 2013 sebesar Rp 2,27 milyar dan terkecil pada
tahun 2010 yaitu hanya Rp. 883.842.996.
Untuk dana DAK sanitas Kab. Boalemo untuk tahun 2011 hingga 2013 pertumbuhan
sangat besar yaitu 96,51% dengan nilai DAK terbesar pada tahun 2013 adalah Rp.
10.427.902.533 untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel 11.5.
Tabel 11. 5 Perkembangan DAK Infrastruktur Kab. Boalemo

11.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD dalam 5
Tahun Terakhir
Pemerintah Kabupaten Boalemo memiliki tugas untuk membangun prasarana
permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta
Kabupaten Boalemo

Hal XI - 8

Laporan Akhir
Bantek RPI2-JM Bidang Cipta Karya Provinsi Gorontalo Tahun 2015-2019

Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya
meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang
sudah ada.
Data Menunjukkan proporsi alokasi APBD terhadap pembangunan cipta karya di
Kabupaten Boalemo terbilang kecil, yaitu hanya 1,38% dari total APBD. Jumlah belanja
daerah terserap pada sektor berbagai sektor lain. Alokasi terbesar adalah sektor PLP dan
pengembangan air minum dan penyehatan lingkungan permukiman. Untuk lengkapnya
dapat dilihat pada tabel 11.6.
Tabel 11. 6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 3 Tahun
Terakhir

Gambar 1 Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD

11.4. Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka
dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah,
dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.
Kabupaten Boalemo

Hal XI - 9

Laporan Akhir
Bantek RPI2-JM Bidang Cipta Karya Provinsi Gorontalo Tahun 2015-2019

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan
regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas
dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi
APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya
sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
11.4.1. Proyeksi APBD 5
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan
regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas
dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi
APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya
sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil proyeksi tahun 2015 sampai tahun 2019 total ABPD sebesar Rp 1,44
trilyun, dengan rincian yang dapat dilihat pada tabel 11.7.
Tabel 11. 7 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan

Sumber: Hasil Analisis tim 2014

Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan
metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah
setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS
merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar
dana yang pat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat

Kabupaten Boalemo

Hal XI - 10

Laporan Akhir
Bantek RPI2-JM Bidang Cipta Karya Provinsi Gorontalo Tahun 2015-2019

dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah
berinvestasi dalam bidang Cipta Karya.
Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk
menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman
Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan
bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi).
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan
keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost
Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini
menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan
gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Berdasarkan hasil perhitungan maka nilai DSCR
Kab. Boalemo masih berada di atas 2,5 hal menunjukkan angka kemampuan keuangan
pemerintah kabupaten cukup baik dalam melakukan pinjaman.
Tabel 11. 8 Proyeksi Debt Service Cost Ratio (DSCR) 2015 - 2019

11.5. Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta
Karya
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat
ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang

Kabupaten Boalemo

Hal XI - 11

Laporan Akhir
Bantek RPI2-JM Bidang Cipta Karya Provinsi Gorontalo Tahun 2015-2019

meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia
usaha dan masyarakat.
11.5.1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan
kegiatan yang ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya dapat dihitung melalui hasil analisis
yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan untuk pendanaan kegiatan di bidang cipta
karya dimana kebutuhan anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 250,829,500 akan dapat
dipenuhi

dengan

pembagian

pembiayaaan

10%

alokasi

APBD

sebesar

Rp.

144,314,804,425.52 dan. Dana anggaran ABPN berdasarkan hasil proyeksi sebesar Rp.
37.452.423.739 dan sisanya dari dana swasta dan CSR
Tabel 11. 9. Proyeksi APBN 5 tahun Kedepan Kab. Boalemo

Sumber: Hasil Analisis tim 2014

11.5.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Secara umum rencana peningkatan pendaanaan dan pendapatan Boalemo yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1 Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penerimaan PAD melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi PAD;
2 Meningkatkan upaya optimalisasi pemanfaatan aset daerah ;
3 Meningkatkan efektifitas belanja daerah melalui perencanaan yang baik dan
proporsional ;
4 Mengupayakan sumber-sumber pendapatan in-konvensional, misalnya melalui obligasi.
5 Meningkatkan regulasi untuk mendukung peningkatan kontribusi dari sektor jasa,
perdagangan, hotel, restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi;
6 Penataan kelembagaan atau organisasi perangkat daerah;

Kabupaten Boalemo

Hal XI - 12

Laporan Akhir
Bantek RPI2-JM Bidang Cipta Karya Provinsi Gorontalo Tahun 2015-2019

7 Peningkatan daya tarik dan kualitas pengelolaan obyek wisata daerah serta potensi
ekonomi lainnya agar menunjang peningkatan PAD.
8 Penyehatan BUMD agar memberikan kontribusi signifikan pada penerimaan daerah.
Memberikan Stimulasi kepada masyarakat dan dunia usaha yang telah turut serta
berinvestasi dalam pembangunan sektor cipta karya.

Kabupaten Boalemo

Hal XI - 13