BAB VI - DOCRPIJM befa48a4bc BAB VIBab 6 Profil Kabupaten Kab Bantul
PROFIL KABUPATEN BANTUL
BAB VI
PROFIL KABUPATEN BANTUL
6.1
Gambaran Geografi dan Administratif Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Bantul 506,85 Km2 (15,90 % dari Luas wilayah DIY). Letak
geografis Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44' 04" - 08° 00' 27" Lintang Selatan dan
110° 12' 34" - 110° 31' 08" Bujur Timur. Kabupaten Bantul terletak di sebelah Selatan
Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan :
Sebelah Utara: Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Kidul
Sebelah Barat: Kabupaten Kulon Progo
Gambar 6. 1 Posisi kabupaten Bantul
Secara administratif Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan yang dibagi menjadi 75
desa dan 933 pedukuhan. Pembagian administrasi dan luas masing-masing kecamatan
dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Desa-desa di Kabupaten Bantul dibagi lagi berdasarkan
statusnya menjadi desa perdesaan (rural area) dan desa perkotaan (urban area).
Tabel 6. 1 Jumlah Desa, Pedukuhan, dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bantul
No.
Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah Pedukuhan
Luas (Km2)
1
Srandakan
2
43
18.32
2
Sanden
4
62
23.16
3
Kretek
5
52
26.77
4
Pundong
3
49
24.30
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-1
PROFIL KABUPATEN BANTUL
No.
Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah Pedukuhan
Luas (Km2)
5
Bambanglipuro
3
45
22.70
6
Pandak
4
49
24.30
7
Pajangan
3
55
33.25
8
Bantul
5
50
21.95
9
Jetis
4
64
21.47
10 Imogiri
8
72
54.49
11 Dlingo
6
58
55.87
12 Banguntapan
8
57
28.48
13 Pleret
5
47
22.97
14 Piyungan
3
60
32.54
15 Sewon
4
63
27.16
16 Kasihan
4
53
32.38
17 Sedayu
4
54
34.36
75
933
506.85
Jumlah
Sumber : Bagian Tata Pemerintahan Setda Kab. Bantul
Tabel 6. 2 Status Desa (Pedesaan/Perkotaan) Kabupaten Bantul
Status Desa/Kelurahan
No.
Kecamatan
Pedesaan
Pekotaaan
1
Srandakan
Poncosari
Trimurti
2
Sanden
Srigading
Gadingsari
Gadingharjo
Murtigading
3
Kretek
Tirtohargo
Donotirto
Parangtritis
Tirtosari
Tirtomulyo
4
Pundong
Seloharjo
Srihardono
Panjangrejo
5
Bambanglipuro
Sumbermulyo
Sidomulyo
Mulyodadi
6
Pandak
Caturharjo
Wijirejo
Triharjo
Gilangharjo
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-2
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Status Desa/Kelurahan
No.
Kecamatan
Pedesaan
7
Bantul
Sabdodadi
Pekotaaan
Palbapang
Ringinharjo
Bantul
Trirenggo
8
Imogiri
Selopamioro
Kebonagung
Sriharjo
Karangtalun
Karangtengah
Imogiri
Wukirsari
Girirejo
9
Dlingo
Mangunan
Dlingo
Muntuk
Temuwuh
Jatimulyo
Terong
10 Jetis
11 Pleret
Patalan
Trimulyo
Canden
Sumberagung
Bawuran
Wonokromo
Wonolelo
Pleret
Segoroyoso
12 Piyungan
Sitimulyo
Srimulyo
Srimartani
13 Banguntapan
Tamanan
Baturetno
Jagalan
Banguntapan
Singosaren
Wirokerten
Jambidan
Potorono
14 Sewon
15 Kasihan
Pendowoharjo
Bangunharjo
Timbulharjo
Panggungharjo
Tamantirto
Tirtonirmolo
Ngestiharjo
Bangunjiwo
16 Pajangan
Guwosari
Triwidadi
Sendangsari
17 Sedayu
Argodadi
Argosari
Argomulyo
Argorejo
Sumber : Bagian Tata Pemerintahan Setda Kab. Bantul
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-3
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa Kecamatan Dlingo mempunyai wilayah paling
luas, yaitu 55,87 Km2. Sedangkan jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak terdapat di
Kecamatan Imogiri dengan delapan desa dan 72 pedukuhan. Berdasarkan RDTRK dan
Perda mengenai batas wilayah kota, maka status desa/kalurahan dapat dipisahkan sebagai
desa/kelurahan perdesaan dan perkotaan. Secara umum jumlah desa yang termasuk dalam
wilayah perkotaan sebanyak 41 desa, sedangkan desa yang termasuk dalam kawasan
perdesaan sebanyak 34 desa.
(Sumber: http://kewilayahan.bantulkab.go.id)
Gambar 6. 2 Peta Administratif Kabupaten Bantul
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-4
PROFIL KABUPATEN BANTUL
(Sumber: http://kewilayahan.bantulkab.go.id)
Gambar 6. 3 Wilayah Perkotaan Kabupaten Bantul
6.2
Gambaran Demografi
Profil demografi menjelaskan mengenai struktur penduduk Kabupaten Bantul. Profil
demografi menjelaskan pula laju pertambahan dan kepadatan penduduk di Kabupaten
Bantul.
4.2.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Profil demografi menjelaskan mengenai struktur penduduk Kabupaten Bantul. Profil
demografi menjelaskan pula laju pertambahan dan kepadatan penduduk di Kabupaten
Bantul.
Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Kabupaten Bantul berjumlah 936.308 orang. Kecamatan dengan jumlah
penduduk terbesar adalah Kecamatan Banguntapan, sedangkan jumlah penduduk terendah
adalah Kecamatan Srandakan. Jumlah penduduk Kabupaten Bantul laki-laki sebanyak
466.771 orang dan perempuan sebanyak 469.537 orang. Ini berarti rasio jenis kelamin (sex
ratio) penduduk adalah sebesar 99,41. Hal ini berarti jumlah penduduk laki-laki sedikit lebih
rendah dibandingkan dengan penduduk perempuan.
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-5
PROFIL KABUPATEN BANTUL
75 +
13.806
19.062
13.191
10.350
70 - 74
14.644
12.542
65 - 69
15.272
12.881
60 - 64
18.726
20.237
55 - 59
27.725
28.088
Kelompok Usia
50 - 54
33.902
32.846
45 - 49
38.011
36.971
40 - 44
36.018
35.835
35 - 39
37.680
38.370
30 - 34
38.626
39.754
25 - 29
Perempuan
Laki-laki
35.945
37.252
20 - 24
36.640
37.923
15 - 19
33.943
35.277
10 -14
34.037
36.306
5 -9
36.116
38.335
0-4
-
5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000
Jiwa
Sumber: BPS Kabupaten Bantul
Gambar 6. 4 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Kelompok Umur, 2013
Sumber: BPS Kabupaten Bantul
Gambar 6. 5 Sex Ratio Penduduk Menurut Kecamatan
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-6
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Perempuan
469.537
50%
Laki-laki
466.771
50%
Sumber: BPS Kabupaten Bantul
Gambar 6. 6 Struktur Penduduk Kabupaten Bantul Berdasarkan Jenis Kelamin, 2013
4.2.2 Laju Pertambahan dan Kepadatan Penduduk
Dilihat dari laju pertumbuhan penduduk per kecamatan, Kecamatan Banguntapan tercatat
sebagai kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi yakni 3,11 persen
pertahun. Kecamatan ini merupakan kawasan pertanian yang telah berkembang menjadi
Kawasan Perkotaan Yogyakarta, sehingga banyak migrasi penduduk ke daerah tersebut.
Adanya universitas yang ada di wilayah tersebut makin menambah kaum urban
berdatangan.
Kecamatan Sanden merupakan Kecamatan yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk
terkecil yaitu 0,38 persen per tahun. Rendahnya pertumbuhan penduduk di Kecamatan
Sanden terutama disebabkan oleh banyaknya penduduk setempat yang migrasi ke daerah
lain atau negara lain sebagai TKI.
.
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-7
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Sumber: BPS Kabupaten Bantul, 2013
Gambar 6. 7 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Proyeksi penduduk Kabupaten Bantul tahun 2013-2019 disajikan dalam gambar di bawah
ini.
1.000.000
990.000
980.000
Jiwa
970.000
960.000
950.000
940.000
988.020
979.207
970.472
961.816
953.237
944.734
936.308
r=0,90%
930.000
920.000
910.000
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
Gambar 6. 8 Proyeksi Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2013-2019
Penduduk Kabupaten Bantul mendiami wilayah dengan luas 506,85 kilometer persegi,
sehingga angka kepadatan penduduk Kabupaten Bantul tahun 2013 adalah 1.847 orang per
kilo meter persegi. Kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Banguntapan yaitu sebesar 4.218
orang per kilometer persegi. Kecamatan Dlingo dengan kepadatan 636 orang per kilometer
persegi tercatat sebagai kecamatan dengan kepadatan terendah.
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-8
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Sumber: BPS Kabupaten Bantul, 2013
Gambar 6. 9 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Bantul, 2013
Jumlah penduduk Kab. Bantul Tahun 2013 per kecamatan disajikan dalam gambar dibawah
ini.
120.000
99.689
99.823
100.000
87.158
80.000
Jiwa
66.617
60.000
54.734
47.611
65.371
55.507
50.626
44.476
38.439
34.605
34.160
40.000 33.534
45.159
43.284
35.514
20.000
-
Kecamatan
Gambar 6. 10 Jumlah Penduduk Per Kecamatan Kab. Bantul Tahun 2012 (BPS, 2012)
Kecamatan Banguntapan, Kasihan dan Sewon adalah 3 Kecamatan dengan sebaran
(distribusi) penduduk Kabupaten Bantul diatas 10 persen, yaitu 13,19 persen, 12,13 persen
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-9
PROFIL KABUPATEN BANTUL
dan 11,44 persen. Sementara sebaran penduduk 14 kecamatan lainnya berkisar antara 3
sampai 7 persen.
Sumber: BPS Kabupaten Bantul, 2013
Gambar 4. 1 Distribusi Persentase Penduduk Kecamatan Kabupaten Bantul
6.3
Gambaran Topografi
Topografi Ketinggian tempat atau elevasi ditentukan berdasarkan elevasi lahan daratan dari
permukaan air laut, di mana permukaan air laut dianggap mempunyai elevasi 0 meter.
Ketinggian tempat Kabupaten Bantul dibagi menjadi empat kelas dan hubungan kelas, kelas
ketinggian tempat yang memiliki penyebaran paling luas adalah elevasi antara 25 - 100
meter (27.709 Ha atau 54,67%) yang terletak pada bagian utara, bagian tengah, dan bagian
tenggara Kabupaten Bantul. Wilayah yang mempunyai elevasi rendah (elevasi < 7 meter)
seluas 3.228 Ha (6,37%) terdapat di Kecamatan Kretek, Kecamatan Sanden, dan
Kecamatan Srandakan. Wilayah dengan elevasi rendah umumnya berbatasan dengan
Samudera Indonesia. Untuk wilayah yang mempunyai elevasi di atas 100 meter terdapat di
sebagian Kecamatan Dlingo, Imogiri, Piyungan, dan Pajangan. Ketinggian wilayah per
kecamatan di Kabupaten Bantul dapat dilihat pada Tabel berikut. Dari Tabel berikut terlihat
bahwa daerah Srandakan dan Sanden merupakan daerah terendah di antara kecamatankecamatan lain di Kabupaten Bantul, yaitu berkisar dari 0 sampai 25 meter dari permukaan
laut, mencakup areal seluas 4.161 Ha (8,2% dari seluruh luas kabupaten).
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-10
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Tabel 6. 3 Ketinggian Wilayah Kabupaten Bantul Per Kecamatan
Luas dan Ketinggian Tempat (dpl)
No.
Kecamatan
Luas (Ha)
0-7m
7-25m
25-100m
100-500m
>500m
1
Srandakan
1.058
776
-
-
-
1.834
2
Sanden
1.246
1.081
-
-
-
2.327
3
Kretek
924
1.335
190
101
-
2.550
4
Pundong
-
1.938
230
199
-
2.376
5
Bambanglipuro
-
1.494
788
-
-
2.282
6
Pandak
-
1.312
1.117
-
-
2.429
7
Pajangan
-
221
2.646
452
-
3.319
8
Bantul
-
-
2.199
-
-
2.199
9
Jetis
-
-
2.549
11
-
2.560
10 Dlingo
-
-
815
4.819
-
5.634
11 Banguntapan
-
-
2.154
475
-
2.629
12 Pleret
-
-
1.783
345
-
2.128
13 Piyungan
-
-
1.965
1.347
-
3.312
14 Sewon
-
-
2.676
-
-
2.676
15 Kasihan
-
-
2.608
630
-
3.238
16 Sedayu
-
-
3.262
149
-
3.411
17 Imogiri
-
791
2.718
2.272
-
5.781
3.228
8.948
27.7099
10.800
-
50.685
Jumlah
Sumber : Kantor Pertanahan Kab. Bantul
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-11
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Gambar 6. 11 Kondisi Ketinggian Tanah Kabupaten Bantul
Gambar 6.
12 Kondisi Kemiringan Tanah Kabupaten Bantul
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-12
PROFIL KABUPATEN BANTUL
6.4
Gambaran Geohidrologi
Kondisi geohidrologi di wilayah Kabupaten Bantul terdapat tiga DAS (Daerah Aliran Sungai)
yaitu DAS Progo, DAS Opak, dan DAS Oya. DAS Oya mempunyai satu sub-DAS yaitu subDAS Oya. Untuk DAS Opak mempunyai 12 sub-DAS yaitu sub-DAS Opak, Gawe, Buntung,
Tepus, Kuning, Mruwe, Kedung Semerengan, Code, Gajah Wong, Winongo, Bulus, dan
Belik. DAS Progo mempunyai satu sub-DAS yaitu sub-DAS Bedog. Secara keseluruhan
DAS di wilayah Kabupaten Bantul menempati lahan seluas 323,5624 Ha. DAS yang
menempati areal paling luas adalah DAS Opak dengan luas 218,7754 Ha. DAS Progo
menempati luas 87,875 Ha, sedangkan DAS Oya menempati lahan seluas 16,9125 Ha.
Sungai-sungai tersebut merupakan sungai yang berair sepanjang tahun (permanen),
meskipun untuk sungai yang kecil pada musim kemarau debit airnya relatif sedikit. Salah
satu fungsi dari masing-masing DAS adalah untuk mengairi areal pertanian. Untuk DAS
Opak luas lahan yang diairi adalah 8.567 Ha dan untuk DAS Progo luas lahan yang diairi
adalah 5.044 Ha. Di samping itu air sungai juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Secara umum wilayah kabupaten Bantul adalah wilayah basah, terdapat akuifer
air tanah, kedalaman air tanah kurang dari 10 m. Berdasarkan kualitasnya air tanah banyak
yang tercemar oleh nitrat dan bakteri coli, sedang air permukaan tercemar oleh limbah
rumah tangga dan industri (gula, penyamakan kulit, batik, dsb).
Gambar 6. 13 Kondisi Daerah Aliran Sungai Kabupaten Bantul
6.5
Gambaran Geologi
Geologi Bantul terdominasi dari beradanya Gunung Merapi, Formasi Sentolo dan Formasi
Semilir Secara fisiografi Bantul dapat dibagi lima bagian, yaitu Lereng Merapi, Batur Agung,
Dataran Progo, Perbukitan Sentolo dan Dataran Pantai. Bahaya alam utama di Bantul
adalah bahaya letusan Merapi di bagian utara, bahaya longsor di pergunungan dan bahaya
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-13
PROFIL KABUPATEN BANTUL
banjir dan tsunami di wilayah pantai. Tanah dengan batuan dasar regosol mendominasi
kawasan kabupaten Bantul, secara umum kesuburan bagus. Tekanan konversi lahan untuk
urbanisasi tinggi pada kawasan dekat dengan ruas jalan utama.
Gambar 6. 14 Kondisi Geologi Kabupaten Bantul
Wilayah Kabupaten Bantul mempunyai tujuh jenis tanah yaitu tanah Alluvial, Lithosol,
Regosol, Renzina, Grumosol, Mediteran, dan Latosol. Jenis tanah Regosol merupakan jenis
tanah yang dominan di wilayah Kabupaten Bantul. Jenis tanah ini tersebar pada Kecamatan
Kasihan, Sewon, Banguntapan, Jetis, Bantul, dan Bambanglipuro seluas 25.930,9 Ha
(51,16%). Tanah Regosol adalah tanah yang berasal dari material gunung berapi, bertekstur
(mempunyai butiran) kasar bercampur dengan pasir, dengan solum tebal dan memiliki
tingkat kesuburan rendah. Tanah Litosol berasal dari batuan induk batugamping, batupasir,
dan breksi/konglomerat, tersebar di Kecamatan Pajangan, Kasihan, dan Pandak. Tanah
Mediteran berasal dari batu gamping karang, batu gamping berlapis, dan batu pasir, tersebar
di Kecamatan Dlingo dan sedikit di Sedayu. Tanah Latosol berasal dari batuan induk breksi,
tersebar di Kecamatan Dlingo, Imogiri, Pundong, Kretek, Piyungan, dan Pleret. Tanah
Grumosol berasal dari batuan induk batugamping berlapis, napal, dan tuff, terdapat di
Kecamatan Sedayu, Pajangan, Kasihan, Pandak, Sanden, Bambanglipuro, dan Srandakan
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-14
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Gambar 6. 15 Kondisi Jenis tanah Kabupaten Bantul
6.6
Gambaran Klimatologi
Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Bantul terdapat tiga DAS (Daerah Aliran Sungai)
yaitu DAS Progo, DAS Opak, dan DAS Oya. DAS Oya mempunyai satu sub-DAS yaitu subDAS Oya. Untuk DAS Opak mempunyai 12 sub-DAS yaitu sub-DAS Opak, Gawe, Buntung,
Tepus, Kuning, Mruwe, Kedung Semerengan, Code, Gajah Wong, Winongo, Bulus, dan
Belik. DAS Progo mempunyai satu sub-DAS yaitu sub-DAS Bedog. Secara keseluruhan
DAS di wilayah Kabupaten Bantul menempati lahan seluas 323,5624 Ha. DAS yang
menempati areal paling luas adalah DAS Opak dengan luas 218,7754 Ha. DAS Progo
menempati luas 87,875 Ha, sedangkan DAS Oya menempati lahan seluas 16,9125 Ha.
Sungai-sungai tersebut merupakan sungai yang berair sepanjang tahun (permanen),
meskipun untuk sungai yang kecil pada musim kemarau debit airnya relatif sedikit. Salah
satu fungsi dari masing-masing DAS adalah untuk mengairi areal pertanian. Untuk DAS
Opak luas lahan yang diairi adalah 8.567 Ha dan untuk DAS Progo luas lahan yang diairi
adalah 5.044 Ha. Di samping itu air sungai juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Secara umum wilayah kabupaten Bantul adalah wilayah basah, terdapat akuifer
air tanah, kedalaman air tanah kurang dari 10 m. Berdasarkan kualitasnya air tanah banyak
yang tercemar oleh nitrat dan bakteri coli, sedang air permukaan tercemar oleh limbah
rumah tangga dan industri (gula, penyamakan kulit, batik, dsb).
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-15
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Gambar 6. 16 Kondisi Daerah Aliran Sungai Kabupaten Bantul
Data curah hujan disajikan sebagai perbandingan adalah data pada tahun 2012 dan 2013.
Untuk mengetahui pola curah hujan pada suatu wilayah tertentu diperlukan parameter data
minimal berupa banyaknya hari hujan dan intensitas curah hujan yang secara spasial
tertuang dalam Peta Intensitas Curah Hujan Tahunan. Akan tetapi untuk keperluan analisis
pola curah hujan akan lebih tepat apabila menggunakan data yang diambil dalam kurun
waktu sedikitnya lima tahun yang berurutan.
Tabel 6. 4 Pola Curah Hujan Kab. Bantul Tahun 2012 dan 2013
2011
No
2012
Bulan
HH
mm
HH
mm
1. Januari
31
64,93
17,50
188,00
2. Februari
29
365,59
12,60
194,80
3. Maret
31
350,54
10,17
109,50
4. April
21
163,54
10,38
129,25
5. Mei
7
20,25
0
0
6. Juni
1
4,41
1,67
45,67
7. Juli
0
0
2,00
0
8. Agustus
0
0
0
0
9. September
0
0
0
0
10. Oktober
19
162,97
0
0
11. November
27
372,15
8,00
192,20
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-16
PROFIL KABUPATEN BANTUL
2011
No
2012
Bulan
HH
mm
HH
mm
12. Desember
27
276,33
10,43
225,71
Jumlah
193
1780,71
72,74
1089,13
Rata-rata
16,08
148,39
6,06
90,76
Sumber : Dipertahut Kabupaten Bantul 2013
6.7
Kondisi Sosial dan Ekonomi
Selama kurun waktu lima tahun (2005-2009) pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kabupaten
Bantul memiliki kinerja yang cukup baik, bahkan saat gempa terjadi tahun 2006 (lihat Tabel
berikut). Berdasarkan harga berlaku tampak pertumbuhan ekonomi yang dicapai fluktuatif
dan pertumbuhan ekonomi berdasarkan harga konstan menunjukan kecenderungan yang
lebih baik, yakni cenderung meningkat. Pada tahun 2009, dengan angka pertumbuhan harga
berlaku yang lebih rendah dibandingkan tahun 2008 (9,84% dibanding 15,73%)
menghasilkan angka pertumbuhan harga konstan yang relatif tetap (4,47% dibanding
4,90%). Artinya pertumbuhan yang dicapai tahun 2009 betul-betul disebabkan oleh
bertambahnya barang dan jasa bukan oleh kenaikan harga semata. Hal yang sama tidak
hanya terjadi pada tahun 2009 tetapi juga pada tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari
perbandingan angka pertumbuhan harga berlaku dan harga konstan.
Tabel 6. 5 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bantul Berdasarkan Harga Berlaku dan Harga
Konstan Tahun 2005-2009
PDRB Kabupaten Bantul ditopang oleh sembilan sektor dimana sektor yang menjadi
penopang utama pertumbuhan ekonomi tertuju pada sektor pertanian, perdagangan dan
industri. Sektor pertanian dari tahun ke tahun menunjukkan peran yang relatif stabil (tahun
2007 menurun akibat gempa). Sektor industry dan jasa yang berbasis di permukiman
mengalami penurunan dari tahun 2005- 2007 digantikan oleh peran sektor bangunan.
Keadaan ini terkait oleh pemulihan pasca gempa yang menyebabkan peningkatan peran
sector bangunan.Namun pada tahun 2009 sektor bangunan yang mengalami kontraksi
negatif juga mempunyai kontribusi yang relatif besar terhadap melambatnya laju
pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi sebagai akibat program rehabilitasi dan rekonstruksi
yaitu pemulihan perumahan dan pemukiman serta pemulihan prasarana publik akibat gempa
pada tahun 2006 telah selesai.Kontribusimasing-masing sektor dalam pembentukan Produk
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-17
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Domestik Regional Bruto Kabupaten Bantul tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel
dibawah.
Tabel 6. 6 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bantul Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantul tahun 2005-2009 berfluktuatif. Pada tahun
2007 turun menjadi 2,02 persen akibat adanya gempa bumi. Namun seiring dengan pulihnya
kondisi perekonomian maka laju pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan pada tahun
2007 dan 2008.Pada tahun 2009 laju pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan jika
dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2008. Laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bantul mulai tahun 2005 hingga tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 8. Sektor
pertanian masih merupakan komponen terpenting penyusun PDRB sampai dengan tahun
2009 meskipun laju pertumbuhan sektor pertanian tahun 2009 (4,46 persen) mengalami
sedikit perlambatan dibanding tahun 2008 (4,96 persen). Perlambatan laju pertumbuhan
sektor pertanian ini terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan sub sektor
kehutanan, dimana produksi tanaman kehutanan berkurang karena faktor permintaan
berkurang setelah program rekonstruksi gempa selesai pada tahun 2008. Laju sector
pertambangan juga mengalami konstraksi negatif yaitu sebesar –0,13 persen dibanding
pertumbuhan pada tahun 2008 yang mampu tumbuh sebesar 2,30 persen. Faktor yang
menyebabkan adalah akibat berkurangnya permintaan barang khususnya gol C yang pada
tahun 2007,2008 banyak digali untuk keperluan rekonstruksi, sedangkan tahun 2009
program rekonstruksi gempa telah selesai. Laju pertumbuhan sektor industri pengolahan
pada tahun 2009 mengalami sedikit kenaikan karena produksi di sektor industri khususnya
Pemerintah Kabupaten Bantul
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-18
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Tabel 6. 7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bantul Menurut Lapangan Usaha Tahun
2005 – 2009 (Persen)
Dengan membandingkan PDRB dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun dapat
diketahui besarnya perkembangan pendapatan PDRB per kapita Kab. Bantul 2009-2011
seperti disajikan table dibawah ini.
Tabel 6. 8 Produktivitas Per Sektor Kabupaten Bantul 2009-2011
2009
2010
2011
No Sektor
(Rp)
1
PDRB
%
3,779,948 100
(Rp)
%
3,968,198 100
(Rp)
%
3,967,433 -
1.1 Pertanian
919,417
24.32 947,062
23.87 942,185
23,75
1.2 Pertambangan dan Penggalian
35,783
0.95
0.92
0.90
1.3 Industri Pengolahan
610,781
16.16 647,737
16.16 611,222
15,41
1.4 Listrik, Gas & Air Bersih
34,448
0.91
0.94
0.95
1.5 Konstruksi
434,409
11.49 449,570
11.33 471,648
11.89
1.6 Perdagangan, Hotel & Restoran
746,833
19.76 791,789
19.95 799,437
20.15
1.7 Pengangkutan & Komunikasi
268,145
7.09
287,236
7.24
290.098
7,31
Jasa 230,768
6.11
250,255
6.31
250,106
6,304
13,29 529,731
13,35
1.8 Keuangan,
Perusahaan
1.9 Jasa-Jasa
Sewa
&
499,364
36,525
37,257
13.12 527,397
35,786
37,611
Sumber data: Bidang Ekonomi Bappeda, 2011
Sistem nilai budaya termasuk seni, gaya hidup Jawa Yogyakarta yang berkembang di
Kabupaten Bantul amat dipengaruhi oleh keberadaan Kraton. Pertumbuhan aktivitas urban
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-19
PROFIL KABUPATEN BANTUL
di Bantul sangat mempengaruhi munculnya pergeseran sistem nilai tradisional masyarakat
pada pola moderen. Telah diinventarisasi 48 Kawasan Cagar Budaya di Bantul meliputi
kawasan, kelompok bangunan, komponen bangunan dan bangunan tunggal. Antara lain
meliputi kawasan Parangtritis, sebagian Kotagede, Ambarbinangun, dan Imogiri. Kurangnya
fasilitas seni budaya sangat berpengaruh terhadap pelestarian seni pertunjukkan tradisional
maupun pengembangan seni moderen dan kontemporer. Ketahanan budaya masyarakat
perlu ditingkatkan dalam menghadapi derasnya pengaruh global. Penghargaan masyarakat
pada kreativitas dan apresiasi seniman masih kurang memadai.
Kecenderungan munculnya pergeseran dan kesenjangan dari “tradisional” (tua, miskin,
perdesaan, lokal) ke “modern” (muda, kaya, perkotaan, global), serta pergeseran institusi
dari Kraton Yogyakarta ke universitas dan mal. Menipisnya kesadaran masyarakat dalam
melestarikan berbagai manifestasi budaya tradisional dalam kehidupan keseharian.Kecilnya
proses regenerasi terutama bagi pelaku seni tradisional, salah satunya diakibatkan oleh
rendahnya ketertarikan generasi muda untuk melestarikan warisan tersebut
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-20
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Contents
6.1
Gambaran Geografi dan Administratif Wilayah ............................................................ 1
6.2
Gambaran Demografi .................................................................................................. 5
4.2.1
Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.................................................... 5
4.2.2
Laju Pertambahan dan Kepadatan Penduduk ...................................................... 7
6.3
Gambaran Topografi ................................................................................................. 10
6.4
Gambaran Geohidrologi ............................................................................................ 13
6.5
Gambaran Geologi .................................................................................................... 13
6.6
Gambaran Klimatologi ............................................................................................... 15
6.7
Kondisi Sosial dan Ekonomi ...................................................................................... 17
Tabel 6. 1 Jumlah Desa, Pedukuhan, dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bantul ................. 1
Tabel 6. 2 Status Desa (Pedesaan/Perkotaan) Kabupaten Bantul ......................................... 2
Tabel 6. 3 Ketinggian Wilayah Kabupaten Bantul Per Kecamatan ...................................... 11
Tabel 6. 4 Pola Curah Hujan Kab. Bantul Tahun 2012 dan 2013 ........................................ 16
Tabel 6. 5 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bantul Berdasarkan Harga Berlaku dan Harga
Konstan Tahun 2005-2009................................................................................................... 17
Tabel 6. 6 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bantul Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 ................................................... 18
Tabel 6. 7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bantul Menurut Lapangan Usaha Tahun
2005 – 2009 (Persen) .......................................................................................................... 19
Tabel 6. 8 Produktivitas Per Sektor Kabupaten Bantul 2009-2011 ....................................... 19
Gambar 6. 1 Posisi kabupaten Bantul .................................................................................... 1
Gambar 6. 2 Peta Administratif Kabupaten Bantul ................................................................ 4
Gambar 6. 3 Wilayah Perkotaan Kabupaten Bantul ............................................................... 5
Gambar 6. 4 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Kelompok Umur, 2013 ...... 6
Gambar 6. 5 Sex Ratio Penduduk Menurut Kecamatan ........................................................ 6
Gambar 6. 6 Struktur Penduduk Kabupaten Bantul Berdasarkan Jenis Kelamin, 2013 .......... 7
Gambar 6. 7 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan ......................................................... 8
Gambar 6. 8 Proyeksi Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2013-2019................................. 8
Gambar 6. 9 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Bantul, 2013 ............... 9
Gambar 6. 10 Jumlah Penduduk Per Kecamatan Kab. Bantul Tahun 2012 (BPS, 2012) ...... 9
Gambar 6. 11 Kondisi Ketinggian Tanah Kabupaten Bantul................................................ 12
Gambar 6. 12 Kondisi Kemiringan Tanah Kabupaten Bantul ............................................... 12
Gambar 6. 13 Kondisi Daerah Aliran Sungai Kabupaten Bantul ........................................... 13
Gambar 6. 14 Kondisi Geologi Kabupaten Bantul ............................................................... 14
Gambar 6. 15 Kondisi Jenis tanah Kabupaten Bantul ......................................................... 15
Gambar 6. 16 Kondisi Daerah Aliran Sungai Kabupaten Bantul .......................................... 16
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-21
BAB VI
PROFIL KABUPATEN BANTUL
6.1
Gambaran Geografi dan Administratif Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Bantul 506,85 Km2 (15,90 % dari Luas wilayah DIY). Letak
geografis Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44' 04" - 08° 00' 27" Lintang Selatan dan
110° 12' 34" - 110° 31' 08" Bujur Timur. Kabupaten Bantul terletak di sebelah Selatan
Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan :
Sebelah Utara: Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Kidul
Sebelah Barat: Kabupaten Kulon Progo
Gambar 6. 1 Posisi kabupaten Bantul
Secara administratif Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan yang dibagi menjadi 75
desa dan 933 pedukuhan. Pembagian administrasi dan luas masing-masing kecamatan
dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Desa-desa di Kabupaten Bantul dibagi lagi berdasarkan
statusnya menjadi desa perdesaan (rural area) dan desa perkotaan (urban area).
Tabel 6. 1 Jumlah Desa, Pedukuhan, dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bantul
No.
Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah Pedukuhan
Luas (Km2)
1
Srandakan
2
43
18.32
2
Sanden
4
62
23.16
3
Kretek
5
52
26.77
4
Pundong
3
49
24.30
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-1
PROFIL KABUPATEN BANTUL
No.
Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah Pedukuhan
Luas (Km2)
5
Bambanglipuro
3
45
22.70
6
Pandak
4
49
24.30
7
Pajangan
3
55
33.25
8
Bantul
5
50
21.95
9
Jetis
4
64
21.47
10 Imogiri
8
72
54.49
11 Dlingo
6
58
55.87
12 Banguntapan
8
57
28.48
13 Pleret
5
47
22.97
14 Piyungan
3
60
32.54
15 Sewon
4
63
27.16
16 Kasihan
4
53
32.38
17 Sedayu
4
54
34.36
75
933
506.85
Jumlah
Sumber : Bagian Tata Pemerintahan Setda Kab. Bantul
Tabel 6. 2 Status Desa (Pedesaan/Perkotaan) Kabupaten Bantul
Status Desa/Kelurahan
No.
Kecamatan
Pedesaan
Pekotaaan
1
Srandakan
Poncosari
Trimurti
2
Sanden
Srigading
Gadingsari
Gadingharjo
Murtigading
3
Kretek
Tirtohargo
Donotirto
Parangtritis
Tirtosari
Tirtomulyo
4
Pundong
Seloharjo
Srihardono
Panjangrejo
5
Bambanglipuro
Sumbermulyo
Sidomulyo
Mulyodadi
6
Pandak
Caturharjo
Wijirejo
Triharjo
Gilangharjo
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-2
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Status Desa/Kelurahan
No.
Kecamatan
Pedesaan
7
Bantul
Sabdodadi
Pekotaaan
Palbapang
Ringinharjo
Bantul
Trirenggo
8
Imogiri
Selopamioro
Kebonagung
Sriharjo
Karangtalun
Karangtengah
Imogiri
Wukirsari
Girirejo
9
Dlingo
Mangunan
Dlingo
Muntuk
Temuwuh
Jatimulyo
Terong
10 Jetis
11 Pleret
Patalan
Trimulyo
Canden
Sumberagung
Bawuran
Wonokromo
Wonolelo
Pleret
Segoroyoso
12 Piyungan
Sitimulyo
Srimulyo
Srimartani
13 Banguntapan
Tamanan
Baturetno
Jagalan
Banguntapan
Singosaren
Wirokerten
Jambidan
Potorono
14 Sewon
15 Kasihan
Pendowoharjo
Bangunharjo
Timbulharjo
Panggungharjo
Tamantirto
Tirtonirmolo
Ngestiharjo
Bangunjiwo
16 Pajangan
Guwosari
Triwidadi
Sendangsari
17 Sedayu
Argodadi
Argosari
Argomulyo
Argorejo
Sumber : Bagian Tata Pemerintahan Setda Kab. Bantul
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-3
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa Kecamatan Dlingo mempunyai wilayah paling
luas, yaitu 55,87 Km2. Sedangkan jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak terdapat di
Kecamatan Imogiri dengan delapan desa dan 72 pedukuhan. Berdasarkan RDTRK dan
Perda mengenai batas wilayah kota, maka status desa/kalurahan dapat dipisahkan sebagai
desa/kelurahan perdesaan dan perkotaan. Secara umum jumlah desa yang termasuk dalam
wilayah perkotaan sebanyak 41 desa, sedangkan desa yang termasuk dalam kawasan
perdesaan sebanyak 34 desa.
(Sumber: http://kewilayahan.bantulkab.go.id)
Gambar 6. 2 Peta Administratif Kabupaten Bantul
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-4
PROFIL KABUPATEN BANTUL
(Sumber: http://kewilayahan.bantulkab.go.id)
Gambar 6. 3 Wilayah Perkotaan Kabupaten Bantul
6.2
Gambaran Demografi
Profil demografi menjelaskan mengenai struktur penduduk Kabupaten Bantul. Profil
demografi menjelaskan pula laju pertambahan dan kepadatan penduduk di Kabupaten
Bantul.
4.2.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Profil demografi menjelaskan mengenai struktur penduduk Kabupaten Bantul. Profil
demografi menjelaskan pula laju pertambahan dan kepadatan penduduk di Kabupaten
Bantul.
Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Kabupaten Bantul berjumlah 936.308 orang. Kecamatan dengan jumlah
penduduk terbesar adalah Kecamatan Banguntapan, sedangkan jumlah penduduk terendah
adalah Kecamatan Srandakan. Jumlah penduduk Kabupaten Bantul laki-laki sebanyak
466.771 orang dan perempuan sebanyak 469.537 orang. Ini berarti rasio jenis kelamin (sex
ratio) penduduk adalah sebesar 99,41. Hal ini berarti jumlah penduduk laki-laki sedikit lebih
rendah dibandingkan dengan penduduk perempuan.
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-5
PROFIL KABUPATEN BANTUL
75 +
13.806
19.062
13.191
10.350
70 - 74
14.644
12.542
65 - 69
15.272
12.881
60 - 64
18.726
20.237
55 - 59
27.725
28.088
Kelompok Usia
50 - 54
33.902
32.846
45 - 49
38.011
36.971
40 - 44
36.018
35.835
35 - 39
37.680
38.370
30 - 34
38.626
39.754
25 - 29
Perempuan
Laki-laki
35.945
37.252
20 - 24
36.640
37.923
15 - 19
33.943
35.277
10 -14
34.037
36.306
5 -9
36.116
38.335
0-4
-
5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000
Jiwa
Sumber: BPS Kabupaten Bantul
Gambar 6. 4 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Kelompok Umur, 2013
Sumber: BPS Kabupaten Bantul
Gambar 6. 5 Sex Ratio Penduduk Menurut Kecamatan
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-6
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Perempuan
469.537
50%
Laki-laki
466.771
50%
Sumber: BPS Kabupaten Bantul
Gambar 6. 6 Struktur Penduduk Kabupaten Bantul Berdasarkan Jenis Kelamin, 2013
4.2.2 Laju Pertambahan dan Kepadatan Penduduk
Dilihat dari laju pertumbuhan penduduk per kecamatan, Kecamatan Banguntapan tercatat
sebagai kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi yakni 3,11 persen
pertahun. Kecamatan ini merupakan kawasan pertanian yang telah berkembang menjadi
Kawasan Perkotaan Yogyakarta, sehingga banyak migrasi penduduk ke daerah tersebut.
Adanya universitas yang ada di wilayah tersebut makin menambah kaum urban
berdatangan.
Kecamatan Sanden merupakan Kecamatan yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk
terkecil yaitu 0,38 persen per tahun. Rendahnya pertumbuhan penduduk di Kecamatan
Sanden terutama disebabkan oleh banyaknya penduduk setempat yang migrasi ke daerah
lain atau negara lain sebagai TKI.
.
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-7
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Sumber: BPS Kabupaten Bantul, 2013
Gambar 6. 7 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Proyeksi penduduk Kabupaten Bantul tahun 2013-2019 disajikan dalam gambar di bawah
ini.
1.000.000
990.000
980.000
Jiwa
970.000
960.000
950.000
940.000
988.020
979.207
970.472
961.816
953.237
944.734
936.308
r=0,90%
930.000
920.000
910.000
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
Gambar 6. 8 Proyeksi Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2013-2019
Penduduk Kabupaten Bantul mendiami wilayah dengan luas 506,85 kilometer persegi,
sehingga angka kepadatan penduduk Kabupaten Bantul tahun 2013 adalah 1.847 orang per
kilo meter persegi. Kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Banguntapan yaitu sebesar 4.218
orang per kilometer persegi. Kecamatan Dlingo dengan kepadatan 636 orang per kilometer
persegi tercatat sebagai kecamatan dengan kepadatan terendah.
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-8
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Sumber: BPS Kabupaten Bantul, 2013
Gambar 6. 9 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Bantul, 2013
Jumlah penduduk Kab. Bantul Tahun 2013 per kecamatan disajikan dalam gambar dibawah
ini.
120.000
99.689
99.823
100.000
87.158
80.000
Jiwa
66.617
60.000
54.734
47.611
65.371
55.507
50.626
44.476
38.439
34.605
34.160
40.000 33.534
45.159
43.284
35.514
20.000
-
Kecamatan
Gambar 6. 10 Jumlah Penduduk Per Kecamatan Kab. Bantul Tahun 2012 (BPS, 2012)
Kecamatan Banguntapan, Kasihan dan Sewon adalah 3 Kecamatan dengan sebaran
(distribusi) penduduk Kabupaten Bantul diatas 10 persen, yaitu 13,19 persen, 12,13 persen
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-9
PROFIL KABUPATEN BANTUL
dan 11,44 persen. Sementara sebaran penduduk 14 kecamatan lainnya berkisar antara 3
sampai 7 persen.
Sumber: BPS Kabupaten Bantul, 2013
Gambar 4. 1 Distribusi Persentase Penduduk Kecamatan Kabupaten Bantul
6.3
Gambaran Topografi
Topografi Ketinggian tempat atau elevasi ditentukan berdasarkan elevasi lahan daratan dari
permukaan air laut, di mana permukaan air laut dianggap mempunyai elevasi 0 meter.
Ketinggian tempat Kabupaten Bantul dibagi menjadi empat kelas dan hubungan kelas, kelas
ketinggian tempat yang memiliki penyebaran paling luas adalah elevasi antara 25 - 100
meter (27.709 Ha atau 54,67%) yang terletak pada bagian utara, bagian tengah, dan bagian
tenggara Kabupaten Bantul. Wilayah yang mempunyai elevasi rendah (elevasi < 7 meter)
seluas 3.228 Ha (6,37%) terdapat di Kecamatan Kretek, Kecamatan Sanden, dan
Kecamatan Srandakan. Wilayah dengan elevasi rendah umumnya berbatasan dengan
Samudera Indonesia. Untuk wilayah yang mempunyai elevasi di atas 100 meter terdapat di
sebagian Kecamatan Dlingo, Imogiri, Piyungan, dan Pajangan. Ketinggian wilayah per
kecamatan di Kabupaten Bantul dapat dilihat pada Tabel berikut. Dari Tabel berikut terlihat
bahwa daerah Srandakan dan Sanden merupakan daerah terendah di antara kecamatankecamatan lain di Kabupaten Bantul, yaitu berkisar dari 0 sampai 25 meter dari permukaan
laut, mencakup areal seluas 4.161 Ha (8,2% dari seluruh luas kabupaten).
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-10
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Tabel 6. 3 Ketinggian Wilayah Kabupaten Bantul Per Kecamatan
Luas dan Ketinggian Tempat (dpl)
No.
Kecamatan
Luas (Ha)
0-7m
7-25m
25-100m
100-500m
>500m
1
Srandakan
1.058
776
-
-
-
1.834
2
Sanden
1.246
1.081
-
-
-
2.327
3
Kretek
924
1.335
190
101
-
2.550
4
Pundong
-
1.938
230
199
-
2.376
5
Bambanglipuro
-
1.494
788
-
-
2.282
6
Pandak
-
1.312
1.117
-
-
2.429
7
Pajangan
-
221
2.646
452
-
3.319
8
Bantul
-
-
2.199
-
-
2.199
9
Jetis
-
-
2.549
11
-
2.560
10 Dlingo
-
-
815
4.819
-
5.634
11 Banguntapan
-
-
2.154
475
-
2.629
12 Pleret
-
-
1.783
345
-
2.128
13 Piyungan
-
-
1.965
1.347
-
3.312
14 Sewon
-
-
2.676
-
-
2.676
15 Kasihan
-
-
2.608
630
-
3.238
16 Sedayu
-
-
3.262
149
-
3.411
17 Imogiri
-
791
2.718
2.272
-
5.781
3.228
8.948
27.7099
10.800
-
50.685
Jumlah
Sumber : Kantor Pertanahan Kab. Bantul
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-11
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Gambar 6. 11 Kondisi Ketinggian Tanah Kabupaten Bantul
Gambar 6.
12 Kondisi Kemiringan Tanah Kabupaten Bantul
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-12
PROFIL KABUPATEN BANTUL
6.4
Gambaran Geohidrologi
Kondisi geohidrologi di wilayah Kabupaten Bantul terdapat tiga DAS (Daerah Aliran Sungai)
yaitu DAS Progo, DAS Opak, dan DAS Oya. DAS Oya mempunyai satu sub-DAS yaitu subDAS Oya. Untuk DAS Opak mempunyai 12 sub-DAS yaitu sub-DAS Opak, Gawe, Buntung,
Tepus, Kuning, Mruwe, Kedung Semerengan, Code, Gajah Wong, Winongo, Bulus, dan
Belik. DAS Progo mempunyai satu sub-DAS yaitu sub-DAS Bedog. Secara keseluruhan
DAS di wilayah Kabupaten Bantul menempati lahan seluas 323,5624 Ha. DAS yang
menempati areal paling luas adalah DAS Opak dengan luas 218,7754 Ha. DAS Progo
menempati luas 87,875 Ha, sedangkan DAS Oya menempati lahan seluas 16,9125 Ha.
Sungai-sungai tersebut merupakan sungai yang berair sepanjang tahun (permanen),
meskipun untuk sungai yang kecil pada musim kemarau debit airnya relatif sedikit. Salah
satu fungsi dari masing-masing DAS adalah untuk mengairi areal pertanian. Untuk DAS
Opak luas lahan yang diairi adalah 8.567 Ha dan untuk DAS Progo luas lahan yang diairi
adalah 5.044 Ha. Di samping itu air sungai juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Secara umum wilayah kabupaten Bantul adalah wilayah basah, terdapat akuifer
air tanah, kedalaman air tanah kurang dari 10 m. Berdasarkan kualitasnya air tanah banyak
yang tercemar oleh nitrat dan bakteri coli, sedang air permukaan tercemar oleh limbah
rumah tangga dan industri (gula, penyamakan kulit, batik, dsb).
Gambar 6. 13 Kondisi Daerah Aliran Sungai Kabupaten Bantul
6.5
Gambaran Geologi
Geologi Bantul terdominasi dari beradanya Gunung Merapi, Formasi Sentolo dan Formasi
Semilir Secara fisiografi Bantul dapat dibagi lima bagian, yaitu Lereng Merapi, Batur Agung,
Dataran Progo, Perbukitan Sentolo dan Dataran Pantai. Bahaya alam utama di Bantul
adalah bahaya letusan Merapi di bagian utara, bahaya longsor di pergunungan dan bahaya
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-13
PROFIL KABUPATEN BANTUL
banjir dan tsunami di wilayah pantai. Tanah dengan batuan dasar regosol mendominasi
kawasan kabupaten Bantul, secara umum kesuburan bagus. Tekanan konversi lahan untuk
urbanisasi tinggi pada kawasan dekat dengan ruas jalan utama.
Gambar 6. 14 Kondisi Geologi Kabupaten Bantul
Wilayah Kabupaten Bantul mempunyai tujuh jenis tanah yaitu tanah Alluvial, Lithosol,
Regosol, Renzina, Grumosol, Mediteran, dan Latosol. Jenis tanah Regosol merupakan jenis
tanah yang dominan di wilayah Kabupaten Bantul. Jenis tanah ini tersebar pada Kecamatan
Kasihan, Sewon, Banguntapan, Jetis, Bantul, dan Bambanglipuro seluas 25.930,9 Ha
(51,16%). Tanah Regosol adalah tanah yang berasal dari material gunung berapi, bertekstur
(mempunyai butiran) kasar bercampur dengan pasir, dengan solum tebal dan memiliki
tingkat kesuburan rendah. Tanah Litosol berasal dari batuan induk batugamping, batupasir,
dan breksi/konglomerat, tersebar di Kecamatan Pajangan, Kasihan, dan Pandak. Tanah
Mediteran berasal dari batu gamping karang, batu gamping berlapis, dan batu pasir, tersebar
di Kecamatan Dlingo dan sedikit di Sedayu. Tanah Latosol berasal dari batuan induk breksi,
tersebar di Kecamatan Dlingo, Imogiri, Pundong, Kretek, Piyungan, dan Pleret. Tanah
Grumosol berasal dari batuan induk batugamping berlapis, napal, dan tuff, terdapat di
Kecamatan Sedayu, Pajangan, Kasihan, Pandak, Sanden, Bambanglipuro, dan Srandakan
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-14
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Gambar 6. 15 Kondisi Jenis tanah Kabupaten Bantul
6.6
Gambaran Klimatologi
Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Bantul terdapat tiga DAS (Daerah Aliran Sungai)
yaitu DAS Progo, DAS Opak, dan DAS Oya. DAS Oya mempunyai satu sub-DAS yaitu subDAS Oya. Untuk DAS Opak mempunyai 12 sub-DAS yaitu sub-DAS Opak, Gawe, Buntung,
Tepus, Kuning, Mruwe, Kedung Semerengan, Code, Gajah Wong, Winongo, Bulus, dan
Belik. DAS Progo mempunyai satu sub-DAS yaitu sub-DAS Bedog. Secara keseluruhan
DAS di wilayah Kabupaten Bantul menempati lahan seluas 323,5624 Ha. DAS yang
menempati areal paling luas adalah DAS Opak dengan luas 218,7754 Ha. DAS Progo
menempati luas 87,875 Ha, sedangkan DAS Oya menempati lahan seluas 16,9125 Ha.
Sungai-sungai tersebut merupakan sungai yang berair sepanjang tahun (permanen),
meskipun untuk sungai yang kecil pada musim kemarau debit airnya relatif sedikit. Salah
satu fungsi dari masing-masing DAS adalah untuk mengairi areal pertanian. Untuk DAS
Opak luas lahan yang diairi adalah 8.567 Ha dan untuk DAS Progo luas lahan yang diairi
adalah 5.044 Ha. Di samping itu air sungai juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Secara umum wilayah kabupaten Bantul adalah wilayah basah, terdapat akuifer
air tanah, kedalaman air tanah kurang dari 10 m. Berdasarkan kualitasnya air tanah banyak
yang tercemar oleh nitrat dan bakteri coli, sedang air permukaan tercemar oleh limbah
rumah tangga dan industri (gula, penyamakan kulit, batik, dsb).
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-15
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Gambar 6. 16 Kondisi Daerah Aliran Sungai Kabupaten Bantul
Data curah hujan disajikan sebagai perbandingan adalah data pada tahun 2012 dan 2013.
Untuk mengetahui pola curah hujan pada suatu wilayah tertentu diperlukan parameter data
minimal berupa banyaknya hari hujan dan intensitas curah hujan yang secara spasial
tertuang dalam Peta Intensitas Curah Hujan Tahunan. Akan tetapi untuk keperluan analisis
pola curah hujan akan lebih tepat apabila menggunakan data yang diambil dalam kurun
waktu sedikitnya lima tahun yang berurutan.
Tabel 6. 4 Pola Curah Hujan Kab. Bantul Tahun 2012 dan 2013
2011
No
2012
Bulan
HH
mm
HH
mm
1. Januari
31
64,93
17,50
188,00
2. Februari
29
365,59
12,60
194,80
3. Maret
31
350,54
10,17
109,50
4. April
21
163,54
10,38
129,25
5. Mei
7
20,25
0
0
6. Juni
1
4,41
1,67
45,67
7. Juli
0
0
2,00
0
8. Agustus
0
0
0
0
9. September
0
0
0
0
10. Oktober
19
162,97
0
0
11. November
27
372,15
8,00
192,20
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-16
PROFIL KABUPATEN BANTUL
2011
No
2012
Bulan
HH
mm
HH
mm
12. Desember
27
276,33
10,43
225,71
Jumlah
193
1780,71
72,74
1089,13
Rata-rata
16,08
148,39
6,06
90,76
Sumber : Dipertahut Kabupaten Bantul 2013
6.7
Kondisi Sosial dan Ekonomi
Selama kurun waktu lima tahun (2005-2009) pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kabupaten
Bantul memiliki kinerja yang cukup baik, bahkan saat gempa terjadi tahun 2006 (lihat Tabel
berikut). Berdasarkan harga berlaku tampak pertumbuhan ekonomi yang dicapai fluktuatif
dan pertumbuhan ekonomi berdasarkan harga konstan menunjukan kecenderungan yang
lebih baik, yakni cenderung meningkat. Pada tahun 2009, dengan angka pertumbuhan harga
berlaku yang lebih rendah dibandingkan tahun 2008 (9,84% dibanding 15,73%)
menghasilkan angka pertumbuhan harga konstan yang relatif tetap (4,47% dibanding
4,90%). Artinya pertumbuhan yang dicapai tahun 2009 betul-betul disebabkan oleh
bertambahnya barang dan jasa bukan oleh kenaikan harga semata. Hal yang sama tidak
hanya terjadi pada tahun 2009 tetapi juga pada tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari
perbandingan angka pertumbuhan harga berlaku dan harga konstan.
Tabel 6. 5 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bantul Berdasarkan Harga Berlaku dan Harga
Konstan Tahun 2005-2009
PDRB Kabupaten Bantul ditopang oleh sembilan sektor dimana sektor yang menjadi
penopang utama pertumbuhan ekonomi tertuju pada sektor pertanian, perdagangan dan
industri. Sektor pertanian dari tahun ke tahun menunjukkan peran yang relatif stabil (tahun
2007 menurun akibat gempa). Sektor industry dan jasa yang berbasis di permukiman
mengalami penurunan dari tahun 2005- 2007 digantikan oleh peran sektor bangunan.
Keadaan ini terkait oleh pemulihan pasca gempa yang menyebabkan peningkatan peran
sector bangunan.Namun pada tahun 2009 sektor bangunan yang mengalami kontraksi
negatif juga mempunyai kontribusi yang relatif besar terhadap melambatnya laju
pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi sebagai akibat program rehabilitasi dan rekonstruksi
yaitu pemulihan perumahan dan pemukiman serta pemulihan prasarana publik akibat gempa
pada tahun 2006 telah selesai.Kontribusimasing-masing sektor dalam pembentukan Produk
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-17
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Domestik Regional Bruto Kabupaten Bantul tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel
dibawah.
Tabel 6. 6 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bantul Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantul tahun 2005-2009 berfluktuatif. Pada tahun
2007 turun menjadi 2,02 persen akibat adanya gempa bumi. Namun seiring dengan pulihnya
kondisi perekonomian maka laju pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan pada tahun
2007 dan 2008.Pada tahun 2009 laju pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan jika
dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2008. Laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bantul mulai tahun 2005 hingga tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 8. Sektor
pertanian masih merupakan komponen terpenting penyusun PDRB sampai dengan tahun
2009 meskipun laju pertumbuhan sektor pertanian tahun 2009 (4,46 persen) mengalami
sedikit perlambatan dibanding tahun 2008 (4,96 persen). Perlambatan laju pertumbuhan
sektor pertanian ini terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan sub sektor
kehutanan, dimana produksi tanaman kehutanan berkurang karena faktor permintaan
berkurang setelah program rekonstruksi gempa selesai pada tahun 2008. Laju sector
pertambangan juga mengalami konstraksi negatif yaitu sebesar –0,13 persen dibanding
pertumbuhan pada tahun 2008 yang mampu tumbuh sebesar 2,30 persen. Faktor yang
menyebabkan adalah akibat berkurangnya permintaan barang khususnya gol C yang pada
tahun 2007,2008 banyak digali untuk keperluan rekonstruksi, sedangkan tahun 2009
program rekonstruksi gempa telah selesai. Laju pertumbuhan sektor industri pengolahan
pada tahun 2009 mengalami sedikit kenaikan karena produksi di sektor industri khususnya
Pemerintah Kabupaten Bantul
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-18
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Tabel 6. 7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bantul Menurut Lapangan Usaha Tahun
2005 – 2009 (Persen)
Dengan membandingkan PDRB dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun dapat
diketahui besarnya perkembangan pendapatan PDRB per kapita Kab. Bantul 2009-2011
seperti disajikan table dibawah ini.
Tabel 6. 8 Produktivitas Per Sektor Kabupaten Bantul 2009-2011
2009
2010
2011
No Sektor
(Rp)
1
PDRB
%
3,779,948 100
(Rp)
%
3,968,198 100
(Rp)
%
3,967,433 -
1.1 Pertanian
919,417
24.32 947,062
23.87 942,185
23,75
1.2 Pertambangan dan Penggalian
35,783
0.95
0.92
0.90
1.3 Industri Pengolahan
610,781
16.16 647,737
16.16 611,222
15,41
1.4 Listrik, Gas & Air Bersih
34,448
0.91
0.94
0.95
1.5 Konstruksi
434,409
11.49 449,570
11.33 471,648
11.89
1.6 Perdagangan, Hotel & Restoran
746,833
19.76 791,789
19.95 799,437
20.15
1.7 Pengangkutan & Komunikasi
268,145
7.09
287,236
7.24
290.098
7,31
Jasa 230,768
6.11
250,255
6.31
250,106
6,304
13,29 529,731
13,35
1.8 Keuangan,
Perusahaan
1.9 Jasa-Jasa
Sewa
&
499,364
36,525
37,257
13.12 527,397
35,786
37,611
Sumber data: Bidang Ekonomi Bappeda, 2011
Sistem nilai budaya termasuk seni, gaya hidup Jawa Yogyakarta yang berkembang di
Kabupaten Bantul amat dipengaruhi oleh keberadaan Kraton. Pertumbuhan aktivitas urban
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-19
PROFIL KABUPATEN BANTUL
di Bantul sangat mempengaruhi munculnya pergeseran sistem nilai tradisional masyarakat
pada pola moderen. Telah diinventarisasi 48 Kawasan Cagar Budaya di Bantul meliputi
kawasan, kelompok bangunan, komponen bangunan dan bangunan tunggal. Antara lain
meliputi kawasan Parangtritis, sebagian Kotagede, Ambarbinangun, dan Imogiri. Kurangnya
fasilitas seni budaya sangat berpengaruh terhadap pelestarian seni pertunjukkan tradisional
maupun pengembangan seni moderen dan kontemporer. Ketahanan budaya masyarakat
perlu ditingkatkan dalam menghadapi derasnya pengaruh global. Penghargaan masyarakat
pada kreativitas dan apresiasi seniman masih kurang memadai.
Kecenderungan munculnya pergeseran dan kesenjangan dari “tradisional” (tua, miskin,
perdesaan, lokal) ke “modern” (muda, kaya, perkotaan, global), serta pergeseran institusi
dari Kraton Yogyakarta ke universitas dan mal. Menipisnya kesadaran masyarakat dalam
melestarikan berbagai manifestasi budaya tradisional dalam kehidupan keseharian.Kecilnya
proses regenerasi terutama bagi pelaku seni tradisional, salah satunya diakibatkan oleh
rendahnya ketertarikan generasi muda untuk melestarikan warisan tersebut
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-20
PROFIL KABUPATEN BANTUL
Contents
6.1
Gambaran Geografi dan Administratif Wilayah ............................................................ 1
6.2
Gambaran Demografi .................................................................................................. 5
4.2.1
Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.................................................... 5
4.2.2
Laju Pertambahan dan Kepadatan Penduduk ...................................................... 7
6.3
Gambaran Topografi ................................................................................................. 10
6.4
Gambaran Geohidrologi ............................................................................................ 13
6.5
Gambaran Geologi .................................................................................................... 13
6.6
Gambaran Klimatologi ............................................................................................... 15
6.7
Kondisi Sosial dan Ekonomi ...................................................................................... 17
Tabel 6. 1 Jumlah Desa, Pedukuhan, dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bantul ................. 1
Tabel 6. 2 Status Desa (Pedesaan/Perkotaan) Kabupaten Bantul ......................................... 2
Tabel 6. 3 Ketinggian Wilayah Kabupaten Bantul Per Kecamatan ...................................... 11
Tabel 6. 4 Pola Curah Hujan Kab. Bantul Tahun 2012 dan 2013 ........................................ 16
Tabel 6. 5 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bantul Berdasarkan Harga Berlaku dan Harga
Konstan Tahun 2005-2009................................................................................................... 17
Tabel 6. 6 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bantul Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 ................................................... 18
Tabel 6. 7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bantul Menurut Lapangan Usaha Tahun
2005 – 2009 (Persen) .......................................................................................................... 19
Tabel 6. 8 Produktivitas Per Sektor Kabupaten Bantul 2009-2011 ....................................... 19
Gambar 6. 1 Posisi kabupaten Bantul .................................................................................... 1
Gambar 6. 2 Peta Administratif Kabupaten Bantul ................................................................ 4
Gambar 6. 3 Wilayah Perkotaan Kabupaten Bantul ............................................................... 5
Gambar 6. 4 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Kelompok Umur, 2013 ...... 6
Gambar 6. 5 Sex Ratio Penduduk Menurut Kecamatan ........................................................ 6
Gambar 6. 6 Struktur Penduduk Kabupaten Bantul Berdasarkan Jenis Kelamin, 2013 .......... 7
Gambar 6. 7 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan ......................................................... 8
Gambar 6. 8 Proyeksi Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2013-2019................................. 8
Gambar 6. 9 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Bantul, 2013 ............... 9
Gambar 6. 10 Jumlah Penduduk Per Kecamatan Kab. Bantul Tahun 2012 (BPS, 2012) ...... 9
Gambar 6. 11 Kondisi Ketinggian Tanah Kabupaten Bantul................................................ 12
Gambar 6. 12 Kondisi Kemiringan Tanah Kabupaten Bantul ............................................... 12
Gambar 6. 13 Kondisi Daerah Aliran Sungai Kabupaten Bantul ........................................... 13
Gambar 6. 14 Kondisi Geologi Kabupaten Bantul ............................................................... 14
Gambar 6. 15 Kondisi Jenis tanah Kabupaten Bantul ......................................................... 15
Gambar 6. 16 Kondisi Daerah Aliran Sungai Kabupaten Bantul .......................................... 16
RPI2-JM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015-2019
VI-21