BAB I PENDAHULUAN - GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN GANGGUAN MENTAL ORGANIK DI RUANG BIMA INSTALASI PELAYANAN KESEHATAN JIWA TERPADU RSUD BANYUMAS TAHUN 2017 - repository perpustakaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan
yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO pada tahun 2016 terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofernia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
Laporan WHO menyebutkan satu dari empat orang bakal menderita gangguan mental atau neurologis pada satu saat kehidupannya. Artinya hampir setiap orang berisiko menderita gangguan jiwa. Saat ini diperkirakan 450 juta orang menderita gangguan mental, neurologis, maupun masalah psikososial, termasuk kecanduan alkohol dan penyalahgunaan obat. (Erlina S. & Dibyo P. 2010).
Menurut Dinas Kesehatan Kota Jawa Tengah tahun 2012 menunjukan angka kejadian penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah terkisar antara 3.300 orang hingga 9.300 orang. Angka kejadian ini merupakan penderita yang
1 sudah terdiagnosa. Dilihat dari angka kejadian diatas penyebab paling sering timbulnya gangguan jiwa adalah masalah himpitan ekonomi, kemiskinan, ketidakmampuan dalam beradaptasi tersebut berdampak pada kebingungan, kecemasan dan frustasi pada sebagian masyarakat, konflik batin dan gangguan emosional menjadi ladang subur bagi tumbuhnya penyakit mental. Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, dewasa). Berdasarkan umur proporsi gangguan mental emosional lebih besar dari pada jenis kelamin perempuan (26%), lebih besar pada tingkat pendidikan rendah (26,8%), lebih besar pada yang tidak bekerja (24,2%), lebih besar pada status ekonomi tinggi (24,1%), lebih besar pada anggota keluarga (25,2%), lebih besar pada yang cerai (30,6%), lebih besar yang menderita DM (31,6%). (Suyoko, 2012).
Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah skizofrenia yang gambarannya mempunyai satu atau lebih dari gejala psikotik berupa gangguan persepsi terhadap lingkungan, kekacauan proses berfikir (waham), kekacauan dalam berbicara (inkoheren) dan kekacauan dalam tingkah laku dan gejala-gejala negatif. Psikosa (psychosis) merupakan bentuk gangguan mental yang ditandai dengan adanya diorganisasi kognitif, disorientasi waktu, ruang, orang, serta adanya gangguan dalam emosionalnya. Keadaan tersebut menyebabkan penderita mengalami disintegrasi kepribadian, yang dapat menyebabkan terputusnya hubungan dirinya dengan realita, bahkan dapat mengganggu fungsi sosialnya. Pada beberapa kasus disertai adanya halusinasi dan delusi.(Erlina S. & Dibyo P. 2010).
Psikosa dibagi dalam dua golongan, yaitu: organic psychosis (psikosa
organik) dan functional psychosis (psikosa fungsional). Organik psychosic
disebabkan oleh adanya gangguan pada faktor fisik/organik dan faktor intern, yang menyebabkan penderita mengalami ketakutan mental, maladjusment, dan inkompeten secara sosial. Pada umunya penyakit ini disebabkan oleh adanya gaangguan pada otak serta fungsi jaringan-jaringan otak (terjadi
organic brain disorder ). Hal ini mengakibatkan berkurangnya/ rusaknya
fungsi-fungsi pengenalan, ingatan, intelektual, perasaan dan kemauannya.(Kartono, 2014).
Menurut PPDGJ III Gangguan mental organik merupakan gangguan yang berkaitan dengan penyakit/ gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Termasuk gangguan mental simtomatik, dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder dari penyakit/ gangguan sistemik di luar otak (extracerebral).(Maslim, R. 2009)
Gangguan mental organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak, penyakit cerebrovaskuler, intoksifikasi obat dan infeksi). Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak ada dasar organik yang dapat diterima secara umum (contohnya Skizofrenia, depresi). Bagian yang diseb ut “Gangguan Mental Organik” dalam DSM III-R sekarang disebut
Delirium, Dementia, Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif lain, dan Gangguan Mental karena suatu kondisi medis umum yang tidak dapat dikasifikasikan di tempat lain.(Maslim, R. 2009)
Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak, penyakit cerebrovaskuler, intoksifikasi obat). Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak ada sadar organik yang dapat diterima secara umum (contohnya skizofrenia, depresi). Dari sejarahnya bidang neurologi telah dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut organik dan psikiatri dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut dengan fungsional. Didalam DSM IV diputuskan bahwa perbedaan lama antara gangguan organik dan fungsional telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata nama. Bagian yang disebut “Gangguan
Mental Organik” dalam DSM IV-TR sekarang disebut dengan Delirium, Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif lain, dan gangguan mental karena suatu kondisi medis umum yang tidak dapat diklasifikasikan ditempat lain. (Nurawalin, S. 2015).
Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas beraitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang lebih dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dalam segi perilak, psikologik, atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak di dalam hubungan orang dengan masyarakat.(Maslim, R. 2009).
Gangguan mental organik yang merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit yang tertentu daripada pembagian akut dan menahun. (Maramis, W.F., & Albert, A.M. 2014).
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti didapatkan bahwa jumlah pasien di Ruang Bima Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu RSUD Banyumas diperoleh data pasien sebanyak 33 pasien pada Bulan September-Desember 2017. Dengan hasil bahwa rata-rata pasien yang dirawat di Ruang Bima Instalasi Jiwa Terpadu RSUD Banyumas dengan diagnosa Gangguan Mental Organik.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang diambil dari Ruang Bima Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu RSUD Banyumas diperoleh data penderita gangguan mental organik pada tahun 2017 sebanyak 33 pasien.
Maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran karakteristik pasien gangguan mental organik di ruang bima instalasi pelayanan kesehatan RSUD Banyumas tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dibuat rumusan masalah penelitian yaitu “Bagaimana gambaran karakteristik pasien gangguan mental organik di Ruang Bima instalasi pelayanan kesehatan jiwa terpadu RSUD Banyumas tahun 2017 ?”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan peneliti adalah :
1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran karakteristik pasien gangguan mental organik di instalasi pelayanan kesehatan jiwa terpadu RSUD Banyumas tahun 2017.
2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui Gambaran Karakteristik Umur PasienGangguan Mental Organik yang dirawat di Ruang Bima Instalasi Jiwa RSUD Banyumas tahun 2017.
b. Mengetahui Gambaran Karakteristik Jenis Kelamin PasienGangguan Mental Organik yang dirawat di Ruang Bima Instalasi Jiwa RSUD Banyumas tahun 2017. c. Mengetahui Gambaran Karakteristik Pendidikan PasienGangguan Mental Organik yang dirawat di Ruang Bima Instalasi Jiwa RSUD Banyumas tahun 2017.
d. Mengetahui Gambaran Karakteristik Pekerjaan PasienGangguan Mental Organik yang dirawat di Ruang Bima Instalasi Jiwa RSUD Banyumas tahun 2017.
e. Mengetahui Gambaran Karakteristik Lama Rawat PasienGangguan Mental Organik yang dirawat di Ruang Bima Instalasi Jiwa RSUD Banyumas tahun 2017.
f. Mengetahui Gambaran Karakteristik Penyebab Pasien Gangguan Mental Organik yang dirawat di Ruang Bima Instalasi Jiwa RSUD Banyumas tahun 2017.
g. Mengetahui Gambaran Karakteristik Riwayat Penyakit sebelumnya Pasien Gangguan Mental Organik yang dirawat di Ruang Bima Instalasi Jiwa RSUD Banyumas tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti Menambah pengetahuan peneliti, baik materi gangguan mental oganik maupun metode penelitian, dan menambah pengalaman dalam menyusun sebuah penelitian.
2. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat menambah referensi penelitian tentang gangguan mental organik di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto dan dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi profesi keperawatan Hasil penelitian gangguan mental organik ini diharapkan dapat menjadi masukan sebagai bahan tinjauan keilmuan dalam bidang manajemen keperawatan jiwa.
E. Penelitian Terkait
Penelitian terkait digunakan untuk mengetahui perbedaan-perbedaan dengan penelitian sebelumnya :
1. Suyoko (2012), dengan judul “faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan mental emosional pada lansia di DKI Jakarta (analisis data ris kesdas 2007)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi, distribusi dan perbedaan proporsi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan mental emosional pada lansia. Metode penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2007.
Hasil penelitian prevalansi sebesar 21,1%. Berdasarkan umur proporsi gangguan mental emosional pada lansia lebih besar pada umur ≥70 tahun (21,0%) lebih besar dari pada jenis kelamin perempuan (26%), lebih besar pada tingkat pendidikan rendah (26,8%), lebih besar pada yang tidak bekerja (24,2%), lebih besar pada status ekonomi tinggi (24,1%), lebih besar pada anggota keluarga (25,2%), lebih besar pada yang cerai (30,6%), lebih besar pada yang menderita DM (31,6%), lebih besar pada yang menderita gangguan sendi (26,2%), lebih besar pada yang kurus (27,4%), lebih besar pada yang tidak mandiri (46,5%).
Perbedaan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah kuantitatif, desain deskriptif, jenis sampel, tempat dan waktu penelitian serta variabel yang digunakan.Persamaan dalam penelitian ini yaitu pada gangguan mentalnya.
2. Ali, M. (2014), dengan judul “analisis faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa di rumah sakit khusus daerah provinsi sulawesi selatan”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang memberi pengaruh bermakna terhadap kekambuhan pasien gangguan jiwa di RSKD Provinsi Sul-Sel. Jenis penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif analiktik melalui pendekatan cross sectional. Populasi pasien yang di rawat inap di ruang Nyiur berjumlah 179 orang. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling sebanyak 50 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan observasi dengan uji hubungan Chi Square.
Hasil penelitian didapatkan ada hubungan dukungan keluarga (p=0,018) dan kepatuhan klien (p= 0.003). Terhadap kekambuhan serta tidak ada hubungan lingkungan sekitar (p= 0,126) terhadap kekambuhan.
Faktor yang paling dominan hubungannya dengan kekambuhan adalah kepatuhan klien berobat dengan significancy 0,004 dengan uji regresi logistik. Disarankan kepada pihak manajemen RSKD Provinsi Sul-Sel untuk meningkatkan edukasi tentang pentignya minum obat dan membuat sarana informasi kepada keluarga pasien dalam bentuk media cetak.
Perbedaan dalam penelitian ini yaitu peneliti meneliti tentang pasien jiwa yang terkena penyakit gangguan mental organik sedangkan penelitian ini meneliti tentang analisis faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa di rumah sakit.
Persamaan penelitian ini yaitu terletak pada jenis penelitiannya menggunakan jenis kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif.
3. Kurniawan, F.
(2015), dengan judul “Gambaran karakteristik pada pasien gangguan jiwa skizofrenia di instalasi jiwa RSUD Banyumas tahun 2015”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien gangguan jiwa skizofrenia yang dirawat di instalasi jiwa RSUD Banyumas tahun 2015. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan rancangan deskriptif analitik dengan metode lembar checklist/dokumentasi.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 2050 pasien di Instalasi Jiwa RSUD Banyumas. Sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampel sebanyak 51 pasien, yang terdiri 24 pasien laki-laki dan 27 pasien perempuan. Instrumen yang digunakan adalah observasi dan lembar checklist/dokumentasi dengan menggunakan analisa univariat.
Hasil penelitian ini mendapatkan karakteristik pasien gangguan jiwa Skizofrenia meliputi kelompok umur sebanyak 17 pasien (33,3%), jenis kelamin perempuan 27 pasien (52,9%, tingkat pendidikan SMA sebayak 32 pasien (62,7%), pasien bekerja sebanyak 29 pasien (56,86%), lama rawat 10-12 bulan sebanyak 21 pasien, jenis skizofrenia residual sebanyak 30 pasien (58,8%). Kesimpulannya jadi kelompok umur sebanyak 17 pasien (33,3%), jenis kelamin perempuan 27 pasien (52,9%), tingkat pendidikan SMA sebanyak 32 pasien (62,7%), pasien bekerja sebanyak 29 pasien (56,86%), lama rawat 10-12 bulan sebanyak 21 pasien, jenis skizofrenia residual sebanyak 30 pasien (58,8%)di instalasi Jiwa RSUD Banyumas Tahun 2015.
Perbedaan dalam penelitian ini yaitu peneliti meneliti tentang pasien jiwa yang terkena penyakit gangguan mental organik sedangkan penelitian ini meneliti tentang gambaran karakteristik pada pasien gangguan jiwa skizofrenia.
Persamaan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian ini kuantitatif dengan rancangan deskriptif analitik dengan metode lembar checklist/dokumentasi, dan lokasi penelitian yaitu di RSUD Banyumas.