PIDANA – KULIAH 8 (Percobaan) 2015 (Revisi)
KULIAH 8
• Percobaan Tindak Pidana
(POGING)
Percobaan Tindak Pidana
- KUHP tidak memberi perumusan/ definisi
- “Permulaan kejahatan yang belum selesai”
- Poging bukan suatu delik, tetapi poging dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang (Perluasan Pertanggungjawaban Pidana)
- Poging adalah perluasan pengertian delik
- Suatu perbuatan dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang sebab perbuatan itu melanggar kepentingan hukum atau membahayakan kepentingan hukum
- Harus diketahui kapan suatu delik dianggap selesai
- Delik selesai berbeda antara delik formil dan delik materiil:
- Pada delik formil : delik selesai apabila perbuatan yang dilarang telah dilakukan
- Pada delik materiil : delik selesai apabila akibat yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-
• PASAL 53
(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri. (2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal percobaan dikurangi sepertiga.
(3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati
atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan
pidana penjara paling lama 15 tahun.(4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan
kejahatan selesai.• Pasal 54
Mencoba melakukan pelanggaran tidak dipidana
Kasus 1
- Seorang yang sedang berdiri di bordes KA, ketika akan diperiksa karcisnya oleh kondektur, ia telah menendang kaki petugas tersebut.
Sehingga apabila kondektur tidak dengan cepat berpegang pada tiang besi KA, pasti ia jatuh keluar dan terlindas KA (Arrest HR
Kasus 2
- Seorang POLANTAS memberi tanda agar sebuah kendaraan bermotor
berhenti, karena tidak menyalakan
lampu. Pengemudi tetap tancap gas,
sehingga kalau petugas tidak menghindar dengan cara melompat ia akan tertabrak (Arrest HR 6 Pebruari 1951)
Kasus 3
Percobaan Pembunuhan Berencana
KASUS
- A bermaksud menghabisi nyawa B dengan meletakkan bom di mobil B. Bom meledak sebelum B masuk mobil dan mengakibatkan B luka-luka parah.
PASAL YG DIDAKWAKAN
- Pasal 340 jo Pasal 53 KUHP
( Percobaan pembunuhan berencana) ANCAMAN PIDANA
- 15 tahun penjara (lihat Ps. 53 ayat 3)
- Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang merupakan percobaan tindak pidana
yang dipidana sebagai delik selesai. Hal
ini terdapat juga dalam UU Pidana di luar KUHP. - Ada juga delik-delik khusus dlm KUHP yg mirip dengan percobaan yaitu makar (ps. 87) dan permufakatan jahat (ps. 88), namun ada syarat dari Ps. 53 yang belum dipenuhi tapi sudah dapat dihukum
Teori Subyektif
- subjectieve pogingsleer –
• seseorang yang melakukan percobaan
untuk melakukan kejahatan itu pantas dihukum, oleh karena orang
tersebut telah menunjukkan perilaku yang tidak bermoral yang bersifat jahat ataupun yang bersifat berbahaya”
- Terdapat sikap batin atau watak
yang berbahaya dari si pelaku
Teori Obyektif - objectieve pogingsleer –
- Seseorang yang melakukan percobaan untuk melakukan suatu
kejahatan itu dapat dihukum oleh
karena “tindakan-tindakannya
telah bernilai membahayakan
bagi kepentingan-kepentingan hukum”
Pengklasifikasian Teori
Objektif
- Teori Obyektif Formil
- Seseorang yang melakukan percobaan untuk melakukan suatu kejahatan itu dapat dihukum
oleh karena “tindakan-tindakannya telah
bernilai membahayakan bagi kepentingan-kepentingan hukum”. Teori ini tidak membedakan antara percobaan pada delik formil dan delik materiil
- Teori Obyektif Materiil membedakan
percobaan pada jenis deliknya (delik formil atau delik materiil)
- Teori Obyektif Materiil pada Delik Formil “apabila telah dimulai perbuatan/tindakan yang disebut dalam rumusan delik”
• Teori Obyektif Materiil pada Delik Materiil
• “segera setelah tindakan yang dilakukan oleh pelakunya itu, menurut sifatnya secara langsung dapat menimbulkan akibat yang terlarang oleh UU tanpa pelakunya tersebut
harus melakukan suatu tindakan yang lain”
Teori Campuran
- Teori Subyektif
- subjectieve pogingsleer –
dan
- Teori Obyektif
- objectieve pogingsleer –
dipidana
- Niat • Permulaan Pelaksanaan • Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri
Syarat Pertama NIAT atau “Voornemen”
- Menurut doktrin dan yurisprudensi :”voornemen” harus ditafsirkan sebagai kehendak (“willen”) atau “opzet”
- Seseorang harus mempunyai kehendak, yaitu kehendak melakukan kejahatan
- Karena ada 3 macam opzet, apakah
opzet di sini harus dtafsirkan dalam arti
luas atau hanya opzet dalam arti pertama(sebagai “oogmerk” atau tujuan) ? Pada
umumnya ditafsirkan opzet dalam arti
Syarat Kedua Permulaan Pelaksanaan
- “Niat sudah terwujud dengan adanya permulaan pelaksanaan” een begin van uitvoering
- Harus ada suatu perbuatan(handeling)
- apa yang dimaksud “perbuatan sebagai permulaan pelaksanaan” ?
- Undang-undang tidak merumuskan pelaksanaan atau”uitvoering” dan bagaimana bentuknya
Pelaksanaan Kehendak atau
Pelaksanaan Kejahatan ?
• Secara gramatika, harus dihubungkan dengan kata
yang mendahuluinya yaitu “voornemen”/ niat/ kehendak Niat sudah terwujud dengan
adanya permulaan pelaksanaan. Jadi :
pelaksanaan itu ditafsirkan sebagai “pelaksanaan
kehendak” TEORI POGING SUBYEKTIF- Tetapi, jika dihubungkan dengan anak kalimat berikutnya “… tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri” maka secara sistematis maka ditafsirkan sebagai “pelaksanaan kejahatan” TEORI POGING OBYEKTIF
CONTOH KASUS
A menghendaki untuk membunuh B , untuk melaksanakan maksudnya, A harus melakukan beberapa perbuatan, yaitu :
- a. A pergi ke tempat penjualan senjata api
- b. A membeli senjata api
- c. A membawa senjata api ke rumahnya
- d. A berlatih menembak
- e. A menyiapkan sebjata apinya dengan membungkusnya rapat-rapat
- f. A menuju rumah B
• g. Sesampai di rumah B, A mengisi senjata itu dengan
peluru - h. A mengarahkan senjata kepada B
MANA YANG MERUPAKAN PELAKSANAAN ?
APAKAH TIAP2 PERBUATAN DALAM KASUS
TSB DAPAT DIHUKUM ?
- 1. Menurut Teori Poging Subyektif : perbuatan a sudah merupakan
“permulaan pelaksanaan” karena telah
menunjukkan “kehendak yang jahat” - 2. Menurut Teori Poging Obyektif : perbuatan a f belum merupakan “permulaan pelaksanaan” karena semua perbuatan itu “belum membahayakan kepentingan hukum si B
PEMBATASAN TERHADAP TEORI SUBYEKTIF
- Perbuatan dibedakan :
- 1. tindakan atau perbuatan persiapan (belum dapat dihukum)
- 2. tindakan atau perbuatan pelaksanaan (sudah dapat dihukum)
- Tetapi, pertanyaannya : mana yang merupakan “perbuatan persiapan” dan mana yang merupakan “perbuatan
1.Van Hamel : “apabila dari perbuatan itu telah terbukti kehendak yang kuat dari si pelaku untuk melaksanakan perbuatannya”
2.Simons melihat dari jenis deliknya : delik materil atau delik formil.
- Pada delik formil apabila perbuatan itu merupakan perbuatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh UU, apabila perbuatan itu merupakan sebagian dari perbuatan yang dilarang; jika ada beberapa unsur maka jika sudah melakukan salah satu unsur
- Pada delik materil apabila perbuatan itu dianggap sebagai perbuatan yang menurut sifatnya adalah sedemikian rupa , sehingga secara langsung dapat menimbulkan akibat yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh UU
3.Vos : ada “permulaan pelaksanaan” apabila perbuatan itu mempunyai sifat terlarang terhadap suatu kepentingan hukum.
Pendapat Hoge Raad
Ada “permulaan pelaksanaan” apabila antara
perbuatan yang dilakukan dan kejahatan
yang dikehendaki oleh seseorang itu terdapat hubungan erat langsung; yaitu apabila seorang melakukan sesuatu perbuatan untuk melaksanakan kejahatan , perbuatan itu baru dianggap sebagai permulaan pelaksanaan apabila disamping perbuatan itu tidak dibutuhkan lagi perbuatan-perbuatan yang lain untuk menyelesaikan kejahatan.
Percobaan delik formil
“apabila telah dimulai perbuatan/ tindakan yang disebut dalam rumusan delik” Hoge Raad arrest tanggal 8 Maret 1920 N.J.1920- “perbuatan menawarkan untuk dibeli dan perbuatan menghitung uang kertas yang telah dipalsukan di depan orang lain” adalah tindakan permulaan
Percobaan delik materiil
• “segera setelah tindakan yang dilakukan
oleh pelakunya itu, menurut sifatnya secara langsung dapat menimbulkan akibat yang terlarang oleh undang- undang, tanpa pelakunya tersebut harus melakukan suatu tindakan yang lain”- Hoge Raad Arrest 19 Maret 1934, N.J 1934 Eindhovense Brandstichting - arrest
Syarat Ketiga Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri
- Ada penghalang Fisik
• Tidak ada penghalang Fisik, tapi tidak selesai karena akan
ada penghalang fisik - Adanya penghalang yang disebabkan keadaan khusus pada obyek yang menjadi sasaran Contoh: Tertangkap tangan, korban memberikan perlawanan, korban tidak meninggal karena bantuan medis
- Bila Pelaku Membatalkan niatnya secara sukarela/kehendak sendiri – vrijwillige terugterd –
Pasal 19 RUU KUHP 2015
(1)Tidak dipidana jika setelah melakukan permulaan pelaksanaan (sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)):
a. Pembuat tidak menyelesaikan perbuatannya karena kehendaknya sendiri secara sukarela b. Pembuat dengan kehendaknya sendiri mencegah tercapainya tujuan atau akibat perbuatannya (2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b telah menimbulkan kerugian atau
menurut peraturan perundang-undangan telah merupakan tindak pidana tersendiri , maka pembuatdapat dipertanggungjawabkan untuk tindak pidana
persebut .Macam-Macam Percobaan (KUHP)
- Percobaan yang dapat dipidana
• Percobaan yang tidak dapat dipidana
Macam-macam Percobaan (Menurut
Doktrin)
- Percobaan yg Sempurna : Voleindigde
Poging --> apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia telah melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagi selesainya kejahatan, tetapi kejahatan tidak selesai karena suatu hal
- Percobaan yg Tertangguh : Geschorte
Poging --> apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia telah melakukan beberapa perbuatan yg diperlukan bagi tercapainya kejahatan, tetapi kurang satu perbuatan ia terhalang oleh suatu hal sehingga delik tidak selesai
Macam-macam Percobaan
(Doktrin)- Percobaan yang Dikualifisir
(Gequalificeerde Poging) apabila seseorang melakukan tindak pidana sampai pada taraf percobaan, tetapi bila dilihat tersendiri ternyata masuk ke dalam rumusan delik lain yang selesai
- Percobaan yg Tidak Sempurna (tidak
wajar) : Ondeugdelijke Poging --> apabila seseorang berkehendak melakukan suatu kejahatan, dimana ia telah melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagi selesainya kejahatan, namun tidak berhasil disebabkan alat (sarana) tidak sempurna atau obyek (sasaran) tidak
(1)Dalam hal tidak selesai atau tidak mungkin
terjadinya tindak pidana disebabkan ketidakmampuan alat yang digunakan atau ketidakmampuan objek yang dituju , maka pembuat tetap dianggap telah melakukan percobaan tindak pidanadengan ancaman pidana tidak lebih dari
1/2 (satu per dua) maksimum pidana yang diancamkan untuk tindak pidana yang dituju. (2)Untuk tindak pidana yang diancam pidana mati atau penjara seumur hidup, maksimum pidananya penjara 10Melakukan percobaan kejahatan akan tetapi tidak
dihukum
- Pasal 184 ayat 5 KUHP –perkelahian tanding
• Pasal 302 ayat 4 KUHP – penganiayaan
ringan terhadap binatang- Pasal 351 ayat 5 dan Pasal 352 ayat 2 KUHP – penganiayaan biasa dan ringan
Mangel am tatbestand (gebrek
aan feitelijk tosdracht v/e zaak)
- Kejadian-kejadian yang mirip dengan
percobaan yang tidak sempurna/ tidak
wajar di mana salah satu unsur dari kejahatan tertentu itu sebenarnya tidak mungkin ada atau tidak mungkin terjadi- Misal:
- menggugurkan kandungan seorang
perempuan yang tidak pernah hamil;
- mencuri barang yang pencurinya tidak
tahu bahwa barang tersebut sebelum dicuri telah diwariskan/diberikan padanya.
Putatif Delict
- Seseorang mengira bahwa apa
yang dilakukan merupakan suatu tindak pidana, padahal tindakan tersebut tidak dilarang
- Contoh:
- Seseorang masuk ke Indonesia dan membawa sejumlah uang kertas asing. Semula ia beranggapan telah mencoba
atau melakukan suatu kejahatan. Namun
ternyata uang yang ia bawa masih dalam