PELANGGARAN LALU LINTAS OLEH PENGENDARA SEPEDA MOTOR DAN PENCEGAHAN SERTA PENANGGULANGANNYA DALAM WILAYAH HUKUM POLRESTA PALEMBANG -

P E L A N G G A R A N L A L U L I N T A S O L E H P E N G E N D A R A SEPEDA
M O T O R D A N P E N C E G A H A N SERTA P E N A N G G U L A N G A N N Y A
D A L A M W I L A Y A H H U K U M POLRESTA P A L E M B A N G

SKRIPSI
D i ajukan sebagai salah satu syarat
Untuk mendapatkan Gelar Saijana H u k u m
Program Studi l l m u H u k u m

Oleh:
RIKI
502012281

UNIVERSITAS M U H A M M A D I Y A H P A L E M B A N G
FAKULTAS H U K U M
2016

I

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM


PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Judubkripsi :PELANGGARAN L A L U LINTAS O L E H PENGENDARA
SEPEDA MOTOR DAN P E N C E G A H A N S E R T A
PENANGGULANGANNYA D A L A M W I L A Y A H H U K U M
P O L R E S T A PALEMBANG

f

Nama
NIM/NIRM
Program Studi
Program Kekhususan

RIKI
50 20122 81
Umu Hukum
Hukum Pidana

PEMBIMBING:

RIDWAN HAYATUDDIN, SB., Mh

(
Palembang,

PERSETUJUAN O L E H T I M PENGUJl
KETUA

:H. Abdul Hamid Usman, SH., M. Hum

(

ANGGOTA

: l.H.Sy«irozi,SH.,M.Hum

(

2. Mh. Tho'an Basri, SH., M l ^


(

DISAHKAN O L E H
DEKAN F A K U L T A S H U K U M
UNIV]^rTAlS.MUHAMMADIYAH

PALEMBANG

^Dr.Hi.SifrSUAyMlATLSH..M.HUM
N^M/NIDN 7792345/8996945909

PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI

Pendaflaran Skripsi Saijana Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang II bagi:
NAMA

: RIKI

NIM


; 502012281

PRODI

: ILMU HUKUM

JUDUL

: PELANGGARAN LALU LINTAS OLEH PENGENDARA

SEPEDA MOTOR DAN PENCEGAHAN SERTA PENANGGULANGANNYA
DALAM WILAYAH HUKUM POLRESTA PALEMBANG

Dengan di terimanya skripsi ini, sesudah lulus dari Ujian Komperensif, penulis
berhak memakai gelar:
SARJANA HUKUM

Diketahui:


Hi

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

: Riki

Tempat dan tanggal lahir: Pauh, 12 Jiili 1993
Nim

:502012281

Program Studi

: llmu Hukum

Program Kekhususan


: Hukum Pidana

Menyatakan bahwa Karya ilmiah / Skripsi saya yang berjiidul : PELANGGARAN
LALU LINTAS OLEH PENGENDARA SEPEDA MOTOR DAN PENCEGAHAN
SERTA PENANGGULANGANNYA DALAM WILAYAH HUKUM POLRESTA
PALEMBANG
Adalali bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseliiruhan,
kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbemya. Demikian surat
pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak
benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik.

Palembang, Maret2016
Yan? menyatakan,

OB716ADF89818e£io'''"^

6000
E N A M RIBU R U P I A H


Riki

iv

ABSTRAK
PELANGGARAN L A L U LINTAS O L E H PENGENDARA SEPEDA
MOTOR DAN PENCEGAHAN S E R T A PENANGGULANGAN NYA
DALAM W I L A Y A H HUKUM P O L R E S T A PALEMANG
OLEH
RIKI
Permalahan yang di kaji dalam penelitian ini adalah (1) Faktor-faktor apa
yang menyebabkan pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di kota
palembang ? (2) Upaya apa saja yang telah di lakukan Poiresta Palembang dalam
menanggulangi pelanggaran lalu lintas oleii pengendara sepeda motor di kota
palembang ?
Metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah di analisis
dengan tidak menggunakan langkah-langkah sebagai bahan pengukuran tertapi
menjeiaskan data yang bersipat doktiinor, yang berupa peraturan tertulis dan
penekanan pada aspek yuridis. Sehingga pada akhirnya dapat diketahui
pencegahan dan penanggulangan bagi pelanggar lalu lintas.

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor penyebab pelanggaran lalu lintas
oleh pengendara sepeda motor di Kota Palembang adalah faktor manusia dengan
jumlah pelanggaran dari lahun 2015 sampai tahun 2016 mencapai angka 8.564 hal
ini dikarenakan faktor manusia merupakan pelanggaran lalu lintas yang paling
banyak atau dominan di bandingkan dengan faktor lainya. Berdasarkan hasil
penelitian menjeiaskan bahwa terjadinya pelanggaran lalu lintas terkait faktor
manusia di Kota Palembang di sebabkan oleh beberapa alasan di antaranya :
inggin menghemat waktu dan biaya, cerobo, tergesa-gesa, inggin cepat sampai
tujuan, serta sikap lupa atau lalai. .lenis pelanggaran terkait faktor manusia di kota
palembang di antaranya: terkait jumlah penumpang, pelanggaran terkait penguna
helm, pelanggaran terkait tidak dapat menunjukan STNK dan SIM, serta
pelanggaran terkait menerobos lampu merah. Sedangkan upaya yang di lalukan
Polisi lalu lintas dalam mengurangi pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara
sepeda motor adalah dengan cara mcmperlakukan metode preventif (upaya
pencegahan) dan mngguanakan metode represif yang pada hakikatnya metode ini
merupakan upaya terahir yang di tempuh ketika tidakan edukatif yang terkandung
dalam metode preventif tidak dapat menanggulangi permasalahan lalu lintas.
metode preventif biasanya disertai dengan upaya penerapan paksa.

Kata kunci: Pelanggaran Lalu Lintas, Penggendara Sepeda Motor


VI

KATA PENGANTAR

Assalamu 'alaikum Wr. Wb.

Piiji dan syukur penulis panjalkan alas kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayahnya yang berlimpah kepada penulis, serta shalawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW beserta sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman

, sehingga

penulis dapat menyeiesaikan skripsi yang berjudul:
"PELANGGARAN L A L U LINTAS O L E H PENGENDARA SEPEDA
NOTOR DAN PENGCEGAHAN SERTA PENANGGULANGAN NYA
DALAM W I L A Y A H HUKUM POLRESTA PALEMBANG"
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
sebagaimana mestinya penuangan tuh'san ilmiah lainnya. Namun demikian

penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyeiesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini akan diterima.

Dalam menyeiesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, baik materi maupun moril. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1.

Bapak

Dr.

Abid

Djazuii,

SI;. M M ,


Muhammadiyaii Palembang.

vii

selaku

Rektor

Universitas

2.

Ibu Dr. Hj. Sri Suatmiati, SH.,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang.

3.

Ibu Dr. Hj. Sri Sulastri, SH.M.Hum, selaku Wakil Dekan 1 Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.

4.

Bapak Mulyadi Tanzili, SH.,MH, selaku Ketua Prodi llmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.

5.

Bapak Ridwan Hayatuddin SH.,MH selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan memberi kan masukan-masukan serta saran agar
skripsi ini selesai.

6.

Ibu Hj. Fatimah Zuhro. SH.MH selaku Pembimbing Akademik Fakultas
Hukum

Universitas

Muhammadiyah

Palembang

yang

senantiasa

memberikan saran dan konsultiisi KRS.
7.

Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Karyawan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang.

8.

Kepada Bapak Agus Saputra selaku Kanit Patroli Lalu Lintas Poiresta
Palembang beserta staf dan karyawan di Poiresta Palembang yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian kepada penulis
dalam penulisan skripsi ini.

9.

Kepada Kedua Orang Tua serta saudara/saudariku : Alam Ratu, Gelora
Hati, dan Putri yang telah memberikan bantuan materil maupun dorongan
semangat untuk penulis dalam menyeiesaikan skripsi ini.

10. Ucapan terima kasih kepada om Arjuna, om Marwan, om Ardhila, serta
om Mataram yang telah memberikan support kepada penulis

viii

11. Penulis

Ucapkan

terima kasih

kepada

Mardiana yang senantiasa

menemani, membantu dan memberikan semangat kepada penulis dalam
menyeiesaikan penulisan skripsi ini.

Wassaiammu^alaikum Wr.Wb

Palembang,

Maret 2016

Riki

ix

OAFTAR rSI
Halaman
H A L A M A N JUDUL

i

H A L A M A N PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

ii

H A L A M A N PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI

iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

' iv

ABSTRAK

V

KATA PENGANTAR

vii

DAFTAR IS!

x

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah

4

C. Ruang Lingkup dan Tujuan

4

D. Defenisi operasional

5

E. Metode Penelitian

6

F. Sistematika Penulisan

8

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pelanggaran Lalu Lintas

10

B. Faktor-faktor Penyebab Pelanggaran Lalu
Lintas

15

C. Akibat Melanggar Lalu Linta

25

D. Sanksi-sanksi Pelanggaran Lalu Lintas

36

E. Upaya Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas

46

X

B A B U I PEMBAHASAN
A. Gambaran Lalu Lintas Kola Palembang

48

1. Faktor Penyebab Pelanggaran Lalu Lintas Oleh Pengendara
Sepeda Motor di Kota Palembang
2. Upaya

yang

Dilakukan

Satlantas

49
Palembang

dalam

Menaggulangi Pelanggaran Lalu Lintas oleh Pengendara
Sepeda Motor di Kota Palembang

68

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan

80

B. Saran

81

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

1

BAB I
PENDAHILIJAN
A. Latar belakang
Lalu lintas dan kendaraan bermotor jalan memiliki peranan yang sangat
penting dan strategis sehingga dalam penyelenggarannya dikuasai oleh negara
dan pembinaannya dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan." Untuk
mewujudkan lalu lintas dan angkuatan jalan dengan selamat, aman, cepat,
lancar, tertib, nyaman dan efisien serta berfungsi untuk. Meningkatkan
pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong penggerak pembangunan
nasional. Pembinaan di bidang lalu lintas jalan yang meliputi aspek- aspek
pengaturan, pengendalian dan pengawasan lalu lintas tersebut harus ditujukan
untuk keselamatan, keamanan, dan kelancaran lalu lintas. Dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan seiring kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi.'
Pemerintah Indonesia lelah berusaha melaksanakan pembangunan di
berbagai bidang pembangunan tersebut lidak hanya meliputi pembangunan fisik
saja seperti pembangunan gedung, perbaikan jalan, tetapi juga dalam segi
kehidupan lain di antaranya meningkatkan keamanan bagi warga masyarakat,
karena kehidupan yang aman merupakan salah satu faktor yang mendorong
terciptanya kesejahteraan masyarakat sehingga bila keamanan yang dimaksud
bukan berarti tidak ada perang tetapi dapat meliputi keamanan dalam segi yang
lain, salah satunya adalah keamanan menggunakan jalan raya.Semakin pesatnya
perkembangan alat-alat transportasi menyebabkan semakin banyak pula para
pengguna jalan raya.
Adanya pelanggaran ialu lintas yang dilakukan oleh pengemudi seperti
misalnya melanggar rambu-rambu lalu lintas atau mengemudikan kendaraan
melebihi batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan, pelanggaran lalu lintas
diatur dalam peraturan perundang-undangan yaitu dalam Undang-undang Nomor
22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Akibat hukum dari keceiakaan lalu lintas adalah adanya pidana bagi si
pembuat atau penyebab terjadinya peristiwa itu dan dapat pula disertai tuntutan

^ Soerjono Sukanto,2002, Faktor-foktor

Grafindo rsada, Jakarta, hlm.3.

Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

2

perdata atas kerugian material yang ditimbulkan. Sebagaimana dinyatakan oleh
Audi Hamzah, bahwa.Dalam berbagai macam kesalahan, di mana orang yang
berbuat salah menimbulkan kerugian pada orang lain, maka ia harus membayar.
Kebiasaan dalam praktek di masyarakat, para pihak yang teriibat keceiakaan
seringkali melakukan penyelasaian sendiri masalah ganti kerugian tersebut, dengan
memberikan ganti kerugian, santunan, bantuan kepada pihak yang dianggap sebagai
korban (yang lebih
mendenta) secara sukarela, bahkan kadang tidak
mempersalahkan salah benarnya.^
Tidak semua keceiakaan lalu lintas pada kendaraan penyebab utamanya
adalah pengendara, dengan berbagai faktor yang melekat pada dirinya misalnya
dalam hal kebugaran jasmani, kesiapan mental pada saat mengendara kelelahan,
ketidaksiapan
pengaruh minuman keras, dan obat - obatan terlarang. Kondisi
pengendara membuka peluang besar terjadinya keceiakaan yang parah dan di
samping membahayakan keselamatan pengguna jalan lainnya lengah, mengantuk,
kurang terampil, lelah, tidak menjaga jarak, melaju terlalu cepat adalah contoh
kesalahan pengendara pada umumnya.Setiap orang bebas untuk dapat memiliki
kendaraan sesuai dengan kemampuan ekonomi, maka tidak tanggung-tanggung
bagi orang yang memiliki ekonomi yang lebih dapat memiliki kendaraan lebih dari
satu.
Dengan keadaan tersebut berarti terdapat sesuatu perubaban dari kondisi
sebeiumnyayang tidak dibarengi dengan kesadaran dari pengguna jalan untuk tertib
dalam berlalu lintas, sehingga dengan hal itu memerlukan perencanaan yang
matang dan terarah, sehingga lujuan yang diinginkan oleh masyarakat luas dapat
tercapai. Jalan dalam bentuk apapun terbuka untuklalu lintas, sebagai sarana dan
prasarana perhubungan yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Setiap
pengguna jalan wajib turut serta teriibat dalam menciptakan situasi yang kondusif
dan laiu lintas yang tertib dan lancar.
Ketertiban lalu linta.> merupakan keadaan dimanamanusia dalam
mempergunakan jalan secara teratur, tertib dan lancar atau bebas darikejadian
keceiakaan lalu lintas. Maka dalam hal ini diperlukan aturan hukum yang
dapatmengatur lalu lintas untuk mewujudkan ketertiban dalam berlalu lintas,
Diharapkanperaluran yang ada dapat menjadi pedoman dalam mcngantisipasi
terjadinya pennasalalianlalu lintas dan keceiakaan yang dapat mengakibatkan
kerugian materi maupun korban jiwa.'

^'Andi Hamza, 2008, Hukum Acara J'uJaua, Sinar Grafika, Jakarta, Hal 180
'.Siti Sundari. 2005, Hukum Lingkungan dan Kebijakan Lingkungan Nasional, Airlangga

University Press Surabaya

3

Tidak semua orang menyadari bahwa pemakaian jalan ialah untuk
kepentingan masyarakatluas bukan untuk kepentingan diri sendiri saja, sehingga
tidak jarang pemakai jalan mengabaikan peraturan dan keselamatan pengguna jalan
lainnya dengan berbagai macamalasan. Berdasarkan teori fakta hukum dimana
setiap orang dianggap telah mengetahuiadanya suatu Undang-undang.
Hal ini berarti jika ada seseorang yang melanggar Undang-undang tersebut,
la tidak diperkenankan membela atau membchaskan diri dengan alasan:"saya tidak
tabu menahu adanya undang-undang iniT Pelanggaran yang dilakukan olehpemakai
jalan

akan

menimbulkan

kerawanan

dan

pada

akhirnya

dapat

menyebabkanterjadinya keceiakaan lalu lintas.
Jadi hendaknya semua pengguna jalan berhati-hati sertamentaati peraturan
lalu lintas yang ada. Namun sangat disayangkan, tidak semua orangmenyadari akan
bahaya keceiakaan Ialu lintas yang dapat menimpa dirinya sendiri atau mungkin
orang lain.
Bagi semua yang menggunakan kendaraan sepeda motor, maupun yang
menggunakan kendaraan umm, kosep ini adalah harga mati yang harus
direalisasikan. Pasalnya, banyaknya keceiakaan berlalu-lintas yang terjadi
belakangan ini sedikit banyak juga akibat dari para pengendara yang tidak lagi
menunjunjung tinggi etika dalam berlalu-lintas. Yang perlu disadari bersama gerak
berekspresi bukanlah sebuah hak yang absolut, namum ada batasan-batasannya
dalam hal ini etika berlalu-lintas perlu disadari sedagai upaya melindungi para
penguna jalan maupun pengendara sepeda motor itu sendiri.Nampaknya untuk
mengatasi permasalahan berlalu-lintas di negeri ini tidak cukup dengan UU ataupun
polisi lalu lintas.''
Perluditumbuhkan dan dibagun kesadaran masyarakat akan budaya tertib
berlalu-lintas untuk itu kita semua perlu berlajar santun dalam berlalu-lintas. kebutkcbutan dijalan umum jagan dianggap hebat dan gagah namum tumbuhkan

" R. SOESILO, Ajun Kom. Bes. Pol. Purn, 1982, Hukum Acara Pidana, PT. Karya Nusantara,
Bandung, hal 29

4

kesadaran bahwa itu tindakan yang saiah, yang tidak semestinya dilakukan oleh
seorang.
Pegendara yang baik tidak memakai helam dan menerobos lampu merah
juga merupakan tindakan yang tidak bcrctika kaitannya dengan pelangaran lalu
lintas tertentu atau tilang yang sering biasanya terjadi adalah pelanggaran terhadap
pasal 54 mengenai kelengkapan sural kendaraan SIM dan STNK serta Pasal 61
seperti salah memasuki jalur lalu lintas kendaraan. Namun seringkali dalam
penyelesaian perkara pelangaran lalu lintas tidak sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku banyak kasus pelanggaran ialu lintas diselesaikan ditempat oleh
oknum aparat penegak hukum atau polantas.

Bedasarkan uraian yang diungkapkan dalam latar belakang permasalahan
diatas, maka penulis tertarik untuk meinbahasnya secara lebih dalam kedalam
skripsi dengan judul "PELANGARAN L A L U LINTAS O L E H PENGENDARA
SEPEDA MOTOR DANPENCEGAHAN

SERTA

PENANGGULANGAN

NYA D A L A M W I L A Y A H HUKUM P O L R E S T A PALEMBANG"

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang
menjadi permasalahan dalain penulis skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pelanggaran lalu lintas oleh
pengendara sepeda motor di kola palembang
2.

Upaya apa sajakah yang telah dilakukan Satlantas Palembang dalam
menanggulangi pelanggaran lain lintas oleh pegendara sepeda motor di kota
palembang

5

C. Ruang Lingkup dan Tujuan
1.

Ruang lingkup
Mengingat arti pentingnya suatu UU No. 22 tahun 2009 tentang pelangaran
lalu lintas dengan Undang-undang tersebut pihak penegak hukum khususnya
pihak kepolisian untuk mengatur dan penertiban bagi pengunana jalan agar
tidak melangar rambu-rambu lalu lintas sehingga tidak menimbulkan
keceiakaan.
Agar penulisan skripsi ini dirasakan lebih terarah dan tersusun secara
sistematis, maka ruang lingkup pembahasan terutama iebih menitik beratkan
pada hal yang bersangkutan paut dengan proses pelangaran lalu lintas yang
mengakibatkan keceiakaan

2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sabagai berikut:
a. Untuk mengetahui faktor-fator yang menyebabkan terjadinyapelangaran
lalu lintas yang menimbulkan keceiakaan
b. Untuk mengetahui upaya-upaya apa yang dilakukan oleh aparat penegak
hukum

khususnya

pihak

kepolisian Poiresta

Palembang

dalam

menanggulangi pelangaran lalu lintas yang menimbulkan keceiakaan.

D. Defenisi Operasional
Adapun yang menjadi defenisi operasional adalah:

6

1. Pelanggaran
Pelanggaran adalah pcrbuatan pidana yang tergolong tidak seberat
kejahatan. Pelangaran adalah perbuatan yang oleh umum baruh disadari
sebagai tindak pidana, karenah Undang-undang menyebutnya sebagai delik,
jadi karenah Undang-undang mengancam dengan pidana misalnya
mempakir motor disebelah kanan jalanan.^
2. Lalu lintas
Lalu lintas adalah gerak pindah kendaraan, manusia dengan/hewan atau
tampah alat pengerak dari satu tempat ketempat lain dengan mengunakan
jalan sebagai ruang gerak, Lalu lintas (trafic) adalah kegiatan lalu Iaiang
atau gerak kendaraan, orang, atau hewan dijalanan. Lalu lintas adalah gerak
kendaraan dan orang diruang lalu lintas jalan ( Undang-Undang No 22
Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan).^
3. Pengendara
Pengendara adalah orang yang mengemudikankendaraan atau yang
langsung mengawasi orang lain mengemudikannya.
4. Sepeda motor
Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa
rumah-rumahdan dengan tanpa kereta samping atau kendaraan bemiotor,
beroda tiga tanpa rumah-rumah (Undang-Undang No 22 Tahun 2009
Tentang Lalu lintas Angkutan jalan)/

E . Metode penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitiaan
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, penelitian yang dilakukan
adalah penelitian hukum empiris dengan mengunakan pendakatan yuridis
analitis, yaitu suatu penelitian hukum yang mengkaji bagaimanakah kaedah-

^Hadiman, H. 1995 Meuu/ii I'ertib Lulu l.inias. Jo^akarta: Gadhesaputra Mas, Him 33

* Ibid, Him. 18
^Ibid, Him, 20

7

kaedah hukum yang berkaitan dengan hukum pidana itu diterapkan dan di
tegakkan dalam masyarakat.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian hukum ini bersifat deskriptif kualitatif, Penelitian
kualitatif adalah: metode penelitian yang bersifat deskriptif dan lebih
banyak menggunakan analisis. Penelitian kuantitatif bertujuan mencari
hubungan yang menjeiaskan Scbab-sebab dalam Fakta-fakta sosial yang
terukur menunjukan fiubungan variabel serta mcnganalisis. Penelitian
kuantitatif ini dilakukan dengan mengumpilkan data dan hasil analisis untuk
mendapatkan imformasi yang harus disimpulkan.
3. Jenis data
Bahan hukum primer: antara lain terdiri dari ketentuan Undang-undang
No.8 tentang Hukum Acara Pidana, Undang-undang No.22 tahun 2009
tentang Pelangaran Lalu Lintas, Undang-undang No.2 tahun 2002 tentang
kepolisian, undang-undang No. 12 tahun 1995 tentang masyarakat.
a.

Bahan hukum skunder antara lain: berupa tulisan-tulisan dari para pakar
dengan permasalahan yang diteliti maupun berkaitan dengan bahan
hukum primer meliputi literature dan berupa buku, makalah jumal dan
hasil penelitian.

b.

Bahan hukum tersier: seperti kamus hukum, kamus bahasa, artikelartikel pada koran atau surat kabar dan majalah-majalah.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara melakukan penelitian
,penelusuran atau mencari bahan-bahan hukum. Baik dari kepustakaan,
peraturan perundang-undangan, buku-buku, ataupun karya ilmiah yang
berkaitan dengan penelitian ini.

5. Metode Analisis Data
Pengelolaan bahan hukum dilakukan secara deskriptif kualitatif yaitu ;
semua data dan informasi di analisis dengan tidak menggunakan langkahlangkah sebagai bahan pengukuran tetapi menjeiaskan data yang bersifat
doktriner, yang berupa peraturan tertulis dan penekanan pada aspek yuridis,
Sehingga pada akhirnya dapat diketahui pencegahan dan penaggulangan
bagi pelanggar lalu lintas.

F. Sistematika Penulisan
Rancangan penulisan skripsi ini disusun secara keseluruan dahm 4
(empat) bab dengan sistematik sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang mcnguraikan latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan manfaal penelitian dan sistematik penulisan
BAB 11: Tinjauan pustaka memuat masalah tinjaun kepustakaan yang terdiri
dari: pemgertian pelangaran lalu lintas, faktor-faktor

penyebab

pelangaran lalu iintas,Akibat melanggar lalu lintas,sanksi-sanksi
terhadap pelangaran lalu lintas,Upaya penanggulangan pelanggaran
lalu lintas.

9

BAB HI : Pembahasan dan analisis yang berisi tentang hasil penelitian secara
khusus menguraikan dan mcnganalisis permasalahan yang di
angkat
BAB IV : Penutup pada bagian ini merupakan akhir pembahasan skripsi
diformat dalam kesimpulan dan saran.

10

BAB II
TINJAUAN PUASTAKA

A. Pengertian Pelanggran Lalu Lintiis
Pelanggaran menurut Sudarto. "Pcrbuatan yang oleh umum baru disadari
sebagai tindak pidana, karena Undang-undang menyebutnya sebagai delik, jadi
karena ada Undang-undang mengancam dengan pidana misalnya mempakir motor
disebalah
kanan ja!anan."Pengertian pelanggaran tersebut berbeda dengan
pemyataan. Prodjodikoron yang mengartikan pelanggaran sebagai Perbuatan
melanggar sesuatu dan berhubungan dengan hukum berarti lain dari pada
perbuatan melanggar hukum.^
Lalu lintas berbicara mengenai manusia, kendaraan, dan jalan yang
masing-masing mempunyai masalah tersendiri dan berkaitan dengan keselamatan
hidup orang banyak khususnya para pemakai jalan raya. Dalam kamus Umum
Bahasa Indonesia, lalu lintas diartikan sebagai. Berjalan bolak balik, hiril, mudik,
perihal perjalanan di jalan dan sebagainya, perhubungan antara sebuah tempat
dengan tempat lain. Sementara, Polisi dan Lalu Lintas, mengartikan lalu lintas
sebagai. Gerak-gerik pidana manusia dengan atau tampa alat pengerak dari satu
tempat ketempat lain. Sementara Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, memberikan.Pengertian lalu iintas sebagai gerak
kendaraan, orang dan hewan di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor dan
kendaraan tidak bermotor.
Dalam Pasal 1 angka 2 UU No. 22 l ahun 2009 Tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan mengartiakan lalu lintas dengan gerak kendaraan dan orang di
ruang lalu lintas. Sementara itu, jalan diartikan dalam Pasal 1 angka 12 dengan
seluruh bagian jalan. Termasuk bangunan pelengkap dan pelengkapannya yang
diperuntukan bagi ialu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan
air, kecuali jalan rel dan jalan kabcl.'^
Sehubungan dengan pengertian pelanggran lalu lintas, tidak dijumpai
dalam UU lalu lintas baik dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jaian maupun dalam KUHP. Dalam KUHP dikenai
adanya pelanggaran akan tetapi tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan

Sudarto Marmosudjono,1994 Sislein Peladilan P/t/aA/a.Baiidung; Mandar Maju lilm 3
^ Soetomo,1990. Hukum Acara Pidana tndoesia, Pustaka Kartint, him 22

11

pelangaran itu sendiri kecuali hanya menempatkannya dalam buku ketiga KUHP.
Dalam UU lalu lintas yang lama yaitu UU No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan juga tidak dijumpai pengertian pelanggran tersebut.
Kata-kata pelanggran hanya dijumpai dalam salah satu pasalnya, yaitu Pasal 68
yang berbunyi sebagai berikut : Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
pasai 54, pasal 55, pasal 56, pasal 57, pasal 58, pasal 59, pasal 60, pasal, 61, pasal
62, pasal 63, pasal 64, pasal 65, pasal 66, pasal 67 adalah pelanggaran.
Bersdasarkan materi Pasai 68 UU No. 14 Tahun 1992 dan UU No. 22
Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan di atas, dapat dikatakan
bahwa yang dimaksud dengan pelanggaran adalah perlanggaran terhadap
keharusan dan ketentuan dalan Pasal-pasal yang ditentukan oleh Undang-undang
tersebut.Denga demikian, dapat pula dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
pelanggaran lalu lintas yaitu pelanggaran terhadap Peraturan-peraturan khusus
tentang laiu lintas yang terdapat dalam UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan jalan atau dengan kata lain pelanggran lalu lintas adalah
pelanggran terhadap Peraturan-peraturan khusus tentang lalu lintas, yang berisi
keharusan dan ketentuan yang seperti tercantum dalam Pasal-pasal yang ditunjuk
oleh pasal 316 Ayat (1) UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.'"
Lalu lintas didalam UU No. 22 Tahun 2009 didefenisikan sebagai gerak
kendaran dan orang di ruang lalu lintas jalan. Sedang yang dimaksud dengan
ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah
kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa jalan dan fasilitas
pendukung.Pelanggran lalu lintas tertentu atau yang sering disebut dengan tilang
merupakan kasus dalam ruang lingkup hukum pidana yang diatur dalam UU No.
14 tahun 1992.
Hukum pidana mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
Undang-undang dan berakibat diterapkanya hukukanbagi siapa saja yang
melakukannya dan memenuhi Unsur-unsur perbuatan yang disebutkan dalam
Undang-undang pidana. Tujuan hukum pidana adalah untuk menakut-nakuti orang
agar tidak melakukan perbuatan yang tidak baik dan mendidik seseorang yang
pernah melakukan perbuatan yang lidak baik menjadi baik dan dapat diterima."

Raharjo Rinto,2014 Tata Tertib Lain Lintas, Yogyakarta, Syafa Media, 59.
" i b i d , Him. 12

12

Hukum pidana selalu terkait dengan dua jenis perbuatan yaitu kejahatan
dan pelanggaran. Kejahatan ialah perbuatan yang tindak hanya bertentangan
dengan Undang-undang tertapi juga bertentangan dengan nilai moral, nilai agama,
dan rasa keadilan masyarakat, Contohnya mencuri, membunuh, berzina,
memperkosa, dan sebagainya. Sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang hanya
dilarang oleh Undang-undang, seperti tidak memakai helm, tidak mengunakan
sabuk pengaman dalam berkendara, dan sebagainya.
Pelanggaran terhadap aturan hukum pidana dapat segara diambil
tindakan oleh aparat penegak hukum tanpa ada pengaduan atau laporan dari pihak
yang dirugikan, kecuali tindak pidana yang dimaksud delik aduan seperti
perkosaan, kekerasan dalain rumah tangga, dan pencurian oleh keluarga.
Sedangkan hukuman terdaqwa yang terbukti kesalahannya dapat dipidana mati/
dipenjara/ kurungan atau dendabisa juda dengan pidana tambahan seperti dicabut
hak-hak tertentu.
Kaitannya dengan pelanggran lalu lintas tertentu atau tilang yang sering
biasanya terjadi adalah pelanggaran terhadap Pasal 54 mengenai kelengkapan
surat kendaraan SIM dan STNK serta pasal 59 mengenai muatan berlebihan truk
angkutan, kemudian pelanggaran Pasal 61 seperti salah memasuki jalur Ialu lintas
kendaraan.
Namum seringkali dalam penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas
tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Banyak kasus pelanggaran
lalu lintas yang diselesaikan ditempat oleh oknum aparat penegak hukum atau
polantas. Dengan kata lain perkara pelanggaran tersebut tidak sampai diproses
menurut hukum. Pemberian suap kepyda polantas dapat dikenakan tindak pidana
terhadap penguasa umum dengan pidana penjara paling lama 2 tahun delapan
bulan ( Pasal 209 KUHP). Bahkan usaha atau percobaan untuk melakukan
kegiatan tersebut juga dapat dipidana penjara ( Pasal 53 (1) (2) Jo Pasal 209

Ibid, Him. 21

13

KUHP). Sedangkan bagi polantas yang mcnerima suap dapat dikenakan tindak
pidana dengan ancaman penjara paling lama lima tahun ( Pasal 419 KUHP).
Singkatnya, persidangan kasus lalu lintas adalah acara pemeriksaan cepat.
Dalam proses tersebut para terdakwa pelanggaran ditempatkan disuatu ruangan.
Kemudian hakim akan memanggil nama terdakwa satu persatu untuk
membacakan denda. Setelah denda dibacahkan hakim akan mengetukan palu
sebagai tanda keluamya suatu putusan. Tilang sesuai dengan penjelasan Pasal 211
UU No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHP dimaksudkan sebagai bukti bahwa
seseorang telah melakukan pelanggaran lalu lintas jalan."
Dalam konteks inilah, menajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas
pemerintah sejatihnya mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan
angkutan jalan yang selamat, ainan, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman, dan
efesien. Tata cara berlalu lintas dijalan pun diatur dengan adanya peraturan
perungsng-undangan yang menyangkut arah lalu lintas, perioritas menggunakan
jalan, jalur lalu lintas, jalur laiu lintas dan pengadilan arus di persimpangan."
Setidaknya ada tiga komponen penting yang saling terkait dalam berlalu
lintas, yakni sebagai berikut:
1. Manusia Sebagai Penguna
Manusia sebagai penguna dapat berperan sebagai pengemudi atau
pejalan kaki yang dalam keadaan normal mempunyai kemampuan
dan kesiagaan yang berbeda-beda (waktu reaksi, konsentrasi).
Perbedaan-perbedaan tersebut masih dipengaruhi oleh keadaan fisik
dan psiologi, umur serta jenis kelamin dan Pengaruh-pengaruh laur
seperti cuaca, pcnerangan atau lampu jalan dan tata ruangan."
2.

Kendaraan
Kendaraan yang dimaksud adalah kendaraan yang digunakan oleh
pngemudi dijalan raya. Kendaraan ini mempunyai karateristik yang
berkaitan denagn kecepatan, percepatan, perlambatan, dimensi dan
muatan yang membutuhkan ruang lalu lintas yang secukupnya
untuk bisa bennanuver dalam lalu lintas.

3.

Jalan
Yang dimaksud jalan adalah lintasan yang direncanakan untuk
dilalaui kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor

Raharjo Rinto, 2014. Terlih Lain Liiiias. Yogyakarta, Syafa Media, Him. 70
"ibid, Him, 55
"ibid. Him,77

15

1. Perbuatan yang bertentangan denga apa yang secara tegas dicantumkan
dalam Undnag-undang pidana,
2. Pelanggaran merupakan tindak pidana yang lebih ringan dari kejahatan
baik perbuatan maupun hukumannya.

Dengan demikian polisi lalu lintas sebagai penegak hukum haruslah
arif dan bijaksana dalam melakukan tindak kejahatan dan pelanggaran serta
tidak boleh memukul rata masalah tersebut dengan keputusan sepihak. Situasi
yang ada dijalan raya memang berbeda, terkadang polisi cepat mengambil
keputusan yang dilandasi dengan perasaan emosiona. Polisi lalu litas dalam
melaksanakan tugasnya dalam penegakan pelaturan lalu lintas.

B. Faktor-faktor Penyebab Pelanggaran Lain Lintas
Lalu lintas merupakan salah satu faktor
penting yang menunjang
kemajuan suatu kota, karena dengan adanya lalu lintas, maka kegiatan apapun
yang akan dilakukan akan berjalan lancar. ^
Pada tahun 2007-2008 sangat banyak orang yang membutuhkan sepeda
motor untuk kebutuhan transportsi. I'eningkatan jumlah sepeda motor tahun ke
tahun terus mengalami penambahan sehingga hal tersebut mempengaruhi
kehidupan lalu lintas dan menimbulka beberapa pennasalahan antara lain
sering terjadi keceiakaan akibat pelangaran lalu lintas.
Hal bisa saja terjadi akibat kelalaian pengemudi kendaraan yang tidak
mematuhi peraturan lalu Itnias yang sudah ada demi keamanan, kelancaran,
dan keselamatan lalu lintas. Oleh sebab itu, perluh diketahui mengapa di
indonesia tingkat kesadaran akan mematuhi peraturan lalu lintas masih
tergolong rendah. Berikut bebarapa hal yang mungkin menjawab penyebab
rendahnya kesadaran akan mematuhi peraturan lalu lintas."*
1. Minimnya Pengetahuan Mengenai Rambu Lalu Lintas
Tidak semua pengemudi

kendaraan paham dan

mengetahui

Peraturan-peraturan lalu lintas. Arti dari marka dan Rambu-rambu lalu lintas
belum sepenuhnya dipahami oleh pengemudi dijalan raya.
" Raharto Rinto, 2014, Tertib Lalu Lintas. Yogyakarta, Syafa Media, Him, 79.
" Ibid.him, 22

16

Penyababnya adalah kurangnya kesadaran untuk mencari tabu arti
dari marka dan Rambu-rambu Ialu lintas ditambah pada saat ujian
memperoleh SIM, mereka lebili senang mendapatkan SIM dengan instan
dari pada mengikuti seluruh proscdur. Tak pelak. banyak pengemudi meski
sudah mempunyai SIM namum masih sering malukan pelangaran di jalan
raya.
2. Hanya Patuh Ketika Ada Petugas
Ini juga menjadi kebiasaan kcbanyakan orang indonesia. Kita ambil
contoh, seorang pengemudi tidak akan melanggar lalu lintas ketika ada
polisi yang sedang mengatur arus lalu lintas di simpang jalan atau ada
polisi yang sedang jaga di pos dekat simpang tersebut. Namun bila tidak
ada polisi, diabisa langsung lancap gas.'^
3. Memutar Balikkan Ungkapan
Sering kita mendengar," Peraturan pcrbuat untuk dilanggar". Ini sangat
menyesatkan. Akan tetapi entah bagaiinana ungkapan ini sangat melekat di
benak orang indonesia.Sehingga sebagian kita banyak yang sangat ingin
menerapkannya. Maka jangan heran jika banyak pengendara kendaraan di
jalan raya melakukan pelanggaran lalu lintas. Padahal, pelanggaran
tersebut sejatinya berbanaya bagi diri mereka sendiri maupun bagi
pengendara lainnya.^"
4. Tidak Memikirkan Keselamatan Diri Atau Orang Lain
Pemerintah telah mewajibkan bt:berapa standar keselamatan pengemudi saat
mengemudikan kendaraannya seperti wajib memasang safety belt untuk
pengemudi roda empat dan waj ib memakai helm, kaca spion tetap
terpasang, dan menyalakan lampu pada siang hari bagi roda dua.

" i b i d , Him,90
^°lbid. Him 99

17

Akan tetapi kenapa masih banyak pengemudi malas menerapkannya.
Alasanya sangat sederhana. Banyak pengendara di jalan raya yng temyata
tidak terlalu memikirkan keselamatan diri maupun orang lain.
5. Bisa Damai Ketika Tilang
Ini hal yang paling sering terjadi. Ketika Pengemudi-pengemudi melanggar
pelaturan atau tidak lengkapnya kelengkapan Surat-surat say di razia, hal
yang pertama diajukan oleh pengemudi tersebut adalah jalan "damai". Kalau
tidak bisa damai di jalan, pasti nanti bisa coba damai lagi sebulum
pengadilan demi mendapatkan kembali Surat-surat yang ditahan oleh pihak
kepolisian dengan segera."'
Selain kurang pengetahuan tingkat kesadaran akan mematuhi
peraturan lalu lints. Pelanggaran lalu lintas dapat disebabkan juga oleh
banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksteraal penguna
kendaraan bermotor. Faktor internal meliputi faktor manusia, sedangkan
faktor eskternal adalah faktor kendaraan, faktor jalan, dan faktor cuaca,
Selain itu, hampir setiap hari terjadi pelanggaran lalu lintas akibat faktor
penegakan hukum yang kurang diterapkan dalam berlalu lintas. Apa sajakah
faktor penyebab pelanggaran lalu lintas? Berikut penjelasannya.
6. Faktor Penegak Hukum
Penegak hukum yaitu Pihak-pihak yang berkecimpung di bidang penegakan
hukum. Mentalitas penegak hukum merupakan titik sentral dari pada proses
penegakan hukum. Hal ini disebabkan, oleh karena pada masyarakat
indonesia masih terdapat kecenderungan hukum. Hal ini disebabkan, oleh
karena pada masyarakat Indonesia masih terdapat kecenderungan tang kuat,
untuk senantiasa mengidetifikasikan hukum dengan penegaknya. Apabila
penegaknya bermental baik, maka dengan sendirinya hukum yang
diterapkannya juga baik. Kalau saja penegak hukum yang diterapkan juga
dianggap buruk.
Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat,
yang hendaknya mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu, sesuai
dengn aspirasi masyarakat. Mereka harus dapat berkemunikasih dan
mendapat pengertian dari golongan sasaran, di samping mampu
membawakan atau menjalankan peranan yang dapat diterima oleh mereka.
Golongan panutan juga harus dapat memilih waktu, lingkungan yang tepat

Ibid, Him, 87

18

di dalam memperkenalkan Norma-norma atau Kaidah-kaidah hukum yang
baru, serta memberikan keteladanan yang baik.'^^
7. Faktor Sarana Atau Fasilitas
Sarana atau fasilitas mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan
terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, dan keuangan yang
cukup.
Tanpa adanya serana atau fasilitas, maka tidak mungkin penegak
hukum akan langsung

dengan lancar. Sarana dan prasarana mempunyai

pengaruh yang sangat bear bagi kelancaran pelaksanaan penegakan hukum
sangat mudah dipahami, dan banyak sekali Contoh-contoh dalam masy
rakat.
Misalnya pada UU No. 22 Tahun 2009 Paragraf 9 Tentang Tata Cara
Berlalu Lintas bagi pengemudi kendaraan bermotor Umum Pasal 126 setiap
orang yang mengemudikan kendaraan bermotor umum angkutan orang
dilarang berhenti selain di tempat yang lelah ditentukan. Tetapi kenyataan di
jalan, jumlah halte yang dcsediakan sangat terbatas. Sehingga menimbulka
Pelanggaran-pelanggaran
menimbulkan Pelanggaran-pelanggaran
UU
tersebut.
8. Faktor Masyarakat
Faktor yang dapat menpengaruhi keamanan dan ketertiban lalu lintas adalah
kesadaran masyarakat akan peraturan berlalu lintas dan kepentingankepentingan manusia yang berlainan. Hal ini menyebabkan manusia
cenderung bersikap ceroboh dan lalai, Bahkan kesengajaan menjadi faktor
dominan terjadinya pelanggaran lalu lintas. Semakin tinggi kesadaran
masyarakat akan hukum maka semakin memungkinkan adanya penegakan
hukum di masyarakat. Karena hukum berasal dari masyarakat dan
diperuntukan mencapai kedamaian di masyarakat pula. Oleh karena itu,
dipandang dari sudut tertentu maka masyarakat dapat mempengaruhi
penegakan hukum tersebut,
Penegakan hukum sejatinya berkaitan erat dengan ketaatan bagi
pemakai dan pelaksana peraturan Perundang-undangan. Faktor masyarakat
"

Ibid, Him 67

19

ini memegang peranan sangat bpcnting. Hal ini berkaitan dengan taraf
kesadaran hukum kepatuhan hukum masyarakat. Kesadaran hukum
merupakan suatu proses yang mencakup unsur pengetahuan hukum,
pemahaman hukum, sikap hukumk, dan perilaku hukum."^
Masyarakat Indonesia mempunyai pendapat-pendapat mengenai
hukum yang sangat mempengaruhi kepatuhan hukumnya dan dari sekian
danyak

pengertian

masyarakat

tentang

hukum,

banyak

yang

mengiditifasikannya dengan pclugas (dalam hal ini penegak hukum).
Salah satu akibatnya adalah bahwa baik buruknya hukum seantiasa
dikaitkan dengan pola perilaku penegak hukum tersebut Sebenarnya hal ini
adalah persepsi yang salah pada masyarakat. Masyarakat seharusnya
menumbuhkan kesadaran untuk mentaati hukum dari dirinya sendiri. Untuk
itu kesiplinan masyarakat untuk menaati hukum perlu ditingkatkan.
Masyarakat harus mampu mentaati hukum karena hukum juga berfungsi
untuk mengatur tentang kepentingan mereka.
9. Faktor Manusia
Menurut Suwardjoko
pencatatan data pelanggaran lalu lintas dan
keceiakaan di Indonesia belum cukup lengkap untuk bisa dianalisis guna
menemukan sebab musabah keceiakaan lalu lintas sehingga dengan tepat
bisa diupayakan penangunglngannya. Penyebab keceiakaan dapat di
kelompokan dalam tiga unsur yaitu: manusia, jalan, dan kendaraan.
Menurut Suwardjoko tidak berlebihan bila dikatakan bahwa hampir
semua pelanggaran dan keceiakaan lalu lintas penyebab utamnya adalah
pengendarah. Penyebab pelangggaran dan keceiakaan lalu lintas juga
dipertegas oleh pemyataan Hobbs penyebbab pelangggaran dan keceiakaan
lalu lintas paling banyak disebabkan oleh manusia, yang mencakup
psikologi manusia sistim indra seperti pengliatan dan pendengaran, dan
pengetahuan tentang tata cara ialu lintas. Faktor manusia ini ditentukan oleh
beberapa indikator yang membentuk sikap dan perilakunya di jalan raya
ikhas, diantaranya:
a. Mental
Mental dan perilaku yang mcmbudaya dari penguna jalan merupakan salah
satu faktor utama yang sangal berpengaruh terhadap situasi laiu lintas.
Etika, sopan santun, toleransi antara penguna jalan, kematangan dalam

^ Hadiman, H. 1995. Menuju Tertib Lalu Lintas. Jogjakarta: Gadhasapura Mas, Him, 55.

21

manual kendaraan tersebut serta dengan mempelajari karakter secara
langsung (fisik).
c. Keterampilan
Kemampuan dalam mengendilakan (mengedarahi/mengemudi) Kendaraan
baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor di jalan raya
akan berpengaruh besar terhadap situasi lalu lintas, keterampilan
megendarai kendaraan merukan suatu keharusan yang mutlak demi
keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas baik bagi
pengemudi atau pengendarah kendaraan tersebut maupun pengguna jalan
lainya.
Useni terhadap kemampuan dalam mengendalikan kendaraan di
wujudkan secara formal melalui Surat Izin Mengemudi yang di keluarkan
olaeh SATPAS polri sesuai dengan peruntukan kendaraan bermotor yang
dikemudikan atau dikendarai oleh pengguna jalan sesuai dengan Peraturan
Pemerintahan Nomor 44 Tahun 1993 Tentang Kendaraan dan Pengemudi
Bab VII Tentang Pengemudi.
Keterampilan mengendalikan (Mengendari/Mengemudi) kendaraan
baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor diperoleh
melalui
serangkaian
pelatihan
sebelum
mengajukan
Lizensi
keterampilannya (SIM), secara formal khusus untuk kendaraan bermotor
setiap pemohon SIM diwajibkan telah memiliki keterampilanmengemudi
kendaraan bermotor yang dapat diperoleh baik melalui lembaga
pendidikan dan pelatihan mengemudi maupun tidak melalui lembaga
pendidikan dan pelatihan pengemudi yang berarti pemohonan telah
melalui proses pelatihan ketemipilan sebelum dilanjutkan proses pengujian
keterampilan untuk mendapatkan SIM."*^
d. Faktor Kendaraan
Menurut Ikhsan kendaraan adalah satu alat yang dapat bergerak di jalan,
tediri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor, Kendaraan
bermotor adalah kendaraan yang digerakan oleh peralatan tehnik yang
berada pada kendaraan itu kendaraan merupakan salah satu faktor utama
yang secara langsung teriibat.

Ikshan. 2009. Lalu Lintas dan Permasalahannya. Jogjakarta; Pustaka Mandiri, Him, 55

22

Dalam dinamika lalu lintas jalan raya dengan dikendalikan oleh
manusia, interaksi antara manusia dan kendaraan dalam satu kesatuan
gerak di jalan raya memerlukan penenganan khusus baik terhadap mental,
pengetahuan dan keterampilan pengemudi maupun kesiapan (layak jalan)
kendaraan tersebut untuk dioperasionalkan dijalan raya.
Faktor kendaraan yang sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak
berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan
bagian kendaraan patah, peralatan yang seharusnya sudah diganti dan
berbagai penyebab lainya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat berhungan
erat dengan teknologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap
kendaraan. Untuk faktor kendaraan, perawatan dan perbaikan sebuah
kendaraan sangat diperlukan, di samping itu adanya kewajiban untuk
melakukan pengujian kendaraan bermotor perlu dilakukan secara telatur.

e. Faktor Jalan

Faktor telahir adalah faktor jalan, hal ini berhubungan dengan kecepatan
rencana jalan, dan pagar pengaman didaerah pengunungan, ada tidaknya
media jalan, dan jarak pandang serta kondisi permukaan jalan. Jalan yang
rusak atau berlubang sangat membahayakan pemakai jalan terutama
pemakai sepeda motor. Mujan juga mempengaruhi kineija kendaraan
seperti jarak pengereman mcnjadin lebih jauh dan jalan menjadi lebih
licin. Selain itu, jarak pandang juga tergangu denagn adanya asap dan
kabut, terutama di daerah pcgununggan.
Ha! ini mengakibatkan jarak pandang menjadi Iebih pendek. Faktor
jalan juga dipertegas oleh pemyataan (Suwardjoko) kondisi jalan dapat
menjadi salah satu sebab terjadinya pelanggaran dan keceiakaan lalu lintas
seperti jalan rusak, tikungan jalan yang tajam, tetapi faktor jalan dapat
dikurangi dengan rekayasa jalan dengan sedemikian rupa sehingga dapat
mempengaruhi tingkah laku para punguna jalan dan mengurangi atau
mencegah tindakan yang membahayakan keselamatan dalam berlalu

Penanganan faktor jalan merupakan sebuah ruamh yang memiliki
kompleksitas kepentingan serta tangung jawab yang berada pada banyak
pelibatan instasiterkait, sehingga dalam penangannya perlu dilakukan
koordinasi yang komprehensip autar anstasi tersebut, dimana setiap instasi
kerkewajiban memberikan masukan denagn dilengkapi denagn data dan
fakta serta analisis sesuai dengan bidang tugasnya untuk di jadiakan bahan
pertimbangan untuk merumuskan solusi secara bersama.Beberapa

Ibid, Him, 23
Ibid, Him, 68

23

indikator faktor jalan yang beqwtcnsi menimbulkan permasalahan tredapat
keamanan, keselamata, ketertiban dan kelancaran lalu lintas (Ikhsan)
antara lain i'^*^

1) . Prasarana

Jalan yang diopcrasioanal harus dilengkapi dengan prasarana jalan
sebagaimana tercantum dalam Pasal 8 ayat 1 Undang-undang Nomor 14
Tahun 1992 menyatakan bahwa : Untuk Keselamatan, Keamanan, Ketertiban
dan Kelancaran Lalu Lintas serta kcmudahan bagi pemakai jalan, jalan wajib
dilengkapi dengan :
a. Rambu-rambu
b. Markas jalan
c. Alat pemberi isyarat lalu lintas
d. Alat pengendali dan alat pengaman pemakai jalan
e. Alat pengawasan dan pengamanan jalan
f. Ada fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan

2) . Lokasi jalan

a. Dalam kota (didaerah pasar, pcrtokoan, perkantoran, sekolah, perumahan)

b. Luar kota (perdesaan, penghubung antar daerah)

Ibid, Him, 34

24

3) . Volume lalu lintas

Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa makin padat lalu lintas
jalan, makin banyak pula keceiakaan yang teijadi, akan tetapi kerusakan tidak
fatal, makin sepi lalu lintas makin sedikit kemungkinan keceiakaan akan
tertapi fasilitas akan sangat tinggi.

Adanya komposisi lalu lintas seperti tersebut diatas, diharapkan pada
pengemudi yang sedang mengendarai kendaraannya akan selalu berhati-hati
dengan keadaan tersebut.

4) . Kelas jalan

Untuk keperluan pengaturan pengunahan dan pemenuhan kebutuhan
angkutan, jalan di bagi dalam beberapa kelas didasarkan pada kebutuhan
transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan
keungulan karakteristik.

Masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor,
muatan

sumbuh terberal kendaraan

bermotor serta konstruksi jalan,

penetapkan kelas jalan pada ruas-ruas jalan wajib dinyatakan dengan Ramburambu.

5) . Fasilitas pendukung

Meliputi Fasilitas pejalan kaki, pakir pada badan jalan, halte, tempat
istirahat, dan penerangan jalan. Falitas kali ini terdiri dari motor , tempat

25

penyembrangan yang dinyatakan denagn markas jalan dan atau Rambuhrambu, jembatan peyemberangan dan terowonggan penyembrangan.

Diantara

ketiga

faktor

tersebut,

faktor

manusia merupakan

penyebab pelanggaran lalu lintas yang paling tinggi karenah faktor manusia
berkaitan erat dengan etiaka, tingka laku, dan cara berkendara di jalan raya.
Bentuk pelanggaran itu sendiri merupakan bagian dari kelalaian seseorang
dalam bertindak dan mengambil keputusan yang tergesa-gesa. Mereka sering
mementingkan diri sendiri dari pada mementingkan kepentingan umum.
Bentuk-bentuk

pelangggaran

lalu

lintas yang sering dilakukan

oleh

masyarakat yaitu tidak membawa SIM, STNK, helm, menerobos lampu
merah, memakir kendaraan scmbarangan, dan sebagainya.

Bentuk-bntuk pelanggaran lalu lintas tersebut dapat dibedakan
menjadi pelanggaran ringan dan pelanggaran berat. Pelanggaran berat, teijadi
jika

seseorang dengan sengaja

dan tidak memiliki

SIM. Sedangkan

pelanggaran ringan, jika seseorang denagn benar-benar lupa tidak membawa
SIM karena tergesa-gesa saat akan berpegian.

Hal semacam ini harusnya mendapatkan perhatian polisi Ialu lintas
dalam mengambil keputusan. Setidaknya polisi tidak boleh memukul rata
setiap masalah, tetapi harus memperiibangkan situasi yang berbeda. penegak
hukum dijalan raya tidak boleh sewenang-wenang mengambil keputusan
karena polisi sebagai aparal penegak hukum dan teladen dijalan raya, ibarat
sebagai seorang pendidik.

26

C. Akibat Melanggar Lalu Lintas

1. Kemacetan
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan
terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan
melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar,
terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau
memadai ataupun juga lidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan
kepadatan penduduk.Kemacelan ialu lintas seolah menjadi permasalahan
sehari-hari di Jakarta, Balikpapan, Surabaya, Medan dan kota-kota besar
lainya di Indonesia. Kemacetan dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor Jalan Raya (Ruang Laiu Lintas Jalan)
Faktor Jalan Raya adalah faktor-faktor yang berasal dan
kondisi jalan raya itu sendiri. Buruknya kondisi ruang lalu lintas jalan
serta sempit atau terbatasnya ruang jalan yang dapat menghambat
pergerakan penguna jalan.Penyebab buruknya kondisi ruang jalan raya
antara lain adanya kerusakan
sebagian atau seluruh ruas jalan,
pemanfaatan ruang jalan untuk urusan yang bukan semestinya atau
pemanfaatan yang kcliru, misalnya jalan digunakan untuk praktek
pasar. Terbatasnya lahan jalan dapat diartikan daya tanpum (kapasitas)
yang rendah dari ruang lalu lintas jalan, disebabkan jumlah kendaraan
yang melintas atau kendaraan melebihi daya tampung ruang jalan dan
pemanfaatan yang keliru dan ruang lalu Intas jalan.^^*'
b. Faktor Kendaraan

Faktor kendaraan adalah faktor-faktor yang berasal dari kondisi
kendaraan yang melintas di jalan raya. Berbagai hal yang menyangkut
kondisi kendaraan bisa berupa jenis, ukuran, kuantitas (jumlah) dan
kualitas kendaraan yang melintas di jalan raya.
Misalnya jumlah kendaraan yang beroperasi atau melintas
melebihi daya tampung jalan raya, beroperasinya jenis dan ukuran
kendaraan tertentu yang berpolensi mennambah kemacetan arus lalu
lintas.^'
Menurut hasil jajak pendapat yang dilakukan sejak bulan
September 2010 dengan pertannyaan "Menurut pendapat anda, jenis
kendaraan apa yang punya kontribusi yang paling besar dalam
menimbulkan kemacetan di jalan-jalan Ibukota ?" Hasilnya per tanggal
Raharjo Rinto, 2014. Tertib Lalu Lintas, Yogyakarta, Syafa Media, Him, 109
^Dbid, Him, 110

27

28 Februari 2011, berturul-turut: 57,3% respoden menjawab mobil
26,7% menjawab an