Pengaruh Penggunaan Multimedia Flip Book

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kedudukan Multimedia Flip Book dalam Proses Pembelajaran
1. Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang berarti perantara atau
pengantar. Menurut Gagne dalam Susilana dan Riyana (2008:6): ‘media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa
untuk belajar’. Hal senada juga diutarakan oleh Miarso, dalam Susilana dan
Riyana (2008:6): ‘media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan
siswa untuk belajar’. Berdasarkan pendapat kedua tokoh di atas media memiliki
peranan penting dalam proses pembelajaran, sehingga dapat disimpulkan bahwa
media

adalah

objek

yang

dapat


digunakan

sebagai

perantara

untuk

menyampaikan pesan berupa materi pembelajaran dari guru agar pesan tersebut
dapat diterima dengan baik oleh siswa sehingga siswa tergerak untuk belajar.
Namun batasan media yang berbeda dikemukakan oleh NEA (National
Education Association), dalam Susilana dan Riyana (2008:5): ‘media adalah
sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio-visual, termasuk teknologi
perangkat kerasnya’. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa
video, animasi, buku dan koleksi cetak lain seperti foto, maupun perangkat keras
11

seperti komputer dan projector, merupakan beberapa contoh dari media
pembelajaran.

Namun media tidak dapat dipersempit sebagai alat atau bahan saja, akan tetapi
media juga berarti hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh
pengetahuan. Sebagaimana disebutkan Gerlach dan Ely dalam Sanjaya, (2006:
163) yang menyatakan: ‘a medium, conceived is any person, material or event
that established condition which enable the learner to acquire knowledge, skill
and attitude.’ Menurut Gerlach dan Ely, media itu secara umum meliputi orang,
bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan
siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sehingga dalam
pengertian ini, media bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan
cetak, video, maupun animasi saja, tetapi meliputi manusia sebagai sumber
belajar atau juga berupa kegiatan seperti halnya karya wisata, seminar, dan lain
sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan,
mengubah sikap siswa atau untuk menambah keterampilan. Namun jika alat atau
kegiatan tersebut tidak mengandung unsur pembelajaran maka tidak dapat
dikatakan sebuah media pembelajaran.
Pada proses pembelajaran, seorang guru harus dapat menguasai dan memilih
media pembelajaran yang tepat untuk digunakan pada proses pembelajaran. Hal
tersebut bertujuan agar materi pembelajaran yang diberikan akan diterima dengan
baik oleh siswa, sehingga proses pembelajaran akan berlangsung efektif.
12


Sebagaimana dipaparkan oleh Sudjana dan Rivai (2011:3): “ ..penggunaan media
pengajaran dalam proses pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi
kualitas pengajaran”. Kemudian ditambahkan oleh Susilana dan Riyana (2008:4)
bahwa:
Dalam bentuk komunikasi pembelajaran manapun sangat dibutuhkan peran
media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian
tujuan/kompetensi. Artinya, proses pembelajaran tersebut akan terjadi apabila
ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber/penyalur pesan lewat
media tersebut.
Adapun kedudukan media dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari
gambar berikut ini.

Guru

Pesan
Media

Siswa


Gambar 2.1
Kedudukan Media dalam Proses Pembelajaran
(Sumber: Susilana dan Riyana, 2008:4)
Media

pembelajaran

berfungsi

untuk

memudahkan

guru

dalam

menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Namun walaupun demikian, media tidak hanya berfungsi sebagai alat
bantu guru, namun juga sebagai pembawa materi atau pesan dari guru dalam

memberikan materi pembelajaran kepada siswa. Oleh karena itu, media perlu
dirancang dan dipersiapkan dengan memperhatikan ciri-ciri dan karakteristik dari
13

sasaran dan kesesuaian dengan tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Media
pembelajaran yang dirancang dan dipersiapkan dengan baik dan benar akan dapat
merangsang siswa untuk memperhatikan dan memahami isi pembelajaran,
sehingga komunikasi antara guru dan siswa dapat dipermudah dengan adanya
media tersebut. Kemp dan Dayton dalam Susilana dan Riyana (2008:9)
memaparkan beberapa kontribusi media pembelajaran, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.
Pembelajaran dapat lebih menarik.
Pembelajaran menjadi lebih interkatif dengan menerapkan teori belajar.

Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun
diperlukan.
g. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran
dapat ditingkatkan.
h. Peran guru berubah ke arah yang positif.
Sedangkan beberapa manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa
menurut Sudjana dan Rivai (2011:2) antara lain:
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pengajaran lebih baik.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap
jam pelajaran.
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

14

Media pembelajaran sangat penting perannya dalam mempermudah guru
dalam mentransfer informasi atau isi pembelajaran kepada siswa, namun pada
kenyataannya diperlukan media yang cocok untuk digunakan dalam proses
pembelajaran. Tidak semua materi pembelajaran dapat menggunakan media
pembelajaran yang sama dan pada akhirnya guru harus dapat memilih dan
menggunakan media pembelajaran yang berbeda dalam setiap materi pelajaran
yang akan disampaikan. Sudjana dan Rivai (2011:4) mengemukakan:
“penggunaan media pengajaran sangat bergantung pada tujuan pengajaran, bahan
pengajaran kemudahan memperoleh media yang diperlukan serta kemampuan
guru dalam menggunakannya dalam proses pengajaran”. Kemudian lanjut
Sudjana dan Rivai (2011:5): “kehadiran media dalam proses pengajaran jangan
dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tapi harus sebaliknya yakni
mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran”. Berdasarkan
pemaparan tersebut, maka pemilihan media dalam proses pembelajaran akan
penting artinya.
Dewasa ini, perkembangan media pembelajaran semakin menuju ke arah

yang lebih baik.Semakin banyak media yang dapat dipakai sebagai alat untuk
mempermudah proses pembelajaran. Edgar dale yang mengadakan klasifikasi
pengalaman menurut tingkat dari yang paling kongkrit hingga hal yang paling
abstrak. Klasifikasi tersebut dikenal dengan nama kerucut pengalaman (Cone of
Experience), sebagai berikut:
15

Gambar 2.2
Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) Edgar Dale
(Sumber:http://benramt.files.wordpress.com)
Pada hakikatnya, media merupakan sebuah alat atau bahan untuk
menyajikan informasi. Dilihat dari bentuk informasi yang diberikan, Susilana dan
Riyana (2008:13-23) mengelompokkan media penyaji ke dalam beberapa
kelompok, yaitu:
a. Kelompok Pertama : Media Grafis, Bahan Cetak, Gambar Diam
1) Media Grafis,contohnya adalah grafik, diagram, bagan, sketsa,
poster, papan flanel dan bulletin board.
2) Media Bahan Cetak, contohnya adalah buku teks, modul, dan bahan
pengajaran terprograma.
3) Media Gambar Diam, contohnya adalah foto.

b. Kelompok Kedua : Media Proyesi Diam
1) Media OHP dan OHT
2) Media Opaque Projector
3) Media Slide atau Film Bingkai
4) Media Filmstrip
c. Kelompok Ketiga: Media Audio
1) Media Radio
16

2) Media Alat Perekam Pita Magnetik
d. Kelompok Keempat: Media Audio Visual Diam
1) Media Sound Slide
2) Filmstrip Bersuara
3) Halaman Bersuara
e. Kelompok Kelima: Film
f. Kelompok Keenam: Televisi
1) Media Televisi Terbuka
2) Media Televisi Tertutup, contohnya CCTV
3) Media Video Cassette Recorder
g. Kelompok Ketujuh: Multimedia

1) Media Objek, contohnya replika, model dan benda tiruan
2) Media Interaktif, contohnya komputer, program, simulator, mesin
pembelajaran, laboratorium bahasa, video inteaktif.
Pada hakikatnya, proses pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi,
dimana guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima
pesan. Namun pada kenyataannya selalu terdapat kekurangan pada saat
penyampaian materi pembelajaran dikarenakan daya tangkap siswa.yang
berbeda-beda. Oleh sebab itu, diperlukan penggunaan media pembelajaran yang
cocok untuk digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar. Selain itu, diperlukan
pula metode dan strategi pembelajaran dalam mempergunakan media dalam
proses

pembelajaran

agar

proses

pembelajaran


berlangsung

efektif.

Sebagaimana yang diutarakan oleh Susilana dan Riyana (2008:130): “ .... sasaran
didik

(audience)

diorganisasikan

dengan

baik

hingga

mereka

dapat

menggunakan media itu secara teratur, berkesinambungan dan mengikuti pola
belajar mengajar tertentu.”

17

2. Multimedia Flip Book sebagai Media Pembelajaran
Pengaruh perkembangan teknologi yang melaju pesat semakin terasa di
berbagai aspek kehidupan, Tidak dapat disangkal lagi, dewasa ini penggunaan
perangkat komputer sudah kian menyatu dengan kehidupan manusia, tidak
terkecuali pada dunia pendidikan. Dalam kegiatan pembelajaran, peranan media
sudah dirasakan banyak membantu tugas guru dalam menyampaikan isi
pembelajaran.Salah satu media pembelajaran yang sering dijumpai kini adalah
teknologi multimedia yang tersedia melalui perangkat komputer.Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Syaodih dalam Darmawan (2007:49): ‘teknologi dalam
bidang pendidikan meliputi dua bentuk, yakni dalam bentuk perangkat lunak dan
perangkat keras’.
Perubahan yang terjadi di masyarakat dan kebutuhan yang besar akan
informasi menuntut dunia pendidikan untuk lebih maju dalam mengembangkan
kualitas pengajaran. Tidak dapat diragukan lagi peranan teknologi sebagai media
pendidikan dinilai mampu untuk membantu guru dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran itu sendiri, salah satunya dengan cara menerapkan pembelajaran
berbasis multimedia. Sebagaimana dikemukakan oleh Darmawan (2007:51):
“sistem pembelajaran berbasis multimedia dapat menyajikan materi pembelajaran
yang lebih menarik, tidak monoton, dan mempermudah penyampaian”.
Adapun

makna

dari

pembelajaran

berbasis

multimedia

itu

sendiri

dikemukakan oleh Susilana dan Riyana (2008:21): “multimedia merupakan suatu
sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang
18

membentuk suatu unit atau paket”. Dikutip dari Darmawan (2007:51): “secara
umum multimedia diartikan sebagai kombinasi teks, gambar, seni grafik, animasi,
suara dan video”. Hal senada diungkapkan oleh Hoftstetter (2001, dalam Suyanto
(2003:21) yang menegaskan ‘multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk
membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan
animasi) dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai
melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi’. Sedangkan
batasan media dalam multimedia yang berbeda dikemukakan oleh Turban et.al
(2002, dalam Suyanto 2003:21): ‘multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit
dua media input atau output dari data, media ini dapat berupa audio (suara,
musik), animasi, video, teks grafik, dan gambar’. Berdasarkan beberapa
pemaparan tersebut, informasi yang didapat dari pembelajaran berbasis
multimedia bukan hanya dapat dilihat melalui bentuk cetaknya saja, melainkan
juga dapat didengar dan memiliki nilai seni grafis yang tinggi dari penyajiannya.
Multimedia merupakan sebuah media pembelajaran yang merupakan gabungan
dari dua media atau lebih yang digunakan untuk membangkitkan minat dan
memotivasi siswa dalam pembelajaran. Kemampuan multimedia yang mampu
menyajikan berbagai pengalaman belajar bagi siswa akan menyentuh berbagai
panca indera siswa, seperti indra penglihatan dan pendengaran. Lgnazio dalam
Munir (2010:232) mengemukakan: ‘peserta didik dapat mempelajari ilmu yang
dikemas dalam suatu program multimedia sesuai dengan minat, bakat, kesukaan,
19

keperluan dan pengetahuan dan emosinya’. Kemudian ditambahkan oleh Davies,
Crowther dalam Suyanto (2003:340): ‘penggunaan perangkat lunak multimedia
dalam proses belajar mengajar akan meningkatkan efisiesi, meningkatkan
motivasi, memfasilitasi belajar aktif, memfasilitasi belajar eksperimental,
konsisten dengan belajar yang berpusat pada siswa dan memandu untuk belajar
lebih baik.’
Telah banyak literatur yang menjelaskan peran dari pembelajaran berbasis
multimedia. Dikutip dari penelitian Computer Technology and Research (CTR),
dalam Suyanto (2003:18) bahwa: ‘seseorang hanya

mampu

mengingat

20%

dari yang dilihat dan 30% dari yang didengar. Tetapi orang dapat mengingat
50% dari yang dilihat dan didengar, serta 80% dari yang dilihat, didengar dan
dilakukan sekaligus’. Penelitian tersebut menjelaskan pengaruh multimedia
sangat besar, dimana isi pesan yang disampaikan dari pemberi pesan terhadap
penerima

pesan

tersebut

akan terasa

lebih

tegas dan jelas. Demikian

halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Jacobs dan Schade dalam Munir
(2010:232), dimana hasilnya pun menunjukkan: ‘daya ingat seseorang yang hanya
membaca saja memberikan presentase terendah, yaitu 1%. Daya ingat ini dapat
ditingkatkan hingga 25%-30% dengan bantuan media lain seperti televisi. Daya
ingat makin meningkat dengan penggunaan 3 dimensi seperti multimedia, hingga
60%.’

20

Adapun beberapa kelebihan dari multimedia dipaparkan oleh Susilana dan
Riyana (2008:21), yaitu:
a. Siswa memiliki pengalaman yang beragam dari segala media.
b. Dapat menghilangkan kebosanan siswa karena media yang digunakan lebih
bervariasi.
c. Sangat baik untuk kegiatan belajar mandiri.
Namun dibalik keunggulan tersebut, bukan berarti media ini tidak miliki
kekurangan. Adapun beberapa kekurangan dari multimedia sebagaimana dikutip
dari Susilana dan Riyana (2008:22), yaitu:
a. Biayanya cukup mahal, dan
b. Memerlukan perencanaan yang matang dan tenaga yang profesional.
Pada proses pembelajaran sendiri siswa diha pakan padaTelah banyak
pengembangan media pembelajaran berbasis multimedia, salah satunya yaitu Flip
Book. Flip Book atau Flipping Book memiliki arti buku yang membalik. Istilah
Flip Book diambil dari sebuah mainan anak-anak yang berisi serangkaian gambar
yang berbeda-beda, jika dibuka dari halaman yang satu ke halaman lain akan
memperlihatkan bahwa gambar-gambar tersebut seakan-akan bergerak. Dikutip
dari sebuah halaman website di http://teknoanimasi.blogspot.com: “Flip Book
adalah salah satu jenis animasi klasik yang dibuat dari setumpuk kertas
menyerupai buku tebal, pada setiap halamannya di gambarkan proses tentang
sesuatu yang nantinya proses tersebut terlihat bergerak atau beranimasi”.
Sedangkan

dikutip

dari

sebuah

halaman

website

http://Flipbook.info
21

dikemukakan: ”Flip Book merupakan kumpulan gambar gabungan dimaksudkan
untuk terbalik untuk memberikan ilusi gerakan dan membuat urutan animasi dari
sebuah buku kecil sederhana tanpa mesin.”
Flip Book seringkali digambarkan sebagai buku untuk anak-anak, namun
mungkin juga diarahkan untuk orang dewasa dan menggunakan serangkaian foto
bukan gambar. Flip Book tidak selalu berupa buku terpisah, tetapi dapat muncul
sebagai fitur tambahan dalam buku atau majalah biasa, biasanya terdapat di sudut
halaman. Pada dasarnya Flip Book adalah bentuk primitif animasi, namun seiring
dengan pesatnya teknologi informasi ide Flip Book kemudian diadopsi dan
digunakan dalam membuat sebuah buku (e-book) dan majalah elektronik (emagazine) dengan karakteristik yang dapat dibuka dan dibolak-balik menyerupai
majalah atau bukupada umumnya. Penggunaan e-book oleh masyarakat dunia
telah populer beberapa tahun ke belakang, tetapi orang-orang yang tidak puas
dengan buku digital biasa, karena e-book umum hanya dapat mengandalkan cara
yang monoton untuk beralih dari sebuah halaman ke halaman berikutnya.Selain
itu, pembaca tidak dapat menemukan perasaan membaca buku yang
sesungguhnya, sehingga dibutuhkan pengalaman visual yang lebih baik. Oleh
karena itu banyak perusahaan yang berlomba dalam memproduksi perangkat
lunak jenis ini sehingga yang dapat memberikan kesan kepada pembaca seakanakan membuka buku seperti pada umumnya.
Kini paket perangkat lunak dan situs jugamenyediakan konversi file video
digital ke dalam pembuatan Flip Book standar. Format e-book ini dikenal pula
22

sebagai OPF

FlipBook. Sebagaimana

dikutip

dari

halaman

website

http://id.wikipedia.org, bahwa: “OPF adalah suatu format buku elektronik yang
berbasis pada bahasa pemrograman XML.” Buku elektronik dalam format OPF
mulai dikenal saat FlipBook digunakan sebagai sebuah software untuk
menyajikan informasi dengan menampilkan buku dan majalah dalam format 3
Dimensi yang dapat dibuka-buka (flipping) menyerupai buku aslinya.
Sebagaimana dikutip dari sebuah artikel di http://elionline.com/:
The Flip-book is a programme which is full of resources and tools to be used
with an Interactive Whiteboard (IWB), helping the teacher to involve the
students and make the lesson more interesting and effective, but which can
also be used by the student at home easily and without supervision. It
contains all the contents of the Student’s Bookin multimedia format and
groups together all the course components in one place.
Menurut artikel di http://elionline.com/ tersebut, buku Flip merupakan sebuah
program yang penuh dengan sumber daya dan alat-alat yang akan digunakan
dalam sebuah Whiteboard Interaktif, selain dapat membantu guru untuk
melibatkan siswa dan membuat pelajaran lebih menarik serta efektif, juga dapat
digunakan oleh siswa di rumah dengan mudah dan tanpa pengawasan. Flip Book
berisi materi buku sekolah siswa dalam format multimedia dan semua komponen
penunjang pembelajaran pada satu tempat. Flip Book Reader pertama kali
dikembangkan pada tahun 2003 oleh Interaxive Media (Kanada), yang kemudian
diberi nama “Nishe pages”. Pertama kali dipamerkan ke publik pada bulan
Agustus 2004 yang diproduksi oleh Cybaris (Kanada). Berkat kemajuan dari

23

teknologi di Macromedia Flash, setelah itu mulai bermunculan pengembang Flip
Book. Diperlukan perangkat lunak penyaji pada sisi klien atau pengguna untuk
melihat buku elektronik dalam format OPF sehingga diperoleh rasa benar-benar
membuka buku (flipping experience). Namun dewasa ini telah banyak
pengembang Flip Book yang berupaya agar format OPF ini dapat dibaca
menggunakan penjelajah Internet standar seperti Mozilla Firefox, atau Microsoft
Internet Explorer tanpa perlu adanya perlengkapan seperti software atau plugin
tambahan. Flip Book kini telah menjadi sebuah inovasi yang dikembangkan
beberapa perusahaan media elektronik karena tampilannya dinilai lebih baik
dibandingkan e-book pada umumnya. Sebagaimana beberapa pernyataan
pengguna yang dikutip dari sebuah artikel berjudul “Publishers Tell Why They
Chose E-Book System's Digital Flip Technology for Online Versions” di
http://www.flipalbum.com:
Kami memilih teknologi Flip Digital E-Book ini karena grafis visual
tandingannya," kata Steven Rourke, Penerbit dari MSI. E-Book Sistem ini
juga sangat responsif terhadap kebutuhan kita serta pembaca kami. Sekarang,
pembaca dapat menikmati versi elektronik dari setiap masalah kami
publikasikan, dengan artikel, gambar, dan iklan visual identik dengan edisi
cetak.
Agar dapat lebih jelas, berikut ini adalah beberapa karakteristik dari Flip
Book yang digunakan pada penelitian ini:

a. Diperoleh rasa seperti benar-benar membuka buku (flipping experience).
24

Gambar 2.3
Flipping Experience pada Program Flip Book
b. Dapat dikombinasikan dengan file video

Gambar 2.4
Kombinasi Flip Book dengan File Video

c. Dapat dikombinasikan dengan file animasi (SWF)
25

Gambar 2.5
Kombinasi Flip Book dengan File Animasi (SWF)
d. Terdapatnya fasilitas pencarian..

Gambar 2.5
Fasilitas Pencarian dalam Multimedia Flip Book
e.

Selain itu, dapat pula dikombinasikan dengan gambar dan musik.

26

Program Flip Book yang digunakan pada penelitian ini adalah versi trial dari
program Kvisoft Flip Book Maker 3.6.0. Secara umum, perangkat mutimedia
Kvisoft Flip Book Maker 3.6.0. ini dapat memasukkan file berupa PDF, gambar,
video (FLV) dan file animasi (SWF) sehingga Flip Book yang dibuat dapat lebih
bervariatif dan memudahkan pengguna dalam membuat media Flip Bookini.
Selain itu, terdapat beberapa desain template dan pengaturan fitur seperti warna
latar belakang dan gambar, tombol kontrol, navigasi bar, dan halaman buku untuk
menampilkan Flip Book menjadi lebih menarik perhatian siswa sehingga
pembelajaran akan berjalan dengan efektif. Sehingga diharapkan dengan user
interface yang sedemikian rupa tersebut, akan menimbulkan kesan positif dari
pembelajaran sehingga komunikasi dalam proses pembelajaran akan berhasil
(komunikatif).
Output yang dapat dihasilkan Flip Book berekstensi SWF, EXE, dan HTML.
Sehingga dengan berbagai output yang dihasilkan tersebut, pengguna dapat
membuka file dengan menggunakan software pendukung seperti flash player,
selain itu file Flip Book ini juga dapat di-upload ke dalam halaman web. Secara
umum, adapun tampilan antarmuka pengguna (user interface) program Kvisoft
Flip Book Maker 3.6.0. dapat dilihat pada gambar berikut.

27

Gambar 2.6
Tampilan Antarmuka (User Interface) Multimedia Flip Book
Pada penelitian ini, peneliti mengkombinasikan program Flip Book dengan
video pembelajaran dan game animasi. Hal ini dilakukan agar media
pembelajaran yang dipergunakan dapat terlihat semenarik mungkin sehingga
diharapkan mampu menarik minat siswa untuk belajar.
B. Minat Belajar
1. Konsep Minat Belajar
Sanjaya (2008:229) mengemukakan: “belajar pada dasarnya adalah suatu proses
aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga
menghasilkan perubahan tingkah laku yang positif baik perubahan dalam aspek
pengetahuan, sikap, maupun psikomotor”. Sedangkan menurut Hilgard dalam
Sanjaya (2008:228-229): ‘learning is the process by which an activity originates
or changed through training procedures (wether in the laboratory or in the
natural environment) as distinguished from changes by factors not atributable to
training’. Menurut Hilgard, belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau
28

prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan
alamiah.
Kriteria keberhasilan dalam belajar di antaranya ditandai dengan terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Dikutip dari teori
behavioristik dalam Sanjaya (2008:54): “belajar adalah pembentukan asosiasi
antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak
atau hubungan antara Stimulus dan Respons (S-R).” Berdasarkan beberapa
pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk merubah tingkah laku seseorang (siswa) dari yang asalnya tidak
tahu menjadi tahu setelah adanya masukan (stimulus) yang diberikan. Perubahan
tersebut dapat berupa perubahan dalam sisi pengetahuan, keterampilan maupun
sikap. Salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar adalah minat,
sebagaimana dikutip dari Slameto (2003:10): “belajar lebih berhasil bila
berhubungan dengan minat...”. Sedangkan pengertian minat seperti yang
dipaparkan oleh beberapa tokoh di bawah ini adalah:
a. ‘Kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang atau suatu soal atau
suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya”. (Mursal, dalam
Djamarah 2008:94)’,
b. ‘Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity
or content’. Pada pemaparan tersebut Hilgard berpendapat bahwa minat

29

adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. (Hilgard, dalam Slameto 2003:57),
c. “Rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh.” (Slameto, 2003:180),
Meninjau beberapa pemaparan tokoh yang dikemukakan diatas, dapat
disimpulkan dapat minat adalah suatu gejala psikis berupa perhatian, rasa senang,
ketertarikan, keingintahuan dan kecenderungan untuk memperhatikan suatu objek
untuk mengetahui karena pentingnya nilai dari suatu objek tersebut tanpa adanya
paksaan. Minat seseorang dapat dilihat dari suatu tanggapannya maupun
partisipasi dari kegiatan yang dilakukannya. Jika dikaitkan dengan kegiatan
pembelajaran sendiri adalah kecenderungan seseorang dalam memperhatikan dan
menyukai sebuah kegiatan pembelajaran, sehingga timbul rasa ingin tahu di dalam
diri seseorang terhadap materi yang akandisampaikan kepadanya. Minat belajar
merupakan sebagai sebuah alasan bagi siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
Tanpa adanya minat dalam diri siswa terhadap hal yang akan dipelajari, maka ia
akan ragu-ragu untuk belajar sehingga tidak menghasilkan hasil belajar seperti
yang diharapkan. Hamalik (2009: 110-11) mengemukakan:
Kegiatan yang didasari dengan penuh minat akan lebih mendorong siswa
belajar lebih baik sehingga akan meningkatkan hasil belajar. Minat belajar ini
akan muncul jika siswa merasa tertarik terhadap berbagai hal yang akan
dipelajari, atau jika siswa tersebut menyadari kaitan hal-hal yang akan
dipelajarinya tersebut terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadinya.
Sedangkan Dalyono dalam Djamarah (2008:191) berpendapat: “minat belajar
yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar
30

kurang akan menghasilkan prestasi belajar yang rendah”. Proses pembelajaran
akan berlangsung efektif ketika timbul keaktifan dari siswa sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dua arah. Sedangkan dalam melaksanakan proses
pembelajaran sendiri banyak hal yang dapat membuat prestasi belajar siswa
berkurang, diantaranya adalah faktor dari dalam diri dan faktor dari luar diri siswa.
Oleh karena itu, sudah menjadi tugas dari seorang guru untuk meningkatkan minat
belajar siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Hal tersebut dikarenakan
“minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin
besar minat.” (Djamarah, 2008:190). Kemudian Slameto (2003:180) yang
memaparkan: “minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi penerimaan minat-minat
baru”.
Krapp, et. al dalam (Dewi Suhartini 2001: 23) mengkategorikan minat menjadi
tiga yaitu:
a. Minat Personal
b. Minat Situasional
c. Minat Psikologikal
Minat personal diartikan sebagai sebuah minat yang bersifat permanen dan
relatif stabil yang mengarah pada minat khusus mata pelajaran tertentu. Minat
personal merupakan suatu bentuk rasa senang ataupun tidak senang, tertarik tidak
tertarik terhadap mata pelajaran tertentu. Minat ini biasanya tumbuh dengan

31

sendirinya tanpa pengaruh yang besar dari rangsangan eksternal. Kemudian minat
situasional, yang merupakan minat yang bersifat tidak permanen dan relatif
berganti-ganti, tergantung rangsangan dari eksternal. Rangsangan tersebut
misalnya dapat berupa metode mengajar guru, penggunaan sumber belajar dan
media yang menarik, suasana kelas, serta dorongan keluarga. Jika minat
situasional dapat dipertahankan sehingga berkelanjutan secara jangka panjang,
minat situasional akan berubah menjadi minat personal atau minat psikologis
siswa, semua ini tergantung pada dorongan atau rangsangan yang ada. Sedangkan
Minat yang erat kaitannya dengan adanya interaksi antara minat personal dengan
minat situasional yang terus menerus dan berkesinambungan. Jika siswa memiliki
pengetahuan yang cukup tentang suatu mata pelajaran, dan dia memilki
kesempatan untuk mendalaminya dalam aktivitas yang terstruktur dikelas atau
pribadi (di luar kelas) serta mempunyai penilaian yang tinggi atas mata pelajaran
tersebut maka dapat dinyatakan bahwa siswa memiliki minat psikologikal. Namun
jika dilihat dari cara atau bentuk pengekspresiannya, minat diklasifikasi menjadi
empat jenis, yaitu:
a. Expressed Interest, minat yang diekspresikan melalui verbal yang
menunjukkan apakah seseorang itu menyukai atau tidak menyukai suatu
objek atau aktivitas
b. Manifest Interest, minat yang disimpulkan dari keikutsertaan individu pada
suatu kegiatan tertentu.
c. Tested Interest, minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan atau
keterampilan dalam suatu kegiatan
d. Inventoried Interest, minat yang diungkapkan melalui inventori minat atau
daftar aktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan.
(Super & Krites, dalam Dewi Suhartini, 2001 : 25)
32

2. Indikator Minat Belajar
Minat seseorang terhadap sebuah hal dapat dilihat dari berbagai kegiatan atau
aktivitas yang berhubungan dengan minatnya tersebut. Merupakan tugas seorang
guru untuk menganalisa minat belajar siswa melalui kegiatan yang dilakukan oleh
siswa terhadap sebuah objek yang disenanginya. Hal ini dikarenakan minat
merupakan motif yang mendorong individu untuk aktif dalam sebuah kegiatan,
termasuk kegiatan pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan oleh Djamarah
(2008:153) bahwa: ”minat merupakan kecenderungan psikologis yang menyenangi
suatu objek, belum sampai melakukan kegiatan. Namun minat adalah motivasi
dalam belajar. Minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk
menggali motivasi”.
Menurut Sukartini yang dikutip dari Dewi Suhartini (2001:26), yang
menyebutkan bahwa dalam menganalisa minat dapat dilihat dari hal-hal sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.

Keinginan untuk mengetahui atau memiliki sesuatu.
Objek-objek atau kegiatan yang disenangi.
Jenis kegiatan untuk mencapai hal yang disenangi.
Usaha untuk merealisasikan keinginan atau rasa senang terhadap sesuatu.

Pernyataan di atas senada dengan pendapat Djamarah (2008:166-167)
mengungkapkan bahwa minat dapat diekpresikan anak didik melalui :
a. Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya.
b. Partisipasi dalam aktif dalam suatu kegiatan.

33

c. Cenderung memberikan perhatian yang lebih besar yang lebih besar
terhadap sesuatu yang diminatinya tanpa menghiraukan yang lain.
Berdasarkan beberapa pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa minat
belajar siswa dapat dilihat dari perhatiannya dalam melakukan sebuah kegiatan,
persepsisiswa terhadap sebuah fenomena yang ditemuinya, dan partisipasinya
dalam melaksanakan kegiatan untuk merealisasikan persepsinya terhadap
fenomena tersebut. Dengan demikian, indikator minat yang digunakan dalam
melihat minat belajar siswa pada penelitian ini meliputi ketiga aspek tersebut,
yaitu perhatian, persepsi dan partisipasi siswa.
a. Perhatian
Perhatian memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran.
Dikutip dari Slameto (2003:105): “perhatian adalah kegiatan yang dilakukan
seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari
lingkungannya.” Kemudian ditambahakan oleh Dimyati dan Mudjiono
(2006:42): “perhatian terhadap pelajaran akan timbul apabila bahan pelajaran
sesuai dengan kebutuhannya.” Berdasarkan beberapa pemaparan di atas
peneliti menyimpulkan bahwa perhatian adalah sebuah bentuk perilaku sadar
yang dilakukan oleh seseorang dengan cara berkonsentrasi untuk menanggapi
fenomena yang terjadi di lingkungannya dikarenakan sesuai dengan
kebutuhannya. dalam proses pembelajaran, agar siswa dapat belajar dengan

34

baik dapat diupayakan dengan memberikan bahan pelajaran yang dapat
menarik perhatiannya.
Umumnya, terdapat beberapa hal yang dapat menarik perhatian siswa,
yaitu:
1) Gerakan. Seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik
pada objek-objek yang bergerak.
2) Intensitas Stimuli. Manusia akan memperhatikan stimuli yang lebih
menonjol dari stimuli yang lain.
3) Kebaruan (Novelty). Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang
berbeda, akan menarik perhatian manusia.
4) Perulangan. Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan
sedikit variasi, akan menarik perhatian.
(Jalaludin Rahmat, 2000:52).
Kenneth E. Andersen (1972) dalam Jalaluddin Rakhmat (2000:54-55),
menyimpulkan tentang dalil-dalil perhatian yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Perhatian itu merupakan proses yang aktif dan dinamis, bukan pasif
dan refleksif.
2) Kita cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang penting,
menonjol, atau melibatkan diri kita.
3) Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan
kepercayaan, sikap, nilai, dan kepentingan kita.
4) Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik
perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik
perhatian kita.
5) Dalam situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku
kita untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita
abaikan.
6) Walaupun perhatian kepada stimuli berarti stimuli tersebut lebih kuat
dan lebih hidup dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa persepsi
kita akan betul-betul cermat.
7) Perhatian tergantung pada kesiapan kita.
8) Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan
perhatian dan persepsi.
35

9) Intensitas perhatian tidak konstan.
10) Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak
konstan.
11) Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan
karena usaha itu sering menuntut perhatian
12) Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara
serentak.
13) Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan
mempertahankan perhatian.
Oleh karena itu, guru sebagai tenaga pengajar harus selalu berusaha untuk
memancing dan mendorong siswa agar selalu tertarik dengan penuh perhatian
terhadap pelajaran yang diberikan dan merasa nyaman ketika mengikuti
pelajaran, seperti membuat variasi metode dalam menyampaikan materi,
intonasi suara, penampilan, gaya, dan sebagainya. Karena perhatian bukan
merupakan karakter bawaan dasar yang bersifat konstan dan stagnan, tapi
perhatian berjalan secara aktif dan dinamis, untuk itu perhatian harus selalu
dipupuk dan diperhatikan agar dalam kegiatan belajar mengajar berjalan
secara aktif dan dinamis. Meninjau pemaparan mengenai perhatian di atas,
dalam penelitian ini peneliti menggunakan multimedia Flip Book dalam
menarik perhatian siswa dengan adanya unsur gerakan yang terjadi ketika
siswa membolak-balikkan buku (flipping experience) sebagaimana ketika
siswa membaca buku biasa.
b. Persepsi
Persepsi berasal dari bahasa inggris yaitu “perception”, yang berarti
menerima atau mengambil. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului
36

oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui
alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu
dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh
individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu
menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Dengan kata lain persepsi
adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak
manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap
stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran,
perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh
dalam proses persepsi. Hal ini senada dengan pemaparan Slameto (2003:102)
yang mengemukakan bahwa:
Persepsi adalah proses menyangkut masuknya pesan atau informasi ke
dalam otak manusia. melalui persepsi manusia akan terus-menerus
mengadakan bungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat
inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium.
Bagi seorang guru, mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip yang
bersangkut paut dengan persepsi sangat penting, karena:
1) Makin baik sebuah objek, orang maupun peristiwa atau hubungan yang
diketahui, maka makin baik pula objek, orang,peristiwa atau hubungan
tersebut dapat diingat.
2) Menghindari salah pengertian merupakan hal yang harus dapat
dilakukan oleh seorang guru, sebab salah pengertian akan menjadikan
siswa belajar sesuatu yang keliru atau tidak relevan,

37

3) jika dalam mengajarkan sesuatu, guru perlu mengganti benda yang
sebenarnya dengan gambar atau potret dari gambar tersebut, maka guru
harus mengetahui bagaimana gambar atau potret tersebut harus dibuat
agar tidak terjadi persepsi yang keliru.
(Slameto, 2003:102)
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi
merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu
melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat
memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses
menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman
dan proses belajar individu. Pada penelitian ini, stimulus yang diberikan
adalah materi pembelajaran dengan menggunakan multimedia Flip Book yang
diharapkan mampu untuk memberikan persepsi yang baik kepada siswa dalam
membangkitkan minat belajar siswa pada mata pelajaran TIK. Hal ini
dilakukan dengan menyertakan gambar-gambar dan video mengenai
perangkat keras komputer selain agar siswa dapat melihat jelas bentuk
perangkat keras komputer dalam bentuk gambar, juga untuk memperlihatkan
perangkat keras komputer dalam bentuk nyata. Sehingga dapat pula
diharapkan siswa tidak akan keliru dalam menginterpretasi materi pelajaran
baik dalam bentuk, ukuran, klasifikasi perangkat keras, maupun fungsi
perangkat keras komputer tersebut.

38

c. Partisipasi
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” yang berarti
pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Dikutip dari artikel yang ditulis
oleh Atik Norhayati (2011) di http://majalahpendidikan.com, Almond
memaparkan: ”partisipasi didefinisikan sebagai orang-orang yang orientasinya
justru pada penyusunan dan pemrosesan input serta melibatkan diri dalam
artikulasi dari tuntutan-tuntutan kebutuhan dan dalam pembuatan keputusan”.
Kemudian ditambahkan Jnanabrota Bhattacharyya dalam Atik Norhayati
(2011) di http://majalahpendidikan.com: “partisipasi sebagai pengambilan
bagian dalam kegiatan bersama.” Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
partisipasi merupakan bentuk nyata yang dilakukan seseorang untuk ikut
ambil bagian dalam sebuah kegiatan.
Dalam hal ini, partisipasi yang dimaksud adalah keikutsertaan siswa
dalam kegiatan belajar-mengajar untuk melihat minat belajar siswa pada mata
pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.
3. Menumbuhkan Minat Belajar Siswa
Seseorang dikatakan memiliki minat apabila dirinya merasa tertarik terhadap
sebuah fenomena yang dihadapinya. Padaproses pembelajaransendiri, jika
seorang siswa memiliki minat terhadap pelajaran tertentu maka siswa tersebut
akan merasa senang dan memberikan perhatian yang lebih kepada saat
39

berlangsungnya mata pelajaran sehingga timbul keinginan dari dirinya untuk
terlibat

dalam

kegiatan

pembelajaran.

Senada

dengan

pendapat

yang

dikemukakan oleh Djamarah (2008:81): “sesuatu yang menarik minat dan
dibutuhkan anak, akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan
bersungguh-sungguh dalam belajar.” Proses pembelajaranakan berlangsung
dengan lancar apabila yang disertai dengan minat belajar yang baik dari dalam
diri siswa, sehingga pada akhirnya hal tersebut dapat mempengaruhi hasil
belajarnya. Dalyono dalam Djamarah (2008:191) berpendapat: ‘minat belajar
yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar
kurang akan menghasilkan prestasi belajar yang rendah’.
Minat belajar sangat penting dimiliki oleh siswa dalam kegiatan
pembelajaran namun minat belajar harus ditumbuhkan sendiri oleh masingmasing siswa. Perananguru, bahan dan pihak lain hanya memperkuat
menumbuhkan minat dan untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang.
Dalam upaya untuk memperkuat atau menumbuhkan minat dan memelihara minat
yang telah dimiliki siswa, Tanner & Tanner (dalam Slameto, 2003:181)
mengungkapkan bahwa:
Para pengajar disarankan untuk berusaha memanfaatkan minat siswa yang
telah ada ataupun membentuk minat-minat baru pada diri siswa dengan jalan
memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan
pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu,
menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang.

40

Selain itu menurut Rooijakkers (Slameto, 2003:181): ‘Menumbuhkan minatminat baru dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran
dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa’.
Kemudian Djamarah (2008:167) mengemukakan bahwa terdapat beberapa macam
cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik,
diantaranya sebagai berikut:
a. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga
dia rela belajar tanpa paksaan.
b. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan
pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah
menerima bahan pelajaran.
c. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil
belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang
kreatif dan kondusif.
d. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam
konteks perbedaan individual anak didik.
Berdasarkan beberapa pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor
terbesar dalam mengupayakan pembelajaran yang lebih terarah adalah minat
belajar dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor eksternal hanyalah upaya
dalam membangkitkan dan memelihara minat yang timbul dari dalam diri siswa.
Oleh sebab itu, seorang guru harus dapat menjadi motivator bagi siswa dalam
menumbuhkan dan memelihara minat yang ada. Adapun cara yang ditempuh
untuk menumbuhkan minat belajar tersebut di dalam penelitian ini adalah dengan
cara menggunakan sebuah multimedia Flip Book sebagai media pembelajaran.
Diharapkan dengan adanya dorongan dari dalam diri siswa setelah melaksanakan
proses pembelajaran dengan menggunakan media tersebut, dapat tercipta minat41

minat lain dari dalam diri siswa untuk mengikuti pembelajaran TIK sehingga
proses pembelajaran akan berlangsung lebih terarah.
C. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
1. Konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi terdiri dari dua konsep, yaitu teknologi
Informasi dan Teknologi Komunikasi. Istilah Teknologi Informasi sendiri
menurut kamus Oxford (1995, dalam Munir 2010:8) adalah: ‘Studi atau
penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer untuk menyimpan,
menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata,
bilangan dan gambar’. Sedangkan Martin dan Lucas dalam Munir (2010:8)
mengemukakan: ‘teknologi informasi mencakup perangkat keras dan perangkat
lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data seperti
menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil memanipulasi atau
menampilkan data’. Lebih lanjut Abdul Kadir dan Triwahyuni, dalam Deni
Darmawan (2007: 45) yang mengemukakan: ‘teknologi informasi adalah
teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi
berkecepatan tinggi yang membawa data, suara dan video’.
Sedangkan teknologi komunikasi adalah: “perangkat-perangkat teknologi
yang terdiri dari hardware, software, proses dan sistem yang digunakan untuk
membantu proses komunikasi, yang bertujuan agar komunikasi berhasil” (Munir
2010:14-15). Teknologi komunikasi lebih menekankan pada perangkat elektronik.
Hal ini senada dengan pemaparan Effert M. Rogers, dalam Munir (2010:15)
42

menjelaskan: ‘yang dimaksud dengan teknologi komunikasi termasuk media
adalah micro komputer, teleconferencing, teletext, video text, interactive cable
television dan communication satellite’. Pendapat tersebut mengacu pada makna
teknologi informasi, sedangkan teknologi komunikasi sendiri memiliki arti lain
sebagaimana dipaparkan Miarso, dalam Darmawan (2007:35): ‘dalam dunia
pendidikan

Teknologi

Komunikasi

adalah

teknologi

pendidikan

yang

memanfaatkan media komunikasi’.
Mengacu dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Teknologi
Informasi dan Komunikasi adalah segala bentuk teknologi baik berupa perangkat
keras maupun perangkat lunak, serta kegiatan yang terkait dengan pemrosesan,
penyimpanan, manipulasi, analisis, dan distribusi informasi ke berbagai media
baik itu berupa data, suara maupun video. Teknologi Informasi dan Teknologi
Komunikasi saling berkaitan satu sama lain,

dimana proses pemrosesan,

penyimpanan, manipulasi, analisis, dan distribusi informasi tidak akan dapat
terlaksana tanpa adanya alat atau perangkat pendukung yang menunjang kegiatan
tersebut.
2. Deskripsi Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Perkembangan yang pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang
dipicu

oleh temuan dalam

bidang rekayasa material

mikroelektronika

berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan, bahkan perilaku dan
aktivitas manusia kini banyak tergantung kepada teknologi informasi dan
komunikasi. Oleh karena itu, mata pelajaran Teknologi Informasi dan
43

Komunikasi dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu
mengantisipasi pesatnya perkembangan tersebut baik dalam lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat maupun saat menginjakkan kaki di dunia kerja. Mata
pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi diajarkan sebagai salah satu mata
pelajaran keterampilan yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara terpisah atau
bersama-sama dengan mata pelajaran keterampilan lainnya.
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran TIK
Pada penelitian ini, materi yang diangkat adalah materi pelajaran kelas VII
SMP semester dua dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Adapun Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi di SMP Negeri 1 Bandung kelas VII semester dua adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1
SKKD Mata Pelajaran TIK kelas VII Semester 2
Standar Kompetensi
Mempraktikkan
Keterampilan Dasar
Komputer

Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi berbagai
komponen perangkat keras
komputer

Materi yang dikemas dalam multimedia Flip Book ini adalah materi tentang
perangkat

komputer

beserta

fungsinya,

dengan

standar

kompetensi

mengidentifikasi berbagai komponen perangkat keras komputer beserta
fungsinya.

44

Penggunaan multimedia Flip Book dalam mata pelajaran Teknologi Informasi
dan Komunikasi ini bertujuan agar siswa dapat dengan mudah menerima materi
pembelajaran, sehingga dapat menarik minat belajar siswa pembelajaran ini.
D. Kaitan Penggunaan Multimedia Flip Book dengan Minat Belajar Siswa
Minat belajar sangat penting dimiliki siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini
dikarenkan minat merupakan kecenderungan yang menetap dari dalam diri seseorang
untuk menyukai dan memperhatikan sebuah kejadian tanpa adanya paksaan dari
orang lain.
Kegiatan yang didasari dengan penuh minat akan lebih mendorong siswa
belajar lebih baik sehingga akan meningkatkan hasil belajar.Minat belajar ini
akan muncul jika siswa merasa tertarik terhadap berbagai hal yang akan
dipelajari, atau jika siswa tersebut menyadari kaitan hal-hal yang akan
dipelajarinya tersebut terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadinya
(Hamalik, 2007: 110-11).
Namun pada kenyataannya, pembelajaran mata pelajaran Teknologi Informasi
sering dihadapkan pada masalah kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran
ini. Walaupun kini mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi telah
menjadi mata pelajaran pokok seperti mata pelajaran lain, namun keantusiasan siswa
dalam mengikuti mata pelajaran ini masih tergolong kurang.Hal ini berkaca pada
kenyataan yang menyebutkan bahwa mata pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi tidak di-ujiankan saat ujian nasional. Sehingga secara tidak langsung, hal
ini juga berpengaruh terhadap minat belajar siswa terhadap mata pelajaran ini. Oleh

45

karena itu dibutuhkan sebuah kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang minat
dari dalam diri siswa, salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran.
Media pembelajaran

memiliki

fungsi sebagai

alat bantu guru dalam

menyampaikan isi pembelajaran, yang dapat merangsang perhatian, pikiran, serta
meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa sehingga proses pembelajaran akan
berlangsung efektif dan terarah. Multimedia merupakan salah satu media
pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan isi pembelajaran.
Pada prinsip penggunaannya, multimedia merupakan sebuah media pembelajaran
yang merupakan gabungan dari dua media atau lebih yang digunakan untuk
membangkitkan minat dan memotivasi siswa dalam pembelajaran. Kemampuan
multimedia yang mampu menyajikan berbagai pengalaman belajar bagi siswa akan
menyentuh berbagai panca indera siswa, seperti indra penglihatan dan pendengaran.
Penelitian Jacobs dan Schade dalam Munir (2010:232) pun menunjukkan: ‘Daya
ingat seseorang yang hanya membaca saja memberikan presentase terendah, yaitu
1%. Daya ingat ini dapat ditingkatkan hingga 25%-30% dengan bantuan media lain
seperti televisi. Daya ingat makin meningkat dengan penggunaan 3 dimensi seperti
multimedia, hingga 60%’.
Telah banyak penelitian yang membuktikan besarnya peranan media dalam proses
pembelajaran seperti:
1. Hamdan Giri Pranata (2009) melakukan penelitian terhadap “Hubungan
Antara Penggunaan Multimedia Dalam Proses Pembelajaran dengan
Peningkatan Kemampuan Bahasa Inggris Siswa” juga menyimpulkan adanya
46

hubungan yang signifikan antara penggunaan multimedia dalam proses
pembelajaran peningkatan kualitas Bahasa Inggris siswa.
2. Achmad Fadillah (2009) dalam skripsinya dengan judul “Pengaruh
Penggunaan E-Magazine Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata
Kuliah Media Grafis” membuktikan bahwa produk e-magazine yang dibuat
peneliti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
mahasiswa.
Selain itu, penggunaan Flip Book juga dapat diterima oleh sebagian masyarakat di
Amerika Serikat seperti yang diutarakan dalam sebuah peneli