Makalah Tentang Dalam Ayam Broiler

Makalah Tentang Ayam Broiler
Oleh Joko Wasito S.Pd., Gr.*

Ayam broiler
Apa yang dimaksud dengan ayam broiler? Ayam broiler adalah salah satu
jenis ayam ras yang dipelihara untuk diambil dagingnya. Ciri khas ayam ini
pertumbuhannya yang pesat. Saking pesatnya, ayam ini sudah bisa dipanen atau
dikonsumsi pada umur 40 hari sejak ditetaskan. Bahkan saat ini sudah banyak
strain yang bisa dipanen pada umur 35 hari.
Ayam broiler dipercaya sebagai hasil domestikasi dari ayam hutan merah
(Gallus gallus), oleh karena itu disebut sebagai Gallus gallus domesticus. Ayam
broiler memiliki daging yang lebih empuk dan mudah untuk diolah. Namun bila
proses perebusannya terlalu lama dagingnya mudah hancur.
Berbeda dengan ayam buras (ayam kampung), ayam broiler diperbanyak dan
dipelihara secara industrial. Terdapat dua level budidaya ayam broiler, level
pertama budidaya indukan (parent stock) dan anak ayam (Day Old Chicken,
DOC). Level ini biasanya dilakukan oleh industri-industri besar. Dan level kedua
adalah pembesaran, biasanya dilakukan oleh peternak-peternak skala kecil hingga
menengah.
Pada level pertama, diperlukan keahlian khusus yang ditunjang peralatan
canggih. Di Indonesia sendiri budidaya ini hanya dilakukan beberapa perusahaan

besar saja seperti Charoen Pokphand, Java Comfeed, CJ Feed dan Sierad.
Budidaya ayam broiler pada level ini bertugas menjaga dan memperbaiki kualitas
strain. Hasilnya berupa DOC yang didistribusikan kepada petani-peternak untuk
dibesarkan.
Ayam broiler di Indonesia
Ayam broiler pertama kali di budidayakan di Indonesia pada tahun 1950-an.
Namun mulai populer sejak tahun 1980-an. Sebelumnya, kebutuhan daging ayam
di Indonesia dipenuhi dengan ayam buras seperti ayam kampung. Namun
budidaya ayam kampung tidak bisa memenuhi permintaan daging ayam karena

Joko Wasito S.Pd., Gr. Peternak Ayam Boriler Mandiri dan Kemitraan PT Reza Perkasa
Mandiri Lamongan

produksinya lumayan lama, baru bisa dipanen setelah berumur 8 bulan. Meski
saat ini ada juga jenis ayam kampung yang bisa dipanen pada umur 2,5 bulan.
Pertumbuhan yang lambat membuat usaha budidaya ayam kampung tidak
ekonomis. Di sisi lain, konsumen belum bisa menerima tekstur dan rasa daging
ayam broiler. Sejak tahun 1981, pemerintah gencar mempromosikan ayam broiler.
Langkah ini diambil untuk mengejar kecukupan kebutuhan protein masyarakat.
Dimana daging dari ruminansia mulai langka dan harganya mahal. Sedangkan

pertumbuhan ayam kampung sangat lambat. Seiring berjalannya waktu,
masyarakat mulai bisa menerima daging ayam broiler karena harganya yang
relatif lebih murah.
Kini budidaya ayam broiler banyak dilakukan dengan skema bisnis
kemitraan. Dimana industri besar menyediakan mulai dari bibit, pakan, obatobatan, terkadang hingga ke pemasaran. Sedangkan peternak mitra fokus di usaha
pembesaran. Skema seperti ini banyak menyulut kontroversi karena posisi
peternak sangat lemah dibanding perusahaan.
Jenis strain ayam broiler
Lalu apa saja jenis-jenis stain ayam broiler dan mana yang paling baik
dibudidayakan di Indonesia? Perkembangan teknologi penyilangan dan genetika
dalam menghasilkan strain ayam broiler sangat dinamis. Ada kalanya pada waktu
tertentu satu strain ayam broiler lebih unggul dibanding strain lain, tapi
adakalanya lagi strain tersebut mengalami kelemahan.
Dari waktu ke waktu setiap strain mengalami peningkatan kualitas. Jadi,
tidak bisa dikatakan jenis strain tertentu lebih unggul dari strain lain. Berikut ini
beberapa jenis strain ayam broiler yang banyak dibudidayakan di Indonesia.
Cobb
Strain cobb dikembangkan dan populer di lebih dari 60 negara. Strain ini
memiliki fokus pengembangan untuk memperbaiki performa rasio pemberian
pakan (Food Convertion Ratio, FCR). Secara genetik, strain ini dikembangkan

untuk memiliki pembentukan daging dada. Mudah beradaptasi di lingkungan
iklim tropis yang panas.
Joko Wasito S.Pd., Gr. Peternak Ayam Boriler Mandiri dan Kemitraan PT Reza Perkasa
Mandiri Lamongan

Ross
Strain Ross dikembangkan untuk memiliki FCR yang efesien, pertumbuhan
yang cepat dan daya tahan hidup yang lebih baik. Fokus pengembangan genetik
diarahkan untuk memiliki kaki yang kuat sebagai penopang badan yang besar.
Hybro
Strain hybro memiliki fokus pengembangan untuk ketahanan daya hidup.
Performanya untuk daerah tropis cukup baik dan memiliki ketahanan terhadap
penyakit ascites. Fokus pengembangan genetik pada hasil karkas.
Jenis strain ayam broiler yang telah beredar dipasaran antara lain:
1. Super 77
2. Tegel 70
3. ISA
4. Kim cross
5. Lohman 202
6. Hyline

7. Vdett
8. Missouri
9. Hubbard
10.
Shaver Starbro
11.
Pilch
12.
Yabro
13.
Goto
14.
Arbor arcres
15.
Tatum
16.
Indian river
17.
Hybro
18.

Cornish
19.
Brahma
20.
Langshans
21.
Hypeco-Broiler
22.
Ross
23.
Marshall”m”
24.
Euribrid
Joko Wasito S.Pd., Gr. Peternak Ayam Boriler Mandiri dan Kemitraan PT Reza Perkasa
Mandiri Lamongan

25.
26.
27.
28.

29.

A.A 70
H&N
Sussex
Bromo
CP 707

Ayam broiler dari waktu ke waktu
Ayam broiler atau ayam ras pedaging ternyata memiliki sejarah yang cukup
panjang. Jaman dahulu sebelum peternakan ayam pedaging berkembang, broiler
adalah ayam jantan muda (cockerel) yang diafkir dari peternakan. Breeding nya
sendiri dimulai sekitar tahun 1916. Broiler berasal dari hasil persilangan pejantan
bangsa Cornish (ayam kelas Inggris yang punya karakteristik tubuh besar,
persentase otot dada yang tinggi) serta ayam Plymouth Rocks putih betina (ayam
yang memiliki karakteristik tulang besar). Daging ayam hasil persilangan ini
mulai diperkenalkan pada tahun 1930an dan menjadi populer pada 1960an.
Tahun 1800an – 1900an
Di Eropa dan Amerika unggas dipelihara pada skala rumah tangga (sistem
backyard farming), ayam hidup dan telur ayam digunakan untuk mencukupi

kebutuhan keluarga dan kelebihannya dijual ke tetangga.
Tahun 1920an – 1930an
Merupakan awal dari produksi ayam broiler. Tingginya permintaan telur
menyebabkan lebih banyak ayam petelur yang dipelihara sehingga ada kelebihan
jumlah ayam jantan. Petani menjual kelebihan ayam jantan tersebut sebagai
unggas penghasil daging. Selanjutnya terjadi peningkatan permintaan ayam
pedaging. Petani menyadari bahwa sebagian jenis ayam sesuai untuk
menghasilkan telur sedangkan lainnya sesuai sebagai penghasil daging sehingga
ayam dipelihara dengan single purpose, yaitu sebagai penghasil telur saja (layer)
atau daging saja (broiler) sehingga produksinya lebih terfokus dan efisien.
Ayam dual purpose kurang populer karena produksinya sedang. Telur dan ayam
dijual di pasar lokal.
Tahun 1940an
Seleksi genetik, peningkatan nutrisi, ilmu kesehatan hewan, dan kontrol
lingkungan mulai diperhatikan pada tahun 1940an untuk meningkatkan
performans broiler. Pada tahun 1945, pengusaha Amerika pemilik Atlantik &
Pacific Tea Company menyelenggarakan kontes bertema "Chicken of Tomorrow".
Babak kualifikasi berlangsung pada tahun 1946 – 1947, sedangkan final pada
Joko Wasito S.Pd., Gr. Peternak Ayam Boriler Mandiri dan Kemitraan PT Reza Perkasa
Mandiri Lamongan


tahun 1948. Penilaian broiler berdasarkan pada beberapa faktor, antara lain laju
pertumbuhan, konversi ransum, produksi daging dada dan paha. Pembibit yang
unggul dalam kontes tersebut antara lain Peterson, Vantress, Cobb, Hubbard,
Pilch, dan Arbor Acres. Seleksi dilakukan secara sederhana melalui metode mass
selection berdasarkan karakteristik individu saja, yaitu dengan memilih ayam
jantan dan betina dengan bobot terbesar. Sekitar 20 – 40% sifat dapat terkontrol
dengan seleksi sederhana ini.
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) mengembangkan sistem
penilaian karkas (carcass grading) broiler pada tahun 1949 dengan tujuan untuk
membantu konsumen mengetahui kualitas karkas dan menetapkan standar yang
harus dicapai peternak[2].
Tahun 1950an - 1960an
Industri ayam broiler mengembangkan semua aspek produksi, pemrosesan,
maupun pemasaran sehingga hasilnya lebih efisien dan menguntungkan. Strategi
pemasaran ditunjang dengan TV dan media massa untuk mempromosikan
konsumsi daging ayam, kalkun, dan telur. National Broiler Council didirikan pada
tahun 1954 untuk menstimulasi permintaan konsumen, namanya diganti
menjadi National Chicken Council pada tahun 1990. Inspeksi atas industri broiler
dilakukan secara mandatoris oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA)

mulai tahun 1959.
Tahun 1970an
Produksi ayam broiler modern semakin berkembang pada tahun 1970an,
penelitian mulai banyak dilakukan, banyak penemuan baru mengenai nutrisi,
program penanganan penyakit dan teknologi. Kontributor yang penting pada era
tersebut adalah mekanisasi processing dan teknologi otomatis. Peningkatan
permintaan terhadap daging ayam broiler sangat pesat pada tahun 1980an, daging
ayam dianggap sebagai sumber protein hewani yang menyehatkan dan murah jika
dibandingkan dengan daging komoditas ternak lainnya. Konsumen memilih ayam
yang dijual dalam bentuk potongan (cut up chicken) karena lebih praktis. Daging
ayam beku siap olah mulai populer pada era ini. Berbagai restoran makanan cepat
saji (fast food) berbahan baku ayam mulai berkembang, berkompetisi
dengan restoran ternama seperti Mc Donald's danKFC. Konsumsi daging ayam di
Amerika Serikat pada tahun 1992 melebihi daging sapi.
Tahun 1980an - 1990an
Sistem seleksi di tingkat broiler pembibit juga mulai berkembang pada tahun
1980an – 1990an. Teori indeks seleksi berdasarkan performans keluarga yang
Joko Wasito S.Pd., Gr. Peternak Ayam Boriler Mandiri dan Kemitraan PT Reza Perkasa
Mandiri Lamongan


dilakukan pada tahun 1970an dikembangkan menjadi metode seleksi dengan
BLUP(best linear unbiased prediction) berdasarkan performans individu dan
keluarga sehingga dapat diketahui bagaimana suatu sifat berkaitan satu sama lain.
Seleksi yang dilakukan terus menerus diikuti dengan inovasi untuk
menggabungkan siat-sifat unggul dan mengeliminasi sifat-sifat yang kurang
menguntungkan. Pada tahun 2000an hanya ada tiga perusahaan pembibit yang
tersisa, yaitu Cobb-Vantress (mencakup brand Cobb, Avian, Sasso, dan Hybro),
Aviagen
(mencakup
brand Ross,Arbor
Acres, Lohmann, Indian
River,
dan Peterson),
serta Groupe
Grimaud (mencakup
brand Hubbard dan
Grimaud Frere).
Tahun 1990an - 2000an
Permintaan pasar internasional pada tahun 1990an - 2000an tidak hanya
mencakup daging dada, tetapi juga paha (leg quarters) dan cakar, terutama di

Asia. Sebanyak 20% daging ayam dari Amerika Serikat diekspor ke berbagai
negara. Konsep HACCP (hazard snalysis and vritical control points) mulai
dikembangkan sejak 26 Januari 1998 untuk mengatur mengenai keamanan pangan
dari aspek produksi, restoran, dan industri penyedia pangan (US Poultry and Egg
Association,2009). Industri perunggasan pada tahun 2000an terfokus pada empat
hal, yaitu apakah aman bagi kesehatan manusia, apakah ternak terpenuhi
kesejahteraannya, apakah mempengaruhi finansial konsumen, dan apakah
menjamin keberlanjutan jangka panjang bagi industri.
Sejarah perkembangan ayam broiler di Indonesia]
Perkembangan produksi ayam broiler di Indonesia sempat mengalami
pasang-surut. Perkembangan tersebut dapat dikategorikan dalam tiga periode,
yaitu :


Periode perintisan (1953-1960)

Pada periode ini diimpor berbagai jenis ayam untuk memenuhi pasar lokal, di
antara jenis ayam yang diimpor adalah White Leghorn (WL), Island
Red (IR), New Hampshire (NHS) dan Australop. Impor ayam tersebut dilakukan
oleh GAPUSI (Gabungan Penggemar Unggas Indonesia). Aksi yang dilakukan
adalah melakukan penyilangan antara ayam impor tersebut dengan jenis ayam
kampung. Namun saat itu, tujuan penyilangan itu hanya sebagai kesenangan dan
hobi, bukan untuk komersial.


Periode pengembangan (1961-1970)

Joko Wasito S.Pd., Gr. Peternak Ayam Boriler Mandiri dan Kemitraan PT Reza Perkasa
Mandiri Lamongan

Impor bibit ayam secara komersial mulai digalakan pada tahun 1967. Saat itu,
Direktoran Jendral Peternakan dan Kehewanan saat itu menyusun program Bimas
Ayam dengan tujuan memasyarakatkan ayam ras kepada peternak unggas. Daging
semakin sulit didapatkan saat itu sehingga diharapkan program ini dapat
meningkatkan konsumsi protein hewani. Apalagi konsumsi perkapita masyarakat
terhadap protein hewani sangat rendah, 3,5 gram/kapita/hari.


Periode pertumbuhan (1971-1980)

Bimas ayam broiler tahun 1978 merupakan jawaban atas menurunnya
populasi sapi saat itu. Sejalan dengan itu, permintaan penduduk terhadap ayam
broiler meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan. Namun, pada tahun
1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga pemilikan ayam di Indonesia
ditingkat peternak menurun hingga lebih dari 50%. Pada tahun 1999 usaha ayam
broiler dan layer mulai mengalami kebangkitan.
Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan
berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu
pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak
baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.
Hama dan penyakit pada ayam broiler
Penyakit
Berak darah (Coccidiosis) Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan
kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
1. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae) Gejala: ayam sulit bernapas,
batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap
terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya
gejala tortikolis yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
2.Gumboro (infectious Bursal Disease) adalah penyakit yang
menyerang
sistem
kekebalan
tubuh
ayam
broiler
yang
disebabkan virus golongan Reovirus. Gejalanya diawali hilangnya nafsu
makan, ayam suka bergerak tidak teratur, peradangan di sekitar dubur,
diare, dan tubuh bergetar-getar.
3. Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease) adalah infeksi
saluran
pernapasan
yang
disebabkan
oleh
bakteriMycoplasma gallisepticum. Gejala-gejalanya antara lain ayam
sering bersin, ingus keluar lewat hidung, dan ngorok saat bernapas.

Joko Wasito S.Pd., Gr. Peternak Ayam Boriler Mandiri dan Kemitraan PT Reza Perkasa
Mandiri Lamongan

4.Berak kapur (Pullorum), disebut penyakit berak kapur karena
gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare mengeluarkan kotoran
berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk kapur. Penyakit
ini disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Kematian dapat terjadi
pada hari keempat setelah infeksi.
5.PHS (Pulmonary Hypertension Syndrome), PHS yang kemudian
diikuti dengan ascites merupakan salah satu penyebab kerugian dalam
industri peternakan. PHS biasanya disebut ascites. Penyebab utamanya
adalah
meningkatnya
tekanan
hidrostatis intravaskuler dan
gagalnya ventricular kanan. Sebagai akibat dari meningkatnya tekanan,
transudate pun keluar dari pembuluh darah dan terakumulasi di dalam
rongga abdominal.
6. Bubble foot adalah penyakit ayam yang sering terjadi pada organ
kaki ini dikenal dengan istilah bumble foot disease. Penyakit ini semula
disebabkan oleh infeksi pada bagian kaki. biasanya buble foot sering
ditemukan di peternakan ayam breeder ataupun layer, terutama pada ayam
yang berusia 25-40 minggu.
Hama
1. Tungau (kutuan) gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan
mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan
kurus.
Usaha ternak ayam broiler

Proses panen ayam broiler
Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari
bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu
usaha pertanian, perikanan atau peternakan. Pengetahuan terapan tentang caracara petani atau peternak dalam menentukan, mengorganisasikan serta
mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien
sehingga memberikan pendapatan maksimal. Usahatani pada skala yang luas
umumnya bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya modern, lebih
Joko Wasito S.Pd., Gr. Peternak Ayam Boriler Mandiri dan Kemitraan PT Reza Perkasa
Mandiri Lamongan

bersifat komersial, dan sebaliknya usahatani skala kecil umumnya bermodal paspasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat usahatani sederhana dan sifat
usahanyasubsiten,
serta
lebih
bersifat
untuk
memenuhi
kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Suatu usahatani
dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban
membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana
produksi yang lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga
kelestarian usahanya. Usahatani merupakan proses pengambilan keputusan
tentang segala sesuatu yang akan dilakukan dalam usahatani yang akan dan
rencana-rencana usahatani berupa pernyataan tertulis yang memuat sesuatu yang
akan dikerjakan pada periode waktu tertentu untuk tujuan tertentu sehubungan
dengan usahataninya. Manfaat yang dapat diambil petani: petunjuk yang akan
dilakukan, pengurangan kesalahan, jaminan pelaksanaan, alat evaluasi,
terjaminnya kontinyuitas usaha. Beternak ayam ras pedaging lebih cepat
mendatangkan hasil daripada beternak ayam buras. Pada umunya pemeliharaan
selama 5-8 minggu ayam broiler sudah mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/
ekor dan bisa segera dijual. Dengan demikian perputaran modal berjalan dengan
waktu yang tidak lama. Usaha ternak bertujuan untuk memperoleh pendapatan.
Pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Petani harus
memperhitungkan setiap biaya yang dikeluarkan sehingga dapat menentukan
harga jual produksi. Biaya – biaya produksi yang dikeluarkan yaitu bibit, pakan,
upah tenaga kerja, biaya pembelian dan pemeliharaan peralatan dan biaya sewa
tanah. Usaha ternak akan layak diusahakan apabila nilai profitabilitasnya lebih
besar dari tingkat bunga perbankan yang berlaku. Salah satu komoditi
perunggasan yang memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan adalah
peternakan. Ayam ras pedaging karena didukung oleh karakteristik produknya
yang dapat diterima oleh semua masyarakat indonesia. Usaha peternakan
memerlukan modal yang besar, terutama untuk pengadaan pakan dan bibit. Biaya
yang besar ini sulit dipenuhi oleh peternak pada umumnya yang memiliki
keterbatasan modal. Berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak,
usaha peternakan diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1.Peternakan
sebagai
usaha
sambilan,
yaitu
petani
mengusahakan komoditas pertanain terutama tanaman pangan, sedangkan
ternak hanya sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan
keluarga (subsisten) dengan tingkat pendapatan usaha < 30%.

Joko Wasito S.Pd., Gr. Peternak Ayam Boriler Mandiri dan Kemitraan PT Reza Perkasa
Mandiri Lamongan

2. Peternakan sebagai cabang usaha, yaitu peternak mengusahakan
pertanian campuran dengan ternak dan tingkat pendapatan dari usaha
ternak mencapai 30-70%.
3. Peternakan sebagai usaha pokok, yaitu peternak mengusahakan
ternak sebagai usaha pokok dengan tingkat pendapatan berkisar antara 70100%.
4. Peternakan sebagai industri dengan mengusahakan ternak secara
khusus (specialized farming) dan tingkat pendapatan dari usaha
peternakan mencapai 100%. Usaha peternakan komersil umumnya
dilakukan oleh peternak yang memiliki modal besar serta menerapkan
teknologi modern.
Luas lahan berpengaruh terhadap skala usaha atau populasi ayam yang yang
dipelihara. Karena populasi ayam yang dipelihara disesuaikan dengan luas
kandang yang akan dibangun. Peternak biasanya memanfaatkan lahan yang ada
sehingga kandang-kandang yang dibangun terkesan dipaksakan tanpa
memperhatikan jumlah ayam yang akan dipelihara. Ada 3 hal penting dalam
usaha ternak ayam broiler yang harus ditangani secara ketat (rutin dan teliti),
yaitu:
1. Pakan dan air
2.Obat, vitamin, sanitasi dan vaksin
3. Perkandangan
Ketiganya saling mendukung sehingga pelaksanaannya harus bersamaan.
Bila tidak ada ketidaksempurnaan penanganan dari ketiga hal tersebut maka
pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi performans sangat besar seperti tingkat
konversi pakan menjadi rendah (efisiensi tinggi), pertumbuhan terhambat dan
tingkat kematian tinggi.
Jenis usaha ayam broiler

Metode kandang ayam broiler secara tertutup (close house)
Joko Wasito S.Pd., Gr. Peternak Ayam Boriler Mandiri dan Kemitraan PT Reza Perkasa
Mandiri Lamongan

Ada berbagai macam jenis sistem usaha yang saat ini berjalan, yaitu
Peternak mandiri
Peternak non mitra (mandiri) adalah peternak yang mampu
menyelenggarakan usaha ternak dengan modal sendiri dan bebas menjual
outputnya ke pasar. Seluruh kerugian dan keuntungan ditanggung sendiri.
Pendapatan peternak ayam ras pedaging baik yang mandiri maupun pola
kemitraan sangat dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi
yaitu bibit ayam (DOC); pakan; obat-obatan, vitamin dan vaksin; tenaga kerja;
biaya listrik, bahan bakar; serta investasikandang dan peralatan. Peternak non
mitra prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri dan
bebas memasarkan produknya. Pengambilan keputusan mencakup kapan memulai
berternak dan memanen ternaknya, serta seluruh keuntungan dan risiko
ditanggung sepenuhnya oleh peternak. Adapun ciri ciri peternak mandiri adalah
mampu membuat keputusan sendiri tentang:
1. Perencanaan usaha peternakan
2. Menentukan fasilitas perkandangan;
3. Menentukan jenis dan jumlah sapronak (sarana produksi ternak)
yang akan digunakan;
4. Menentukan saat penebaran DOC di dalam kandang;
5. Menentukan manajemen produksi;
6. Menentukan tempat dan harga penjualan hasil produksi;
7. Tidak terikat dalam suatu kemitraan.
Alasan peternak beralih menjadi kemitraan, yaitu:
1. Kekurangan modal usaha;
2. Mengurangi risiko kegagalan/kerugian;
3. Untuk memperoleh jaminan kepastian penghasilan;
4. Untuk memperoleh jaminan kepastian dalam pemasaran;
5.Untuk mendapatkan jaminan kepastian supply.
Peternak mandiri prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal
sendiri dan bebas memasarkan produknya. Pengambilan keputusan mencakup
kapan memulai beternak dan memanen ternaknya, serta seluruh keuntungan dan
risiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak.
Kemitraan

Joko Wasito S.Pd., Gr. Peternak Ayam Boriler Mandiri dan Kemitraan PT Reza Perkasa
Mandiri Lamongan

Kemitraan adalah pola kerjasama antara perusahaan peternakan selaku mitra
usaha inti dengan peternak rakyat selaku mitra usaha plasma, yang dituangkan
dalam bentuk ikatan kerjasama. Melalui kemitraan diharapkan terjadi kesetaraan
hubungan antara peternak dengan mitra usaha inti sehingga memperkuat posisi
tawar peternak, berkurangnya risiko usaha dan terjaminnya pasar yang pada
akhirnya meningkatkan pendapatan peternak. Kemitraan dimaksudkan sebagai
upaya pengembangan usaha yang dilandasi kerjasama antara perusahaan dari
peternakan
rakyat
dan
pada
dasarnya
merupakan
kerjasama vertikal (vertical partnertship). Kerjasama tersebut mengandung
pengertian bahwa keduabelah pihak harus memperoleh keuntungan dan manfaat.
Peternak pola kemitraan (sistem kontrak harga) adalah peternak yang
menyelenggarakan usaha ternak dengan pola kerjasama antara perusahaan inti
dengan peternak sebagai plasma dimana dalam kontrak telah disepakati harga
output dan input yang telah ditetapkan oleh perusahaan inti. Peternak menerima
selisih dari perhitungan input dan output. Peternak plasma yang mengikuti pola
kemitraan cukup dengan menyediakan kandang, tenaga kerja, peralatan, listrik
dan air, sedangkan bibit (DOC), pakan dan obat-obatan, bimbingan teknis serta
pemasaran disediakan oleh perusahaan inti Pada saat panen perusahaan inti akan
memotong utang peternak plasma berupa DOC, pakan dan obat-obatan. Apabila
terjadi kerugian, maka yang menanggung risiko adalah perusahaan sebatas biaya
DOC, pakan dan obat-obatan. Plasma akan memperoleh bonus, apabila Feed
Conversion Ratio(FCR) lebih rendah dari yang ditetapkan oleh inti. Sedangkan
bagi peternak non mitra, seluruh biaya operasi dan investasi serta pemasaran
diusahakan sendiri. Keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan oleh adanya
kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya. Pelakupelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan harus memiliki dasar-dasar etika
bisnis yang dipahami dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan
kemitraan. Kegagalan kemitraan pada umumnya disebabkan oleh fondasi dari
kemitraan yang kurang kuat dan hanya didasari oleh belas kasihan semata atau
atas dasar paksaan pihak lain, bukan atas kebutuhan untuk maju dan berkembang
bersama dari pihak-pihak yang bermitra. Kalau kemitraan tidak didasari oleh etika
bisnis (nilai, moral, sikap, dan perilaku) yang baik, maka dapat menyebabkan
kemitraan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik. Suatu pola kemitraan yang
ideal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pola tersebut mampu mengakomodasi kepentingan ekonomi
peternak rakyat dan inti melalui secara progresif

Joko Wasito S.Pd., Gr. Peternak Ayam Boriler Mandiri dan Kemitraan PT Reza Perkasa
Mandiri Lamongan

2. Pola kemitraan mampu mencapai efisiensi dan perbaikan kinerja
sistem secara keseluruhan
3. Mampu meredam gejolak yang bersumber dari faktor eksternal dan
mengelola risiko yang mungkin timbul serta mampu memanfaatkan
peluang-peluang yang ada.
Pola kemitraan ayam broiler tidak dapat dipisahkan dari sejarah
perkembangan industri ayam broiler di Indonesia. Bahkan pola kemitraan tersebut
dilahirkan dari sejarah industri ayam ras sebagai salah satu solusi untuk
menciptakan harmonisasi antar pelaku ekonomi dalam industri ayam ras
pedaging. Dalam usaha peternakan ayam rakyat khususnya untuk budidaya ayam
ras kebijakan yang ditempuh adalah mengutamakan usaha budidaya bagi
peternakan rakyat, perorangan, kelompok maupun koperasi[3] sesuai dengan
keppres No. 22 tahun 1990.

Joko Wasito S.Pd., Gr. Peternak Ayam Boriler Mandiri dan Kemitraan PT Reza Perkasa
Mandiri Lamongan