Sistem Pantauan Tingg MODEL PEMBELAJARAN.doc

MODEL PEMBELAJARAN
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran
Dr. Hj. Leli Halimah, M.Pd

disusun oleh: Kelompok 4
Annis Fadhilah

(1500168)

Arini Gustiyani

(1507353)

Atni Nur Anggraeni

(1503858)

Indi Nursyifa


(1504293)

Nanda Marini

(1504701)

Regina Maharani Cristy

(1505728)

Rima Siti Nurpatihah

(1506155)

3C
PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS CIBIRU
BANDUNG
2016


KATA PENGANTAR
Denga menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas khadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Model Pembelajaran.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaikai makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Model Pembelajaran ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandung, November 2016
Penyususn


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
Latar Belakang........................................................................................
Rumusan Masalah...................................................................................
Tujuan Penulisan.....................................................................................
Manfaat Penulisan...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................
JDSJSDB.................................................................................................
RTGTHH.................................................................................................
FDGFG....................................................................................................
FNFKJNR...............................................................................................
EWUU.....................................................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................
Simpulan.................................................................................................
Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1.

Bagaimana Konsep Model Pembelajaran?

2.

Bagaimana Model Pembelajaran Berdasarkan Teori?

3.

Apa saja Macam-macam Model Pembelajaran?

C. Tunjuan Penulisan
1. Untuk menggambarkan bagaimana konsep model pembelajaran.
2. Untuk menggambarkan bagaimana medel pembelajaran berdasarkan teori.
3. Untuk menggambarkan apa saja macam-macam model pembelajaran.
D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini semoga para pembaca dapat
mengetahui mengenai konsep model pembelajaran, model pembelajaran
berdasarkan teori, dan macam-macam model pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model Pembelajaran adalah sebagai suatu dsain yang menggambakan
proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan
siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada
diri siswa.
Istilah “model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran,
metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran
meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyuluruh. Konsep
model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan
pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model
pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan
koleganya.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap
dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan
kelas (Arends dalam Trianto, 2010:51).
2. Ciri-ciri Model Pembelajaran
Ismail (2003) menyatakan istilah Model pembelajaran mempunyai
empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu
yaitu :
a. rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
b. tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
c. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan secara berhasil dan
d. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.

3. Fungsi Model Pembelajaran
Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai
pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran.

Menurut Suprijono (2011: 46) melalui model pembelajaran guru dapat
membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara
berfikir dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.Chauhan menyebutkan fungsi
model pembelajaran secara khusus adalah :
a. Pedoman. Model pembelajaran dapat berfungsisebagai pedoman yang
dapatmenjelaskan apa yangharus dilakukan guru.
b. Pengembangan kurikulum. Model pembelajarandapat membantu
dalam pengembangan kurikulumuntuk satuan kelas yang berbeda
dalam pendidikan.
c. Menetapkan bahan-bahan mengajar. Modelpembelajaran menetapkan
secara rinci bentuk-bentuk bahan pengajaran yang berbeda yang
akandigunakan guru dalam membantu perubahan yangbaik dari
kepribadian siswa.
d. Membantu perbaikan dalam mengajar. Modelpembelajaran bisa
membantu

proses


belajarmengajar

dan

meningkatkan

keefektifanpembelajaran. (Iru, 2012: 8)
B. Model Pembelajaran berdasarkan teori
1. Model Interaksi Sosial
Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory). Model ini
menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan
masyarakat (learning to life together). Pokok Pandangan Gestala adalah
objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan
yang terorganisasikan. Makna suatu objek/peristiwa adalah terletak pada
keseluruhan bentuk (gestalt) dan bukan bagian-bagiannya. Pembelajaran
akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan bagianbagian. Aplikasi teori Gestalt dalam pembelajaran adalah:

a. Pengalaman Insight/ Tilikan. Dalam proses pembelajaran siswa
hendaknya memiliki kemampuan insight yaitu kemampuan mengenal
keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek. Pengajar hendaknya

mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
dengan insight.
b. Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang
terkait dalam suatu objek akan menunjang pembentukan pemahaman
dalam proses pembelajaran. Content yang dipelajari siswa hendaknya
memiliki makna yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi
kehidupannya di masa yang akan datang.
c. Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku
disamping adanya kaitan dengan SR-bond, juga terkait erat dengan
tujuan yang hendak dicapai.
d. Prinsip ruang hidup (life space). Dikembangkan oleh Kurt Lewis
(teori

medan/field

theoty).

Perilaku

siswa


terkait

dengan

lingkungan/medan di mana ia berada. Materi yang disampaikan
hendaknya memiliki kaitan dengan situasi lingkungan berada (CTL)
Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut:
a. Kerja kelompok, bertujuan mengembangkan keterampilan berperan
serta dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan
hubungan interpersonal dan discovery skills dalam bidang akademik.
b. Pertemuan kelas, bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai
diri sendiri maupun terhadap kelompok.
c. Pemecahan masalah sosial atau inquiry social bertujuan untuk
mengambangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial
dengan cara berpikir logis.
d. Model laboratorium, bertujuan untuk mengembangkan kesadaran
pribadi dan keluwesan dalam kelompok.
e. Bermain peran, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi

tiruan.

f. Simulasi sosial, bertujuan untuk membantu siswa mengalami berbagai
kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka.
2.

Model Pemrosesan Informasi
Model ini berdasarkan Teori Belajar Kognitif (Piaget) dan berorientai
pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki
kemampuannya.

Pemrosesan

informasi

merujuk

pada

cara

mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan : mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep dan menggunakan simbol
verbal dan visual. Dipelopori oleh Robert Gagna (1985), asumsinya adalah
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan
yang merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Pembelajaran
merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan
manusia (human capibilities) yag terdiri dari: (1) informasi verbal, (2)
kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan
motorik. Delapan fase proses pembelajaran menurut Robert M. Gagne
(19850 adalah:
a.

Motivasi, fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan
untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu.

b.

Pemahaman, individu menerima dan memahami informasi yang
diperoleh dari pembelajaran.

c.

Pemerolehan, individu memberikan makna/mempersepsi segala
informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses
penyimpanan dalam memori siswa.

d.

Penahanan, menahan informasi/hasil belajar agar dapat digunakan
untuk jangka panjang.

e.

Ingatan kembali mengeluarkan kembali informasi yang telah
disimpan, bila ada rangsangan.

f.

Generalisasi, menggunakan hasilpembelajaran untuk keperluan
tertentu.

g.

Perlakuan, perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil
pembelajaran.

h.

Umpan balik, individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah
dilakukannya.
Ada sembilan langkah yang harus diperhatikan pendidik di kelas

kaitannya dengan pembelajaran pemrosesan informasi.
a. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa.
b. Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang
akan dibahas.
c. Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran.
d. Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah
direncanakan.
e. Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
f. Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran.
g. Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa.
h. Melaksanakan penilaian proses dan hasil.
i. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab
berdasarkan pengalamannya.
Model Proses Informasi ini meliputi beberapa strategi pembelajaran,
diantaranya:
a. Mengajar induktif, yaitu untuk mengembangkan kemampuan berpikir
dan membentuk teori.
b. Latihan inquiry, yaitu untuk mencari dan menemukan informasi yang
memang diperlukan.
c. Inquiry keilmuan, bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian
dalam disiplin ilmu, dan diharapkan akan memperoleh pengalaman
dalam domai-domain disiplin ilmu lainnya.
d. Pembentukan konsep, bertujuan untuk mengembangkan intelegensi
umum, terutama berpikir logis, aspek sosial dan moral.
e. Model pengembangan, bertujuan untuk mengembangkan intelegensi
umum, terutama berfikir logis, aspek sosial, dan moral.
f. Advanced

Organizer

Model,

bertuuan

untuk

mengembangkan

kemampuan memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan
menghubungkan satuan ilmu pengetahuan secara bermakna.

Implikasi Teori Belajar Kognitif (Piaget) dalam pembelajaran diantaranya:
a. Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa .
b. Guru harus dapat membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan belajarnya sebaik mungkin (fasilitator).
c. Bahan yang harus dipelajari hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
d. Di kelas, berikan kesempatan pada anak untuk dapat bersosialisasi dan
diskusi sebanyak mungkin.
3.

Model Personal
Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi
terhadap pengembangan diri individu. Perhatian utamanya pada emosional
siswa

untuk

mengembangkan

hubungan

yang

produktif

dengan

lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi siswa yang mampu
membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara
efektif. Model ini juga berorientasi pada individu dan perkembangan
keakuan. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi
kelas yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan
mengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual. Implikasi
teori humanistik dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Bertingkal laku dan belajar adalah hasil pengamatan.
b. TL yang ada, dapat dilaksanakan sekarang (learning to do).
c. Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.
d. Sebagian besar TL individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri.
e. Mengajar adalah bukan hal penting, tapi belajar siswa adalah sangat
penting (learn how to learn).
f. Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu
hubungan yang produktif dengan lingkungannya dan memandang
dirinya sebagai pribadi yang cakap.
Model pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran
sebagai berikut:

a. Pembelajaran non direktif, bertujuan untuk membentuk kemampuan
dan perkembangan pribadi (kesadaran diri, pemahaman, dan konsep
diri)
b. Latihan kesadaran, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
interpersonal atau kepedulian siswa.
c. Sinetik, untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan memecahkan
masalah secara kreatif.
d. Sistem konseptual, untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi
yang luwes.
4.

Model Modifikasi Tingkah Laku
Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan
mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas
belajar dan membentuk TL dengan cara memanipulasi penguatan
(reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan
perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati. Karakteristik
model ini adalah dalam hal penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari
siswa lebih efisien dan berurutan. Ada empat fase dalam model modifikasi
tingkah laku ini, yaitu fase mesin pengajaran (CAI dan CBI), penggunaan
media,

pengajaran

berprograma

(linier

dan

branching)

Operant

Conditioning, dan Operant Reinforcement. Implementasi dari model ini
adalah: meningkatkan ketelitian pengucapan pada anak, guru selalu
perhatian terhadap tingkah laku belajar siswa, modifilasi TL anak yang
kemampuan belajarnya rendah dengan reward, dan penerapan prinsip
pembelajaran individu terhadap pembelajaran klasikal.
5.

Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Model pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep pembelajaran
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan demikian, maka pembelajaran menjadi lebih aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan serta lebih bermakna.

Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam
pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar
lebih bermakna dengan apakah dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru yang harus akan dimilikinya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik
yang diajarkan.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan
pertanyan-pertanyaan.
d. Menciptakan masyarakat belajar, sepeti melalui kelompok diskusi,
tanya jawab dll.
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui
ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya.
f. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
g. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada setiap siswa.
Pembelajaran konstektual memiliki 7 tahapan pokok yang harus
dikembangkan oleh guru yaitu:
a.

Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam
pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas.

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan CTL, melalui
upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan
dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan
bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi
merupakan hasil menemukan sendiri.
c.

Bertanya (Questioning)

Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah kemampuan
dan kebiasaan untuk bertanya.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk
melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari temanteman belajarnya.
e.

Pemodelan (Modeling)
Kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena
dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan
mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu,
tahap

pembuatan

model

dapat

dijadikan

alternatif

untuk

mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan
siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang
dimiliki oleh para guru.
f.

Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru
saja dipelajari. Dengan kata lain, refleksi adalah berpikir ke belakang
tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa
mengendapkan apa yang baru saja dipelajarinya sebagai struktur
pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari
pengetahuan sebelumnya.

g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi
yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman
belajar siswa. Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
CTL harus mempertimbangkan karakteristik-karakteristik: 1) Kerja
sama,

2)

Saling

menunjang,

3)

Menyenangkan

dan

tidak

membosankan, 4) Belajar dengan bergairah, 5) Pembelajaran
terintegrasi, 6) Menggunakan berbagai sumber, 7) siswa aktif, 8)
Sharing dengan teman, 9) Siswa kritis guru kreatif, 10) Dinding kelas
dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, 11) Laporan

kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan
hasil praktikum, karangan siswa dan lain-lain (Depdiknas, 2002:20).
Program pembelajaran konstektual hendaknya:
a.

Nyatakan kegiatan utama pembelajaran, yaitu sebuah pernyataan
kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar,
materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar.

b.

Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarannya.

c.

Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan
digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.

d.

Rumuskan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan
siswa dalam melakukan proses pembelajarannya.

e.

Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada
kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh siswa baik pada saat
berlangsungnya (proses) maupun setelah siswa tersebut selesai belajar.

C. Macam-macam Model Pembelajaran
1.

Model Pembelajaran Example non Example
Model Pembelajaran Example Non Example merupakan model
pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.
Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media
gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan
mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan
permasalahan-permasalahan

yang

terkandung

dalam

contoh-contoh

gambar yang disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat
menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat
mengenai apa yang ada didalam gambar.
Langkah-langkah :
a.

Guru

mempersiapkan

gambar-gambar

sesuai

dengan

tujuan

pembelajaran.
b.

Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP

c.

Guru memberi petunjuk dan memberikesempatanpada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar.

d.

Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas.

e.

Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

f.

Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

g.

Kesimpulan

Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan :
a.

Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.

b.

Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

c.

Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Kekurangan:
a. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
b. Memakan waktu yang lama.
2. Model Pembelajaran Picture and Picture
Model Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan salah satu
bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Model pembelajaran Picture and Picture adalah
suatu

metode

belajar

yang

menggunakan

gambar

dan

dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran

ini

memiliki

ciri

aktif,

inovatif,

kreatif,

dan

menyenangkan. Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture and
Picture:
a.

Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang
menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan.
Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana
yang

harus

dikuasainya.

Disamping

itu

guru

juga

harus

menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai
dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
b.

Menyajikan materi sebagai pengantar.

Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari
sini

guru

memberikan

momentum

permulaan

pembelajaran.

Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini.
Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian
siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang
baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar
lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
c.

Guru

menunjukkan/memperlihatkan

gambar-gambar

kegiatan

berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif
dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang
ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar
kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah
memahami

materi

yang

diajarkan.

Dalam

perkembangakan

selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau
mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan
tertentu.
d.

Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang
atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena
penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa
terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa
merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan,
dibuat, atau dimodifikasi.

e.

Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau
tuntutan KD dengan indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyakbanyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu
sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.

f.

Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep atau materi, sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus
memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan
meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain
dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam
pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa
siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.
g.

Kesimpulan atau rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan
sebagai penguatan materi pelajaran

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Picture and Picture
Kelebihan:
a. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
b. Melatih berpikir logis dan sistematis.
c. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu
subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik
berpikir,
d. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
e. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
Kekurangan:
a. Memakan banyak waktu
b. Banyak siswa yang pasif.
c. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
d. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang
lain
e. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
3. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama
antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para
siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya
kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa

agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatankegiatan belajar.
Langkah-langkahnya adalah:
a. Persiapan, Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran
dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b. Pembentukan Kelompok. Dalam pembentukan kelompok disesuaikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para
siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang
siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan
nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis
kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan
kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam
menentukan masing-masing kelompok.
Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar
memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang
diberikan oleh guru.
c. Diskusi Masalah, Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS
kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja
kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan
yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh
guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai
yang bersifat umum.
d. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini,
guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban
kepada siswa di kelas.
e. Memberi Kesimpulan, Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban
akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang
disajikan.

4.

Model Pembelajaran Student Teams-Achievements Divisions (STAD)
Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif.
Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur
tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Sintaks model
Pembelajaran STAD antara lain :
a.

Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara
heterogen.

b.

Guru menyajikan pelajaran.

c.

Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggotaanggota kelompok.

d.

Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada
anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok
itu mengerti.

e.

Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada
saat menjawab

kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling

membantu.
f.

Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang
memiliki nilai/poin.

g.

Guru memberikan evaluasi.

h.

Penutup.

Kelebihan dan Kekurangan Model STAD
Kelebihan:
a.

Meningkatkan kecakapan individu.

b.

Meningkatkan kecakapan kelompok.

c.

Meningkatkan komitmen.

d.

Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya.

e.

Tidak bersifat kompetitif.

Kekurangan:
Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007)yaitu:
a. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
b. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena
peran anggotayang pandai lebih dominan.

5. Rumpun Pengembangan Pribadi (Personal Models)
Rumpun model pengembangan pribadi orientasinya adalah pengembangan
diri individu peserta didik. Proses pembelajarannya lebih mengutamakan
pada proses membantu individu peserta didik untuk memahami dirinya
secara lebih baik, kemudian meningkatkan pada kemampuan yang lebih
tinggi, lebih sensitif, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang
lebih baik. Dengan kata lain, kelompok model mengajar ini bertujuan agar
peserta didik menjadi pribadi yang mandiri, juga meningkatkan kesadaran
diri dan bertanggung jawab terhadap nasibnya. Berikut ini adalah beberapa
model mengajar pada rumpun pengembangan pribadi.
a.

Model Non Directive
Model ini dikembangkan oleh Carl Rogers (1961-1982). Dalam model
ini guru memainkan peran sebagai counselor atau penasehat. Model
ini dikembangkan dari teori counseling, oleh karena itu model ini
mengutamakan adanya partnership diantara guru dan peserta didik.
Dalam proses pembelajarannya, guru secara aktif membangun
hubungan kemitraan dan memberikan bantuan sesuai kebutuhan
peserta didik dalam mencoba memecahkan masalahnya. Model ini
dapat digunakan pada semua tipe peserta didik dan semua bidang
studi.

b.

Model Meningkatkan Harga Diri
Model ini dipelopori oleh Abraham Maslow, yang dirancang untuk
membangun harga diri dan kemampuan mengaktualisasikan diri
peserta didik. Model ini dilandasi oleh pernyataan bahwa semua
peserta didik dapat belajar bagaimana belajar dan mereka dapat
merespon berbagai lingkungan belajar. Peserta didik dapat dengan
cepat memiliki kemampuan belajar dalam berbagai cara, jika guru
memberikan kesempatan kepada mereka. Pesan utama adalah peserta
didik dapat belajar, tidak hanya yang berkaitan denga isi pembelajaran
dan keterampilan sosial, tetapi juga menjadi pribadi secara utuh.

c.

Model Sinektiks (Synectics)

Model ini dikembangkan oleh Wilian Gordon (1961) untuk digunakan
di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Model ini dirancang untuk
membantu orang break set dalam memecahkan masalah dan menulis
kreatif serta memeroleh perspektif pbaru pada berbagai topik dari
berbagai bidang.
Dalam kelas, model ini diperkenalkan kepada peserta didik dalam
suatu rangkaian lokakarya atau ruang kerja sampai mereka dapat
mempergunakan prosedur baik secara individual maupun bersamasama dalam kelompok. Meskipun model ini dirancang sebagai
stimulus yang langsung untuk mengajarkan kreativitas, model ini telah
mempunyai dampak tambahan, yaitu dapat mendorong kegiatan
kolaboratif dan belajar ketarerampilan serta menimbulkan perasaan
persahabatan (feeling of camaraderie) diantara peserta didik.
d.

Model Latihan kesadaran Diri
Model ini dipelopori oleh Brown (1964), dengan maksud agar peserta
didik mampu menjajagi dan mengenal, serta menyadari kemampuan
dirinya, juga mampu menyadari dan memahami orang lain. Melalui
model ini, pesrta didik belajar melalui paket-paket latihan yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
bebrbagai aktivitas.

6. Rumpun Sistem Prilaku (Behavioral Systems)
Rumpun model perilaku ini dibangun atas dasar teori belajar yang
umum, yaitu kerangka teori perilaku. Tokohnya antara lain B. F. Skinner
(1953). Salah satu ciri dari rumpun ini adalah adanya kecenderungan
memecahkan tugas belajar kepada sejumlah perilaku yang lebih khusus
dan secara sistematis. Dalam hal ini belajar tidak dipandang sebagai suatu
yang menyeluruh, melainkan dirinci dalam langkah-langkah yang konkrit
dan dapat diamati.
Yang dimaksud belajar dalam rumpun ini adalah pengubahan tingkah
laku. Strategi pengubahan tingkah laku bertolak dari asumsi dasar bahwa
manusia itu memiliki system komunikasi umpan balik, artinya ia dapat
mengubah tingkah lakunya dari informasi balik yang diterimanya. Oleh

karena itu model belajarnya didasarkan atas Stimulus Response
Reinforcement. Interaksi dengan pola tersebut dapat berlangsung berulangulang untuk mendapatkan tingkah laku yang dikehendaki. Upaya ini
disebut shaping.
Beberapa model yang termasuk dalam rumpun model pengubahan
tingkah laku diantaranya adalah sebagai berikut.
a.

Model Belajar Tuntas
Model ini dipelopori oleh Benjamin S. Bloom (1971) dan John B.
Carrol (1971). Konsep utama belajar tuntas terletak pada konsep
“bakat” yang didefinisikan sebagai “waktu” yang dibutuhkan peserta
didik untuk menguasai materi pelajaran. Adapun konsep yang berlaku
adalah “kemampuan untuk dapat menguasai materi pelajaran”.
Dengan formulasi yang baru itu maka model ini berasumsi bahwa
semua peserta didik dapat menguasai (mastery) bahan pelajaran secara
tuntas apabila diberi waktu yang cukup.
Anggapan dasar belajar tuntas adalah peserta didik mau dan dapat
belajar. Peserta didik mau belajar, pada dasarnya anak yang
mempunyai kemauan untuk belajar. Apabila terdapat anak yang
seperti tidak mau belajar, harus dicari penyebabnya. Anak dapat
belajar, artinya kemampuan belajar itu dimiliki semua anak tidak
terkecuali.

Oleh

karena

itu,

pembelajaran

hendaknya

memperhitungkan kecepatan belajar dari masing-masing anak.
Prinsip-prinsip belajar tuntas yaitu berkaitan dengan perbedaan
waktu belajar, yang erat kaitannya dengan bakat yang dimiliki anak.
Dalam hal ini, anak yang mempunyai bakat tinggi akan dapat
mempelajari suatu bidang studi secara cepat. Sedangkan anak yang
denga bakat rendah akan dapat mempelajari suatu bidang studi yang
sama dalam waktu yang lebih lambat. Dalam konsep belajar tuntas,
terdapat dua jenis waktu dalam pembelajaran, yaitu:
1) Waktu yang diperlukan

Faktor yang memengaruhi waktu yang diperlukan, yaitu bakat
mempelajari sesuatu tugas yang diberikan, kemampuan anak
memahami pelajaran, dan kualita pembelajaran itu sendiri.
2) Waktu yang secara riil digunakan
Faktor yang memengaruhi waktu yang secara riil diperlukan, yaitu
waktu yang terseda atau kesempatan belajar (sesuai jadwal
pelajaran), dan waktu yang diinginkan untuk mempelajari sesuatu
hal (umpan balik yang sering dan segera).
Bagi peserta didik yang belum berhasil dalam belajarnya,
maka guru harus memberikan “perbaikan”. Bentuk-bentuk
perbaikan yang dapat dilakukan oleh guru, diantaranya adalah (a)
melalui media tertentu atau mungkin buku, (b) tutor sebaya, (c)
kerja kelompok, (d) reteaching, (e) lembar kerja, (f) metode dan
media visual dan auditif, (g) permainan akademik, (h) pengajaran
individual.
b.

Model Operant-Condition
Pada hakikatnya model ini bertolak dari teori operant condition
learning yang menyatakan bahwa manusia dapat belajar dari umpan
balik yang diterima. Pola interaksi belajarnya adalah Stimuli Response
Reinforcement yang dipelopori oleh Skinner. Sebagai stimuli dapat
berupa masalah yang disajikan oleh guru serta kondisi fisik
lingkungan yang mendukung; response dari peserta didik selalu
mendapat reinforcement dari guru. Interaksi berlangsung sampai
terbentuk tingkah laku yang dikehendaki sesuai dengan tujuan belajar
yang telah ditetapkan. B. F. Skinner juga telah mengembangkanmodel
pembelajaran semacam ini dalam bentuk pengajaran berprogram
(programmed instruction) berupa bahan setakan di mana peserta didik
dapat belajar secara mandiri.

c.

Model Simulasi
Suatu kondisi belajar yang disusun menyerupai keadaan yang
sebenarnya. Strategi pembelajarannya ada berbagai macam, salah satu
di antaranya terdiri atas empat tahap. Tahap pertama, berupa orientasi.

Dalam tahap ini peserta didik diberi informas secara garis besar.
Tahap kedua, berupa demonstrasi. Dimana peserta didik diberitahu
bagaimana harus berbuat atau berperilaku. Tahap ketiga, adalah tahap
latihan (praktik). Dimana peserta didik dberi kesempatan untuk
melakukan latihan. Tahap keempat, adalah tahap umpan balik. Dapat
berupa diskusi antara guru-peserta didik atau antara peserta didikpeserta didik dengan tujuan agar peserta didik memperoleh umpan
balik. Siklus dapat diulang melalui tahap pertama sampai mencapai
tingkat keterampilan yang dikehendaki.
d. Model Kondisi Belajar
Model ini dipelopori oleh Gagne (1965) dan sebenarnya model ini
dapat dikelompokkan ke dalam rumpun “Pengolahan Informasi”
maupun dalam rumpun “Pengubahan Tingkah Laku”. Hal ini
disebabkan pengertian belajar menurut Gagne adalah perubahan
tingkah laku yang diperoleh melalui proses pengolahan informasi
yang bertahap mulai dari bentuk yang sederhana sampai ke bentuk
yang lebih kompleks. Asumsi dasarnya adalah bahwa untuk dapat
mempelajari suatu masalah yang kompleks diperlukan kemampuan
atau pengetahuan awal yang lebih sederhana. Tahap pertama yang
paling sederhana adalah mampu memberikan respons tertentu untuk
stimulus

tertentu.

Tahap

kedua

adalah

kemampuan

untuk

menghubungkan. Tahap ketiga adalah mampu membeda-bedakan.
Tahap keempat adalah mampu mengklasifikasikan. Tahap kelima
yaitu mampu mengaplikasikan kaidah atau konsep-konsep. Tahap
keenam adalah mampu memecahkan masalah.
Tugas guru dalam hal ini adalah memberikan “kondisi belajar”
yang tepat guna, agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif. Belajar yang efektif menurut Gagne, harus bertumpu pada
aktivitas peserta didik. Jadi konsep “mengajar” dalam model ini
adalah “memberikan kondisi belajar”.
Aplikasinya dalam strategi belajar-mengajar adalah bahwa masalah
atau kemampuan kompleks yang akan dipelajari dapat dipecah

menjadi komponen-komponen yang sederhana. Pesert didik perlu
mempelajari komponen yang sederhana terlebih dahulu, baru
kemudian menuju kemampuan yang lebih kompleks.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Dodo, T. (2014). Macam Model dan Metode Pembelajaran. [Online]. Tersedia di:
https://teguhtdodo.wordpress.com/2014/08/02/41-macam-model-metodepembelajaran-efektif/ (26 November 2016)
Mulyana,

A.

(2015).

Model

Pembelajaran.

[Online].

Tersedia

di:

ainamulyana.blogspot.co.id/2015/02/model-pembelajaran-danmodel.html?m=1 (26 November 2016)
Tanpa Nama. (2016). Fungsi dan Model Pemebelajaran Menurut Para Ahli.
[Online].

Tersedia

di:

www.gudangteori.xyz/2016/10/fungsi-model-

pembelajaran-menurut-para-ahli.html?m=1 (26 November 2016)
Tim Pengmbang MKDP. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja
Grafindo.