sejarah ketatanegaraan Indonesia pada ma (1)

SEJARAH & SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA PADA TAHUN
1966 - 1998
(Sebuah Kajian Terhadap Sistem KetataNegaraan Orde Baru)

Makalah
Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Semester IV
Oleh
Kelompok 5
Amalah Nur Amanah

K6413002

Dias Dianira

K6413021

Dwi Meillani

K6413023


Emiliana Saras Oktafiani

K6413024

Hanry Pratama Putra

K6413033

Nur Indah D.S

K6413047

Priyanto Hernowo

K6413051

Safatia Eka Pertiwi

K6413065


Umma Izzatul Fikriyah

K6413075

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SEJARAH & SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA PADA TAHUN
1966 - 1998
(Sebuah Kajian Terhadap Sistem KetataNegaraan Orde Baru)

Makalah
Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Semester IV
Oleh
Kelompok 5
Amalah Nur Amanah

K6413002


Dias Dianira

K6413021

Dwi Meillani

K6413023

Emiliana Saras Oktafiani

K6413024

Hanry Pratama Putra

K6413033

Nur Indah D.S

K6413047


Priyanto Hernowo

K6413051

Safatia Eka Pertiwi

K6413065

Umma Izzatul Fikriyah

K6413075

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

i

Kata Pengantar
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya hingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah berjudul “Sejarah & Sistem
Ketatanegaraan Indonesia Pada Tahun 1966 - 1998 (Sebuah Kajian Terhadap
Sistem KetataNegaraan Orde Baru)” disusun dan diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Hukum Tata Negara Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Semester IV Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan makalah ini kami sadari masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan guna perbaikan
dimasa yang akan datang.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Rima Vien Permata Hartanto, S.H, M.Hum. Selaku dosen pengampu mata
kuliah Hukum Tata Negara Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Semester IV Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Yang telah membimbing dan
memberikan dukungan kepada kami baik moral maupun materiil.
2. Ayahanda dan Ibunda kami tercinta. Yang menjadi sumber semangat kami
dan senantiasa memberikan do’a kepada kami.
3. Rekan – rekan kelompok 5 yang telah mencurahkan segenap tenaga dan
pikiran dalam penyusunan makalah ini.
4. Semua pihak terkait yang tidak bisa kami sebut satu persatu.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat terutama bagi dan pembaca
pada umumnya.
Surakarta, Maret 2015

Penyusun

ii

DAFTAR ISI
Halaman Sampul.................................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan.............................................................................................1
1.

Latar Belakang Masalah............................................................................1

2.

Rumusan Masalah.....................................................................................1


3.

Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II Pembahasan............................................................................................3
1.

Sejarah Singkat Lahirnya Orde Baru.........................................................3

2.

Sistem Perundang – Undangan Pada Masa Orde Baru.............................4

3.

Struktur Ketatanegaraan Pada Masa Orde Baru........................................5

4.


Sistem Pemerintahan Pada Masa Orde Baru.............................................13

5.

Dwi Fungsi ABRI......................................................................................15

6.

Pandangan Orde Baru Terhadap Pancasila................................................19

7.

Pelita (Pembangunan Lima Tahun) Orde Baru.........................................23

BAB III Penutup..................................................................................................30
Simpulan...............................................................................................................30
Daftar Pustaka.....................................................................................................33
Lampiran..............................................................................................................34

iii


BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah sebuah negara yang mengalami beberapa
perubahan dalam struktur ketatangaraannya. Perubahan – perubahan
tersebut masuk dalam kajian hukum tata negara.1 Salah satu periode
ketatanegaraan Indonesia adalah era Orde Baru. Orde Baru adalah sebutan
bagi

pemerintahan

Presiden

Soeharto

di

Indonesia.


Orde

Baru

menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan
Presiden Soekarno. Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya
Surat Perintah 11 Maret 1966.2 Orde Baru berlangsung selama 32 tahun
yakni mulai dari tahun 1966 hingga 1998. Dengan bertujuan meletakkan
kembali tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara pada
kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945, maka
Orde Baru menjadi tatanan baru di Indonesia sebagai penggarnti sistem
pemerintahan dari orde lama yang dianggap menyimpang pada saat itu.
Yang selanjutnya akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
2. Rumusan Masalah
2.1.

Bagaimana sejarah singkat lahirnya Orde Baru ?

2.2.


Bagaimana sistem perundang – undangan masa Orde Baru?

2.3.

Bagaimana struktur ketatanegaraan pada masa Orde Baru ?

2.4.

Bagaimana sistem pemeritahan pada masa Orde Baru ?

2.5.

Bagaimana peran ABRI pada masa Orde Baru ?

2.6.

Bagaimana Pandangan Orde Baru terhadap Pancasila ?

2.7.

Bagaimana perkembangan repelita V – repelita VI ?

1

“Perbedaan HTN dan HAN: Hukum tata negara mengatur bagaimana
keadaan organisasi negara dan tugas – tugasnya, sedangkahan Hukum
Administrasi Negara mengatur cara negara atau alat dan kelengkapan negara
dalam menjalankan tugasnya” Lihat Kansil, C.S.T, 1989, Pengantar Ilmu
Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, hlm 177; Lihat
Asshiddiqie, Jimly. 2009. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta:
RajaGrafindo Persada. Hlm 21 “Dalam Hukum Tata negara, melihat negara
dalam keadaan diam (in trust), sedangkan dalam hukum administrasi negara,
melihat negara dalam keadaan bergerak (in beweging).
2
Mustofa, S.H., Suryandari, Titik Mulyati. 2009. Sejarah: Untuk SMA/MA Kelas
XII Program IPA. Jakarta: PT. Grahadi, hlm 2.

1

3. Tujuan Penulisan
Makalah ini dimaksudkan untuk menambah wawasan tentang
sejarah dan sistem ketatanegaraan Indonesia selama 32 tahun pada masa
Orde Baru berdasar pandangan Hukum Tata Negara.

2

BAB II
Pembahasan
1. Sejarah Singkat Lahirnya Orde Baru
Orde Baru lahir dari diterbitkannya Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar)

pada

tahun

1966,

yang

kemudian

menjadi

dasar

legalitasnya.3 Surat Perintah sebelas Maret 1966 atau yang sangat populer
dikenal melalui akronim "Supersemar" adalah surat perintah yang
ditandatangani

oleh

Presiden/Panglima

Tertinggi

Angkatan

Bersenjata/Mandataris MPRS/Pemimpin Besar Revolusi Soekarno pada
tanggal 11 Maret 1966. Isinya adalah perintah Presiden Soekarno kepada
Letnan Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Operasi Keamanan
dan Ketertiban (Pangkopkamtib)4 agar mengambil segala tindakan yang
dianggap perlu untuk memulihkan stabilitas situasi keamanan yang sangat
buruk pada masa itu, terutama setelah meletusnya peristiwa Gerakan 30
September 1965.
Dengan adanya pemberian wewenang melalui Supersemar kepada
kopkamtib ini maka, kopkamtib dapat melaksanakan amanat yang
diemban dengan mengatas namakan presiden, contohnya adalah pada
tanggal 16 Maret 1966 Pangkopkamtib ---atas nama Presiden RI--mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap sejumlah 15 menteri
yang diduga terlibat G-30 S/PKI. Pada tanggal 27 Maret 1966 dilakukan
perombakan terhadap kabinet Dwikora. Sementara presiden tidak setuju
kabinet itu dirombak. Banyak wajah-wajah baru yang dianggap kurang
dekat dengan Presiden Soekarno. Tapi, tiga hari kemudian, kabinet itu pun
dilantik.5 Perombakan terhadap kabinet Dwikora ini secara jelas
menunjukkan makna melemahnya kekuatan presiden saat itu hingga
3

Mustofa, S.H., Suryandari, Titik Mulyati. 2009. Sejarah: Untuk SMA/MA Kelas
XII Program IPA. Jakarta: PT. Grahadi, hlm 2.
4
Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban disingkat Kopkamtib adalah
organisasi pusat yang langsung berada di bawah komando Presiden RI pada
saat itu, yang dibentuk pada didirikan pada tanggal 10 Oktober 1965.
5
Saat-saat Jatuhnya Presiden Soekarno Perjalanan Terakhir Bung
Besar.Diakses melalui: http://www.tempo.co.id/ang/min/02/05/utama7.htm,
pada 26 Maret 2015 pukul 19:02 WIB.

3

kabinet yang tidak disetuji presiden-pun dapat dilantik. Kekuatan presiden
makin melemah dengan puncaknya pada Sidang Istimewa MPRS 1967.
Yakni diawali dalam Sidang Umum ke-IV MPRS setelah peristiwa
Gerakan

30

September

yang

mengakibatkan

Presiden

Soekarno

kehilangan kepercayaan dan dianggap tidak mampu mengendalikan
keamanan. Setelah pidato pertanggungjawabannya di depan MPRS yang
berjudul Nawaksara, dibacakan. MPRS pada masa itu meminta Sukarno
untuk memperbaiki pidato pertanggungjawabannya di Sidang Umum
MPRS berikutnya, yang direspon Sukarno dengan pidato "Pelengkap
Nawaksara". Namun pertanggungjawaban tersebut kembali ditolak dan
akhirnya diputuskan bahwa pada 7 Maret 1967 akan dilakukan Sidang
Istimewa MPRS.6 Setelah Sidang Istimewa ini, Soekarno diturunkan dari
jabatan Presiden dan digantikan oleh Soeharto sebagai Pejabat Presiden.
Inilah tonggak berdirinya Orde Baru.
Tetapi naskah Supersemar yang merupakan landasan berdirinya
Orde Baru hingga saat ini yang dipublikasikan dan menyebar di kalangan
masyarakat secara luas melalui buku-buku teks pelajaran sejarah nasional
adalah keluaran versi Markas Besar TNI Angkatan Darat (TNI AD) yang
telah dipublikasikan sejak tahun 1966 dan semakin diperkuat setelah Orde
Baru mulai berkuasa di tahun 1968. Tetapi Sebagian kalangan sejarawan
Indonesia meyakini bahwa ada beberapa versi naskah Supersemar. Bahkan
hingga saat ini, naskah Supersemar yang asli masih misterius dan belum
ditemukan.
2. Sistem Perundang – Undangan Pada Masa Orde Baru

Menurut sistem hukum Indonesia, peraturan perundang-undangan
(hukum tertulis) disusun dalam suatu tingkatan yang disebut hierarki
peraturan perundang-undangan. Pada era Orde Baru, hierarki perundang
berdasarkan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966. Dengan ketetapan
MPR No. V/MPR/1973, Lampiran II tentang “Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan Republik Indonesia Menurut UUD 1945” dalam
6

Ibid.

4

5
4
9
1
D
U
R
P
M
huruf A, disebutkan

tata urutan bentuk-bentuk peraturan perundang-

undangan Republik Indonesia ialah sebagai berikut:7
NO
1
2
3
4
5
6

Hierarki Peraturan Perundang-undangan

Menurut TAP MPRS No. XX/MPRS/1966
Undang-Undang Dasar RI 1945
Ketetapan MPRS/MPR
Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti UU
Peraturan Pemerintah
Keputusan Presiden
Peraturan-peraturan Pelaksana lainnya, seperti
a. Peraturan Menteri
b. Instruksi Menteri

3. Struktur Ketatanegaraan Pada Masa Orde Baru

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 (UUD 1945) sebelum perubahan terdapat

enam

lembaga

tinggi/tertinggi negara, yaitu MPR sebagai lembaga tertinggi negara, serta
DPR, Presiden, MA, BPK, dan DPA sebagai lembaga tinggi negara.8

U
M
U
P
D

R

1
9
4
5
A. Lembaga Tertinggi Negara

Yang dimaksud sebagai lembaga tertinggi negara menurut
UUD 1945 sebelum perubahan adalah MPR. Majelis

7

Huda, Ni’matul & R. Nazriyah. 2011. Teori Pengujian Peraturan Perundang –
Undangan. Bandung: Nusa Media. Hlm 68.
8
Kansil, C.S.T. 1989, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia,
Jakarta: PN Balai Pustaka, hlm 195. “Yang dimaksud dengan lembaga –
lembaga negara adalah alat perlengkapan negara sebagaimana yang
dimaksudkan oleh Undang – undang dasar 1945...”

5

Permusyawaratan Rakyat (MPR) Terdiri atas anggota-anggota
dari dewan perwakilan rakyat, ditambah dengan utusan-utusan
dari daerah-daerah dan golongan-golongan menurut aturan
yang ditetapkan dengan undang-undang.9
a. Kedudukan MPR10
-

MPR memegang kedaulatan negara

-

Sebagai penjelmaan seluruh rakyat indonesia adalah
pemegang kekuasaan tertinggi dan pelaksana dari
kedaulatan rakyat.

-

Sebagai penjelmaan seluruh rakyat indonesia dan
merupakan lembaga tertinggi negara pemegang dan
pelaksana sepenuhnya kedaukatan rakyat.

-

MPR sebagai keseluruhan yang mempunyai kedudukan
sebagai lembaga negara tertinggi dengan memegang
kedaulatan negara yang tertinggi dan tidak dapat
mendelegasikan kedaulatannya pada sebagian anggota
ataupun pimpinan.

b. Tugas dan wewenang MPR11
-

Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

-

MPR menetapkan UUD dan Garis-garis besar Haluan
Negara.

-

Presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR dengan
suara yang terbanyak.

-

Majelis memilih dan mengangkat presiden atau
mandataris dan wakil presiden untuk membantu
presiden.

-

Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 dari
daripada jumlah anggota MPR harus hadir. Putusan

9

Undang-undang yang mengatur susunan MPR, dewasa ini adalah UU no. 16
tahun 1969 jo, UU No. 5 tahun 1975, tentang susunan dan kedudukan MPR,
DPR Dan DPRD. Ibid.
10
Ibid.
11
Ibid. Hlm 197.

6

diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3
daripada jumlah anggota yang hadir.
-

Majelis memberikan mandat untuk melaksanakan
Garis-garis besar Haluan Negara dan putusan-putusan
majelis lainnnya kepada presiden.

-

Majelis dapat menghentikan presiden sebelum habis
masa jabatannya.

-

Majelis mempunyai tugas:12
-

Menetapkan Undang-undang Dasar

-

Menetapkan Garis-garis Besar Haluan Neagara

-

Memilih dan mengangkat presiden dan wakil
presiden.

-

Majelis mempunyai wewenang:13
-

Membuat putusan-putusan yang tidak dapat
dibatalkan oleh keputusan lembaga negara yang
lain,

termasuk

menetapkan

GBHN

yang

ditugaskan pelaksanaannya pada presiden atau
mandataris.
-

Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran
terhadap putusan-putusan majelis.

-

Menyelesaikan

pemilihan

dan

selanjutnya

mengangkat presiden dan wakil presiden.
-

Meminta dari dan menilai prertanggung jawaban
presiden tentang GBHN.

-

Mencabut mandat dan memberhentikan presiden
dalam masa jabatannya apabila

presiden

sungguh-sungguh melanggar haluan negara atau
Undang – undang Dasar.

12
13

-

Mengubah Undang-undang Dasar.

-

Menetapkan peraturan tata tertib majelis.

Ibid.
Ibid.

7

-

Menetapkan pimpinan majelis yang dipilih dari
dan oleh anggota.

-

Memberikan putusan terhadap anggota yang
melanggar sumpah atau janji anggota.

-

Meneliti surat-surat yang berhubungan dengan
kenggotaan majelis.

A. Lembaga – Lembaga Tinggi Negara14
1. Presiden
Presiden memegang kekuasaan pemerintahan negara meliputi:
-

Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-undang Dasar.

-

Presiden ialah penyelengara kekuasaan pemerintahan
negara tertinggi dibawah majelis.

-

Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh
satu orang Wakil Presiden.

-

Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya
selama masa lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali.15

-

Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara16

-

Kedudukan presiden17
Selaku kepala negara dan pemerintahan

-

Tugas dan wewenang Presiden
Selaku kepala negara:18
-

Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas
angkatan darat, laut dan udara.

14

Lembaga – lembaga tinggi negara ialah kelima lembaga dibawah MPR, yakni
Presiden, DPA, DPR, BPK, MA. Ibid. Hal 195.
15
UUD 1945 pasal 7 (sebelum amandemen I)
16
Yang dimaksudkan dengan menteri - menteri negara, ialah baik menteri
yang memimpin sesuatu Departemen Pemerintahan, maupun menteri yang
tidak memimpin sesuatu Departemen Pemerintahan. Ketentuan yang terakhir
demikian itu timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggara negara,
meskipun tidak tertulis. Ibid. Hal 198
17
Ibid.
18
Ibid.

8

-

Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian,
dan perjanjian dengan negara lain.

-

Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat
dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan
undang-undang.

-

Presiden mengangkat duta dan konsul.

-

Presiden menerima duta negara lain.

-

Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan
rehabilitasi (pasal 14 UUD 1945).

-

Presiden memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain
tanda kehormatan.

Selaku kepala pemerintahan:19
-

Presiden memegang kekuasaan membentuk undangundang dengan persetujuan DPR.

-

Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk
menjalankan

undang-undang

sebagaimana

mestinya.
-

Presiden ialah kepala kekuasaan eksekutif dalam
negara. Untuk menjalankan undang-undnag. Ia
mempunyai kekuasaan untuk menetapkan peraturan
pemerintah.

-

Dalam hal ikhwal kepentingan yang memaksa,
presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah
sebagai pengganti undang-undang.

2. Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
Susunan Dewan Pertimbangan Agung meliputi unsur-unsur
dari kehidupan masyarakat dan terdiri dari : Tokoh-tokoh
politik, Tokoh-tokoh Karya, Tokoh-tokoh Daerah, Tokoh-

19

Ibid.

9

tokoh Nasional.20 Menurut Undang-undang No 4 tahun
1978 tentang perubahan dan penyempurnaan undangundang no. 3 tahun 1967 tentang Dewan Pertimbangan
Agung, jumlah anggota DPA ditetapkan sebanyakbanyaknya

45

orang

termasuk

pimpinan

Dewan

Pertimbangan Agung.
-

Tugas

dan

wewenang

Dewan

pertimbangan

Agung:21
-

Dewan ini berkewajiban memberi jawaban atas
pertanyaan Presiden dan berhak mengajukan
usul kepada pemerintah.

-

Dewan

Pertimbangan

mengajukan

usul

dan

Agung
wajib

berhak

mengajukan

pertimbangan kepada Presiden.
-

Tugas Dewan Pertimbangan Agung:22
-

Berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan
presiden.

-

Berhak mengajukan usul dan berkewajiban
mengajukan pertimbangan kepada Presiden.

3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Dewan Perwakilan Rakyat selanjutnya disebut dengan
singkatan DPR terdiri dari anggota yaitu golongan politik
dan golongan karya.23
Tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat:24
-

Tiap-tiap Undang-undang menghendaki persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.

20

Undang-Undang yang mengatur sususan Dewan Pertimbangan Agung
dewasa ini ialah UU no. 3 tahun 1967 tentang Dewan Pertimbangan agung, jo
undang-undang no.4 tahun 1978 tentang perubahan dan penyempurnaan
undang-undang no. 3 tahun 1967 tentang Dewan Pertimbangan Agung. Ibid.
Hlm 199
21
Ibid.
22
Ibid. Hlm 200
23
Undang - Undang No.16 Tahun 1969 tentang susunan dan kedudukan
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Ibid.
24
Ibid.

10

-

Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak
memajukan rancangan undang-undang.

-

Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap
tahun

dengan

undnag-undang,

apabila

Dewan

Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang
diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan
anggaran tahun yang lalu.
-

Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan
negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan,
yang peraturanya ditetapkan dengan undang-undang.
Hasil pemeriksaan itu diberikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.

4. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Untuk memeriksa tanggungjawab tentang keuangan negara
diadakan

suatu

badan

pemeriksa

keuangan,

yang

peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. hasil
pemeriksaan itu diberitahukan kepada DPR. Badan
pemeriksa keuangan berbentuk dewan yang terdiri atas
seorang ketua merangkap anggota dan lima orang
anggota.25
Tugas dan wewenang:
-

Memeriksa tanggung jawab tentang keuangan Negara.
Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.

-

Badan

pemeriksa

keuangan

memriksa

semua

pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
-

Badan pemeriksa keuangan bertugas untuk memeriksa
tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara

-

Badan pemeriksa keuangan bertugas untuk memeriksa
semua pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara.

25

Ibid. Hlm 201

11

-

Pelaksanaan

pemeriksaan

dilakukan

berdasarkan

ketentuan-ketentuan undang-undang.
-

Hasil

pemeriksaan

badan

pemeriksa

keuangan

diberitahukan kepada dewan perwakilan rakyat.
5. Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Agung adalah badan yang melaksanakan
kekuasaan Kehakiman yang dalam pelakasanaan tugasnya,
terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruhpengaruh lainnya. Susunan dan kekuasaan badan-badan
kehakiman diatur dalam undang-undang.26
Tugas dan wewenang Mahkamah Agung
-

Mahkamah agung melakukan pengawasan tertinggi
atas perbuatan pengadilan lain menurut ketentun
yang ditetapkan dengan undnag-undang.

-

Mahkamah agung dapat memberikan pertimbanganpertimbangan dalam bidang hukum, baik diminta
maupun tidak, kepada lembaga-lembag tinggi
negara.

-

Mahkamah agung mempunyai wewenang menguji
secara materiil hanya terhadap peraturan-peraturan
perundangan dibawah undang-undang.

4. Sistem Pemerintahan Pada Masa Orde Baru
Sistem pemerintahan dimasa Orde baru berdasarkan UUD 1945
sebelum amandemen adalah sistem pemerintahan quasi-presidentil (semipresidensial) karena sistem yang diterapkan ciri presidentil nya lebih
menonjol dengan mengandung ciri parlementer, yakni dengan adanya
MPR yang berstatus sebagai lembaga tertinggi negara, tempat kemana
presiden harus tunduk dan bertanggung jawab.27 dalam hal ini presiden
adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi di bawah

26

Ibid.
Lihat Asshiddiqie, Jimly. 2009. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta:
RajaGrafindo Persada. Hlm 324.
27

12

MPR.28 presiden adalah mandataris majelis, presiden wajib menjalankan
putusan – putusan majelis.29 Dengan pemerintah berdasarkan pada sisem
konstitusional, maka kekuasaan pemerintah tidak tak terbatas artinya tidak
absolute.30 Konstitusi yang berlaku pada Orde Baru adalah konstitusi yang
tetap berdasar pada dekrit presiden 5 Juli 1959 yang memberlakukan
kembali konstitusi yang disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yang
disebut Undang – Undang Dasar 1945.31 Konstitusi berdasar dektrit
presiden 5 Juli 1959 ini berlangsung hingga 19 Oktober 1999 yakni setelah
tumbangnya Orde baru dan mulai dilakukan perubahan pada konstitusi
yang disebut Amandemen UUD 1945.32
Pada masa ini, lembaga kepresidenan tidak hanya diatur dalam
pasal – pasal konstitusi, namun juga diatur dalam penjelasan konstitusi
yakni melalui ketetapan MPR/MPRS.33 Antara lain adalah:
1. Ketetapan MPRS Nomor X/MPRS/1966 tentang Kedudukan
Semua Lembaga – Lembaga Negara Tingkat Pusat dan Daerah
pada Posisi dan Fungsi yang diatur dalam Undang – Undang
Dasar 1945.
2. Ketetapan MPRS No. XV/ MPRS/ 1966 tentang Pemilihan/
Penunjukan Wakil Presiden dan Tata Cara Pengangkatan
Pejabat Presiden.
3. Ketetapan MPR No II. MPR/1973 tentang Tata Cara Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
4. Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/ 1973 tentang Kedudukan dan
Hubungan Tata-Kerja Lembaga Tertinggi Negara dan Hubungan
Tata – Kerja Lembaga Tertinggi.

28

Kansil, C.S.T. OP.cit. Hlm 185.
Ibid. Hlm 189.
30
Ibid. Hlm 188.
31
“Masa Republik keempat adalah periode diberlakukannya kembali konstitusi
yang disahkan PPKI pada 18 Agustus 1945 dengan sebutan UUD 1945” lihat,
Maksudi, Beddy Iriawan. 2012. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo
Persada. Hlm 239
32
Ibid. Hlm 242
33
Ibid. Hlm 240
29

13

5. Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/1973 tentang Keadaan
Presiden

dan/atau

Wakil

Presiden

Republik

Indonesia

Berhalangan.
6. Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan
Hubungan Tata-Kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau
antar Lembaga – Lembaga Tinggi Negara.
7. Ketetapan MPR Nomor XIIII/MPR/1998 tentang Pembatasan
Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Selain

itu,

presiden

sebagai

mandataris

MPR

juga

diberikewenangan dan kekuasaan penuh untuk melakukan tindakan apa
pun guna menyelenggarakan pemerintahan,34 antara lain dengan:
1. Ketetapan MPR No. X/MPR/1973 tentang Pelimpahan Tugas
dan

Kewenangan

Kepada

Presiden/Mandataris

Majelis

Permusyawaratan Rakyat untuk Melaksanakan Pembangunan.
2. Ketetapan MPR No VIII/MPR/1978 tentang Pelimpahan Tugas
dan

Kewenangan

Kepada

Presiden/Mandataris

Majelis

Permusyawaratan Rakyat dalam Rangka Pensuksesan dan
Pengamanan Pembangunan Nasional.
3. Ketetapan MPR No VII/MPR/1983 tentang Pelimpahan Tugas
dan

Kewenangan

Kepada

Presiden/Mandataris

Majelis

Permusyawaratan Rakyat dalam Rangka Pensuksesan dan
Pengamanan Pembangunan Nasional.
4. Ketetapan MPR No VI/MPR/1988 tentang Pelimpahan Tugas
dan

Kewenangan

Kepada

Presiden/Mandataris

Majelis

Permusyawaratan Rakyat dalam Rangka Pensuksesan dan
Pengamanan Pembangunan Nasional.
5. Ketetapan MPR No V/MPR/1998 tentang Pemberian Tugas
dan Wewenang Khusus kepada Presiden/ Mandataris Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dalam Rangka

34

Ibid. Hlm 241.

14

Penyuksesan dan Pengamanan Pembangunan Nasional sebagai
Pengamalan Pancasila.
Dengan landasan hukum tersebut lembaga kepresidenan, terutama
Presiden, menjadi lembaga tinggi yang “Super Power”dibanding lembaga
tinggi lainnya.35
Pada masa Orde Baru, Presiden Soeharto dapat berkuasa selama 32
tahun karena dapat dipilih kembali lebih dari dua periode karena
mendasarkan kepada UUD 1945 Pasal 7 (sebelum amandemen) yang
berbunyi “Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama
masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali”.
5. Dwi Fungsi ABRI.
ABRI merupakan singkatan dari Agkatan Bersenjata Republik
Indonesia. Pada seminar Hankam yang dipimpin oleh Kepala Staf Hankam
Mayor Jendral,M.M Rachmat Kartakusuma yang berlangsung pada 12-21
November 1966, menghasilkan dokumen penting,

yaitu Doktrin

Pertahanan dan Keamanan Nasional dan Doktrin perdjuangan ABRI Tjatur
Dharma Eka Karma. Yang mana isi Doktrin ini meliputi landasan aidiil,
asas-asas, dan pedoman pelaksanaan. Dalam landasan aidiil disebutkan
bahwa Pancasila galian Bung Karno menjiwai Revolusi Indonesia yang
melahirkan kekuasaan pertahanan kemanan Nasional pada era Revolusi
yang berkembang menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Kepolisan
Negara kemudian menjadi ABRI.36
Awalnya ABRI merupakan alat Negara dibidang Hankam dan
kekuatan sosial Revolusi Indonesia dengan Pancasila sebagai doktrinnya.
Hakikat ABRI merupakan salah satu kekuatan sosial Revolusi Indonesia
sekaligus menjadi Angkatan Bersenjata Revolusi, yang memiliki fungsi
sosial yang melaksanakan tugas serta fungsi kekaryaan di bidang politik,
sosial, ekonomi, ilmu, dan teknologi, serta wawasan Nusantara untuk
35

Ibid.
Adi, Sudirman. 2014. Sejarah lengkap Indonesia. Yogyakarta: DIVA press.
Hlm 417
36

15

mencapai tujuan Nasionalisnya. Bagian asas-asas, berisikan dua bagian
utama yang menjelaskan makna Pertahanan Keamanan Nasional tugas
serta fungsi ABRI dalam menghadapi hakikat ancaman, sengketa, dan
stateginya.

Dijelaskan tentang Doktrin Kekaryaan, yaitu doktrin

perjuangan ABRI, sebagai golongan karya (GOLKAR), penegak
demokrasi yang berjiwa Orde Baru yang secara konstitusional tercantum
di dalam UUD 1945, dilaksanakan melalui kekaryaan yaitu semua
kegiatan dilakukan di luar bidang Hankam.37
Tahun 1975, lahir doktrin Kekaryaan, ABRI, sebagai doktrin
pelaksanaan kegiatan-kegiatan kekaryaan ABRI. Dalam doktrin ini
dinyatakan secara tegas istilah Dwifungsi ABRI.38 Istilah Dwifungsi ABRI
baru dikenal pada masa Orde Baru, tetapi peran militer dalam politik telah
diciptakan oleh Presiden Soekarno. Melalui konsepsi presiden pada
Februari 1957, angkatan perang pada saat itu diposisikan sebagai salah
satu golongan fungsional, bersama dengan golongan fungsional lainnya,
bertujuan membangun kekuatan partai-partai politik. Sejak itu, ABRI
mulai terlibat dalam aktivitas politik praktis. Pada hakikatnya partai-partai
politik belum rela menerima kehadiran ABRI sebagai kekuatan politik
baru. Namun, akhirnya pada tanggal 22 November 1969 partai-partai
politik menyetujui 20% anggota badan Legislatif yang diangkat dari
ABRI.39
Pada awal 1970 jumlah jabatan Menteri/pimpinan lembaga
tertinggi berjumlah 50 %, dan duta eselon 150 %, jabatan gubernur 70 %,
bupati 50 % dan duta besar 45 %. Pada tahun 1977, jabatan sipil yang di
duduki oleh ABRI mencapai 53,5 %. Persetujuan partai-partai politik ini
sebagai pembuka kunci pelaksanaan fungsi kedua ABRI dalam politik

37

Ibid.
Poesponegoro, Marwati Djoned & Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah
Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka. Hlm 599.
39
Dwifungsi. Diakses melalui: http://id.wikipedia.org/wiki/Dwifungsi. Pada 26
Maret pukul 19:36 WIB
38

16

praktis sebagai golongan karya pada badan legislatif. Fungsi kedua ABRI
dalam badan legislatif berdasarkan konsep Dinamistator dan Stabilitator.40
Fungsi ABRI dalam konsep dinamistator adalah :
1. Kemampuan ABRI untuk berkomunikasi dengan rakyat,
untuk

merasakan

memahami

dinamika

serta

masyarakat,

dan

kebutuhan-kebutuhan

untuk
rakyat,

memungkinkan ABRI untuk secara nyata membimbing,
menggugah dan mendorong masyarakat untuk lebih giat
melakukan partisipasi dalam pembangunan. Contohnya
ABRI Masuk Desa (AMD), ABRI Masuk Desa ini
membantu segala hal yang berkaitan dengan pembangunan
desa dalam rangka mengabdi kepada masyarakat.
2. Kemampuan tersebut dapat mengarah dua jurusan. Disatu
pihak hal tersebut merupakan potensi nyata ABRI untuk
membantu masyarakamenegakkan asas-asas serta tata cara
kehidupan bermasyarakat dan bernegara, termasuk juga
rencana-rencana serta proyek-proyek pembangunan. Di lain
pihak itu menyebabkan ABRI dapat berfungsi sebagai
penyalur aspirasi-aspirasi dan pendapat-pendapat rakyat.
3. Untuk dapat lebih meningkatkan kesadaran Nasional dan
untuk dapat mensukseskan pembangunan, diperlukan suatu
disiplin sosial dan disiplin Nasional yang mantap. Oleh
karena disiplin ABRI bersumber dari Saptamarga dan
Sumpah Prajurit, sehingga secara masyarakat, maka ABRI
dapat berbuat banyak dalam rangka pembinaan serta
peningkatan disiplin Nasional tersebut.
4. Sifat ABRI yang modern serta penguasaan ilmu dan
teknologi

serta

peralatan

40

yang

maju,

memberikan

Dwifungsi ABRI. Diakses melalui:
http://sejarah.kompasiana.com/2012/12/21/dwi-fungsi-abri-518674.html pada
26 Maret pukul 20:02 WIB

17

kemampuan kepada ABRI untuk juga memplopori usahausaha modernisasi.
Fungsi ABRI dalam konsep stabilitator adalah :
1. Kemampuan ABRI untuk berkomunikasi dengan rakyat,
dinamika masyarakat dan untuk memahami aspirasiaspirasi yang hidup dalam masyarakat, membuat ABRI
menjadi salah satu jalur penting dalam rangka pengawasan
sosial.
2. Kesadaran Nasional yang tinggi dimiliki oleh setiap Prajurit
ABRI merupakan suatu penangkal yang efektif terhadap
pengaruh sosial yang bersifat negatif dari budaya serta
nilai-nilai

asing

yang

kini

membanjiri

masyarakat

Indonesia.
3. Sifat ABRI yang realistis dan fragmatis dapat mendorong
masyarakat agar dalam menanggulangi masalah-masalah
berlandaskan tata pilar yang nyata dan berpijak pada
kenyataan situasi serta kondisi yang dihadapi, dengan
mengutamakan

nilai

kemanfaatan

bagi

kepentingan

NAsional. Kemudian rakyat akan dapat secara tepat waktu
menentukan prioritas-prioritas permasalahan dan sasaransasaran yang diutamakan.
4. Dengan demikian akan dapat dinetralisasi atau dikurangi
ketegangan, gejolak-gejolak dan keresahan-keresahan yang
pasti akan melanda masyarakat yang sedang giat-giatnya
melaksanakan pembangunan dan karenanya mengalami
perubahan sosial.
Peran Dinamistator sebenarnya telah diperankan ABRI sejak
zaman perang Kemerdekaan, waktu itu Jenderal Sudirman telah
melakukan

dengan

meneruskan

perjuangan,

walaupun

pimpinan

pemerintah telah di tahan Belanda. Demikian juga halnya yang dilakukan
Presiden Soeharto ketika menyelamatkan Bangsa dari perpecahan setelah

18

G30S/PKI, yang melahirkan Orde Baru. Boleh dikatakan, peran
dinamistator telah menempatkan ABRI pada posisi yang terhormat dalam
peraturan politik bangsa selama ini. Pada masa kepemimpinan Presiden
Soeharto tepatnya pada tanggal 27 Maret 1980 di adakan rapat pimpinan
ABRI di Pekanbaru. Yang mana Presiden Soeharto mengingatkan kembali
kepada pimpinan ABRI tentang perlunya peningkatan upaya mewujudkan
kemanunggalan ABRI dengan rakyat. Perjuangan ABRI dibutuhkan
karena rakyat menginginkan kelanjutan dan kelancaran pembangunan.
Dalam hal ini tugas kekaryaan di samping lingkungan eksekutif maupun
legislatif, juga perlu dilanjutkan dengan pelaksanaan Operasi Bhakti.
Tugas tersebut di khususkan bagi daerah-daerah yang memerlukan, tanpa
mengurangi kemampuan ABRI dan membangun institusinya. Operasi
Bhakti merupakan pengabdian ABRI kepada rakyat guna menangani
bidang-bidang yang belum mampu dilaksanakan oleh rakyat, atau untuk
membantu instansi lain yang belum mampu menanganinya.41
6. Pandangan Orde Baru Terhadap Pancasila.
Pada masa Orde Baru muncul sebuah gagasan dalam memaknai
pancasila, yakni pada tanggal 12 April 1976 Presiden Soeharto
mengemukakan gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan
mengamalkan Pancasila, yang terkenal dengan nama “Ekaprasatya
Pancakarsa” atau Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila/
P4. Untuk mendukung pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945 secara murni dan konsekuen, maka sejak tahun 1978 pemerintah
menyelenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan
masyarakat. Penataran P4 ini bertujuan membentuk pemahaman yang
sama mengenai demokrasi Pancasila, sehingga dengan adanya pemahaman
yang sama terhadap Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 diharapkan
persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara.42

41

Ibid.
Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4). Orde Baru. Diakses dari:
http://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru pada 26 Maret 2015 pukul 21:12 WIB.
42

19

Sejak tahun 1985 pemerintah menjadikan Pancasila sebagai asas
tunggal dalam kehidupan berorganisasi. Semua bentuk organisasi tidak
boleh menggunakan asasnya selain pancasila. Menolak Pancasila sebagai
sebagai asas tunggal merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan pancasila menjadi bagian dari sistem
kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia.
Pancasila merupakan prestasi tertinggi Orde Baru, dan oleh karenanya
maka semua prestasi lainnya dikaitkan dengan nama Pancasila. Mulai dari
sistem ekonomi Pancasila, pers Pancasila, hubungan industri Pancasila,
demokrasi Pancasila, dan sebagainya. Pancasila dianggap memiliki
kesakralan (kesaktian) yang tidak boleh diperdebatkan. 43 Yang selanjutnya
dengan Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa
menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan
sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.
Butir - Butir Pancasila / Eka Prasetia Panca Karsa44
A. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk
agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbedabeda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada
orang lain.
B. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

43

44

Ibid.
Suwarno, P.J. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta:

Kanisius. Hlm. 12.

20

1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap
hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
C. Sila Persatuan Indonesia
1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air
Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa
yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
D. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan / Perwakilan
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat
kekeluargaan.
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil musyawarah.

21

6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung
jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.
8. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilainilai kebenaran dan keadilan.
E. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotongroyong.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan
umum.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.

7. Pelita (Pembangunan Lima Tahun) Orde Baru
Di

awal

kekuasaannya,

Pemerintah

Orde

Baru

mewarisi

kemerosotan ekonomi yang ditinggalkan oleh pemerintahan sebelumnya.
Kemerosotan ekonomi ini ditandai oleh rendahnya pendapatan perkapita
penduduk Indonesia yang hanya mencapai 70 dollar AS, tingginya inflasi
yang mencapai 65%, serta hancurnya sarana-sarana ekonomi akibat
konflik yang terjadi di akhir pemerintahan Soekarno. Untuk mengatasi

22

kemerosotan ini, pemerintah Orde Baru membuat program jangka pendek
berdasarkan Tap. MPRS No. XXII/MPRS/1966 yang diarahkan kepada
pengendalian inflasi dan usaha rehabilitasi sarana ekonomi, peningkatan
kegiatan ekonomi, dan pencukupan kebutuhan sandang. Program jangka
pendek

ini

diambil

dengan

pertimbangan

apabila

inflasi

dapat

dikendalikan dan stabilitas tercapai, kegiatan ekonomi akan pulih dan
produksi akan meningkat. Mulai 1 April 1969, pemerintah menciptakan
landasan

untuk

pembangunan

yang

disebut

sebagai

Rencana

Pembangunan Lima Tahun (Repelita).45 Substansi daripada Rencani
Pembangunan Lima Tahun adalah usaha pembangunan bidang pertanian
sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui
proses pembaharuan bidang pertanian.46
1. Repelita 1 (1 April 1969 - 31 Maret 1974)
Repelita pertama yang mulai dilaksanakan tahun 1969 tersebut
fokus pada rehabilitasi prasarana penting dan pengembangan iklim
usaha dan investasi. Pembangunan sektor pertanian diberi prioritas
untuk memenuhi kebutuhan pangan sebelum membangun sektor-sektor
lain. Pembangunan antara lain dilaksanakan dengan membangun
prasana pertanian seperti irigasi, perhubungan, teknologi pertanian,
kebutuhan pembiayaan, dan kredit perbankan. Petani juga dibantu
melalui penyediaan sarana penunjang utama seperti pupuk hingga
pemasaran hasil produksi.47 Karena mayoritas penduduk Indonesia
masih hidup dari hasil pertanian. Tujuan yang ingin dicapai adalah
pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang diutamakan
adalah cukup pangan, cukup sandang, perbaikan prasarana terutama
untuk menunjang pertanian. Tentunya akan diikuti oleh adanya
perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
45

Mustofa, SH. 2009. OP.cit. hlm 8
Kementrian PPN/Bappenas. Diakses melalui:
http://www.bappenas.go.id/data-dan-informasi-utama/dokumen-perencanaandan-pelaksanaan/dokumen-rencana-pembangunan-lima-tahun-repelita/. Pada
27 Maret pukul 20:00 WIB.
47
Ibid.
46

23

Dasar hukum:
1. Pasal 4 ajat (1) Undang-undang Dasar 1945.
2. K e t e t a p a n M P R S N o . X L I / M P R S / 1 9 6 8 .
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 183
tahun1968.
4. K eputus an P residen Republik Indonesia Ten t a n g
Rentjana Pembangunan Lima Tahun 1969

-

1973.
2. Repelita II (1 April 1974 - 31 Maret 1979)
Melanjutkan repelita I, dalam Repelita II Target pertumbuhan
ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya adalah
sector pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan
pangan dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri yang
mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. Selain itu dalam Repelita
II juga memperhatikan pembangunan di pulau-pulau selain Jawa, Bali
dan Madura, di antaranya melalui transmigrasi.
Dasar hukum :
1. Pasal 4 ajat (1) Undang-undang Dasar 1945.
2. K e t e t a p a n M P R S N o . X L I / M P R S / 1 9 6 8 .
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 183
tahun1968.
4. K eputus an P residen Republik Indonesia ten t a n g
Rencana Pembangunan Lima Tahun 1969 –
1973.
3. Repelita III (1 April 1979 - 31 Maret 1984)
Prioritas dalam repelita II sama seperti Repelita sebelumnya
tetap pada pembangunan ekonomi yang dititikberatkan pada sektor
pertanian menuju swasembada pangan, serta peningkatan industri yang
mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.Menekankan bidang industri
padat karya untuk meningkatkan ekspor.

24

Dasar hukum :
1. Pasal 4 ayat (1) Undang - Undang Dasar 1945.
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/
MPR/1978.
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor
VIII/MPR/1978.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 59/M
Tahun 1978.
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang Rencana
Pembangunan Lima Tahun Ketiga (1979/80 -- 1983/84).
4. Repelita IV (1 April 1984 - 31 Maret 1989)
Meningkatan dari repelita III, peningkatan usaha-usaha untuk
memperbaiki kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian pendapatan
yang lebih adil dan merata, memperluas kesempatan kerja. Priorotasnya
untuk melanjutkan usaha memantapkan swasembada pangan dan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri
sendiri. Serta menciptakan lapangan kerja baru dan industri
Dasar hukum :
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.
2. Ketetapan

Majelis

Permusyawaratan

Rakyat

Nomor

II/MPR/1983 tentang Garis - Garis Besar Haluan Negara.
3. Ketetapan

Majelis

Permusyawaratan

Rakyat

Nomor

VII/MPR/1983 tentang Pelimpahan Tugas dan Wewenang
Kepada Presiden/Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat
dalam rangka pensuksesan dan Pengamanan Pembangunan
Nasional.
4. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1979 tentang Rencana
Pembangunan Lima Tahun Ketiga (REPELITA III) 1979/80 1983/84.

25

5. Keputusan Presiden Nomor 45/M Tahun 1983 ten-tang
Pembentukan Kabinet Pembangunan IV.
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Tentang Rencana
Pembangunan Lima Tahun Keempat (Repelita IV) 1984/85 1988/89.
5. Repelita V (1 April 1989 - 31 Maret 1994)
Menekankan bidang transportasi, komunikasi dan pendidikan.
Jika ditarik kesimpulan maka pembangunan ekonomi menurut repelita
adalah mengacu pada sektor pertanian menuju swasembada pangan
yang diikuti pertumbuhan industri bertahap. Menekankan bidang
transportasi, komunikasi dan pendidikan.
Pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan tetap bertumpu pada
Trilogi Pembangunan dengan menekankan pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya menuju tercapainya keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi serta stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Ketiga unsur Trilogi Pembangunan tersebut saling mengait dan
perlu dikembangkan secara selaras, terpadu, dan saling memperkuat.
Tujuan dari Repelita V sesuai dengan GBHN tahun 1988 adalah
pertama, meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan
seluruh rakyat yang makin merata dan adil, kedua, meletakkan landasan
yang kuat untuk tahap pemangunan berikutnya.
Dasar hukum :
1. Keputusan

Presiden

Republik

Indonesia

tentang

Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima (RepelitaV)
1989/90 – 1993/94.
2. Keputusan Presiden Republik IndonesiaNomor 13 Tahun
1989tentangRencana

26

Pembangunan

Lima

Tahun

Kelima(Repelita V)1989/90 — 1993/94.
6. Repelita VI (tahun 1994 – tahun 1998)
Pada bidang ekonomi, yang merupakan penggerak utama
pembangunan, seiring dengan kualitas sumber daya manusia dan
didorong secara saling memperkuat, saling terkait dan terpadu dengan
pembangunan

bidang-bidang

lainnya.

peningkatan

penertiban,

penyempurnaan, dan pembinaan keseluruhan unsur aparatur negara
dan pengawasan pembangunan baik aspek kelembagaan, aspek
kepegawaian, maupun aspek ketatalaksanaannya.
Sasaran bidang ekonomi adalah terciptanya perekonomian
yang mandiri dan andal sebagai usaha bersama atas asas
kekeluargaan, berdasarkan demokrasi ekonomi yang berlandaskan
Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945 dengan peningkatan
kemakmuran rakyat yang makin merata, pertumbuhan yang cukup
tinggi, dan stabilitas nasional yang mantap, bercirikan industri yang
kuat dan maju, pertanian yang tangguh, koperasi yang sehat dan kuat,
serta perdagangan yang maju dengan sistem distribusi yang mantap,
didorong oleh kemitraan usaha yang kukuh antara badan usaha
koperasi, negara, dan swasta serta pendayagunaan sumber daya alam
yang optimal yang kesemuanya didukung oleh sumber daya manusia
yang berkualitas, maju, produktif, dan profesional, iklim usaha yang
sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidupseirama, selaras,
dan serasi dengan keberhasilan pembangunan bidang ekonomi dalam
rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan nasional.
Dasar hukum:
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/
1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara.
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IVIMPR/
1993 tentang Pengangkatan Presiden Republik Indonesia.

27

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang Rencana
Pembangunan Lima Tahun Keenam (Repelita VI) 1994/95 1998/99.
7. Repelita Ke VII
Adalah repelita lepas landas yang bertujuan membawa Indonesia
menjadi negara maju, tetapi repelita ini tidak pernah terwujud karena Orde
baru telah tumbang pada tahun 1998, sebelum sempat mewujudkan pelita
ini.
Salah satu goal dari Pelita Orde Baru adalah Swasembada beras yakni mulai
tahun 1968 hingga 1992, produksi hasil-hasil pertanian meningkat tajam. Pada tahun
1962, misalnya, produksi padi hanya mencapai 17.156 ribu ton. Jumlah ini berhasil
ditingkatkan tiga kali lipat menjadi 47.293 ribu ton pada tahun 1992, yang berarti
produksi beras per jiwa meningkat dari 95,9 kg menjadi 154,0 kg per jiwa. Prestasi ini
merupakan sebuah prestasi besar mengingat Indonesia pernah menjadi salah satu
negara pengimpor beras terbesar di dunia pada tahun 1970-an.48
Pemerintah juga berusaha mengiringi pertumbuhan ekonomi dengan
pemerataan kesejahteraan penduduk melalui program-program penyediaan kebutuhan
pangan, peningkatan gizi, pemerataan pelayanan kesehatan, keluarga berencana,
pendidikan dasar, penyediaan air bersih, dan pembangunan perumahan sederhana.
Strategi ini dilaksanakan secara konsekuen di setiap pelita.Berkat usaha ini,
pertumbuhan penduduk Indonesia berkurang dari angka 60% di tahun 1970-an ke
angka 15% di tahun 1990-an. Pendapatan perkapita masyarakat juga naik dari yang
hanya 70 dolar per tahun di tahun 1969, meningkat menjadi 600 dolar per tahun di
tahun 1993.49
Pemerataan ekonomi juga diiringi dengan adanya peningkatan usia harapan
hidup, dari yang tadinya 50 tahun di tahun 1970-an menjadi 61 tahun di 1992. Dalam
kurun waktu yang sama, angka kematian bayi juga menurun dari 142 untuk setiap
1.000 kelahiran hidup menjadi 63 untuk setiap 1.000 kelahiran hidup. Jumlah
penduduk juga berhasil dikendalikan melalui program Keluarga Berencana (KB).
48
49

Mustofa, SH. Op.cit. hlm 11
Ibid.

28

Selama dasawarsa 1970-an, laju pertumbuhan penduduk mencapai 2,3% per tahun.
Pada awal tahun 1990-an, angka tersebut dapat diturunkan menjadi 2,0% per tahun.50
Tetapi pada pertengahan 1997, Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga
fondasi ekonomi yang telah dibangun selama 32 tahun runtuh.51 Yang berujung pada
tumbangnya era Orde Baru pada tahun 1998 oleh people power yang dikenal dengan
reformasi 1998.52 Orde Baru tumbang ketika Indonesia hampir lepas landas menjadi
negara maju dengan Repelita ke VII. Hal itu menandai berakhirnya Orde Baru dan
gagalnya Indonesia menjadi negara maju.

BAB III
Penutup
Simpulan
1. Orde baru adalah pemerintahan Indonesia yang berlangsung selama 32
tahun, yakni pada periode 1966 – 1998. Sejarah singkat berdirinya Orde
Baru adalah di keluarkannya Supersemar yang memberikan kewenangan
Pada Soeharto yang saat itu selaku Pangkopkamtib untuk mengembalikan
stabilitas dan keamanan negara Pasca G30-S/PKI. Dengan dikeluarkannya
Supersemar, perlahan – lahan kekuasaan Presiden Soekarno makin
melemah dan hingga pada puncaknya dalam sidang Istimewa MPR pada 7
50
51
52

Ibid.
Maksudi, Beddy Iriawan. Op.cit. hal 400
Ibid. Hlm 242

29

Maret 1967, MPR menolak pidato pertanggung jawaban Presiden
Soekarno dan diturunkannya Presiden Soekarno dari jabatan Presiden dan
digantikan oleh Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Inilah tonggak
berdirinya Orde Baru.
2. Pada masa Orde Baru sistem Perundang – Undangan di Indonesia
mendasarkan kepada TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang hierarki
perundang – undangan di Indonesia. d

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5