BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGATURAN HUKUM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA USAHA KECIL A. Pengertian Kredit Secara Umum - Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Ca

BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGATURAN HUKUM PERJANJIAN
KREDIT BANK PADA USAHA KECIL

A. Pengertian Kredit Secara Umum
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang atau satu pihak berjanji
kepada seorang atau pihak lain atau dimana dua orang atau dua pihak itu saling
berjanji untuk melaksanakan suatu hal (Pasal 1313 KUH Perdata). Oleh
karenanya perjanjian itu berlaku sebagai suatu undang-undang bagi pihak yang
saling mengikatkan diri, serta mengakibatkan timbulnya suatu hubungan antara
dua orang atau dua pihak tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu
menerbitkan suatu perikatan antara dua orang atau dua pihak yang membuatnya.
Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa
perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan,
disampingnya sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan,
karena dua pihak itu setuju melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua
perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya. 11
Didalam Pasal 1233 KUH Perdata disebutkan tiap-tiap perikatan
dilahirkan baik karena dilahirkan, baik karena persetujuan, baik karena UndangUndang. Perikatan yang bersumber dari Undang-Undang semata-mata adalah
perikatan yang dengan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu, ditetapkan
melahirkan suatu hubungan hukum (perikatan) diantara pihak-pihak yang


11

Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2001, hal.1

Universitas Sumatera Utara

bersangkutan, terlepas dari kemauan pihak-pihak tersebut. Misalnya dengan
kematian seseorang, maka perikatan yang yang pernah mengikat orang tersebut
beralih kepada ahli warisnya.
Didalam kehidupan sehari-hari sering sekali kita jumpain beraneka ragam
jenis perjanjian, hal ini dapat kita sadari dalam memenuhi kebutuhan hidup dan
yang semakin meningkat dengan perkembangan zaman, salah satu diantaranya
adalah perjanjian kredit.
Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang
mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Didalam
pemberian kredit bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang dipinjamkan.
Mariam Darus Badrulzaman mengatakan sebagai suatu perjanjian, maka
pengertian perjanjian kredit tidak terlepas dari KUH Perdata dan Undang-Undang

Perbankan. 12 Perjanjian kredit menurut pendapat beberapa sarjana hukum dikuasai
oleh ketentuan-ketentuan KUH Perdata Bab XIII Buku III, karena perjanjian
kredit mirip dengan perjanjian pinjam uang menurut KUH Perdata, dan sebagian
lainnya tunduk pada peraturan lainnya yaitu Undang-Undang Perbankan.
Meskipun perjanjian kredit tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata tetapi
dalam membuat perjanjian kredit tidak boleh bertentangan dengan azas atau
ajaran umum yang terdapat dalam KUH Perdata.

12

Mariam Darus Badrulzaman, (1) Op.Cit, hal.23

16
Universitas Sumatera Utara

Perjanjian kredit adalah perjanjian pendahuluan dari penyerahan uang.
Perjanjian pendahuluan ini merupakan hasil pemufakatan antara pemberi dan
penerima pinjaman mengenai hubungan-hubungan hukum antar keduanya. 13
Oleh karena itu, pengertian perjanjian kredit tidak terbatas pada apa yang
telah dijelaskan sebelumnya akan tetapi lebih luas lagi penafsirannya. Perjanjian

kredit dapat juga disebut perjanjian pokok (prinsipil) yang bersifar riil. Sebagai
perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah asesoirnya. Ada dan
berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian perjanjian pokok. Arti
riil ialah bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh
bank kepada nasabah debitur. 14
Istilah perjanjian kredit ditemukan dalam Instruksi Presidium Kabninet
Nomor 15/EK/10 tanggal 3 Oktober 1996 jo surat Edaran Bank Negara Indonesia
unit 1 Nomor 2/539/UPK/Pemb tanggal 8 Oktober 1966 yang menginstruksikan
kepada masyarakat perbankan bahwa dalam memberikan kredit dalam bentuk
apapun bank wajib menggunakan perjanjian kredit.
Perjanjian kredit merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
pemberian kredit tanpa perjanjian kredit yang ditandatangani bank dan debitur
maka tidak ada pemberian kredit itu. Perjanjian kredit merupakan ikatan antara
dengan debitur, yang isinya menentukan dan mengatur hak dan kewajiban kedua
pihak sehubungan dengan pemberian atau pinjaman kredit (pinjaman uang).
Perjanjian kredit perlu mendapat perhatian khusus, baik oleh bank sebagai
kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karen perjanjian kredit mempunyai
13

Mariam Darus Badrulzaman, (2) Bab-Bab Tentang Credit Vervand,Gadai dan Fidusia,

PT.Citra Aditya Bhakti, Jakarta, 1991, hal.28
14
Hemansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2007, hal.71

17
Universitas Sumatera Utara

fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaan, maupun pelaksanaan
kredit itu. Namun dari langkah yang penulisan ini sebagai gambaran umum
prosedur perkreditan meliputi beberapa langkah yang ditangani oleh bank agar
pemberian kredit tersebut digolongkan sehat, dimana pembahasannya akan
diuraikan dalam pembahasan selanjutnya.
Kredit dalam kegiatan perbankan merupakan kegiatan usaha yang paling
utama, karena pendapatan terbebesar dari usaha bank berasal dari pendapatan
kegiatan usaha kredit yaitu berupa bunga dan provisi. Ruang lingkup dari kredit
sebagai kegiatan perbankan, tidaklah semata-mata berupa kegiatan peminjaman
kepada nasabah melainkan sangatlah kompleks karena menyangkut keterkaitan
unsur-unsur yang cukup banyak diantaranya meliputi sumber-sumber dana kredit,
alokasi dana, organisasi dan manajmenen perkreditan, kebijakan perkreditan,
dokumentasi dan administrasi kredit, pengawasan kredit serta penyelesaian kredit

macet.
Sebagaimana seperti yang diuraikan, usaha perkreditan merupakan suatu
bidang usaha dari perbankan yang sangat luas cakupannya serta membutuhkan
penanganan yang profesional dengan integritas moral yang tinggi. Hal demikian
tidak berlebihan karena akar dari perngertian kredit itu sendiri yaitu kepercayaan.
Dengan demikian maka dasar pengertian dari istilah atau kosa kata “kredit” yaitu
kepercayaan, sehingga hubungan yang terjalin dalam kegiatan perkreditan
diantara para pihak, sepenuhnya harus juga didasari oleh adanya saling
mempercayai, yaitu bahwa kreditur yang memberikan kredit percaya bahwa
penerima kredit (debitur) akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah

18
Universitas Sumatera Utara

diperjanjikan, baik menyangkut jangka waktunya, maupun prestasi, dan kontra
prestasinya. 15
Kata kredit berasal dari kata “credere” dalam bahasa Yunani yang artinya
percaya. Dalam bahasa Belanda istilahnya “vertrouwen” , dalam bahasa Inggris
“believe” atau “trust or confidence” , yang artinya sama yaitu percaya. Bank
merupakan produk yang paling utama melakukan kegiatan dalam hal pemberian

kredit atau bantuan permodalan agar suatu usaha yang dikelola seseorang atau
badan hukum dapat lebih berkembang dan mengembangkan usahanya lebih
sedikit lebih baik dan lancar serta bertambah kemajuannya. Kredit dalam arti luas
didasarakan atas komponen-komponen kepercayaan, risiko dan pertukaran
ekonomi dimasa mendatang. 16
Berdasarkan Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang perbankan, adalah sebagai berikut kredit penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjamantara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. 17
Pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, sebagaimana tertuang
dalam Pasal 1 angka 11 mengalami sedikit perubahan, selengkapnya adalah
sebagai berikut Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
15

Muhamad Djumaha, Hukum Perbankan Di Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung,
2003, hal.365
16

Hasanuddin Rahman,Op..Cit, hal.96
17
Muhamad Djumaha, Hukum Perbankan Di Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung,
2003, hal.365

19
Universitas Sumatera Utara

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga.”
Perbedaan kedua pengertian tersebut terlihat pada kontra prestasi yang akan
diterima, semula kontra prestasi dari kredit tersebut dapat berupa bunga, imbalan
atau hasil keuntungan, sedangkan pada ketentuan yang baru kontra prestasi hanya
berupa bunga saja.
Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditur (yang memberi
kredir, lazimnya bank) dalam hubungan perkreditan dengan debitur (nasabah,
penerima kredit) mempunyai kepercayaan, bahwa debitur dalam waktu dan
dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan
(membayar kembali) kredit yang bersangkutan. 18
Dari kedua pengertian kredit di atas, dalam ruang lingkup kredit maka

kontra prestasi yang akan diterima kreditur pada masa yang akan datang berupa
jumlah nilai ekonomi tertentu yang dapat berupa uang, barang, dan sebagainya.
Maka demikian dari konteks ekonomi, kredit mempunya pengertian sebagai suatu
penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, dimana prestasi
tersebut pada dasarnya akan berbentuk nilai uang.
Dalam perkembangan perbankan modern pengertian perkreditan tidak
terbatas pada peminjaman kepada nasabah semata atau kredit secara tradisional,
melainkan lebih luas lagi serta adanya fleksibilitas kredit yang diberikannya.
Pengertian Kredit dalam Pedoman Penyusuna Kebijakan Perkreditan Bank
(PPKPB) yang tertuang dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
18

Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, Gremedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2003, hal. 238.

20
Universitas Sumatera Utara

27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995, tidak terbatas hanya pada pemberian
fasilitas kredit yang lazim dibukukan dalam pos kredit pada aktiva dalam neraca

bank, namun termasuk pula pembelian surat berharga yang disertai note purchase
agreement atau perjanjian kredit, pembelian surat berharga lain yang diterbitkan
nasabah, pengambilan tagihan dalam rangka anjak piutang dan pemberian jaminan
bank yang diantaranya meliputi akseptasi, endosemen dan awal surat-surat
berharga. Sedangkan bagi bank yang beroperasi dengan prinsip syariah, maka
pengertian kredit tersebut diatas juga meliputi semua bentuk pembiayaan dana
atau penyediaan dana kepada para nasabahnya dengan prinsip bagi hasil (prinsip
syariah) yang lazim bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah.

B.

Subjek dan Objek Perjanjian Kredit

1.

Subjek perjanjian kredit
Perjanjian timbul disebabkan oleh adanya hbungan hukum kekayaan antara

dua orang atau lebih. Pendukung hukum perjanjian sekurang-kurangnya harus ada
dua orang tertentu. Satu orang menjadi kreditur dan yang seorang lagi sebagai

pihak debitur. Kreditur dan debitur itulah yang subjek perjanjian. Kreditur
mempunyai hak atas prestasi dan debitur wajib memenuhi pelaksanaan prestasi.
Berdasarkan Pasal 1 butir 12 Undang-undang nomor 10 Tahun 1998 menyebutkan
bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Berdasarkan Undang-undang tersebut maka kreditur adalah bank.

21
Universitas Sumatera Utara

Debitur memanfaatkan dana kredit untuk keperluan yang sesuai dengan
tujuan pemberian kredit, menyerahkan agunan, membayar bunga kredit sesuai tata
cara dan tanggal yang telah disepakati, serta mengembalikan dana kredit pada
tanggal jatuh tempo perjanjian atau tanggal lain yang disepakati dengan bank. 19
Yang dapat menjadi debitur, sama keadaannya dengan orang-orang yang dapat
menjadi kreditur, yaitu :
a.

Individu sebagai persoon yang bersangkutan,

1. Natuurlijke Persoon
2. Rechts Persoon

b.

Seorang atas kedudukan atau keadaan tertentu bertindak atas orang tertentu.
Seorang yang dapat diganti menggantikan kedudukan debitur semula, baik
atas dasar bentuk perjanjian maupun izin dan persetujuan kreditur. KUH
Perdata membedakan tiga golongan yang tersangkut pada perjanjian yaitu : 20
(1) Para pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri
(2) Para ahli waris mereka dan mereka yang medapat hak dari padanya
(3) Pihak ketiga.

2. Objek perjanjian kredit
Objek dari perjanjian kredit adalah prestasi. Kreditur berhak atas prestasi
yang diperjanjikan dan debitur wajib melaksanakan prestasi yang dimaksud.
Prestasi diartikan sebagai suatu pemenuhan terhadap ketentuan perjanjian yang

19

Sunu Widi Purwoko, Aspek Hukum Bisnis Bank Umum, Nine Seasons
Communications, Jakarta, 2015, hal.129
20
Mariam Darus Badrulzaman, (3) Kimpolasi Hukum Perikatan, PT.Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, hal.70

22
Universitas Sumatera Utara

mewajibkan satu pihak atau kedua belah pihak melakukan sesuatu untuk pihak
lainnya. 21
Prestasi atau objek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun, karena kehidupan ekonomi
modern yang sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi
kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktik
perkreditan.
Dalam Pasal 1234 KUH Perdata, prestasi dapat berupa :
(1) Menyerahkan suatu barang
(2) Melakukan suatu perbuatan
(3) Tidak melakukan suatu perbuatan
Dalam perjanjian memberikan sesuatu (te geven) termasuk kedalamnya
penikmatan (genot) dari suatu barang. Melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu (te doen of niet te doen) bisa bersifat postif dan bisa pula bersifat negatif.
Bersifat positif jika isi perjanjian ditentukan untuk melakukan berbuat sesuatu (te
doen). Perjanjian yang berupa prestasi negatif adalah verbintenis yang
memperjanjikan untuk tidak berbuat atau melakukan sesuatu (niet te doen).

C.

Syarat-Syarat Perjanjian Kredit
Setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati antara pihak kreditur

dan debitur maka wajib dituangkan dalam perjanjian kredit (akad kredit) secara
tertulis. Di dalam Pasal 1313 KUH Perdata disebutkan bahwa perjanjian adalah

21

Sunu Widi Purwoko, Aspek Hukum Bisnis Bank Umum, Nine Seasons Communication,
Jakarta, 2015, hal.128

23
Universitas Sumatera Utara

suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang atau lebih.
Untuk sahnya suatu perjanjian kredit sebagaimana untuk sahnya suatu
perjanjian seperti yang diisyaratkan oleh Pasal 1320 KUH Perdata harus dipenuhi,
dan hal tersebut berlaku pula untuk perjanjian kredit. Adapun syarat sahnya
perjanjian antara lain : 22
1.

Sepakat mereka yang mengikatkan diri (consensus)
Dengan adanya kata sepakat berarti bahwa kedua belah pihak yang membuat
perjanjian harus benar-benar menyetujui isi perjanjian tersebut. Pasal 1321
KUHPerdata kata sepakat tidak sah apabila diperoleh karena paksaan,
kekhilafan dan penipuan. Paksaan adalah paksaan rohania atau paksaan jiwa,
bukan paksaan badan (fisik) misalnya, seseorang diancam atau ditakut-takuti
sehingga menyetujui suatu perjanjian. Kekhilafan terjadi apabila salah satu
pihak khilaf mengenai barang yang menjadi pokok perjanjian atau mengenai
orang dengan siapa diadakan perjanjian sedemikian rupa, sehingga apabila
tidak khilaf ia tidak aakan memberikan persetujuan. Penipuan terjadi apabila
suatu pihak dengan sengaja memberikan keterangna palsu atau tidak benar
disertai dengan tipu muslihat untuk membujuk memberikan persetujuan.

2.

Kecakapan untuk membuat suatu perikatan(capacity),
Pada dasarnya setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya adalah
cakap menurut hukum. Dalam Pasal 1320 KUH Perdata dinyatakan bahwa
orang-orang yang dianggap tidak cakap untuk membuat perjanjian adalah :

22

Subekti, Op. Cit, hal.17

24
Universitas Sumatera Utara

a. Orang yang belum dewasa
b. Mereka yang dibawah pengampuan
c. Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang
dan semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang
membuat perjanjian-perjanjian tertentu.
Kecakapan harus ada pada subjek yang membuat perjanjian karena ia harus
mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatannya akibat adanya perjanjian
tersebut.
3.

Suatu hal tertentu(a certain subject matter),
Pasal 1333 dan pasal 1334 KUH Perdata dinyatakan bahwa yang paling tidak
objek perjanjian itu harus dapat ditentukan jenisnya, baik benda itu berwujud
maupun tidak berwujud. Objek perjanjian dapat berupa benda-benda yang
baru akan ada di kemudian hari.

4.

Suatu sebab yang halal.
Sebab yang halal adalah maksud dan tujuan perjanjian itu sendiri. Dalam Pasal
1335 KUH Perdata dinyatakan bahwa perjanjian dinyatakan tidak mempunyai
kekuatan jika dibuat tanpa sebab atau dibuat berdasarkan sebab yang palsu
atau sebab yang terlarang. Perjanjian yang dibuat tanpa sebab, misalnya, jika
dibuat suatu perjanjian Novasi atau suatu perjanjian yang tidak ada
sebelumnya.
Dua syarat yang pertama, dinamakan syarat-syarat subjektif, karena

mengenai orang atau subjeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua
syarat yang terakhir dinamakan syarat-syarat objektif karena mengenai

25
Universitas Sumatera Utara

perjanjiannya sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. Tidak
terpenuhinya syarat subjektif maka perjanjian itu cacat maka dapat dibatalkan
batal Hakim oleh pihak yang telah memberikan izin tidak secara bebas atau tidak
cakap membuat perjanjian tersebut. Jika syarat objektif yang tidak terpenuhi maka
perjanjian itu batal demi hukum.
Dalam praktiknya perbankan bentuk dan format dari perjanjian kredit
diserahkan sepenuhnya kepada bank yang bersangkutan namun demikian ada halhal yang tetap harus dipedomani yaitu bahwa perjanjian tersebut rumusannya
tidak boleh kabur atau tidak jelas, selain itu juga perjanjian tersebut sekurangkurangnya harus memperhatikan keabsahan dan persyaratan secara hukum,
sekaligus juga harus memuat secara jelas mengenai jumlah besarnya kredit,
jangka waktu, tata cara pembayaran kembali kredit serta persyaratan lainnya yang
lazim dalam perjanjian kredit.
Sebagaimana umumnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja
yang memiliki kemampuan, untuk itu melalui perjanjian utang piutang antara
Pemberi utang (kreditur) disatu pihak dan Penerima utang (debitur) di lain pihak.
Namun dalam pemberian kredit harus memenuhi unsur-unsur pokok kredit
yaitu: 23
1. Kepercayaan, setiap pelepasan kredit dilandasi dengan adanya keyakinan
oleh bank bahwa kredit tersebut akan dibayar kembali oleh debitur sesuai
dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan.

23

HR Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung,
2005, hal.24-25

26
Universitas Sumatera Utara

2. Waktu, pelepasan kredit oleh bank dan pembayaran kembali oleh debitur
dipisahkan oleh tenggang waktu.
3. Risiko, pelepasan kredit jenis apapun akan terkandung resiko didalamnya
yaitu resiko yang terkandung dalam jangka waktu antara pelepasan kredit
dan pembayaran kembali.
4. Perstasi, setiap terjadi kesepakatan antara bank dan debitur mengenai suatu
pemberian kredit, pada saat itu pula terjadi suatu prestasi dan kontra
prestasi.
Dalam praktiknya pemufakatan yang telah dicapai itu tidaklah diiringi
dengan penyerahan uangnya, sebab pencairan kredit tersebut harus ada
persetujuan berupa penegasan dari bank/kreditur bahwa pemohon nasabah/debitur
sudah boleh menerima atau mengambil dan mempergunakan kredit. Setelah
syarat-syarat yang berkenaan dengan permohonan kredit tersebut terpenuhi, maka
bank dalam hal ini melakukan analisa kredit dengan melakukan penilaian apakah
permohonan kredit tersebut dapat diteruskan kepada direksi atau tidak. Apabila
menurut penilaian pemohon dapat diteruskan kepada direksi, maka pemohon
kredit ini kemudian dimintakan persetujuan direksi dan dalam tertentu juga dapat
memintakan persetujuan komisaris. Dalam hal permohonan kredit tersebut
disetujui, maka dilakukanlah penandatanganan persetujuan pemberian kredit
tersebut dalam bentuk perjanjian kredit. 24

24

H.M. Hazniel Harun, Aspek-Aspek Hukum Perdata Dalam Pemberian Kredit
Perbankan, Ind-Hill-Co, Jakarta, 1994, hal.5-6

27
Universitas Sumatera Utara

D. Dasar Pertimbangan Pemberian Kredit
Ketentuan Pasal 9 dan Pasal 4 huruf b Undang-Undang Perbankan
secara tegas disebutkan bahwa yang memberikan kredit adalah bank, baik bank
umum maupun bank perkreditan rakyat sedangkan yang menerima kredit secara
tegas tidak disebutkan. Bank dalam menilai suatu permintaan kredit yang diajukan
oleh pemohon kredit/calon penerima kredit berpedoman pada hasil dari analisis
kredit.
Analisis kredit merupakan suatu proses analisis yang dilakukan oleh
bank untuk menilai suatu permohonan kredit yang telah diajukan oleh debitur.
Dengan melakukan analisis terhadap permohonan kredit tersebut bank ingin
medapat keyakinan bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit tersebut layak
(feasible).
Bank melakukan analisis kredit dengan tujuan untuk mrncegah secara
dini kemungkinan terjadinya kerugian (default) oleh nasabah. Analisis yang baik
akan menghasilkan keputusan yang tepat, sehingga analisis kredit merupakan
salah satu faktor yang sangat penting dalam keputusan kredit. Analisis kredit
merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai acuan bank apakah
permohonan kredit dari nasabah dapat disetujui atau ditolak.

25

Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukanlon sebelum memutuskan
permohonan kredit calon debitur antara lain dikenal dengan prinsip 5P, 3R, 5C,
dan analisis 6A. 26

25
26

Ismail, Manajemen Perbankan, Kencana, Jakarta, 2010, hal.111
Ibid, hal.111-113

28
Universitas Sumatera Utara

1. Prinsip 5 C
a. Watak atau character
Character menggambarkan watak dan kepribadian calon debitur. Bank
perlu melakukan analisis terhadap karakter calon debitur, tujuannya
adalah untuk mengetahui bahwa calon debitur mempunyai keinginan
untuk memenuhi kewajiban membayar pinjamannya sampai dengan
lunas.
Bank ingin mengetahui bahwa calon debitur mempunyai karakter yang
baik, jujur, dan mempunyai komitmen terhadap pelunasan kredit yang
akan diterima dari bank.
b. Kemampuan atau capacity
Analisis terhadap capacity ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan
calon debitur dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu
kredit. Bank perlu mengetahui dengan pasti kemampuan calon debitur
tersebut. Kemampuan keuangan calon debitur sangat penting karena
merupakan sumber utama pembayaran kembali kredit yang diberikan
oleh bank.
c. Modal atau capital
Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek kredit perlu
dilakukan analisis yang lebih mendalam. Modal merupakan jumlah
modal yang dimiliki oleh calon debitur atau berapa banyak dana yang
akan diikutsertakan dalam proyek yang dibiayai oleh calon debitur.
Semakin besar modal yang dimiliki oleh calon debitur akan semakin

29
Universitas Sumatera Utara

besar meyakinkan bagi bank akan keseriusan calon debitur dalam
mengajukan kredit.
d. Jaminan atau collateral
Collateral merupakan jaminan/agunan yang diberikan oleh calon
debitur atas kredit yang diajukan. Agunan merupakan sumber
pembayaran kedua, artinya apabila debitur tersebut tidak membayar
angsurannya dan termasuk dalam kredit macet, maka bank dapat
melakukan eksekusi terhadap agunan. Hasil penjualan agunan
digunakan sebagai sumber pembayaran kedua.
Bank tidak akan memberikan kredit yang melebihi dari nilai jaminan,
kecuali untuk kredit program atau kredit khusus yang kadang-kadang
juga tidak ditutup dengan agunan yang memadai.
e. Kondisi ekonomi atau condition of economy
Condition

of

economy

merupakan

analisis

terhadap

kondisi

perekonomian. Bank perlu mempertimbangkan sektor usaha calon
debitur dikaitkan dengan kondisi ekonomi, apakah kondisi ekonomi
tersebut akan berpengaruh pada usaha calon debitur dimasa yang akan
datang.
Beberapa analisis yang perlu dilakukan terkait dengan vondition of
economy adalah kebijakan pemerintah. Apabila kebijakan pemerintah
sering berubah, maka hal ini juga akan sulit bagi bank untuk
melakukan analisis condition of economy. Didalam prinsip 5 C, setiap
permohonan kredit calon debitur telah dianalisis secara mendalam

30
Universitas Sumatera Utara

sehingga hasil analisis sudah cukup memadai. Sebagai contoh,
permohonan kredit untuk kredit konsumtif, maka bank hanya
melakukan analisis terhadap 5 C. Dari analisis tersebut, akan diperoleh
gambaran tentang debitur dan kemungkinan kreditnya.
Dalam prinsip ini mengandung tiga unsur pokok yaitu :27
a. Unsur subjektif, yaitu modal
b. Unsur objektif, yaitu berkenaan dengan organisasi, administrasi,
modal dan keadaan ekonomi
c. Unsur yuridis, yaitu berkenaan dengan struktur yuridis dari badan
usaha penerima kredit bank.
2. Prinsip 5 P
a. Party (Golongan)
Bank mencoba melakukan penilaian terhadap beberapa golongan yang
terdiri dari golongan yang sesuai dengan character, capacity, capital.
Bank akan melihat ketiga prinsip tersebut dalam mengambil keputusan
kredit, karena ketiga prinsip tersebut merupakan prinsip minimal yang
harus dianalisis oleh bank sebelum memutuskan kredit yang diajukan
oleh calon debitur.
b. Purpose (Tujuan)
Purpose lebih difokuskan terhadap tujuan penggunaan kredit yang
diajukan oleh calon debitur. Bank akan melihat dan melakukan analisis
terhadap tujuan kredit tersebut dengan mengkaitkannya dengan

27

Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Medan, 1991, hal.71-72

31
Universitas Sumatera Utara

beberapa aspek sosial lainnya. Kemudian, yang lebih penting adalah
melakukan monitoring setelah kredit dicairkan, apakah penggunaan
kredit tersebut sudah sesuai dengan tujuan permohonan atau ada
penyimpangan. Kredit yang digunakan tidak sesuai dengan tujuan akan
berdampak negatif pada kelangsungan kredit tersebut.
c. Payment (Pembayaran Kembali)
Sebelum memutuskan permohonan kredit macet, maka yang perlu
dilakukan oleh bank adalah menghitung kembali kemampuan calon
nasabah dengan melakukan estimasi terhadap pendapatan dan biaya.
Estimasi tersebut dapat digunakan untuk mengetahui besarnya
keuntungan atau sisa dana yang tidak terpakai sebagai dana yang akan
dibayarkan sebagai angsuran bank.
d. Profitability (Kemampuan Perusahaan dalam Memperoleh Keuntungan)
Profitability , tidak terbatas pada keuntungan calon debitur, akan tetapi
juga keuntungan yang akan dicapai oleh bank apabila kredit tersebut
diberikan. Bank akan menghitung jumlah keuntungan yang dicapai
oleh debitur dengan adanya kredit dari bank dan tanpa adanya kredit
bank.
e. Protection (Perlindungan)
Proteksi merupakan upaya perlindugan yang dilakukan bank dalam
rangka berjaga-jaga apabila calon debitur tidak dapat memenuhi
kewajibannya. Untuk melindungi kredit tersebut maka bank meminta
jaminan kebendaan kepada calon nasabah. Jaminan ini merupakan

32
Universitas Sumatera Utara

sumber dana pembayaran kedua. Jaminan yang diterima oleh bank
perlu diasuransikan untuk berjaga-jaga adanya kerugian yang timbul
dari jaminan tersebut. 28
3. Prinsip 3 R
Konsep lain yang perlu mendapat perhatian dalam pengambilan keputusan
pemberian kredit adalah prinsip 3 R.
a. Return
Return dapat diartikan sebagai hasil usaha yang dicapai oleh
perusahaan calon debitur. Bank perlu melakukan analisis terhadap
hasil yang akan dicapai oleh calon debitur. Analisis tersebut dilakukan
dengan melihat hasil yang telah dicapai sebelum mendapat kredit dari
bank, kemudian melakukan estimasi terhadap usaha yang mungkin
akan dicapai setelah mendapat kredit.
Setelah bank melihat hasil usaha yang dicapai oleh perusahaan,
kemudian bank akan melihat seberapa besar hasil tersebut dan apakah
hasil usaha tersebut dapat digunakan untuk membayar pinjamannya
dan sekaligus dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya.
b. Repayment
Repayment diartikan sebagai kemampuan perusahaan calon debitur
utuk melakukan pembayaran kembali kredit yang telag dinikmati.
Bank perlu melakukan analisis terhadap kemampuan calon debitur

28

Ismail, Op.Cit, hal.114-115

33
Universitas Sumatera Utara

dalam mengelola usahanya. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan
perusahaan dalam menciptakan keuntungan.
Setelah diketahui kemmapuan calon debitur dalam hal keuangan
tersebut, maka bank perlu menghitung jangka waktu yang diperlukan
oleh debitur untuk dapat melunasi kewajiban tersebut.
c. Risk Bearing Ability
Risk Bearing Ability merupakan kemampuan calon debitur untuk
menanggung risiko apabila terjadi kegagalan dalam usahanya. Salah
satu pertimbangan untuk meyakini bahwa calon debitur akan mampu
mengahdapi risiko ketidakpastian, yaitu dengan melihat struktur
permodalannya. Semakin besar modal yang dimiliki oleh calon debitur
akan semakin besar kemampuan calon debitur dalam menutup risiko
kegagalan usahanya. Bank juga perlu mendapat jaminan atas kredit
yang diberikan, kemudian jaminan tersebut perlu ditutup dengan
suransi yang memadai. 29
Setelah perjanjian tersebut disepakati, maka lahirlah kewajiban pada diri
kreditur, yaitu untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada debitur,
dengan hak untuk menerima kembali uang itu dari debitur pada waktunya, disertai
dengan bunga yang disepakati oleh para pihak pada saat perjanjian pemberian
kredit tersebut disetujui oleh para pihak. Hak dan kewajiban debitur adalah
bertimbal balik dengan hak dan kewajiban kreditur.

29

Ibid, hal.116-117

34
Universitas Sumatera Utara

E.

Para Pihak dalam Perjanjian Kredit
Sutan Remy Sahdeini mengatakan perjanjian kredit sebagai perjanjian bank

sebagai kreditur dengan nasabah sebagai debitur mengenai penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu yang mewajibkan nasabah debitur
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan atau pembagain hasil keuntungan. 30
Perjanjian kredit merupakan perjanjian antara pihak bank dengan pihak
nasabah. Dengan melihat bentuk perjanjiannya, maka sebenarnya perjanjian kredit
merupakan perjanjian yang tergolong dalam jenis perjanjian pinjam pengganti.
Meskipun adanya, namun perjanjian kredit tetap merupakan perjanjian khusus
karena didalamnya terdapat adanya kekhususan, dimana pihak kreditur adalah
pihak bank sedangkan objek perjanjian berupa uang. 31
1. Pihak bank
Sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Perbankan, bank terbagi
dalam 2 jenis yaitu :
a. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional

dan/atau

berdasarkan

Prinsip

Syariah

yang

dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Umum
dapat mengkhususkan diri untuk dapat melaksanakan atau memberikan
perhatian yang lebih besar pada kegiatan tertentu.

30

Salim, Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUHPerdata, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2008,hal.78
31
Gatot Supramono, Perbankan dan Permasalahan Kredit : Suatu tinjauan Yuridis,
Djambatan, Jakarta, 1996, hal.62

35
Universitas Sumatera Utara

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Menurut pembagiannya, bank dapat dibeda-bedakan menjadi : 32
a. Jenis bank berdasarkan fungsinya
Dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, kembali jenis
kelembagaan bank ditata dalam struktur yang lebih sederhana, yaitu Bank
umum

dan

Bank

Perkreditan

Rakyat

(BPR).

Pembedaan

jenis

kelembagaan bank ini ditegaskan dalam ketentuan Pasal 5 UndangUndang Nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998.
Disebutkan bahwa menurut fungsinya, jenis bank dapat dibedakan atas :
1) Bank Umum
Bank Umum adalah bank melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dari
pengertian ini, maka dengan sendirinya Bank Umum adalah bank
pencipta uang giral.
Adapun kegiatan-kegiatan bank umum yang utama antara lain :
a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, dan tabungan;
32

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Rajagrafindo Persada; Jakarta,
2013, hal. 27

36
Universitas Sumatera Utara

b) Memberikan kredit
c) Menerbitkan surat pengakuan utang;
d) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan nasabah maupun
untuk kepentingan bank itu sendiri
e) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan atau dengan pihak ketiga;
f) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
dan
g) Melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lainnya
dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya tiak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Dari pengertian ini, amka dengan sendirinya BPR
adalah bukan bank pencipta uang giral, sebab BPR tidak ikut
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Adapun kegiatan-kegiatan yang tidak boleh dilakukan oleh BPR,
yaitu: 33
1) Menerima simpanan berupa giro,
2) Mengikuti kliring,
3) Melakukan kegiatan valuta asing,

33

Ibid

37
Universitas Sumatera Utara

4) Melakukan kegiatan perasuransian
Adapun bentuk kegiatan yang boleh dilakukan oleh BPR meliputi halhal berikut ini :
a) Menghimpun dana dalam bentuk simpanan tabungan dan simpanan
deposito.
b) Memberikan pinjaman kepada masyarakat.
c) Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan
prinsip syariah.
3) Bank Sentral
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank
Indonesia, Bank Sentral adalah lembaga negara yang mempunyai
wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu
negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur
dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi
perbankan serta menjalan fungsi sebagai lender of the last resort. Bank
sentral yang dimaksud adalah Bank Indonesia.
b. Jenis Bank berdasarkan kepemilikannya
Apabila ditinjau dari segi kepemilikanya, jenis Bank terdiri atas Bank milik
Pemerintah, Bank milik Swasta Nasional dan Bank milik Swasta Asing
1) Bank Milik Pemerintah
Bank Pemerintah adalah Bank dimana maupun modalnya dimiliki oleh
pemerintah, sehingga seluruh keuntungan Bank dimiliki Pemerintah

38
Universitas Sumatera Utara

pula. Contohnya Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri. Selain
itu ada juga Bank milik pemerintah daerah yang terdapat di daerah
tinggkat I dan tinggkat II masing-masing provinsi, contohnya Bank
Sumut, Bank DKI, Bank Jateng dan sebagainya.
2) Bank Milik Swasta Nasional
Bank Swasta Nasional adalah Bank yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun
didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya juga
dipertunjukkan untuk swasta pula, contohnya Bank Muamalad, Bank
Danamon, Bank Central Asia dan lain-lain.
3) Bank Milik Swasta Asing
Bank jenis ini merupakan cabang yang ada diluar negeri, baik milik
swasta asing maupun pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh
pihak luar negeri contohnya ABN Amro Bank, City Bank, dan lainlain.
c. Jenis Bank berdasarkan kegiatan operasionalnya
1. Bank Konvensional
Bank Konvensional adalah Bank yang dalam operasionalnya
menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada terlebih dahulu,
menjadi kebiasaan dan telah dipakai secara meluas dibandingkan metode
bagi hasil. Bank kompensional pada umumnya beroperasi dengan
mengeluarkan produk-produk untuk menyerap dana masyarakat antara lain
tabungan, simpanan deposito, simpanan giro. Bank kompensional dapat

39
Universitas Sumatera Utara

memperoleh dana dari pihak luar, misalnya dari nasabah berupa rekening
giro, deposit on call, sertipikat deposito, dana transper, saham dan obligasi.
Sumber ini merupakan pendapatan Bank paling besar. Pendapatan bank
tersebut, kemudian dialokasikan untuk cadangan primer, cadangan skunder,
penyaluran kredit dan investasi. Bank kompensional contohnya adalah Bank
umum, dan BPR.
2. Bank Syariah
Bank Syariah muncul pada awal tahun 1990an Bank syariah adalah bank
yang beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariah Islam. Falsapah dasar
beroperasinya Bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya
adalah efesiensi, keadilan, dan kebersamaan.
Kegiatan bank syariah dalam hal penentuan harga produknya sangat berbeda
dengan bank konvensional. Penentuan harga bagi bank syriah didasarkan
pada kesepakatan antara bank dengan nasabah penyimpan dana sesuai
dengan jenis simpanan dan jangka waktunya, yang akan menentukan besar
kecilnya porsi bagi hasil yang akan diterima penyimpan.
Dalam rangka menjalankan kegiatannya, bank syriah harus berdasarkan
pada alquran dan hadis. Contoh bank syariah di Indonesia, yaitu Bank
Muamalat, Bank syariah Mandiri.
Terhadap jenis-jenis bank tersebut, dapat dilihat fungsinya serta
kinerjanya, dapatlah diberikan pembagian dari masing-masing bank
tersebut. Pembagian jenis bank ini sangat penting karena terdapatnya
perbedaan jenis kegiatan yang boleh dilakukan oleh bank-bank yang

40
Universitas Sumatera Utara

berbeda tersebut. Dalam hal ini kegiatan ini dapatlah disebutkan
pembagiannya berdasarkan jenis karena telah diatur oleh Bank Indonesia
tentang kegiatan yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh bank-bank
tersebut. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh bank senantiasa dibawah
pengawasan Bank Indonesia.

2.Pihak Nasabah
Dalam peratutan Bank Indonesia No.7/7/PBI/2005 jo No.
10/10/PBI/2008 tentang penyelesaian pengaduan nasabah Pasal 1 angka 2
yang dimaksud dengan nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa
bank, termasuk pihak yang tidak memiliki rekening namun memanfaatkan
jasa bank untuk melakukan transaksi keuangan (walk-in-customer).
Didalam Undang-Undang Perbankan dimuat tentang jenis dan
pengertian nasabah. Dalam Pasal 1 angka 17 disebutkan bahwa pengertian
nasabah yaitu pihak yang menggunakan jasa bank. Jenis-jenis nasabah
bank ada dua, yakni : 34
a. Nasabah penyimpan, yakni nasabah yang menempatkan dananya di
bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan
nasabah yang bersangkutan.
b. Nasabah Debitur, nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah atau yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang
bersangkutan.
34

Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen, Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2000, hal.32-33

41
Universitas Sumatera Utara

Dari praktek-praktek perbankan, setidaknya dikenal tiga macam nasabah
yaitu :
a. Nasabah Deposan, yaitu nasabah yang menyimpan dananya pada suatu
bank misalnya dalam bentuk deposito atau tabungan lain.
b. Nasabah yang memanfaatkan fasilitas kredit perbankan, misalnya
kredit usaha kecil, kredit kepemilikan rumah, dan sebagainya.
c. Nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak lain melalui bank.
Misalnya antara importer sebagai pembeli dengan eksportir di luar
negeri untuk transaksi seperti ini biasanya importer membuka letter of
credit (L/C) pada suatu bank demi kelancaran dan keamanan
pembayaran.
Dalam kedudukannya sebagai subjek hukum, nasabah dapat berwujud
dalam dua bentuk sebagaimana subjek hukum yang diakui dalam hukum, yaitu : 35
a. Orang
Nasabah bank sebagaimana dikaitkan dengan kedudukannya sebagai
subjek hukum dapat berupa orang atau badan hukum. Nasabah bank
terbagi menjadi orang dewasa dan orang yang belum dewasa. Nasabah
orang dewasa hanya diperbolehkan untuk nasabah kredit atau nasabah
giro. Sedangkan nasabah simpanan dan/atau jasa diperuntukkan orang
yang belum dewasa, misalnya nasabah tabungan atau nasabah lepas untuk
transfer dan lain sebagainya.

35

Try Widyono, Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia, Ghalia
Indonesia, Bandung, 2006, hal. 24-27

42
Universitas Sumatera Utara

Perjanjian yang dibuat antara bank dengan nasabah yang belum
dewasa tersebut telah didasari konsekuensi hukum yang diakibatkannya.
Konsekuensi hukumnya adalah bahwa perjanjian itu tidak memenuhi
syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH
Perdata, yaitu syarat perjanjian itu dilaksanakan oleh pihak yang cakap
untuk membuat perjanjian. Dalam hukum perdata perjanjian yang
dilakukan oleh pihak yang belum dewasa berarti tidak memenuhi syarat
subjektif.
b. Badan hukum
Nasabah yang berupa badan hukum perlu diperhatikan aspek legalitas
badan tersebut, serta kewenangan bertindak dari pihak yang berhubungan
dengan bank. Hal ini terkait dengan aspek hukum perseroan (corporate
law). Adapun jenis-jenis badan hukum adalah sebagai berikut :
1) Badan hukum publik, seperti Negara atau Pemda.
2) Perseroan Terbatas, diatur dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, termasuk perseroan
terbatas terbuka yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
3) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), diatur dalam Undag-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemda.
4) Badan Usaha Milik Negara (BUMN), diatur dalam UndangUndang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

43
Universitas Sumatera Utara

Negara. BUMN ini terdiri dari perusahan persero, perusahaan
umum, dan perusahaan jawatan.
5) Koperasi, diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian dan PP No.4 Tahun 1994 tentang
persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan
Perubahan Anggaran Dasar Koperasi
6) Yayasan, diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001,
yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004
7) Badan Hukum Milik Negara, diatur dalam PP No.153 tahun 2000
tentang BUMN Universitas Indonesia.
8) Dana pensiun, diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992
tentang dana pensiun.

F. Dasar-dasar Hukum Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menegah
Bicara mengenai dasar hukum pemberian kredit usaha kecil maka ada
beberapa bidang hukum yang saling berkaitan yang tidak dapat dipisahkan.
Bidang hukum yang pokok yang menjadi dasar hukum pemberian kredit usaha
kecil adalah KUH Perdata khususnya buku III tentang perjanjian. Hal ini
dikarenakan pemberian kredit usaha kecil tidak dapat melepaskan diri dari aspek
hukum perikatan perjanjian, yaitu adanya dua pihak yang saling mengikatkan
dirinya yakni pihak bank sebagai penerima kredit.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu yang dapat melahirkan perikatan
adalah perjanjian. Perumusan perjanjian tidak dijumpai dalam Undang-Undang

44
Universitas Sumatera Utara

yang ada hanyalah kata persetujuan yang diesbutkan Pasal 1313 KUH Perdata.
Namun demikian, menurut R.Subekti, menyatakan bahwa kata persetujuan dan
kata perjanjian adalah dua kata yang mempunyai makna yang sama. 36 Mariam
Darus secara impicit mengemukakan bahwa rumusan persetujuan dalam pasal
1313 KUH Perdata adalah rumusan perjanjian. 37
Menurut Pasal 1313 KUH Perdata ayat (1) menentukan bahwa semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya. Secara sah maksudnya berarti memenuhi syarat yang
ditentukan Pasal 1320 KUH Perdata. Di dalam Pasal 1338 ayat (2) dikatakan
persetujuan-persetujuan tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua
belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan
cakap untuk itu, persetujuan-persetujuan dilaksanakan dengan itikad baik.
Disamping itu, dalam pemberian kredit usaha kecil ini juga dikuasai oleh
lapangan hukum perbankan yaitu Undang-Undang No.7 Tahun 1992 dan
perubahannya yaitu Undang-Undang No.10 Tahun 1998 menjadi lebih tidak
tegas dalam mengambil sikap terkait dengan kedudukan jaminan. Dalam Pasal 6
Undang-Undang No.7 Tahun 1992 disebutkan bahwa salah satu kegiatan usaha
bank antara lain memberikan kredit.
Usaha Kecil Menengah (UKM) menurut UU No. 20 Tahun 2008 terbagi
dalam dua pengertian, yaitu: usaha kecil adalah entitas yang memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
36

R. Subekti, Op.Cit, hal.1
Mariam Darus Badrulzaman, (4) KUH Perdata Buku II Hukum Perikatan dengan
Penjelasannya, Alumni, Bandung, 1999, hal.89
37

45
Universitas Sumatera Utara

bangunan tempat usaha, serta memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Kemudian usaha menengah
adalah entitas usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, serta
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima
puluh milyar rupiah). 38
Dasar hukum selanjutnya adalah SE BI No.26/1/UKK/1993 perihal Kredit
Usaha kecil dan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah. Tujuan diluncurkannya kebijakan Kredit Usaha Kecil adalah
untuk mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM,
meningkatkan akses pembiayaab kepada UMKM, serta penanggulangan
kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Oleh karen aitu dibutuhkan peraturan
perundang-undangan yang menjembatani debitur dan kreditur dalam proses
pemberian kredit tersebut.Adapun beberapa peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar hukum pemberian kredit bagi usaha kecil menengah, yaitu diatur
dalam :
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4866

38

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

46
Universitas Sumatera Utara

2. Instruksi Presiden No.6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Pemerintah
melalui percepatan pengembangan sektor riil dan pemberdayaan
UMKM. Dalam upaya untuk lebih mempercepat pengembangan sektor
riil dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah guna
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dan sebagai kelanjutan
Instruksi presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan
Perbaikan Iklim Investasi.
3. Instruksi Presiden No.5 tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi
tahun 2008-2009 untuk menjamin implementasi atau percepatan
pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.
4. Peraturan Menteri Keuangan No. 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas
Penjaminan Kredit Usaha Rakyat.
5. Peraturan Presiden No.2 Tahun 2008 tentang Lembaga Penjaminan.
Bahwa usaha penjaminan yang dilakukan oleh Lembaga Penjaminan
selama ini belum cukup diatur berdasarkan prinsip-prinsip usaha
penjaminan yang prudent, transparan serta memberikan kepastian
hukum.
6. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.5 Tahun
2008 tentang Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan bagi
UMKMK.

G. Kredit Usaha Kecil Menengah
Kredit usaha kecil menengah (UKM) adalah kredit yang diberikan oleh
pemerintah melalui dunia perbankan dengan tujuan untuk mendorong tumbuhnya

47
Universitas Sumatera Utara

usaha manufaktur dan sektor riil sehingga tercipta iklim usaha yang sehat dan
mendorong

investasi. 39

Dengan

tumbuhnya

investasi

diharapkan

dapat

meningkatkan pendapatan nasional yang pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Usaha

Kecil

Menengah

merupakan

basis

usaha

rakyat,

yang

secaramengejutkan mampu bertahan di masa krisis 1997/1998. Saat itu banyak
usaha besar bergelimpangan, mengalami pailit didera pahitnya krisis. Pada saat
bersamaan, perbankan tidak mampu lagi membantu masalah pula sehingga
menambah parah penderitaan usaha besar.
Tidak demikian halnya dengan UKM, yang dapat bertahan pada badai
krisis karena struktur keuangan mereka yang tidak banyak bergantung pada
perbankan, meski mereka tetap memanfaatkan jasa pebankan, baik untuk transaksi
maupun untuk

menjaga keamanan.

Sebagian

besar

pelaku

UKM

ini

mengandalkan seluruh permodalannya sendiri yang perolehannya melalui
pinjaman ke lembaga keuangan.
Fsilitas kredit kepada usaha kecil dan atau mikro, diatur dan dimiliki
ketentuan serta prosedur yang berbeda, yang secara mudah dapat dilihat dari nama
skrim fasilitas kredit yang akan diberikan. Oleh karena itu, sekalipun fasilitas
kredit diperuntukkan kepada usaha kecil dan atau mikro, tetapi prosedur dan tata
cara pemberianya berbeda antara kebijakan yang satu dengan yang lain. Hal ini
antara lain dipengaruhi oleh sumber dana yang diperuntukkan bagi fasilitas kredit
usaha kecil dan mikro tersebut, misalnya terdapat sumber dana dari Surat Utang
39

https://khaerul21.wordpress.com/2009/06/23/analisis-artikel-kredit-usaha-kecil-danmenengah/diakses tanggal 1 September 2016.

48
Universitas Sumatera Utara

Pemerintah (SUP) dengan Nomor SU-005/MK/1999 yang juga dikenal dengan
dana dari “SUP-005” atau sumber dana dari pemanfaatan bagian laba BUMN,
yang dikenal dengan Dana Program Kemitraan untuk Kredit Usaha Mikro.
Pemerintah dalam membantu serta mendorong pengusaha kecil agar dapat
mensejajarkan diri dengan pengusaha menengah dan pengusaha besar sehingga
memperkecil kesenjangan sosial ekonomi, serta mempercepat usaha pemerataan
hasil-hasil pembangunan, mengeluarkan Pakjan 29 tahun 1990 dimana dengan
kebijaksanaan itu bank-bank diwajibkan mengalokasikan 20% darimtotal dan
kreditnya untuk Kredit Usaha Kecil (KUK).
Menurut SK Direktur Bank Indonesia No.34/4 Kep/ Dir tanggal 4 April
1997, yang dimaksud dengan Kredit Usaha kecil adalah kredit investasi dan/atau
kredit modal kerja yang diberikan dalam Rupiah dan/atau valas pada nasabah
usaha kecil dan plafon kredit keseluruhan maksimum 350 juta rupiah untuk
membiayai usaha yang produktif.
Dalam kredit tersebut terdapat kredit jangka menengah / jangka panjang
dan kredit jangka pendek. Kredit jangka menengah / panjang merupakan kredit
investasi, yaitu untuk membiayai barang-barang modal dan biasa diperlukan untuk
rehabilitasi, modernisasi, ekspansi, relokasi atau mendirikan usaha baru.
Seiring dengan perkembangan perbankan nasional dewasa ini, perbankan
Indonesia telah menyalurkan berbagai jenis kredit khusus kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah. Jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh perbankan
menurut Kasmir dalam buku nya adalah : 40

40

Kasmir, Bank dan

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25