BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Di SD Negeri Sumurrejo 01 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Profesionalitas Guru
2.1.1.Pengertian Profesionalitas Guru
Profesionalitas adalah suatu sebutan terhadap
kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap
profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian
yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugastugasnya (Surya, Hasim dan Suwarno, 2010: 77).
Pendapat
Koswara
dan
lain
dikemukakan
Halimah
(2008
:
oleh
D.Deni
34),
mereka
mengatakan bahwa profesionalitas menunjuk pada
derajat penampilan seseorang sebagai profesional
atau penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu
profesi, ada yang profesionalitasnya tinggi, sedang,
dan rendah. Mengacu pada dua pendapat tersebut,
guru dikatakan profesionalitasnya tinggi jika sikap
dan komitmen profesi untuk bekerja berdasarkan
standar sebagai persyaratan dasar dan kode etik
pofesinya
demikian
sebaliknya
guru
dinyatakan
profesionalitasnya rendah jika sikap dan komitmen
kerja tidak sesuai dengan standar kerja dan kode
etik profesinya, misalnya tidak disiplin, kurang
kreatif dan produktif.
2.1.2.Sikap Profesionalitas Guru
Sikap profesionalitas dapat ditunjukkan pada
sikap, dedikasi, motivasi,komitmen, dan kompetensi
terhadap tugas pokok dan fungsinya. Guru yang
memiliki profesionalitas tinggi adalah guru memiliki
motivasi kerja, dedikasi, komitmen, dan pengetahuan
dan keahlian yang yang tinggi untuk melaksanakan
tugas-tugas profesinya.
Menurut Ali Mudlofir (2012: 110) guru profesional
akan tercermin dalam pelaksanaan tugas-tugasnya
yang ditandai dengan keahlian baik penguasaan
materi maupun metode. Di samping keahlian, sosok
profesional
guru
ditunjukkan
melalui
tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai
guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat,
bangsa negara dan agamanya. Guru profesional
mempunyai tanggung jawab : kepribadian, sosial,
intelektual, moral dan spiritual yang tinggi.
Tanggung jawab pribadi artinya guru profesional
mampu mengelola dirinya, mengendalikan dirinya
serta
mengembangkan
dirinya.
sosial
diwujudkan
kompetensi
Tanggung
guru
jawab
dalam
beriteraksi
dengan
lingkungan
sosial.
Tanggung
jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan
berbagai
pengetahuan
diperlukan
untuk
dan
keterampilan
menunjang
yang
tugas-tugasnya.
Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan dan
sikap dan perilaku yang senatiasa tidak menyimpang
dari norma-norma agama dan moral. Dalam hal ini
profesionalitas
mewujudkan
guru
sangat
keberhasilan
penting
dalam
pendidikan
dan
pembelajaran.
Guru
dikatakan
memiliki
profesinalitas
tinggipada dasarnya adalah guru yang profesional.
Guru dikatakan profesional apabila telah memenuhi
persyaratan
akademik
dan
memiliki
kualifikasi.
Bekal yang harus dimiliki seorang guru profesional
meliputi kompetensi pribadi, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional mengajar (Hamzah B.Uno,
2009: 18).
Menurut Sanjaya (2005: 146), bahwa sebagai
suatu
profesi
profesional
terdapat
sejumlah
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru,
yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian,
kompetensi
profesional
kemasyarakatan.
dan
kompetensi
sosial
Guru adalah agen pembelajaran oleh karena itu
pada harus melekat sejumlah kompetensi. Dadi
Permadi dan Daeng Arifin (2013: 26) menjelaskan
bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada
jenjang
pendidikan
dasar
dan
menengah
serta
pendidikan anak usia dini, meliputi kompetensi
pedagogis,
kompetensi
kepribadian,
kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial.
Selanjutnya
dijelaskan:
Kompetensi
kepribadianadalah
merupakan
kemampuan
kepribadian
mantap,
yang
arifdanbijaksana,
berwibawa,
stabil,
dewasa,
berakhlak
mulia,
menjadi teladan bagi peserta didikdan masyarakat
(Sembiring,
2009:
Pedagogikmerupakan
pembelajaran
38).Kompetensi
kemampuan
peserta
didik
mengelola
yang
meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan
pelaksanaan
pembelajaran,
evaluasi
hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan
berbagai
potensi
yang
dimilikinya (Mulyasa, 2008: 75).
Sedangkan
kompetensi
professional
adalah
kompetensi: yang berkaitan dengan (a) kompetensi
menguasai landasan pendidikan, (b) kompetensi
menguasai bahan ajar; menguasai kurikulum, (c)
kompetensi
menyusun
silabus
dan
program
pembelajaran; menetapkan pencapaian kompetensi
dan
tujuan
pembelajaran,
memilih
bahan
ajar,
memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran,
memilih
media
memanfaatkan
pembelajaran,
berbagai
memilih
sumber
belajar,
kompetensi/kemampuan melaksanakan
pembelajaran;
dan
(e)
kemampuan
dan
(d)
program
melakukan
penilaian hasil belajar dengan menggunakan sistem
penilaian berbasis kelas (Surya, 2006: 176).
Selanjutnya kompetensi Sosial kemasyarakatan
adalah merupakan kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi lisan
dan tulisan; menggunakan teknologi komunikasi dan
informasi secara fungsional; bergaul secara efektif
dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik dan bergaul secara santun
dengan masyarakat sekitar (Surya, 2006: 176).
2.1.3.Pengembangan Profesionalitas Guru
Pengembangan profesionalitas guru yang strategis
adalah melalui watak guru, yaitu”watak guru yang
paripurna”. Watak paripurna merupakan penampilan
moralitas
kepribadian secara paripurna menurut
timbangan keutuhan nilai yang mencakup aspek
emosional, intelektual, moral dan spiritual, Mudlofir
(2012: 125). Dalam hal ini untuk mewujudkan
profesionalitas guru melalui pembinaan sikap dan
watak guru. Dengan memiliki sikap dan watak akan
tumbuh rasa tanggung jawab guru terhadap tugastugasnya.
Dalam upaya mengembangkan watak para guru
agar menjadi teladan bagi para siswa, Mohammad
surya
dengan merujuk
Kertajaya
pada pendapat Hermawan
mengemukakan
model
pengembangan
profesionalitas dengan pola” growth with character”
(Mohammad
Surya,
pengembangan
dkk,
2010:
profesionalitas
81)
berbasis
yaitu
karakter.
Dengan menggunakan model tersebut profesionalitas
dapat dikembangkan dengan mendinamiskan tiga
pilar utama karakter yaitu: keunggulan (excellen),
kemauan kuat (passion) pada profesionalisme, dan
etika (ethical).
Excellen
(keunggulan)
mempunyai
makna
memiliki komitmen untuk senantiasa dalam koridor
tujuan,
memiliki
kecakapan
dalam
menemukan
potensi diri, memiliki motivasi yang kuat, senantiasa
melakukan perbaikan terus-menerus. Passion for
Knowledge(kemauan
memiliki
semangat
kuat)
untuk
mengandung
senatiasa
makna
menambah
pengetahuan,
pelayanan
semangat
yang
untuk
terbaik,
memberikan
semangat
untuk
mewujudkan pengabdian kepada orang lain. Ethical
(etika). Etika terwujud dalam watak yang sekaligus
menjadi
pondasi
utama
bagi
terwujudnya
profesionalitas paripurna.
Selanjutnya Mohammad Surya, dkk menyatakan
ada enam karakter dalam pilar ketiga ini yaitu:
kejujuran,
kepada
tanggung
siapapun,
jawab,
sikap
melaksanakan
menghormati
tugas
secara
konsekuen, peduli terhadap berbagai hal yang terkait
dengan tugas profesinya, menjadi warga negara yang
memahami hak dan kewajibannya.
2.2.
Kepemimpinan
2.2.1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan
sebagai
istilah
dirumuskan sebagai proses
lain
dala
merealisaikan
umum
dapat
mempengaruhi orang
tujuan.
Kepemimpinan
berarti rangkaian kegiatan yang saling berhubungan
dengan
orang
lain,
berisi
kegiatan
menggerakkan,membimbing dan mengarahkan serta
mengawasi orang lain dalam berbuat sesuatu baik
secara perorangan maupun bersama-sama.
Fred
E.
Wahjosumidjo
Fielder&Martin
(2009:
67),
Chammers
dalam
menyatakan
bahwa
persoalan kepemimpinan pada dasarnya tidak lepas
dari tiga hal yaitu (1) bagaimana seorang menjadi
pemimpin (how one become leader), (2) bagaimana
pemimpin berperilaku (how leader behave), dan (3)
apa yang membuat pemimpin itu berhasil (what
makes the leader effective).
Menurut Yuki dalam Husaini Usman (2010 :
27), ada beberapa definisi tentang kepemimpinan
yang dianggap cukup mewakili selama seperempat
abad adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan adalah perilaku dari seseorang
individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu
kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai
bersama (shared goal).
2. Kepemimpinan
adalah
pengaruh
antarpribadi
yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu,
serta
diarahkan
melalui
proses
komunikasi
kearah pencapaian tujuan satu atau beberapa
tujuan tertentu.
3. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta
pemiliharaan
interaksi.
struktur
dalam
harapan
dan
4. Kepemimpinan
adalah
peningkatan
pengaruh
sedikit demi sedikit pada dan berada di atas
kepatuhan
mekanis
terhadap
pengarahan-
pengarahan rutin organisasi.
5. Kepemimpinan
adalah
aktivitas-aktivitas
proses
sebuah
memengaruhi
kelompok
yang
diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.
6. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberikan
arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha
kolektif, dan yang mengakibatkan kesedian untuk
melakukan
usaha
yang
diinginkan
untuk
mencapai sasaran.
Sedangkan Terry dalam Wuradji (2009 :
1)menyatakan
hubungan
bahwa
antar
kepemimpinan
orang
,
dimana
adalah
pemimpin
mempengaruhi orang lain ke arah kemauan bersama
dalam
hubungannya
dengan
tugas-tugas
untuk
memperoleh sesuatu yang diinginkan pemimpin.
Berdasarkan
beberapa
definisi
tentang
kepemimpinan di atas peneliti menyimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang
lain yang dilakukan oleh seorang pemimpin kepada
bawahan
agar
dengan
kesadaran
sendiri
bawahannya tersebut termotivasi untuk melakukan
apa yang diinginkan oleh pemimpin dalam rangka
mencapai tujuan organsasi yang telah dirumuskan
bersama.
2.2.2.Gaya Kepemimpinan .
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang
digunakan pemimpin dalam berinterkasi dengan
bawahannya. Ada beberapa definisi tentang gaya
kepemimpinan.
Menurut Thoha (1995 : 17) gaya kepemimpinan
merupakan
seseorang
norma
perilaku
yang digunakan
pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang
dilihat. Dalam hal ini usaha menselaraskan persepsi
di antara orang yang
mempengaruhi perilaku
dengan yang akan dipengaruhi menjadi amat penting
kedudukannya.
Sedangkan menurut Prasetyo (2006: 28), gaya
kepemimpinan adalah cara yang digunakan dalam
proses kepemimpinan yang diimplementasikan dalam
perilaku
kepemimpinan
seseorang
memengaruhi
orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang
diinginkan.
Secara umum dikenal ada lima gaya kepemimpinan
yang
digunakan
oleh
pemimpin
mempengaruhi orang dipimpinnya, yaitu :
untuk
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis : Kepemimpinan
otokratis disebut juga kepemimpinan diktator
atau direktif. Kepemimpinan ini bercirikan
dalam mengambil keputusan atau membuat
kebijakan
tanpa
ada
konsultasi
dengan
bawahannya. Mereka menentukan apa yang
harus dipatuhi atau dilakukan oleh orang lain.
Keuntungannya
secara
cepat,
keputusan
sedang
dapat
diambil
kekuranganya
dari
keptusan yang dibuat mengakibatkan tidak
disenangi oleh orang yang dipimpinnya.
2. Gaya
Kepemimpinan
Kepemimpinan
kepemimpinan
ini
Demokratis:
sering
disebut
atau
konsesus.
konsultatif
Karena keputusan yang diambil melibatkan
orang yang dipimpinnya. Kekurangan dari gaya
kepemimpinan ini selalu minta pertimbangan
padahal untuk hal yang bersifat cepat dan
emergency hal ini tidak cocok, dan keputusan
yang
disukai
bawahannya
belum
tentu
keputusan terbaik dan tepat. Kelebihannya
pemimpin disukai bawahannya.
3. Gaya
kepemimpinan
partisipatif
:
Kepemimpinan bersifat terbuka dan bebas.
Artinya
pemimpin
hanya
melontarkan
permasalahan kemudian bawahannya untuk
mencari
pemecahannya.
berperan
sebagai
menghasilkan
pengarah
konsensus
Kelebihannya
partisipasi
Pemimpin
bawahannya
sedangkan
lebih
untuk
keputusan.
lebih
diberikan
kekurangan
kurang
effisien karena membutuhkan waktu panjang
untuk diskusi.
4. Kepemimpinan
berorientasi
:
adalah
kepemimpinan berdasarkan hasil atau sasaran.
Bawahan
oleh
pimpinan
diminta
untuk
memusatkan perhatian pada tujuan yang ada.
Kekurangannya pemimpin cenderung memiliki
fokus yang terlalu sempit
berfokus
pada
Kebaikannya
dan sering kali
perhatian
adalah
dapat
yang
keliru.
terukur
tujuan
maupun sasaran yang akan dicapai.
5. Kepemimpinan Situasional: Gaya kepemimpinan
ini muncul dari asumsi bahwa tidak ada satu
kepemimpinan
kepemimpinan
pertimbangan
yang
sempurna.
diterapkan
atas
faktor-faktor
Gaya
berdasarkan
pemimpin,
pengikut, situasi dalam struktur tugas, peta
kekuasaan, dan dinamika kelompok atau group.
http : //doawload : tanggal 29 Januari 2015,
Kepemimpinan Tranformasinal.
2.2.3.Gaya Kepemimpinan Tranformasional
Burn
(1978)
menyatakan
dalam
Sutikno
bahwa
transformasional
gaya
(2014:
53)
kepemimpinan
pada hakekatnya menekankan
seorang pemimpin perlu memotivasi bawahannya
bertanggungjawab lebih dari yang diharapkan.
Bass dan Avolio (1994)dalam Sutikno (2014: 54)
mengemukakan
bahwa
kepemimpinan
transformasional mempunyai empat dimensi yang
disebut sebagai “the Four I’s”. Dimensi yang pertama
adalah idealized influansi yang dijelaskan sebagai
perilaku
pemimpin
yang
membuat
mengagumi,
menghormati
mempercayai.
Dimensi
pengikutnya
dan
yang
sekaligus
kedua
adalah
inspirational motivation, pemimpin transformasional
digambarkan
sebagai
pemimpin
mewujudkan
pengharapan
yang
yang
jelas
mampu
terhadap
prestasi bawahannya, dan mampu menggugah spirit
tim
dalam
organisasi.
Dimensi
ketiga
adalah
intellectual simulation, pemimpin transformasional
harus
mampu
menumbuhkan
ide-ide
baru,
memberikan solusi yang kreatif terhadap berbagai
permasalahan yang dihadapi bawahannya. Dimensi
keempat
adalah
individualizedconsideration,
pemimpin transformasional di gambarkan sebagai
seorang pemimpin yang mau mendengarkan penuh
perhatian
masukan-masukan
bawahannya
dan
secara khusus mau memperhatikan kebutuhankebutuhan bawahannya terhadap pengembangan
karir.
Formulasi teori Bass (1985) dalam Yulk (2001:
305) meliputi empat komponen: kharisma, stimulasi
intelektual,
dan
perhatian
yang
diindivualisasi.
Karisma didefinisikan sebagai sebuah proses yang
padanya
seorang
pemimpin
mempengaruhi
pengikutnya dengan menimbulkan emosi-emosi yang
kuat dan diidentifikasi dengan pemimpin tersebut.
Stimulasi intelektual adalah sebuah proses para
pemimpin
meningkatkan
pengikutnya
terhadap
kesadaran
para
masalah-masalah
dan
mempengaruhi para pengikutnya untuk memandang
masalah-masalah tersebut dari sebuah perspektif
yang baru. Perhatian yang diindividualisasi termasuk
memberi
memberi
dukungan,
membesarkan
pengalaman-pengalaman
pengembangan kepada para pengikutnya.
hati,
dan
tentang
Yammarino dan Bass (1990) dalam Sutikno
(2014:
55)
mengatakan
bahwa
pemimpin
transformasional mengartikulasikan visi masa depan
orgisasi yang realistik, menstimulasikan bawahan
dengan
cara
yang
intelektual,
dan
menaruh
perhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki
oleh bawahannya. Seperti yang diungkapkan Tichy
and Devanna (1990) dalam Sutikno (2014: 55)
keberadaan
para
pemimpin
transformasional
mempunyai efek transformasi baik pada tingkat
tingkat organisasi maupun pada tingkat individu
Pemimpin
transformasional
menimbulkan
kesadaran
para
mencoba
pengikut
dengan
mengarahkannya kepada cita-cita dan nilai moral
yang
lebih
tinggi.
Pemimpin
transformasional
membuat para pengikut menjadi lebih peka terhadap
nilai
dan
pentingnya
pekerjaan,
mengaktifkan
kebutuhan-kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi
dan
menyebabkan
para
pengikut
lebih
mementingkan organisasi. Hasilnya adalah pengikut
merasa
adanya
kepercayaan
dan
rasa
hormat
terhadap pemimpin tersebut, serta termotivasi untuk
melakukan sesuatu melebihi dari yang diharapkan
darinya.
Jadi,
kepemimpinan
transformasional
melandaskan diri pada pertimbangan pemberdayaan
potensi manusia. Dengan kata lain, tugas pemimpin
transformasional adalah memanusiakan manusia
melalui
berbagai
cara
seperti
memotivasi
dan
memberdayakan fungsi dan peran karyawan untuk
mengembangkan organisasi dan pengembangan diri
menuju aktualisasi diri yang nyata.
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan transformasional merupakan perilaku
seorang pemimpin dalam
mempengaruhi bawahan
dalam upaya membawa perubahan suatu organisasi
ke arah yang lebih baik. Hal yang dilakukan
pemimpin dalam mempengaruhi bawahan tersebut
adalah
a. seorang pemimpin harus berperilaku yang dapat
dijadikan
teladan
bawahan
akan
bagi
bawahan,
menghormati,
sehingga
mengagumi
sekaligus mempercayai.
b. seorang pemimpin dapat mewujudkan harapanharapan bawahan.
c. seorang pemimpin menyampaikan ide-ide baru
serta dapat memberika solusi kreatif terhadap
berbagai masalah yang dihadapi bawahan
d. seorang pemimpin mau mendengarkan saran dan
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan.
2.2.4.Gaya
Kepemimpinan
Transformasional
Kepala Sekolah
Gaya
kepemimpinan
kepala
sekolah
mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan
tingkah
laku
dari
seorang
pemimpin,
yang
menyangkut kemampuannya dalam memimpin suatu
lembaga
sekolah.
sebagai
perilaku
Gaya
kepemimpinan
seorang
pemimpin
diartikan
dalam
menggerakkan, mendorong, mengarahkan bawahan
agar
mau
melaksanakan
apa
yang
diharapkan
pemimpin. Perwujudan tingkah laku kepala sekolah
tersebut diimplementasikan dalam pelaksanaa fungsi
kepala sekolah sebagai edukator, motivator, manajer,
inovator supervisor, dan leader. Ada banyak teori
gaya kepemimpinan yang diterapkan kepala sekolah.
Dari berbagai gaya kepemimpinan kepala sekolah,
gaya kepemimpinan transformasional pada saat ini
merupakan
gaya
kepemimpinan
diterapkan oleh pemimpin.
yang
banyak
Menurut
Bass
(1996,1997)
dalam
Sutikno
(2014:58),kepemimpinan transformasional dianggap
efektif dalam situasi atau budaya apa pun.
Kepala sekolah dapat dikatakan menerapkan
kepemimpinan transformasional jika dia mampu
mengubah energi sumber-sumber daya baik manusia
ataupun non manusia untuk mencapai tujuantujuan
sekolah.
Sudarwan
Sebagaimana
Danim
transformasional
didefinisikan
oleh
(2003:54),kepemimpinan
adalah
“
kemampuan
seorang
pemimpin dalam bekerja dengan dan/atau melalui
orang lain untuk mentransformasikan secara optimal
sumber daya organisasi yang langka dalam rangka
mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan
target capai yang telah ditetapkan”.
Gaya
kepemimpinan
transformasional
dalam
bidang pendidikan memang perlu diterapkan oleh
kepala sekolah. Adapun alasan perlunya diterapkan
gaya
kepemimpinan
transformasional
didasarkan
pendapat Olga Epitropika (2001: 1) mengemukakan
enam hal mengapa kepemimpinan transformasional
penting bagi organisasi:
a. Secara signifikan meningkatkan organisasi
b. Secara
positif
pemasaran
dihubungkan
jangka
dengan
orientasi
dan
kepuasan
panjang
pelanggan.
c. Membangkitkan komitmen yang lebih tinggi para
anggotanya terhadap organisasi.
d. Meningkatkan
kepercayaan
pekerja
dalam
manajemen dan perilaku keseharian organisasi.
e. Meningkatkan
kepuasan
pekerja
melalui
pekerjaan dan pimpinan.
f. Mengurangi
stress
para
pekerja
dan
meningkatkan kesejahteraan.
2.3. Profesionalitas
Guru
dan
Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah
Untuk meningkatkan profesionalitas guru dalam
melaksanakan
tugas-tugas
profesinya
diperlukan
upaya untuk mengubah motivasi guru
melaksanakan
dilakukan
tugas-tugasnya.
kepala
profesionalitas
sekolah
guru
Hal
dalam
adalah
di dalam
yang
dapat
peningkatan
kepala
sekolah
menerapkan kepemimpinan transformasional.
Gaya
sekolah
kepemimpinan
adalah
perilaku
transformasional
kepala
sekolah
kepala
dalam
kepemimpinannya memiliki visi ke depan , mampu
mentransformasi perubahan ke dalam organisasi,
mempelopori perubahan dan memberikan motivasi
dan
inspirasi
karyawan
kepada
untuk
individu-individu
kreatif
membangun team work
pembaharuan
dalam
dan
inovatif,
atau
serta
yang solid; membawa
etos
kerja
dan
kinerja
manajemen; berani bertanggung jawab memimpin
dan mengendalikan organisasi.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah
sangat
tepat
profesionalitas
digunakan
guru.
dalam
Karena
peningkatan
kepemimpinan
ini
mengedepankan keteladanan, motivasi, komunikatif,
dan pengambilan keputusan yang tepat sehingga
guru akan memiliki profesionalitas tinggi dengan
ditandai termotivasi, berdidikasi, berkomitmen, dan
berkompeten terhadap kerja.
2.4.
Penelitian Yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan dengan gaya
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme guru adalah sebagai berikut:
2.4.1. Penelitian oleh Meilina Bustari, M.Pd
Judul penelitian adalah :“ Kepemimpinan
Transformasional
Meningkatkan
Kepala
Kinerja
Sekolah
Organisasi”.
dalam
Hasil
penelitian sebagaimana yang direfleksikan
pada bagian abstrak menyatakan bahwa :
“Organisasi sekolah dewasa ini selalu
mengalami perubahan karena dipengaruhi
adanya perubahan di berbagai bidang. Agar
sekolah tidak tertinggal dengan perubahan
tersebut, maka kinerja organisasi senantiasa
ditingkatkan melalui peningkatan kinerja
individu yang ada dalam organisasi tersebut.
Implementasi pembaharuan (inovasi) dalam
organisasi sekolah dapat berjalan dengan baik
dan efektif apabila ada kepemimpinan kepala
sekolah yang profesional, yang mampu
mengakomodasi perubahan yang begitu pesat.
Kepala sekolah hendaknya bertindak selaku
pemimpin bukan sebagai bos. Oleh karena
itu, kepala sekolah harus menghindari
terciptanya pola hubungan dengan guru dan
karyawan
yang
hanya
mengandalkan
kekuasaan
saja,
akan
tetapi
perlu
mengedepankan kerjasama fungsional dengan
para
stafnya.
Kepala
sekolah
harus
menekankan pada kerjasama kesejawatan,
menghindari terciptanya suasana kerja yang
serba menakutkan dan membosankan, dan
senantiasa mendorong rasa percaya diri para
stafnya. Kepemimpinan yang sesuai dengan
karakteristik tersebut adalah kepemimpinan
transformasional. Oleh karena itu, kepala
sekolah
perlu
menerapkan
gaya
kepemimpinan
transformasional
agar
organisasi sekolah yang dipimpinnya dapat
menyesuaikan dengan perubahan lingkungan
dengan cepat, dimana kepemimpinan tersebut
senantiasa menekankan pada kerjasama atau
pelibatan para guru dan karyawan dalam
rangka meningkatkan
sekolah”.
kinerja
organisasi
2.4.2. Penelitian oleh Sentot Imam Wahjono.
Judul
Penelitan
Transformasional
adalah
di
:“Kepemimpinan
Sekolah-Sekolah
Muhammadiyah “.Penelitian ini dimuat pada
Jurnal Manajemen Bisnis FEB Universitas
Muhammadiyah Malang Edisi April 2011 Vol 1.
Hasil
penelitian
pada
bagian
kesimpulan
dinyatakan yaitu :
“Gayakepemimpinan
laissez-faire
yang
cenderung membiarkan kepala sekolahberbuat
apa saja tanpa kontrol yang terukur seperti
halnya pada polakepemimpinan sosial yang
pada umumnya terjadi pada persyarikatan,
indukorganisasi yang menaungi dan memiliki
sekolah-sekolah
Muhammadiyah,
makadiperlukan
penerapan
pola
kepemimpinan
transformasional
yang
mencakup ciri-ciripemimpin transformasional
seperti menunjukkan penghargaan terhadap
parabawahan, mampu memahami bawahan,
mampu mengestimasi kemampuanbawahan,
mampu memberi contoh bagaimana mengatasi
hidup, bangkit darikekecewaan, belajar dari
kegagalan, dan terus maju, gigih dalam
menghadapikesusahan (kemalangan) mampu
menumbuhkan rasa kagum bawahan.
2.4.3. Penelitian yang dilakukan oleh Yanti
Handayani
Judul Penelitan :“Hubungan Antara Persepsi
Terhadap
Kepemimpinan
Transformasional
Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi dengan
Kinerja guru di SMA Kecamatan Sei Rampah
Kabupaten Sergai“.Penelitian ini dimuat pada
Jurnal Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni
2013.Hasil penelitian pada bagian kesimpulan
dinyatakan yaitu :
a. Terdapat hubungan yang signifikan dan
berarti
antara
kepemimpinan
persepsi
terhadap
transformasional
kepala
sekolah dengan kinerja guru. Semakin baik
persepsi
guru
transformasional
terhadap
kepala
kepemimpinan
sekolah
maka
semakin baik juga kinerja guru di sekolah.
b. Terdapat hubungan yang signifikan dan
berarti antara budaya organisasi dengan
contoh
bagaimana
mengatasi
bangkit
darikekecewaan,
belajar
hidup,
dari
kegagalan, dan terus maju, gigih dalam
menghadapikesusahan
mampu
menumbuhkan
(kemalangan)
rasa
kagum
bawahan.
Atas dasar tiga penelitian di atas maka penulis
akan
mencari
jawaban
apakah
kepemimpinan
transformasional
di
SD
Negeri
Sumurrejo
01
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang membawa
dampak
penelitian
terhadap
dalam
Profesionalitas
profesionalitas
sebuah
Guru
judul
Kepala
Sumurrejo
Kecamatan
01
:
Melalui
Transformasional
guru,melalui
Peningkatan
Kepemimpinan
Sekolah
di
SD
Negeri
Gunungpati
Kota
Semarang
2.5.
Kerangka Berpikir
Setiap pemimpin harus memiliki jiwa dan sikap
yang dapat memberi contoh-contoh dan teladan bagi
bawahannya.
Beberapa
langkah
yang
dapat
ditempuh antara lain adalah: (1) Menjadikan dirinya
panutan
bagi
guru
dan
staf
nya,
dipercaya,
dihormati, dan mampu mengambil keputusan yang
terbaik untuk kepentingan sekolah. Seorang kepala
sekolah harus mampu membuat aturan dan tata
tertib dan menjalankannya sesuai hasil keputusan
bersama, (2) Memotivasi seluruh guru dan staf nya
untuk memiliki komitmen terhadap visi organisasi
dan mendukung semangat team dalam mencapai
tujuan-tujuan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah
dapat menyiapkan kurikulum sekolah yang tepat
sesuai dengan kemampuan dan keahlian guru,
meningkatkan
keprofesionalan
kerja,
agar
guru
dapat termotivasi untuk berprestasi dalam bekerja,
(3)
Menumbuhkan
kreativitas
dan
inovasi
di
kalangan guru dan staf nya dengan mengembangkan
pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk
menjadikan
sekolah
ke
arah
yang
lebih
baik.
Langkah ini dimaksudkan untuk lebih mendukung
dan mendorong tingkah laku positip dan disiplin
guru,
dan
(4)
Bertindak
sebagai
pelatih
dan
penasihat bagi guru dan staf nya. Kepala sekolah
dapat mengoreksi dan memperbaiki perilaku yang
indisipliner dan malas, langkah ini mempunyai
strategi: menggunakan teguran yang lemah untuk
mengehentikan tingkah laku guru yang bersifat
negatif, menggunakan tindakan yang keras untuk
suatu
tindakan
yang
melanggar
peraturan,
memberikan sanksi yang logis terhadap pelanggaran
tata tertib. Hal tersebut merupakan implementasi
kepemimpinan
transformasional
yang
dapat
meningkatkan profesionalisme guru.
Profesionalitas guru akan meningkat jika
kepala
sekolah
penerapkan
transformasional.Pemikiran
kepemimpinan
tersebut
dapat
digambarkan oleh penulis sebagaimana pada gambar
2.1. di bawah ini.
PROFESIONALITAS
GURU RENDAH
PROFESI
ONALIT
AS
GURU
MENING
KAT
Kepemimpinan
Transformasional
Gambar 2.1 Proses Kepemimpinan
Transformasional
Dari
gambar
di
atas
dijelaskan
bahwa
profesionalitas guru yang rendah dapat meningkat
karena
kepemimpinan
sekolah
dengan
transformasional
karakteristik
motivasi,komunikatif
dan
kepala
keteladanan,
ketepatan
mengambil
keputusan. Demikian hal yang terjadi di SD Negeri
Sumurrejo
01
Kecamatan
Gunungpati
Kota
Semarang dengan kepemimpinan transformasional
yang diterapkan akan meningkatkan profesionalitas
guru. Untuk membuktikan jawaban tersebut maka
penulis
melakukan
penelitian
dengan
fokus
penelitian peningkatan profesionalitas guru dan gaya
kepemimpinan transformasional oleh kepala sekolah
SD Negeri Sumurrejo Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang.
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Profesionalitas Guru
2.1.1.Pengertian Profesionalitas Guru
Profesionalitas adalah suatu sebutan terhadap
kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap
profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian
yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugastugasnya (Surya, Hasim dan Suwarno, 2010: 77).
Pendapat
Koswara
dan
lain
dikemukakan
Halimah
(2008
:
oleh
D.Deni
34),
mereka
mengatakan bahwa profesionalitas menunjuk pada
derajat penampilan seseorang sebagai profesional
atau penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu
profesi, ada yang profesionalitasnya tinggi, sedang,
dan rendah. Mengacu pada dua pendapat tersebut,
guru dikatakan profesionalitasnya tinggi jika sikap
dan komitmen profesi untuk bekerja berdasarkan
standar sebagai persyaratan dasar dan kode etik
pofesinya
demikian
sebaliknya
guru
dinyatakan
profesionalitasnya rendah jika sikap dan komitmen
kerja tidak sesuai dengan standar kerja dan kode
etik profesinya, misalnya tidak disiplin, kurang
kreatif dan produktif.
2.1.2.Sikap Profesionalitas Guru
Sikap profesionalitas dapat ditunjukkan pada
sikap, dedikasi, motivasi,komitmen, dan kompetensi
terhadap tugas pokok dan fungsinya. Guru yang
memiliki profesionalitas tinggi adalah guru memiliki
motivasi kerja, dedikasi, komitmen, dan pengetahuan
dan keahlian yang yang tinggi untuk melaksanakan
tugas-tugas profesinya.
Menurut Ali Mudlofir (2012: 110) guru profesional
akan tercermin dalam pelaksanaan tugas-tugasnya
yang ditandai dengan keahlian baik penguasaan
materi maupun metode. Di samping keahlian, sosok
profesional
guru
ditunjukkan
melalui
tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai
guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat,
bangsa negara dan agamanya. Guru profesional
mempunyai tanggung jawab : kepribadian, sosial,
intelektual, moral dan spiritual yang tinggi.
Tanggung jawab pribadi artinya guru profesional
mampu mengelola dirinya, mengendalikan dirinya
serta
mengembangkan
dirinya.
sosial
diwujudkan
kompetensi
Tanggung
guru
jawab
dalam
beriteraksi
dengan
lingkungan
sosial.
Tanggung
jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan
berbagai
pengetahuan
diperlukan
untuk
dan
keterampilan
menunjang
yang
tugas-tugasnya.
Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan dan
sikap dan perilaku yang senatiasa tidak menyimpang
dari norma-norma agama dan moral. Dalam hal ini
profesionalitas
mewujudkan
guru
sangat
keberhasilan
penting
dalam
pendidikan
dan
pembelajaran.
Guru
dikatakan
memiliki
profesinalitas
tinggipada dasarnya adalah guru yang profesional.
Guru dikatakan profesional apabila telah memenuhi
persyaratan
akademik
dan
memiliki
kualifikasi.
Bekal yang harus dimiliki seorang guru profesional
meliputi kompetensi pribadi, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional mengajar (Hamzah B.Uno,
2009: 18).
Menurut Sanjaya (2005: 146), bahwa sebagai
suatu
profesi
profesional
terdapat
sejumlah
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru,
yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian,
kompetensi
profesional
kemasyarakatan.
dan
kompetensi
sosial
Guru adalah agen pembelajaran oleh karena itu
pada harus melekat sejumlah kompetensi. Dadi
Permadi dan Daeng Arifin (2013: 26) menjelaskan
bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada
jenjang
pendidikan
dasar
dan
menengah
serta
pendidikan anak usia dini, meliputi kompetensi
pedagogis,
kompetensi
kepribadian,
kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial.
Selanjutnya
dijelaskan:
Kompetensi
kepribadianadalah
merupakan
kemampuan
kepribadian
mantap,
yang
arifdanbijaksana,
berwibawa,
stabil,
dewasa,
berakhlak
mulia,
menjadi teladan bagi peserta didikdan masyarakat
(Sembiring,
2009:
Pedagogikmerupakan
pembelajaran
38).Kompetensi
kemampuan
peserta
didik
mengelola
yang
meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan
pelaksanaan
pembelajaran,
evaluasi
hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan
berbagai
potensi
yang
dimilikinya (Mulyasa, 2008: 75).
Sedangkan
kompetensi
professional
adalah
kompetensi: yang berkaitan dengan (a) kompetensi
menguasai landasan pendidikan, (b) kompetensi
menguasai bahan ajar; menguasai kurikulum, (c)
kompetensi
menyusun
silabus
dan
program
pembelajaran; menetapkan pencapaian kompetensi
dan
tujuan
pembelajaran,
memilih
bahan
ajar,
memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran,
memilih
media
memanfaatkan
pembelajaran,
berbagai
memilih
sumber
belajar,
kompetensi/kemampuan melaksanakan
pembelajaran;
dan
(e)
kemampuan
dan
(d)
program
melakukan
penilaian hasil belajar dengan menggunakan sistem
penilaian berbasis kelas (Surya, 2006: 176).
Selanjutnya kompetensi Sosial kemasyarakatan
adalah merupakan kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi lisan
dan tulisan; menggunakan teknologi komunikasi dan
informasi secara fungsional; bergaul secara efektif
dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik dan bergaul secara santun
dengan masyarakat sekitar (Surya, 2006: 176).
2.1.3.Pengembangan Profesionalitas Guru
Pengembangan profesionalitas guru yang strategis
adalah melalui watak guru, yaitu”watak guru yang
paripurna”. Watak paripurna merupakan penampilan
moralitas
kepribadian secara paripurna menurut
timbangan keutuhan nilai yang mencakup aspek
emosional, intelektual, moral dan spiritual, Mudlofir
(2012: 125). Dalam hal ini untuk mewujudkan
profesionalitas guru melalui pembinaan sikap dan
watak guru. Dengan memiliki sikap dan watak akan
tumbuh rasa tanggung jawab guru terhadap tugastugasnya.
Dalam upaya mengembangkan watak para guru
agar menjadi teladan bagi para siswa, Mohammad
surya
dengan merujuk
Kertajaya
pada pendapat Hermawan
mengemukakan
model
pengembangan
profesionalitas dengan pola” growth with character”
(Mohammad
Surya,
pengembangan
dkk,
2010:
profesionalitas
81)
berbasis
yaitu
karakter.
Dengan menggunakan model tersebut profesionalitas
dapat dikembangkan dengan mendinamiskan tiga
pilar utama karakter yaitu: keunggulan (excellen),
kemauan kuat (passion) pada profesionalisme, dan
etika (ethical).
Excellen
(keunggulan)
mempunyai
makna
memiliki komitmen untuk senantiasa dalam koridor
tujuan,
memiliki
kecakapan
dalam
menemukan
potensi diri, memiliki motivasi yang kuat, senantiasa
melakukan perbaikan terus-menerus. Passion for
Knowledge(kemauan
memiliki
semangat
kuat)
untuk
mengandung
senatiasa
makna
menambah
pengetahuan,
pelayanan
semangat
yang
untuk
terbaik,
memberikan
semangat
untuk
mewujudkan pengabdian kepada orang lain. Ethical
(etika). Etika terwujud dalam watak yang sekaligus
menjadi
pondasi
utama
bagi
terwujudnya
profesionalitas paripurna.
Selanjutnya Mohammad Surya, dkk menyatakan
ada enam karakter dalam pilar ketiga ini yaitu:
kejujuran,
kepada
tanggung
siapapun,
jawab,
sikap
melaksanakan
menghormati
tugas
secara
konsekuen, peduli terhadap berbagai hal yang terkait
dengan tugas profesinya, menjadi warga negara yang
memahami hak dan kewajibannya.
2.2.
Kepemimpinan
2.2.1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan
sebagai
istilah
dirumuskan sebagai proses
lain
dala
merealisaikan
umum
dapat
mempengaruhi orang
tujuan.
Kepemimpinan
berarti rangkaian kegiatan yang saling berhubungan
dengan
orang
lain,
berisi
kegiatan
menggerakkan,membimbing dan mengarahkan serta
mengawasi orang lain dalam berbuat sesuatu baik
secara perorangan maupun bersama-sama.
Fred
E.
Wahjosumidjo
Fielder&Martin
(2009:
67),
Chammers
dalam
menyatakan
bahwa
persoalan kepemimpinan pada dasarnya tidak lepas
dari tiga hal yaitu (1) bagaimana seorang menjadi
pemimpin (how one become leader), (2) bagaimana
pemimpin berperilaku (how leader behave), dan (3)
apa yang membuat pemimpin itu berhasil (what
makes the leader effective).
Menurut Yuki dalam Husaini Usman (2010 :
27), ada beberapa definisi tentang kepemimpinan
yang dianggap cukup mewakili selama seperempat
abad adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan adalah perilaku dari seseorang
individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu
kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai
bersama (shared goal).
2. Kepemimpinan
adalah
pengaruh
antarpribadi
yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu,
serta
diarahkan
melalui
proses
komunikasi
kearah pencapaian tujuan satu atau beberapa
tujuan tertentu.
3. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta
pemiliharaan
interaksi.
struktur
dalam
harapan
dan
4. Kepemimpinan
adalah
peningkatan
pengaruh
sedikit demi sedikit pada dan berada di atas
kepatuhan
mekanis
terhadap
pengarahan-
pengarahan rutin organisasi.
5. Kepemimpinan
adalah
aktivitas-aktivitas
proses
sebuah
memengaruhi
kelompok
yang
diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.
6. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberikan
arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha
kolektif, dan yang mengakibatkan kesedian untuk
melakukan
usaha
yang
diinginkan
untuk
mencapai sasaran.
Sedangkan Terry dalam Wuradji (2009 :
1)menyatakan
hubungan
bahwa
antar
kepemimpinan
orang
,
dimana
adalah
pemimpin
mempengaruhi orang lain ke arah kemauan bersama
dalam
hubungannya
dengan
tugas-tugas
untuk
memperoleh sesuatu yang diinginkan pemimpin.
Berdasarkan
beberapa
definisi
tentang
kepemimpinan di atas peneliti menyimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang
lain yang dilakukan oleh seorang pemimpin kepada
bawahan
agar
dengan
kesadaran
sendiri
bawahannya tersebut termotivasi untuk melakukan
apa yang diinginkan oleh pemimpin dalam rangka
mencapai tujuan organsasi yang telah dirumuskan
bersama.
2.2.2.Gaya Kepemimpinan .
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang
digunakan pemimpin dalam berinterkasi dengan
bawahannya. Ada beberapa definisi tentang gaya
kepemimpinan.
Menurut Thoha (1995 : 17) gaya kepemimpinan
merupakan
seseorang
norma
perilaku
yang digunakan
pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang
dilihat. Dalam hal ini usaha menselaraskan persepsi
di antara orang yang
mempengaruhi perilaku
dengan yang akan dipengaruhi menjadi amat penting
kedudukannya.
Sedangkan menurut Prasetyo (2006: 28), gaya
kepemimpinan adalah cara yang digunakan dalam
proses kepemimpinan yang diimplementasikan dalam
perilaku
kepemimpinan
seseorang
memengaruhi
orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang
diinginkan.
Secara umum dikenal ada lima gaya kepemimpinan
yang
digunakan
oleh
pemimpin
mempengaruhi orang dipimpinnya, yaitu :
untuk
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis : Kepemimpinan
otokratis disebut juga kepemimpinan diktator
atau direktif. Kepemimpinan ini bercirikan
dalam mengambil keputusan atau membuat
kebijakan
tanpa
ada
konsultasi
dengan
bawahannya. Mereka menentukan apa yang
harus dipatuhi atau dilakukan oleh orang lain.
Keuntungannya
secara
cepat,
keputusan
sedang
dapat
diambil
kekuranganya
dari
keptusan yang dibuat mengakibatkan tidak
disenangi oleh orang yang dipimpinnya.
2. Gaya
Kepemimpinan
Kepemimpinan
kepemimpinan
ini
Demokratis:
sering
disebut
atau
konsesus.
konsultatif
Karena keputusan yang diambil melibatkan
orang yang dipimpinnya. Kekurangan dari gaya
kepemimpinan ini selalu minta pertimbangan
padahal untuk hal yang bersifat cepat dan
emergency hal ini tidak cocok, dan keputusan
yang
disukai
bawahannya
belum
tentu
keputusan terbaik dan tepat. Kelebihannya
pemimpin disukai bawahannya.
3. Gaya
kepemimpinan
partisipatif
:
Kepemimpinan bersifat terbuka dan bebas.
Artinya
pemimpin
hanya
melontarkan
permasalahan kemudian bawahannya untuk
mencari
pemecahannya.
berperan
sebagai
menghasilkan
pengarah
konsensus
Kelebihannya
partisipasi
Pemimpin
bawahannya
sedangkan
lebih
untuk
keputusan.
lebih
diberikan
kekurangan
kurang
effisien karena membutuhkan waktu panjang
untuk diskusi.
4. Kepemimpinan
berorientasi
:
adalah
kepemimpinan berdasarkan hasil atau sasaran.
Bawahan
oleh
pimpinan
diminta
untuk
memusatkan perhatian pada tujuan yang ada.
Kekurangannya pemimpin cenderung memiliki
fokus yang terlalu sempit
berfokus
pada
Kebaikannya
dan sering kali
perhatian
adalah
dapat
yang
keliru.
terukur
tujuan
maupun sasaran yang akan dicapai.
5. Kepemimpinan Situasional: Gaya kepemimpinan
ini muncul dari asumsi bahwa tidak ada satu
kepemimpinan
kepemimpinan
pertimbangan
yang
sempurna.
diterapkan
atas
faktor-faktor
Gaya
berdasarkan
pemimpin,
pengikut, situasi dalam struktur tugas, peta
kekuasaan, dan dinamika kelompok atau group.
http : //doawload : tanggal 29 Januari 2015,
Kepemimpinan Tranformasinal.
2.2.3.Gaya Kepemimpinan Tranformasional
Burn
(1978)
menyatakan
dalam
Sutikno
bahwa
transformasional
gaya
(2014:
53)
kepemimpinan
pada hakekatnya menekankan
seorang pemimpin perlu memotivasi bawahannya
bertanggungjawab lebih dari yang diharapkan.
Bass dan Avolio (1994)dalam Sutikno (2014: 54)
mengemukakan
bahwa
kepemimpinan
transformasional mempunyai empat dimensi yang
disebut sebagai “the Four I’s”. Dimensi yang pertama
adalah idealized influansi yang dijelaskan sebagai
perilaku
pemimpin
yang
membuat
mengagumi,
menghormati
mempercayai.
Dimensi
pengikutnya
dan
yang
sekaligus
kedua
adalah
inspirational motivation, pemimpin transformasional
digambarkan
sebagai
pemimpin
mewujudkan
pengharapan
yang
yang
jelas
mampu
terhadap
prestasi bawahannya, dan mampu menggugah spirit
tim
dalam
organisasi.
Dimensi
ketiga
adalah
intellectual simulation, pemimpin transformasional
harus
mampu
menumbuhkan
ide-ide
baru,
memberikan solusi yang kreatif terhadap berbagai
permasalahan yang dihadapi bawahannya. Dimensi
keempat
adalah
individualizedconsideration,
pemimpin transformasional di gambarkan sebagai
seorang pemimpin yang mau mendengarkan penuh
perhatian
masukan-masukan
bawahannya
dan
secara khusus mau memperhatikan kebutuhankebutuhan bawahannya terhadap pengembangan
karir.
Formulasi teori Bass (1985) dalam Yulk (2001:
305) meliputi empat komponen: kharisma, stimulasi
intelektual,
dan
perhatian
yang
diindivualisasi.
Karisma didefinisikan sebagai sebuah proses yang
padanya
seorang
pemimpin
mempengaruhi
pengikutnya dengan menimbulkan emosi-emosi yang
kuat dan diidentifikasi dengan pemimpin tersebut.
Stimulasi intelektual adalah sebuah proses para
pemimpin
meningkatkan
pengikutnya
terhadap
kesadaran
para
masalah-masalah
dan
mempengaruhi para pengikutnya untuk memandang
masalah-masalah tersebut dari sebuah perspektif
yang baru. Perhatian yang diindividualisasi termasuk
memberi
memberi
dukungan,
membesarkan
pengalaman-pengalaman
pengembangan kepada para pengikutnya.
hati,
dan
tentang
Yammarino dan Bass (1990) dalam Sutikno
(2014:
55)
mengatakan
bahwa
pemimpin
transformasional mengartikulasikan visi masa depan
orgisasi yang realistik, menstimulasikan bawahan
dengan
cara
yang
intelektual,
dan
menaruh
perhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki
oleh bawahannya. Seperti yang diungkapkan Tichy
and Devanna (1990) dalam Sutikno (2014: 55)
keberadaan
para
pemimpin
transformasional
mempunyai efek transformasi baik pada tingkat
tingkat organisasi maupun pada tingkat individu
Pemimpin
transformasional
menimbulkan
kesadaran
para
mencoba
pengikut
dengan
mengarahkannya kepada cita-cita dan nilai moral
yang
lebih
tinggi.
Pemimpin
transformasional
membuat para pengikut menjadi lebih peka terhadap
nilai
dan
pentingnya
pekerjaan,
mengaktifkan
kebutuhan-kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi
dan
menyebabkan
para
pengikut
lebih
mementingkan organisasi. Hasilnya adalah pengikut
merasa
adanya
kepercayaan
dan
rasa
hormat
terhadap pemimpin tersebut, serta termotivasi untuk
melakukan sesuatu melebihi dari yang diharapkan
darinya.
Jadi,
kepemimpinan
transformasional
melandaskan diri pada pertimbangan pemberdayaan
potensi manusia. Dengan kata lain, tugas pemimpin
transformasional adalah memanusiakan manusia
melalui
berbagai
cara
seperti
memotivasi
dan
memberdayakan fungsi dan peran karyawan untuk
mengembangkan organisasi dan pengembangan diri
menuju aktualisasi diri yang nyata.
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan transformasional merupakan perilaku
seorang pemimpin dalam
mempengaruhi bawahan
dalam upaya membawa perubahan suatu organisasi
ke arah yang lebih baik. Hal yang dilakukan
pemimpin dalam mempengaruhi bawahan tersebut
adalah
a. seorang pemimpin harus berperilaku yang dapat
dijadikan
teladan
bawahan
akan
bagi
bawahan,
menghormati,
sehingga
mengagumi
sekaligus mempercayai.
b. seorang pemimpin dapat mewujudkan harapanharapan bawahan.
c. seorang pemimpin menyampaikan ide-ide baru
serta dapat memberika solusi kreatif terhadap
berbagai masalah yang dihadapi bawahan
d. seorang pemimpin mau mendengarkan saran dan
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan.
2.2.4.Gaya
Kepemimpinan
Transformasional
Kepala Sekolah
Gaya
kepemimpinan
kepala
sekolah
mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan
tingkah
laku
dari
seorang
pemimpin,
yang
menyangkut kemampuannya dalam memimpin suatu
lembaga
sekolah.
sebagai
perilaku
Gaya
kepemimpinan
seorang
pemimpin
diartikan
dalam
menggerakkan, mendorong, mengarahkan bawahan
agar
mau
melaksanakan
apa
yang
diharapkan
pemimpin. Perwujudan tingkah laku kepala sekolah
tersebut diimplementasikan dalam pelaksanaa fungsi
kepala sekolah sebagai edukator, motivator, manajer,
inovator supervisor, dan leader. Ada banyak teori
gaya kepemimpinan yang diterapkan kepala sekolah.
Dari berbagai gaya kepemimpinan kepala sekolah,
gaya kepemimpinan transformasional pada saat ini
merupakan
gaya
kepemimpinan
diterapkan oleh pemimpin.
yang
banyak
Menurut
Bass
(1996,1997)
dalam
Sutikno
(2014:58),kepemimpinan transformasional dianggap
efektif dalam situasi atau budaya apa pun.
Kepala sekolah dapat dikatakan menerapkan
kepemimpinan transformasional jika dia mampu
mengubah energi sumber-sumber daya baik manusia
ataupun non manusia untuk mencapai tujuantujuan
sekolah.
Sudarwan
Sebagaimana
Danim
transformasional
didefinisikan
oleh
(2003:54),kepemimpinan
adalah
“
kemampuan
seorang
pemimpin dalam bekerja dengan dan/atau melalui
orang lain untuk mentransformasikan secara optimal
sumber daya organisasi yang langka dalam rangka
mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan
target capai yang telah ditetapkan”.
Gaya
kepemimpinan
transformasional
dalam
bidang pendidikan memang perlu diterapkan oleh
kepala sekolah. Adapun alasan perlunya diterapkan
gaya
kepemimpinan
transformasional
didasarkan
pendapat Olga Epitropika (2001: 1) mengemukakan
enam hal mengapa kepemimpinan transformasional
penting bagi organisasi:
a. Secara signifikan meningkatkan organisasi
b. Secara
positif
pemasaran
dihubungkan
jangka
dengan
orientasi
dan
kepuasan
panjang
pelanggan.
c. Membangkitkan komitmen yang lebih tinggi para
anggotanya terhadap organisasi.
d. Meningkatkan
kepercayaan
pekerja
dalam
manajemen dan perilaku keseharian organisasi.
e. Meningkatkan
kepuasan
pekerja
melalui
pekerjaan dan pimpinan.
f. Mengurangi
stress
para
pekerja
dan
meningkatkan kesejahteraan.
2.3. Profesionalitas
Guru
dan
Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah
Untuk meningkatkan profesionalitas guru dalam
melaksanakan
tugas-tugas
profesinya
diperlukan
upaya untuk mengubah motivasi guru
melaksanakan
dilakukan
tugas-tugasnya.
kepala
profesionalitas
sekolah
guru
Hal
dalam
adalah
di dalam
yang
dapat
peningkatan
kepala
sekolah
menerapkan kepemimpinan transformasional.
Gaya
sekolah
kepemimpinan
adalah
perilaku
transformasional
kepala
sekolah
kepala
dalam
kepemimpinannya memiliki visi ke depan , mampu
mentransformasi perubahan ke dalam organisasi,
mempelopori perubahan dan memberikan motivasi
dan
inspirasi
karyawan
kepada
untuk
individu-individu
kreatif
membangun team work
pembaharuan
dalam
dan
inovatif,
atau
serta
yang solid; membawa
etos
kerja
dan
kinerja
manajemen; berani bertanggung jawab memimpin
dan mengendalikan organisasi.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah
sangat
tepat
profesionalitas
digunakan
guru.
dalam
Karena
peningkatan
kepemimpinan
ini
mengedepankan keteladanan, motivasi, komunikatif,
dan pengambilan keputusan yang tepat sehingga
guru akan memiliki profesionalitas tinggi dengan
ditandai termotivasi, berdidikasi, berkomitmen, dan
berkompeten terhadap kerja.
2.4.
Penelitian Yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan dengan gaya
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme guru adalah sebagai berikut:
2.4.1. Penelitian oleh Meilina Bustari, M.Pd
Judul penelitian adalah :“ Kepemimpinan
Transformasional
Meningkatkan
Kepala
Kinerja
Sekolah
Organisasi”.
dalam
Hasil
penelitian sebagaimana yang direfleksikan
pada bagian abstrak menyatakan bahwa :
“Organisasi sekolah dewasa ini selalu
mengalami perubahan karena dipengaruhi
adanya perubahan di berbagai bidang. Agar
sekolah tidak tertinggal dengan perubahan
tersebut, maka kinerja organisasi senantiasa
ditingkatkan melalui peningkatan kinerja
individu yang ada dalam organisasi tersebut.
Implementasi pembaharuan (inovasi) dalam
organisasi sekolah dapat berjalan dengan baik
dan efektif apabila ada kepemimpinan kepala
sekolah yang profesional, yang mampu
mengakomodasi perubahan yang begitu pesat.
Kepala sekolah hendaknya bertindak selaku
pemimpin bukan sebagai bos. Oleh karena
itu, kepala sekolah harus menghindari
terciptanya pola hubungan dengan guru dan
karyawan
yang
hanya
mengandalkan
kekuasaan
saja,
akan
tetapi
perlu
mengedepankan kerjasama fungsional dengan
para
stafnya.
Kepala
sekolah
harus
menekankan pada kerjasama kesejawatan,
menghindari terciptanya suasana kerja yang
serba menakutkan dan membosankan, dan
senantiasa mendorong rasa percaya diri para
stafnya. Kepemimpinan yang sesuai dengan
karakteristik tersebut adalah kepemimpinan
transformasional. Oleh karena itu, kepala
sekolah
perlu
menerapkan
gaya
kepemimpinan
transformasional
agar
organisasi sekolah yang dipimpinnya dapat
menyesuaikan dengan perubahan lingkungan
dengan cepat, dimana kepemimpinan tersebut
senantiasa menekankan pada kerjasama atau
pelibatan para guru dan karyawan dalam
rangka meningkatkan
sekolah”.
kinerja
organisasi
2.4.2. Penelitian oleh Sentot Imam Wahjono.
Judul
Penelitan
Transformasional
adalah
di
:“Kepemimpinan
Sekolah-Sekolah
Muhammadiyah “.Penelitian ini dimuat pada
Jurnal Manajemen Bisnis FEB Universitas
Muhammadiyah Malang Edisi April 2011 Vol 1.
Hasil
penelitian
pada
bagian
kesimpulan
dinyatakan yaitu :
“Gayakepemimpinan
laissez-faire
yang
cenderung membiarkan kepala sekolahberbuat
apa saja tanpa kontrol yang terukur seperti
halnya pada polakepemimpinan sosial yang
pada umumnya terjadi pada persyarikatan,
indukorganisasi yang menaungi dan memiliki
sekolah-sekolah
Muhammadiyah,
makadiperlukan
penerapan
pola
kepemimpinan
transformasional
yang
mencakup ciri-ciripemimpin transformasional
seperti menunjukkan penghargaan terhadap
parabawahan, mampu memahami bawahan,
mampu mengestimasi kemampuanbawahan,
mampu memberi contoh bagaimana mengatasi
hidup, bangkit darikekecewaan, belajar dari
kegagalan, dan terus maju, gigih dalam
menghadapikesusahan (kemalangan) mampu
menumbuhkan rasa kagum bawahan.
2.4.3. Penelitian yang dilakukan oleh Yanti
Handayani
Judul Penelitan :“Hubungan Antara Persepsi
Terhadap
Kepemimpinan
Transformasional
Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi dengan
Kinerja guru di SMA Kecamatan Sei Rampah
Kabupaten Sergai“.Penelitian ini dimuat pada
Jurnal Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni
2013.Hasil penelitian pada bagian kesimpulan
dinyatakan yaitu :
a. Terdapat hubungan yang signifikan dan
berarti
antara
kepemimpinan
persepsi
terhadap
transformasional
kepala
sekolah dengan kinerja guru. Semakin baik
persepsi
guru
transformasional
terhadap
kepala
kepemimpinan
sekolah
maka
semakin baik juga kinerja guru di sekolah.
b. Terdapat hubungan yang signifikan dan
berarti antara budaya organisasi dengan
contoh
bagaimana
mengatasi
bangkit
darikekecewaan,
belajar
hidup,
dari
kegagalan, dan terus maju, gigih dalam
menghadapikesusahan
mampu
menumbuhkan
(kemalangan)
rasa
kagum
bawahan.
Atas dasar tiga penelitian di atas maka penulis
akan
mencari
jawaban
apakah
kepemimpinan
transformasional
di
SD
Negeri
Sumurrejo
01
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang membawa
dampak
penelitian
terhadap
dalam
Profesionalitas
profesionalitas
sebuah
Guru
judul
Kepala
Sumurrejo
Kecamatan
01
:
Melalui
Transformasional
guru,melalui
Peningkatan
Kepemimpinan
Sekolah
di
SD
Negeri
Gunungpati
Kota
Semarang
2.5.
Kerangka Berpikir
Setiap pemimpin harus memiliki jiwa dan sikap
yang dapat memberi contoh-contoh dan teladan bagi
bawahannya.
Beberapa
langkah
yang
dapat
ditempuh antara lain adalah: (1) Menjadikan dirinya
panutan
bagi
guru
dan
staf
nya,
dipercaya,
dihormati, dan mampu mengambil keputusan yang
terbaik untuk kepentingan sekolah. Seorang kepala
sekolah harus mampu membuat aturan dan tata
tertib dan menjalankannya sesuai hasil keputusan
bersama, (2) Memotivasi seluruh guru dan staf nya
untuk memiliki komitmen terhadap visi organisasi
dan mendukung semangat team dalam mencapai
tujuan-tujuan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah
dapat menyiapkan kurikulum sekolah yang tepat
sesuai dengan kemampuan dan keahlian guru,
meningkatkan
keprofesionalan
kerja,
agar
guru
dapat termotivasi untuk berprestasi dalam bekerja,
(3)
Menumbuhkan
kreativitas
dan
inovasi
di
kalangan guru dan staf nya dengan mengembangkan
pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk
menjadikan
sekolah
ke
arah
yang
lebih
baik.
Langkah ini dimaksudkan untuk lebih mendukung
dan mendorong tingkah laku positip dan disiplin
guru,
dan
(4)
Bertindak
sebagai
pelatih
dan
penasihat bagi guru dan staf nya. Kepala sekolah
dapat mengoreksi dan memperbaiki perilaku yang
indisipliner dan malas, langkah ini mempunyai
strategi: menggunakan teguran yang lemah untuk
mengehentikan tingkah laku guru yang bersifat
negatif, menggunakan tindakan yang keras untuk
suatu
tindakan
yang
melanggar
peraturan,
memberikan sanksi yang logis terhadap pelanggaran
tata tertib. Hal tersebut merupakan implementasi
kepemimpinan
transformasional
yang
dapat
meningkatkan profesionalisme guru.
Profesionalitas guru akan meningkat jika
kepala
sekolah
penerapkan
transformasional.Pemikiran
kepemimpinan
tersebut
dapat
digambarkan oleh penulis sebagaimana pada gambar
2.1. di bawah ini.
PROFESIONALITAS
GURU RENDAH
PROFESI
ONALIT
AS
GURU
MENING
KAT
Kepemimpinan
Transformasional
Gambar 2.1 Proses Kepemimpinan
Transformasional
Dari
gambar
di
atas
dijelaskan
bahwa
profesionalitas guru yang rendah dapat meningkat
karena
kepemimpinan
sekolah
dengan
transformasional
karakteristik
motivasi,komunikatif
dan
kepala
keteladanan,
ketepatan
mengambil
keputusan. Demikian hal yang terjadi di SD Negeri
Sumurrejo
01
Kecamatan
Gunungpati
Kota
Semarang dengan kepemimpinan transformasional
yang diterapkan akan meningkatkan profesionalitas
guru. Untuk membuktikan jawaban tersebut maka
penulis
melakukan
penelitian
dengan
fokus
penelitian peningkatan profesionalitas guru dan gaya
kepemimpinan transformasional oleh kepala sekolah
SD Negeri Sumurrejo Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang.