Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Ular Tangga pada Siswa Sekolah Dasar

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI
2.1.1 Pengertian IPA
Menurut Surjani Wonorahardjo, (2010: 11-12) Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berasal dari bahasa Inggris “science” yang berasal dari kata
latin “scientia” yang berarti tahu tentang atau faham yang benar dan
mendalam. Dalam perkembangan sains merujuk ke pengetahuan mengenai
alam dan objek alam dan gejala alam yang sering digolongkan sebagai
ilmu alam “natural sains”. Alam yang dimaksudkan disini adalah alam
yang material yang dapat diberi perlakuan dan diamati akibatnya. Menurut
Das Salirawati, (2008: 21) IPA adalah “suatu pengetahuan teoritis yang
diperoleh/disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya
saling kait mengkait satu dengan yang lain, cara ini desebut metode
ilmiah”.
Usman Samatowa, (2011: 3) IPA adalah “suatu cara atau metode
untuk mengamati alam”. Menurut Trianto (2010) IPA adalah “ilmu
pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses
yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah

dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga
komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara
universal”.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, IPA adalah
ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam lahir dan berkembang
melalui metode ilmiah, seperti dari hasil observasi dan eksperimentasi.
Ilmu Pengetahuan perlu dipelajari sebagai bekal dalam kehidupan di
masyarakat. Dimana manusia bisa mengetahui segalanya bahwa semua
atas kebesaran Tuhan Yang Maha Esa siswa dapat melihat keunikan dan

5

6

keindahan alam yang ada dan bagaimana cara kita untuk melindungi alam
kita.
2.1.2 Perlunya IPA Diajarkan di SD
Setiap guru harus mengetahui mengapa IPA perlu diajarkan di
Sekolah Dasar. Pada dasarnya mata pelajaran IPA di SD merupakan
konsep yang masih terpadu, karena belum terpisahkan secara tersendiri

seperti fisika, biologi, dan kimia. Menurut Usman Samatowa, (2011: 6)
ada 4 alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran IPA dimasukan di
dalam kurikulum sekolah:
a) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kesejahteraan
materil suatu bangsa banyak tergantung pada kemampuan
bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar
teknologi dan disebut juga sebagai tulang pembangunan.
Karena pengetahuan dasar ialah IPA. Orang tidak akan
menjadi dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas
mengenai Ilmu Pengetahuan Alam.
b) Bila diajarkan IPA secara tepat, maka IPA merupakan suatu
mata pelajaran yang melatih/mengembangkan kemampuan
berpikir kritis, misalnya IPA diajarkan dengan metode
“menemukan

sendiri”.

Contoh

dalam


permasalahan

“Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?” kemudian siswa
diminta untuk mencari dan menyelidiki.
c) Bila IPA diajarkan dengan percobaan-percobaan yang
dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan
mata pelajaran yang hanya menghafal belaka.
d) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu
dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Dengan demikian, IPA dapat melatih siswa untuk berpikir kritis dan
objektif. IPA merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan,
karena pendidikan IPA penting dan bermanfaat dalam kehidupan seharihari. Oleh karena itu dalam pembelajaran IPA siswa perlu dilatih untuk

7

bagaimana ia bisa menemukan sendiri dan dapat mencari jawaban untuk
memecahkan suatu masalah.
Adapun tujuan pembelajaran IPA


di SD dalam Badan Nasional

Standar Pendidikan (BSNP, 2006) yaitu :
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan alam ciptaan-Nya.
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsepkonsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan
kesadaran tentang hubungan yang saling mempengaruhi
antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat
keputusan.
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan
segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan
IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke

SMP.
Menurut Depdiknas (2003, dalam Trianto 2010:143)Hakikat dan
tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai
berikut:
a) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk
meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan
konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan,
dan hubungan antara sains dan teknologi.

8

c) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan,
memecahkan masalah dan melakukan observasi.
d) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, obyektif, jujur
terbuka, benar dan dapat bekerja sama.
e) Kebiasaan

mengembangkan


kemampuan

berfikir

analitis

induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip
sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.
f) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari
keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam
teknologi.
Pembelajaran IPA di SD tentu berbeda dengan IPA di Sekolah
Menengah. Oleh karena itu, Guru harus memperhatikan metode
pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran tersebut.
Agar siswa dengan mudah memahami materi atau pokok bahasan yang
disampaikan oleh guru. Dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPA
adalah agar siswa mengenal alam, menyadari akan menjaga, melestarikan
serta memanfaatkan alam yang ada dengan sebaik-baiknya. Untuk
mencapai tujuan tersebut, dalam proses pembelajaran haruslah berpusat
pada siswa baik potensi, kebutuhan, perkembangan serta menyeluruh

secara berkesinambungan.
SK dan KD mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas IV
adalah sebagai berikut:
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

11. Memahami hubungan antara 11.1Menjelaskan
sumber

daya

lingkungan

alam
teknologi

hubungan

antara


dengan sumber daya alam denganlingkungan
dan

masyarakat.

2.2 Model Pembelajaran
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran.

9

Menurut Joice dan weil (1980) dalam Rusman ( 2011:133) model
pembelajaran merupakan “pola umum prilaku pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”. Menurut Mills dalam
(Agus Suprijono, 2009:45) model adalah “bentuk representasi akurat
sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok
orang mencoba bertindak berdasarkan model”. Model merupakan
interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari
beberapa sistem.
Menurut Abdullah, R.S (2013:89) model pembelajaran merupakan

“Kerangka

konseptual

dikembangkan

berupa

berdasarkan

pola
teori

prosedur
dan

sistematika
digunakan

yang

dalam

mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan”.
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunnan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implekasinya
pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan
pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum,
mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pola yang digunakan
sebagai pedoman perencanaan aktivitas pengajaran secara sistematis
unttuk pencapain tujuan belajar.
2.3Cooperative Learning
2.3.1 Pengartian Cooperatif
Menurut Hamruni (2012: 161) pembelajaran kooperatif adalah
rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai pembelajaran yang telah dirumuskan. Dalam
sistem belajar yang kooperatif siswa bekerja sama dengan anggota
lainnya. Dalam hal ini siswa memiliki dua tanggung jawab yaitu mereka
yang belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama kelompok untuk

belajar.

10

Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh
guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta
menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu
peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksduk. Guru biasanya
menempatkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Menurut Suprijono (2012:58)“pembelajaran kooperatif tidak sama
dengan sekedar belajar dalam kelompok”. Ada unsur dasar pembelajaran
kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang
dilakukan

asal-asalan.

Pelaksanaan

prinsip

dasar

pokok

sistem

pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru
mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif
proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa
dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh
teman sebaya akan lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.
Dari berbagai definsi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif yaitu proses pembelajaran yang dilakukan dengan pembentukan
kelompok kecil agar siswa dapat bertukar pendapat dalam teman
sekelompok agar siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Di samping itu siswa yang dianggap pandai harus
membantu temannya yang kurang pandai memberi penjelasan agar
temannya dapat memahami, dan untuk siswa yang kurang pandai juga
tidak perlu malu untuk bertanya sebisa mungkin juga berperan secara aktif
agar diterima dalam kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa
lebih aktif dan guru sebagai fasilitator yang mengarahkan proses
pembelajaran.
Jika dilihat dari karakteristiknya, model pembelajaran kooperatif
termasuk rumpun model pembelajaran interaksi sosial (The Social
Family), karena pembelajaran mengutamakan hubungan atau interaksi
sosial dalam kelompok.Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa
variasi, walaupun prinsip dasar pembelajaran tidak berubah. Setidaknya
ada pendekatan yang merupakan bagian dari kumpulan strategi guru

11

dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu STAD (Student
Team Achievement Devision), Jigsaw, Investigasi Kelompok, (Teams
Games Tournament atau TGT). Dan pendekatan struktural yang meliputi
Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT), (Trianto,
2007:49).
Menurut Arend terdapat enam fase atau langkah utama dalam
pembelajaran kooperatif pada tabel 2.1 yaitu:
Tabel 2.1
Tahapan Pembelajaran Kooperatif
FASE

KEGIATAN GURU

Fase 1

Guru menyampaikan semua tujuan

Menyampaikan tujuan pembelajaran pembelajaran yang ingin dicapai
dan memotivasi siswa

pada pembelajaran tersebut dan
memotivasi siswa untuk belajar

Fase 2

Guru menyajikan informasi kepada

Menyajikan informasi

siswa

baik

dengan

peragaan

(demonstrasi) atau teks
Fase 3

Guru menjelaskan kepada siswa

Mengorganisasikan siswa ke dalam bagaimana
kelompok-kelompok belajar

caranya

membentuk

kelompok-kelompok belajar

dan

membantu setiap kelompok agar
melakukan perubahan yang efesien
Fase 4
Membantu

Guru
kerja

kelompok

membimbing

kelompok-

dalam kelompok belajar pada saat mereka

belajar

mengerjakan tugas

Fase 5

Guru mengetes materi pelajaran

Mengetes materi

atau kelompok menyajikan hasilhasil pekerjaan mereka

12

Fase 6

Guru memberikan cara-cara untuk

Memberikan Penghargaan

menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu dan kelompok

Roger dan David Johnson (Lie, 2007:31) mengatakan bahwa ada lima
unsur pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learnig) yang harus diterapkan
yaitu:
1.

Saling ketergantungan positif (Positive Interpendence)

2.

Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountability)

3.

Tatap muka (Face to face)

4.

Komunikasi antar anggota (Interpersonal Communication)

5.

Evaluasi proses kelompok (Group processing)

Jadi pada dasarnya, pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)
mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu antar sesama dalam struktur kerja sama yang
teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana
keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa
variasi, walaupun prinsip dasar pembelajaran tidak berubah. Model
pembelajaran kooperatif ini memiliki beberapa fase atau langkah agar
tercapainya tujuan pembelajaran.
2.3.2 Pengertian model pembelajaran Tame Games Tournamen (TGT)
Teams Games Tournamen (TGT) merupakan salah satu strategi
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin (1995) untuk
membantu siswa menguasai dan mereview materi pelajaran. Slavin
menemukan bahwa TGT dapat meningkatkan skil-skil dasar, pencapaian,
interaksi positif antar siswa, harga diri, dan sikap saling menghargai
terhadap siswa lain yang berbeda pendapat (Miftahul Huda, 2015: 197).
Menurut Rusman (2011: 224-225) Teams Games Tournament (TGT)
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa
dalam kelompok- kelompok belajar yang ber anggotakan 5-6 orang siswa

13

yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang
berbeda. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja kelompok dalam
kelompok mereka. Dalam bekerja kelompok guru memberikan LKS
kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan secara bersama
dengan teman satu kelompok. Jika ada dari anggota kelompok yang tidak
mengerti maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk
memberi jawaban atau penjelasan.
Menurut Trianto (2010: 83) dalam model TGT dibagi menjadi
beberapa kelompok yang anggotanya terdiri dari 3-5 orang untuk
melakukan turnamen dengan anggota tim kelompok lain untuk
mendapatkan tambahan poin untuk skor tim mereka. Menurut Asma
(2006: 54) TGT adalah dalam pembelajaran dilakukan penjelasan oleh
guru dan diakhiri dengan diberikannya pertanyaan atau soal kepada siswa.
Pertanyaan atau soal tersebut kemudian didiskusikan dalam kelompok.
Selanjutnya dilakukan turnamen sebagai ganti tes tertulis siswa.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT) adalah suatu model pembelajaran yang
menekankan pada kerja kelompok, yang digunakan untuk mereview atau
mengetahui tentang penguasaan materi yang telah disampaikan. Dalam
pembelajaran ini perlu adanya kerja sama antar setiap siswa dalam
tournament untuk menjawab pertanyaan dan mengumpulkan poin
sebanyak mungkin agar menjadi pemenang.
2.3.3

Kelebihan Dan Kelamahan Model Teams Games Tournament
(TGT)
Adapun Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) adalah sebagai berikut:
Kelebihan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
adalah:
1.

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat
membuat siswa yang memiliki kemampuan akademis yang tinggi
lebih menonjol dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan siswa yang

14

memiliki kemampuan akademik rendah dan biasanya pasif menjadi
aktif dalam pembelajaran.
2.

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat
menumbuhkan rasa kebersamaan

dan saling menghargai antara

anggota kelompok.
3.

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat
membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran.

4.

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat
mengajarkan siswa untuk

bersikap sportif saat

tournament

berlangsung.
Kelemahan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
antara lain:
1. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) jika tidak
dilakukan dengan baik akan membuang banyak waktu/membutuhkan
waktu lama.
2. Guru dituntut untuk pandai memilih materi yang cocok dengan
penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
3. Guru Harus mempersiapkan semuanya dengan baik, sebelum
diterapkan. Misalnya guru harus membuat/menyiapkan soal untuk
kegiatan tournament atau lomba dan guru harus tahu urutan
akademis siswa masing-masing
2.3.4 Langkah-langkah Teams Games Tournament (TGT)
Menurut Saur Tampubolon (2014: 96) langkah-langkah model
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) antarlain:
1. Guru membagi siswa kedalam kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa.
2. Setiap kelompok mempelajari/mendengarkan materi secara bersamasama untuk persiapan.
3. Game tirdiri dari soal soal yang diberi nomor untuk menguji
pemahaman materi siswa yang baru disampaikan oleh guru.

15

4. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan
yang ada pada kartu tersebut dengan teman sekelompok. kelompok
yang menjawab benar akan mendapat skor.
5. Skor siswa dikumpulkan untuk turnamen mingguan (biasanya
dilakukan pada akhir minggu pada setiap unit setelah guru
menjelaskan materi)
6. Turnamen pertama, guru membagi siswa kedalam kelompok
turnamen. Setiap siswa menduduki menja turnamen masing-masing.
7.

Kemudian guru mengumumkan pemenangnya, team yang mendapat
poin banyak itulah sebagai pemenang dan mendapat hadiah.

8. Team mendapat julukan “Super Team” jika mendapat poin 45 lebih,
“Great Team” jika mendapat poin 40-45, “Good Team” jika mendapat
skor 30-40.
2.3.5 Sintak Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Sintaks adalah urutan langkah pengajaran yang terdiri pada fase-fase
atau tahap-tahap yang harus dilakukan oleh guru jikamenggunakan suatu
model tertentu. Menurut Robert E. Slavinsintaks atau urutan langkah
model pembelajaran TGT meliputi:
1. Presentasi Kelas
Guru

menyampaikan

atau

menjelaskan

materi

pelajaran.

Pembelajaran tersebut harus sesuai dengan rencana atau situasi yang
sudah

direncanakan

guru.

Peserta

didik

harus

benar-benar

memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru.
Dengan

begitu

akan

membantu

peserta

didik

dalam

tahap

pembelajaran selanjutnya. Tahap tersebut adalah membantu peserta
didik dalam mengerjakan kuis-kuis atau pertanyaan dan menentukan
skor kuis mereka yang akan menentukan skor tim mereka.
2. Belajar Kelompok atau Tim
Dalam TGT kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang anggotanya
heterogen yaitu tidak dilihat dari prestasi akademik, ras dan jenis
kelaminnya. Dalam tahap ini peserta didik saling berdiskusi dan saling

16

mengeluarkan pendapatnya unuk memecahkan masalah. Di dalam
kelompok ini berfungsi untuk lebih memahami materi bersama
anggota kelompok. Hal ini dilakukan agar dapat menjawab pertanyaan
dengan optimal pada saat turnamen berlangsung.
3. Game dan Turnamen
Game ini dilakukan dalam bentuk kartu. Pertanyaan yang
dirancang atau disusun untuk mengetes pengetahuan peserta didik
yang diperoleh dari penjelasan atau penyampaian materi oleh guru.
Game menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang diberi nomor dan
nomor tersebut disajikan pada lembar pertanyaan. Game dapat
dilakukan sesuai dengan waktu dan keinginan siswa. Guru dapat
mengamati siswa saat proses memecahkan masalah. Sedangkan
turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Guru
membagi kelompok semula kedalam meja turnamen. Turnamen
dilakukan setelah guru selesai menyampaikan materi kepada siswa
dan setelah siswa belajar dalam tim. Turnamen memiliki aturan yaitu
siswa dikelompokkan sesuai tingkat kemampuan yang dimiliki. Tim
turnamen dikompetisikan dengan mengerjakan soal ulangan dengan
sistem penskoran dan hasil skor yang didapat akan ditambahkan pada
nilai kelompok asal. Pada setiap tim turnamen akan ditentukan peserta
terbaik yang memiliki nilai tinggi dalam levelnya.
4. Rekognisi Tim
Rekognisi Tim ini adalah di mana guru dan siswa menghitung
skor dan menentukan skor tim yang tertinggi serta memberinya
penghargaan. Menghitung skor tim dengan cara memeriksa poin-poin
turnamen, pindahkan poin-poin turnamen dari setiap siswa ke lembar
rangkuman tim masing-masing, tambahkan skor seluruh anggota tim
dan bagi dengan jumlah anggota tim. Penghargaannya dapat
berbentuk sertifikat, topi atau yang lainnya sesuai dengan keinginan
guru.
2.3.6 Pengertian Media Permainan Ular Tangga

17

Cahyo (2011: 51) menyatakan “permainan ular tangga adalah
permainan papan yang dimainkan 2 orang atau lebih. Papan permainan
dibagi dalam kotak-kotak kecil dan dibeberapa kotak digambar sejumlah
tangga dan ular yang menghubungkan dengan kotak lain”. Permainan ular
tangga adalah sebuah permainan yang dilakukan 2 orang atau lebih dengan
menggunakan papan permainan yang dibagi menjadi kotak-kotak kecil dan
dibeberapa kotak ada nomor, gambar “ular” dan “tangga”.
Guru dapat membuat sendiri media ini dengan disesuaikan tujuan dan
materi pembelajaran. Media permainan ular tangga ini disertai dengan
kartu pertanyaan mengenai materi yang sudah dipelajari dan siswa yang
mendapatkan kartu pertanyaan wajib menjawab. Tujuan permainan ular
tangga ini adalah untuk memotivasi belajar pada siswa agar senantiasa
mengulang kembali materi yang dipelajari yang akan diuji melalui
permainan, sehingga terasa menyenangkan bagi siswa.
Kelebihan dari permainan ular tangga adalah sebagai berikut:
1. Media permainan ular tangga dapat dipergunakan di dalam
kegiatan belajara mengajar karena kegiatan ini menyenangkan
sehingga anak tertarik untuk belajar sambil bermain.
2. Anak

dapat

berpartisipasi

secara

langsung

dalam

proses

pembelajaran.
3. Permainan ular tangga dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun
di luar kelas.
Langkah-langkah yang harus dilakukan guru sebelum melakukan
permainan ular tangga yaitu:
1. Membagi siswa ke delam beberapa kelompok.
2. Setiap perwakilan kelompok maju ke depan untuk memulai
permainan dan kemudian melempar dadu.
3. Setelah melempar dadu cek mata dadu.
4. Perwakilan dari kelompok mengambil kartu soal yang ada di dalam
kotak sesuai nomor mata dadu.

18

5. Kemudian kartu soal yang didapat didiskusikan dengan teman
sekolompok.
6. Jika jawaban yang diberikan dari kelompok:
a. Jika jawaban dari kelompok benar, maka kelompok tersebut
mendapatkan poin dan boleh berjalan sesuai dengan jumlah
mata dadu yang tertera.
b. Jika jawaban kelompok salah maka tidak mendapat poin
dan tidak boleh jalan.
Catatan:


Jika berhenti pada gambar tangga maka kelompok
tersebut boleh berjalan/naik sesuai arah tangga.



Bila berhenti pada gambar ular maka kelompok tersebut
harus rela turun mengikuti arah gambar ular itu berhenti
sesuai angka yang ditunjukkan.

7. Begitu seterusnya bergiliran dengan kelompok lain, hingga
mendapat pemenang yang dapat mengumplkan poin banyak.
2.3.7

Prosedur Implementasi Model Pembelajaran Teams Games
Tournamen (TGT) Berbantuan Ular Tangga
Sebelum melaksanakan pembelajaran perlu adanya perencanaan yang

berkaitan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model tertentu. Maka
perlu pembuatan langkah-langkah dan pemetaan sintak. Pemetaan ini
sangat

berguna

untuk

patokan

pembuatan

Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Berikut ini adalah pemetaan sintak dan langkahlangkah yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran matematika
menggunakan model pembelajaran TGT.
Tabel 2.2
Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Model
Team Games Tournamen (TGT)
Kegiatan Guru
1.1 Guru menyampaikan

Tahapan
Tahap 1

Kegiatan Siswa
1.1 Siswa memperharikan

19

kompetensi dasar yang

Presentasi Kelas

penyampaian kompetensi

berkaitan tentang materi

dasar yang berkaitan

pembelajaran pada hari ini.

tentang materi
pembelajaran pada hari
ini.

1.2 Guru menyampaikan tujuan

1.2 Siswa mendengarkan

pembelajaran berkaitan

penyampaian tujuan

dengan materi sumber daya

pembelajaran berkaitan

alam

dengan meteri
pembelajaran hari ini.

1.3 Guru menjelaskan secara

1.3 Siswa memperhatikan

singkat manfaat mempelajari

manfaat mempelajari

materi yang akan

materi yang disampaikan

disampaikan.

guru.

1.4 Guru menjelaskan dan

1.4 Siswa mendengarkan dan

bertanya jawab tentang

mencatat penyampaian

materi pelajaran.

materi pelajaran oleh
guru.

2.1 Guru

membagi

kedalam

kelompok

siswa Tahap 2
yang Belajar

anggotanya 4-5 siswa.
2.2 Guru

memberikan

2.1 Siswa

Kelompok atau
lembar Tim

telah dibagi guru.
2.2 Setiap

kelompok

mendiskusikan

2.3 Guru menyuruh perwakilan
kelompok

untuk

mempresentasikan

hasil

secara

berkelompok sesuai yang

kerja

dari

duduk

lembar

kerja.
2.3 Perwakilan
maju

diskusi.

kelompok
ke

depan

mempresentasikan hasil
diskusi.

3.1 Guru membuat meja-meja Tahap 3
turnamen yang terdiri dari 3 Game

3.1 Siswa menduduki mejadan

meja

turnamen

yang

20

orang siswa yang mewakili Turnamen

disediakan guru.

kelompok masing-masing.
3.2 Guru

membacakan

aturan

3.2 Siswa

turnamen.

mendengarkan

aturan yang dibacakan
guru.

3.3 Guru

menjelaskan

cara

3.3 Siswa

pengundian turnamen.
3.4 Guru

mengawasi

penjelasan dari guru.

jalannya

3.4 Siswa

turnamen.
4.1 Guru

melaksanakan

turnamen.

membimbing

siswa Tahap 4

menghitung poin turnamen.
4.2 Guru

4.1 Siswa menghitung skor

Rekognisi Tim

turnamen.

memberikan

penghargaan
kepada

mendengarkan

kelompok

kelompok

4.2 Siswa

yang

yang

mendapat

skor tertinggi menerima

mendapat poin tertinggi.

penghargaan.

2.4 Hasil Belajar IPA
2.4.1 Hasil Belajar
Hamalik

(2011:52)

sesuatumodifikasi

untuk

menyatakanbahwa

“belajar

memperkuattingkalaku

merupakan

individu

melalui

pengalaman dan latihan yang dilakukan serta melalui suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan
disekitarnya”.Melalui kegiatan belajar ini, individu dapan membentuk
sikap yang lebih baik berdasarkan pengalaman yanng mereka dapatkan
selama proses belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan sesuatu yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran
yang ditunjukan dengan adanya nilai atau skor yang diberikan oleh guru
kepada siswa sebagai alat ukur bagi siswa terhadap penguasaan materi
yang disampaikan dalam proses pembelajaran. belajar merupakan proses

21

berkelanjutan dan dapat berpengaruh pada perubahan siswa secara
berkelanjutan.
Ahmad Susanto (2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar yang
telah dilakukan. Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai
siswa dalam mempelajari materi pelajaran dan dinyatakan dalam bentu
skor atau nilai yang diperoleh melalui tes dan hasil ulangan. Nilai
merupakan sebuah tanda apakah siswa tersebut sudah berhasil atau belum
dalam belajarnya. Karena dalam nilai terdapat KKM yang merupakan
batas ketuntasan atau nilai minimum yang harus dicapai siswa, jika
mereka ingin dikatakan sudah berhasil dalam belajar.
Sedangkan menurut Nawawi dalamK. Brahim (2007:39) “hasil belajar
adalah tingkat keberhasilan yang dicapai siswa dalam mempelajari materi
pelajaran dan dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai yang diperoleh
melalui tes atau hasil ulangan”. Nilsi merupakan sebuah tanda apakah
siswa tersebut sudah berhasil atau atau belum dalam belajarnya.Karena
dalam nilai terdapat KKM yang merupakan batas yang merupakan batas
ketuntasan atau nilai minimumyang harus dicapai siswa, jika mereka ingin
dikatakan berhasil dalam belajarnya.
Hasil belajar merupakan sesuatu yang berperan penting dalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam uraian di atas susdah dijelaskan bahwa
hasil belajar akan ditentukan dengan nilai atau skor, ini artinya bahwa
hasil belajar akan menjadi suatu penanda, apakan pembelajaran yang
dilakukan sudah dapat mencapai tujuan pembelajaran yang terdapat
dalamsuatu RPP.
2.4.2

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut teori Gestalt dalam Ahmad Susanto (2013: 12-13) belajar

merupakan

suatu

proses

perkembangan.

Perkembangan

sendiri

memerlukan sesuatu baik yang berasal dari diri siswa maupun pengaruh
dari lingkungannya. Berdasarkan teori tersebut ada 2 faktor yang

22

mempengaruhi hasil belajar yaitu petama siswa, dalam arti kemampuan
berppikir atau tingkah laku intelektual, motovasi, minat, dan kesiapan
siswa baik jasmani maupun rohani. Kedua, Lingkungan yaitu sarana
prasana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar,
metode serta dukungan lingkungan, keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Menurut Waliman (2007: 158) dalam Ahmad Susanto (2013: 12)
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu Fakor Internal dan
Faktor Eksternal.
a) Faktor Internal, faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik, yang
mempengaruhi hasil

belajarnya.

Faktor internal

ini

maliputi

kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,
kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
b) Faktor

Eksternal,

faktor

dari

luar

peserta

didik

yang

mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat. Keadaan keluarga sangat mempengaruhi terhadap
hasil

belajar siswa.

Keluarga

yang morat-marit

keadaan

ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang
kurang

terhadap

anaknya

dalam

kehidupan

sehari-hari

berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.
Dengan demikian hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oeleh dua
faktor utama yaitu pertama, faktor dari dalam diri sendiri adanya minat
belajar yang tinggi serta membangun motivasi buat diri sendiri akan
kesadaran pentingnya pendidikan, selain itu faktor dari dalam diri sendiri
adanya tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh siswa dengan lainnya
berbeda. Kedua, faktor dari luar adanya dorongan ataupun motivasi dari
orang disekitarnya terutama dalam keluarga sendiri, keadaan keluarga
sangat berpengaruh dalam diri siswa dan juga mentalnya. Terutama dalam
hal ini kedua orang tua sangat berpengaruhi terhadap hasil belajar anak.
Serta sekolah juga berpengaruh dalam hasil belajar siswa, di sekolah yang
terlibat dalam hasil belajar terutama guru pengajar. Bagaimana guru
pengajar tersebut dalam penyampain materi apakah menggunakan metode

23

yang

bervariatif

menyenangkan

dan

serta

dapat
dapat

menciptakan
memotivasi

suasana
siswa

belajar

dalam

yang

mengikuti

pembelajaran.
2.5 Kajian Penelitian Yang Relevan
Berbagai Penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas
dalam pembelajaran. Hasil penelitian yang relevan dengan penerapan model
pembelajaran TGT terhadap hasil belajar adalah penelitian yang dilakukan
Putu Amik Wiantari (2013) dalam penerapan model pembelajaran TGT
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilihat dari peningkatan dari
siklus I dan siklus II. Pada siklus I 67 dengan persentase ketuntasan 59,09%.
Sedangkan hasil belajar pada siklus II 75,68 dengan persentase ketuntasan
86,36%. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Amanah (2017) dalam
penerapan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa
mempunyai pengaruh yang segnifikan terhadap hasil belajar dibuktikan
dari

perbandingan nilai prasiklus dengan ketuntasan sebesar 45,71%.

Siklus I ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar
81,81%. Siklus II mengalami peningkatan ketuntasan hasil belajar sebesar
91.4% . Penelitian Dwi Purnomosari (2014) dalam penerapan model TGT
(Team Games Tournamen) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dapat
dilihat dari hasil belajar pada siklus 1 sebesar 44, 12% meningkat menjadi
82,35% pada siklus.
Penelitian Erna Ratnasari (2017) penggunaan model pembelajaran
TGT (Team Games Tournamen) berhasil meningkatkan hasil belajar siswa
terlihat dari siklus I ketuntasan hasil belajar sebesar 73,9% dan pada siklus
II meningkat menjadi 100%. Penelitian Resti Fauziah (2017) bahwa model
TGT (Team Games Tournamen) meningkatkan hasil belajar siswa kelas
kelas III SD N 70 Kuta Raja Banda Aceh. Pada Siklus I ketuntasan hasil
belajar sebesar 77,27% dan tidak dilakukan siklus II karena pada siklus I
sudah mencapai KKM yang telah ditentukan. Nurita Yulifatul Janah (2011)
dalam penerapan model pembelajaran TGT berbantuan media ular tangga

24

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ketuntasan hasil belajar pada siklus
I sebesar 73% dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 89%.
2.6 Kerangka Fikir
Berdasarkan dari kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa
penerapan model Teams Games Tournament (TGT) dengan pembelajaran ini
siswa terdorong untuk belajar secara aktif, saling bekerja sama, memiliki rasa
tanggung jawab secara individual, berpartisipasi secara aktif, menyampaikan
pendapat dan menerima pendapat, saling menghargai jika ada perbedaan
pendapat serta memiliki jiwa kompetisi yang tinggi. Model pembelajaran ini
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena adanya
keterlibatan siswa dan motivasi serta rasa ingin tahu yang dimiliki itu dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Adapun kerangka pemikiran yang dapat mengarahkan jalannya
penelitian ini dilukiskan dalam sebuah gambar skema sebagai berikut :

25

Guru menggunakan model pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT) berbantuan ular
tangga.
Langkah-langkah pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) berbantuan ular tangga:
1. Siswa dibagi dalam kelompok.
2. Setiap perwakilan kelompok maju ke depan untuk mulai
permainan.
3. Dari perwakilan kelompok yang maju ke depan, secara
bergantian melemparkan dadu.
4. Setelah melempar mengecek mata dadu yang diperoleh.
5. Mengambil kartu soal yang ada di dalam kotak.
6. Membacakan soal kepada kelompok dan mendiskusikan
jawabannya.
7. Kelompok yang menjawab dengan benar mendapat pon
dan boleh berjalan sesuai mata dadu yang didapat.
8. Kelompok yang menjawab salah tidak mendapat poin.
9. Begitu seterusnya sampai ditemukan pemenangnya.

Siswa dapat berdiskusi dan
menyatukan pendapat dengan
anggota kelompoknya

Dengan
menggunakan
model
pembelajaran
Teams
Games
Tournamen (TGT) berbantuan ular
tanggadapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran
IPA

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir