kulit buah manggis sebagai biolarvasida

1

MAKALAH SEMINAR KIMIA

MANFAAT KULIT BUAH MANGGIS (GARCINI MANGOSTANA L.) SEBAGAI
BIOLARVASIDA DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN
NYAMUK DEMAM BERDARAH

OLEH :

ROCKY SYAHPUTRA
1201483 / 2012
DOSEN PEMBIMBING
Dra. Iryani, M.S
Edi Nasra, M.Si

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah atas segenap berkah dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “Manfaat Kulit Buah Manggis

2

(Garcini

mangostana

L.)

sebagai

Biolarvasida

dalam

Menghambat


Pertumbuhan Nyamuk Demam Berdarah.”
Selama proses penulisan makalah ini penulis banyak memperoleh bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1.

Ibu Dra. Iryani, M.S dan Bapak Edi Nasra, M.Si selaku pembimbing

2. Ayahanda dan Ibunda serta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi
dan dorongan serta do’a kepada penulis.
3. Rekan-rekan Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, karena itu untuk kesempurnaan penulisan makalah ini
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.Terkandung pula harapan semoga
hasil analisis makalah ini dapat memberikan sumbangan dan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat.
Padang, Mei 2015


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

3

DAFTAR GAMBAR
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A.

Latar Belakang...........................................................................................................1

B.

Batasan Masalah........................................................................................................2

C.


Rumusan masalah......................................................................................................2

D.

Tujuan Penulisan........................................................................................................3

E.

Manfaat Penulisan.....................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................4
KAJIAN PUSTAKA......................................................................................................................4
A.

Demam Berdarah Dengue (DBD).............................................................................4
1.

Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)...........................................................4


2.

Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti).............................................................5

3.

Metamorfosis Nyamuk Demam Berdarah................................................................6

B.

Biolarvasida................................................................................................................9
1.

C.

Kulit Buah Manggis.................................................................................................10
1.

D.


Pengertian Biolarvasida............................................................................................9

Kandungan kimia kulit buah manggis....................................................................10
Alpha-mangostein....................................................................................................14

BAB III.....................................................................................................................................16
PEMBAHASAN........................................................................................................................16
adapun mekanisme reaksinya adalah :...................................................................................17
BAB IV....................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................18
A.

Simpulan...................................................................................................................18

B.

Saran.........................................................................................................................18

REFERENSI..............................................................................................................................19


4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Nyamuk Demam Berdarah.....................................................................................5
Gambar 2. Metamorfosis Nyamuk Demam Berdarah..............................................................6
Gambar 3. Kulit Buah Manggis...............................................................................................10
Gambar 4 Struktur alpha mangostein....................................................................................15
Gambar 5 mekanisme reaksi senyawa alfa mangostein.........................................................17

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

5

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu
penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh virus dengue dan dapat
menimbulkan kematian dalam waktu singkat sebagai akibat terjadinya

pendarahan dan shock. Penyakit DBD seringkali muncul sebagai wabah. Pada
awal tahun 2007, jumlah korban yang menderita penyakit demam berdarah
sebesar 16.803 orang dan 267 orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah
korban meninggal tersebut jauh lebih banyak dibandingkan kasus kematian
manusia yang disebabkan oleh penyakit flu burung. (Diyah, dalam Kristina,
2014 : 1)
Sebagai salah satu upaya untuk memutus mata rantai penyebaran
nyamuk tersebut adalah dengan cara pengendalian menggunanakan insektisida
yang digunakan oleh masyarakat, sayangnya insektisida tersebut membawa
dampak negative pada lingkungan karena mengandung senyawa-senyawa
kimia yang berbahaya, baik terhadap manusia maupun lingkungan.
Oleh karena itu perlu pengembangan insektisida baru yang tidak
menimbulkan bahaya dan lebih ramah lingkungan, hal ini diharapkan dapat
diperoleh melalui penggunaan bioinsektisida. Bioinsektisida atau insektisida
hayati adalah suatu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan
yang mengandung bahan kimia (bioaktif) yang toksik terhadap serangga
namun mudah terurai (biodegradable) dialam sehingga tidak mencemari
lingkungan dan relatif aman bagi manusia. Selain itu insektisida nabati juga
bersifat selektif (Moehammadi, 2005).
1


Salah satu potensi sumber daya alam unggulan Indonesia adalah buah
manggis. Buah manggis adalah salah satu buah yang dikenal enak dan sangat
bermanfaat bagi kesehatan. Disamping buahnya, kulit buah manggis juga
banyak manfaat bagi tubuh..

6

Dari kulit buah manggis, telah berhasil diisolasi berbagai senyawa
fenolik golongan xanton. Senyawa xanton hasil isolasi dari kulit

buah

manggis mempunyai aktivitas antiinflamasi, antikanker, antimalaria, dan
antioksidan. Adanya kandungan senyawa bioaktif golongan xanton dalam
kulit buah manggis memungkinkan pemanfaatan ekstrak bahan tersebut untuk
mengatasi penyakit DBD.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik membahas
tentang “Manfaat Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai
Biolarvasida


dalam

Menghambat

Pertumbuhan

Nyamuk

Demam

Berdarah.”

B. Batasan Masalah
Agar penulisan lebih terarah maka penulis membatasi masalah yaitu pada
senyawa alpha-mangoestein dalam kulit buah manggis (Garcinia mangostana
L.) sebagai biolarvasida dalam menghambat pertumbuhan nyamuk demam
berdarah (Aedes aegypti).

C. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu
bagaimana mekanisme penghambatan pertumbuhan nyamuk demam berdarah
(Aedes aegypti) oleh alpha-mangoestein dalam kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) ?

D. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui mekanisme
penghambatan pertumbuhan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) oleh
alpha-mangoestein dalam kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.)

7

E. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini yaitu untuk
memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat bahwa dengan
menggunakan kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat dijadikan
biolarvasida untuk menghambat pertumbuhan nyamuk demam berdarah
(Aedes aegypti).

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue (DBD)
1. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)

8

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
menular berbahaya yang menyerang sel-sel darah yang dibawa oleh
nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah membuat penderitanya
mengalami rasa nyeri yang luar biasa, seolah-olah terasa sakit hingga ke
tulang.
Gejala demam berdarah umumnya akan terlihat pada tiga hingga
empat belas hari setelah masa inkubasi dan biasanya diawali
dengan demam tinggi yang bisa mencapai suhu 41 derajat celsius. Masa
inkubasi adalah jarak waktu antara virus pertama masuk ke dalam tubuh
sampai gejala pertama muncul.
Penyebab DBD adalah virus dengue dan menyebar ke manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Artinya DBD tidak bisa menular langsung
dari seseorang ke orang lain tanpa perantara nyamuk tersebut.
Nyamuk Aedes aegypti biasanya berkembang biak di daerah berpenduduk
tinggi (seperti di kota-kota besar) yang memiliki iklim lembap dan hangat.
Meski hanya terjadi pada segelintir kasus, DBD bisa berkembang menjadi
sebuah komplikasi yang lebih serius, yang disebut sebagai DBD berat.
DBD berat bisa menyebabkan penderitanya mengalami penurunan tekanan
darah atau syok, kerusakan organ, serta pendarahan. Oleh karena itu
antarkan penderita DBD berat ke rumah sakit untuk ditangani secepatnya
karena dikhawatirkan bisa berujung kepada kematian jika terlambat
ditangani (Nadesul, 2004).

4

2. Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti)

Klasifikasi Aedes aegypti
Kingdom : Animalia
Phylum

: Artropoda

Kelas

: Insecta

9

Ordo

: Diptera

Famili

: Culicidae

Sub Famili: Culicinae
Genus

: Aedes

Spesies

: Aedes aegypti

(Srisasi Gandahusada, dkk, 2000:17)

Gambar 1. Nyamuk Demam Berdarah

Sumber : http://www.peterparkerblog.com

Nyamuk demam berdarah dewasa lebih memilih untuk beristirahat
di daerah gelap. Tempat beristirahat favorit berada di bawah tempat
tidur, meja dan kursi, di lemari pakaian atau lemari, di tumpukan
cucian kotor dan sepatu; dalam wadah terbuka, di ruang yang gelap
dan tenang, dan bahkan pada objek gelap seperti pakaian atau perabot.
3. Metamorfosis Nyamuk Demam Berdarah

10

Gambar 2. Metamorfosis Nyamuk Demam Berdarah

Sumber : http://4.bp.blogspot.com

Nyamuk demam berdarah mengalami metamorfosis sempurna
(holometabola), dari telur – larva ( jentik ) – pupa – hingga imago
(dewasa).
a. Telur
Menurut Agus Kardinan ( 2003 : 2 ) selama bertelur nyamuk betina
mampu meletakkan 100 – 400 butir telur. Biasanya, telur – telur
tersebut diletakkan di bagian yang berdekatan dengan permukaan air,
misalnya di bak yang airnya jernih dan tidak berhubungan langsung
dengan tanah.Telur berukuran kurang lebih 0,5 mm. frekuesnsi
nyamuk bertelur sekitar 2 atau 3 hari, lama menetas telur tersebut
beberapa saat setelah kena air, hingga dua samapi tiga hari setelah
berada di dalam air dan telur menetas menjadi jentik (Depkes, 2004).
b. Larva
Pada stadium ini, kelangsungan hidup larva dipengaruhi oleh suhu dan
pH air perindukan, makanan, kepadatan larva, kekeruhan serta adanya
predator. Adapun cirri – cirri dari larva diantaranya : larva berukuran
0,5 – 1 cm, gerakannya berulang – ulang dari bawah ke permukaan air

11

untuk bernafas kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya.
Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan
air. Mengalami empat masa pertumbuhan ( instar ), diantaranya
sebagai berikut :


Larva instar I, kurang lebih 1 hari dengan ukuran 1 – 2 mm, duri –
duri pada dada belum jelas dan corong pernapasan pda siphon
belum jelas.



Larva instar II, kurang lebih 1 – 2 hari. Berukuran 2,5 – 3,5 mm,
duri – duri belum jelas, corng kepala mulai menghitam.



Larva instar III, kurang lebih 2 hari, berukuran 4 – 5 mm, duri –
duri dada mulai jelas dan corong pernapsan berwarna coklat
kehitaman.



Larva instar IV, kurang lebih 2-3 hari, berukuran 5-6 mm dengan
warna kepala gelap.
Setiap pergantian instar disertai dengan pergantian kulit, terdapat

coorng udara pada segmen terakhir. Pada segmen abdomen tidak
dijumpai rambut berbentuk kipas, pada corong udara terdapat pecten,
sepasaang rambut atau tidak dijumpai pada corong udara ( siphon ).
Pada aabdomen segmen kedelapan ada comb scale sebanyak 8 -21
atau berjejer 1 – 3, bentuk individu dari comb scale seperti duri. Pada
sisi thoraks terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan
adanya

sepasang

rambut

kepala.

Di

tempat

perindukannya,

larva Aedes aegypti tampak bergerak aktif, dengan memperlihatkan
gerakan-gerakan naik ke permukaan air dan turun ke dasar secara
berulang-ulang. Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva
menempatkan siphonnya di permukaan air sehingga abdomennya
terlihat menggantung pada permukaan air seolah-olah badan larva
berada dalam posisi membentuk sudut dengan permukaan air.

12

Larva Aedes aegypti dapat hidup di air ber-pH 5,8 – 8,8 dan tahan
terhadap air dengan kadar garam 10 – 59,5 mg/l. larva Aedes
aegypti instar IV dalam kurun waktu lebih dari 2 hari berganti kulit
dan tumbuh menjadi pupa.
Menurut Kestina, 1995 larva nyamuk Aedes aegypti dapat hidup
pada suhu 25˚C sampai dengan 35˚C. suhu dapat mempengaruhi
perkemabang larva nyamuk, larva tidak dapat berkembang secara
normal pada suhu dibawah 10˚C.
c. Pupa
Menurut Agus Kardinan ( 2003 : 4 ) pupa merupakan stadium akhir
calon nyamuk demam berdarah yang ada di dalam air. Bentuk tubuh
pupa bengkok dan kepalanya besar. Fase pupa membutuhkan waktu 2
– 5 hari. Selama fase itu,pupa tidak memerlukan makan. Menurut
Depkes ( 2004 : 5 ) pupa memerlukan udara, pada fase ini belum ada
perbedaan antara jantan dan betina. Pada umumnya nyamuk jantan
menetas terlebih dahulu dari pada nyamuk betina. Setelah melewati
fase ini, pupa akan keluar dari kepompong kemudian menjadi nyamuk
yang dapat keluar dari air.
d. Imago (Dewasa)
Menurut Agus Kardinan ( 2003 : 4 ) nyamuk demam berdarah
mempunyai lingkaran putih di pergelangan kaki dan bintik – bintik
putih di tubuhnya. Di alam, nyamuk berumur 7 – 10 hari. Akan tetapi,
di laboratorium dengan kondisi lingkungan yang optimal dan makanan
yang cukup, nyamuk tersebut dapat bertahan hidup hingga satu bulan.
Menurut Depkes ( 2004 : 5 – 6 ) jumlah nyamuk jantan dan nyamuk
betina yang menetas dari kelompok telur pada umumnya hampir sama
banyaknya ( 1 :1 ). Setelah menetas nyamuk tersebut melakukan

13

perkawinan yang biasanya terjadi pada waktu senja. Perkawinan hanya
terjadi cukup satu kali, sebelum nyamuk betina pergi untuk menghisap
darah. Nyamuk jantan umurnya lebih pendek dibandingkan nyamuk
betina (± seminggu ), nyamuk jantan menghisap cairan buah – buahan
atau tumbuhan untuk keperluan hidupnya sedangkan nyamuk betina
menhisap darah untuk pertumbuhan telurnya. Jarak terbang nyamuk
betina tidak jauh dari tempat perindukannya sedangkan nyamuk betina
dapat terbang sejauh 0,5 sampai ± 2 km (Noegroho, 1997).

B. Biolarvasida
1. Pengertian Biolarvasida
Biolarvasida merupakan gabungan dari dua kata yakni “bio” dan
“larvasida”. “Bio” secara etimologinya berarti makhluk hidup, sedangkan
“larvasida” berarti insektisida yang khusus ditujukan terhadap larva tahap
kehidupan seorang serangga. Biolarvasida paling umum digunakan untuk
melawan nyamuk . Larvacida diantaranya racun kontak, racun perut,
pengatur tumbuh, atau kontrol biologis agen.
Biolarvasida

merupakan

bagian

dari

insektisida

alami,

yang

dampaknya tidak berbahaya untuk manusia atau lingkungan sekitarnya.
Dibandingkan dengan insektisida buatan yang mengandung senyawasenyawa kimia berbaya didalamnya yang dapat merugikan manusia dan
lingkungannya.Larvasida merupakan salah satu jenis dari golongan
insektisida yang dispesifikasikan untuk membunuh larva. Larvasida jenis
nabati juga telah banyak diupayakan penelitiannya untuk meminimalkan
resistensi larva. Keuntungan dalam menggunakan larvasida nabati adalah
karena larvasida nabati hanya sedikit meninggalkan residu pada
komponen lingkungan dan bahan makanan, sehingga lebih aman daripada

14

larvasida sintetis, selain itu zat pestisidik dalam larvasida nabati lebih
cepat terurai di alam, sehingga tidak menimbulkan resistensi pada sasaran.
Bahan pembuat larvasida nabati juga mudah didapat dan disediakan
dirumah sehingga memudahkan penggunaanya (Subhan, 2013).

C. Kulit Buah Manggis
1. Kandungan kimia kulit buah manggis

Gambar 3. Kulit Buah Manggis

Sumber : http://www.gen22.net

Kulit Buah Manggis mempunyai kandungan senyawa xanthone yang
saat ini banyak dikembangkan dan diproduksi dalam bentuk sirup, yang
kemudian terkenal dengan nama sirup xanthone. Sirup ini sangat terkeenal
karena mengandung zat antioksidan yang dapat melawan radikal bebas.
Beberapa penelitian menunjukkan, senyawa ini memiliki sifat sebagai
antidiabetes,

antikanker,

anti

peradangan,

antibakteri,

antifungi,

antiplasmodial, dan meningkatkan kekebalan tubuh.Hasil penelitian ilmiah
menyebutkan bahwa kulit buah Manggis sangat kaya akan anti-oksidan,
terutama xanthone, tanin, asam fenolat maupun antosianin. Dalam kulit
buah Manggis juga mengandung air sebanyak 62,05%, lemak 0,63%,
protein 0,71%, dan juga karbohidrat sebanyak 35,61%.

15

a. Xanthone
Antioksidan yang terdapat dalam kulit buah Manggis dengan kadar
yang tinggi ini memiliki sifat yang baik dan bermanfaat bagi tubuh,
seperti anti-peradangan, anti-diabetes, anti-kanker, anti-bakteri, antijamur, anti-plasmodial, dan mampu meningkatkan kekebalan tubuh,
hepatoprotektif. Di dalam senyawa xanthone teridentifikasi sekitar 14
jenis senyawa turunannya. Yang paling banyak terkandung dalam buah
Manggis ialah kandungan alfa-mangostin dan gamma-mangostin. Apa
itu alfa-mangostin? Alfa-mangostin adalah senyawa yang sangat
berkhasiat dalam menekan pembentukan senyawa karsinogen pada
kolon. Selain alfa-mangostin, senyawa xanthone juga mengandung
gamma-mangostin yang juga memiliki banyak manfaat dalam
memberikan proteksi atau melakukan upaya pencegahan terhadap
serangan penyakit. Menurut penelitian yang telah dilakukan sejak
tahun 1970-an, kedua turunan senyawa xanthone tersebut bisa
menghentikan proses peradangan atau inflamasi dengan jalan
menghambat

enzim

COX-2

yang

merupakan

enzim

pemicu

peradangan. Dalam penelitian lainnya juga ditemukan fakta bahwa
gamma-mangostin memiliki sifat anti radang yang jauh lebih baik
dibandingkan dengan obat-obat inflamasi yang selama ini beredar di
pasaran. Dengan demikian, gamma-mangostin mampu memberikan
proteksi pada serangan penyakit yang menyebabkan inflamasi.
b. Tanin
Tanin, senyawa lain yang terkandung dalam kulit buah Manggis,

16

memiliki aktifitas antioksidan yang mampu menghambat enzim seperti
DNA topoisomerase, anti-diare, hemostatik, anti-hemoroid, dan juga
menghambat pertumbuhan tumor. Tanin sendiri mampu membentuk
kompleks

kuat

dengan

protein

sehingga

dapat

menghambat

penyerapan protein dalam pencernaan. Dengan kata lain bisa disebut
anti-nutrisi. Oleh sebab itu, kadar tanin dalam produk-produk pangan
patut diperhatikan dan diformulasikan secara cermat supaya kadarnya
aman untuk pencernaan manusia.
c. Antosianin
Antosianin juga memiliki kemampuan sebagai anti-oksidan yang baik
dan memiliki peranan yang cukup penting dalam mencegah beberapa
penyakit seperti kanker, diabetes, kardiovaskuler, dan neuronal.
Antosianin merupakan kelompok pigmen yang terdapat dalam
tanaman dan biasanya banyak ditemukan dalam bunga, sayuran
maupun buah-buahan seperti Manggis, Stroberry, Rasberry, Apel, dan
lainnya.

d. Anti-Inflamasi
Kulit buah Manggis memiliki kemampuan sebagai anti-inflamasi
(anti-peradangan). Untuk membuktikan hal itu, penelitian yang
dilakukan adalah dengan memakai mangostin dari ekstrak etanol 40%
yang memiliki aktifitas penghambatan terhadap pelepasan nistamin
dan sintesis prostagladin E2 sebagai perantara inflamasi. Kandungan

17

ekstrak etanol dalam kulit buah Manggis mampu meredam radikal
bebas secara kuat.
e. Anti-Kanker
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kandungan xanthone
dalam kulit buah Manggis mampu berperan sebagai senyawa antikanker. Kulit buah Manggis memiliki sifat antiproliferasi untuk bisa
menghambat

pertumbuhan

sel

kanker,

selain

juga

mampu

menghancurkan sel kanker.
f. Anti-Mikroba
Kulit buah Manggis juga dikenal memiliki daya anti-mikroba terhadap
beberapa bakteri seperti Staphylococcus aureus. Bakteri ini sangat
resisten terhadap anti-biotik metisilin. Selain manfaat diatas, ternyata
masih banyak manfaat lainnya dari kulit buah Manggis seperti
keampuhannya dalam mengatasi TBC, Asma, Jantung koroner, dan
kemampuannya meningkatkan daya tahan tubuh terutama bagi orang
yang sedang mengidap HIV/AIDS yang tak bisa disembuhkan.
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa kulit buah Manggis sangat
mujarab untuk melawan sel kanker payudara, lever, dan leukemia
(Syarief, 2005).

Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi),buahmanggis diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

18

Sub Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotiledonae

Ordo

: Theales

Famili

: Clusiaceae

Genus

: Garcinia

Species

: Garcinia mangostana L.

D. Alpha-mangostein
Bioaktif utama yang merupakan metabolit sekunder dari manggis
(Garcinia mangostana L) adalah turunan xanton (Jung et al., 2006 dan
Peres et al., 2000). Konstituen utama dari xanton manggis adalah amangostin dan γ-mangostin. Senyawa a-mangostin menunjukkan aktivitas
antibakteri yang tinggi terhadap bakteri S. aureus, P aeruginosa, Salmonella
typhimurium dan Bacillus subtilis dan aktivitas antibakteri yang sedang
terhadap Proteus sp, Kleibsella sp dan Escherhia coli dengan nilai MIC antara
12,5 dan 50 µg/mL. Senyawa a-mangostin juga menunjukkan aktivitas
antijamur yang tinggi terhadap jamur Epidermophyton floccosum,Alternaria
solani, Mucor sp, Rhizopus sp, Cunninghamella echinulata dan aktivitas anti
jamur yang sedang terhadap Trichophyton mentagrophytes, Microsporum
canis, Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Penicilliumsp, Fusarium roseum,
dan Curvularia lunata dengan nilai MIC 1 dan 5 µg/mL (Sundaram et al., 1983
cit Chaverriet al., 2008). MIC (Minimum Inhibitory Concentration) adalah
konsentrasi terendah antimikrobial yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme (mikroba). Banyak penelitian yang lain juga menunjukkan
aktivitas

a-mangostin

sebagai

antioksidan,

antitumor,

antiviral

dan

antiinflamasi (Chaverri et al., 2008). Alpha mangostin mempunyai struktur
yaitu :

19

Gambar 4 Struktur alpha mangostein

Nama IUPAC (1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis (3metil-2-butenil)-9H
xanten-9 on), rumus molekul : C24H22O6, berat molekul : 410,46 dan
kemurnian : >95%, 98%, 99% menggunakan HPLC (Petersson, 2009).

BAB III
PEMBAHASAN

Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue. Virus dengue ini dipelopori oleh nyamuk Aedes aegypti. Virus ini menyebar
ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pada makalah ini pencegahannya
fokus pada larva dari nyamuk Aedes aigypti, yakni melalui penghambatan
pertumbuhan dari larva.

20

Perlakuan yang biasanya dilakukan oleh masyarakat untuk penghambatan
pertumbuhan larva nyamuk demam berdarah itu sendiri adalah dengan pemberian
larvasida buatan. Larvasida buatan ini banyak mengandung senyawa kimia yang
dapat membahayakan keselamatan manusia dan juga lingkungan sekitarnya.
Salah satu alternatif penghambatan pertumbuhan larva yang berbasis organik
atau alami adalah menggunakan kulit buah manggis. Kulit buah manggis
mengandung banyak senyawa polifenol salah satunya adalah alfa mengostein. Alfa
mangostein merupakan salah satu senyawa turunan dari senyawa xanton yang dapat
berfungsi sebagai biolarvasida.
Gugus-gungsi pada larutan uji xanton berikatan dengan sisi aktif enzim
pencernaan

sehingga bisa memberi efek keracunan pada larva Aedes aegypti.

Senyawa fenol berperan sebagai larvasida melalui mekanisme inaktivassi enzim.
Non akti fnya enzim

pencernaan dapat menyebabkan terganggunya

pencernaan sehingga kemampuan larva

dalam

menurun dan lama kelamaan larva akan mati.

adapun mekanisme reaksinya adalah :

16

sistem

mencerna makanan menjadi

21

Gambar 5 mekanisme reaksi senyawa alfa mangostein

Akibat gugus-gugus fungsi dari senyawa alfa mangostin inilah yang menyebabkan
larva mati karena senyawa alfa mangostin memberikan efek toksik kepada larva.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan

22

1. Alfa mangostin menghambat pertumbuhan nyamuk demam berdarah
dengan cara inaktivasi enzim percernaan yang menyebabkan terganggunya
system pencernaan sehingga menyebabkannya mati.
2. Gugus fungsi dari alfa mangostin berikatan dengan sisi aktif enzim
pencernaan sehingga bisa memberi efek toksik pada larva Aedes aegypti

B. Saran
Setelah membaca makalah ini,

diharapkan kepada pembaca untuk

menggunakan kulit manggis sebagai biolarvasida/larvasida alami untuk
menghambat pertumbuhan nyamuk demam berdarah.

18

iii iii