Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Pa

NASKAH PUBLIKASI
KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT MENDUKUNG PAKISTAN
DALAM KASUS PEREBUTAN WILAYAH KASHMIR ANTARA
INDIA DAN PAKISTAN
(2009-2013)
Tulisan ini merupakan ringkasan dari skripsi yang telah menempuh Sidang Akhir
Pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional pada 16 Maret 2016

Cahya Fauzi
NIM : 6211121034

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
201

ABSTRAK

1. Nama
2. NIM
3. Judul


: Cahya Fauzi
: 6211121034
: “Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Pakistan Dalam Kasus
Perebutan Wilayah Kashmir antara India dan Pakistan (2009-2013)”
4. Halaman
: xxv + 158
5. Kata Kunci : Kepentingan Nasional, Konflik Kashmir, India, Pakistan

Amerika Serikat adalah sebuah negara kuat yang selalu memainkan perannya disetiap
permasalahan yang sedang dialami setiap negara-negara di dunia, Amerika Serikat selalu
muncul sebagai mediator atau penengah dari setiap permasalahan yang terjadi. Seperti halnya
pada konflik yang terjadi di kawasan Asia Selatan yakni konflik perebutan wilayah Kashmir
antara India dan Pakistan. Konflik Kashmir ini dimulai pada tanggal 22 Oktober 1947 setelah
kemerdekaan Pakistan dan India. Perselisihan atas wilayah Kashmir menyangkut persoalan
agama dan politik.
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan bantuan Amerika Serikat dalam membantu
Pakistan di persengketaan perebutan wilayah Kasmir dengan India pada tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013. Sementara tujuan khusus dari penelitian ini untuk mendeskripsikan
kepentingan nasional Amerika Serikat di Pakistan khususnya dalam keberpihakan negara

tersebut ke Pakistan dalam konflik perebutan wilayah Kashmir dengan India pada tahun 2009
sampai dengan tahun 2013.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan pendekatan Realisme dengan
Konsep Power, Konsep Kepentingan Nasional, dan Konsep Kerjasama Bilateral. Namun
peneliti lebih memfokuskan penelitian ini pada konsep kepentingan nasional, yang menjadi
dasar kepentingan nasional Amerika Serikat mendukung Pakistan dalam konflik yang terjadi
antara India dan Pakistan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif analisis dan teknik pengumpulan data sekunder
yakni dengan studi literatur dan kepustakaan.
Amerika Serikat dalam hal ini memiliki kepentingan nasional pertahanan untuk
pemberantasan terorisme dan pembukaan kembali Rute Logistik NATO; kepentingan
nasional ekonomi yakni lebih mempererat perdagangan bilateral AS-India, dan kerjasama
perdagangan AS-Pakistan, dan untuk menghegemoni ekonomi di kawasan tersebut;
kepentingan nasional tata internasional yakni menjaga stabilitas kawasan di Asia Selatan dan
menjadi hegemoni dalam semua aspek di kawasan Asia Selatan; kepentingan nasional
ideologi yakni upaya membendung pengaruh kekuatan komunis Rusia dan China dan sebagai
cara untuk memantau perkembangan ideologi di kawasan Asia Selatan.

6. Bahan Acuan
7. Pembimbing


: 57 referensi
: 1. Suwarti Sari SIP., M.Si.
2. Angga Nurdin Rachmat SIP., MA.

A. Pendahuluan
India dan Pakistan menjadi dua Negara tetangga di kawasan Asia Selatan yang telah
cukup lama terlibat konflik, konflik tersebut dimulai pada tanggal 22 Oktober 1947 setelah
kemerdekaan Pakistan dan India. Perpecahan India menjadi dua bagian yakni India di bagian
timur dan Pakistan di bagian barat membuat hubungan kedua Negara menjadi tidak harmonis.
Selama pertikaian India dan Pakistan mengalami beberapa kali pecah perang yakni pada
tahun 1947, 1965, 1971, Perang Sianchen pada tahun 1984 dan Perang Kargil pada tahun
1999.
Perebutan wilayah Kashmir menjadi konflik terlama yang dihadapi oleh kedua Negara.
Perselisihan atas wilayah Kashmir menyangkut persoalan agama dan politik, dimana India
didominasi oleh penganut agama Hindu sementara Kashmir sama dengan kondisi Pakistan
yakni didominasi oleh penganut agama Islam. Akar permasalahan dari konflik ini yakni
ketika Maha Raja Kashmir Hari Singh (orang yang beragama Hindu) memutuskan memilih
bergabung dengan pemerintah India tanpa persetujuan rakyat Kashmir yang mayoritas
beragama Islam seperti Pakistan.

Konflik antara India dan Pakistan tidak hanya menyangkut masalah perebutan wilayah
Kashmir saja. Isu terorisme dan persoalan nuklir pun menjadi persoalan yang memaksa kedua
Negara untuk terus berseteru. Konflik di wilayah Asia Selatan banyak disebabkan oleh aksi
terorisme. Keberagaman suku, budaya, agama, ideologi politik, tingkat ekonomi membuat
terorisme menjadi bagian yang tak terelakan dari wilayah Asia Selatan.
Amerika Serikat muncul di Asia Selatan dalam konflik yang terjadi di wilayah
Kashmir, dimana wilayah Kashmir ini menjadi sengketa perebutan wilayah antara India dan
Pakistan. Amerika Serikat muncul pada tahun 1990 yakni mencoba menjadi pihak ketiga atau
mediator dalam resolusi penyelesaian konflik antara India dan Pakistan.
Peran Amerika Serikat sebagai mediator konflik Kashmir seharusnya lebih bersikap
netral atau tidak memihak kesatu pihak, namun pada kenyataannya Amerika Serikat
cenderung lebih berpihak ke Pakistan, dimana pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.
Keberadaan Amerika Serikat untuk Pakistan sangat jelas terlihat dimana Amerika Serikat
melakukan berbagai bantuan setiap tahunnya.
Pakistan juga dianggap less power (lemah powernya) untuk mengimbangi India oleh
Amerika Serikat dalam mempertahankan negaranya dari segi kepemilikan senjata militer.
Maka dari itu untuk mengimbangi kekuatan India, Amerika Serikat memberikan bantuan

seperti pada tahun 2010 lalu, Amerika Serikat mengumumkan pada dunia bahwa Amerika
Serikat akan memberikan lagi bantuan 2 Milyar Dolar Amerika Serikat untuk Pakistan.

Rencana bantuan lima tahun ini akan menggantikan paket bantuan sebelumya yang telah
berakhir. Dengan paket bantuan ini pemerintah Amerika Serikat memenuhi permintaan para
pemimpin Pakistan. Menteri luar negeri Amerika Serikat Hillary Clinton akan meminta
Kongres untuk menyetujui bantuan militer untuk tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.1
Bantuan Militer AS di kawasan Asia Selatan dan Asia Tengah
South and Central
Asia
Bangladesh
Kazakhstan
Kyrgyz Republic
Maldives
Nepal
Pakistan
Sri Lanka
Tajikistan
Turkmenistan
Uzbekistan

FY
FY

FY
FY
FY
FY
FY
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
590
1.500
2.957
2.200
2.848
2.500
2.000
4.500

6.843
2.395
1.800
855
1.500
800
800
3.500
1.496
1.500
655
1.050
400
380
400
400
800
898
1.240
2.274

1.300
1.300
300.000 294.169 295.408 295.408 280.171 280.000 280.000
1.000
998
500
424
450
740
1.500
750
800
854
1.500
700
150
2.000
750
685
100

5.260
1.624
1.500
700
Sumber : US Department of State – Diplomacy in Action

Tabel diatas memperlihatkan bantuan militer Amerika Serikat untuk negara-negara
dikawasan Asia Selatan dan Asia Tengah, dalam tabel ini tidak terlihat Amerika Serikat
memberikan bantuan militer untuk India di tahun 2009 sampai dengan 2015. Bantuan
Amerika Serikat untuk Pakistan pun jika di bandingkan dengan negara-negara lain di
kawasan Asia Selatan dan kawasan Asia Tengah cukup berbeda, Inilah yang memperlihatkan
Amerika Serikat cenderung lebih meganakemaskan Pakistan dari negara-negara lain di
kawasan tersebut.
Bantuan militer ini merupakan salah satu bentuk komitmen Amerika Serikat dalam
mendukung rencana Pakistan memenuhi kebutuhan pertahanan negara. 2 Meskipun dalam hal

1 Ralf Schauff Ed. Luky Setyarini. “AS Umumkan Bantuan Dua Milyar Dolar Bagi Pakistan, Deutsche Welle
(22 Oktober 2010) internet. 29 Oktober 2015, http://www.dw.com/
2 Ibid.


ini Amerika Serikat tidak mengkhususkan untuk keperluan pertahanan dalam permasalahan
konflik Kashmir, Sedikitnya mencukupi untuk keperluan pertahanan wilayah Pakistan dari
ancaman perang yang bisa saja terjadi antara Pakistan dan India atau ancaman lainnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka peneliti membuat
perumusan

masalah

sebagaiberikut:

“Apa

saja

kepentingan

nasional


Amerika

Serikatmendukung Pakistan dalam studikasus perebutan wilayah Kashmir antara India
dan Pakistan pada tahun 2009-2013?”

C. Tujuan Penelitian
Setiap melakukan sebuah penelitian pastilah peneliti menyusun sebuah penelitian
tersebut dengan adanya tujuan tersendiri sama seperti peneliti lainnya, disini saya
sebagai peneliti pun memiliki tujuan, dalam tujuan penelitian ini peneliti membagi
tujuannya kedua bagian yakni tujuan umum dan tujuan khusus yang antara lain:
a. TujuanUmum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan bantuan
Amerika Serikat dalam membantu Pakistan di persengketaan perebutan wilayah
Kasmir dengan India pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.

b. TujuanKhusus
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mendeskripsikan kepentingan
nasional Amerika Serikat di Pakistan khususnya dalam keberpihakan negara
tersebut ke Pakistan dalam konflik perebutan wilayah Kashmir dengan India pada
tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.

D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran sangat dibutuhkan untuk menganalisis sebuah permasalahan
sehingga hasil analisis akan bersifat valid, logis, dan obyektif. Kerangka pemikiran akan
menuntun peneliti untuk terfokus dan terarah pada analisis yang tajam dan ilmiah. Penelitian
ini menggunakan pendekatan realis, dengan konsep kepentingan nasional, konsep resolusi
konflik. Kerangka pemikiran dalam laporan ini dibagi ke dalam pendekatan, teori, dan
konsep, yang akan diuraikan sebagai berikut:
a. Pendekatan Realisme
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pedekatan realis dalam mengkaji
masalah yang diteliti. Pendekatan realis dianggap relevan dan mampu
menganalisa apa saja kepentingan nasional Amerika Serikat di kawasan Asia
Selatan khususnya di Pakistan dalam konflik wilayah Kashmir antara India dan
Pakistan.
Pendekatan realis mendasarkan pandangan pada realita apa adanya bukan
pada apa yang seharusnya seperti yang dianut oleh kaum idealis. Dalam
pandangan kaum realis, negara adalah aktor utama dalam politik internasional
dan politik adalah cara untuk mendapatkan tujuan mencapai power atau
kekuasaan. Baik dalam bidang Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya.
Dalam teori realisme ini menjelaskan bahwa situasi politik ketika
pembagian kekuatan menjadi salah satu bentuk aplikasi kepentingan suatu negara
karena realisme merupakan paradigma dunia politik di mana setiap negara
berkompetisi memperoleh kekuatan guna mewujudkan kepentingan dan
memperoleh dominasi di dalam dunia politik.3
Dalam pendekatan realis terdapat empat asumsi yang mendasarinya, yaitu :4

3Charles W. Kegley, Jr dan Eugene Wittkopf, World Politics:Trend and Transformation (United States:
Wadsworth, 2004), hlm36.
4Paul R. Viotti dan Mark V. Kauppi, International Relations Theory: Realisme, Pluralism, Globalism and
Beyond. Ed. 3 (New York: MacMillan Punliing Company, 1999), hlm5-7.

1. Negara merupakan aktor tunggal atau unitary actor, di mana negara sebagai
penentu

kebijakan

dalam

menanggapi

isu-isu

dalam

hubungan

internasional.
2. Negara merupakan aktor utama dan terpenting dalam hubungan
internasional. Negara adalah unit analisis yang utama dalam mengkaji
peristiwa-peristiwa dalam politik global. Hubungan internasional berarti
mengkaji semua tentang tingkah laku negara.
3. Negara merupakan aktor rasional, dalam proses pengambilan kebijakan luar
negerinya.

Suatu

negara

selalu

mempertimbangkan

hal-hal

yang

menyangkut kemampuan negara dalam menjalankan kebijakan tersebut,
termasuk kemampuan pendanaan dan manfaatnya bagi kepentingan
nasional yang hendak dicapai. Segala kebijakan luar negeri dibuat secara
matang agar tidak merugikan negara.
4. Kaum realis memandang bahwa isu internasional yang utama adalah
national security atau keamanan nasional. Realis memandang konflik aktual
antara aktor negara menjadi dasar bagi terciptanya stabilitas keamanan
internasional dan kekuasaan adalah alat dalam memecahkan perselisihan
dan pencegahan terhadap integritas territorial.

b. Konsep Power
Power diartikan sebagai sebuah kekuatan yang dimiliki satu pihak di mana
ia mampu mempengaruhi dan mengendalikan pihak lain yang diperjuangkan utuk
mencapai kepentingan nasionalnya, hal ini dikarenakan power adalah alat atau
cara untuk menuju sebuah kepentingan yang hendak dicapai. Keyakinan kaum
realis akan power ini didasarkan pada keyakinan bahwa pada dasarnya sifat
hakiki manusia adalah mengejar kepentingan untuk sebuah kekuasaan. Begitupun
dengan negara, kaum realis menempatkan negara sebagai aktor utama dalam
politik internasional tidak terlepas dari tujuan power dalam upaya pencapaian
kepentingan nasionalnya. Dalam segala kebijakan dan tindakan yang diambil oleh
suatu negara tidak terlepas dari rasionalitas dan prudence, di mana setiap tindakan

yang diambil negara harus mempertimbangkan untung, rugi dan manfaatnya bagi
negara tersebut.5

Konsep power tidak sebatas dalam konteks kekuasaan, melainkan sebagai
konsep national power atau kekuatan nasional. Dalam konteksnya, power tidak
hanya diukur oleh kekuatan militer saja. Tetapi power atau kekuatan nasional
dapat juga dinilai dari tingkat teknologi yang dikuasainya, sumber daya alam,
bentuk pemerintah dan kepemimpinan serta ideologinya.
Kehadiran bantuan militer dan ekonomi dari sebuah negara besar di sebuah
kawasan yang khususnya sedang mengalami konflik atau sebuah masalah yang
perlu ditangani, akan memberikan kesempatan negara besar untuk senantiasa
memberikan bantuan untuk negara-negara yang memerlukan bantuannya. Negara
besar tersebut merupakan negara dengan power yang sudah kuat, biasanya negara
besar seperti ini selalu memainkan perannya dalam setiap konflik dan
permasalahan yang kerap terjadi di ruang lingkup internasional, ini dilakukan
sebagai eksistensi negara tersebut dalam peraktek hegemoni dan memperlihatkan
bahwa negara besar tersebut memiliki power yang tidak bisa di pandang sebelah
mata oleh negara-negara lain.

c. Konsep Kepentingan Nasional
Konsep kepentingan nasional sangat penting dalam menganalisis dan
memahami perilaku internasional. Konsep kepentigan nasional merupakan dasar
untuk menjelaskan perilaku politik luar negeri suatu negara. Kepentingan
nasional juga dapat dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu
akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam
merumuskan kebijakan luar negerinya. Kepentingan nasional suatu negara secara
khas merupakan unsur-unsur membentuk kebutuhan negara yang paling vital,
seperti pertahanan, keamanan, militer, dan kesejahteraan ekonomi.6

5Hans J. Morgenthau, Politic Among Nations: The Struggle for Power and Peace (New York: Alferd A. Knop.
Ed. 3, 1978), hlm27.
6Anak Agung Banyu Perwita dan Yayan Mochamad Yani. Pengantar Hubungan Internasional (Bandung: PT.
Emaja Rosda Karya, 2005), hlm35.

Adapun
identifikasi

mengenai

yang

jenis-jenis

beragam.

kepentingan

Namun

Donald

E.

nasional

juga

Nuechterlin

terdapat
sedikitnya

menyebutkan terdapat empat jenis kepentingan nasional, antara lain:7
1. Kepentingan pertahanan, diantaranya menyangkut kepentingan untuk
melindungi warga negaranya serta wilayah dan sistem politiknya dari
ancaman negara lain;
2. Kepentingan ekonomi, yakni kepentingan pemerintah untuk meningkatkan
perekonomian negara melalui hubungan ekonomi dengan negara lain;
3. Kepentingan

tata

mempertahankan

internasional,
sistem

politik

yaitu
dan

untuk

mewujudkan

atau

ekonomi

internasional

yang

menguntungkan bagi negaranya;
4. Kepentingan ideologi, yaitu kepentingan untuk mempertahankan atau
melindungi ideologi negaranya dari ancaman ideologi negara lain.
Dalam penelitian ini, peneliti mengkategorikan permasalahan yang sedang
diteliti ini kepada jenis kepentingan nasional menurut Donald E. Nuechterlin
yang menyangkut kepada kepentingan pertahanan, kepentingan ekonomi,
kepentingan tata internasional dan kepentingan ideologi. Karena jenis
kepentingan nasional Amerika Serikat ini dianggap peneliti sangat relevan untuk
membahas dan memecahkan masalah penelitian ini.
Salah satu konsep dalam pandangan realis yang banyak digunakan untuk
membantu menganalisis dan mendeskriminasikan tindakan negara yaitu konsep
kepentingan nasional. konsep kepentingan nasional menjadi dasar bagi
terciptanya interaksi internasional antar negara. Konsep ini, peneliti anggap
relevan untuk menganalisis kepentingan nasional Amerika Serikat di kawasan
Asia Selatan khususnya Pakistan.

E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Metode penelitian ini digunakan karena objek penelitian ini merupakan realitas sosial yang
dipandang sebagai suatu gejala atau fenomena yang bersifat dinamis, kompleks, dan
7 Ibid., hlm62.

interaktif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek alamiah, atau naturalistik, dimana
peneliti menggambarkan objek penelitian secara apa adanya berdasarkan data yang didapat
melalui pengamatan fenomena, studi literatur, dan menempatkan peneliti sebagai instrumen
penelitian.
Pendekatan kualitatif yang digunakan untuk penelitian tidak menggunakan statistika
atau data-data yang berbentuk angka. Maka dari itu peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif. Penelitian ini tidak terukur datanya sesuai ciri khusus dari kualitatif, di mana
datanya berupa kata-kata, kalimat-kalimat, teori-teori para ahli, konsep teori, bentuk gambar,
grafik dan lain sebagainya kecuali data yang terukur dan dapat terhitung. Dalam penelitian ini
pun peneliti mencari makna lain yang dapat dicari tahu lebih dalam, di mana isu atau
permasalahan ini belum dapat disimpulkan kebenarannya atau perlu diteliti lebih lanjut.
Sumber data penelitian adalah aktor-aktor yang juga dari lembaga-lembaga yang memiliki
kaitannya misalanya seperti Kedutaan Besar Amerika Serikat, dan Kedutaan Besar Pakistan.
Penelitian ini dilakukan pada obyek yang alamiah, yaitu pada staf bagian Kedutaan
Besar Amerika Serikat, dan staf bagian dari Kedutaan Besar Pakistan. Teknik pengumpulan
data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian adalah peneliti
sendiri. Teknik analisis data kualitatif menggunakan model Miles and Huberman. Uji
keabsahan data melalui uji kredibilitas, depenabilitas, dan konfirmbilitas. Uji kredibilitass
dilakukan melalui perpanjangan pengamatan, triangulasi, dan membercheck.
Alasan mengapa peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif ini karena peneliti
menganggap bahwa keberadaan Amerika Serikat di konflik Kashmir ini terdapat kepentingan
lain untuk Amerika Serikat itu sendiri. Kepentingan Amerika Serikat di Pakistan ini tidak
terang-terangan di utarakan oleh Amerika Serikat. Sehingga terdapat makna lain dimana tidak
semata-mata Amerika Serikat masuk ke permasalahan ini dan ikut terlibat tanpa ada
kepentingan lain. Oleh karena itu peneliti tertarik mengupas masalah ini dengan metode
penelitian kualitatif.
Ketika menganalisa dan membahas fenomena yang diteliti ini, berdasarkan keterkaitan
variabel, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif analisis. Deskriptif analisis yaitu
suatu metode yang bertujuab untuk menggambarkan, mencatat, menganalisis dan
mengintrepretasikan kondisi-kondisi yang sedang terjadi atau ada. Dengan kata lain,
penelitian deskriptif analisis bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai
keadaan saat ini dan melihat hubungan antar variabel-variabel yang ada.8
8 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm 26.

Secara umum, ciri-ciri metode penelitian deskriptif analisis sebagai berikut:9
1. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat aktual.
2. Bersifat mencari informasi faktual dan dilaukan secara mendetail guna
mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan
dan praktik-praktik yang sedang berlangsung.
3. Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang tertentu
dalam waktu yang bersamaan.
4. Metode penelitian deskriptif analisis tidak menguji hipotesa, melainkan hanya
mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti.

F. Pembahasan
Keberadaan Amerika Serikat di kawasan Asia Selatan khususnya pada konflik Kashmir
yang terjadi antara India dan Pakistan memiliki kepentingan khusus, yakni :
1. Kepentingan Pertahanan Amerika Serikat di Kasus Konflik Kashmir
a. Pemberantasan Terorisme
Keberadaan mayoritas muslim di kawasan Asia Selatan membuat
Amerika Serikat khawatir, karena Amerika Serikat secara umum
mendeskripsikan bahwa Muslim atau Islam dianggap musuh besar Amerika
Serikat karena pelaku aktivitas Terorisme kebanyakan membawa nama
agama Islam. Namun dalam hal ini Amerika Serikat perlu membedakan
Muslim atau agama Islam yang mana yang dianggapnya sebagai suatu hal
yang harus di berantas, Kemungkinan Amerika Serikat perlu melakukan
karantina untuk membedakan mana Islam yang radikal dan mana Islam
yang sudah liberal. Dalam hal ini Amerika Serikat pun ingin menggali lebih
dalam lagi mengenai kawasan tersebut dan ingin menjadikan kawasan
hegemoninya. Mengingat Amerika Serikat pada 11 September 2001
mengalami serangan teroris terhadap menara kembar World Trade Centre
(WTC) di New York dan markas pertahanan militer Pentagon, AS pun

9 Sadarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm 45-47.

kemudian menyatakan perang terhadap terorisme atau yang lebih dikenal
dengan “The Global War On Terrorism” (GWOT).
Beberapa saat setelah penyerangan terhadap gedung WTC dan
Pentagon terjadi, AS langsung mengeluarkan laporan rutin Dapartemen
Pertahanan AS, yaitu “Quadrennial Defense Review Report/QDR” pada
tanggal 30 September 2001 dan setahun kemudian disusul dengan
dikeluarkannya “The National Security Strategy/NSS” pada tanggal 17
September 2002 yang merupakan strategi pemerintahan Bush dalam
menghadapi perubahan ancaman keamanan AS pasca 11 September 2001.
Tekad AS memerangi terorisme bukanlah sebuah ungkapan
kemarahan semata. Kesungguhan AS dalam hal ini terlihat jelas ketika AS
menjadikan “war against terrorism” sebagai salah satu bagian dari Strategi
Keamanan Nasional AS 2002 (National Security Strategy/NSS). Dan upaya
AS memberantas terorisme ini tidak terbatas pada wilayah nasional AS saja,
tetapi juga diseluruh penjuru dunia, dimana kelompok-kelompok teroris
bersembunyi. Afganistan bukanlah satu-satunya wilayah dimana AS
berusaha menangkap dan menghancurkan kelompok Taliban dan Al-Qaeda.
Tetapi ribuan kelompok teroris yang terlatih secara militer dan sebagian
besar diantaranya merupakan jaringan Al-Qaeda, telah tersebar di berbagai
kawasan seperti belahan benua Amerika utara dan selatan, Eropa, Afrika,
Timur Tengah, serta Asia
Hal tersulit yang ditemukan dalam perang melawan terorisme adalah
untuk menemukan musuh. Karena musuh disini bukan lagi teroris, tetapi
kelompok-kelompok orang yang membentuk jaringan-jaringan teroris.
Untuk itu AS menegaskan bahwa dibutuhkan kerjasama yang baik antar
Negara dan kawasan agar kampanye ini menjadi efektif. Akan tetapi,
meyakinkan dunia bahwa “war against terorism” juga merupakan upaya AS
untuk menciptakan keamanan dan perdamaian masyarakat internasional
yang lebih baik, bukanlah hal yang mudah. Penyebab utamanya adalah
karena terjadi perdebatan diantara negara-negara mengenai kelompok
terorisme itu sendiri, termasuk pro dan kontra mengenai kategori
kelompok-kelompok yang ditetapkan sebagai teroris internasional.

Oleh karena itu AS memandang perlu mengadakan perang terhadap
pemikiran-pemikiran untuk memenangkan pertempuran melawan terorisme
internasional. Cara-cara yang akan dilakukan AS meliputi:
i. Dengan mempergunakan pengaruh besar AS dan bekerjasama dengan
negara-negara sahabat dan sekutu, Menegaskan bahwa seluruh
tindakan terorisme adalah “haram” sehingga terorisme akan
dipandang setara dengan perbudakan, pembajakan, serta pembunuhan
masal. Dengan demikian tidak ada negara yang dapat menghargai
atau mendukung prilaku teroris, sebaliknya harus ditentang.
ii. Mendukung pemerintahan moderat dan modern khususnya dikawasan
dengan penganut mayoritas muslim, untuk menjamin bahwa tidak ada
tempat dimana kondisi dan ideologi yang membantu kemajuan
perkembangan terorisme.
iii. Mengurangi kondisi-kondisi yang menimbulkan terorisme dengan
cara membuat masyarakat internasional untuk fokus terhadap sumbersumber yang menimbulkan kondisi tersebut.
iv. Mempergunakan diplomasi publik yang efektif untuk memajukan
aliran informasi yang bebas untuk membangkitkan harapan-harapan
dan aspirasi kebebasan dalam lingkungan yang telah dikuasai oleh
para sponsor teroris internasional.

b. Pembukaan Kembali Rute Logistik NATO
Serangan NATO di Pakistan yang juga dikenal sebagai insiden Salala,
serangan Salala atau 26/11 serangan, adalah pertempuran perbatasan yang
terjadi ketika AS dipimpin pasukan NATO terlibat pasukan keamanan
Pakistan di dua pos pemeriksaan militer Pakistan sepanjang perbatasan
Afghanistan-Pakistan pada Sabtu 26 November 2011. Serangan ini
mengakibatkan memburuknya hubungan antara Pakistan dan Amerika
Serikat. Masyarakat Pakistan bereaksi dengan protes di seluruh negeri dan
pemerintah mengambil langkah-langkah yang merugikan strategi keluar AS
dari Afghanistan termasuk evakuasi Shamsi Airfield dan penutupan jalur
suplai NATO. Pada tanggal 3 Juli 2012, Menteri Luar Negeri AS Hillary

Clinton secara resmi, meminta maaf atas kerugian yang diderita oleh militer
Pakistan. Selanjutnya, Pakistan dipulihkan rute pasokan NATO.10
Serangan tersebut menewaskan tiga orang pasukan Pakistan,
meskipun NATO berdalih jika serangan dilancarkan untuk menggempur
basis pertahanan Taliban. Pihak NATO beserta Pemerintah Pakistan saat ini
terus menyelidiki insiden yang terjadi di distrik Kurram tersebut. Pihak
Pentagon yang menjadi pemimpin operasi di Afghanistan selama ini
menyatakan jika kesalahan itu disebabkan karena komunikasi yang gagal,
antara para pasukan di lapangan.
Kepentingan nasional pertahanan Amerika Serikat mendukung
Pakistan salah satunya yakni untuk memberikan pengertian ke Pakistan
bahwa Amerika Serikat (NATO) ingin membuka kembali jalur/rute
pemenuhan logistik NATO (The North Atlantic Treaty Organization) untuk
Afghanistan. Perang Afganistan, yang sudah berlangsung lebih dari 10
tahun dengan hasil tak tentu dan diwarnai berbagai masalah rumit, kini
menghadapi kemungkinan masalah baru yang tak diduga sebelumnya.11

Peta Rute Logistik NATO 2011

10 CNN Wire Staff (4 Juli 2012). "Pakistan reopens NATO supply routes to Afghanistan". CNN
Wirestaff (CNN)
11 Dahono Fitrianto. “Menyiasati Afghanistan, Membujuk Rusia”, Kompas (20 Mei 2012) internet. 18 Februari
2016, http://health.kompas.com/

Sumber : http://creativecommons.org/

Gambar diatas yakni yang memiliki warna garis merah dan biru tua
memperlihatkan rute logistik NATO untuk kebutuhan Perang di
Afghanistan pada tahun 2011. Logistik NATO di Perang Afghanistan
mengacu pada upaya Bantuan Keamanan Angkatan NATO Internasional
untuk memberikan bahan bakar, makanan, hardware dan perlengkapan
logistik lainnya ke Afghanistan untuk mendukung Perang di Afghanistan
(2001-2011). Pengiriman pasokan dilakukan dengan menggunakan
kombinasi transportasi udara dan serangkaian rute pasokan darat. Ada dua
rute yang melewati Pakistan, dan beberapa rute lainnya yang melewati
Rusia dan negara-negara Asia Tengah. Setelah 2011 serangan NATO di
Pakistan, rute Pakistan ditutup, tapi dibuka kembali setelah Menteri Luar
Negeri AS meminta maaf atas insiden tersebut pada tanggal 3 Juli 2012. 12
Karena Afghanistan adalah negara yang terkurung daratan, persediaan harus
melewati negara-negara lain untuk mencapai itu, atau yang lain dikirim
melalui udara. Sejak pengiriman udara mahal, pasukan NATO cenderung
mengandalkan rute darat untuk peralatan non-mematikan. Hal ini terutama
dilakukan baik oleh pengiriman barang melalui laut ke pelabuhan Pakistan,
12 Ibid

Karachi di provinsi Sindh, atau dengan pengiriman mereka melalui Rusia
dan negara-negara Asia Tengah.
Oleh karena itu, Amerika Serikat mencoba mendekati Pakistan
dengan power-nya yakni dengan memberikan bantuan agar Pakistan
membuka kembali jalur/rute logistik NATO dengan terlihat pada tahun
2010 Amerika Serikat memberikan bantuan lebih yakni bantuan militer,
khusus untuk Pakistan saja di kawasan Asia Selatan.

2. Kepentingan Ekonomi Amerika Serikat di Kasus Konflik Kashmir
a. AS-India Perdagangan Bilateral dan Investasi
Barang dan jasa perusahaan swasta perdagangan Amerika Serikat
dengan India mencapai $93.000.000.000 pada tahun 2012 (data terakhir).
Ekspor mencapai $34.000.000.000; Impor mencapai $59.000.000.000.
Amerika Serikat barang defisit dan jasa perdagangan dengan India adalah
$25 miliar pada 2012. India pada tahun 2012 lalu pun adalah 11 mitra
perdagangan

terbesar

barang-barang

Amerika

Serikat

dengan

$63.700.000.000 total perdagangan barang selama 2013. Ekspor Barang
mencapai $21.900.000.000; impor barang mencapai $41.800.000.000. AS
Defisit perdagangan barang dengan India adalah $20,0 miliar pada tahun
2013. Perdagangan jasa pribadi dengan India (ekspor dan impor) mencapai
$30 miliar dalam 2012 (data terakhir). Jasa ekspor $12 milyar; Jasa impor
sejumlah $19 miliar. AS defisit perdagangan jasa dengan India adalah $7
miliar pada 2012.13
Praktek Impor dan Ekspor antara Amerika Serikat dan India ini
memperlihatkan bahwa India sangat penting keberadaannya untuk Amerika
Serikat. Apabila India memutuskan hubungan ekonomi dengan Amerika
Serikat, Amerika Serikat sedikitnya akan mengalami kemunduran
permasalahan ekonomi dan mungkin menjadi krisis ekonomi untuk
Amerika Serikat.
b. AS-Pakistan Perdagangan Bilateral
Pakistan saat ini mendapat posisi 62 mitra perdagangan terbesar
barang-barang Amerika Serikat dengan $5,3 milyar pada keseluruhan
13 Executive Office of The President,”US-India Bilateral Trade and Investment”, Office of The United States
Trade Refresentative (5 September 2014) internet. 10 Februari 2016 https://ustr.gov/

perdagangan

barang

selama

2013.

Ekspor

Barang

mencapai

$1.600.000.000; Impor barang mencapai $3,7 milyar. Defisit perdagangan
barang Amerika Serikat dengan Pakistan adalah $2,0 miliar pada tahun
2013.14
Bagi Amerika Serikat politik luar negeri merupakan upaya yang pada
dasarnya membangun kerjasama, perdamaian dan manfaat bagi negaranegara yang terlibat. Hubungan antar negara, bagi Amerika Serikat tentunya
dilandasi semangat kompetisi sebagaimana nilai budaya masyarakat dan
landasan politik demokrasi liberal. Dalam bekerjasama dan menjalani
proses berhubungan dengan negara lain, Amerika kerap kali mengalami
berbagai masalah dan konflik yang menjurus pada pertikaian bahkan
senantiasa berorientasi pada kepentingan Amerika yang dikedepankan.
Landasan inilah yang menjadikan Amerika Serikat dianggap oleh negara
lain sebagai kekuatan yang melakukan berbagai cara demi kekuasaan dan
kepentingannya.15

3. Kepentingan Tata Internasional Amerika Serikat di Kasus Konflik Kashmir
Kepentingan Tata Internasional Amerika Serika di Kasus Konflik Kashmir
ini cenderung kepada kepentingan tata regional. Dimana dalam aktivitasnya tata
internasional dan tata regional cukup memiliki kesamaan, yang membedakan
hanya pada ruang lingkupnya saja, dimana tata internasional lebih luas dari tata
regional yang hanya fokus pada kawasan. Dalam kepentingan tata regional
khususnya di kawasan Asia Selatan, Amerika Serikat memiliki kepentingan
regional antara lain:
a. Menjaga Stabilitas Keamanan di Kawasan Asia Selatan (Tata
Regional)
Kawasan Asia Selatan merupakan kawasan yang strategis dan rentan
dengan isu keamanan, dikarenakan letaknya yang strategis mengundang
14 Executive Office of The President,”US-Pakistan Trade Facts”, Office of The United States Trade
Refresentative (5 Februari 2014) internet. 10 Februari 2016 https://ustr.gov/
15 Albertine Minderop, Pragmatisme Sikap Hidup dan Prinsip Politik Luar Negeri Amerika, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2006)

kekuatan-kekuatan besar dunia untuk bersaing saling menanamkan
pengaruh di kawasan dan mengamankan kepentingan nasionalnya disana.
Amerika Serikat memiliki kepentingan strategis di kawasan ini juga turut
andil dalam menanamkan pengaruh di kawasan tersebut. Dimana hingga
saat ini, kedekatan dengan negara-negar di kawasan Asia Selatan ini perlu
dilakukan lebih kuat lagi dan tetap berkomitmen dalam menjaga stabilitas
kawasan. Hubungan antar negara-negara di kawasan semakin kompleks
dikarenakan

bangkitnya

kekuatan

aktor-aktor

lain

yang

muncul

memberikan pengaruh lain seperti China dan Rusia dengan perkembangan
perekonomian dan moderisasi militernya.

b. Menjadi Hegemoni dalam Semua Aspek di Kawasan Asia Selatan (Tata
Regional)
Seperti halnya kepentingan nasional ekonomi Amerika Serikat yang
menginginkan hegemoni di kawasan Asia Selatan sebagai kekuatan
ekonomi nomor satu dikawasan tersebut, tidak menutup kemungkian bahwa
Amerika Serikat menginginkan hegemoni di ruang lingkup tata
internasional, dengan keberadaan Amerika Serikat di sebuah konflik yang
terjadi di dunia, sedikitnya mengubah stigma bahwa Amerika Serikat
sebuah negara yang maju, besar, kuat, masih mau membantu negara yang
sedang mengalami masalah.
Demikan memberikan pandangan positif bagi negara-negara di dunia
bahwa Amerika Serikat memiliki sisi baik atau sisi positif. Amerika Serikat
sering melakukan bantuan-bantuan untuk negara-negara yang sedang
membutuhkan bantuan. Seperti halnya Pakistan yang terlihat less power dan
cenderung kalah oleh India dari segi kemiliteran. Maka Amerika Serikat
memberikan bantuan untuk Pakistan dengan bantuan militer yang sangat
berbeda dari negara-negara lain di kawasan Asia Selatan dan Asia Tengah
yakni kisaran $280.000-$300.000 dari tahun 2009-2015 ini. Dengan
bantuan yang berbeda tersebut memberikan pandangan ke negara-negara di
dunia bahwa Amerika Serikat membantu negara yang butuh bantuan
dimana negara yang sedang butuh bantuan tersebut sedang dalam masa-

masa krisisnya melawan dan mengimbangi kemiliteran India yang tidak
bisa di prediksi kapan India akan menyerang sewaktu-waktu.
Seperti hegemon dunia, Amerika Serikat merasa harus turut andil
untuk mengamankan kawasan ini dalam hal menjamin tidak adanya
kekuatan yang dapat mengancam kestabilan kawasan ataupun global
sekaligus mengamankan kepentingan nasionalnya disana. Inilah yang di
inginkan Amerika Serikat dalam kepentingan Tata Internasional dimana
Amerika Serikat ingin dianggap sebagai penguasa sistem politik dan
ekonomi yang di akui kuat di ruang lingkup internasional, aktif dalam
membantu sebuah negara, keeksistensian di dunia dianggap ada, dan
menjadi role model bagi negara lain.
4. Kepentingan Ideologi Amerika Serikat di Konflik Kashmir
Sejarah perebutan wilayah Kashmir mencatat bahwa keberadaan pihakpihak lain yang terlibat di masalah perebutan wilayah Kashmir ini bukan hanya
India, Pakistan dan keberadaan Amerika Serikat saja, namun ada pihak lain yakni
Rusia dan China. Amerika Serikat selalu berambisi memperluas wilayah
demokrasi sampai seluas dunia, dan menerapkan norma-norma masyarakat
madani dalam perluasan tersebut. Dalam kenyataannya, praktik yang dilakukan
Amerika Serikat ialah lebih kepada mengubah dunia sesuai dengan konsep
Amerika Serikat.
Proses melakukan kebijakan luar negerinya, Amerika Serikat selalu
berusaha menjadi penguasa dunia untuk menegakan nilai-nilai Amerika Serikat di
seluruh muka bumi dengan dukungan jaringan ekonomi besar dan kekuatan
militer yang kuat.16 Sadar ataupun tidak, sejak beberapa abad lalu Amerika
Serikat terus menggiring dunia ini ke arah sebuah Persemakmuran BangsaBangsa, yang dalam hal ini Amerika Serikat sama sekali tidak mau hidup
berdampingan bahkan berupaya memusnahkan pengaruh yang duanggap buruk
baginya yakni, komunisme dan turunannya.17
Meskipun dewasa ini ideologi tidak gencar terlihat dan terang-terangan
seperti pada Perang Dingin, namun dalam permasalahan ini Ideologi cukup
16 Taufik Adi Susilo, Mengenal Amerika Serikat, (Yogyakarta: Garasi, 2009).
17 Ibid.

terlihat dimana masing-masing negara besar yang sudah memiliki integritas
kepemilikan

masing-masing

ideologi

ini

cenderung

memperlihatkan

keberadaanya. Yakni negara-negara besar memiliki kecenderungan untuk mencari
pion atau anak buah dalam segi untuk lebih mempromosikan ideologi yang dianut
negara-negara tersebut untuk bisa diaplikasikan ke negara-negara lain. Ketika
negara dengan jumlah pion atau anak buah terbanyak maka negara tersebut akan
disegani dan dianggap sebagai kekuatan paling besar di dunia internasional ini.
a. Membendung Pengaruh Kekuatan Komunis China
Amerika Serikat memang tidak akan merasa khawatir dengan negara
komunis dan keberadaan komunisme, namun Amerika Serikat takut dan
khawatir dengan kekuatan China sebagai negara komunis, akan menguasai
dunia. Dengan motif Hak Asasi Manusia dan Demokrasi, Amerika Serikat
berupaya meningkatkan hegemoni kapitalismenya dikawasan Asia Selatan.
Keikutsertaan

China

dalam

mendukung

kemiliteran

Pakistan

diwujudkan dengan China melakukan kerjasama jual beli perlengkapan
Militer dengan Pakistan. Semua perlengkapan militer untuk mengimbangi
kekuatan militer India yang dimiliki Pakistan kebanyakan di impor dari
China. Inilah salahsatu alasan yang mengharuskan Amerika Serikat ikut
campur di masalah perebutan wilayah Kashmir sedikitnya untuk
membendung faham komunisme yang dimiliki China ke Pakistan. Posisi
Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang kuat secara hegemoni
politik dan kekuatan militer (negara adidaya) memungkinkan untuk
melakukan apapun demi merealisasikan kepentingan strategi politik luar
negerinya.

b. Memantau Perkembangan Ideologi di Kawasan Asia Selatan
Amerika Serikat dengan sengaja akan menempatkan dirinya pada
sejumlah wilayah-wilayah strategis sebagai jalan untuk memudahkan
Amerika Serikat dalam memantau perkembangan serta dinamika kawasan
khususnya di kawasan Kashmir ini. Konflik Kashmir ini menjadi perhatian
sangat besar bagi Amerika Serikat, karena kawasan ini merupakan kawasan

yang rentan dan resistensi yang dianggap akan ada pengaruh ideologi baru
dikawasan tersebut, untuk itu Amerika Serikat menempatkan dirinya secara
tegas untuk menjaga serta memperluas kekuatan hegemoni melalui
penyebaran pengaruh-pengaruhnya baik secara ideologis (politik dan
ekonominya).

G. Kesimpulan
Keberadaan Amerika Serikat yang awalnya menjadi mediator di konflik yang terjadi
antara Pakistan dan India khususnya dalam koflik perebutan wilayah Kashmir menjadikan
Amerika Serikat lebih mendukung Pakistan dari pada India. Sebagai sebuah negara yang
besar yang berperan sebagai “Polisi Dunia” Amerika Serikat seharusnya mampu menunjukan
netralitas dalam permasalahan konflik tersebut. Namun seperti yang dipaparkan diatas
Amerika Serikat lebih mendukung Pakistan karena memiliki kepentingan nasional yang ingin
dicapainya.
Menurut peneliti dari keempat kepentingan nasional tersebut yang lebih dominan
menjadi kepentingan nasional Amerika Serikat adalah lebih concern pada kepentingan
nasional pertahanan dimana yang berfokus pada pemberantasan terorisme di kawasan Asia
Selatan, meskipun banyaknya kekhawatiran yang dirasakan Amerika Serikat ketika
menghadapi keberadaan pihak lain yakni Rusia dan China yang juga kedua negara ini berada
dibayang-bayang konflik Kashmir, dan kedua negara ini merupakan negara Komunis terbesar
di dunia, oleh sebab itu kepentingan nasional ideologi pun disini lebih dominan terlihat
bahwa Amerika Serikat menjadikan kepentingan nasional ideologi. Kemudian dapat
disimpulkan bahwa kepentingan Amerika Serikat di Pakistan ini, ingin mendominasi dan

menghegemoni kawasan Asia Selatan, yang dimana Amerika Serikat menganggap bahwa
keberadaaan Rusia dan China ini sebagai saingan untuk mendominasi dan menghegemon
kawasan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Adi Susilo, Taufik. Mengenal Amerika Serikat. (Yogyakarta: Garasi, 2009)
Bakry, Umar Suryadi. Pengantar Hubungan Internasional. (Jayabaya University Press, 1999)
Behera, Navnita. “State, Identity and Violance: Jammu, Kashmir and Ladakh (New Delhi:
Manohar, 2000)
Burki Javed, Shahid. Pakistan: Fifty Years of Nationahood (Boulder CO: Westview, 1999)
Charles W. Kegley, Jr dan Eugene Wittkopf, World Politics:Trend and Transformation
(United States: Wadsworth, 2004)

Coloumbus, Theodore A. And James H. Wolfe. Introduction to International Relations,Power
and Justice. (New Delhi: Prentice Hall of India Griffiths, 1981)

Creswell, John. W. Research Design: Pendekaatan Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)

David Bloomfield and Ben Reilly. Democracy and Deep-Rooted Conflict: Options for
Negotiatiors (1998), ed. Peter Harris and Ben Reilly, trans. Salma Hasan Ali. (Depok:
Studio Signum, 2000)

Ellis S. Krauss dan T.J Pempell, Beyond Billateralism: US-Japan Relation in The New Asia
Pasific (United States of America: Stanford University Press, 2004)

Hadiwijoyo, Suryo Sati. Batas Wilayah Negara Indonesia: Dimensi, Permasalahan, Dan
Strategi Penanganan. (Jogjakarta : Gava Media, 2009)

Hoffman, Stanley. A World of Complexity dalam Douglas J, Murray dan Paul Viotti, The
Defense Policies of Nations: A Comparative Study. (Lexington: Lexington Books,
1998)

Howard Lentner. Foreign Policy Analysis, (New York: BarrunchCollege, 1996)

Jackson, Robert and George Sorensen. Introduction to International Relations: Theories and
Approaches. (United States: Oxford Univ. Press, Inc, 2007)

Junjun Iman Umar, Kamus Pemerintaha, (Jakarta: Ghalih Pustaka. 2006)
Kegley, Charles W. And Jr Eugene Wittkopf. World Politics:Trend and Transformation.
(United States: Wadsworth, 2004)

K.J Holsti. International Politic, Terj., M. Tahrir Azhary. Politik Internasional: Kerangka
untuk Analisis, 1983

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)

Maunna, Boer. Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Dan Fungsi Dalam Era
Dinamika Global. (Bandung: Alumni, 2000)

Mohtar, Mas’oed. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi. (Jakarta: LP3ES,
1990)

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)

Morgenthau, Hans J. Politic Among Nations: The Struggle for Power and Peace. (New York:
Alferd A. Knop. Ed. 3, 1978)

Nazar, Mohammad. Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia, 1998)

Perwita, Anak Agung Banyu. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005)

Plamar, Norman D. dan Howard C. Perkins, International Relations: The World Comunity in
Transition. Boston: Houhton Miflin Company. Ed 2

Plano. Jack C. & Roy Olton. Kamus Hubungan Internasional, (Bandung, Putra Abardin,
1995)

Pratimila, Hamid. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005)

Rudy, T. May. Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang
Dingin. (Bandung: PT Refika Aditama, 2002)

Rudy, T. May. Teori, Etika Dan Kebijakan Hubungan Internasional. (Bandung : Angkasa,
1995)

Sadarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2002)

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
(Bandung: Alfabeta, 2009)

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D. (Bandung: Alfabeta, 2006)

Viotti, Paul R. and Mark V. Kauppi. International Relations Theory: Realisme, Pluralism,
Globalism and Beyond. Ed. 3. (New York: MacMillan Punliing Company, 1999)

Viotti, Paul R. and Mark V. Kauppi. International Relations and World Politics: Security,
Economy, Identity. (United States: Prentince Hall, 2001)

Wirsing, Robert G. India, Pakistan and the Kashmir Disputu. (New York: St. Martin’s Press,
1994)

Yanuar, Ikbar. (Bandung: PT Refika Aditama, 2012)

INTERNET
Bureau of South and Central Asia Affairs. “U.S. Relations with India.” Fact Sheet (09
Oktober 2015) internet. 07 Januari 2016, http://www.state.gov/

Bureau of South and Central Asia Affairs. “U.S. Relations with Pakistan.” Fact Sheet (07
Oktober 2015) internet. 07 Januari 2016, http://www.state.gov/

Dahono Fitrianto. “Menyiasati Afghanistan, Membujuk Rusia”, Kompas (20 Mei 2012)
internet. 18 Februari 2016, http://health.kompas.com/

Did You Know?. “Kashmir.” Did You Know Website (13 Juli 2013) intenet. 10 Februari
2016, http://www.didyouknow.org/

Executive Office of The President,”US-India Bilateral Trade and Investment”, Office of The
United States Trade Refresentative (5 September 2014) internet. 10 Februari 2016
https://ustr.gov/

Executive Office of The President,”US-Pakistan Trade Facts”, Office of The United States
Trade Refresentative (5 Februari 2014) internet. 10 Februari 2016 https://ustr.gov/

Global Security. “Military World War Indo-Pak 1947” Asian Studies (23 April 2014) intenet.
10 Februari 2016, http://www.globalsecurity.org/

Mario
Wahyu,
Kebijakan
Luar
Negeri
Amerika
Serikat,
diakses
dari
http://academia.edu/3252038/Kebijakan_Luar_Negeri_Amerika_Serikat, pada tanggal
17 November 2015.

Office of The Historian, “India.” U.S Departement of State, internet 07 Januari 2016,
https://history.state.gov/

Rajat Ganguly. “India, Pakistan and the Kashmir Dispute” Asian Studies Intitute (28 Mei
2014) intenet. 10 Februari 2016, http://www.researcharchive.vuw.ac.nz/

Ralf Schauff Ed. Luky Setyarini. “AS Umumkan Bantuan Dua Milyar Dolar Bagi Pakistan”,
Deutsche Welle (22 Oktober 2010) internet. 29 Oktober 2015, http://www.dw.com/

Security Assistance Monitor. “Direct Overt U.S. Aid Appropriations for and Military
Reimbursements to Pakistan, FY2002-FY2016.” Security Assistance Monitor (02
Oktober 2015) internet. 17 November 2015, http://www.securityassistance.org/

VOA Indonesia,”AS Janjikan Bantuan 2 Miliar Dolar bagi Militer Pakistan”, Voice of
America Indonesia (22 Oktober 2010) internet. 27 Oktober 2015
http://voaindonesia.com/
William Kirk.“Jammu and Kashmir.” Encyclopædia Britannica (24 April 2010) internet. 23
Januari 2016, http://www.britannica.com

William Kirk. “Kashmir.” Encyclopædia Britannica (27 Maret 2007) internet. 23 Januari
2016, http://www.britannica.com

CNN Wire Staff (4 July 2012). "Pakistan reopens NATO supply routes to Afghanistan". CNN
Wirestaff (CNN)

Robert Burns (19 Januari 2012). "APNewsBreak: Costs soar for new war supply routes". The
Guardian London

JURNAL
Anthony Wanis St. John, “Third Party Mediation over Kashmir: A Modest Proposal”,
International Peacekeeping, vol.4 no.4 (1997)

Dewi Triwahyuni, “Perubahan Kebijakan Keamanan Amerika Serikat Pasca 11 September
2001 Untuk Kawasan Asia Tenggara,” JIPSi, Vol. 01 No. 2 (2010)
Rahul Roy-Chaudhury, “The United States role and influence on the India-Pakistan conflict”,
Jurnal Ilmiah oleh peneliti untuk Asia Selatan di Lembaga International Institute for
Strategic Studies (IISS), (2004)
Refy Wahyu Kurniawan, “Dinamika Hubungan Amerika Serikat-Pakistan Dalam Kerjasama
The Global War On Terrorism (GWOT”, Skripsi pada Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember, (2014)

The Carter Center, “The Kashmiri Conflict: Historical and Prspective Intervention
Analyses,” Kashmir Conflict (2002)
Wajahat Habibullah, “The Political Economy Of The Kashmir Conflict Opportunities For
Economic Peacebuilding And For U.S. Policy”, Special Report pada United States
Institute of Peace, Washington DC, (2014)