PERSPEKTIF MASYARAKAT TENTANG PERAN PEME

Laporan Hasil Penelitian

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

PERSPEKTIF MASYARAKAT TENTANG PERAN PEMERINTAH DALAM
MENANGANI ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA PULAU BUNGIN
KEC. ALAS KABUPATEN SUMBAWA BESAR

KATA PENGANTAR

Bismillahi wabihamdihi
Assalmu'alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbila'lamin, segala puji bagi Allah kerena dengan limpahan rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta seluruh pengikutnya yang setia hingga hari kemudian.
Laporan penelitian ini disusun dengan mempertimbangkan segenap aspek yang dimiliki
penulis dengan tujuan untuk menambah penglaaman dan khazanah keilmuan kita sebagai
mahasiswa. Kami menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga kami mengharap
kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhirnya kami mengucapkan beribu rasa terima kasih kepada Dosen pengampu Sosiologi

Pendidikan serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Pancor,

Februari 2012

penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hak dasar yang harus diterima dan dirasakan secara layak oleh setiap
warga negara. Seperti tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1989 Bab III Pasal 5 dan Pasal 6 tentang Hak Warga Negara untuk Memperoleh Pendidikan
yang ditetapkan pada tanggal 27 Maret 1989. Pasal 5 berbunyi ”Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan”. dan Pasal 6 berbunyi: “Setiap
warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar
memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara
dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan tamatan pendidikan dasar”.

Pendidikan dasar adalah pendidikan wajib belajar (WAJAR) selama 9 tahun, artinya setiap
warga negara harus dapat merasakan dan menyelesaikan pendidikan minimal di bangku SD
(6 tahun) dan SMP (3 tahun), bahkan pemerintah sudah mencanangkan wajib belajar 12 tahun
sampai SMA. Namun realitas yang terjadi ternyata berbeda, harapan setiap warga negara
untuk dapat mengenyam pendidikan secara luas hanya sebatas angan-angan saja. Seperti
diungkap dalam berita yang dimuat di Harian KOMPAS edisi 28 juli 2011, “terdapat sekitar
1.08 juta siswa yang putus sekolah (2.05%) dan 3.03 juta lulusan SD-SMP yang tidak bisa
melanjutkan sekolah”. Selain masalah yang terkait dengan anak-anak putus sekolah diatas,
ternyata angka buta aksara di Indonesia masih tergolong tinggi. Hal ini menjadi cerminan
bahwa pendidikan kita masih terbelakang dan masih tertinggal jauh dibandingkan dengan
negara-negara lain.
Oleh karena itu maka sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk dapat
menyelenggarakan pendidikan seperti menyediakan sarana dan prasarana penunjang
pendidikan maupun menyaipkan beasiswa bagi anak-anak putus sekolah sehingga hak-hak
mereka untuk mendapat pendidikan bisa terpenuhi secara layak, adil dan merata. Namun
mungkin kerja pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan terutama dalam pengentasan
anak putus sekolah masih belum maksimal sehingga tujuan pendidikan nasional yang
tecantum dalam pembukaan undang-undang dasar “untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa” belum bisa tercapai.


Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan satu wilayah di Indonesia yang tingkat
pendidikaannya masih rendah, begitu pula dengan sarana dan prasarana penyelenggaraan
pendidikan yang masih minim. Jika ditarik rata-rata umur pendidikan masyarakat di NTB
masih setara dengan kelas 6 SD, sehingga tingkat pendidikan ini juga berimbas pada
menurunnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB yang saat ini berada pada
peringkat 32 dari 33 provinsi di Indonesia.
Desa Pulau Bungin Kec. Alas, Kabupaten Sumbawa Besar adalah salah satu daerah di
wilayah NTB yang tercatat angka putus sekolahnya masih tinggi. Pulau bungin dengan
karakteristik masyarakat nelayan merupakan pulau terpadat di Indonesia dengan luas wilayah
yang hanys sekitar 8.5 Ha mempunyai jumlah penduduk sebanyak 3.086 jiwa. Namun sarana
pendidikan di pulau ini sangat kurang, hanya terdapat 2 sekolah dasar dan itu tidak mampu
menampung anak-anak usia sekolah sehingga jumlah anak putus sekolah masih sangat tinggi.
Terkait dengan hal tersebut, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan secara
lebih mendalam tentang peran pemerintah dalam pengentasan anak putus sekolah. Sehingga
peneliti mengangkat judul penelitian yaitu “Perspektif masyarakat tentang peran pemerintah
dalam menangani anak putus sekolah di Desa Pulau Bungin Kecamatan Alas Kabupaten
Sumbawa Besar”.
B. Fokus Permasalahan
Dalam penelitian ini kami memfokuskan permasalahan tentang bagaimana respon masyarakat
terhadap peran pemeritah desa dalam upaya mengatasi anak-anak putus sekolah di Pulau

Bungin.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan pemerintah dan masyarakat terhadap anak putus sekolah di Desa
Pulau Bungin Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa Besar ?
2. Apa saja upaya-upaya pemerintah untuk mengatasi anak putus sekolah di Pulau Bungin di
Desa Pulau Bungin Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa Besar ?

3. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap peran pemerintah dalam upaya mengatasi
anak putus sekolah di Pulau Bungin di Desa Pulau Bungin Kecamatan Alas Kabupaten
Sumbawa Besar?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menetahui:
1. pandangan pemerintah dan masyarakat terhadap anak putus sekolah
2. upaya-upaya pemerintah untuk mengatasi anak putus sekolah di Pulau Bungin
3.

pandangan masyarakat terhadap peran pemerintah dalam upaya mengatasi anak putus

sekolah di Pulau Bungin


E. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dilakukan kita akan bermanfaat untuk:
1. Manfaat Teoritis
a) Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga dalam
memperkaya hasanah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan dikalangan pendidikan lainnya
yang membutuhkan kajian permasalahan, khususnya mengenai peran pemerintah terhadap
anak putus sekolah.
b) Penelitian ini dijadikan sarana bagi kami untuk melatih diri untuk mengaplikasikan ilmu
yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.
c)

Sebagai dasar bagi mahasiswa/mahasiswi dalam menyusun makalah atau skripsi yang

berkaitan dengan peran pemerintah terhadap anak yang putus sekolah .
2. Manfaat Praktis
a) Bagi masyarakat
Bahwa dari hasil penelitian ini di harapkan bagi masyarakat khususnya bagi masyarakat desa
pulau Bungin untuk tetap memberikan motivasi dan dukungan kepada anak-anaknya supaya
tidak ada lagi anak-anak yang putus sekolah dan kualitas pendidikan semakin membaik.


b) Bagi Pemerintah
Sebagai bahan gambaran untuk melihat dan lebih memperhatikan pendidikan terutama
pendidikan yang ada di desa pulau Bungin yang masih banyak kekurangan dan perlu
perhatian dari pemerintah baik pemerintah desa maupun pemerintah daerah terutama dalam
meningkatkat fasilitas yang menjadi kendala bagi anak-anak yang putus sekolah seperti akses
jalan , sarana dan parsarana dan lain sebagainya.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Perspektif
Perspektif berasal dari bahasa latin yakni: Per artinya melalui dan Spectare yang berarti
memandang. Jadi perspektif itu suatu media yang dimiliki sorang pribadi dan melalui media
itu dia memandang satu obyek, karena medianya berbeda maka pandangannya juga berbeda
dari yang lain.
Dalam pengertian lain disebutkan, Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun
keyakinan tentang sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal

berdasarkan cara-cara tertentu, dan cara-cara tersebut berhubungan dengan asumsi dasar yang

menjadi dasarinya, unsur-unsur pembentuknya dan ruang lingkup apa yang dipandangnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Perspektif adalah pengharapan, peninjauan
atau tinjauan pandangan luas tentang suatu objek.
Jadi, Perspektif Masyarakat adalah setiap penilaian, peninjauan atau pandangan pandangan
luas dari masyarakat terhadap suatu objek atau masalah.
B. Peran Pemerintah
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak
dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia telah menjalankan suatu pola, peran
dan status merupakan kedudukan yang memberikan hak dan kewajiban bagi individu yang
bersangkutan, perbedaan antara status dan peran dalam kehidupan tidak dapat dipisahkan
saling tergantung satu sama lain.
Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi
perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam
keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi
penilaian, memberi sangsi dan lain-lain.
Dalam pengertian lain peran adalah tingkah laku yang diharapkan diperbuat oleh seseorang
sesuai dengan statusnya. Jadi peran pemerintah berarti segala tindakan yang dilakukan untuk
masyarakat yang berkaitan dengan tanggung jawab pada posisi dan kedudukan mereka.
C. Anak Putus Sekolah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam siklus kehidupan

manusia mulai lahir hingga akhir hayat (long life education). Secara konsep, pendidikan
merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab.
Pendidikan adalah suatu proses transfer of knowledge (ilmu pengetahuan, teknologi dan seni)

yang dilakukan oleh guru kepada anak didiknya. Selain itu, pendidikan adalah alat untuk
merubah cara berpikir kita dari cara berpikir tradisional ke cara berpikir ilmiah (modern).
Namun hingga kini, upaya pemerintah untuk menangani permasalahan pendidikan di
Indonesia, terutama pendidikan dasar 12 tahun dirasakan masih belum tuntas. Hal tersebut
dibuktikan dengan setiap bergantinya rezim pemerintahan, utamanya dengan bergantinya
menteri pendidikan, selalui diikuti dengan bergantinya kurikulum pendidikan. Dari sini
tampak bahwa pemerintah masih belum menemukan bentuk pengelolaan pendidikan yang
tepat bagi anak-anak kategori usia pendidikan dasar dan masih mencari-cari bentuk yang
sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, dan seni.
Ternyata masih banyak di temukan anak-anak kurang mampu harus berhenti sekolah karena
tidak memiliki biaya. Sering dijumpai bahwa anak-anak Indonesia harus dipaksa mengemis
demi menghidupi keluarga, melakukan tindak kriminal dan terlantar karena ketimpangan

ekonomi. Tidak jarang pula anak-anak seringkali menghadapi bentuk-bentuk kekerasan baik
fisik maupun non fisik. Padahal, anak-anak Indonesia harusnya berada di rumah, belajar
dengan baik dan menikmati tugas-tugas bagi tumbuh kembang diri mereka. Disinilah peran
pemerintah harus ditingkatkan dalam rangka peningkatan pendidikan anak-anak Indonesia.
Pencanangan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun oleh pemerintah sejak tahun
1994 menunjukkan keberhasilan jika dilihat dari angka partisipasi sekolah di semua
tingkatan. Angka partisipasi murni SD saat ini sudah mencapai 90 persen lebih, sedangkan
SMP di angka 60-an persen dengan tren membaik setiap tahun. Namun, keterbatasan
kemampuan sebagian masyarakat mengelola pendidikan tampak dari masih relatif tingginya
angka putus sekolah. Di tingkat pendidikan dasar, putus sekolah masih menjadi ”momok”
upaya penuntasan wajib belajar sembilan tahun. Angka putus sekolah seluruh jenjang
pendidikan di Indonesia empat tahun terakhir masih di atas satu juta siswa per tahun. Dari
jumlah itu, sebagian besar (80 persen) adalah mereka yang masih duduk di jenjang
pendidikan dasar (SD-SMP). Lebih-lebih lagi jika ditinjau dari rencana pemerintah untuk
program wajib belajar 12 tahun maka siswa-siswa lulusan SMP sangat banyak yang tidak bisa
melanjutkan sekolah sampai SMA.

BAB III
METODE PENELITIAN


Metode penelitian merupakan sebuah langkah structural yang jelas di dalam menggapai
konteks penelitian yang jelas sehingga hasil penelitian yang dilakukan memiliki nilai
kebenaran dengan sistem yang sudah pasti,dalam penerapan metode penelitian ini ada poinpoin penting yang meliputi Desain penelitian , lokasi dan subjek penelitian , teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.
Menurut (Departemen P dan K 1995:652) bahwa “ Metode” adalah suatu cara yang teratur
dalam berfikir , baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan , cara kerja yang
sistematis untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan apapun yang dilakukan seseorang.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian menanyakan sebuah sikap yang berkepentingan

yang mempunyai

gambaran yang jelas tentang bagaimana keterkaitan antara variable yang ada pada tugas
dalam tugas penelitian dan apa yang hendak dilakukan oleh seorang peneliti data
melaksanakan penelitian.

1. Jenis Pendekatan
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan penelitian kualitatif. Seorang akhli mengatakan
bahwa metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dalam situasai yang
wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Pendekatan

kualitatif lebih berdasarkan filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan
(versetehen). Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu pristiwa
intraksi tingkah laku manusia dalam sitausai tertentu menurut perspektif peneliti sendiri
(Husnaini Usman, 2004 : 81). Dengan bahasa yang sederhana Zuriah (2007 : 91) mengatakan
bahwa pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang lebih banyak menggunakan
logica-hipotetiko-verifikatif.

Selanjutnya Maryaeni (2005 : 3) menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif sebagai medan
penemuan pemahaman merupakan kegiatan yang tersusun atas sejumlah wawasan, disiplin,
maupun wawasan filosofis sejalan dengan kompleksi pokok permasalahn yang digarap. Dari
paparan di atas, maka dapat peneliti pahami bahwa penelitain yang mengkaji masalah sosial
budaya cenderung menggunakan metode penelitian kualitatif sebab permasalahan sosial
adalam permasalahan yang bersifat alamiayah sebab data-data kualitatif bersifat deskriftif.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dasar atau murni. Jujun
S. Suriasumantri (1985) menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui
(Sugiyono 2007:4). Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak
memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Pulau Bungin kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa Besar.
Pulau Bungin merupakan salah satu pulau terpadat di Provinsi NTB bahkan di Indonesia.
Adapun alasan kami memilih Pulau Bungin sebagai lokasi penelitian karena Pulau Bungin
merupakan salah satu wilayah yang angka putus sekolahnya masih tergolong tinggi, sehingga
sangat tepat untuk menjadi lokasi penelitian.

C. Tekhnik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari sumbersumber asli, dalam hal ini pemerintah desa dan seluruh masyarakat yang dapat memberikan
data yang dibutuhkan peneliti yang sesuai dengan masalah dalam penelitian. Cara
pengumpulan data primer sebagai berikut.
a.

Wawancara

Wawancara (Interview) adalah mencari informasi tentang suatu hal dengan mengajukan
pertanyaan kepada informan (narasumber) secara detail. Wawancara digunakan sebagai
tekhnik pengumpulan data apabila peneliti ingin mendapatkan dan mengaetahui hal-hal dari
responden secara lebih mendalam dan jumlah responden sedikit.
b. Observasi
Obsevasi adalah merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data , observasi dapat
dibedakan manjadidua yaitu participant observation (observasi peran serta) dan non
participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan maka observasi
dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.
Nasution (2003 : 106) menjelaskan bahwa observasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian.
c.

Dokumentasi
Menurut Moleong (2004 : 161) bahwa dokumentasi adalah setiap pertanyaan tertulis

yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian peristiwa atau
akunting. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode dokumentasi adalah suatu teknik
pengumpulan data yang digunakan sebagai acuan dalam mencari dan referensi yang

berkenaan langsung dengan masalah dalam penelitian. Adapun yang dijadikan data
penunjang dalam penelitian ini adalah berupa buku-buku, catatan atau jenis dokumentasi
tertulis lainnya, seperti profil desa, photo-photo, dan catatan atau agenda yang dibuat oleh
tokoh yang ada di Desa.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga-lembaga terkait dan
dipublikasikan berupa bacaan atau literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.
Pengumpulan data sekunder salah satunya bisa dilakukan dengan studi kepustakaan.
D. Uji Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan, menurut
Moleong, (2002: 173) ada empat kriteria yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data,
yaitu derajat kepercayaan (credibillity), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability). Berdasarkan penjelasan tersebut maka dalam
penelitian ini penulis menggunakan tekhnik keabsahan data yang sesuai dengan kriteria yang
telah disebutkan di atas dimana peneliti memperhatikan tingkat kredibilitas data, kepastian
data, ketergantungan antara data yang satu dengan data yang lainnya, dan kepastian data yang
telah terkumpul.
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data-data yang bersifat alamiayah dimana
data-data yang terkumpul lebihbanyak didapatkan dari informan atau narasumber dimana
narasumber kadang-kadang memiliki keterbatasan yang disebabkan oleh keletihan atau
keterbatasan mengingat yang dapat menyebabkan kekeliruan, sehingga peneliti perlu
memperhatikan keteralihan dan kebergantungan yang juga sering disebut dengan validitas
dan reliabilitas data. Selain itu perlu juga diperhatikan kepastian (objektivitas) sumber
dimana dalam hal ini peneliti melakukan seleksi terhadap data-data yang telah diberikan oleh
narasumber dan tidak bergantung kepada pandangan atau persetujuan seseorang serta
berusaha mencari keterangan dari nara sumber yang jujur, faktual, dan dapat dipastikan
keterangannya.
Setelah data terkumpul dan sudah diuji keabsahannya maka data-data tersebut perlu
diorganisasikan, diseleksi, dan kemudian disusun dalam bentuk tulisan. Meskipun datanya

cukup variatif namun dengan dilakukannya pengecekan keabsahan data dengan kriteriakriteria yang telah ditetapkan sebelumnya maka data yang diperoleh betul-betul valid dan
akurat. Dalam penelitian ini data-data yang telah diperoleh dilapangan nanti akan dibandingbandingkan, kemudian dianalisis untuk menarik generalisasi atau kesimpulan.
E. Tekhnik Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode deskriptif kualitatif.
Deskriptif adalah suatu cara pengolahan data yang dibukukan dengan jalan menyusun secara
sistematis sehingga akan memperoleh kesimpulan umum (menyeluruh) mengenai pokok
permasalahan. Kualitatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses penjaringan data
atau informasi yang bersifat sewajarnya, mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau
bidang kehidupan tertentu pada objeknya. Metode deskriptif kualitatif adalah yang
digambarkan dengan kata-kata kalimat-kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk
memperoleh kesimpulan (Arikunto, 2002 : 213).
Metode deskriftif kualitatif digunakan karena pertama, menyesuaikan metode lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung
hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih
dapat dalam menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi, dan keempat metode ini lebih banyak mementingkan segi
“proses” dari pada “hasil” hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang
diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati (Bongdan dan Biklen dalam Moleong, 2004 : 7).
Adapun langkah-langkah analisi data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Identifikasi, identifikasi merupakan penentuan atau penetapan identitas. Identifikasi yang
dimaksud di sini adalah mengidentifikasi data-data yang telah terkumpul dalam catatancatatan lapangan yang dibuat oleh peneliti.
b. Klasifikasi, setelah melakukan identifikasi data, maka langkah selanjutnya adalah
mengklasifikasikan makna-makna yang terkandung dalam data yang diperoleh dari lapangan
kemudian dikumpulkan dalam sub-sub masalah penelitian. Artinya data-data yang memiliki
klasifikasi makna yang sama akan dikumpulkan dalam sub pembahasan yang satu.

c. Interpretasi dan penyajian data, pada tahap ini penulis kemudian menafsirkan data
berdasarkan masalah dan dasar teori yang ada untuk nantinya setelah dianalisis dapatlah
ditarik suatu kesimpulan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah
1. Kondisi Geografis
Desa Bungin Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa merupakan salah
satu wilayah di Provinsi Nusa tenggara Barat (NTB) yang terletak di
tengah laut dan sekaligus merupakan salah satu pulau terpadat di
Indonesia. luas wilayah daripada Desa Pulau Bungin yakni

+

/- 9 Ha,

adapun batasan-batasannya yaitu :
Sebelah Timur

: Berbatasan dengan Pulau Kaung

Sebelah Selatan

: Berbatasan dengan Pulau Panjang

Sebelah Utara

: Berbatasan dengan Alas

Sebelah Barat

: Berbatasan dengan Gontar Baru

Di mana di Desa Pulau Bungin terdapat jumlah penduduk sebanyak
860 kepala keluarga (KK) atau sekitar 3860 jiwa yang terdiri dari Laki-laki
sebanyak 1508 jiwa dan perempuan sebanyak 1560 jiwa.
2. Keadaan Demografis
Desa Pulau Bungin di huni oleh beragam orang yang berasal dari
berbagai suku dan daerah, akan tetapi sudah lama menetap di pulau
bungin tersebut sehinga mereka sudah bisa beradaptasi dengan daerah
pulau bungin yang cuacanya sangat panas. Bahasa yang di gunakan oleh
penduduk Desa Pulau Bungin yakni bahasa Bajo.
3. Mata Pencaharian

Secara

umum

sebagian

besar

mata

pencaharian

penduduk

masyarakat Desa Pulau Bungin adalah Nelayan dan pengusaha tambak.
Namun sebagian ada juga

yang berprofesi sebagai guru dan usaha

dagang.
4. Pendidikan
Pada bidang Pendidikan di Desa Pulau bungin terdapat beberapa
PAUD dan TK, SD sebanyak 2 buah serta SMP sedang dalam proses
pembangunan. Di desa Pulau Bungin terdapat jumlah penduduk buta
aksara dan huruf latin sebanyak 375 orang.
5. Agama
Masyarakat Desa Pulau Bungin secara keseluruhan menganut agama
islam.
B. Pembahasan
1. Pandangan Pemerintah dan Masyarakat Terhadap Anak Putus Sekolah
Secara umum “Pandangan” diartikan sebagai penilaian seorang terhadap
suatu objek. Jadi pandangan sangat terkait dengan penilaian masingmasing individu secara subjektif.
a.

Pandangan Pemerintah

Pemerintah desa Bungin menilai anak putus sekolah merupakan suatu
fenomena yang marak terjadi ,sebagai suatu cerminan masih rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap anak yang putus sekolah yang ada di
desa pulau Bungin sehigga pemerintah berusaha mengupayakan fasilitas
untuk menjamin pendidikan anak-anak putus sekolah di desa pulau
Bungin. Seperti yang di ungkapkan oleh M.Sofyan yang menjabat sebagai
Kepala Desa Pulau Bungin mengatakan: “anak-anak di Pulau Bungin ini
masih banyak yang tidak bersekolah, ini disebabkan karena masih
kurangnya kesadaran orang tua dalam menyekolahkan anaknya”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala BPD Desa Bungin, Hafid. Dia
mengatakan: “salah satu factor masih tingginya angka anak-anak putus
sekolah yang ada di Bungin karena para orang tua (terutama yang tidak
pernah mengenyam pendidikan), kurang memperhatikan pendidikan
anaknya, mereka lebih memilih untuk mengajak anak-anaknya ikut
berlayar”. Lebih lanjut HJafid menjelaskan: “Namun bagi para orang tua
yang pernah merasakan bangku sekolah, walaupun sampai SMP mereka
akan menyuruh ananknya untuk rajin bersekolah”.

b. Pandangan Masyarakat
Masyarakat menilai anak putus sekolah di desa pulau Bungin adalah
sebagai fenomena yang telah lama terjadi terutama karena faktor letak
geografis yang berada di tengah laut yang hanya bisa di akses melalui
penyebrangan menggunakan perahu dan belum adanya akses jalan
tembus menuju pulau Bungin.
Bagi masyarakat Bungin pendidikan merupakan hal yang sangat penting
sehingga

para

orang

tua

berusaha

secara

maksimal

dalam

memperjuangkan pendidikan anaknya. Dalam pepatah orang Bungin,
diungkapkan oleh Abu Samad, menyebutkan: “setiap hari orang Bungin
tidak pernah kering celana dalamnya”. Itu artinya bahwa semangat
masyarakat

atau

para

orang

tua

untuk

mencari

nafkah

sebagai

pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan untuk menyekolahkan anaknya
sangat luar biasa. Setiap hari mereka turun ke Laut dan bekerja sangat
giat tanpa menenel lelah demi masa depan anak-anak mereka.
Jadi, masih tingginya angka anak putus sekolah bukan disebabkan oleh
kurangnya kesadaranorang tua dalam menyekolahkan anaknya, tapi
karena masih mimimnya sarana dan prasarana pendukung pendidikan di
desa ini.
2. Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Anak Putus Sekolah

Fenomena anak putus sekolah yang marak terjadi pada masyarakat pulau
Bungin menimbulkan keprihatinan bagi banyak pihak lebih-lebih dari
pemerintah desa.Oleh karena itu seperti disampaikan oleh M.SOFIAN
kepala Desa Pulau Bungin, berbagai upaya telah di lakukan pemerintah
untuk menanagani anak putus sekolah diantaranya :
a.

Penyediaan Perahu Penyebrangan
Lokasi pulau Bungin yang berda di seberang wilayah Alas hanya bisa

ditempuh menggunakan perahu dan untuk mempermudah anak-anak
yang ingin melanjutkan sekolah, pemerintah mencoba menfasilitasi
dengan menyediakan perahu khusus digunakan untuk mengantar anakanak yang pergi sekolah.
b. Pembangunan Jalan Tembus Bungin
Walaupun pemerintah telah mempermudah anak-anak Bungin dalam
menikmati

fasilitas

pendidikan

dengan

menyediakan

perahu

penyebrangan namun angka anak putus sekolah masih tergolong tinggi
karena

menurut

penutur

beberapa

informan

berangkat

sekolah

menggunakan perahu sering terlambat sedangkan peraturan sekolah
diberlakukan dengan sangat ketat , tiga kali terlambta langsung
dikeluarkan , belum lagi dengan tidak tentunya perubahan cuaca juga
menjadi

kendala,

sehingga

pada

tahun

2003

pemerintah

dengan

dukungan penuh dari masyarakat mulai membangun jalan tembus yang
langsung masuk ke pulau Bungin sehingga akses pendidikan bagi anakanak yang melanjutkan sekolahnya ke Alasbisa terbantu karena sudah ada
akses jalan darat.
c.

Sosialisasi Kepada Orang Tua

Salah satu upaya penting yang dilakukan oleh pemerintah desa adalah
sosialisasi secara langsung kepada masyarakat dengan memberikan
motivasi dan memberika pemahaman tentang pentingnya pendidikan
untuk masa depan .Pemerintah desa bersama kepala-kepala dusun secara

langsung mendatangi rumah-rumah warga untuk melakukan penyadaran
pentingnya pendidikan.

d. Program PKBM
Selain beberapa hal diatas pemerintah desa juga menyelenggarakan
program PKBM ( Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang bertempat
dibalai desa,PKBM atau yang lebih dikenal dengan program kejar paket
( Paket A/B/C) di peruntukkan bagi anak-anak Bungin yang putus sekolah
dan ingin mendapatkan ijazah penyetaraan baik itu setingkat SD/SMP
/SMA. Begitu juga setali dengan program berantas buta aksara program
pemerintah bekerjasama dengan mahasiswa–mahasiswa yang melakukan
KKN di pulau Bungin.Dengan menerapakn program keaksaraan fungsional
( KF).
e.

Membangun SMP Satu Atap

Tidak berhenti sampai disana kepedulian pemerintah terhadap anak putus
sekolah juga mengusahakan pembangunan SMP satu atap ,pembangunan
SMP itu sekarang sedang berlangsung kurang lebih satu bulan yang
berlokasi diatas bukit desa Gontar barat. Dengan mulai dibangunnya SMP
tersebut diharapkan angka anak putus sekolah bias ditekan secara
maksimal setidaknya sampai tuntas wajib belajar Sembilan tahun.
3.

Respon Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi

Anak Putus Sekolah
Masyarakat

pulau

Bungin

merupakan

masyarakat

yang

sangat

mengharapkan adanya perubahan dalam kehidupan mereka terutama
dalam hal pendidikan yang merupakan salah satu hal yang sangat penting
dalam

pembangunan

desa

pulau

Bungin

sendiri

.Namun

pada

kenyataanya pendidikan yang ada di desa Pulau Bungin itu sendiri masih
sangat sederhana sehingga banyak masyarakat yang anak-anaknya putus

sekolah

karena

kurangnya

fasilitas

yang

membantu

keberlanjutan

pendidikan mereka. Akan tetapi setelah adanya upaya-upaya pemerintah
dalam

menanggulangi

terjadinya

anak

putus

sekolah

seperti;

memberikan peran kepada masyarakat yang digunakan husus untuk
mengangkut atau mengantarkan anak-anak menyebrangi laut menuju
sekolah mereka yang berlokasi di Alas, Seperti yang dikemukakan oleh
Hj.Salimah: “Salah satu bentuk usaha untuk memajukan pendidikan yang
ada di Pulau Bungin, Ada seorang tokoh masyarakat yang bernama H.
Ruslan (Alm), yaitu suami saya sendiri dimana pada tahun-tahun
sebelumnya beliau menyumbangkan perahunya secara sukarela untuk
mengantar dan menjemput anak sekolah setiap hari”.
Sebelum adanya jalan tembus lewat daratan .Namun hal tersebut belum
begitu maksimal untuk menanggulangi anak putus sekolah yang ada di
desa pulau Bungin karena taempat sekolah mereka yang jauh kalu
menggunakan perahu, perjalanannya tidak secepat lewat darat sehingga
sering membuat mereka terlambat dan merekapuun

harus bangun

sebelum subuh agar tidak terlambat sampai disekolah.
Selama adanya perahu

yang diberikan oleh pemerintah anak putus

sekolah berkurang sedikit demi sedikit, cuma masih ada juga anak yang
putus sekolah karena mereka jenuh apabila mereka dibangunkan terlalu
pagi untuk pergi sekolah dan juga diakibatkan oleh jauhnya perjalanan
yang akan ditempuh untuk

menuju ke sekolah mereka

sehingga

pemerintah membuatkan jalan tembus untuk menuju sekolah mereka
supaya lebih cepat sampai disekolah dan itu sangat membantu mereka
untuk memudahakan masyarakat dalam melanjutkan pendidikan anak
mereka. Selain itu, pemerintah desa juga melakukan sosialisasi kepada
masyarakat tentang pentingnya dunia pendidikan , agar para orang tua
memberikan perhatian atau control yang tegas kepada anak-anak
mereka .Kemudian pemerintah juga mencanangkan program PKBM ( Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat) dan hal tersebut direspon oleh masyarakat
dengan mengikuti kegiatan tersebut.

Seperti yang dinyatakan oleh Makasawu (Kadus Bungin): “Dengan adanya
program

pemerintah

PKBM(Pusat

Kegiatan

Belajar

Masyarakat)

masyarakat berbondong-bondong ikut serta dalam program/kegiatan
tersebut”. Dan masyarakat juga melakukan gotong royong dalam program
pemerintah seperti pembangunan jalan tembus.
Pemerintah juga membangun “ SMP satu atap “yang terletak diatas bukit
desa Gontar Barat yang lebih dekat dengan desa pulau Bungin agar anak
putus sekolah dapat ditanggulangi secara maksimal dan hal tersebut
ditanggapi dengan gembira dan senang hati bahkan mereka ikut
membangun dan bergotoroyong untuk membantu membangun SMP satu
atap

tersebut

,

kemudian

anak-anak

yang

putus

sekolah

dapat

melanjutkan pendidikan mereka kembali sehingga anak putus sekolah
dapat diatasi dan semangat masyarakat mulai bangkit untuk melanjutkan
pendidikan.
Seperti yang dinyatakan oleh Karmila (Anak putus sekolah): “Setelah
adanya SMP terbuka masyarakat menanggapinya dengan senang hati dan
termotivasi untuk menyekolahkan anak-anak mereka yang sempat
terputus pendidikannya, termasuk saya pribadi”.
Berdasarkan

uraian-uraian

dari

para

informan,

masyarakat

sangat

menyambut baik setiap usaha-usaha dari pemerintah dan juga sangat
antusias dalam ikut mensukseskan setiap program pemerintah dalam
pengentasan

anak

putus

sekolah.

Tapi

dari

ungkapan

sebagian

masyarakat memang setiap program yang telah dilakukan pemerintah
belum dirasakan masyarakat secara merata. Hal ini disebabkan karena
sosialisasi dari pemerintah belum dilakukan secara maksimal.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Anak putus sekolah merupakan fenomena yang masih sangat lumrah
terjadi, sebagai calon generasi penerus pemerintah maupun masyarakat
tentunya sangat prihatin terhadap masih tingginya angka putus sekolah.
Sehingga

diharapkan

kepada

semua

pihak

tutut

andil

dalam

menyelesaikan masalah tersebut.
2.

Berbagai

pemerintah

upaya
desa

menanggulangi

yang

telah

dilakukan

pemerintah,

Pulau

Bungin

dalam

upayanya

tingginya

angka

putus

sekolah

terutama

untuk
yaitu

terus

dengan:

menyediakan perahu penyeberangan, membangun jalan tembus AlasBungin, sosialisasi pendidikan kepada orang tua, mengadakan PKBM (kejar
Paket) dan membangun SMP Satu Atap di daerah Gontar Barat.
3.

Dalam setiap usaha pemerintah untuk menanggulangi kasus anak

putus sekolah tentunya juga mendapat sambutan hangat dari para warga
masyarakat. Masyarakat menilai bahwa kerja pemerintah dalam perannya
dalam pengentasa anak putus sekolah cukup bagus, namun semua itu
belum sepenuhnya dirasakan oleh warga masyarakat secara keseluruhan.
B. Saran
Masa depan pendidikan anak-anak usia pendidikan dasar di Indonesia
berada di tangan pemerintah sebagai pemegang otoritas sebagai
pelaksana dari setiap proses pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu

pemeritah harus bekerja secara maksimal untuk menyelesaikan masalahmasalah yang berkaitan dengan pendidikan anak.
Bagi masyarakat secara umum juga memiliki peran penting sebagai
pengawas dan pembimbing bagi anak-anak putus sekolah, sehingga
peran aktif para orang tua harus ada dalam setiap penyelesaian masalah
pendidikan, terutama anak putus sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002.

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sugiyono.2007. Metode penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta
Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara.
Zuriah, Nurul. 2007. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Sumber: padangtoday.com Gebril Daulay - Padang Ekspres Kamis, 22/01/2009
http://www.klikgalamedia.com/indexnews.php?
wartakode=20110430010531&idkolom=opnipendidikan