Penyimpangan Sosial Pedagang Kaki Lima d

PENYIMPANGAN SOSIAL
PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA
MALANG
Yang dibina Oleh Bapak Panjilmo Putro S.pd M.si

Oleh:
Alfi Naba
NIS/NA: 5839 / 02
Kelas: X MIA 2 / X SOS 1
Oktober 2014

Kata Pengantar
Puji syukur saya hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang pada kesempatan ini
saya diijinkan untuk menulis artikel yang berjudul “Penyimpangan Sosial Pedagang Kaki
Lima di Kota Malang”
Ucapan terimakasih juga tidak lupa saya sampaikan kepada orang orang yang sudah
memfasilitasi saya untuk mengerjakan sebuah artikel ini sehingga saya mampu
menyelesaikannya dengan baik. Tidak lupa juga terima kasih juga saya sampaikan kepada
guuru yang sudah membimbing saya dengan ilmu ilmu yang diterangkannya selama pelajaran
lintas minat sosiologi, Bapak Panjilmo Putro.
Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi pembaca, dan saya menyadari bahwa arikel

yang saya buat ini masih belum sempurna oleh karna itu saya meminta kepada pembaca
untuk memberikan krtik dan sarannya yang bersifat membangun demi perbaikan kearah yang
sempurna. Akhir kata saya sampaikan terimakasih.

Malang, 29 Oktober 2014
Alfi Naba

i

Daftar Isi
Kata Pengantar ...............................................................................................................

i

Daftar Isi ..........................................................................................................................

ii

BAB 1


PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang .....................................................................................................

1

1.2

Rumusan Masalah ................................................................................................

1

1.2.1 Pengertian dari “Pedagang Kaki Lima”
1.2.2 Apa penyebab dari Pedagang Kaki Lima yang berjualan di sembarang tempat?
1.2.3 Apa dampak dari Pedagang Kaki Lima yang berjualan di sembarang tempat?
1.2.4 Bagaimana solusinya agar PKL tidak berjualan di sembarang tempat lagi?
1.3


Tujuan .................................................................................................................

1

1.4

Manfaat .................................................................................................................

1

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1

Teori Sosiologi ......................................................................................................

2


2.2

Teori “ Pedagang Kaki Lima ” ..............................................................................

4

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1

Pengertian .............................................................................................................

3.2

Penyebab PKL yang berjualan di sembarang tempat ........................................... 5

3.3


Pengaruh PKL yang berjualan di sembarang tempat ............................................

3.4

Solusi untuk PKL tidak lagi berjualan di sembarang tempat ................................. 8

3.5

Hasil Wawancara...................................................................................................
ii

5

6

9

3.6

Hasil Dokumentasi Wawancara ...........................................................................


10

3.7

Profil Narasumber ................................................................................................

11

BAB 4

PENUTUP

4.1

Kesimpulan ........................................................................................................... 12

4.2

Saran ..................................................................................................................... 12


DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Ketidakseimbangan pembangunan desa dan kota menarik masyarakat desa untuk melakukan
urbanisasi ke wilayah per kota an. Hal ini menyebabkan jumlah angkatan kerja lebih banya
daripada jumlah ketersediaannya lapangan pekerjaan. Dalam situasi ini banyak pencari
pekerjaan lari kebidang wirausahaan salah satunya menjadi Pedagang Kaki Lima.
Saat ini di Kota Malang, banyak masyarakatnya yang memilih pekerjaannya sebagai
pedagang kaki lima. Sering kali Kota Malang mendapat masalah tentang Pedagang Kaki
Lima. Masalah tersebut salah satunya adalah Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan di
sembarang tempat. Hal itu akan bisa menjadi dampak negatif bagi masyarakat sekitar dan
tatanan kota.
Jika pemerintah tidak cepat membuat solusi untuk Pedagang Kaki Lima (PKL) ini, tatanan
kota yang indah menjadi terlihat kumuh.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Pengertian dari “Pedagang Kaki Lima”
1.2.2 Apa penyebab dari Pedagang Kaki Lima yang berjualan di sembarang tempat?
1.2.3 Apa dampak dari Pedagang Kaki Lima yang berjualan di sembarang tempat?
1.2.4 Bagaimana solusinya agar Pedagang Kaki Lima tidak berjualan di sembarang
tempat lagi?
1.3 TUJUAN
Tujuan pembuatan artikel ini mengidentifikasi penyimpangan sosial yang disebabkan oleh
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Malang.
1.4 MANFAAT
Agar pembaca mengetahui penyimpangan sosial apa saja yang dilakukan oleh Pedagang Kaki
Lima (PKL) khususnya di Kota Malang
1

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 TEORI SOSIOLOGI
Penyimpangan sosial adalah bentuk perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang tidak sesuai
dengan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Penyimpangan sosial dapat
terjadi dimanapun dan dilakukan oleh siapapun. Sejauh mana penyimpangan itu terjadi, besar
atau kecil, dalam skala luas atau sempit tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan

kehidupan dalam masyarakat.
Berikut teori penyimpangan sosial menurut para ahli:
James Vander Zander
Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas
batas toleransi oleh sejumlah besar orang.

Robert M. Z. Lawang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma norma yang
berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang
dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.

Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang berhasil menyesuaikan diri dengan
kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.

Paul B. Horton
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap normanorma kelompok atau masyarakat.

Berikut bentuk bentuk penyimpangan sosial:


2

1. Berdasarkan sifatnya

Penyimpangan Bersifat Positif
Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan sosial yang mempunyai dampak positif
terhadap sistem sosial karena dianggap ideal dalam masyarakat.

Penyimpangan Bersifat Negatif
Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan sosial yang berwujud tindakan ke arah
nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan tercela karena tidak sesuai dengan norma-norma
yang berlaku.
2. Berdasarkan Pelakunya
Penyimpangan Individual
Merupakan penyimpangan yang dilakukan oleh individu/personal yang bertentangan dengan
norma yang berlaku.
Penyimpangan Kelompok
Merupakan penyimpangan yang berbentuk tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang
yang tunduk pada norma kelompoknya yang bertentangan dengan norma yang berlaku dalam
mayarakat.

Penyimpangan Campuran
Merupakan penyimpangan yang dilakukan oleh suatu golongan sosial yang memiliki
organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok didalamnya taat dan tunduk
kepada norma golongan dan mengabaikan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Faktor - Faktor Penyebab Penyimpangan Sosial


Faktor internal antara lain intelegensi atau tingkat kecerdasan, usia, jenis kelamin
dan kedudukan seseorang dalam keluarga.



Faktor eksternal antara lain kehidupan rumah tangga atau keluarga, pendidikan di
sekolah, pergaulan dan media massa.

3

2.2 TEORI “PEDAGANG KAKI LIMA”
Pedagang kaki lima ialah orang (pedagang-pedagang) golongan ekonomi lemah, yang
berjualan barang kebutuhan sehari-hari, makanan atau jasa dengan modal yang relatif kecil,
modal sendiri atau modal orang lain, baik berjualan di tempat terlarang ataupun tidak. Istilah
kaki lima diambil dari pengertian tempat di tepi jalan yang lebarnya lima kaki (5 feet).
Tempat ini umumnya terletak ditrotoir, depan toko dan tepi jalan.
Menurut poerwadarminta (2000) Pedagang Kaki Lima atau biasa disingkat dengan kata PKL
adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu
sering ditafsirkan demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut
adalah dua kaki pedagang tambah tiga ‘kaki’ gerobak (yang sebenarnya adalah roda gerobak
) PKL memiliki karakteristik pribadi wirausaha, antara lain mampu mencari Dan menangkap
peluang usaha, memiliki keuletan, percaya diri dan kreatif, serta inovatif.
Adapun ciri-ciri pedagang kaki lima ialah :
1. Kegiatan usaha, tidak terorganisir secara baik
2. Tidak memiliki surat izin usaha
3. Tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik ditinjau dari tempat usaha maupun jam kerja.
4. Bergerombol di trotoar, atau di tepi-tepi jalan protokol, di pusat-pusat dimana banyak
orang ramai.
5. Menjajakan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-kadang berlari mendekati
konsumen.

4

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 PENGERTIAN “PEDAGANG KAKI LIMA”
Pedagang Kaki Lima (Sektor Informal) adalah mereka yang melakukan kegiatan usaha
dagang perorangan atau kelompok yang dalam menjalankan usahanya menggunakan tempattempat fasilitas umum, seperti terotoar, pingir-pingir jalan umum, dan lain
sebagainya.Pedagang yang menjalankan kegiatan usahanya dalam jangka tertentu dengan
menggunakan sarana atau perlangkapanyang mudah dipindahkan, dibongkar pasang dan
mempergunakan lahan fasilitas umum sebagai tempat usaha
Definisi pedagang kaki lima juga dituangkan dalam peraturan-peraturan yang terkait
dengannya, antara lain :
a). Mereka yang dalam usahanya mempergunakan bagian jalan/trotoar dan tempat
kepentingan umum yang bukan diperuntukkan tempat usaha, serta tempat lain yang bukan
miliknya (Perda DKI Jakarta No : 5 Tahun 1978).
b). Seseorang yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan jasa yang menempati tempattempat prasarana kota dan fasilitas umum baik yang mendapat izin dari pemerintah daerah
maupun yang mendapat izin pemerintah daerah antara lain badan jalan, trotoar, saluran air,
jalur hijau, taman, bawah jembatan, jembatan penyeberangan (Perda DKI Jakarta No : 8
Tahun 2007).
3.2 PENYEBAB PEDAGANG KAKI LIMA BISA MUNCUL
1. Adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia berdampak pada banyak perusahaan tidak
beroperasi lagi seperti sedia kala oleh karena ketidakmampuan perusahaan menutupi biaya
operasionalnya sehingga timbul kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini juga
memberi kontribusi terhadap peningkatan jumlah pengangguran yang umumnya bermukim di
wilayah perkotaan. Demi mempertahankan hidup, orang-orang yang tidak tertampung dalam
sektor formal maupun yang terkena dampak PHK tersebut kemudian masuk ke dalam sektor
salah satunya adalah menjadi pedagang Kaki Lima .

5

2. Perencanaan ruang tata kota yang hanya terfokus pada ruang-ruang formal saja yang
menampung kegiatan formal. Seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan ruang-ruang
fomal kota tersebut mendorong munculnya kegiatan informal kota salah satunya di sektor
perdagangan, yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai kegiatan pendukung (activity
support).
3. Pertumbuhan penduduk kota yang sangat cepat di Indonesia lebih banyak disebabkan
adanya arus urbanisasi dan pembengkakan kota. Keadaan semacam ini menyebabkan
kebutuhan lapangan kerja di perkotaan semakin tinggi. Seiring dengan hal tersebut, ternyata
sektor formal tidak mampu menyerap seluruh pertambahan angkatan kerja. Akibatnya terjadi
kelebihan tenaga kerja yang tidak tertampung, mengalir dan mempercepat tumbuhnya sektor
informal. Salah satu bentuk perdagangan informal yang penting adalah Pedagang Kaki Lima
3.3 DAMPAK-DAMPAK DARI PEDAGANG KAKI LIMA
Ditinjau dari sisi positifnya, sektor informal Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan sabuk
penyelamat yang menampung kelebihan tenaga kerja yang tidak tertampung dalam sektor
formal (Usman, 2006:50), sehingga dapat mengurangi angka pengangguran. Kehadiran PKL
di ruang kota juga dapat meningkatkan vitalitas bagi kawasan yang ditempatinya serta
berperan sebagai penghubung kegiatan antara fungsi pelayanan kota yang satu dengan yang
lainnya. Selain itu, PKL juga memberikan pelayanan kepada masyarakat yang beraktivitas di
sekitar lokasi PKL, sehingga mereka mendapat pelayanan yang mudah dan cepat untuk
mendapatkan barang yang mereka butuhkan

Pada umumnya barang-barang yang diusahakan PKL memiliki harga yang relatif terjangkau
oleh pembelinya, dimana pembeli utamanya adalah masyarakat menengah kebawah yang
memiliki daya beli yang rendah. Keberadaan PKL bisa menjadi potensi pariwisata yang
cukup menjanjikan, sehingga keberadaan PKL banyak menjamur di sudut-sudut kota.
Dampak positif lainnya terlihat pula dari segi sosial dan ekonomi, karena sektor informal
memiliki karakteristik efesien dan ekonomis. Hal tersebut menurut Sethurahman selaku
koordinator penelitian sektor informal yang dilakukan ILO di 8 negara berkembang, karena
kemampuan menciptakan surplus bagi investasi dan dapat membantu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.

6

Hal ini dikarenakan usaha-usaha sektor informal bersifat subsisten dn modal yang digunakan
kebanyakan berasal dari usaha sendiri. Modal ini sama sekali tidak menghabiskan sumber
daya ekonomi yang besar.Sisi Negatif, karakteristik PKL yang menggunakan ruang untuk
kepentingan umum, terutama di pinggir jalan dan trotoar untuk melakukan aktivitasnya yang
mengakibatkan tidak berfungsinya sarana-sarana kepentingan umum. Tidak tertampungnya
kegiatan PKL di ruang perkotaan, menyebabkan pola dan struktur kota moderen dan
tradisional berbaur menjadi satu sehingga menimbulkan suatu tampilan yang kontras.
Bangunan moderen nan megah berdampingan dengan bangunan sederhana bahkan cenderung
kumuh. Perlu adanya upaya yang terpadu dari pihak terkait untuk menertibkan Pedagang
Kaki Lima ini sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi ruang publik sesuai
peruntukkannya.

Hal tersebut berakibatkan penurunan kualitas ruang kota ditunjukkan oleh semakin tidak
terkendalinya perkembangan PKL sehingga seolah-olah smua lahan kosong yang strategis
maupun tempat-tempat yang strategis merupakan hak PKL. Pkl mengambil ruang dimanamana tidak hanya ruang kosong atau terabaikan , tetapi juga pada ruang yang jelas
peruntukkannya secara formal. PKL secara ilegal berjualan hampir di seleruh jalur
pedestrian, ruang terbuka, jalur hijau dan ruang kota lainnya. Alasannya karena
aksesbilitasnya yang tinggi sehingga berpotensi besar untuk mendatangkan konsumen juga.
Akibatnya adalah kaidah-kaidah penataan ruang menjadi mati oleh pelanggaran-pelanggaran
yang terjadi akibat keberadaan PKL tersebut. Keberadaan PKL yang tidak terkendali
mengakibatkan pejalan kaki berdesak-desakkan, sehingga dapat menimbulkan tindak
kriminal (pencopetan). Mengganggu kegiatan ekonomi pedagang formal karena lokasinya
yang cenderung memotong jalur pengunjung seperti pinggir jalan dan depan toko. Selain itu,
pada beberapa tempat keberadaan PKL mengganggu para pengendara kendaraan bermotor
dan mengganggu kelancaran lalu lintas.

Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan penataan atau penertiban PKL adalah
kembalinya PKL yang sudah direlokasi ke tempat semula yang ditertibkan. PKL yang
mendatangi kembali lokasi yang sudah ditertibkan tersebut terdiri dari PKL lama yang dulu
ditertibkan dan PKL baru yang memilih lokasi tersebut dalam melaksanakan aktivitasnya.

7

Fenomena menjamurnya Pedagang Kaki Lima terutama dikota-kota besar terjadi karena :
a. Adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia berdampak pada banyak perusahaan
tidak beroperasi lagi seperti sedia kala oleh karena ketidakmampuan perusahaan
menutupi biaya operasionalnya sehingga timbul kebijakan pemutusan hubungan kerja
(PHK). Hal ini juga memberi kontribusi terhadap peningkatan jumlah pengangguran
yang umumnya bermukim di wilayah perkotaan. Demi mempertahankan hidup,
orang-orang yang tidak tertampung dalam sektor formal maupun yang terkena
dampak PHK tersebut kemudian masuk ke dalam sektor salah satunya adalah menjadi
pedagang Kaki Lima .
b. Perencanaan ruang tata kota yang hanya terfokus pada ruang-ruang formal saja yang
menampung kegiatan formal. Seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan ruangruang fomal kota tersebut mendorong munculnya kegiatan informal kota salah
satunya di sektor perdagangan, yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai kegiatan
pendukung (activity support).
c. Pertumbuhan penduduk kota yang sangat cepat di Indonesia lebih banyak disebabkan
adanya arus urbanisasi dan pembengkakan kota. Keadaan semacam ini menyebabkan
kebutuhan lapangan kerja di perkotaan semakin tinggi. Seiring dengan hal tersebut,
ternyata sektor formal tidak mampu menyerap seluruh pertambahan angkatan
kerja. Akibatnya terjadi kelebihan tenaga kerja yang tidak tertampung, mengalir dan
mempercepat tumbuhnya sektor informal. Salah satu bentuk perdagangan informal
yang penting adalah Pedagang Kaki Lima.

3.4 SOLUSI UNTUK PARA PEDAGANG KAKI LIMA

a. Identifikasi dan tujuan yang ingin dicapai
Dalam hal ini identifikasi pada permasalahan PKL dan kepentingan PKL. Dan tujuan
yang ingin dicapai adalah menyelesaikan persoalan PKL
b. Taktik atau strategi dan berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan
Dalam hal ini mengacu pada kesadaran hukum PKL terhadap Perda No.17 Tahun
2003 yang telah dibuat dan diimplementasikan pada mereka. Taktik dan strategi yang
digunakan adalah melalui pemberian penyuluhan yang efektif dan menyeluruh bagi
para PKL.
8

Pemberian reward bagi PKL yang dalam pola perilakunya mencerminkan kedisiplinan
terhadap aturan maupun aturan yang berlaku. Dan penunjukkan leader/agent dari
internal kelompok mereka yakni anggota dari paguyuban mereka sendiri yang
dibentuk melalui paguyuban PKL yang ada.
c. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dan taktik
maupun strategi di atas.( Harold dalam Wibowo,2004:25)
Dalam penyediaan penyuluhan secara efektif dan menyeluruh, jika pemkot mampu
mengakomodasi seluruh PKL yang ada di Surabaya dengan cara pengidentifikasian
PKL secara legal sehingga seluruh PKL yang ada mendapatkan penyuluhan tersebut.
Dalam pemberian reward disini, diharapkan lebih merangsang PKL untuk lebih
berdisiplin diri dalam proses kegiatannya sehari-hari sehingga tujuan PKL dan tujuan
Pemkot terhadap lingkungan kota dapat terjaga dengan baik.
Dan pemkot juga dapat mengakomodasi komunikatif diantara kedua belah pihak
dengan baik melalui peguyuban-paguyuban yang ada.
Jadi antara hukum dan kebijakan publik adalah pemahaman bahwa pada dasarnya
kebijakan publik umumnya harus didelegasikan dalam bentuk hukum dan pada
dasarnya sebuah hukum adalah hasil dari kebijakan publik.

3.5 HASIL WAWANCARA
Penanya

: Menurut anda, apa pendapat anda tentang pedagang kaki lima di Kota

Malang ini?
Narasumber

: Menurut saya pedagang kaki lima yang ada di Malang sangatlah

mengganggu aktivitas pengguna jalan, apa lagi jalanan depan pasar. Setiap pagi pasar selalu
ramai dikunjungi oleh orang orang. Otomatis jalan raya depan pasar juga ramai toh? Nah para
pedagang kaki lima ini keberadaanya semkin mempersempit jalan. Sehingga jalanan menjadi
macet.
Penanya

: Kira kira, apa solusi untuk para pedagang kaki lima tersebut agar tidak

mengganggu aktivitas pengguna jalan?

9

Narasumber

: Ya mungkin aparat kepolisisan bisa lebih tegas dan memperketat peraturan

‘PKL tidak boleh berjualan di sembarang tempat’ seperti itu.
Penanya

: Jika Pedagang Kaki Lima tersebut masih bandel atau tidak mau

meninggalkan tempat berjualannya apa pendapat anda?
Narasumber

: Pedagang yang seperti itu harus sering sering diperingati atau mungkin bisa

juga diberi sanksi.
Penanya

: Kira Kira apa solusi yag pantas bagi mereka para Pedagang kaki lima?

Narasumber

: Mungkin pemerintah bisa membuatkan tempat berjualan khusus para PKL

dengan harga yang terjangkau.
3.6 DOKUMENTASI

10

3.7 PROFIL NARASUMBER
Nama Lengkap

: Febby Imeltta Ananda Widyasa

Jenis Kelamin

: Perempuan

TTL

: Malang, 5 Febuari 2000

Usia

: 14 tahun

Alamat

: Perumahan Embong Anyar 2 (g-15) Jetis, Dau, Malang

11

BAB 4 PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dengan demikian, dapat dikatakan adanya persoalan PKL ini menjadi beban berat yang harus
ditanggung pemerintah kota dalam penataan kota. Padahal, bila ditinjau lebih jauh PKL
mempunyai kekuatan atau potensi yang besar dalam penggerak roda perekonomian kota
sehingga janganlah dipandang sebelah mata bahwa PKL adalah biang kesemrawutan kota dan
harus dilenyapkan dari lingkungan kota, dan perlu dicermati pula bahwa kemacetan tersebut
tidak semata karena adanya PKL. Ternyata keberadaan mereka sebenarnya sangat membantu
bagi orang yang kelas menengah kebawah, dan harus dipikirkan bersama bagaimana dengan
potensi yang dimilikinya tersebut dapat diberdayakan sebagai suatu elemen pendukung
aktivitas perekonomian kota. Pembinaan PKL tampaknya cukup menjanjikan tapi hal tersebut
akan sangat sulit untuk dilakukan karena jumlah PKL yang sangat banyak dan menyebar.
Sudah saatnya pemerintah daerah melakukan sebuah terobosan baru yang bersifat win-win
solution. Di satu sisi kota bisa terlihat ebih cantik dan di sisi lain PKL bisa mendapat untung
lebih banyak.
4.2 SARAN
Pemerintah seharusnya lebih peka terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi warga
negaranya, khususnya persoalan hidup dan penghidupan yang layak dan terjamin
keamanannya.
Pemerintah diharapkan memberi perhatian khusus terhadap para pedagang kaki lima guna
memenuhi tanggung jawab dan hak mereka seperti yang diatur dalam undang-undang dasar.
Pemerintah sebaiknya bekerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam melaksanakan
pemberdayaan dan strategi penanggulangan pedagang kaki lima ini untuk dibina dan
diberdayakan.

12

DAFTAR PUSTAKA
Rufikasari, Lia Chandra, dkk.2013.peminatan ips (SOSIOLOGI).Surakarta:Mediatama.
Sumber Internet:
http://joxyt.blogspot.com/ (Diakses pada 29 Oktober 2014, 20.11 WIB)
http://handuk-qu.blogspot.com/ (Diakses pada 29 Oktober 2014, 20.11 WIB)
http://andrevetronius-hmjsejarah.blogspot.com/ (Diakses pada 29 Oktober 2014, 20.06 WIB)
http://mohkusnarto.wordpress.com/ (Diakses pada 29 Oktober 2014, 20.06 WIB)
http://kolombaris.blogspot.com/ (Diakses pada 29 Oktober 2014, 20.06 WIB)
http://softilmu.blogspot.com/ (Diakses pada 29 Oktober 2014, 20.04 WIB)

13

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Kinerja Keuangan dan Sosial Bank Umum Syariah Devisa dan Bank Umum Syariah Non Devisa di Indonesia; Shela Ayu Istighfarah; 080810201124

1 33 19

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

RESISTENSI PAGUYUBAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL TERHADAP PEMBANGUNAN MALL DINOYO CITY (Studi di Paguyuban Pedagang Pasar Dinoyo Kota Malang)

10 89 45

Pengelolaan Publikasi MelaluiMedia Sosial Sebagai sarana Pengenalan Kegiatan Nandur Dulur( Studi deskriptif pada tim publikasi Nandur Dulur)

0 66 19

Evaluasi Kebijakan Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 6 Tahun 2008 Bab IV Dan Bab VI (Studi Kasus PKL Jl. Untung Suropati)

0 50 15

Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Implikasinya pada Model Pengembangan Strategi Perusahaan di masa Depan

0 38 1

Pengaruh Kewirausahaan Sosial Terhadap Pengembangan Individu Pada Unit Pasar Besar Pasar Minggu

6 70 141

Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

10 166 162

Strategi Public Relations Radio Cosmo 101.9 FM Bandung Joged Mania Dalam Mempertahankan Pendengar Melalui Pendekatan Sosial

1 78 1

Studi Perbandingan Sikap Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Think Pair Share Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

3 49 84