AKUNTANSI SOSIAL EKONOMI orang tua

PAPER TEORI AKUNTANSI
AKUNTANSI SOSIAL EKONOMI

Oleh:
NAMA

:

VICTORIA AGUSTINA PURBA

NIM

:

10401376

PRODI

:

AKUNTANSI


JENJANG

:

STRATA SATU (S1)

DOSEN

:

YANSEN SIAHAAN, SE, Ak, MSAc

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)

SULTAN AGUNG
PEMATANGSIANTAR
2013
KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan paper Teori

Akuntansi yang berjudul “Akuntansi Sosial Ekonomi” ini dengan baik. Penyajian
paper Teori Akuntansi ini merupakan hasil dari pembelajaran yang telah penulis
jalani dalam perkuliahan.
Penulis menyadari paper Teori Akuntansi ini masih jauh dari sempurna,
karena itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca
yang telah sudi meluangkan waktu untuk membaca paper Teori Akuntansi penulis.
Semoga paper Teori Akuntansi ini bisa bermanfaat bagi semua.
Pematangsiantar, 13 Januari 2014
P e n u l i s,

Victoria Agustina Purba
Nim : 10401376
DAFTAR ISI

halama
n
KATA PENGANTAR..........................................................................................

i
DAFTAR ISI........................................................................................................
ii

BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang..................................................................................

1
b. Rumusan Masalah ...........................................................................
3
c. Tujuan dan Manfaat Paper...............................................................
.............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
a. Timbulnya SEA.................................................................................
................................................................................................................5
b. Defenisi SEA......................................................................................
................................................................................................................5
c. Pendorong Munculnya SEA.............................................................
................................................................................................................7

d. Konsep SEA.......................................................................................
................................................................................................................9
e. Perusahaan dan Keterlibatan Perusahaan.....................................
...............................................................................................................11
f. Pro–Kontra Tanggung jawab Sosial Perusahaan...........................
...............................................................................................................16
g. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia..........................
...............................................................................................................21
h. Pelaporan...........................................................................................
...............................................................................................................27

BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................
...............................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
33
BAB I
PENDAHULUAN
1.


LATAR BELAKANG
Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan

banyak keuntungan bagi masyarakat . ia bisa memberikan kesempatan kerja,
menyediakan barang yang dibutuhkan masyarakatuntuk dikonsumsi, ia membayar
pajak, memberikan sumbangan, dan lain-lain. Karenanya perusahaan mendapat
legitimasi bergerak leluasa melaksanakan kegiatannya. Namun, lama kelamaan
karena memang perusahaan ini dikenal juga sebagai “binatang ekonomi” yang
mencari keuntungan sebesar-besarnya, akhirnya semakin disadari bahwa dampak
yang dilakukannya terhadap masyarakat cukup besar dan semakin lama semakin
besar yang sukar dikendalikan seperti polusi, keracunan, kebisingan, diskriminasi,
pemaksaan, kesewenang-wenangan, produksi makanan haram, bahkan mengatur
kebijakan publik untuk menguntungkan perusahaan, merusak moral birokrat,
pejabat, sogok menyogok, dan sebagainya. Bahkan gempa bumi, banjir, tsunami
dinilai

disebabkan

oleh


kegiatan

manusia

khususnya

korporasi

yang

mengeksploitasi bumi secara besar-besaran hanya untuk mengejar target ROI,
ROA, dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dampak luar ini disebut
externalities (social cost).
Karena besarnya dampak externalities terhadap kehidupan masyarakat,
masyarakat pun menginginkan agar dampak ini dikontrol sehingga dampak
negatif, external diseconomy atau social cost yang ditimbulkannya tidak semakin
besar. Dari sini berkembanglah ilmu akuntansi yang selama ini dikenal hanya
memberikan informasi tentang kegiatan perusahaan dengan pihak kedua. Dengan
adanya tuntutan ini, akuntansi bukan hanya merangkum informasi tentang

hubungan perusahaan dengan pihak kedua (partner bisnisnya), tetapi juga dengan
lingkungannya (pihak ketiga).Hubungan perusahaan dengan lingkungannya
bersifat non-reciprocal, artinya transaksi itu tidak menimbulkan prestasi timbalbalik dari pihak yang berhubungan. Ilmu akuntansi yang mencatat mengukur,
melaporkan externalities ini disebut dengan Socio Economic Accounting (SEA).
Istilah lain bisa juga dipakai, misalnya Environmental Accounting, Social
Responsibility Accounting, dan lain sebagainya.
Dalam akuntansi konvensional yang menjadi fokus perhatiannya adalah
pencatatan dan pengukuran terhadap kegiatan atau dampak yang timbul akibat
hubungan antara perusahaan dengan pelanggan atau lembaga lainnya (Reciprocal
Transaction). Sedangkan Socio Economic Accounting menyoroti aspek sosial atau
dampak (externalities) dari kegiatan pemerintah dan perusahaan.
Ilmu Socio Economic Accounting (SEA) ini merupakan bidang ilmu
akuntansi yang berfungsi dan mencoba mengidentifikasi, mengukur, menilai,

melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh
lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan sebagai informasi yang
dijadikan dasar dalam proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan peran
lembaga, baik perusahaan atau yang lain untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan.


2.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka permasalahan yang akan
dibahas dapat diidentifikasi sebagai berikut :
a. Apakah defenisi Akuntansi Sosial Ekonomi itu?
b. Apakah faktor pendorong munculnya Akuntansi Sosial Ekonomi?
c. Bagaimana konsep Akuntansi Sosial Ekonomi?
d. Bagaimana keterlibatan perusahaan dalam Sosial Ekonomi?
e. Bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia?
f. Bagaimana pelaporan Akuntansi Sosial Ekonomi?

3.

TUJUAN DAN MANFAAT PAPER

a. Tujuan Paper
Adapun tujuan berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat diungkapakan
sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui mengenai arti Akuntansi Sosial Ekonomi

2. Untuk mengetahui faktor pendorong munculnya Akuntansi Sosial
Ekonomi
3. Untuk mengetahui konsep Akuntansi Sosial Ekonomi
4. Untuk mengetahui keterlibatan perusahaan dalam Sosial Ekonomi
5. Untuk mengetahui tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia
6. Untuk mengetahui tentang pelaporan Akuntansi Sosial Ekonomi
b. Manfaat Paper
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari paper ini antara lain :
1. Bagi penulis, untuk memenuhi salah satu syarat untuk tugas mata kuliah teori
Akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ( STIE ) Sultan Agung Kota
Pematangsiantar.
2. Bagi pembaca, sebagai bahan masukan bagi pembaca yang berniat membahas
tentang Akuntansi Sosial Ekonomi agar dapat mengambil keputusan-keputusan
yang tepat di masa yang akan datang.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Timbulnya SEA

Kemajuan industri setelah perang dunia II dan munculnya negara sebagai
aktor dalam peningkatan kualitas hidup menimbulkan berbagai macam isu yang
justru dapat juga merusak kualitas hidup. Hal ini menjadi sorotan para ahli dan
para pengambil keputusan. Salah satu kesulitan yang dihadapi dalam menilai
penyakit sosial ini adalah ketiadaan media pengukur arithmetic of quality. Hal ini

tergambar dari pernyataan A.W.Clausen, bekas direktur World Bank sebagai
berikut.
“Saya sampaikan bahwa salah satu alasan yang paling kuat atas ketiadaan respon ,
kita terhadap isu penyakit sosial itu dan penyebab kebingungan kita terhadap
penyelesaiannya adalah ketiadaan ukuran kualitas (Belkaoi, SEA, hlm. 3)”.
Ukuran itu penting sehingga setiap unit pemerintah maupun perusahaan
mengetahui berapa jauh efek kegiatan lembaganya memengaruhi kualitas hidup
manusia, apakah berdampak positif atau negatif. Berapa kontribusi perusahaan
untuk meningkatkan pendidikan pegawainya ataupun masyarakat? Berapa jauh
pengaruh polusi, pengerusakan lingkungan yang ditimbulkannya? Hal-hal inilah
mestinya yang diukur oleh SEA sebagai salah satu ukuran kualitas.

B. Defenisi SEA
SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering

ditafsirkan sama dengan Social Accounting yang dihubungkan dengan National
Income Accounting . Para ahli juga telah banyak memberikan defenisi dan dalam
tulisan ini saya akan kutip defenisi dari Ahmed Belkaoui, dalam bukunya tentang
Socio Economic Accounting. Beliau menyatakan sebagai berikut:
“SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu sosial, ini menyangkut
peraturan, pengukuran analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan sosial
dari kegiatan pemerintah dan pengusaha. Hal ini termasuk kegiatan yang bersifat
mikro dan makro. Pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur dan
mengungkapkan kegiatan ekonomi dan sosial negara mencakup social

accounting dan reporting peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada
tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan melaporkan pengaruh
kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup financial dan
managerial social accounting, social auditing”.
Ada juga yang menyebutkan Socio Economic Accounting sebagai Social
Responsibility. SEA ini tidak sama dengan Social Accounting yang pengertiannya
adalah pengukuran mengenai bagaimana efesiensi suatu sistem ekonomi berfungsi
dan memberikan data periodik yang menyangkut indikaksi posisi suatu negara
menyangkut ukuran externalities itu. Social Accounting ini sering juga disebut
National Income Accounting atau Macro Socio Economic Accounting.
Dalam kaitannya dengan sistem ekonomi, SEA sangat diperlukan dalam
suatu sistem ekonomi yang bercirikan sintese, dari sistem ekonomi antara Social
Economy dan Institusional Economy.Social Economy mempunyai komitmen yang
dalam terhadap kesejahteraan manusia dan keadilan, sedangkan institusionalis
mempunyai komitmen yang besar terhadap pragmatisme dalam menganalisis
sosial ekonomi masyarakat. Negara kita adalah negara yang memperjuangkan
kesejahteraan rakyatnya,karen itu SEA ini penting diterapkan bahkan harus
diharuskan untuk diterapkan oleh semua perusahaan dan lembaga di negara kita.

C. Pendorong Munculnya SEA
Literatur dalam ilmu sosial, ilmu sosiologi, dan khususnya kegiatankegiatan sosial merupakan saksi dan penyebab yang mendorong timbulnya SEA.
Seperti perubahan sikap para ahli dan pengambil keputusan terhadap peranan

bisnis dan unit pemerintahan dalam kaitannya dengan efek sosial yang
ditimbulkannya. Adanya kecenderungan beralihnya perhatian pada kesejahteraan
individu ke arah kesejahteraan sosial. Kecenderungan yang bergerak dari kegiatan
mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa melihat efek sampingnya kearah
mencari laba yang berwawasan lingkungan. Timbulnya Kementrian atau
departemen (unit) pemerintahan yang mengurus lingkungan hidup, juga sejalan
dengan kemunculan SEA. Kecenderungan ini semua dapat kita lihat dari beberapa
paradigma berikut ini:
1. Kecenderungan terhadap kesejahteraan Sosial
Sejarah menunjukkan bahwa kelangsungan hidup manusia, kesejahteraan
masyarakat yang sebenarnya hanya dapat lahir dari sikap kerja sama
antarunit-unit masyarakat itu sendiri. Negara tidak bisa hidup sendiri tanpa
partisipasi rakyat nya perusahaan juga tidak akan maju tanpa dukungan
langganannya maupun lingkungan sosialnya. Kenyataannya ini semakin
disadari

dan

semakin

dibutuhkan

pertanggungjawabannya.

Untuk

mengetahui gambaran yang jelas tentang keterkaitan saling pengaruh
memengaruhi antara negara dan rakyatnya, antara perusahaan dan
masyarakatnya, SEA ini sangat berperan.
2. Kecendrungan terhadap kesadaran lingkungan
Dalam literatur paradigma ini dikenal dengan the human exceptionalism
paradigm menuju the new environment paradigm. Paradigma yang
pertama menganggap bahwa manusia adalah makhluk unik di bumi ini
yang memiliki kebudayaan sendiri yang tidak dapat dibatasi oleh

kepentingan makhluk lain. Sebaliknya, paradigma yang terakhir
menganggap bahwa manusia adalah makhluk diantara bermacam-macam
makhluk yang mendiami bumi yang saling mempunyai keterkaitan dan
sebab-akibat, dan dibatasi oleh sifat keterbatasan dunia itu sendiri, baik
sosial, ekonomi, atau politik. Kesadaran akan kebenaran environment
paradigm merupakan salah satu pendorong munculnya SEA.
3. Perspektif Ekosistem
Orientasi yang terlalu diarahkan kepada pembangunan ekonomi, efisiensi,
profit maximization menimbulkan krisis ekosistem. Gejala ini menaruh
perhatian

para

ahli

sehingga

muncul

kelompok-kelompok

yang

menamakan dirinya penyelamat lingkungan seperti Greenpeace, lembaga
konsumen, dan lain-lain.
4. Ekonomi vs Sosialisasi
Ekonomisasi mengarahkan perhatian hanya kepada kepuasan individual
sebagai unit yang selalu mempertimbangkan cost dan benefit tanpa
memperhatikan

kepentingan

masyarakat.

Sebaliknya

sosialisasi

memfokuskan perhatiannya terhadap kepentingan sosial dan selalu
mempertimbangkan efek sosial yang ditimbulkan oleh kegiatannya.

D. Konsep SEA
Konsep pengukuran, penilaian dalam SEA ini masih dalam proses
pembahasan para ahli. Dan FSAB sendiri pun belum mengambil sikap yang tegas
dalam persoalan ini. Namun SEA, khususnya tentang polusi telah mewajibkan

perusahaan untuk menyajikan pengungkapan. Dipihak lain AAA, AICPA telah
membentuk komite dan telah mengeluarkan laporan yang lumayan lengkap
tentang SEA. Di USA kantor akuntan Ernst & Ernst telah melakukan penelitian
sejak 1971 tentang keterlibatan sosial perusahan yang diungkapkan dalam laporan
tahunan perusahaan. Beberapa hal yang diungkapkan adalah sebagai berikut :
1.

Lingkungan :

-

Polusi

-

Pencegahan kerusakan lingkungan, konservasi sumber – sumber alam, dan
lain-lain.

2.

Energi :

-

Konservasi energi

-

Penghematan , dan lain-lain

3.

Praktik Usaha yang Fair :

-

Merekrut pegawai dari minoritas dan peningkatan kemampuannya

-

Penggunaan tenaga wanita sebagai pegawai

-

Pembukaan unit usaha di luar negeri, dan lain-lain

4.

Sumber Tenaga Manusia :

-

Kesehatan dan keamanan pegawai

-

Training, dan lain-lain

5.

Keterlibatan terhadap masyarakat :

-

Kegiatan masyarakat sekitar

-

Pendidikan

-

Seni, dan lain-lain

6.

Produksi :

-

Keamanan produksi

-

Mengurangi polusi

-

Keracunan, dan lain-lain
Selain itu, variabel lain yang menyinggung konsep SEA antara lain yaitu

keterlibatan dengan kegiatan pemerintah, kejujuran terhadap konsumen,
meningkatkan informasi mengenai perusaqhaan dan produk, peningkatan
pendidikan masyarakat, menghargai hak asasi, pembangunan prasarana kota/desa,
pembangunan tampat rekreasi, peningkatan perhatian terhadap kebudayaan dan
seni, dan lain-lain.
Hal ini semua dapat kita manfaatkan untuk mengukur keterlibatan
perusahaan dalam kegiatan masyarakat dan tentu dapat ditambah lagi sesuai
keadaan kita di negara masing-masing.

E. Perusahaan dan Keterlibatan Perusahaan
Ada beberapa model dan kecenderungan tentang keterlibatan perusahaan
dalam kegiatan sosial. Sepanjang penelitian kepustakaan, ada 3 pandangan atau
model yang menggambarkan tentang keterlibatan perusahaan dalam kegiata
sosial. Ketiga model itu adalah sebnagai berikut :
1.

Model Klasik
Pendapat ini, yang berkembang pada abad ke-19, bertitik-tolak pada konsep
persaingan sempurna, dimana perilaku ekonomi terpisah dan berbeda

dengan bentuk dan jenis perilaku yang lain. Tujuan perusahaan hanya untuk
mencari untung yang sebesar-besarnya. Kriteria keberhasilan perusahaan
diukur oleh daya guna dan pertumbuhan. Menurut pendapat ini, usaha yang
dilakukan pemerintah semata-mata hanya untuk memenuhi permintaan
pasar dan mencari untung yang akan dipersembahkan kepada pemilik
modal. Seorang fundamentalis di bidang ini, Milton Friedman menyatakan
bahwa ada satu dan hanya satu tanggungjawab perusahaan, yaitu
menggunakan kekayaan yang dimilikinya untuk meningkatkan laba
sepanjang sesuai aturan main yang berlaku dalam suatu sistem persaingan
bebas tanpa penipuan dan kecurangan ( Milton Friedman, Capitalism and
Freedom, 1962 ).
Jelasnya perusahaan menurut pendapat ini, tidak perlu memikirkan efek
sosial yang ditimbbulkan perusahaannya dan tidak perlu memikirkan usaha
untuk memperbaiki penyakit sosial. Itu bukan urusan bisnis, tetapi urusan
pemerintah.
2.

Model Manajemen
Pendapat ini timbul sekitar 1930, setelah muncul tantangan baru dari
perusahaan yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan keadaan yang
sebelumnya yang diwarnai oleh pemikiran model klasik. Menurut pendapat
ini, perusahaan dianggap sebagai lembaga permanen yang dianggap hidup
dan punya tujuan tesendiri. Manager sebagai orangyang dipercayai oleh
pemilik modal menjalankan perusahaan untuk kepentingan bukan saja
pemilik modal, tetapi juga mereka yang terlibat langsung dengan hidup

matinya perusahaan seperti karyawan, langgana, supplier, dan pihak lain
yang ada kaitannya dengan perusahaan yang semata-mata tidak didasarkan
atas adanya hubungan kontrak perjanjian (Frank X. Suttin et. Al. 1956).
Dengan demikian, manager sebagai tim yang bertangguangjawab atas
kelangsungan hidup perusahaan terpaksa memilih kebijakan yang harus
mempertimbangkan

tanggungjawab

sosial

perusahaan

mengingat

ketergantungannya dengan pihak lain ( masyarakat ) yang juga punya andil
dalam pencapaian tujuan perusahaan yang tidak hanya memikirkan setoran
buat pemilik modal.
3.

Model Lingkungan Sosial
Model ini menekankan bahwa perusahaan meyakini bahwa kekuasaan
ekonomi dan politik yang dimilikinya mempunyai hubungan dengan
kepentingan ( bersumber) dari lingkungan sosial dan bukan hanya semata
dari pasar sesuai dengan teori atau model klasik. Konsekuensinya
perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan penyakit sosial
yang berada di lingkungannya seperti sistem pendidikan yang tidak
bermutu, pengangguran, polusi, perumahan kumuh, transportasi yang tidak
teratur, keamanan, dan lain-lain. Kalau model klasik mempunyai tujuan
utama untuk mensejahterakan pemilik modal dan model manajemen
mensejahterakan

manajemen,

dalam

model

ini

perusahaan

harus

memperluas tujuan yang harus dicapainya yaitu yang menyangkut
kesejahteraan sosial secara umum (Ahmed Belkaoui, 1980). Dengan
demikian, dalam memilih proyek yang akan dibangun, disamping

memperhatikan persentasi laba juga harus memperhatikan keuntungannya
dan kerugian yang mungkin akan diderita oleh masyarakat.
4.

Kearah Eksistensi Etika dan Tanggung jawab Sosial Perusahaan
Ahmed Belkaoui dengan cara sistematis mengelompokkan batasan ini
dalam lima kategori yang seirama dengan ketiga model yang sebelumnya
(Ahmed Belkaoi, SEA, 1984). Berikut ini disajikan secara berturut-turut:

Pertama : tanggung jawab perusahaaan hanya terbatas pada usaha mencari laba
yang maksimal. Jika perusahaan dapat menguntungkan laba yang
sebesar-besarnya tanpa memperhatikan efek sosialnya, berarti
perusahaan sudah memenuhi panggilan tugasnya sebagai badan usaha.
Menurut

kategori

ini,

apabila

perusahaan

diwajibkan

untuk

memperhatikan lingkungan sosial masyarakatnya, maka akan merusak
sendi-sendi ekonimi persaingan bebas. Keadaan ini sama dengan
model klasik.
Kedua :

disamping

tujuan

mencari

untung,

perusahaan

juga

harus

memperhatikan pihak-pihak tertentu dengan siapa ia mempunyai
kepentingan. Hal ini di contohkan dengan perbaikan kesejahteraaan
karyawan, manajemen, menjalin hubungan baik dengan kelompok
masyarakat tertentu, dan lain-lain.
Ketiga : perusahaan melepaskan diri dari tujuan hanya mencari laba dengan
memperluas tanggung jawab manajemen. Sebagai penduduk yang
baik maka perusahaan mestinya juga bertindak seperti penduduk yang
memperhatikan etika sosial.

Keempat : dalam kelompok ini, tanggung jawab sosial perusahaan mencakupi hal
yang besifat ekonomi dan non ekonomi. Dalam kategori ini dikenal
tiga pusat lingkaran yaitu lingkaran dalam yang mencakup tangggung
jawab dasar dalam melaksanakan fungsinya dengan efisien, lingkaran
tengah yang mencakup tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi
ekonomisnya dengan penuh kesadaran akan perubahan nilai dan
prioritas yang berlaku dalam masyarakat, dan lingkungan luar yang
mencakup tanggung jawab yang baru muncul dan masih berkembang,
dimana perusahaan harus secara luas terlibat secara aktif untuk
memperbaiki lingkungan sosial ( Jacobi, Corporate Power and Social
Responsibility, 1973 ).
Kelima : tanggung jawab sosial diperluas melewati batas tanggung jawab dan
mencakup keterlibatan total terhadap tugas-tugas sosial. Prakash Sethi
merumuskan bentuk ini dalam tiga dimensi yaitu Social Obligation
yang merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap permintaaan
pasar sesuai dengan ketentuan hukum, Social Responsibility yang
menggerakkan perusahaan sehingga segala tindakannya sesuai dengan
norma nilai dan harapan masyarakat yang berlaku, dan Social
Responsiveness yang merupakan respon perusahaan untuk menjawab
isu yang akan muncul dimasa yang akan datang (S. Prakash Sethi,
Academy of Management Review, 1979).

Keenam : kategori keenam ini merupakan variasi semua pengertian yang diliputi
oleh literatur tentang bentuk dan batasan tanggung jawab sosial
perusahaan diatas.
Bradshaw mengemukakan ada tiga bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yaitu
sebagai berikut :
a.

Corporate Philanthropy, disini tanggung jawab perusahaan itu berada sebatas
kedermawanan atau kerelaan belum sampai pada tanggung jawabnya. Bentuk
tanggung jawab ini bisa merupakan kegiatan amal, sumbangan, atau kegiatan
lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan dengan kegiatan
perusahaan.

b.

Corporate Responsibility, disini kegiatan pertanggung jawaban itu sudah
merupakan bagian tanggung jawab perusahaan bisa karena ketentuan UU atau
bagian dari kemauan atau kesediaan perusahaan.

c.

Coorporate Policy, disini tanggung jawab perusahaan itu sudah merupakan
bagian dari kebijakannya.

F.

Pro – Kontra Tanggung jawab Sosial Perusahaan
Persoalan apakah perusahaan perlu mempunyai tanggung jawab sosial atau

tidak, masih terus merupakan perdebatan ilmiah. Masing-masing mengemukakan
pendapat dan dukungannya dan mengklaim bahwa idenyalah yang benar. Berikut
ini adalah alasan para pendukung agar perusahaan memiliki etika dan tanggung
jawab sosial.

1) Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan
masyarakat terhadap peranan perusahaan. Dalam jangka panjang, hal ini
sangat menguntungkan perusahaan.
2) Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan,
masyarakat, yang mungkin akan menurunkan biaya produksi.
3) Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati langganan,
simpati karyawan, investor, dan lain-lain.
4) Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat.
Campur tangan pemerintah cenderung membatasi peran perusahaan.
Sehingga jika perusahaan memiliki tanggung jawab sosial mungkin dapat
menghindari pembatasan kegiatan perusahaan.
5) Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai yang
berlaku dalam masyarakat sehingga mendapat simpati masyarakat.
6) Sesuai dengan keinginan para pemegang saham, dalam hal ini publik.
7) Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada perusahaan yang kadangkadang suatu kegiatan yang dibenci masyarakt tidak dapat dihindari.
8) Membantu kepentingan nasional, seperti konservasi alam, pemeliharaan
barang seni budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja, dan lainlain.
Dipihak lain, alasan para penantang yang tidak menyetujui konsep tanggung
jawab sosial perusahaan ini adalah sebagai berikut :
a) Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan utamanya dalam mencari
laba. Ini akan menimbulkan pemborosan.

b) Memungkinkan keterlibatan perusahaan terhadap permainan perusahaan
atau politik secara berlebihan yang sebenarnya bukan lapangannya.
c) Dapat menimbulkan bisnis yang monolitik bukan yang bersifat pluralistik
d) Keterlibatan sosial memerlukan dana dan tenaga yang cukup besar yang
tidak dapat dipenuhi oleh dana perusahaan yang terbatas, yang dapat
menimbulkan kebangkrutan atau menurunkan tingkat pertumbuhan
perusahaan.
e) Keterlibatan pada kegiatan sosial yang demikian kompleks memerlukan
tenaga dan para ahli yang belum tentu dimiliki oleh perusahaan (Ahmed
Belkaoui, SEA 1984).

 Bentuk Keterlibatan Sosial
Bentuk keterlibatan apa yang harus dilakukan perusahaan sebagai suatu
keterlibatan sosial? Kantor akuntansi Ernst & Ernst (1971), K. Davis dan R.L.
Blomstrom

(1971),

dan

committe

for

Economic

Development

(1971)

mengemukakan bahwa bentuk keterlibatan tersebut adalah meliputi kegiatan
sebagai berikut:
a) Lingkungan Hidup
o

Pengawasan terhadap efek polusi

o

Perbaikan pengrusakan alam, konservasi alam

o

Keindahan lingkungan

o

Pengurangan suara bising

o

Penggunaan tanah

o

Pengelolaan sampah dan air limbah

o

Riset dan pengembangan lingkungan

o

Kerja sama dengan pemerintah dan universitas

o

Pembangunan lokasi rekreasi

o

Dan lain-lain

b) Energi
o

Konservasi energi yang dilakukan perusahaan

o

Penghematan energi dalam proses produksi

o

Dan lain-lain

c) Sumber Daya Manusia dan Pendidikan
o

Keamanan dan kesehatan karyawan

o

Pendidikan karyawan

o

Kebutuhan keluarga dan rekreasi karyawan

o

Menambah dan memperluas hak-hak karyawan

o

Usaha untuk mendorong partisipasi

o

Perbaikan kesejahteraan dan manfaat pensiun

o

Beasiswa kepada keluarga karyawan atau masyarakat

o

Bantuan pada sekolah atau pendirian sekolah

o

Membantu pendidikan tinggi dan riset dan pengembangan

o

Pengangkatan pegawai dari kelompok miskin, minoritas

o

Peningkatan karier karyawan

o

Dan lain-lain

d) Praktik Bisnis yang Jujur
o

Memperhatikan hak- hak karyawan

o

Memberi kesempatan pada peranan wanita

o

Jujur dalam iklan dan bisnis

o

Pemberian kredit ringan kepada masyarakat

o

Servis yang memuaskan

o

Produk yang sehat bagi kesehatan

o

Jaminan kepuasan langganan

o

Selalu mengontrol kualitas dan keamanan produk

o

Menandatangani fakta integritas

o

Menjauhi melakukan sogok terhadap pejabat

o

Dan lain-lain

e) Membantu Masyarakat Lingkungan
o

Memanfaatkan tenaga ahli perusahaan dalam mengatasi masalah
sosial di lingkungannya

o

Tidak campur tangan dalam struktur masyarakat

o

Membangun klinik kesehatan

o

Membantu sekolah

o

Pembangunan rumah ibadah

o

Perbaikan desa/kota

o

Sumbangan untuk kegiatan sosial masyarakat

o

Perbaikan perumahan desa

o

Bantuan dana, sosial, gempa bumi, banjir, tsunami

o

Perbaikan sarana pengangkutan umum dan sarana pasar

o

Dan lain-lain

f) Kegiatan Seni dan Kebudayaan
o

Membantu lembaga seni dan budaya

o

Sponsor kegiatan seni dan budaya

o

Penggunaan seni dan budaya dalam iklan

o

Merekrut tenaga yang berbakat seni olahraga

o

Dan lain-lain

g) Hubungan dengan Pemegang Saham
o

Sifat kejujuran, keterbukaan direksi pada semua persero

o

Peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan

o

Pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan social

o

Dan lain-lain

h) Hubungan dengan Pemerintah
o

Mentaati peraturan pemerintah

o

Membatasi kegiatan lobbying dan sogok-menyogok

o

Mengontrol kegiatan politik perusahaan

o

Membantu

lembaga

pemerintah

sesuai

dengan

kemampuan

perusahaan, membantu secara umum usaha peningkatan kesejahteraan
sosial masyarakat
o

Membantu proyek dan kebijaksanaan pemerintah

o

Meningkatkan produktivitas sektor informal

o

Pengembangan dan inovasi manajemen

o

Menghindari praktik KKN

o

Dan lain-lain

Pelaksanaaan Socio Economic Accounting ini akan semakin cepat oleh beberapa
tekanan atau faktor antara lain:
1) Adanya Peraturan Pemerintah atau UU yang diberlakukan
2) Ditetapkannya

standar

akuntansi

yang

mengharuskan

pengungkapan

tanggung jawab sosial
3) Adanya tekanan dari pressure group misalnya Greenpeace, Trade Union,
PBB, dan lain sebagainya
4) Kesadaran perusahaan

G. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia
Tanggung jawab sosial dan etika perusahaan di Indonesia sebenarnya tak
perlu diragukan. Hal ini terbukti dari keterlibatan perusahaan, baik langsung
maupun melalui jalur pemerintah atau badan-badan sosial dalam mengatasi
penyakit sosial dan memperbaiki/membantu sarana dan kegiatan sosial, seperti
mensponsori kegiatan olah raga, pembersihan polusi dan air limbah, membantu
korban bencana alam, mendirikan sarana pendidikan, kesehatan, dll.
Namun, kita tidak dapat menutup mata terhadap ulah sebagian perusahaan
yang merugikan kepentingan sosial, seperti : pengerusakan hutan, lingkungan,

iklan palsu, jaminan palsu, kualitas produk yang tidak benar, kekurangan
informasi tentang produk, penipuan-penipuan lain, kebisingan, keracunan, dan
produk yang merusak kesehatan. Kadang kiata malu melihat situasi kita yang
didaulat sebagai sistem yang terbaik ternyata kurang memperhatikan etika dan
tanggung jawab sosial sebagaimana yang dijaga dan dimiliki oleh sistem kapitalis
bahkan sosialis sekalipun.
Drucker mengakatakan bahwa tidak ada suatu lembaga yang hidup sendiri
dan mati sendiri. Setiap orang/lembaga adalah unsur yang tidak terpisah dari
masyarakat dan hidup demi kepentingan masyarakat. Perusahaan tidak terkecuali.
Perusahaan yang bebas tidak dapat disebut sebagai baik untuk perusahaan, ia
hanya dapat dikatakan baik jika baik untuk masyarakat (Peter F. Drucker,
Management: Task, Responsibilities, 1973), dan Belkaoui mengatakan bahwa
perusahaan adalah penduduk dan harus menjadi penduduk yang baik (Ahmed
Belkaoui, SEA, 1984).
Secara formal, pemerintah telah mengeluarkan peraturan dan pernyataan
yang melindungi kepentingan sosial, baik bagi pendirian atau pembangunan
perusahaan maupun proyek baru. Dengan demikian, jelaslah bahwa kita menganut
konsep dimana perusahaan memiliki tanggung jawab penuh, kendatipun
pembatasannya belum begitu jelas. Socio Economic Accounting berusaha
mengidentifikasi, mencatat, mengikhtisarkan, melaporkan dan menganalisis efek
keterlibatan perusahaan ini, baik untung (benefit) dan kerugian (cost) yang
dialami masyarakat. Informasi ini sangat penting bagi perusahaan maupun bagi

pihak luar, seperti pemerintah dan sosial dalam pengambilan keputusan yang
tepat.

 Pengukuran dalam Socio Economic Accounting
Masalah pengukuran ini merupakan hal yang sangat rumit dalam Socio
Economic Accounting ini. Dalam akuntansi konvensional jelas bahwa setiap
transaksi baru dapat dicatat jika sudah mempengaruhi posisi keuangan
perusahaan. Dalam SEA kita harus mengukur dampak positif (social benefit) dan
dampak negative (social cost) yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan.
Biasanya dampak positif dan negative ini belum dapat dihitung karena memang
transaksinya bersifat uncomplete cycles, non-resiprocal dan belum mempengaruhi
posisi keuangan perusahaan.
Biasanya tidak semua dampak negatif positif itu dapat dihitung dan belum
ada pembahasan lengkap dalam literatur tentang pengukuran untuk semua jenis
externalities ini. Dalam mengukur kerugian ini semua sumber dan objek kerugian
dihitung. Kerugian ini bisa kerugian finansial atau kerugian umum (amenity loss).
Kerugian keuangan misalnya kerugian produksi akibat kerusakan lingkungan.
Kerugian amenity misalnya penderitaan jiwa yang dialami masyarakat, individu,
dan keluarga.
Salah satu akibat dari polusi udara adalah rusaknya kesehatan manusia
yang antara lain menyebabkan kematian premature. Kematian premature ini
disebabkan oleh berbagai hal dan memerlukan biaya pengobatan, pencegahan dan
sebagainya. Biaya inilah yang dihitung sebagai komponen social cost. Dari sisi

lain Midwest Research Institute (MRI) (Belkaoui,1985 hlm.197) melaksanakan
studi tentang kaitan polusi udara dengan bahan, lingkungan, dan makhluk hidup
yang terkena polusi.
Kerugian ekonomis dari bahan yang menjadi polusi ditaksir dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Q=PxNxFxR
Keterangan :
Q

: Kerugian akibat Polusi

P

: Produksi dalam dolar

N

:

Umur ekonomis dari suatu bahan yang dinilai berdasarkan

penggunaannya
F

: Faktor rata-rata tertimbang sebagai presentase bahan yang menimbulkan
polusi udara

R

: Faktor tenaga kerja yang menggambarkan nilai bahan yang dipakai dan
nilai yang masih ada.

Kerugian yang terjadi kepada tanah akibat polusi tadi dihitung dengan rumus :
L= QxV
Keterangan :
L

: Kerusakan lahan

Q

: Nilai bahan yang menyebabkan polusi sebagai mana rumus di atas.

V

: Nilai Interaksi tanah pertahun

Disinilah rumitnya menghitung dampak ekonomisnya itu, karena semua dampak
itu harus dinilai dan sampai saat ini para ahli masih terus melakukan studi

bagaimana menaksir kerugian itu. Para aktivis lingkungan ternyata telah banyak
membantu dalam melakukan penaksiran ini.
Namun demikian sebagai informasi yang akan dilaporkan dalam Socio Economic
reporting dibuat berbagai metode pengukuran misalnya:
1.

Menggunakan

penilaian

dengan

menghitung

“ Opportunity

Cost

Approach”. Misalnya dalam menghitung social cost dari pembuangan, maka
dihitung berapa kerugian manusia dalam hidupnya, berapa berkurang
kekayaanya, berapa kerusakan wilayah rekreasi, dan lain sebagainya akibat
pembuangan limbah. Total kerugian itulah yang menjadi social cost
perusahaan (Belkaoui, 1985 p. 195).
2.

Menggunakan daftar kuesioner, survei, lelang, dimana mereka yang merasa
dirugikan ditanyai berapa besar jumlah kerugian yang ditimbulkanya atau
berapa biaya yang harus dibayar kepada mereka sebagai kompensasi
kerugian yang dideritanya.

3.

Menggunakan hubungan antara kerugian massal dengan permintaan untuk
barang perorangan dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.

4.

Menggunakan rekreasi pasar dalam menentukan harga.
Sebagai pedoman, berikut ini kita lihat bagaimana mengukur keuntungan

suatu kawasan rekreasi. Calawsen dan Knetsch (Belkaoui, 1985, hlm. 199)
misalnya memberikan metode pengukuran untuk menaksir keuntungan dari suatu
kawasan rekreasi sebagai berikut :
a.

Metode Harga Maksimum (Maximum price method)

Disini ditaksir seluruh jumlah yang dibayar oleh pengunjung daerah rekreasi
tersebut.
b.

Metode Pengeluaran Kotor (Gross Expenditure Method)
Disini ditaksir keseluruhan jumlah yang dibelanjakan oleh pengunjung
selama rekreasi.

c.

Harga Pasar Ikan (Market Value Of Fish Method)
Disini ditaksir harga pasar dari semua ikan yang ditangkap pengunjung
selama rekreasi.

d.

Metode Harga Pokok (Cost Method)
Disini disamakan keuntungan yang diperoleh dari suatu kawasan rekreasi
dengan harga pokok pembangunannya.

e.

Metode Harga Pasar (Market Value Method)
Disini digunakan penaksiran nilai berdasarkan harga pasar atau harga yang
dibebankan di daerah rekreasi lainnya.

f.

Metode Interview Langsung (Direct Interview Method)
Disini ditanya secara langsung para pengunjung, berapa mereka bersedia
membayar karena mengunjungi daerah rekreasi itu.

Di pihak lain, Estes (1976) mengusulkan berbagai teknik pengukuran sebagai
berikut:
1) Penilaian pengganti (Surrogate Valuation)
2) Teknik Survei
3) Biaya perbaikan dan pencegahan
4) Penilaian (Appraisal) oleh tim independen

5) Putusan pengadilan
6) Analisis
7) Biaya pengeluaran

H. Pelaporan
Untuk melaporkan aspek sosial ekonomi yang diakibatkan perusahaan, ada
beberapa teknik pelaporan SEA menurut Diller (1970), yaitu:
1.

Pengungkapan dalam surat kepada pemegang saham baik dalam laporan
tahunan atau bentuk laporan lainnya.

2.

Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan.

3.

Dibuat dalam perkiraan tambahan misalnya melalui adanya perkiraan (akun)
penyisihan kerusakan lokasi, biaya pemeliharaan lingkungan, dan sebagainya.
Pelaporan dalam SEA berarti memuat informasi yang menyangkut dampak

positif atau negative yang ditimbulkan oleh perusahaan. Berikut ini sekedar
contoh Pelaporan SEA sebagai berikut:

PT Ezly Bazliyah
Socio Economic Operating Report
Per 31 desember 1993

(Dalam Ribuan)
I.

Kaitan dengan masyarakat
A. Perbaikan :
1. Pelatihan orang cacat

Rp. 20.000

2. Sumbangan pada Lembaga Pendidikan

Rp. 8.000

3. Biaya Ekstra karena merekrut minoritas

Rp. 10.000

4. Biaya penitipan bayi

Rp. 22.000
Total perbaikan

Rp. 60.000

B. Kerusakan :
Penundaan pemasangan alat pengaman

Rp. 28.000 _

Perbaikan ( bersih ) untuk masyarakat ( 1 )

Rp. 38.000

II. Kaitan Dengan Lingkungan
A. Perbaikan :
1.

Reklamasi lahan dan pembuatan taman

Rp140.000

2.

Biaya pemasangan control polusi

Rp.

3.

Biaya pematian racun limbah

Rp. 18.000

Total perbaikan
B.

8.000

Rp. 166.000

Kerusakan :
1. By yg akan dikeluarkan untuk reklamasi pertambangan Rp.160.000
2.

Taksiran biaya pemasangan penetralan racun air
Total kerusakan

C.

Deficit ( II )

III. Kaitan Dengan Produk

Rp. 200.000
Rp.360.000 _
( Rp.194.000 )

A.

Perbaikan :
1. Gaji eksekutif Komisi Pengamatan Produk

Rp. 50.000

2. Biaya pengganti cat beracun

Rp. 18.000

Total perbaikan
B.

Kerusakan :
1.

C.

Rp. 68.000

Pemasangan alat pengaman produksi

Rp. 44.000 _

Net perbaikan ( III )

Rp. 24.000

Total socio economic deficit 1993 ( I + II + III )

( Rp.138.000 )

Saldo kumulatif net perbaikan 1.01.93

Rp.498.000

Saldo kumulatif net perbaikan 31.12.1993

Rp.360.000

Di samping mereka yang mendukung penerapan akuntansi Sosio Economic
Accounting atau akuntansi pertanggung jawaban sosial ini, ada juga yang
mengkritiknya. Adapun kritiknya adalah sebagai berikut :
a.

Informasi pertanggung jawaban sosial itu hanya menambah biaya saja dan
tidak dibutuhkan oleh pemegang saham atau investor lainnya.

b.

Ukuran dampak sosial perusahaan dalam satuan moneter secara teknis tidak
dapat dilakukan karena sangat kompleks dan merupakan estimasi saja.

c.

Faktor-faktor

diluar

perusahaan

bukan

merupakan

tanggung

jawab

perusahaan dan ia tidak dapat mengendalikannya.
d.

Belum ada kesepakatan umum tentang konsep, tujuan, pengukuran maupun
pelaporannya.

e.

Informasi tentang APS ini akan dapat mengalihkan perhatian pada indikator
bisnis intinya sehingga dapat menyulitkan para pengambil keputusan.

f.

Hal ini mengaburkan posisi perusahaan dan pemerintah dalam melaksanakan
tugas masing-masing yang saling berbeda. Jadi jangan dibedakan tugas
pemerintahan kepada perusahaan.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1.

SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering
ditafsirkan sama dengan Social Accounting yang dihubungkan dengan

2.

National Income Accounting .
Ilmu Social Economic Accounting ( SEA ) ini merupakan bidang ilmu
akuntansi yang berfungsi dan mencoba mengindentifikasi, mengukur,
menilai, melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost yang
ditimbulkan oleh lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan
sebagai informasi yang dijadikan dasar dalam proses pengambilan keputusan

untuk meningkatkan peran lembaga baik perusahaan atau yang lain untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan.
3.

SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu sosial, ini menyangkut
peraturan, pengukuran analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan
sosial dari kegiatan pemerintah dan pengusaha. Hal ini termasuk kegiatan
yang bersifat mikro dan makro. Pada tingkat makro bertujuan untuk
mengukur dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan sosial negara
mencakup social accounting dan reporting peranan akuntansi dalam
pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan
melaporkan

pengaruh

kegiatan

perusahaan

terhadap

lingkungannya,

mencakup financial dan managerial social accounting, social auditing.
4.

Pelaporan dalam SEA berarti memuat informasi yang menyangkut dampak
positif atau negative yang ditimbulkan oleh perusahaan.

5.

Dalam SEA kita harus mengukur dampak positif yang ditimbulkan oleh
kegiatan perusahaan yaitu berupa social benefit dan dampak negative yang
ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan yaitu berupa social cost.
DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui Ahmed, 1985, Accounting Theory, 2nd Edition, Harcourt Brace
Jovanovich Publishing Co.
Friedman, Milton, 1962, Capitalism and Freedom.
Harahap, Sofyan Syafri, 2011, Teori Akuntansi Ed. Rev, Cet. 11.
Jacoby, Neil H, 1970, The Multy National Coorporation, The Center Magazine 3
May.