Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Ter
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL TERHADAP
KARAKTER REMAJA USIA 12-15 TAHUN DI GPIB
JEMAAT BUKIT ZAITUN MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Dalam Menyelesaikan
Stratum Satu (S1) Program Studi Pendidikan Agama Kristen Protestan Pada
Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar
Oleh
SRI HENDRAWATY AGUSTINA
NPM : 11022110
SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY
MAKASSAR
2016
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
ABSTRAK
Sri Hendrawaty Agustina. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
(Dibimbing oleh Ev. Tri Supartini, M.Th)
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pola asuh orang tua tunggal
terhadap karakter anak remajanya usia 12-15 tahun di jemaat GPIB Bukit Zaitun
Makassar. Adapun hasil penelitianny adalah sebagai berikut: Pertama, pola asuh
orang tua tunggal jelas sangat memengaruhi karakter anak remajanya. Orang tua
tunggal (ibu) yang bisa menjadi teman/sahabat, motivator, pendidik/pengajar dan
menjadi teladan bagi anak remajanya, akan menjadikan pertumbuhan/
perkembangan karakter remajanya setidaknya akan menuju kepada karakter
Kristus. Kedua , pola asuh orang tua tunggal tidak terlaksana secara efektif karena
ibu harus berperan ganda sebagai kepala keluarga yang bertanggungjawab untuk
memenuhi segala kebutuhan ekonomi rumah tangganya dan juga melakukan
pekerjaan dalam rumah tangga. Hal inilah yang menyebabkan orang tua tunggal
kurang memiliki waktu khusus bersama dengan anak remajanya. Ketiga, pola asuh
orang tua tunggal (ibu) sangat memengaruhi perkembangan karakter anak
remajanya, secara khusus di jemaat GPIB Bukit Zaitun, Makassar. Karena, anak
remaja usia 12-15 tahun tidak dapat bertumbuh dengan baik dalam segala segi
khususnya karakter Kristen (bermegah dalam penderitaan, bertekun,tahan uji, dan
berpengharapan) jikalau ibu sebagai orang tua tunggal tidak menerapkan pola asuh
yang baik terhadap remajanya.
Kata kunci: Pola Asuh, Orang Tua Tunggal, Karakter Remaja, GPIB
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan tahap perkembangan transisi individu dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa dimana seseorang mengalami pubertas dan terjadi
perubahan dari berbagai segi kehidupannya seperti fisik, seksual, intelektual,
mental, spiritual.
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik
terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung dengan cepat.
Ini berarti kalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku
menurun juga.1
Singgih D. Gunarsa & Yulia S. D. Gunarsa menyatakan, “Masa pubertas
meliputi masa peralihan dari masa anak sampai tercapainya kematangan fisik,
yakni umur 12 tahun sampai 15 tahun.”2 Hal ini juga diperkuat oleh James Kenny
dan Mary Kenny dalam buku “Dari Bayi Sampai Dewasa” yang menyatakan,
“perubahan biologis, psikologis, sosial, merupakan situasi yang paling sulit diatasi
1
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 2002), 222.
Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), 201.
2
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
dan merupakan ciri khas yang menandai awal masa remaja, yaitu di usia 12-15
tahun.”3
Menurut Bambang Mulyono, sifat dan keadaan emosi remaja tidak tetap,
dalam keadaan atau waktu tertentu ia melakukan kegiatan afektif yang mendadak
dan kuat disertai gangguan organis; dalam keadaan lain ia dapat tenang.4 Melihat
kondisi remaja pada umumnya seperti itu, maka jelas pada masa yang labil ini
mereka banyak mengalami perubahan sehingga rentan terhadap pengaruh negatif
dari lingkungan sekitarnya. Itulah sebabnya pada masa ini, mereka sangat
membutuhkan perhatian dan pendampingan orang tua yang utuh yaitu dari ayah
dan ibu.
Namun apa yang diharapkan terkadang jauh dari kenyataan ketika keluarga
tidak lagi menjadi utuh karena ketidakhadiran seorang ayah yang disebabkan oleh
kasus perceraian ataupun kematian sehingga mengasuh, membesarkan dan
mendidik anak, menjadi tanggung jawab seorang ibu. Alex Sobur mengatakan:
Ketidakhadiran seorang ayah karena kematian membuat seorang remaja
menjadi takut, tergoncang, dan merasa dirinya suatu waktu juga akan binasa,
sedangkan ketidakhadiran ayah karena perceraian membuat mental seorang
anak terganggu akibat suasana rumah yang penuh pertengkaran dan selain
emosi yang tidak terkontrol, kehilangan figur ayah dalam keluarga juga dapat
menimbulkan rasa tidak percaya diri, merasa tidak berarti, terabaikan, apatis
terhadap keadaan sekitarnya, dan bahkan depresi.5
3
James Kenny dan Mary Kenny, Dari Bayi Sampai Dewasa (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1991), 65.
4
5
Bambang Mulyono, Mengatasi Kenakalan Remaja (Yogyakarta: ANDI,1996), 16.
Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 25.
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
Ketika remaja mengalami depresi, maka gejala yang dapat terlihat dengan
jelas adalah remaja menjadi tidak fokus pada kagiatan dan tanggung jawab yang
diberikan serta mengalami gangguan tidur, bahkan sampai dapat menimbulkan
pikiran untuk bunuh diri. Pada sebagian remaja ketika mengalami depresi, mereka
mulai menggunakan obat-obatan, alkohol, lebih aktif secara seksual, membangkang
pada figur otoritas, serta tambah sensitif (mudah marah).6 Berdasarkan pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa ketidakhadiran seorang ayah dalam sebuah
keluarga berdampak besar pada kehidupan remaja.
Keadaan remaja dengan trauma ketidakhadiran seorang ayah akan membuat
beban tanggung jawab ibu sebagai orang tua tunggal menjadi lebih besar dan berat.
Hal ini akan bertambah lagi jika ia tak segera bangkit dari kesedihan, entah karena
bercerai atau ditinggal mati pasangannya. Ketika seorang ibu hanya menangisi
nasib, maka yang paling menderita adalah anak karena anak tak hanya kehilangan
ayah, tetapi juga ibu, sebab dalam kondisi mental si ibu yang labil, ia tentu tak bisa
berbuat apa-apa. Ia tak bisa memperhatikan lingkungannya, termasuk anak yang
masih memerlukan perhatiannya. Yang diperhatikan hanya dirinya sendiri.7
Senada dengan pendapat tersebut, pakar ahli jiwa asal Amerika Serikat
Stephen Duncan dalam tulisannya berjudul The Unique Strengths of Single-Parent
Families mengungkapkan bahwa, pangkal masalah yang sering dihadapi keluarga
6
2014), 24.
Julianto Simanjuntak, Perlengkapan Seorang Konselor (Tangerang: Pelikan Indonesia,
“Sukses Menjadi Orang Tua Tunggal,” diakses 17 April 2016,
http://tabloidnova.com/keluarga/pasangan/sukses-menjadi-orang-tua-tunggal.
7
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
dengan orangtua tunggal adalah anak. Hal ini disebabkan karena seorang anak
merasa kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupnya karena keluarga
dengan orang tua tunggal selalu terfokus hanya pada kelemahan dan masalah yang
dihadapi.8 Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa anak remaja
sangat membutuhkan perhatian dari ibunya, dan sebagai orang tua tunggal,
meskipun berat, ternyata seorang ibu harus segera sadar dan mampu mengontrol
emosinya sehingga dapat memberikan perhatian sepenuhnya kepada anak
remajanya dengan menerapkan pola asuh yang tepat.
Mengenai kualitas pola asuh dari orang tua tunggal, Jhon W. Santrock
berpendapat bahwa perpisahan remaja dengan salah satu orang tuanya sebagai
akibat dari kematian atau perceraian, merupakan masalah perasaan yang berat, dan
pada saat yang sama, kualitas pengasuhan orang tua tunggal terhadap remaja
seringkali buruk karena orang tua tunggal kelihatan lebih sibuk dengan segala
kebutuhan keluarganya sehingga mengalami ketidakmantapan emosi seperti sering
marah dan depresi yang berdampak pada kurangnya kepekaan terhadap kebutuhan
remajanya.9 Menurut Robert Garnes, remaja dalam keluarga yang tidak utuh atau
lengkap berpotensi besar mengalami krisis karakter. 10 Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kualitas pola asuh orang tua tunggal dapat
8
menolong
”Orang Tua Tunggal,” diakses 20 April 2016,
https://singleparentindonesia.wordpress.com/tag/orang-tua-tunggal.
9
Jhon W. Santrock, Adolescence (Perkembangan Remaja) (Yogyakarta: Erlangga, 2004),
199-200.
10
Robert G. Barnes, Pedoman Orang Tua Tunggal (Bandung: Kalam Hidup, 2000), 5.
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
remajanya mengatasi krisis karakter yang terjadi sebagai akibat perpisahan dengan
salah satu orang tuanya karena kasus perceraian atau pun kematian.
Sekarang ini sering dijumpai orang tua tunggal yang mengasuh anak
remajanya, termasuk di kalangan gereja dan salah satunya ialah di Gereja Protestan
di Indonesia bagian Barat (GPIB) Bukit Zaitun Makassar. Pada gereja dengan
jumlah jemaat sekitar 5000 jiwa dari 1024 kepala keluarga,11 juga dapat ditemukan
beberapa orang tua tunggal yang menemui kesulitan dalam mengasuh anak
remajanya, terutama yang berhubungan dengan karakter yang dikehendaki Tuhan.
Anak remaja yang penuh semangat dan sukacita seperti remaja pada umumnya,
namun akibat ditinggal meninggal oleh ayahnya berubah menjadi remaja yang
apatis, pemurung, cepat tersinggung lalu memberontak, malas belajar, juga menjadi
tidak suka mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian baik dirumah maupun di gereja.
Sebagai orang tua tunggal, penulis pun mempunyai kesulitan menghadapi
anak remaja yang mengalami krisis karakter di usia 13 tahun, sebagai akibat
ditinggal meninggal ayahnya. Untuk itu penulis ingin meneliti dan membuat karya
ilmiah dengan judul: PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL
TERHADAP KARAKTER REMAJA USIA 12-15 TAHUN DI GPIB
JEMAAT BUKIT ZAITUN MAKASSAR.
11
2016.
Ellen Mentang, Wawancara oleh Penulis, Makassar, GPIB Jemaat Bukit Zaitun, 7 Mei
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok permasalahan dalam
penulisan karya ilmiah ini adalah sejauhmana pola asuh orang tua tunggal
memengaruhi karakter anak remajanya yang berusia 12-15 tahun pada jemaat GPIB
Bukit Zaitun Makassar?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat dijelaskan bahwa adapun
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pola
asuh orang tua tunggal terhadap karakter anak remajanya usia 12-15 tahun di jemaat
GPIB Bukit Zaitun Makassar.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penelitian dan penulisan karya ilmiah ini adalah:
Pertama, sebagai informasi yang memberi manfaat bagi keluarga Kristen
khususnya yang berperan sebagai orang tua tunggal.
Kedua, sebagai bahan acuan bagi seorang ibu sebagai orang tua tunggal
yang mengasuh anak remaja usia 12-15 tahun.
Ketiga, sebagai bahan referensi bagi Gereja dalam memberikan
pendampingan pengasuhan orang tua tunggal terhadap remajanya.
Keempat, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Strata Satu (S1)
pada program Studi Pendidikan.
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
Batasan Penulisan
Untuk mendapatkan data yang akurat dari penelitian karya ilmiah ini, maka
penulis memberikan batasan penulisan yaitu pengaruh pola asuh dari Ibu sebagai
orang tua tunggal terhadap pembentukan karakter remaja usia 12-15 tahun di GPIB
jemaat Bukit Zaitun Makassar.
Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah studi kasus dengan
metode penelitian kuantitatif dengan tehnik pengumpulan data sebagai berikut:
Pertama, studi kepustakaan yaitu penulis mengambil data yaitu
menggunakan data primer dan data sekunder dari buku-buku dan internet yang
berhubungan dengan materi pengaruh pola asuh orang tua tunggal terhadap karakter
remaja usia 12-15 tahun.
Kedua, melakukan wawancara terhadap ibu yang menyandang status
sebagai orang tua tunggal dan anak remajanya.
Ketiga, membuat kuesioner (daftar pertanyaan) untuk mengetahui
bagaimana pola asuh orang tua tunggal dan karakter anak remajanya usia 12-15
tahun di jemaat GPIB Bukit Zaitun.
Sistematika Penulisan
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
Untuk
memberikan
gambaran
secara
singkat,
maka
penulis
menggambarkan sistematika dalam penulisan skripsi ini. Adapun sistematika
sebagai berikut:
Bab I, merupakan pendahahuluan yang meliputi: latar belakang masalah,
tujuan penelitian, metode penelitian, batasan penulisan, manfaat penelitian,
sistematika penulisan.
Bab II, merupakan tinjauan pustaka yang membahas pengertian pola asuh,
dasar alkitab pola asuh orang tua, pola asuh orang tua yang terdiri dari pola asuh
otoriter, pola asuh transaksi, pola asuh pamrih, pola asuh militer, pola asuh
karismatik, pola asuh laissez-faire, pola asuh pelopor, pola asuh melebur diri, pola
asuh konsultan, peranan orang tua, pola asuh orang tua tunggal yang terdiri dari
pola asuh menjadi teman/sahabat, pola asuh menjadi motivator, pola asuh mendidik
dan memberi pengajaran dan pola asuh menjadi teladan, karakteristik remaja yang
terdiri dari fisik, psikologis (aspek afektif, aspek kognitif, aspek psikomotor), sosial
dan rohani, karakter remaja kristen yang terdiri dari bermegah dalam penderitaan,
bertekun, tahan uji, dan berpengharapan, dan pengaruh pola asuh orang tua tunggal
terhadap karakter remaja.
Bab III, penulis menjelaskan mengenai metodologi, gambaran umum:
lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta metode
analisa data.
Bab IV, analisis hasil dan pembahasan.
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
Bab V, bab ini merupakan bab terakhir skripsi ini yang terdiri atas
kesimpulan dan saran-saran.
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL TERHADAP
KARAKTER REMAJA USIA 12-15 TAHUN DI GPIB
JEMAAT BUKIT ZAITUN MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Dalam Menyelesaikan
Stratum Satu (S1) Program Studi Pendidikan Agama Kristen Protestan Pada
Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar
Oleh
SRI HENDRAWATY AGUSTINA
NPM : 11022110
SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY
MAKASSAR
2016
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
ABSTRAK
Sri Hendrawaty Agustina. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
(Dibimbing oleh Ev. Tri Supartini, M.Th)
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pola asuh orang tua tunggal
terhadap karakter anak remajanya usia 12-15 tahun di jemaat GPIB Bukit Zaitun
Makassar. Adapun hasil penelitianny adalah sebagai berikut: Pertama, pola asuh
orang tua tunggal jelas sangat memengaruhi karakter anak remajanya. Orang tua
tunggal (ibu) yang bisa menjadi teman/sahabat, motivator, pendidik/pengajar dan
menjadi teladan bagi anak remajanya, akan menjadikan pertumbuhan/
perkembangan karakter remajanya setidaknya akan menuju kepada karakter
Kristus. Kedua , pola asuh orang tua tunggal tidak terlaksana secara efektif karena
ibu harus berperan ganda sebagai kepala keluarga yang bertanggungjawab untuk
memenuhi segala kebutuhan ekonomi rumah tangganya dan juga melakukan
pekerjaan dalam rumah tangga. Hal inilah yang menyebabkan orang tua tunggal
kurang memiliki waktu khusus bersama dengan anak remajanya. Ketiga, pola asuh
orang tua tunggal (ibu) sangat memengaruhi perkembangan karakter anak
remajanya, secara khusus di jemaat GPIB Bukit Zaitun, Makassar. Karena, anak
remaja usia 12-15 tahun tidak dapat bertumbuh dengan baik dalam segala segi
khususnya karakter Kristen (bermegah dalam penderitaan, bertekun,tahan uji, dan
berpengharapan) jikalau ibu sebagai orang tua tunggal tidak menerapkan pola asuh
yang baik terhadap remajanya.
Kata kunci: Pola Asuh, Orang Tua Tunggal, Karakter Remaja, GPIB
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan tahap perkembangan transisi individu dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa dimana seseorang mengalami pubertas dan terjadi
perubahan dari berbagai segi kehidupannya seperti fisik, seksual, intelektual,
mental, spiritual.
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik
terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung dengan cepat.
Ini berarti kalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku
menurun juga.1
Singgih D. Gunarsa & Yulia S. D. Gunarsa menyatakan, “Masa pubertas
meliputi masa peralihan dari masa anak sampai tercapainya kematangan fisik,
yakni umur 12 tahun sampai 15 tahun.”2 Hal ini juga diperkuat oleh James Kenny
dan Mary Kenny dalam buku “Dari Bayi Sampai Dewasa” yang menyatakan,
“perubahan biologis, psikologis, sosial, merupakan situasi yang paling sulit diatasi
1
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 2002), 222.
Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), 201.
2
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
dan merupakan ciri khas yang menandai awal masa remaja, yaitu di usia 12-15
tahun.”3
Menurut Bambang Mulyono, sifat dan keadaan emosi remaja tidak tetap,
dalam keadaan atau waktu tertentu ia melakukan kegiatan afektif yang mendadak
dan kuat disertai gangguan organis; dalam keadaan lain ia dapat tenang.4 Melihat
kondisi remaja pada umumnya seperti itu, maka jelas pada masa yang labil ini
mereka banyak mengalami perubahan sehingga rentan terhadap pengaruh negatif
dari lingkungan sekitarnya. Itulah sebabnya pada masa ini, mereka sangat
membutuhkan perhatian dan pendampingan orang tua yang utuh yaitu dari ayah
dan ibu.
Namun apa yang diharapkan terkadang jauh dari kenyataan ketika keluarga
tidak lagi menjadi utuh karena ketidakhadiran seorang ayah yang disebabkan oleh
kasus perceraian ataupun kematian sehingga mengasuh, membesarkan dan
mendidik anak, menjadi tanggung jawab seorang ibu. Alex Sobur mengatakan:
Ketidakhadiran seorang ayah karena kematian membuat seorang remaja
menjadi takut, tergoncang, dan merasa dirinya suatu waktu juga akan binasa,
sedangkan ketidakhadiran ayah karena perceraian membuat mental seorang
anak terganggu akibat suasana rumah yang penuh pertengkaran dan selain
emosi yang tidak terkontrol, kehilangan figur ayah dalam keluarga juga dapat
menimbulkan rasa tidak percaya diri, merasa tidak berarti, terabaikan, apatis
terhadap keadaan sekitarnya, dan bahkan depresi.5
3
James Kenny dan Mary Kenny, Dari Bayi Sampai Dewasa (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1991), 65.
4
5
Bambang Mulyono, Mengatasi Kenakalan Remaja (Yogyakarta: ANDI,1996), 16.
Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 25.
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
Ketika remaja mengalami depresi, maka gejala yang dapat terlihat dengan
jelas adalah remaja menjadi tidak fokus pada kagiatan dan tanggung jawab yang
diberikan serta mengalami gangguan tidur, bahkan sampai dapat menimbulkan
pikiran untuk bunuh diri. Pada sebagian remaja ketika mengalami depresi, mereka
mulai menggunakan obat-obatan, alkohol, lebih aktif secara seksual, membangkang
pada figur otoritas, serta tambah sensitif (mudah marah).6 Berdasarkan pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa ketidakhadiran seorang ayah dalam sebuah
keluarga berdampak besar pada kehidupan remaja.
Keadaan remaja dengan trauma ketidakhadiran seorang ayah akan membuat
beban tanggung jawab ibu sebagai orang tua tunggal menjadi lebih besar dan berat.
Hal ini akan bertambah lagi jika ia tak segera bangkit dari kesedihan, entah karena
bercerai atau ditinggal mati pasangannya. Ketika seorang ibu hanya menangisi
nasib, maka yang paling menderita adalah anak karena anak tak hanya kehilangan
ayah, tetapi juga ibu, sebab dalam kondisi mental si ibu yang labil, ia tentu tak bisa
berbuat apa-apa. Ia tak bisa memperhatikan lingkungannya, termasuk anak yang
masih memerlukan perhatiannya. Yang diperhatikan hanya dirinya sendiri.7
Senada dengan pendapat tersebut, pakar ahli jiwa asal Amerika Serikat
Stephen Duncan dalam tulisannya berjudul The Unique Strengths of Single-Parent
Families mengungkapkan bahwa, pangkal masalah yang sering dihadapi keluarga
6
2014), 24.
Julianto Simanjuntak, Perlengkapan Seorang Konselor (Tangerang: Pelikan Indonesia,
“Sukses Menjadi Orang Tua Tunggal,” diakses 17 April 2016,
http://tabloidnova.com/keluarga/pasangan/sukses-menjadi-orang-tua-tunggal.
7
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
dengan orangtua tunggal adalah anak. Hal ini disebabkan karena seorang anak
merasa kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupnya karena keluarga
dengan orang tua tunggal selalu terfokus hanya pada kelemahan dan masalah yang
dihadapi.8 Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa anak remaja
sangat membutuhkan perhatian dari ibunya, dan sebagai orang tua tunggal,
meskipun berat, ternyata seorang ibu harus segera sadar dan mampu mengontrol
emosinya sehingga dapat memberikan perhatian sepenuhnya kepada anak
remajanya dengan menerapkan pola asuh yang tepat.
Mengenai kualitas pola asuh dari orang tua tunggal, Jhon W. Santrock
berpendapat bahwa perpisahan remaja dengan salah satu orang tuanya sebagai
akibat dari kematian atau perceraian, merupakan masalah perasaan yang berat, dan
pada saat yang sama, kualitas pengasuhan orang tua tunggal terhadap remaja
seringkali buruk karena orang tua tunggal kelihatan lebih sibuk dengan segala
kebutuhan keluarganya sehingga mengalami ketidakmantapan emosi seperti sering
marah dan depresi yang berdampak pada kurangnya kepekaan terhadap kebutuhan
remajanya.9 Menurut Robert Garnes, remaja dalam keluarga yang tidak utuh atau
lengkap berpotensi besar mengalami krisis karakter. 10 Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kualitas pola asuh orang tua tunggal dapat
8
menolong
”Orang Tua Tunggal,” diakses 20 April 2016,
https://singleparentindonesia.wordpress.com/tag/orang-tua-tunggal.
9
Jhon W. Santrock, Adolescence (Perkembangan Remaja) (Yogyakarta: Erlangga, 2004),
199-200.
10
Robert G. Barnes, Pedoman Orang Tua Tunggal (Bandung: Kalam Hidup, 2000), 5.
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
remajanya mengatasi krisis karakter yang terjadi sebagai akibat perpisahan dengan
salah satu orang tuanya karena kasus perceraian atau pun kematian.
Sekarang ini sering dijumpai orang tua tunggal yang mengasuh anak
remajanya, termasuk di kalangan gereja dan salah satunya ialah di Gereja Protestan
di Indonesia bagian Barat (GPIB) Bukit Zaitun Makassar. Pada gereja dengan
jumlah jemaat sekitar 5000 jiwa dari 1024 kepala keluarga,11 juga dapat ditemukan
beberapa orang tua tunggal yang menemui kesulitan dalam mengasuh anak
remajanya, terutama yang berhubungan dengan karakter yang dikehendaki Tuhan.
Anak remaja yang penuh semangat dan sukacita seperti remaja pada umumnya,
namun akibat ditinggal meninggal oleh ayahnya berubah menjadi remaja yang
apatis, pemurung, cepat tersinggung lalu memberontak, malas belajar, juga menjadi
tidak suka mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian baik dirumah maupun di gereja.
Sebagai orang tua tunggal, penulis pun mempunyai kesulitan menghadapi
anak remaja yang mengalami krisis karakter di usia 13 tahun, sebagai akibat
ditinggal meninggal ayahnya. Untuk itu penulis ingin meneliti dan membuat karya
ilmiah dengan judul: PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL
TERHADAP KARAKTER REMAJA USIA 12-15 TAHUN DI GPIB
JEMAAT BUKIT ZAITUN MAKASSAR.
11
2016.
Ellen Mentang, Wawancara oleh Penulis, Makassar, GPIB Jemaat Bukit Zaitun, 7 Mei
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok permasalahan dalam
penulisan karya ilmiah ini adalah sejauhmana pola asuh orang tua tunggal
memengaruhi karakter anak remajanya yang berusia 12-15 tahun pada jemaat GPIB
Bukit Zaitun Makassar?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat dijelaskan bahwa adapun
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pola
asuh orang tua tunggal terhadap karakter anak remajanya usia 12-15 tahun di jemaat
GPIB Bukit Zaitun Makassar.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penelitian dan penulisan karya ilmiah ini adalah:
Pertama, sebagai informasi yang memberi manfaat bagi keluarga Kristen
khususnya yang berperan sebagai orang tua tunggal.
Kedua, sebagai bahan acuan bagi seorang ibu sebagai orang tua tunggal
yang mengasuh anak remaja usia 12-15 tahun.
Ketiga, sebagai bahan referensi bagi Gereja dalam memberikan
pendampingan pengasuhan orang tua tunggal terhadap remajanya.
Keempat, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Strata Satu (S1)
pada program Studi Pendidikan.
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
Batasan Penulisan
Untuk mendapatkan data yang akurat dari penelitian karya ilmiah ini, maka
penulis memberikan batasan penulisan yaitu pengaruh pola asuh dari Ibu sebagai
orang tua tunggal terhadap pembentukan karakter remaja usia 12-15 tahun di GPIB
jemaat Bukit Zaitun Makassar.
Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah studi kasus dengan
metode penelitian kuantitatif dengan tehnik pengumpulan data sebagai berikut:
Pertama, studi kepustakaan yaitu penulis mengambil data yaitu
menggunakan data primer dan data sekunder dari buku-buku dan internet yang
berhubungan dengan materi pengaruh pola asuh orang tua tunggal terhadap karakter
remaja usia 12-15 tahun.
Kedua, melakukan wawancara terhadap ibu yang menyandang status
sebagai orang tua tunggal dan anak remajanya.
Ketiga, membuat kuesioner (daftar pertanyaan) untuk mengetahui
bagaimana pola asuh orang tua tunggal dan karakter anak remajanya usia 12-15
tahun di jemaat GPIB Bukit Zaitun.
Sistematika Penulisan
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
Untuk
memberikan
gambaran
secara
singkat,
maka
penulis
menggambarkan sistematika dalam penulisan skripsi ini. Adapun sistematika
sebagai berikut:
Bab I, merupakan pendahahuluan yang meliputi: latar belakang masalah,
tujuan penelitian, metode penelitian, batasan penulisan, manfaat penelitian,
sistematika penulisan.
Bab II, merupakan tinjauan pustaka yang membahas pengertian pola asuh,
dasar alkitab pola asuh orang tua, pola asuh orang tua yang terdiri dari pola asuh
otoriter, pola asuh transaksi, pola asuh pamrih, pola asuh militer, pola asuh
karismatik, pola asuh laissez-faire, pola asuh pelopor, pola asuh melebur diri, pola
asuh konsultan, peranan orang tua, pola asuh orang tua tunggal yang terdiri dari
pola asuh menjadi teman/sahabat, pola asuh menjadi motivator, pola asuh mendidik
dan memberi pengajaran dan pola asuh menjadi teladan, karakteristik remaja yang
terdiri dari fisik, psikologis (aspek afektif, aspek kognitif, aspek psikomotor), sosial
dan rohani, karakter remaja kristen yang terdiri dari bermegah dalam penderitaan,
bertekun, tahan uji, dan berpengharapan, dan pengaruh pola asuh orang tua tunggal
terhadap karakter remaja.
Bab III, penulis menjelaskan mengenai metodologi, gambaran umum:
lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta metode
analisa data.
Bab IV, analisis hasil dan pembahasan.
Agustina, Sri Hendrawaty. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Terhadap
Karakter Remaja Usia 12-15 Tahun Di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar.”
Skripsi, S.Pdk, Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar.
Bab V, bab ini merupakan bab terakhir skripsi ini yang terdiri atas
kesimpulan dan saran-saran.