Hubungan Antara Penerimaan Teman Sebaya Dengan Kebahagian Pada Remaja

  

Hubungan Antara Penerimaan Teman Sebaya Dengan Kebahagian Pada

Remaja

  Yulia Herawaty Fakultas Psikologi, Universitas Islam Riau

  Abstract

The purpose of this research was to find out if there was a positive relationship beteen peer

acceptance with happiness in adolescene. The hypothesis proposed was there a positive

relationship with happiness in adolescene. The higher peer acceptance, the higher happiness

in adolescene, and vice versa. The subjects ere 135 high school students aged 15-18 years,

53 boys and 8 girls .The scale developed by the researcher based on aspects of happiness by

Seligman (2002 )and aspects of peer acceptance by Hurlock (1992). The data analyses

method used Pearson’s Product Moment correlationwith the help of SPSS program. The

results showed a positive correlation between peer acceptance and happiness in adolescene

(r = 0,378, p = 0,00, p < 0,01) Keywords : peer acceptance, happiness, adolescene

  Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara penerimaan

teman sebaya dengan kebahagiaan pada remaja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini adalah ada hubungan positif antara penerimaan teman sebaya dengan kebahagiaan pada

remaja. Semakin tinggi penerimaan teman sebaya maka kebahagiaan pada remaja akan

semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah penerimaan teman sebaya maka kebahagiaan

pada remaja akan semakin rendah. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia

antara 15-18 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, duduk dibangku SMA.

Subjek penelitian berjumlah 135 orang, terdiri dari 53 laki-laki dan 82 perempuan. Skala

yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada

aspek-aspek kebahagian yang dikemukakan oleh Seligman (2002) dan unsur-unsur

penerimaan teman sebaya yang dikemukakan oleh Hurlock (1992). Metode analisis data

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode korelasi Product Moment dari Pearson

untuk menguji apakah terdapat hubungan antara penerimaan teman sebaya dengan

kebahagiaan pada remaja, dengan menggunakan fasilitas program SPSS versi 12,0 sebagai

alat bantu analisis secara statistik. Hasil analisis data menunjukkan korelasi sebesar r =

0,378 dan p = 0,000 (p < 0,01) yang artinya terdapat hubungan positif yang sangat

signifikan antara penerimaan teman sebaya dengan kebahagian pada remaja. Jadi hipotesis

penelitian ini diterima.

  Kata kunci : penerimaan teman sebaya, kebahagian, remaja

  Membicarakan remaja seperti tidak akan pernah ada habisnya, karena terdapat banyak sisi keunikan kehidupan mereka yang ingin kita telusuri terus perkembangannya. Menurut Ali dan Ansori (2006), remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescence yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan.

  Masa remaja sendiri menurut Mappiare (dalam Ali dan Asrori, 2006) berlangsung antara umur 12 sampai dengan 21 tahun bagi wanita, sedangkan bagi pria berlangsung antara umur 13 sampai dengan 22 tahun. Rentang usia remaja ini dibagi menjadi dua bagian yaitu usia 12 atau 13 sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17 atau 18 sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah remaja akhir.

  Menurut Monks (dalam Ali dan Asrori, 2006) status remaja belum mendapat tempat yang jelas, karena sudah tidak termasuk dalam kategori anak-anak dan belum dikategorikan secara penuh sebagai orang dewasa yang dikenal dengan fase “mencari jati diri”. Remaja seringkali dihadapkan pada berbagai macam persoalan dalam pencarian jati diri, baik itu yang mendatangkan sesuatu yang positif bagi remaja ataupun yang besifat negatif, tetapi yang sering didengar saat ini kebanyakan remaja dengan segala persoalan negatifnya, yang tentu saja hal ini bukan sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan pada remaja.

  Berkaitan dengan hal tersebut, saat ini terdapat banyak sekali pemberitaan mengenai kasus- kasus yang menggambarkan ketidakbahagiaan pada remaja. Kasus ketidakbahagiaan pertama dialami oleh Andri pelajar kelas satu SLTP di Jakarta. Andri merasa tidak puas dan tidak bahagia dengan keadaannya karena disebabkan oleh faktor kurangnya perhatian, dukungan, serta krisis kepercayaan diri yang tidak diberikan oleh orang tuanya. Dampaknya Andri sering merasa gugup saat berbicara didepan kelas dan kesulitan dalam menjalin hubungan dengan teman-teman sebayanya. Alhasil Andri pun sering dicap minder oleh teman-temannya. Perasaan minder inilah yang membuat kebahagiaan Andri menjadi berkurang.

  Kasus lain mengenai ketidakbahagiaan juga dialami oleh Melissa Butler (21) seorang remaja Inggris mantan mahasiswi Oxford College. Melissa menjalani hidupnya melalui apa yang digambarkannya sebagai “hal satu-satunya yang memberi kepuasan”. Melisa melepaskan pakaian dihadapan orang-orang tak dikenalnya sambil meliuk-liukan tubuhnya. Menurutnya dengan melakukan hal tersebut, ia merasa menikmati perhatian dari orang-orang sekitarnya. Faktor penyebab Melissa menjadi tidak bahagia dengan keadaannya dan sering melakukan tindakan- tindakan ekstrem yaitu: ibunya yang teramat berambisi terhadap pendidikan Melissa, lingkungan yang menekankan pada hal-hal yang bersifat materialis & keduniawian, termasuk prestasi akademik sehingga Melisaa dituntut untuk memenuhi harapan orang tua. Akibat dari semua itu Melissa menjadi tidak bahagia dan melakukan tindakan-tindakan ekstrem.

  Kasus yang menggambarkan ketidakbahagiaan remaja juga terjadi di Cikiwul, Bantar Gebang, Bekasi. Warga sekitar dikagetkan dengan peristiwa bunuh diri seorang siswa SLTP 10 Bantar Gebang. Vivi Kusrini nekat mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri memakai seikat tali di kamar mandi rumahnya. Menurut penuturan ayahnya, alasan Vivi gantung diri karena sering diejek teman sekolahnya sebagai anak tukang bubur. Apalagi menjelang tahun ajaran baru ini Vivi belum punya seragam sekolah.

  Berdasarkan kasus-kasus diatas, diketahui bahwa kebahagiaan merupakan suatu hal yang penting untuk dimiliki oleh remaja. Karena dengan kebahagiaan akan membuat remaja dapat menjalani hari-hari mereka secara lebih bermakna dan terhindar dari perasaan-perasaan negatif lainnya. Remaja tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan dirinya sendiri ataupun menyusahkan orang-orang disekitarnya. Contoh perilaku ketidakbahagian remaja berdasarkan kasus-kasus diatas yang dapat merugikan dirinya sendiri seperti: mengasingkan diri dari lingkungan sosial teman-teman sebaya, melakukan tindakan-tindakan ekstrem hingga bunuh diri. Hal ini sejalan dengan pendapat Suardiman (dalam Muslim, 2007) yang menyatakan bahwa kebahagian dapat menjauhkan individu dari masalah-masalah yang serius dan perilaku menyimpang yang serius. Rostiana & Nisfiannor (dalam Muslim, 2007) menambahkan, bahwa individu yang memiliki level subjective well being atau kebahagiaan yang tinggi pada umumnya memiliki sejumlah kualitas yang baik seperti: kontrol emosi yang baik dan mampu menghadapi peristiwa- peristiwa dalam kehidupan dengan cara yang baik, tentunya bukan dengan cara ataupun perilaku yang menyimpang.

  Berdasarkan dari hasil wawancara peneliti terhadap dua orang remaja SMA mengenai makna kebahagiaan, maka dapat ditemukan definisi masing-masing kebahagiaan pada remaja tersebut, hal-hal yang membuat mereka bahagia, dan perasaan apa yang dialami ketika berbahagia. Kebahagiaan menurut remaja (L) adalah: perasaan yang timbul pada dirinya karena berkaitan dengan hal-hal yang sangat menyenangkan seperti diberi hadiah, berkumpul dengan teman-teman, menyenangkan orang lain, dan mendapat juara ,dengan merasakan kebahagian (L) merasa hidupnya akan terasa menyenangkan, aman dan damai. Menurut remaja (P) kebahagiaan adalah: perasaan senang yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata ataupun perbuatan. Hal-hal yang dapat membuat remaja (P) bahagia adalah ketika mendapat sesuatu yang diinginkan. Remaja (P) tidak dapat melukiskan perasaan apa saja yang dirasakan ketika bahagia, karena menurutnya sangat banyak tetapi salah satunya adalah perasaaan senang.

  Salah satu kasus yang menggambarkan adanya kebahagiaan yang dirasakan oleh remaja yaitu: terjadi pada salah satu siswi SMTI Yogyakarta bernama Merita Ika. Bagi gadis yang akrab dipanggil Metha ini ia merasa bahagia atas segala pencapaian prestasi yang telah diraihnya saat ini. Kebanyakan orang khusunya remaja mungkin menganggap segala sesuatu yang berbau Kimia terasa begitu memusingkan, mulai dari hitungan atom relative, rumus Kimia dan sebagianya. Namun bagi putri sulung dari 3 bersaudara ini Kimia justru mengantarkannya ke berbagai prestasi antara lain: Juara I Olimpiade Kimia tingkat DIY Jateng antar SMA/ SMK yang diadakan di UGM, Juara II Liga Kimia Tingkat DIY Jateng SMA/ SMK yang diadakan di UNY, selain itu pada saat duduk di SMPN 1 Yogya Metha mendapatkan beasiswa selama 3 tahun karena prestasi nilai belajarnya yang memuaskan. Akibat dari itu semua, Metha menganggap tidak hanya merasakan kebahagiaan pada dirinya sendiri melainkan ia juga dapat memberikan kebahagiaan bagi kedua orang tuanya.

  Menurut Mappiare (1982) kebahagiaan masa remaja dapat digolongkan dalam kebahgiaan sesaat atau dalam kehidupan sehari-hari, kebahagiaan taraf menengah, penerimaan, dan rasa puas terhadap diri dan apa yang dimilikinya. Kebahagian dalam taraf yang relatif tetap atau konstan bersangkutan dengan keadaan-keadaan positif yang dicapai dalam untaian pertumbuhan dan perkembangannya, tugas-tugas perkembangannya, kebutuhan-kebutuhannya dan penyesuaian- penyesuaian yang berhasil dicapainya.

  Berdasarkan laporan Organisasi Dana Kanak-kanak PBB (Unicef), anak-anak Belanda paling bahagia diantara anak-anak negara maju. Laporan itu membandingkan situasi anak-anak di 21 negara Eropa dan Amerika Utara. Dasar laporan adalah faktor-faktor yang turut menentukan kebahagiaan seperti situasi sekolah dan kehidupan dalam keluarga. Anak-anak di Belanda memang diinginkan orang tua mereka. Para calon orang tua dengan sadar memilih menjadi orang tua dan membesarkan anaknya dengan baik sejak lahir sehingga anak yang diidamkan adalah anak yang bahagia, sedangkan anak-anak yang tidak bahagia terdapat di Inggris. 40% anak-anak terlibat dalam berbagai perkelahian dan 65% anan-anak berangkat kesekolah tanpa sarapan. Masih menurut laporan Unicef, anak-anak di Inggris paling tidak bahagia di dunia karena hal ini mengacu pada berbagai faktor seperti hubungan dengan orang tua dan teman, kemelaratan, dan kesehatan.

  Menurut Mappiare (1982) ada beberapa hal yang mendatangkan kebahagiaan pada remaja diantaranya terpenuhi kebutuhan akan kasih sayang terutama dari jenis kelamin yang berbeda, adanya penerimaan lingkungan sekitar yakni teman-teman atau sebaya atau orang-orang dewasa, berprestasi dan sukses dalam peranannya misalnya dalam berkarya dalam hasil belajar, serta status sosial ekonomi keluarga yang memuaskan atau sesuai dengan harapan akan mendatangkan kebahagiaan bagi seorang remaja

  Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kebahagiaan remaja dimana salah satunya adalah penerimaan sebaya. Menurut Santrock (2003) teman sebaya atau peers adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Remaja menghabiskan semakin banyak waktu dalam interaksi teman sebaya pada remaja pertengahan, masa anak-anak, serta masa remaja. Bagi remaja hubungan teman sebaya merupakan bagian yang paling besar dalam kehidupannya.

  Pada hakikatnya disamping sebagai makhluk individu, manusia juga disebut dengan makhluk sosial. Proses hubungan sosial kelompok teman sebaya merupakan urutan terpenting dalam proses sosialisasi remaja karena dalam kelompok (per group) remaja merasakan adanya kecemasan satu dengan yang lain seperti di bidang usia, kebutuhan, dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu (Santosa, 2004). Menurut Mappiare (1982) kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya, lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang baru, yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkungan keluarga remaja.

  Menurut Mappiare (1982) diterimanya remaja oleh teman sebayanya akan membuat salah satu kebutuhan remaja tersebut terpenuhi. Hal ini disebabkan karena penerimaan teman sebaya merupakan salah satu kelompok kebutuhan remaja, disamping kebutuhan yang berhubungan dengan para orang tua. Akibat langsung adanya penerimaan teman sebaya bagi seorang remaja adalah rasa berharga dan berarti serta dibutuhkan bagi atau oleh kelompoknya. Hal ini akan menimbulkan rasa senang, gembira, puas bahkan rasa bahagia, yang pada gilirannya memberi rasa percaya diri yang besar. Keadaan yang menguntungkan ini membawa pengaruh positif bagi perkembangan penyesuaian pribadi dan sosial yang dibawanya sampai masa dewasa.

  Atas dasar itu penulis berasumsi bahwa kebahagiaan remaja dipengaruhi oleh penerimaan teman sebaya. Diterimanya seorang remaja dalam kelompok sebayanya, maka akan dapat mengembangkan kebahagiaan bagi remaja tersebut. Remaja dapat mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya, karena perasaan positif yaitu kebahagiaan yang dirasakan dan dukungan dari teman-teman seusianya. Maka timbul suatu pertanyaan penelitian: “Apakah ada hubungan antara penerimaan teman sebaya dengan kebahagiaan pada remaja?”

  Subjek penelitian ini adalah remaja yang berusia antara 15-18 tahun, berjenis kelamin laki- laki dan perempuan, duduk dibangku SMA. Subjek akan diambil secara purposive sampling yaitu sesuai dengan karakteristik subjek yang telah ditentukan.

  Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala. Ada dua skala yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu skala kebahagiaan pada remaja dan skala penerimaan teman sebaya.

  Skala kebahagiaan digunakan untuk mengungkap seberapa besar tingkat kebahagiaan pada remaja. Skala ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Seligman (2002), antara lain: kepuasan akan masa lalu, optimis akan masa depan, dan kebahagiaan pada masa sekarang.

  Skala penerimaan teman sebaya mengungkap seberapa besar remaja diterima oleh teman- teman sebayanya. Skala ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan unsur-unsur penerimaan teman sebaya yang dikemukakan oleh Hurlock (1992), antara lain: kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik perhatian, sikap yang tenang, dan gembira; reputasi sebagai seorang yang sportif dan menyenangkan; penampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman-teman sebaya; perilaku sosial yang ditandai oleh kerja sama, tanggung jawab, panjang akal, kesenangan bersama orang lain, bijaksana dan sopan; matang, terutama dalam hal pengendalian emosi serta kemauan untuk mengikuti peraturan-peraturan; sifat kepribadian yang menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti jujur, setia, tidak mementingkan diri sendiri dan ekstraversi; status sosial ekonomi yang sama atau sedikit diatas anggota-anggota lain dalam kelompoknya dan hubungan baik dengan anggota-anggota keluarga, serta temapt tinggal yang dekat dengan kelompok sehingga mempermudah hubungan dan partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok.

  Metode Analisis Data

  Metode yang digunakan adalah metode analisis statistik korelasi product moment dari

  

Pearson. Perhitungan analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer pada program SPSS

release 12,0 for windows sebagai alat bantu analisis secara statistik.

  

HASIL PENELITIAN

Uji Asumsi

  Untuk Analisis data penelitian maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu berupa uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan linearitas. Uji asumsi ini dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Programme for Social Science) 12.0 for Windows.

  Uji Normalitas

  Uji normalitas dilakukan terhadap distribusi skor kebahagiaan pada remaja dan penerimaan teman sebaya, dengan menggunakan teknik one simple kolmogorov-smirnov test pada program komputer SPSS (Statistical Programme for Social Science) 12.0 for windows. Berdasarkan hasil pengolahan data kebahagian pada remaja diperoleh nilai K-SZ = 0,858 dengan p = 0,453 (p > 0,05). Selain itu, berdasarkan pengolahan data penerimaan teman sebaya diperoleh nilai K-SZ = 1,151 dengan p = 0,141 (p > 0,05). Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa data kebahagiaan pada remaja dan penerimaan teman sebaya terdistribusi atau tersebar dengan normal.

  Uji Linearitas

  Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel kebahagiaan pada remaja dan penerimaan teman sebaya mengikuti garis linear atau tidak. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Programme for Social Science) 12.0 for

  

windows dengan teknik Compare Means. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai F =

  25,848 dengan p = 0.000 (p < 0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara kebahagiaan pada remaja dan penerimaan teman sebaya bersifat linear.

  Uji Hipotesis

  Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara penerimaan teman sebaya dengan kebahagiaan pada remaja. Semakin tinggi penerimaan teman sebaya, maka semakin tinggi kebahagiaan pada remaja, sebaliknya semakin rendah penerimaan teman sebaya maka semakin rendah kebahagiaan pada remaja. Pengujian terhadap hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson pada program komputer SPSS (Statistical Programme for Social Science) 12.0 for window. Hasil pengolahan data kebahagiaan pada remaja dan penerimaan teman sebaya diperoleh koefisien korelasi r = 0,378 dengan p = 0,000 (p < 0,01).

  Analisis koefisien determinasi pada korelasi antara penerimaan teman sebaya dengan kebahagiaan pada remaja menunjukkan angka sebesar 0,143 yang berarti penerimaan teman sebaya memberikan sumbangan sebesar 14,3% terhadap kebahagiaan pada remaja. Sebanyak 14,3 % kebahagiaan pada remaja dipengaruhi oleh penerimaan teman sebaya, sedangkan sisanya sebanyak 85,7 % dipengaruhi variabel lain diluar variabel tersebut. Berdasarkan analisis data tersebut diketahui bahwa terdapta hubungan positif yang sangat signifikan antara penerimaan teman sebaya dengan kebahagiaan pada remaja. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang dikemukakan oleh penelita dapat diterima.

  

DISKUSI

  Ada hubungan antara penerimaan teman sebaya dengan kebahagiaan pada remaja, membuktikan bahwa penerimaan teman sebaya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pada remaja. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diketahui bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Hasil analisis korelasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan koefisien (r) sebesar 0,378 dengan p = 0,000 (p < 0,01), dimana hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara penerimaan teman sebaya dengan kebahagiaan pada remaja. Semakin tinggi penerimaan teman sebaya semakin tinggi kebahagiaan pada remaja.

  Hasil di atas didukung oleh kategorisasi skor yang diperoleh responden dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengkategorian skor variabel kebahagian pada remaja, diketahui bahwa subjek yang berada dalam kategori sedang sebesar 40%, tinggi 29,63%, dan sangat tinggi 2,22%.

  Sementara itu, dari hasil pengkategorian skor variabel penerimaan teman sebaya diketahui bahwa subjek yang berada dalam kategori sedang sebesar 54,8%, tinggi sebesar 14,1% dan sangat tinggi sebesar 5,2%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian ini memiliki kebahagiaan yang sedang dan penerimaan teman sebaya yang sedang pula, sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah subjek remaja yang merasakan kebahagiaan dalam kaitannya dengan penerimaan teman sebaya memiliki jumlah frekuensi yang lebih besar dibanding kategori yang lain.

  Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kategorisasi sedang kebahagiaan pada subjek penelitian disebabkan oleh penerimaan teman sebaya. Penerimaan teman sebaya membuat remaja merasa diakui dan diperhatikan keberadaannya oleh teman-teman sebayanya. Jadi, jika remaja diterima oleh teman-teman sebayanya maka akan dapat membuat remaja merasa berbahagia, jauh dari perasaan sedih dan kesepian.

  Penelitian mengenai kebahagiaan dilakukan oleh Uchida, dkk (2004) menemukan bahwa terdapat dua pengalaman kebahagiaan yang berada pada konteks kultural antara Eropa-Amerika dan Asia Timur. Kebahagiaan dalam konteks Eropa-Amerika lebih berhubungan dengan pencapaian tujuan personal secara individual, sedangkan di Asia timur konteks kebahagiaan bergantung pada sejauh mana pencapaian realisasi hubungan sosial yang positif dimana individu merupakan bagian dari sebuah hubungan sosial. Penelitian lain yang dilakukan oleh Devine (2005) mengenai kebahagiaan yang terjadi di Bangladesh juga menunjukkan bahwa hubungan sosial merupakan tujuan yang penting dari kekuasaan dan identitas, yang meliputi keseluruhan nada aktivitas kehidupan bagi semua orang, kelas terpinggirkan, jenis kelamin, atau usia. Penelitian yang dilaporkan oleh Meltzer & Ludwig (Hurlock, 1992) ditemukan bahwa tahun-tahun sebelum usia pertengahan dipandang lebih berbahagia dari pada tahun-tahun sesudah usia pertengahan.

  Penerimaan teman sebaya sangat diperlukan bagi remaja untuk membuat mereka merasa aman bila berada di tengah lingkungan teman-teman sebayanya. Hal ini disebabkan karena pada masa-masa remaja keterikatan dengan teman sebayanya akan jauh lebih meningkat bila dibandingkan dengan para orang tua. Hal ini sejalan dengan suatu penelitian yang menunjukkan bahwa remaja muda laki-laki dan perempuan menghabiskan dua kali lebih banyak waktu dengan teman-temannya dari pada dengan orang tunya, dengan pergi ketempat permainan yang umum seperti ke Plaza, Mal, Cafe, remaja bersosialisasi bersama teman sebayanya dengan berbagi pengalaman dan perasaan (Nasution & Evrika, 2007).

  Diterimanya remaja oleh teman-teman sebayanya maka akan dapat mendatangkan kebahagiaan bagi remaja tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Khavari (2006) yang menyebutkan bahwa ketika hubungan dengan teman memuaskan, maka pergaulan sosial akan membawa pengaruh penting bagi kebahagiaan seseorang,sebaliknya kurangnya penerimaan dari lingkungan sosial teman sebaya akan menyebabkan remaja menjadi terisolasi dari lingkungannya. Hurlock (1992) menyebutkan bahwa apabila remaja realistik terhadap derajat penerimaan yang dapat mereka capai, merasa puas pada orang-orang yang menerima mereka dan menunjukkan kasih sayang pada orang-orang tersebut, maka kemungkinan untuk merasa bahagia akan meningkat.

  Diterimanya hipotesis penelitian ini menunjukkan bahwa penerimaan teman sebaya berhubungan dengan kebahagiaan pada remaja. Penerimaan teman sebaya terbukti secara sangat signifikan berpengaruh terhadap kebahagiaan pada remaja. Sumbangan efektif penerimaan teman

  2

  sebaya terhadap kebahagiaan pada remaja adalah sebesar 14,3 % (r = 0,143). Sebanyak 14,3 % kebahagiaan pada remaja dipengaruhi oleh penerimaan teman sebaya, sedangkan sisanya sebanyak 85,7 % dipengaruhi variabel lain diluar variabel tersebut.

  Faktor lain di luar penerimaan teman sebaya yang juga mempengaruhi kebahagiaan pada remaja dijelaskan dalam penelitian Darokah & Diponegoro (2005) yang menemukan bahwa peran akhlak nilai ajaran Islam berpengaruh positif terhadap kebahagiaan remaja Islam. Faktor personal seperti pengetahuan ajaran islam dan faktor sosial seperti nilai ajaran Islam secara bersama memiliki peran yang menentukan dalam peningkatan kepuasan hidup dan afek remaja Islam sebagai sarana peningkatan kebahagiaan yang merupakan komponen kualitas hidup.

  Peneliti mengakui bahwa masih terdapat beberapa kelemahan dalam penelitian ini. Kelemahan dari penelitian ini yaitu masih terdapatnya kekurangan dalam mengungkap aspek yang ingin dijadikan alat ukur sebuah penelitian, sehingga tidak semua aitem dalam alat ukur penerimaan teman sebaya dan kebahagian dapat diikutsertakan. Kelemahan lain dari penelitian ini yaitu pada penulisan aitem yang dirasa masih sulit dipahami oleh subjek penelitian, sehingga mempengaruhi dalam proses pengisian skala.

  Kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya yang hendak mengadakan penelitian dengan topik serupa agar dapat lebih menyempurnakan penelitinya.

  

KESIMPULAN

  Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang sangar signifikan antara penerimaan teman sebaya dengan kebahagiaan pada remaja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat penerimaan teman sebaya maka kebahagiaan pada remaja makin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat penerimaan teman sebaya maka kebahagiaan pada remaja akan semakin rendah. Jadi, hipotesis penelitian diterima. Sumbangan efektif penerimaan teman sebaya

  2

  terhadap kebahagiaan pada remaja sebesar 14,3 % (r = 0,143), artinya sebanyak 14,3 % kebahagiaan pada remaja dipengaruhi oleh penerimaan teman sebaya.

  Berdasarkan hasil yang telah dicapai, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

  1. Bagi para remaja hendaknya dapat terus mengembangkan keterampilan sosial yang baik pada saat berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Hal ini dimaksudkan agar dapat terjalin hubungan timbal balik yang positif antara remaja dengan teman-teman sebaya, dengan begitu diharapkan dapat menambah lingkup pergaulan sosial remaja itu sendiri, selain juga dapat mendatangkan kebahagiaan pada diri remaja tersebut.

  2. Bagi pihak sekolah khususnya guru Bimbingan Konseling (BK) agar dapat lebih meningkatkan pemahaman remaja tentang arti pentingnya membangun hubungan pertemanan yang baik diantara teman-teman sebayanya. Agar interaksi remaja dengan teman-teman sebayanya disekolah dapat terjalin dengan baik, sehingga perselisihan antar teman dapat dihindari dan rasa kesetiakawanan antar teman dapat lebih terjalin dengan erat.

  3. Bagi peneliti selanjutnya yang nantinya ingin menjadikan remaja sebagai subjek penelitian, hendaknya mempergunakan kata-kata yang mudah dicerna oleh para remaja, agar nantinya skala pada aitem-aitem yang akan diisi oleh subjek penelitian lebih mudah dipahami.

  4. Hendaknya peneliti selanjutnya juga memperhatikan jumlah aitem pada masing-masing skala penelitian, karena aitem yang jumlahnya terlalu banyak akan menyebabkan subjek penelitia menjadi cepat bosan dan mengeluh.

  5. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik pada penelitian yang berorientasi pada kebahagiaan remaja disarankan untuk memperhatikan variabel lain seperti terpenuhinya kebutuhan akan kasih sayang terutama dari lawan jenis, berprestasi dalam berkarya dan hasil belajar, serta status sosial ekonomi keluarga yang memuaskan atau sesuai harapan. Hal ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang bermanfaat bagi kehidupan sosial remaja nantinya.

  Ali, M., & Asrori, M. (2006). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. Anonim. (tanpa tahun). Masa Kecilku Kunci Kebahagiaanku. Diunduh dari :

  http://www.Pmila.comkelurga/artikel/kunciBahagiaAnak.SHTM, tanggal 28 April 2008.

  Carnfied,L., Choudhury, K., & Devine, J. (2006). Relationships, Happiness and Well Being: Insights From Bangladesh . Diponegoro, & Darokah, M. (2005). Peran Akhlak Terhadap Kebahagiaan Remaja Islam.

  Humanitas: Indonesian Psychological Journal, 2(1), 15-27.

  Ervika, E., & Nasution, A.S.M. (2007). Hubungan Penerimaan Teman Sebaya dengan perasaan kesepian pada Remaja. Psikologika, 3(2), 72-77 Hurlock, E.B. (1992). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang kehidupan:

  edisi kelima (Terjemahan). Jakarta: Erlangga

  Hamdi, A.L.R.(2008). Pelajar Miskin Korban Pendidikan. Diundug dari :

  http://www/irm.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=133 ,t anggal 25 April 2008.

  Khavari, K.A. (2006). The Art Of Happiness: Mencipta Kebahagiaan dalam Setiap Keadaan.

  Jakarta: Ikrar MandiriAbadi Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional Reenen, S.V. (2007). Anak-anak Belanda Paling Bahagia. Diunduh dari : http://www.ranasi.nl/tema/masyarakat/anak_belanda_bahagia070215, tanggal 24 April 2008.

  Santosa, S. (2004). Dinamika Kelompok: Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

  Santrock, J.W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja: Edisi Enam (Terjemahan). Jakarta: Erlangga. Seligman, M.E.P. (2005). Authentic Happiness : Menciptakan Kebahagiaan Dengan Psikologi Positif. Bandung: Mizan Pustaka. Yudana,

  I.G.A. Ulah Miring akibat Cinta Bersyarat. Diunduh dari :

Http://www.indomedia.com/intisari/1998/Februari/cinta.htm , tanggal 15 April 2008.

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI (Studi Kasus Pada Proyek Konstruksi Kabupaten Kerinci) TESIS

0 0 16

ANALISIS ARUS KAS OPERASI, KEBIJAKAN LEVERAGE, KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DAN INVESTMEN OPPORTUNITY SET (IOS) SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2013)

0 5 15

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, LINGKUNGAN KERJA DAN KOMPETENSI PEGAWAI TERHADAP OCB DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Pada Puskesmas Non Keperawatan di Kabupaten Kerinci)

0 1 12

Perkuatan Geser Pada Kolom Beton Bertulang Berpenampang Persegi Dengan Metoda Concrete Jacketing

0 0 13

Studi Kinerja Jalan Sultan Syarif Kasim Dengan Metode Greenshields (Studi Kasud Di Kawasan Sekolah SMA N 1, SMP N 1 dan SMP N 5 Pekanbaru – Riau

0 1 10

Tinjauan Kebutuhan Air Bersih Dan Pendistribusian Pada Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru

0 2 13

Analisa Perhitungan Arus Jenuh Ditinjau Dari Perbandingan Geometrik Simpang Dengan Jumlah Arus Lalu Lintas Kajian Wilayah (Study : Jalan Soekarno Hatta Pasar Pagi Arengka Pekanbaru)

0 0 10

Analisa Hubungan Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Volume Dan Kapasitas Jalan di Ruas Jalan Rantau Bais - Ujung Tanjung Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau

0 0 14

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah - Optimalisasi Query Data Dengan JavaScript Object Notation (JSON) Pada Aplikasi Penerimaan Mahasiswa Baru Online STMIK AKBA

0 0 6

Pengaruh Konsep Diri Dan Efikasi Diri Dengan Daya Juang Siswa Dalam Menentukan Jurusan Di Perguruan Tinggi Yang Diinginkan

1 1 10