Penerapan Kepemimpinan Demokratis DALAM. docx

PENERAPAN KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS DALAM ORGANISASI
PENDIDIKAN (SEKOLAH)
1. Latar Belakang
Semua gaya kepemimpinan yang ada dapat diterapkan oleh siapa saja pada
saat ia menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi. Sehingga sebuah organisasi
apapun jenisnya pasti memiliki dan memerlukan seorang pemimpin yang mampu
membawa organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama,
utamanya dalam organisasi pendidikan. Dan dalam membawa organisasi ke arah yang
baik, maka terdapat masalah yang dihadapi, seperti halnya perbedaan pendapat.
Dalam hal menyatukan pendapat tersebut dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat
menyatukan setiap pendapat agar tidak terjadi hal-hal yang akan merusak organisasi.
Oleh karena itu, bagi saya gaya kepemimpinan demokratislah yang dapat
dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah dalam hal menyatukan pendapat
dari setiap bawahan secara musyawarah. Dan tipe kepemimpinan ini dapat
diaktualisasikan oleh mahasiswa dalam berorganisasi.
2. Pembahasan
2.1 Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin yang artinya orang yang
melakukan pengaruh terhadap bawahan. Jadi tanpa adanya seorang pemimpin maka
suatu kepemimpinan tidak akan terjadi. Dalam mendefinisikan arti kepemimpinan
terdapat beberapa pendapat berbeda yang dikeluarkan oleh masing-masing ahli.

Menurut

Wirawan

(dalam

Sagala

2000:144)

memberi

pengertian

kepemimpinan sebagai proses pemimpin menciptakan visi, mempengaruhi sikap,
perilaku, pendapat, nilai-nilai, norma dan sebagainya dari pengikut untuk merealisasi
visi. Disisi lain Koontz (dalam Sagala 2000:145) mendefinisikan kepemimpinan
adalah “pengaruh, kiat (seni), proses mempengaruhi orang-orang sehingga mereka
mau berusaha secara sepenuh hati dan antusias untuk mencapai tujuan.”
Kepemimpinan menurut Gary Yukl (dalam Sagala 2000:146) adalah


“leadership is defined broadly as influence processes affecting the
interpretation of events for followers, the choice of objectives for the group or
organization of work activities to accomplish the objectives, the motivation of
followers to achieve the objectives, the maintenance of coorperative
relationships and teamwork, and the enlistment of support and coorporation
from people outside the group or organization.”
Artinya, bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi para anggota
yang menekankan pada tujuan dan sasaran organisasi melalui kegiatan pemberian
motivasi, pemeliharaan hubungan kerja sama dengan anggota, dan pemberian
dukungan baik terhadap kelompok-kelompok dari luar maupun di dalam organisasi.
Kemudian

George

Terry

(dalam

Sagala


2000:144)

mendefinisikan

kepemimpinan adalah “hubungan antara seorang pemimpin dalam mempengaruhi
orang lain untuk bekerja sama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai
keinginan pemimpin.”
Sementara itu rumusan kepemimpinan oleh Akademi Militer West Point
(dalam Sagala 2000:145) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi perilaku
seseorang dalam mencapai tujuan organisasi. Stephen Robbins (dalam Wahab
2006:82) juga menerangkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dalam
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendapat ini
memandang bahwa semua anggota kelompok/organisasi merupakan satu kesatuan
yang utuh dimana dapat melakukan pekerjaan guna pencapaian tujuan organisasi.
Kepemimpinan pula merupakan suatu proses penggunaan kekuasaan atau
wewenang yang dimiliki dalam menggerakkan sistem social guna mencapai tujuan
social.
Terdapat beberapa gambaran pula mengenai pengertian kepemimpinan,
diantaranya :


-

Menurut Stogdill (dalam Wahab 2006:132), “Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada
penentuan dan pencapaian tujuan”.

-

Menurut Siagian (dalam Wahab 2006:132), “Kepemimpinan merupakan
motor atau daya penggerak daripada semua sumber-sumber, plat yang tersedia
bagi suatu organisasi”.

-

Menurut Dubin (dalam Wahab 2006:133), “Kepemimpinan dalam organisasi
berarti penggunaan kekuasaan dan pembuatan keputusan-keputusan”.

-


Menurut Fiedler (dalam Wahab 2006:133), “Kepemimpinan adalah individu
di dalam kelompok yang memberikan tugas pengarahan pengorganisasian
yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok”.
Menurut Wahab (2006:133) kesimpulan dari pengertian kepemimpinan adalah

suatu kualitas kegiatan-kegiatan dan integritas di dalam situasi pendidikan.
Sedangkan kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk mengerakkan
pelaksana pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat
tercapai secara efektif dan efisien.
Berdasarkan

beberapa

pendapat

diatas

dapat

disimpulkan


bahwa

kepemimpinan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk
mempengaruhi orang lain (bawahan) agar mau bekerja sama ataupun taat terhadap
segala perintah yang dikeluarkan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kegiatan-kegiatan dalam suatu kepemimpinan mencakup pemberian dorongan,
motivasi, dan pengarahan terhadap bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan
sepenuh hati. Sehingga komponen-komponen yang ada dalam suatu kepemimpinan,
yakni :
-

Perilaku (aktivitas) pemimpin;

-

Hubungan kekuasan dengan anggota;

-


Interaksi;

-

Inisiatif dalam mempengaruhi orang lain.

Menurut Sagala (2000:145) dalam bukunya Administrasi Pendidikan
Kontemporer menjelaskan bahwa suatu organisasi pendidikan dinyatakan berhasil
ataupun gagal apabila gaya kepemimpinan yang diterapkan tidak mampu
mempengaruhi setiap bawahan.
Dalam hal menjadi pemimpin yang dapat menjalankan tugas-tuganya dan
peranannya sebagai pemimpin yang baik, maka seorang pemimpin pendidikan haru
mampu memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya:
-

Rendah hati dan sederhana;

-

Bersifat suka menolong;


-

Sabar dan memiliki kestabilan emosi;

-

Percaya kepada diri sendiri;

-

Jujur, adil, dan dapat dipercaya; serta

-

Memiliki keahlian dalam jabatan.
Akan tetapi seorang pemimpin pendidikan juga harus memiliki keterampilan-

keterampilan dalam menunjang peranannya sebagai pemimpin dalam suatu organisasi
pendidikan. Menurut Wahab (2006:138) terdapat beberapa keterampilan yang harus

dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan, yakni:
-

Keterampilan dalam memimpin
Artinya seorang pemimpin dalam suatu organisasi kependidikan harus
menguasai cara-cara kepemimpinan yang diterapkan, terutama kepemimpinan
demokratik. Agar ia dapat bertindak sesuai dengan tata cara memimpin yang
baik. Misalnya keterampilan dalam hal menyusun rencana bersama, mengajak
seluruh anggota organisasi untuk dapat berpartisipasi, menetapkan setiap
keputusan secara musyawarah untuk mufakat, dan sebagainya. Dan utuk
memperoleh keterampilan tersebut perlu adanya suatu pengalaman, dan harus
banyak berkomunikasi dengan seluruh anggota organisasi.

-

Keterampilan dalam hubungan manusiawi

Artinya kemapuan dalam menjalin hubungan manusiawi dengan seluruh
anggota organisasi. Baik itu hubungan formal yang berkaitan dengan tugas
atupun pekerjaan, maupun hubungan informal yang lebih kepada sifat

kekeluargaan. Dalam hal menjalankan keterampilan ini dibutuhkan sikap
saling menghargai kepada sesama, baik itu bawahan kepada atasan, maupun
atasan kepada bawahan.
-

Keterampilan dalam proses kelompok
Artinya bagaiman cara seorang pemimpin dalam meningkatkan partisipasi
seluruh anggota organisasi dengan semaksimal mungkin sehingga potensi
yang dimiliki oleh para anggota organisasi dapat diefektifkan secara maksimal
pula. Seorang pemimpin harus dapat menjadi penengah maupun moderator,
bukan hanya sebagai hakim yang berpihak.

-

Keterampilan dalam administrasi
Artinya mencakup segala keahlian dan kemampuan yang dimiliki secara
efektif dan efisien. Misalnya kegiatan seleksi dalam hal menyeleksi orang
yang paling tepat dengan tugas dan pekerjaannya, pengangkatan, penempatan,
penugasan, orientasi, pengawasan, maupun bimbingan dan pengembangan
serta kesejahteraan.


-

Keterampilan dalam menilai
Artinya penilaian terhadap sesuatu unutk mengetahuai apakah telah
terlaksanakan dan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam hal ini seorang pemimpin harus dapat mengawasi atas hasil
kerja, cara kerja, dan orang yang mengerjakannya dengan cara : menentukan
tujuan penilaian, menetapkan ukuran penilaian, sehingga dapat dilakukan
tindakan koreksi jika tidak sesuai dengan rencana ataupun tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Kegiatan pengawasan ini dapat dilakukan pada saat
sebelum kegiatan, pada saat berlangsungnya kegiatan, maupun pada saat

sesudah kegiatan berlangsung. Sehingga akan diketahui apa yang menjadi
penyebab terjadinya kesalahan.
Pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat memberikan
efek yang baik terhadap bawahan, dimana anggotanya dapat merasakan bahwa
kebutuhan mereka telah terpenuhi, baik kebutuhan bekerja, motivasi, kesehatan,
sandang, pangan, maupun kebutuhan lainnya.
Kepemimpinan yang efektif dapat memeberikan dasar dan menempatkan
tujuan pada posisi terpenting untuk merubah norma-norma dalam program
pembelajaran, meningkatkan produktivitas, dan mengembangkan pendekatanpendekatan yang kreatif untuk mencapai hasil yang maksimal dari program organisasi
pendidikan tersebut.
Kepemimpinan pula menentukan keberhasilan dari suatu organisasi. Karena
jika kepemimpinan yang diterapkan tidak dapat mengefektifkan organisasi maka
tujuan organisasi tidak akan tercapai dengan baik. Setiap pemimpin harus dapat
mempunyai gambaran pribadi terhadap apa yang akan dilakukan di dalam organisasi.
Menurut Wahab dalam bukunya Anatomi organisasi dan Kepemimpinan
Pendidikan (2006:128) menerangkan ada empat kerangka dalam organisasi, yaitu :
1) Kerangka structural, yakni suatu struktur aturan dan hubungan formal dalam
organisasi.
2) Kerangka sumber daya manusia, yakni keterampilan dan keterbatasan
manusia dalam mengerjakan suatu pekerjaan serta memiliki kebutuhan
amsing masing yang harus dipenuhi.
3) Kerangka politis, yakni memandang organisasi merupakan bentuk-bentuk
koalisi yang mungkin dapat berubah sesuai dengan isu-isu yang berkembang,
serta memandang organisasi sebagai tempat

dimana kekuasaan selalu

mempengaruhi penempatan-penempatan sumber-sumber di antara anggota
organisasi.

4) Kerangka

simbolik,

yakni

menempatkan

organisasi

sebagai

tempat

penyelenggaraan bersama ataupun suatu drama yang digerakkan oleh hal-hal
yang ritual, dimana terjadi pengaturan terhadap perilaku seseorang, sehingga
apabila terjadi kesalahan maka dapat dilakukan perbaikan melalui symbol,
mitos, maupun magis.
Menurut Wahab dalam bukunya Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan
pendidikan terdapat fungsi utama seorang pemimpin pendidikan, antara lain:
1) Seorang pemimpin harus mampu menciptakan suasana kekeluargaan serta
kerja sama.
2) Dapat membantu dalam hal menetapkan dan merealisasikan tujuan organisasi.
3) Dapat membantu organisasi dalam menganalisis situasi untuk kemudian
ditetapkan prosedur mana yang efektif untuk digunakan.
4) Bertanggung jawab atas segala kebijakan yang secara bersama-sama
ditetapkan serta memberikan kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari
sebuah pengalaman.
5) Seorang pemimpin dapat bertanggung jawab dalam mengembangkan dan
mempertahankan eksistensi organisasi.
Disisi lain gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang kepala sekolah
merupakan salah satu factor penentu terciptanya suasana yang kondusif dan harmonis
di lingkungan sekolah. Dalam konteks kepemimpinan, gaya dimaknai sebagai proses
hubungan antara pemimpin dan bawahannya yang menampilakan watak, ssifat0sifat
khas, keterampilan, kecenderungan dan perhatian terhadap individu melaui interaksi.
Dalam kepemimpinan pula terdapat beberapa gaya ataupun tipe yang dapat
diterapkan oleh setiap pemimpin, diantaranya gaya otoriter, gaya transformasional,
kharismatik dan demokratis.
Kepemimpinan demokratis merupakan suatu kepemimpinan dimana seorang
pemimpin dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul di dalam organisasi

dilakukan tindakan pengambilan keputusan bersama antara pemimpin dengan seluruh
anggota organisasi guna pencapaian tujuan organisasi.
Dengan kata lain seorang pemimpin selalu memberikan kesempatan terhadap
semua anggota dalam mengeluarkan pendapatnya masing-masing guna mencari jalan
keluar terhapap permasalahan yang dihadapi. Dapat dikatakan pula bahwa sebuah
organisasi akan dapat berhasil atau gagal tergantung pada kepemimpinan yang
diterapkan oleh seorang pemimpin organisasi tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996 (dalam Sagala 2000:163)
mengemukakan demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang memiliki
persamaan hak dan kewajiban sebagai satu kesatuan yang utuh. Segala kebijaksanaan
yang ditentukan oleh pemimpin dilakukan secara musyawarah.
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang pemimpin yang demokratis mau
menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan masukan dari seluruh anggota
organisasi. Akan tetapi dalam setiap pengambilan keputusan pemimpin harus dapat
mengacu pada tujuan organisasi dengan mengoptimalkan segala potensi sumber daya
yang tersedia.
Sama halnya menurut Wahab (2006:135), pemimpin yang bertipe demokratis
menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai dictator, melainkan sebagai pemimpin
yang selalu berada di tengah-tengah anggota organisasi. Artinya pemimpin yang
demokratis selau bersikap merakyat dengan seluruh anggota organisasi.
Hubungannya dengan para anggota bukan sseperti hubungan antara majikan
dan bawahannya saja, melainkan sebagai pemimpin yang selalu bersikap
kekeluargaan, dimana dapat menjadi kakak terhadap saudara-saudaranya. Dalam
setiap melaksanakan tugasnya, seorang pemimpin yang demokratis, mau menerima
dan bahkan mengahrapkan segala kritik dan saran dari seluruh anggota organisasi.
Selalu berusaha memberikan stimulu atau perangsang kepada setiap anggotanya agar
dapat bekerja dengan giat dan bertanggung jawab.

Setiap tindakan yang dilakukan selalu berpangkal pada kepentingan dan
kebutuhan bersama dengan mempertimbangkan dan memperhatikan kemampuan
setiap anggota organisasi. Setiap masuka ataupun kritikkan dari para anggota
organisasi selalu dijadikan umpan balik dan bahan pertimbangan dalam setiap
pengambilan kebijakan guna mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian
pemimpin yang demokratis dapat dikatrakan memberikan kepercayaan penuh kepada
bawahannya bahwa mereka mempunya kemampuan dalam melaksanakan setiap tugas
ataupun pekerjaan yang diberikan.
Seorang pemimpin yang demokratis dapat menghargai segala potensi yang
dimiliki oleh anggotanya dan mau mendengarkan dan memanfaatkan segala
partisipasi anggota organisasi dengan sebaik mungkin guna pencapaian tujuan
organisasi.
Terdapat empat hal yang perlu diperhatikan oleh para pengikut atau anggota
suatu kelompok dalam kepemimpinan yang demokratik, yaitu:

- Merupakan pendukung dari pemimpin;

-

Bertanggung jawab atas setiap tindakannya dalam organisasi;

-

Mengakui cara-cara atau mekanisme kepemimpinan dalam organisasi
tersebut;

-

Bekerjasama dengan pemimpin.
Disamping itu, pemimpin yang demokratis selalu berusaha memupuk rasa

kekeluargaan, persatuan dan solidaritas, serta selalu memberikan dorongan semangat
dan motivasi kepada semua anggota organisasi dalam menjalankan dan
mengembangkan daya kerjanya. Agar setiap anggota organisasi memiliki kecakapan
dalam memimpin, seorang pemimpin yang demokratis selalu memberikan
kesempatan kepada semua anggota organisasi dengan jalan pendelegasian sebagian
kekuasaannya dan sebagian tanggung jawabnya.

2.2 Teori-teori kepemimpinan
Ada beberapa teori yang menyangkut kepemimpinan (dalam Wahab 2006:84),
yakni teori Great Man dan Big Bang, teori sifat atau kepribadian, serta teori perilaku .
a) Teori Great Man dan Teori Big Bang
Dalam teori Great Man berasumsi bahwa kepemimpinan itu bukanlah merupakan
ciptaan melainkan bawaan atau bakat dari lahir. Dimana kekuasaan dan wewenag
berada pada seseorang berdasarkan keturunan atau pewarisan untuk menempati
posisi sebagai seorang pemimpin. Sedangkan teori Big Bang cenderung menolak
teori Great Man, karena teori ini bersumsi bahwa seseorang pemimpin merupakan
hasil ciptaan yang dapat membuat ia menjadi seorang pemimpin. Artinya
pengintegrasian antara situasi dan anggota kelompok sebagai jalan yang dapat
mengantarkan seseorang menjadi pemimpin.
b) Teori Sifat atau kepribadian
Teori ini berasumsi bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin apabila memiliki
sifat atau karakteristik kepribadian yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin,
meskipun orang tuanya ataupun keluarganya bukanlah seorang pemimpin.
Dimana keberhasilan seorang pemimpin ditentuka oleh sifat atau karakteristik
secara fisik maupun psikologis. Dalam ajaran islam pun teori ini dinyatakan
dalam kepribadian Nabi Muhammad SAW sebagai suru tauladan bagi umat
muslim di seluruh penjuru, dimana Rasul mengajarkan 5 karakteristik yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin, yakni pertama Shidiq artinya pemimpin harus
selalu bersikap, berkata, berperilaku benar dan membela kebenaran. Kedua
Amanah artinya seorang pemimpin dapat dipercaya, serta tidak menyalahgunakan
kepercayaan orang lain. Ketiga, Tabligh artinya pemimpin dapat menyampaikan
dan mengkomunikasikan semua informasi tanpa ditutp-tutupi. Keempat, Fatanah
yang artinya pemimpin mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
dengan memahami ajaran dari Allah SWT. Dan yang kelima, Maksum dalam arti
seorang pemimpin dapat berperilaku yang sesuai dengan ajaran agama. Collons

juga berpendapat (dalam Wahab 2006:85) terdapat beberapa sifat yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mengefektifkan organisasi, yakni:
-

Kelancaran berbicara, artinya seorang pemimpin harus tegas dan berani dalam
berkomunikasi dengan para anggota baik di dalam lingkungan organisasi
maupun di luar organisasi. Serta mengetahui tata cara dalam berkomunikasi
dengan baik

-

Kemampuan memecahkan masalah, artinya seorang pemimpin dalam hal
memecahkan masalah di dalam organisasi harus bisa lebih berinisiatif, dan
melakukan musyawarah dengan para anggota guna penyelesaian masalahs
serta dapat mendahulukan kepentingan organisasi dari pada kepentingan
pribadinya.

-

Pandangan ke dalam masalah kelompok, artinya seorang pemimpin harus
mampu membaca setiap maslah yang ada di dalam organisasi dan dengan
cepat dan tepat segera mengambil tindakan yang benar guna penyelesaian
masalah tersebut.

-

Keluwesan,

artinya

pemimpin

yang

baik

itu

mampu

menciptakan

keharmonisan seperti pemberia motivasi dan semangat terhadap bawahan
sehingga segala pekerjaan dapat terselesaikan dengan tepat dan cepat.
-

Kecerdasan, artinya seorang pemimpin harus mampu memiliki intelekual
yang tinggi sehingga mampu menyelesaikan segala permasalahan yang ada di
dalam organisasi.

-

Kesediaan menerima tanggung jawab, artinya apapun yang terjadi dalam
organisasi seorang pemimpin harus dapat bertanggung jawab terhadap segala
kebijakan yang dikeluarkan dan dapat menerima tanggung jawab untuk
mencapai tujuan organisasi.

-

Keterampilan social, artinya suatu keterampilan dalam berinteraksi,
berkomunikasi, bersosialisasi dengan lingkungan organisasi dan harus bersifat

terbuka dalam menerima segala perubahan yang terjadi dalam lingkuknga
organisasi.
-

Kesadaran akan diri sendiri dan lingkungannya. Artinya seorang pemimpin
yang sadar akan kemampuan diri yang ia miliki dalam menghadapi berbagai
bentuk perubahan lingkungan.

c) Teori perilaku
Teori ini berasumsi kepemimpinan dalam mengefektifkan organisasi, tergantung
pada perilaku atau gaya bertindak seorang pemimpin. Dengan kata lain, bahwa
majunya organisasi tergantung pada perilaku seorang pemimpin dalam
menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya di dalam organisasi. Perilaku atau
gaya seorang pemimpin dapat dilihat pada cara ia melakukan pengambilan
keputusan, cara memberikan tugas, cara ia memberikan dorongan motivasi, serta
cara dalam mengendalikan dan mengawasi pekerjaan anggota organisasi, dan lain
sebagainya. Menurut Likert (dalam Wahab 2006:90) berpendapat bahwa “dalam
mengefektifkan organisasi dapat dicapai dengan gaya konsultatif dan parsipatif.
Artinya perilaku seorang pemimpin yang dapat memberikan keluasan kepada
bawahan untuk ikut berpartisipasi dalam mencapai tujuan organisasi. Gaya
konsultatif yang dimaksud adalah dimana seorang pemimpin dapat berkonsultasi
dengan bawahannya tentang masalah yang dihadapi, serta gaya partisipatif artinya
bahwa seorang pemimpin dapat mengiktusertakan anggota organisasi dalam
berbagai kegiatan organisasi namun harus juga mengetahui batas-batas partisipasi
yang dapat dilakukan oleh anggota organisasi. Sehingga pemimpin tidak akan
kehilangan peranan dan kewibawaannya sebagai pemimpin serta anggota
organisasi yang tetap bertanggung jawab atas pekerjaan yang menjadi tugas
pokoknya.
Sama halnya dengan menurut Wursanto (2002:197), ia menegmukakan ada
beberapa teori tentang kepemimpinan, diantaranya : teori kelebihan, teori sifat, teori
keturunan, teori kharismatik, dan teori bakat. Dimana teori kelebihan ini berasumsi

bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia memiliki kelebihan seperti,
kelebihan dalam menggunakan pikiran, kelebihan yang berkaitan dengan budi
pekertinya, dan kelebihan badaniah dalam hal kesehatan misalnya. Teori sifat hampir
sama denga teori kelebihan, artinya kelebihan dalam hal sifat-sifat seperti mampu
bersifat adil, percaya diri, dan lain sebagainya. Sementara teori keturunan sama
dengan teori Big Bang. Sedangkan teori kharismatik berasumsi bahwa seorang
pemimpin mempunyai sebuah charisma yang sangat besar. Dan untuk teori bakat
berasumsi bahwa seorang pemimpin mempunyai bakat kepemimpinan yang harus
dikembangkan.
2.3 Ciri-ciri kepemimpinan demokratis
Seorang pemimpin yang demokratis harus mampu menyelesaikan setiap
masalah dengan cara musyawarah dengan seluruh anggota organisasi. Jadi dapat
dikatakan bahwa ciri-ciri dari seorang pemimpin yang demokratis, diantaranya:
-

Terbuka, artinya bersedia mendengarkan segala keluhan maupun masukan
dari seluruh anggota organisasi.

-

Musyawarah, artinya segala pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
pemimpin berdasarkan musyawarah secara mufakat dengan seluruh anggota.

-

Tenggang rasa, artinya pemimpin dapat menerima segala masukan baik saran
maupun kritikan dari anggotanya dengan mengembangkan sikap tenggang
rasa guna menciptakan keharmonisan dalam organisasi.

-

Sabar, artinya bersikap lapang dada dalam menerima segala pendapat ataupun
masukan dari anggota organisasi, dan tidak mudah putus asa dalam
menghadapi setiap permasalahan organisasi.

-

Adil, artinya segala keputusan yang ditetapkan tidak bersifat memihak
berdasarkan seluruh aspirasi anggota organisasi tanpa membeda-bedakannya.

-

Bijaksana, artinya dapat memahami dan mengerti segala pendapat anggota
organisasi secara bijaksana.

-

Mendahulukan kepentingan organisasi daripada kepentingan pribadi.

-

Memberikan kesempatan kepada bawahan dalam mengembangkan karirnya
untuk mencapai hasil yang diinginkan.

-

Dapat membimbing anggota organisasi tanpa bersifat mengguruinya,

-

Menghargai setiap anggota organisasi.

-

Percaya, artinya seorang pemimpin yang demokratis dapat memberikan
kepercayaan terhadap bawahannya dengan upaya pendelegasian tugas dan
wewenang guna peningkatan kerja.
Sama halnya menurut Wursanto (2002:203), kepemimpinan demokratis

mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
1) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi
2) Bersifat terbuka
3) Bawahan diberi kesempatan untuk memberikan saran ataupun ide-ide baru
guna pencapaian tujuan organisasi.
4) Dalam mengambil keputusan lebih mengutamakan musyawarah untk mufakat,
daripada keputusan yang bersifat sepihak. Apabila musyawarah untuk
mufakat tidak berhasil maka cara yang ditempuh dengan jalan lain yang
sesuai dengan demokratis, misalnya voting.
5) Menghargai potensi setiat individu.
6) Berlangsung dengan mantap, yang dapat dilihat dari unit-unit organisasi yang
berjalan lancer sesuai dengan fungsi masing-masing, pendelegasian kepada
bawahan, bawahan merasa senang dan tentram, semangat kerja yang tinggi,
baik ada pimpinan maupunn tidak ada pimpinan.
7) Pimpinan sering turun ke bawah melakukan pembinaan dan penyuluhan, yang
sekaligus melakukan pengamatan terhadap hasil yang telah dicapai, serta
kelemahan-kelemahan qatau kekurangan dan kesulitan uyang dicapai para
bawahan.
Akan tetapi menurut Siagian (1991:18) terdapat 10 (sepuluh) karakteristik
utama seorang pemimpin yang demokratis, yaitu:

-

Kemampuan memperlakukan organisasi sebagai suatu totalitas dengan
menempatkan semua satuan organisasi pada peranan dan tugas fungsi yang
tepat tanpa melupakan peranan satuan kerja tertentu tergantung pada sasaran
yang akan dicapai oleh suatu organisasi pada kurun waktu tertentu.

-

Mempunyai persepsi mengenai organisasi yang dipimpinnya.

-

Menggunakan pendekata-pendekatan dalam menjalankan fungsi-fungsi
kepemimpinannya.

-

Menempatkan kepentingan organisasi sebagai kepentingan yang sangat
bermakna dibanding kepentingan pribadinya sendiri.

-

Mengakui dan menjunjung tinggi harkat dan martabat para bawahannya
sebagai makhluk social, politik, ekonomi, dan sebagai individu yang memiliki
jati dir yang khas.

-

Memberikan kesempatan kepada seluruh anggota organisasi untuk dapat
berperan serta dalam proses pengambilan keputusan, terutama menyangkut
tugas dan fungsi anggota organisasi.

-

Terbuka terhadap ide, pandangan, maupun kritikan dari orang lain termasuk
para anggota organisasi.

-

Memiliki keteladanan yang dapat menjadikannya seorang pemimpin yang
patut menjadi panutan bagi para anggota organisasi.

-

Bersifat rasional dan objektif dalam menghadapi segala permasalahn yang
terjadi dalam organisasi, terutama dalam menilai perilaku dan prestasi kerja
oleh seluruh anggota organisasi.

-

Selalu menumbuhkan suasana kerja yang kondusif dan harmonis bagi inovasi
dan kreativitas anggota organisasi.

2.4 Kelebihan dan kekurangan kepemipinan demokratis
Menurut Goleman (dalam Arfan dan Masaong 2011:189) gaya kepemimpinan
demokratis memiliki kelemahan jika seorang pemimpin terlalu mengandalkan bisa
saja rapat tiada akhir dan keputusan yang samar. Seorang pemimpin yang menunda

keputusan penting, dengan berharap mendapatkan hasil dari strategi kesepakatan, bisa
memunculkan resiko terhadap organisasi.
Bentuk kekurangan dari kepemimpinan demokratis dapat dilihat pada saat
seorang pemimpin memberikan kesempatan dan hak yang seluas-luasnya kepada para
stafnya, maka mereka memiliki banyak sekali pendapat yang berbeda, sehingga
pemimpin sulit menentukan pendapat yang sesuai dengan anggota yang tidak
menyetujui kesepakatan forum yang ada, maka terkadang terjadi suatu konflik atau
perdebatan antara anggota forum dengan sehingga proses pengambilan keputusan
akan memakan waktu yang lebih banyak serta sulitnya pencapaian kesepakatan.
2.5 Penerapan kepemimpinan demokratis dalam organisasi pendidikan (sekolah)
Kepemimpinan dapat berfungsi sebagai tindakan yang dilakukan oleh seorang
pemimpin sekola dalam upaya menggerakan para staf agar mau melaksanakan segala
sesuatu untuk mewujudkan program kerja yang telah ditetapkan bersama.
Keberhasilan sebuah sekolah tergantung dari kepemimpinan yang diterapkan
oleh kepala sekolah dalam hal melaksanakan tugas dan fungsi pokoknya sebagai
seorang pemimpin.
Kepemimpinan yang demokratis sangat memberikan dampak yang baik dalam
organisasi pendidikan. Dalam hal penentuan kebijakan dan keputusan terpenting
adalah memperhatikan segala kebutuhan organisasi, untuk itu seorang pemimpin
harus mampu menampung segala aspirasi yang berkembang yang didukung dengan
data-data yang akurat. Sehingga dalam pengambilan keputusan dilakukan secara
transparan yang mengacu pada tujuan organisasi pendidikan dan tujuan pendidikan
itu sendiri.
Secara konseptual, kepemimpinan demokratis memiliki tiga fungsi utama,
yaitu (1) pembagian tanggung jawab di antara anggota masyarakat/kelompok; (2)
memberdayakan anggota kelompok; (3) membantu masyarakat dalam merumuskan
kebutuhan dan kebijakan.

1) Membagi

Tanggung jawab

Pemimpin yang demokratis selalu mendorong partisipasi anggota dalam
setiap kegiatan kelompok dalam menentukan tujuan kelompok. Seorang
pemimpin cenderung untuk membagi tanggung jawab daripada memusatkan
tanggung jawab pada seseorang atau pada dirinya sendiri. Kehidupan
masyarakat yang demokratis ditandai dengan

pendistribusian tanggung

jawab. Oleh karena itu, esensi dari kepemimpinan yang demokratis adalah
mendorong dan membuka

kesempatan kepada semua personil untuk

melahirkan inisiatif sesuai dengan cara-cara yang diinginkan untuk
tercapainya tujuan organisasi.
2) Pemberdayaan Anggota
Dalam melibatkan seluruh anggota organisasi pada perumusan kebikanan
merupakan salah satu ciri dari kepemimpinan yang demokratis. Namun untuk
itu, anggota-anggotanya memerlukan kemampuan dan ketrampilan dalam
berbagai bidang misalnya kemampuan bicara, berpikir, berorganisasi. Untuk
memperoleh kapasitas tersebut biasanya dilakukan dengan menetapkan
standar kemampuan yang tinggi terhadap setiap anggota dan mengembangkan
kematangan emosional dan kemampuan pemikiran moral.

3) Mekanisme Musyawarah
Musyawarah

merupakan

karakteristik

yang

paling

menonjol

dari

kepemimpinan yang demokratis dan musyawarah yang bermutu tinggi
memerlukan kepemimpinan demokratis yang efektif. Kepemimpinan yang
demokratis

membantu

proses

musyawarah

melalui

partisipasi

yang

konstruktif (membangun), fasilitasi, dan menjaga hubungan yang sehat serta
kondisi emosi yang positif. Partisipasi yang membangun berarti menentukan,
menganalisa dan memecahkan permasalahan kelompok melalui musyawarah.
Seperti halnya pada organisasi pendidikan sekolah, dimana dalam pelaksanaan
program pembelajaran bukan hanya keputusan kepala sekolah saja, melainkan semua

pihak yang ada dalam organisasi pendidikan tersebut memiliki tanggung jawab dalam
memajukan organisasi.
Dalam hal penerapan kepemimpinan demokratik, seorang kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan harus mampu menghubungkan tujuan sekolah dan
memaksimalkan kreativitasnya. Karena dapat memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap pencapaian tujuan sekolah.
Menurut DEPDIKNAS (dalam Sagala 2000:163) menegaskan bahwa seorang
pemimpin organisasi pendidikan harus dalam hal penetapan kebijakan perlu
dilaksanakan dengan demokratis, dengan :
-

Melibatkan semua pihak baik guru maupun orang tua siswa, sehingga dengan
keterlibatan ini para guru dan orang ua siswa akan merasa mempunyai andil
terhadap maju mundurnya sekolah.

-

Membentuk tim-tim khusus pada tingkat sekolah yang kemudian diberi
wewenang untuk mengambil keputusan dalam hal yang berkaitan dengan
tugasnya guna mengatasi berbagai kesulitan yang dianggap spesifik seperti
halnya kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler, dan sebagainya.

-

Menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga di luar sekolah yang dapat
membantu pencapaian tujuan sekolah.
Segala aktivitas di sebuah organisasi pendidikan dalam mengelompokkan,

menyusun dan mengatur berbagai macam pekerjaan dibutuhkan sikap demokratis
guna mencapai tujuan organisasi. Aktivitas itu dilakukan secara tertib dan teratur
dalam struktur organisasi yang telah ditetapkan. Dalam hal ini yang menjadi pusat
perhatian bukan hanya moral pemimpin (kepala sekolah) namun pengabdiannya dan
ketersediaannya dalam bekerja keras.
Dalam kepemimpinan demokratis, seorang pemimpin pendidikan dalam hal
pengambilan keputusan sangat membutuhkan partisipasi aktif dari semua pihak.
Sehingga dalam menjalankan tugasnya semua personel sekolah seperti guru maupun
orang tua siswa tidak akan dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan efektif

tanpa pengendalian, pengarahan, serta kerja sama dengan kepala sekolah. Dengan
kata lain factor partisipasi sangat berpengaruh dalam pencapaian kesuksesan sekolah,
semakin banyak partisipasi semua pihak dalam setiap kegiatan sekolah semakin
dinamis pula kondisi sekolah. Seorang guru dalam melaksanakan proses pengajaran
ataupun menjalankan tugasnya harus mampu berinteraksi dengan kepala sekolah
guna pemberian arahan atas segala kebijakan yang telah ditetapkan.
Menurut Goleman (dalam Arfan & Masaong 2011:188) gaya kepemimpinan
ini sangat baik jika kepala sekolah menginginkan persetujuan, membangun rasa
hormat, dan membangun komitmen. Dengan meluangkan waktu yang ada seorang
kepala sekolah dapat mendengarkan segala pendapat ataupun masukan dari semua
pihak untuk mencapai tujuan sekolah, maka akan meningkatkan moral kepala sekolah
dan dampaknya menghasilkan suasana yang kondusif di lingkungan sekolah.
Seorang pemimpin seperti ini akan menciptakan perasaan semua pihak bahwa
ia sebagai pemimpin dapat mendengarkan dengan sepenuh hati segala bentuk
kepedulian semua pihak. Kunci pemimpin yang demokratis adalah sebagai
komunikator terbaik, artinya mampu menjadi pendengar dan mendengar segala
kepedulian. Seorang pemimpin yang demokratis pula dapat sebagai kolaborator yang
sejati, artinya dapat bekerja bukan hanya sebagai pemimpin yang hanya memosisikan
sebagai atasan, namun dapat bekerja sebagai anggota kelompok. Selain itu, pemimpin
seperti ini dapat menegtahui bagaimana cara meredakan permasalahan yang terjadi
dalam sekolah dan menciptakan suasana yang harmonis diantara semua pihak. Agar
tercipta suatu umpan balik yang bermanfaat, seorang kepala sekolah dalam
menjalankan kepemimpina demokratis ini harus dapat bersifat terbuka terhadap
segala sesuatu baik itu buruk maupun tidak.
Menurut Siagian (1991:42) seorang kepala sekolah yang menerapkan
kepemimpinan demokratik di sekolah memperlakukan seluruh stafnya dengan
perlakuan yang manusiawi. Seorang pemimpin yang demokratik akan selalu
dihormati dan disegani karena perilakunya dalam berorganisasi mendorong para

bawahannya untuk dapat mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya. Bahkan
seorang kepala sekolah yang demokratik tidak akan ditakuti oleh para stafnya dan
tidak akan takut membiarkan para bawahannya berpendapat meskipun ada
kemungkinan bahwa pendapatnya salah.
Dengan sepenuh hati ia mendengarkan segala pendapat, saran, dan bahkan
kritikan dari orang lain. Dan jika bawahannya melakukan kesalahan, seorang kepala
sekolah yang demokratik tidak akan memarahi atau bahkan menghukumnya, tapi Ia
berusaha meluruskannya sedemikian rupa sehingga bawahan tersebut belajar dari
kesalahannya itu. Sehingga bawahannya akan menjadi orang yang akan bertanggung
jawab. Kemudian yang dapat dapat diterapkan lagi yakni pemebrian penghargaan
dapat dilakukan oleh seorang kepala sekolah yang demokratik kepada stafnyayang
berprestasi, maupun kepada siswanya yang berprestasi tinggi. Penghargaan itu dapat
akan dapat menjadi nilai tambah dalam penerapan kepemimpinan ini dalam hal
menunjukkan bahwa kerja yang ditunjukkan oleh staf bisa lebih tinggi dari
kemampuannya sendiri.
Penerapan kepemimpinan yang demokratis dengan membuka kerjasama dan
partisipasi berbagai stakeholder di lingkungannya, yaitu orang tua, instansi terkait,
dan alumni dalam penyelenggaraan pendidikan. Dapat dilihat pada setiap kerja sama
yang dilakukan dengan orang tua siswa, seperti donatur dalam menunjang kegiatan
dan sarana sekolah. Kerjasama dengan instansi terkait antara lain : kerjasama dengan
sekolah-sekolah sekitar, baik negeri dan swasta, dan lain sebagainya.
Penerapan kepemimpinan demokratis yang diterapkan oleh pemimpin
organisasi pendidikan juga dapat berpengaruh terhadap pencapian tujuan sekolah.
Karena kepala sekolah sebagai pemimpinnya merupakan sebagai penentu arah
tercapainya tujuan itu, kepala sekolah pula sebagai wakil dan juru bicara (moderator)
dalam organisasi sekolah, kepala sekolah sebagai komunikator yang efektif, kepala
sekolah sebagai mediator, dan kepala sekolah sebagai intergrator.

Nilai-nilai kemanusiaan yang akan membedakan pemimpin yang demokratik
dari tipe-tipe pemimpin lainnya. Dengan demikian seorang pemimpin pendidikan
yang demokratik memperlakukan organisasi sebagai wahana untuk mencapai tujuan
sekolah bersama. Pendekatan yang manusiawi bukanlah merupakan kelemahan,
melainkan sebagai salah satu sumber kekuatan pemimpin pendidikan yang
demokratis. Karena dengan sikap yang demikian maka seorang kepala sekolah dapat
mencapai tujuan sekolah dengan baik.
Peranan seorang pemimpin pendidikan yang demokratis oleh nilai-nilai yang
dianut dalam peningkatan usahanya menjadi pemimpin yang efektif. Pemimpin yang
demokratis selalu memperlakukan seluruh anggota organisasinya dengan cara-cara
yang manusiawi. Singkatnya, seorang pemimpin pendidikan yang demokratik itu
selalu melihat bahwa dalam setiap perbedaan-perbedaan yang merupakan kenyataan
hidup yang wajar dimiliki oleh setiap anggota organisasi, sehingga harus terjamin
kebersamaan di setiap komponen organisasi atau sekolah.
3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang
pemimpin untuk mempengaruhi orang lain (bawahan) agar mau bekerja sama ataupun
taat terhadap segala perintah yang dikeluarkan guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan-kegiatan dalam suatu kepemimpinan mencakup pemberian
dorongan, motivasi, dan pengarahan terhadap bawahan untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan sepenuh hati. Sedangkan kepemimpinan pendidikan merupakan
kemampuan untuk mengerakkan pelaksana pendidikan, sehingga tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Terdapat beberapa persyaratan untuk menjadi pemimpin pendidikan,
diantaranya: rendah hati dan sederhana, suka menolong, sabar dan memiliki
kestabilan emosi,percaya diri, jujur, adil, dan dapat dipercaya. Adapun keterampilanketerampilan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan yaitu:

keterampilan dalam memimpin, keterampilan

dalam

hubungan manusiawi,

keterampilan dalam proses kelompok, keterampilan dalam administrasi, dan
keterampilan dalam menilai
Kepemimpinan

demokratis

merupakan

kepemimpinan

yang

selalu

mengutamakan mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. Selalu bekerja sama
dengan bawahannya, dan memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
peningkatan kerja sehingga tercipta keharmonisan di dalam organisasi tersebut.
Seorang pemimpin yang demokratik selau bersikap merakyat dengan seluruh anggota
organisasi.
Namun,

kepemimpinan

demokratik

memiliki

kelemahan

dalam

hal

pengambilan keputusan, karena terdapat kesulitan dalam menetapkan kebijakan yang
disebabkan banyaknya pendapat dan masukan sehingga akan dapat memungkinkan
kesulitan dalam proses penetapan kebijakan ataupun pengambilan keputusan.
Dalam hal penerapan kepemimpinan demokratis dapat dilakukan oleh seorang
kepala sekolah sebagai pemimipin organisasi sekolah. Dimana dalam setiap kebijakan
yang ditetapkan harus dapat dimusyawarakan dengan pihak-pihak yang terkait, baik
itu para guru dan tata usaha, maupun orang tua siswa. Sehingga dapat tercipta
suasana yang kondusif dan harmonis diantara semua pihak. Untuk menjadi pemimpin
yang demokratis harus dapat mengoptimalkan segala bentuk kecerdasan yang
dimilikinya, baik kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual, maupun yang
terpenting kecerdasan emosional.
Seorang pemimpin organisasi sekolah dalam hal ini adalah kepala sekolah
dapat mendelegasikan keuasaan dan wewenangnya kepada para tenaga kerja, seperti
kepada wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang mengatur segala permasalahan
mengenai siswa maupu kepada wakil kepala sekolah kurikulum yang mengatur
semua yang berhubungan dengan proses kegiatan belajar mengajar.
Dengan penerapan kepemimpinan demokratis yang baik pada organisasi
pendidikan seperti sekolah akan menciptakan kerja sama semua pihak yang ada di

lingkungan sekolah, baik itu lingkungan internal dan eksternal, seperti siswa, guru,
tata usaha, maupun orang tua siswa.
Intinya peranan pemimpin yang dominan itu tampak jelas apabila dikaitkan
dengan keharusan berinteraksi dengan lingkungan yang selalu berubah dan
berkembang, antara lain karena kemajuan pesat yang terjadi di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.

DAFTAR PUSTAKA
Arfan & Masaong, A.K. 2011. Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence.
Penerbit Alfabeta : Bandung
Siagian, S. Edisi kedua, 1991. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Rineka Cipta:
Jakarta
Wahab, A.A. 2006. Anatomi Organisasi Dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung :
Alfabeta
Wursanto. 2002. Dasar-dasar Ilmu Organisasi. Penerbit Andi : Yogyakarta