Politik Perkotaan Perkembangan Bisnis Fa

POLITIK PERKOTAAN

PERKEMBANGAN BISNIS
FASILITAS WISATA TERHADAP
KEHIDUPAN SOSIAL
MASYARAKAT PRAWIROTAMAN
.

departemen politik dan pemerintahan, Fakultas Ilmu sosial dan ilmu politik, universitas gadjah mada 2017 

Amalia Dita Justiciasari | content writer
Bunga Hayati | content writer
Farahita Nandini | content writer & editor
Faridah Rachmawati N. | content writer
Kadek Novita Ratna D. | content writer
Latifah Arifianingrum Putri | content writer

SEJARAH SINGKAT PRAWIROTAMAN
        Kota Yogyakarta merupakan salah satu destinasi utama pariwisata
Indonesia karena pesonanya yang mampu menyajikan wisata budaya yang
sangat kental. Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Malioboro,

dan Tamansari menjadi magnet bagi wisatawan baik mancanegara maupun
wisatawan lokal ketika berkunjung ke Yogyakarta. Guna menunjang potensi
pariwisata tersebut, maka muncullah hotel, penginapan, dan atau guest
house di beberapa daerah di kota Yogyakarta yang digunakan oleh para
wisatawan untuk  menginap, salah satunya yaitu Kampung Prawirotaman.
        Kampung Prawirotaman merupakan salah satu kampung yang termasuk
dalam wilayah Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan Mergangsang, Kota
Yogyakarta. Kampung ini sudah ada sejak abad 19 yang merupakan tempat
tinggal prajurit Keraton Yogyakarta, prajurit Prawirataman, dan
keturunannya. Pada tahun 1960-1970, Prawirotaman terkenal sebagai
kampung batik. Banyak abdi dalem yang membuka usaha kerajinan batik di
daerah tersebut, namun usaha ini tidak bertahan lama karena sulitnya
bahan baku. Letaknya yang hanya berjarak 2 km dari pusat kota, menjadikan
kampung ini strategis bagi para wisatawan menginap ketika berkunjung ke
Kota Yogyakarta. Setelah usaha batik meredup, rumah-rumah usaha bekas
batik tersebut kemudian diubah oleh para pemiliknya menjadi pondokanpondokan yang disewakan bagi wisatawan. 
        Kini sudah banyak investor yang membeli tanah warga Kampung
Prawirotaman. Banyak hotel, cafe, guest house, bar, dan galeri seni
bermunculan. Pun kini, julukan kampung batik berubah menjadi kampung
internasional karena banyaknya wisatawan mancanegara yang berkunjung

dan menginap di kawasan tersebut. Pembangunan penginapan dan bangunan
penunjang pariwisata lain yang semakin marak menyebabkan hilangnya
ruang publik kampung tersebut. Hal ini kemudian memunculkan perubahan
pola interaksi sosial warga Prawirotaman. Pun dengan banyaknya
wisatawan mancanegara yang berkunjung membawa nilai-nilai baru bagi
warga kampung tersebut sehingga mempengaruhi cara warga berhubungan
satu sama lain. Karenanya, penelitian ini mencoba menggali lebih dalam
serta memaparkan bagaimana relasi dan pengaruh dari perkembangan bisnis
pariwisata yang terjadi di Kampung Prawirotaman terhadap kehidupan
sosial masyarakat setempat dengan mengacu pada teori ruang publik dan
konsep urban development.

      Pada dasarnya, konsep urban
development merupakan perencanaan
pembangunan kota yang bertujuan untuk
menciptakan lingkungan tempat tinggal
yang berkualitas dimana setiap
penghuninya akan merasa aman dan
nyaman tinggal di kota tersebut. Untuk
dapat melakukan urban development maka

juga perlu membangun daerah sekitar kota
yang sedang dibangun. Jika melakukan
urban development tidak diimbangi dengan
pembangunan daerah sekitar kota, maka
akan menyebabkan tidak meratanya taraf
kehidupan. Selain itu, hal yang perlu di
perhatikan ketika melakukan urban
development adalah perencanaan fasilitas
umum dan ruang publik. Tidak dapat
dipungkiri, fasilitas umum dan ruang publik
merupakan dua hal yang dibutuhkan oleh
penduduk di sebuah kota. Urban
development tidak hanya meliputi bentuk
suatu kota saja, melainkan mengatur
seluruh sistem yang akan berlaku di sebuah
kota. Urban development yang baik tentu
akan menghasilkan kota yang baik pula,
sehingga tujuan-tujuan yang diciptakan
diawal perencanaan akan tercapai.
       Sama halnya dengan Ruang Publik, ia

menjadi barang krusial yang akan selalu
hadir terutama dalam konstelasi atau
kondisi politik kontemporer. Dengan
hadirnya ruang publik juga memastikan
bahwa setiap lapisan masyarakat memiliki
akses terhadapnya tanpa harus membayar.
 Kaitannya dengan perkotaan, pentingnya
ruang publik juga berperan dalam
membentuk karakter kota serta menjadi
elemen yang melekat pada kota itu sendiri.
Karena pada dasarnya, elemen tersebut
dapat dianggap sebagai indikator untuk
menilai sukses tidaknya kota terkait. Ruang
publik dengan kualitas tinggi dipercaya
dapat meningkatkan kualitas kehidupan
sosial masyarakat di perkotaan dengan
menciptakan nilai tambah secara ekonomi,
sosial politik, maupun lingkungan. Apabila
ruang publik tidak diproduksi dengan baik
dan mencukupi, maka konflik perebutan

atas ruang merupakan suatu keniscayaan. 

URBAN
DEVELOPMENT
&
RUANG PUBLIK

Prawirotaman saat ini telah menjadi kampung internasional
karena mayoritas wisatawan asing memilih untuk stay
dikawasan ini selama masa liburnya. Dipilihnya
Prawirotaman oleh sebagain besar wisatawan adalah karena
kelengkapan dan keragaman fasilitas yang disediakan.
Keberadaan fasilitas wisata saat ini yang akan terus
bertambah kedepannya, ternyata membawa berbagai
perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat
prawirotaman.

13.016
11.588
10.729


Tahun

2001

2011

Jiwa

2017

Data Penduduk Kelurahan Brontokusuman

     Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dimanapun itu pasti akan menarik
minat banyak kalangan. Prawirotaman yang saat ini mengalami perkembangan dan
pembangunan fasilitas wisata telah membuka peluang usaha dan peluang kerja yang
besar sehingga tidak heran jika ada banyak orang yang melakukan urbanisasi ke
kawasan ini. Urbanisasi adalah fenomena perpindahan penduduk dari desa ke kota
dengan tujuan menetap, akan tetapi dalam kasus Prawirotaman tidak hanya orang
dari desa yang datang untuk mendapatkan pekerjaan tetapi banyak pelaku bisnis dan

orang dari kota datang ke Prawirotaman untuk menjalankan bisnisnya dan bahkan
menetap menjadi penduduk. Keberadaan pendatang dikawasan prawirotaman
diterima cukup baik oleh masyarakat setempat. Para pelaku bisnis yang mayoritas
pendatang mampu menyesuaikan pola bisnisnya dengan peraturan setempat dan
bahkan pelaku bisnis memberikan bantuan finansial yang cukup rutin terhadap
fasilitas umum disekitar kawasan dan acara-acara rutin yang dilaksanakan warga
setempat.
    Penurunan ini adalah suatu hal yang wajar mengingat banyaknya tanah dan
bangunan yang dulunya dihuni oleh sebuah keluarga dan saat ini berganti dengan
hotel – hotel , restoran dan galeri seni. Banyak keluarga yang memutuskan untuk
menjual tanah atau bangunan yang dimilikinya dan memilih untuk pindah dan
menetap luar kawasan Prawirotaman , masalah umum yang dihadapi adalah perihal
warisan dan pajak bumi bangunan. Melihat perkembangan yang pesat
dilingkungannya, banyak keluarga  memutuskan untuk menjual asetnya dan membagi
rata hasil penjualan tersebut. Sehingga dalam kasus ini jumlah pendatang yang
menetap tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang keluar dari Brontokusuman,
dan Prawirotaman khususnya karena banyak tanah dan bangunan yang dulunya
merupakan tempat tinggal dialih fungsikan menjadi tempat bisnis . Prawirotaman
yang sudah dipadati dengan kegiatan bisnis kemudian bukan lagi menjadi lokasi
yang dirasa cocok utuk menjad tempat tinggal sehingga kebanyakan keluarga baru

atau pendatang lebih memilih tempat lain untuk menetap. Semakin pesatnya
pertumbuhan bisnis di Prawirotaman saat ini  menjadi alasan berkurangnya jumlah
penduduk tiap tahun.

KEDATANGAN PENDATANG

kesadaran bisnis
Perkembangan wisata yang terjadi di Yogyakarta telah membuka kesadaran
masyarakat Prawirotaman untuk ikut mengambil peluang mereka dalam dunia bisnis
pariwisata dengan memulai usaha penginapan, kuliner hingga galeri seni. Akan tetapi
persaingan yang tinggi serta keterbatasan modal membuat beberapa masyarakat
prawirotaman yang memiliki usaha dibidang fasilitas wisata harus menyerah dalam
bisnisnya dan menjual asetnya pada pemilik modal yang lebih besar. Hingga saat ini
mayoritas fasilitas wisata dikawasan Prawirotaman dimiliki oleh pebisnis dari kotakota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya. Sementara
masyarakat asli Prawirotaman hanya memiliki beberapa petak bangunan yang
dikontrakan untuk restoran atau bekerja dibidang fasilitas pariwisata sebagai
pegawai hotel atau travel agent. Tingginya tingkat persaingan antara pebisnis lokal
maupun dari luar Prawirotaman akhirnya mendorong pebisnis lokal membuat sebuah
organisasi pedagang yaitu Paguyuban Pedagang Prawirotaman Perwira (P4) yang
bertugas mengontrol persaingan bisnis antar pengusaha agar tidak terjadi konflik.


kaya dan miskin
Perkembangan perekonomian yang pesat di Prawirotaman telah menciptakan
masyarakat kelas kaya dan miskin. Di Prawirotaman saat ini terdapat beberapa jenis
penduduk. Penduduk asli yang berbisnis memanfaatkan warisan yang dimilikinya di
Prawirotaman. Penduduk asli yang bertempat tinggal tapi tidak menjalankan bisnis
di kawasan Prawirotaman. Penduduk pendatang yang menetap dan berbisnis di
Prawirotaman serta pendatang yang berbisnis tapi tidak menetap. Diantara kelompok
ini terdapat gap yang cukup jelas sehingga menghalangi interaksi sosial diantaranya.
Karena ada jarak, mereka tidak mampu bekerja sama untuk menjalankan kegiatan
sosial RT/RW tempat mereka menetap atau berbisnis. Masing – masing kelompok
seperti merasa tidak punya tanggung jawab terhadap lingkungan mereka berada.
RT/RW seakan – akan hanya pemberi cap atau stempel untuk urusan warganya ke
kantor lurah atau camat, tidak lebih dari sekedar itu.

Pembangunan fasilitas wisata yang marak juga mempengaruhi keberadaan ruang
publik bagi warga Prawirotaman. Rumah-rumah warga yang sebelumnya bisa
menjadi ruang interaksi antar tetangga kini mulai luruh keberadaannya digantikan
oleh fasilitas wisata. Kumpul-kumpul warga yang dahulu bisa dilakukan di banyak
tempat dengan ruang yang lapang, saat ini hanya berfokus di sebuah rumah warga

yang sekiranya cukup untuk menampung jumlah warga yang datang. Interaksiinteraksi warga yang dulu dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sederhana seperti
bermain bulu tangkis atau pimpong di tanah lapang, saat ini sudah tidak dapat
dilakukan lagi. Hal tersebut dikarenakan jumlah tanah lapang yang ada di
Prawirotaman sudah semakin sedikit. Maraknya pembangunan fasilitas wisata
secara tidak langsung membuat harga tanah di Prawirotaman melunjak tinggi dan
warga akhirnya memilih untuk menjualnya demi mendapat keuntungan. Disitulah
ruang-ruang publik masyarakat menjadi terkikis secara perlahan-lahan, hingga
berdampak pada interaksi masyarakat yang menurun.

minimnya ruang publik
untuk masyarakat

       Perkembangan Prawirotaman sebagai kampung wisata tidak lepas dari faktor
modernitas yang terus merambah kampung tersebut. Pembangunan fasilitas wisata
yang semakin banyak telah menggeser daerah Prawirotaman yang semula adalah
rumah-rumah warga kini digantikan oleh bangunan untuk fasilitas wisata yang tidak
ditempati secara terus-menerus. Berkurangnya jumlah warga mempengaruhi
interaksi yang terjalin diantara mereka. Warga menjadi cenderung lebih individualis
karena tidak lagi banyak komunikasi yang dilakukan dengan tetangga-tetangga
kampung. Jika dibandingkan dengan keadaan Prawirotaman dengan rumah-rumah

penduduk yang masih banyak dan fasilitas wisata yang belum seramai sekarang,
warga sekitar sangat aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan sosial terkait dengan
kampung. Menjelang hari-hari penting seperti hari raya dan hari kemerdekaan, warga
cenderung beriinisiatif untuk melakukan berbagai kegiatan dalam rangka
merayakannya. Namun saat ini, warga cenderung pasif dan perlu usaha yang lebih
besar dari Ketua RT/RW untuk menggiring warga agar bisa berpartisipasi dalam
melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Jumlah Pos Keamanan Keliling (Poskamling) di
Kelurahan Brontokusuman yang memiliki 84 buah RT hanya sebanyak 42 pos dan
hanya memiliki satu organisasi Karang Taruna, hal tersebut sangatlah sedikit jika
dibandingkan dengan luas wilayahnya. Khusus untuk daerah Prawirotaman,
poskamling dan Karang Taruna sudah tidak lagi difungsikan karena minimnya
partisipasi dari warga.
       Kawasan Prawirotaman secara perlahan-lahan di bangun khusus sebagai
kawasan yang menunjang pariwisata di Yogyakarta, hingga diklaimnya Prawirotaman
sebagai kampung internasional. Berbagai fasilitas wisata seperti penginapan, hotel,
restoran, galeri seni, hingga bar dibangun untuk menciptakan kawasan yang nyaman
bagi para turis untuk berwisata. Dalam melakukan pembangunan kota, seharusnya
dibarengi dengan pembangunan fasilitas umum dan ruang publik, namun hal tersebut
belum sepenuhnya mampu dilaksanakan di kawasan Prawirotaman. Seperti data
yang coba kami tampilkan berikut, masih banyak fasilitas umum yang belum
dibangun, baik dari fasilitas kesehatan hingga fasilitas keagaaman yang jumlahnya
belum cukup banyak untuk menunjang di Kelurahan Brontokusuman. Sementara itu,
pembanguan kota di kawasan Prawirotaman malah mereduksi ruang publik tanpa
adanya usaha penciptaan ruang publik. Melakukan pembangunan kota tanpa
dibarengi dengan pembangunan fasilitas umum dan ruang publik akan menciptakan
tidak meratanya taraf kehidupan. Hal tersebut terlihat dari berbagai fasilitas wisata
yang tingkat ekonomi menengah keatas, sementara itu warga asli Prawirotaman
rata-rata memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah.

memudarnya partisipasi
masyarakat dalam kehidupan
sosial

Jumlah Fasilitas Umum di Kelurahan Brontokusuman
Fasilitas Kesehatan

Puskesmas

1

Posyandu
Poliklinik

23

Fasilitas Keagamaan

31

Masjid

7

Fasilitas Olahraga

Mushola

17

Pura, Vihara, Klenteng

1

-

Fasilitas Kesenian/ Budaya

1

PAUD

SMP

TK

SMA

SD

Perguruan Tinggi



 6

 2
-

 2

3

Balai Pertemuan

Fasilitas Pendidikan

referensi
Data Monografi Kelurahan Brontokusuman Tahun 2017.
Wawancara dengan Pak Pargiyat sebagai Kepala Kelurahan Brontokusuman.
Wawancara dengan Pak Hasanto sebagai Kepala Rukun Warga/RW 7.
Wawancara dengan Bapak Heri Wahyu sebagai Ketua RT Prawirotaman.
Pelly, U. (2014). Dalam Sumintarsih, & A. Adrianto, Dinamika Kampung Kota Prawirotaman dalam
Perspektif Sejarah dan Budaya (hal. 3). Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Daerah
Istimewa Yogyakarta.