MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA DAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MUATAN PELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN STAD SISWA KELAS 2 SD NEGERI SALATIGA 02 Endah Sulistyowati

  JMP Online Vol 2, No. 4, 388-403. © 2018 Kresna BIP.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) e-ISSN 2550-0481

   p-ISSN 2614-7254

  MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA DAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MUATAN PELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN STAD SISWA KELAS 2 SD NEGERI SALATIGA 02 1) 2) 3) Endah Sulistyowati , Suroso , Yustinus Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Dikirim : 02 April 2018 Tujuan menerapkan model pembelajaran STAD Revisi pertama : 03 April 2018 untuk meningkatkan keaktifan bertanya siswa dan Diterima : 13 April 2018 kemampuan menyelesakan soal cerita matematika Tersedia online : 30 April 2018 siswa kelas 2 SD Negeri Salatiga 02. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 2 SD Negeri Salatiga 02 yang berjumlah 43 siswa. Pelaksanan dilaksanakan selama

  Kata Kunci : Keaktifan Bertanya, Soal Cerita Matematika dan STAD dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan: , , 2018. Keaktifan bertanya siswa pada siklus I pertemuan pertama item yang terlaksana hanya 20% dan pertemuan kedua meningkat menjadi 45%. Hasil tersebut belum maksimal. Pada siklus II keaktifan bertanya siswa meningkat kembali yaitu pertemuan pertama item yang terlaksana 67% dan pertemuan kedua 83%. Hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada siklus I dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan siklus I dengan ketuntasan klasikal 56% atau 28 siswa yang tuntas, kemudian pada siklus II meningkat mencapai 84% atau 36 siswa tuntas.

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Pembelajaran sebagai proses kegiatan belajar mengajar berperan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Keterampilan dalam pembelajaran matematika salah satunya adalah keterampilan berhitung. Salah satu pembelajaran yang menuntut pemahaman di setiap materinya adalah matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang tersusun secara berurutan, logis, berjenjang mulai dari yang paling mudah sampai rumit (Giarti, 2014). Pembelajaran matematika diberikan secara bertahap mulai dari yang sederhana sampai komplek, sehingga pemahaman konsep dasar sangat penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan pemahaman konsep sebelumnya.

  Pada pembelajaran matematika soal yang paling rumit yaitu soal cerita, karena soal cerita memerlukan keterampilan berpikir dalam menyelesaikannya. Kesulitan yang paling banyak dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita adalah kesulitan dalam memahami soal (Hanifah, 2009). Soal cerita merupakan modifikasi dari soal- soal matematika yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa, soal cerita melatih siswa untuk menalar masalah matematika. Maka dari itu, karena soal cerita merupakan soal yang membuat siswa kesulitan untuk memahaminya, siswa dituntut harus aktif bertanya saat di dalam kelas.

  Dari hasil pengamatan yang dilakukan di kelas 2 SD Negeri Salatiga 02 ditemukan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika. Kesulitan yang dirasakan oleh siswa adalah saat diberikan soal matematika yang berbentuk cerita. Mereka mengalami kesulitan dalam mengubah soal cerita matematika ke dalam bentuk model matematika. Setelah siswa diberikan ulangan formatif, hasil yang diperoleh siswa belum memuaskan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

  

Tabel 1. Hasil Belajar Matematika Pra Siklus Siswa Kelas 2 SD Negeri Salatiga 02

Nilai Siswa yang Siswa yang Tuntas Jumlah Nilai Nilai Belum Tuntas Rata-rata Siswa Tertinggi Terendah Kelas Jumlah % Jumlah %

  43 100 60,9 21 49% 22 51% Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2017)

  Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 43 siswa hanya terdapat 21 siswa atau sebesar 49% yang mendapat nilai diatas KKM. Sedangkan 22 siswa atau sebesar 51% belum dapat mencapai ketuntasan nilai yang diharapkan. KKM untuk mata pelajaran matematika siswa kelas 2 SD Negeri Salatiga 02 adalah 75. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: siswa yang tidak memperhatikan saat guru menjelaskan materi di depan kelas, siswa tidak mau atau malu bertanya jika tidak mengerti, siswa hanya sibuk bermain sendiri bahkan mereka mengobrol dengan teman yang lain. Kesulitan siswa dalam memahami soal cerita tersebut berdampak juga pada hasil belajar siswa yang menjadi kurang memuaskan.

  Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan diatas yaitu STAD. Model pembelajaran STAD merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang didalamnya beberapa kelompok kecil siswa dengan level akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara akademik, siswa juga dikelompokkan secara beragam berdasarkan gender, ras, dan etnis (Huda, 2014). Terdapat 4 tahapan yang harus dilakukan dalam menggunakan model pembelajaran STAD yaitu: 1) Tahap pengajaran, 2) Tahap tim studi, 3) Tahap tes, dan 4) Tahap rekognisi.

  Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang menerapkan model pembelajaran STAD untuk memecahkan permasalahan yang ada pada mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar. Penelitian tersebut antara lain: Penelitian yang dilakukan Marsih, Wahyudi, dan Warsiti (2009) dengan judul “Model

  

Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Tentang Soal Cerita Pecahan Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar ” dapat disimpulkan

  bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu sebesar 80% dari tes awal ke siklus I atau sebanyak 16 siswa. Sedangkan untuk siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 20% sehingga pada akhir siklus, siswa yang tuntas belajar sudah mencapai 100%. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa model pembelajaraan kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang soal cerita pecahan pada siswa kelas V sekolah dasar.

  Penelitian yang dilakukan Dani Maningsih, Triyono, dan Ngatman (2012) de ngan judul “Penerapan Metode Stad Dalam Peningkatan Keterampilan

  Menyelesaikan Soal Cerita Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

  ” Hasilnya menunjukkan bahwa penerapan metode STAD dapat meningkatkan keterampilan menyelsaikan soal cerita tentang pecahan di Sekolah Dasar. Persentase perolehan pada siklus I adalah 84,6%, meningkat pada siklus II menjadi 92,3%, dan pada siklus III menjadi 92,3%.

  Penelitian yang dilakukan Siti Mukhoiyaroh (2014) dengan judul “Penggunaan

  

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa

Siswa Sekolah Dasar

  ” menunjukkan bahwa persentase hasil belajar siswa siklus I dalam pembelajaran mencapai 68,74%. Hasil ini belum mencapai persentase yang diharapkan dalam pembelajaran yaitu 80% dari seluruh hasil belajar siswa. Sehingga perlu ditingkatkan pada pertemuan selanjutnya. Hasil persentase hasil belajar siswa siklus II dalam pembelajaran mencapai 85,41%. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan sebesar 16,67% dari siklus I 68,74%, bahkan hasilnya melebihi dari persentase yang diharapkan.

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka peneliti dapat mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah pembelajaran dengan model STAD dapat meningkatkan keaktifan bertanya dan kemampuan menyelesaikan soal cerita muatan siswa kelas 2 SD Negeri Salatiga 02?”.

  Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk membuktikan adanya peningkatan keaktifan bertanya dan kemampuan menyelesaikan soal cerita muatan pelajaran matematika menggunakan STAD siswa kelas 2 SD Negeri Salatiga 02.

  KAJIAN PUSTAKA Pengertian Soal Cerita Matematika

  Matematika adalah sebuah struktur yang terorganisasi dari pengetahuan yang mana setiap langkah atau pendekatannya diasumsikan secara logis dari langkah atau pendekatan sebelumnya yang sudah terbukti. Konsep matematika yang dipelajari sebelumnya menjadi prasyarat yang harus dikuasai agar dapat memahami konsep selanjutnya. Struktur materi yang dipelajari dalam matematika dimulai dari yang sederhana sampai komplek (Yustinus, 2017:2). Soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal matematika yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa, soal cerita melatih siswa untuk menalar masalah. Kemampuan berasal dari kata mampu yang artinya sanggup dan cakap. Seseorang dikatakan mampu apabila bisa atau sanggup melakukan sesuatu yang harus dilaksanakannya (Alwi, 2011:182). Dapat disimpulkan bahwa soal cerita merupakan kemampuan yang dapat melatih siswa untuk menalar dan berfikir untuk menyelesaikannya, selain itu siswa juga harus memahami terlebih dahulu masalah yang ada pada soal cerita tersebut. Dengan pemahaman yang telah didapat siswa, siswa akan mampu mengenal, menjelaskan, serta mampu menarik kesimpulan dari suatu tindakan.

  Pengertian Keaktifan Bertanya

  Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenai. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir (Hasibuan & Moejono, 2012). Menurut Anitah (2009) keaktifan bertanya merupakan sebuah kemampuan yang bersifat mendasar yang dipersyaratkan bagi penguasaan ketrampilan berikutnya. Tujuan bertanya yang dilakukan oleh guru tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi juga untuk meningkatkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa.

  Dapat disimpulkan bahwa keaktifan bertanya merupakan sebuah ucapan yang dilakukan oleh seseorang untuk orang lain, yang berupa sebuah pertanyaan tentang pengetahuan atau sebuah hasil pertimbangan serta memperoleh informasi dan dari pertanyaan tersebut dapat mendorong kemampuan berfikir seseorang. Dengan siswa aktif bertanya maka siswa tersebut menyimak dan memperhatikan meteri yang disampaikan oleh guru di kelas.

  Pengertian Model Pembelajaran STAD

  Model pembelajaran STAD merupakan salah satu strategi pembelajaran yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara akademik, siswa juga dikelompokkan secara beragam berdasarkan gender, ras dan etnis (Huda, 2014).

  Langkah-Langkah Model Pembelajaran STAD

  Model pembelajaran STAD terdapat 4 tahapan (Huda, 2014), yaitu: 1) Tahap pengajaran yaitu, guru menyajikan materi pelajaran, biasanya dengan format ceramah- diskusi. Pada tahap ini, siswa seharusnya diajarkan tentang apa yang akan mereka pelajari dan mengapa pelajaran tersebut penting. 2) Tahap tim studi yaitu, para anggota kelompok bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan lembar kerja dan lembar jawaban yang telah disediakan oleh guru. 3) Tahap tes yaitu, setiap siswa secara individual menyelesaikan kuis. Guru memberikan skor pada kuis tersebut dan mencatat perolehan hasilnya saat itu serta hasil kuis pada pertemuan sebelumnya. Hasil dari tes individu akan diakumulasikan untuk skor tim mereka. 4) Tahap rekognisi yaitu, setiap tim menerima penghargaan atau reward bergantung pada nilai skor rata-rata tim. Misalnya tim-tim yang memperoleh poin peningkatan dari 15 hingga 19 poin akan menerima sertifikat sebagai TIM BAIK, tim yang memperoleh rata-rata poin peningkatan dari 20 hingga 24 akan menerima sertifikat TIM HEBAT, sementara tim yang memperoleh poin 25 hingga 30 akan menerima sertifikat sebagai TIM SUPER.

  METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

  Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif, yang dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan guru kelas 2 SD Negeri Salatiga 02. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran STAD yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan bertanya dan kemampuan menyelesaikan soal cerita muatan pelajaran matematika menggunakan STAD siswa kelas 2 SD Negeri Salatiga 02.

  Seting Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Salatiga 02 yang berlokasi sangat strategis, karena letaknya berada di pusat kota dan disamping jalan utama kota Salatiga yaitu terletak di Jalan Diponegoro No.12 Salatiga. Di samping SD Negeri Salatiga 02 terdapat SD Negeri Salatiga 09, dan di depan atau di seberang jalan terdapat SD Negeri Salatiga 01.

  SD Negeri Salatiga 02 didirikan pada tahun 1961 dan saat ini merupakan salah satu SD favorit yang ada di kota Salatiga. Sarana dan prasarana belajar yang tersedia cukup memadahi. Jumlah pendidik dan tenaga kerja di SD Negeri Salatiga 02 adalah 15 orang. Dalam setiap kelas terdapat 38-46 siswa. Siswa di SD Negeri Salatiga 02 memiliki prestasi yang banyak dibidang agama, pendidikan, dan olahraga.

  Karakteristik Subjek Penelitian

  Subjek penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas 2 SD Negeri Salatiga 02 yang berjumlah 43 siswa, terdiri atas 21 perempuan dan 22 laki- laki. Kondisi keadaan siswa tersebut sehat baik sehingga dapat mengikuti kegiatan beda, ada yang tinggi, sedang, bahkan ada yang rendah. Sebagian basar mereka berasal dari keluarga yang menengah ke atas.

  Prosedur Penelitian

  Langkah sebelum mengadakan penelitian yaitu diadakan identifikasi masalah yang berhubungan dengan materi pengukuran berat benda. Setelah itu, peneliti menyusun perangkat pembelajaran STAD dengan materi tersebut disesuaikan dengan Kurukulum 2013 dengan memanfaatkan media benda kongkrit. Pada penelitian ini terdapat 2 siklus. Setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Acting), Observasi (Observing), dan Refleksi (Reflecting).

  Indikator Keberhasilan

  Untuk menetukan keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini, maka dirumuskan indikator kinerja yang terdiri dari indikator proses dan indikator hasil. Indikator proses pada penelitian ini yaitu kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dikatakan berhasil apabila

  ≥ 80% dari jumlah keseluruhan kegiatan pembelajaran sesuai sintaks model pembelajaran STAD telah diterapkan oleh guru, sedangkan indikator hasil dalam penelitian tindakan kelas ini adalah keberhasilan pembelajaran yang ditandai dengan sekurang-kurangnya 80% siswa mendapat nilai ≥75 sebagai nilai ketuntasan minimal dalam peneliian ini.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pra Siklus

  Kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita muatan pembelajaran matematika siswa kelas 2 SD Negeri Salatiga 02, sebelum diadakan penelitian masih belum tuntas. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak aktif di dalam kelas, padahal dengan siswa aktif bertanya didalam kelas siswa berarti menyimak apa yang disampaikan oleh guru. Dengan berani bertanya siswa akan memperoleh informasi dan akan dengan mudah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

  Siswa dapat dikatakan berhasil atau tuntas jika nilai yang mereka peroleh mencapai KKM, KKM pada mata pelajaran matematika adalah 75. Siswa kelas 2 SD Negeri Salatiga 02 yang tuntas hasil belajarnya ada 21 siswa, sedangkan yang belum tuntas hasil belajarnya sebanyak 23 siswa. Data lengkapnya, dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi hasil belajar matematika pra siklus dibawah ini:

  

Tabel 2. Distribusi frekuensi Hasil Belajar Matematika Pra Siklus Siswa Kelas 2

SD Negeri Salatiga 02

Siswa yang Siswa yang Jumlah Nilai Nilai Nilai Rata- Tuntas Belum Tuntas Siswa Tertinggi Terendah Rata Kelas Jumlah % Jumlah %

  43 100 60,9 21 49% 22 51% Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

  Siklus I Perencanaan Tindakan Siklus I

  Tindakan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada muatan pelajaran matematika, yang menjadi acuan adalah hasil dari evaluasi pra siklus. Tindakan yang dilakukan adalah 1) menyusun rencana penerapan pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dengan meteri pengukuran berat benda, 2) menyiapkan media pembelajaran, 3) menyiapkan lembar observasi aktifitas bertanya siswa dan lembar observasi kinerja guru, 4) menyiapkan lembar kerja siswa dan lembar evaluasi dengan materi pengukuran berat benda yang diberikan pada akhir perteman kedua.

  Pelaksanaan Tindakan Siklus I

  Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada minggu terakhir bulan Februari 2018 yang berlangsung selama dua kali pertemuan. Langkah-langkah tindakan yang peneliti lakukan pada pertemuan pertama yaitu sama dengan pertemuan kedua, hanya pada indikator pembelajaran yang berbeda. Langkah pada tindakan awal adalah sebagai berikut: 1) guru mengucapkan salam kepada siswa, 2) siswa bersama guru be rdo’a sebelum pembelajaran dimulai, 3) guru memeriksa kehadiran siswa, 4) menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai, 5) memberikan apersepsi dengan cara melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan meteri, 6) menyampaikan manfaat pada pembelajaran hari ini.

  Awal kegiatan ini pada pertemuan siklus I yaitu: 1) memberikan contoh masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pengukuran berat benda, 2) menjelaskan materi tentang pengukuran berat benda secara garis besar, 3) memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dijelaskan, 4) membagi siswa dalam beberapa kelompok yang tiap kelompok beranggota 4-5 siswa yang heterogen, 5) memberikan LKS dan lembar jawab 6) siswa berdiskusi dengan kelompoknya. 7) guru berkeliling kelas melakukan pengamatan dan memberi bimbingan pada kelompok yang belum mengerti, 8), perwakilan tiap kelompok maju kedepan untuk menyampaikan hasil diskusinya, dan 10) siswa bersama guru membahas hasil kerja kelompok.

  Langkah pada kegiatan akhir adalah sebagai berikut: 1) guru meluruskan kesalahpahaman dan memberikan penguatan tentang materi pembelajaran, 2) guru bersama siswa melakukan refleksi dan menyampaikan manfaat dari kegiatan pembelajaran, 3) guru menyampaikan informasi tentang materi yang akan datang, dan 4) guru bersama siswa menutup pembelajaran dengan salam dan doa.

  Pada pertemuan kedua siklus I, langkah-langkah kegiatan penerapan model pembelajaran STAD hampir sama dengan pertemuan pertama, hanya pada awal pembelajaran guru mengingatkan kembali materi sebelumnya. Guru juga memberikan penjelasan kembali tentang materi pengukuranberat benda, dan pada akhir pembelajaran diberikan lembar soal evaluasi siklus I. Lembar evaluasi diberikan untuk mengukur keberhasilan tindakan yang dilakukan menggunakan model pembelajaran STAD.

  Hasil Tindakan Siklus I

  Keaktifan bertanya siswa sesuai penilaian yang dilakukan observer selama mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD pada siklus I seperti berikut:

  

Tabel 3. Hasil Penilaian Keaktifan Bertanya Siswa Kelas II SD Negeri Salatiga 02

pada Siklus I

Pelaksanaan Skor yang diperoleh Presentase Kriteria

  Pertemuan 1 5 20% Sangat Kurang Pertemuan 2 11 45% Kurang

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018) Pada pertemuan pertama siklus I keaktifan bertanya siswa kelas 2 SD Negeri

  Salatiga 02 selama mengikuti pembelajaran menggunakan model STAD pada muatan pembelajaran matematika mencapai 20% dengan ketegori sangat kurang. Sedangkan pada pertemuan kedua mencapai 45% dengan ketegori kurang.

  Hasil evaluasi siklus I dilaksanakan pada pertemuan kedua, hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

  

Tabel 4. Hasil Menyelesaikan Soal Cerita Siswa Kelas 2 SD Negeri Salatiga 02

Siswa yang Siswa yang Tuntas Jumlah Nilai Nilai Nilai Rata- Belum Tuntas Siswa Tertinggi Terendah Rata Kelas Jumlah % Jumlah %

  43 100

  40

  72 28 65% 15 35% Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

  Hasil menyelesaikan soal cerita pada muatan pelajaran matematika siklus I yang tuntas ada 28 siswa dan siswa yang tidak tuntas ada 15 siswa. Nilai maksimum yang diperoleh yaitu 100, dan nilai terendah yaitu 40. Nilai rata-rata dalam kelas adalah 72, ada peningkatan dibandingkan dengan nilai rata-rata pra siklus.

  Hasil Observasi Siklus I

  Observer mencatat proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar pada siklus I. Pengamatan yang dilakukan menggunakan lembar observasi aktivitas bertanya siswa dan kinerja guru menggunakan model pembelajaran STAD. Hasil observasi pada pertemuan pertama siklus I menunjukkan data yang diperoleh keaktifan bertanya siswa hanya 5 item yang terlaksana dengan presentase 20% dan mendapatkan kriteria sangat kurang. Sedangkan pada pertemuan kedua siklus I data menujukkan data yang diperoleh keaktifan bertanya siswa terdapat 11 item yang terlaksana dengan presentase 45% dan mendapatkan kriteria kurang.

  Data hasil observasi yang dilakukan observer mengamati kinerja guru saat mengajar mengunakan model pembelajaran STAD pada pertemuan pertama siklus I yaitu hanya terdapat 4 item yang terlaksana dengan presentase 45% dan mendapatkan kriteria kurang. Sedangkan pada pertemuan kedua siklus I menujukkan data yang terdapat 6 item yang terlaksana dengan presentase 67% dan mendapatkan kriteria sangat kurang.

  Dari data keaktifan bertanya siswa dan kinerja guru menggunakan model pemeblajaran STAD, walaupun hasil tersebut mengalami peningkatan, namun belum sesuai dengan indikator kinerja dalam penelitian ini. Sehingga penelitian ini akan dilanjutkan kembali pada siklus II.

  Hasil Refleksi Siklus I Refleksi dilakukan sebelum tindakan lanjutan pada siklus II berlangsung.

  Tujuan dari kegiatan refleksi yaitu untuk mendapatkan pendapat berupa kritik atau saran dari observer. Hasil refleksi siklus I sebagai berikut: keaktifan bertanya siswa pada saat pembelajaran berlangsung belum maksimal, karena sebagian besar banyak siswa yang belum berani untuk bertanya jika belum mengerti dan sebagian siswa yang surah berani bertanya masih belum sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Selain itu kinerja guru dalam mengunakan model pembelajaran STAD juga dikategorikan yang awalnya kurang hanya meningkat menjadi cukup. Pembelajaran belum maksimal karena masih ada siswa yang asik bermain sendiri, ngobrol dengan temannya yang lain bahkan ada anak yang sibuk coret-coret menggambar dibuku. Hal tersebut dikarenakan guru dalam proses mengajar kurang optimal dalam menerapkan langkah-kangkah pembelajaran yang sudah ditencanakan.

  Saran observer pada penelitian berikutnya sebaiknya guru menegur siswa yang tidak memperhatikan saat proses pelajaran dan semaksimal mungkin melaksanakan item-item kriteria kinerja guru sesuai dengan model pembelajaran STAD.

  Siklus II Perencanaan Tindakan Siklus II

  Hasil refleksi pada siklus I menjadi pertimbangan untuk melakukan penelitian menjadi lebih baik lagi. Pelaksanaan pada siklus II dilaksanakan pada minggu pertama bulan Maret 2018 dan dilakukan dua kali pertemuan. Tindakan yang dilakukan adalah 1) menyusun rencana penerapan pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dengan meteri pengukuran berat benda, 2) menyiapkan media pembelajaran, 3) menyiapkan lembar observasi aktifitas bertanya siswa dan lembar observasi kinerja guru, 4) menyiapkan lembar kerja siswa dan lembar evaluasi dengan materi pengukuran berat benda yang diberikan pada akhir perteman kedua.

  Pelaksanaan Tindakan Siklus II

  Langkah-langkah tindakan yang peneliti lakukan pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut: 1) guru mengucapkan salam kepada siswa, 2) siswa bersama guru be rdo’a sebelum pembelajaran dimulai, 3) guru memeriksa kehadiran siswa, 4) menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai, 5) memberikan apersepsi dengan cara melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan meteri, 6) menyampaikan manfaat pada pembelajaran hari ini

  Pada kegiatan ini pada pertemuan siklus II yaitu: 1) memberikan contoh masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pengururan berat benda, memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dijelaskan, 4) membagi siswa dalam beberapa kelompok yang tiap kelompok beranggota 4-5 siswa yang heterogen, 5) memberikan LKS dan lembar jawab 6) siswa berdiskusi dengan kelompoknya. 7) guru berkeliling kelas melakukan pengamatan dan memberi bimbingan pada kelompok yang belum mengerti, 8), perwakilan tiap kelompok maju kedepan untuk menyampaikan hasil diskusinya, dan 10) siswa bersama guru membahas hasil kerja kelompok.

  Langkah pada kegiatan akhir adalah sebagai berikut: 1) guru meluruskan kesalahpahaman dan memberikan penguatan tentang materi pembelajaran, 2) guru bersama siswa melakukan refleksi dan menyampaikan manfaat dari kegiatan pembelajaran, 3) guru menyampaikan informasi tentang materi yang akan datang, dan 4) guru bersama siswa menutup pembelajaran dengan salam dan doa.

  Pada pertemuan kedua siklus II, langkah-langkah kegiatan penerapan model pembelajaran STAD hampir sama dengan pertemuan pertama, hanya pada awal pembelajaran guru mengingatkan kembali materi sebelumnya. Guru juga memberikan penjelasan kembali tentang materi pengukuranberat benda, dan pada akhir pembelajaran diberikan lembar soal evaluasi siklus II. Lembar evaluasi diberikan untuk mengukur keberhasilan tindakan yang dilakukan menggunakan model pembelajaran STAD.

  Hasil Tindakan Siklus II

  Penilaian keaktifan bertanya siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD pada siklus II, sebagai berikut:

  

Tabel 5. Hasil Penilaian Keaktifan Bertanya Siswa Kelas 2 SD Negeri Salatiga 02

pada Siklus II

Pelaksanaan Skor yang diperoleh Presentase Kriteria

  Pertemuan 1 16 67% Cukup Pertemuan 2 20 83% Baik

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018) Pada pertemuan pertama siklus II keaktifan bertanya siswa selama mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD muatan pembelajaran matematika mencapai 67%. Sedangkan pada pertemuan kedua mencapai 83% dengan ketegori baik. Secara keseluruhan aktifitas bertanya siswa selama mengikuti pembelajaran sudah berani bertanya.

  Hasil evaluasi siklus II dilaksanakan pada pertemuan kedua, hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

  

Tabel 6. Hasil Menyelesaikan Soal Cerita Siswa Kelas 2 SD Negeri Salatiga 02

Siswa yang Siswa yang Tuntas Jumlah Nilai Nilai Nilai Rata- Belum Tuntas Siswa Tertinggi Terendah Rata Kelas Jumlah % Jumlah %

  43 100 60 82,6 36 84% 7 16% Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

  Hasil menyelesaikan soal cerita pada muatan pelajaran matematika siklus II yang tuntas ada 36 siswa dan siswa yang tidak tuntas ada 7 siswa. Nilai maksimum yang diperoleh yaitu 100, dan nilai terendah yaitu 60. Nilai rata-rata dalam kelas adalah 82,6 ada peningkatan dibandingkan dengan nilai rata-rata evaluasi pada siklus I.

  Hasil Observasi Siklus II

  Observer mencatat proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar pada siklus II. Pengamatan menggunakan lembar observasi aktivitas bertanya siswa dan kinerja guru menggunakan model pembelajaran STAD. Hasil observasi pada pertemuan pertama siklus II memeperoleh data yaitu 16 item yang terlaksana dengan presentase 67%. Sedangkan pada pertemuan kedua siklus II data yang diperoleh keaktifan bertanya siswa yaitu terdapat 20 item yang terlaksana dengan presentase 83%. Hasil tersebut sudah sangat meningkat dibandingkan pada pertemuan pertama dan menunjukkan keaktifan bertanya siswa pada siklus 2 sudah berhasil dilaksanakan peneliti.

  Berikut ini data hasil observasi yang dilakukan observer mengamati kinerja guru saat mengajar mengunakan model pembelajaran STAD pada pertemuan satu dan dua siklus II. Pada pertemuan siklus II terdapat 7 item yang terlaksana dengan presentase 78%. Sedangkan pada pertemuan kedua siklus II data yang diperoleh yaitu terdapat 8 item yang terlaksana dengan presentase 89%. Hasil tersebut sudah sangat meningkat dan menunjukkan kinerja guru menggunakan model pembelajaran STAD pada siklus II sudah berhasil dilaksanakan peneliti.

  Hasil Refleksi Siklus II

  Refleksi dilakukan pada akhir kegiatan siklus II berlangsung. Tujuan dari kegiatan refleksi yaitu untuk mendapatkan pendapat berupa kritik atau saran dari observer dan hasilnya adalah pada siklus II keaktifan siswa bertanyaa sudah berhasil karena adanya peningkatan yang semula siklus I hanya 20% item terlaksana kini mencapai 83% terlaksana pada siklus II. Dapat dilihat juga dari meningkatnya hasil ketuntasan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada muatan pelajaran matematika sudah dikatakan berhasil karena sudah sesuai dengan indikator keberhasilan peneliti yaitu 36 siswa (84%) siswa tuntas dengan nilai rata-rata 82,6% dan kinerja guru dalam menggunakan model pembelajaran STAD pada siklus 2 memperoleh 78% dengen kriteria baik dan 89% dengan kriteria baik sekali.

  Hasil Analisis Data Siklus I dan Siklus II

  Hasil penelitian kinerja guru dalam melakukan tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD pada muatan pelajaran matematika setelah dianalisis baik yang dilakukan pada siklus I dan siklus II sebagai berikut:

  

Tabel 7. Perbandingan Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Menggunakan

Model STAD pada Siklus I dan Siklus II

Perolehan Skor Nilai Aktivitas Mengajar

  Kriteria Skor Maksimum Presentase

  Siklus I Pertemuan ke 1

  4 9 45% Kurang Siklus I Pertemuan ke 2

  6 9 67% Cukup Siklus II Pertemuan ke 1

  7 9 78% Baik Siklus II Pertemuan ke 2

  8 9 89% Baik Sekali Sumber :Hasil Penelitian diolah (2018)

  Hasil tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan guru mengajar menggunakan model pembelajaran STAD pada siklus I pertemuan pertama yaitu 45% dan pertemuan kedua 67%. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan pada pertemuan pertama menjadi 78% dan pada pertemuan kedua 89%. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dari setiap pertemuan mengalami peningkatan dan dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

  

Gambar 1. Perbandingan Kinerja Guru Menerapkan Model STAD Siklus I

dan Siklus II

Kinerja Guru Menerapkan Model STAD

  89% 78% 78% 78% 78% 67% 67% 67% 67% 45% 45% 45% 45% Siklus I Pertemuan Siklus I Pertemuan Siklus II Pertemuan Siklus II Pertemuan

  1

  2

  1

  2 Sumber : Hasil Penelitian, diolah (@018) Keaktifan Bertanya Siswa

  Keaktifan bertanya siswa setelah diamati oleh observer pada siswa kelas 2 SD Negeri Salatiga 02 diperoleh data sebagai berikut:

  

Tabel 8. Perbandingan Keaktifan Bertanya Siswa Kelas 2 SD Negeri Salatiga 02

Siklus I dan Siklus II

Aktivitas Siswa Perolehan Skor Nilai Kriteria

Skor Maksimum Presentase

  Siklus I Pertemuan ke 1

  5 24 20% Sangat Kurang Siklus I Pertemuan ke 2

  11 24 45% Kurang Siklus II Pertemuan ke 1

  16 24 67% Cukup Siklus II Pertemuan ke 2

  20 24 83% Baik Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

  Hasil tersebut dapat dilihat bahwa keaktifan bertanya siswa pada siklus I pertemuan pertama hanya 20% dan pertemuan kedua 45%. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan pada pertemuan pertama menjadi 67% dan pada pertemuan kedua 83%. Dapat disimpulkan bahwa keaktifan bertanya siswa saat pembelajaran berlangsung dari setiap pertemuan mengalami peningkatan. Data peningkatan keaktifan bertanya siswa jika disajikan dalam diagram batang adalah sebagai berikut:

  

Gambar 2. Perbandingan Keaktifan Bertanya Siswa Siklus I dan Siklus II

Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018) Hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada muatan pelajaran matematika setelah diamati dan dicatat oleh guru ataupun observer pada siswa kelas 2

  SD Negeri Salatiga 02 diperoleh data sebagai berikut:

  

Tabel 9. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kemampua Menyelesaikan Soal

Cerita dan Nilai Rata-Rata Siswa Kelas 2 SD Negeri Salatiga 02

Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No Ketuntasan

  Prasiklus Siklus I Siklus II F % F % F %

  1 Tuntas 21 49% 28 56% 36 84%

  2 Tidak Tuntas 22 51% 15 35% 7 16% Jumlah 43 100 43 100 43 100 Minimum

  40

  60 Maksimum 100 100 100 Rata-rata

  60.9

  72

  82.6 Sumber : Data Primer (2018) Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan hasil belajar dalam menyelesaikan soal cerita muatan pelajaran matematika dari pra sikus, siklus I dan siklus II. Nilai siswa yang mencapai nilai diatas KKM dari pra siklus terdapat 21 siswa meningkat pada siklus I menjadi 28 siswa, dan pada siklus II meningkat lagi sampai 36 siswa dari total seluruh siswa ada 43 siswa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut ini:

  Siklus I Pertemuan 1 Siklus I Pertemuan 2 Siklus II Pertemuan 1 Siklus II Pertemuan 2 Aktifitas Bertanya Siswa

  20% 45% 67% 83%

  

Gambar 3. Perbandingan Kenaikan Hasil Kemampuan Menyelesaikan Soal

Cerita Muatan Pelajaran Matematika

Pra Siklus

  82,6

  72 Siklus I 60,9 Siklus II

  36

  2

  22

  21

  

15

  7 Tuntas Tidak Tuntas Rata-rata

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018) Dilihat dari gambar diatas dapat diketahui bahwa ada kenaikan nilai rata-rata dan ketuntasan hasil siswa meneyelesaikan soal cerita, sebelum dilakukan tindakan kelas nilai rata-rata hanya 60,9 dengan siswa yang tuntas ada 21 siswa atau 49% dan setelah dilakukan tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD rata-rata pada siklus I menjadi 72 dengan siswa yang tuntas menjadi 28 siswa atau 56%, sedangkan pada siklus 2 nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 82,6 sengan siswa yang tuntas ada 36 siswa atau ketuntasan klasikal mencapai 84%. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran pada siklus II berhasil meningkat sesuai dengan indikator kinerja peneliti yang mencapai KKM lebih terdapat 36 siswa.

  Pembahasan

  Kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran STAD pada siklus I dikategorikan belum berhasil, karena hasil yang diperoleh belum sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu 80%. Pada pertemuan pertama penilaian hasil kinerja guru mendapat nilai presentase 45% dengan ketegori kurang dan pada pertemuan kedua mendapat presentase 67% dengan ketegori cukup. Kinerja guru dalam penerapan model pembelajaran STAD mengalami peningkatan yaitu 67% pada siklus I menjadi 89% dengan ketegori baik sekali pada siklus II dan sudah sesuai dengan indikator penelitian. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dari setiap pertemuan mengalami peningkatan yang ditunjukkan dari presentase kegiatan guru saat mengajar.

  Dari hasil refleksi tentang keaktifan bertanya siswa yang diperoleh pada siklus I adalah sebagai berikut: Keaktifan bertanya siswa masih kurang, hal tersebut dkarenakan terdapat siswa yang malu untuk bertanya, selain itu juga tidak berani bertanya pada guru. Pada siklus I dikategorikan belum berhasil, pada pertemuan pertama keaktifan bertanya hanya mencapai presentase 20% dan mendapatkan kriteria sangat kurang. Hasil tersebut sangat belum maksimal dan pada pertemuan kedua data yang diperoleh keaktifan bertanya siswa pada pertemuan kedua siklus I yaitu dengan presentase 45% dan mendapatkan kriteria kurang. Hasil tersebut sudah meningkat dibandingkan pada pertemuan pertama, tetapi juga masih kurang maksimal. Pada siklus II yang dilakukan mengalami peningkatan menjadi 83% dengan ketegori baik. Dapat disimpulkan bahwa keaktifan bertanya siswa saat pembelajaran berlangsung dari setiap pertemuan mengalami peningkatan yang ditunjukkan dari presentase keaktifan bertanya siswa.

  Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada muatan pelajaran matematika sebelum dilakukan tindakan hasilnya sangatlah kurang memuaskan, maka guru memberikan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran STAD. Ternyata dengan pemberian tindakan tersebut medapatkan hasil yang lebih baik dan dapat meningkatkan ketuntasan hasil kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dari pra siklus, siklus I sampai siklus II. Hasil pra siklus menunjukkan ketuntasan belajar dalam menyelesaikan soal cerita berjumlah 21 siswa atau 49%, sedangkan siswa yang tidak tuntas berjumlah 22 atau 51%. Setelah pembelajaran menggunakan model STAD dilaksanakan pada siklus I, hasil dari penyelesaian soal cerita meningkat dibandingkan sebelum dilakukannya tindakan. Hasil belajar siswa kelas 2 pada siklus I yang tuntas bertambah 7 siswa sehingga jumlah siswa yang tuntas pada siklus I ada 28 siswa dengan presentasi 56%, sedangkan siswa yang tidak tuntas berkurang jumlahnya menjadi 15 siswa. Pada siklus II ketuntasan klasikal 80%. Secara otomatis jumlah siswa yang tidak tuntas menjadi semakin berkurang jumlahnya yaitu 7 siswa.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Dari seluruh pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada muatan pelajaran matematika tentang soal cerita di kelas 2 SD Negeri Salatiga 02 dapat disimpulkan yaitu, penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan ketuntasan klasikal hasil belajar muatan pelajaran matematika berupa soal cerita. Sebelum menggunakan model pembelajaran STAD ketuntasan belajar siswa dalam kelas 49% atau 21 siswa tuntas. Setelah menerapkan model pembelajaran STAD ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 56% atau 28 siswa tuntas pada siklus I dan pada siklus II diperoleh ketuntasan klasikal belajar siswa mencapai 84% atau 36 siswa. Selain itu juga keaktifan siswa bertanya juga meningkat yang semula pada siklus I hanya 67% item terlaksana kini menjadi 89% item yang terlaksana.

  Saran

  Berdasarkan hasil penelitian tindakan siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa bagi siswa untuk meningkatkan keaktifan siswa didalam pembelajaran sebaiknya siswa mengikuti setiap langkah-langkah pembelajaran dengan sungguh-sungguh dan sebaiknya siswa menggunakan kesempatan kerja kelompok dengan sebaik-baiknya agar lebih memahami materi serta lebih aktif bertanya atau berkomunikasi dengan

  DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi Keempat.

  Jakarta: PT Gramedia Pustak Utama Anitah, Sri. 2009. Media Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta. Giarti, Sri. 2014. Peningkatan Keterampilan Proses Pemecahan Masalah dan Hasil

  Belajar Matematika Menggunakan Model PBL Terintegrasi Penilaian Autentik pada Siswa Kelas VI SDN 2 Bengle, Wonosegoro . Scholaria, 4(3).

  Hanifah, E. H. 2009. Identifikasi Kesalahan Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal

  Cerita Matematika Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Berdasarkan Metode Analisis Kesalahan Newman (Studi Kasus SMP Bina Bangsa) .

  Hasibuan dan Moedjiono. 2012. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja

  Rosdakarya

  Huda, M. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Maningsih, D. 2013. Penerapan Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions)

  dalam Peningkatan Keterampilan Menyelesaikan Soal Cerita Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar . Kalam Cendekia PGSD Kebumen, 4(2).

  MARSIH, M. 2013. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan

  Hasil Belajar Matematika Tentang Soal Cerita Pecahan Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar . Kalam Cendekia PGSD Kebumen, 1(4).

  Mukhoiyaroh, S. 2014. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar . Yustinus. 2017. Strategi Pemecahan Masalah Matematika. Salatiga: Widya Sari Press.