PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR TEMA 4 MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS 5 SD NEGERI SALATIGA 01 Katarina Widyaningsih

  JMP Online Vol 2, No. 3, 226-240. © 2018 Kresna BIP.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) e-ISSN 2550-0481

   p-ISSN 2614-7254

  PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR TEMA 4 MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS 5 SD NEGERI SALATIGA 01 1) 2) 3) Katarina Widyaningsih , Nyoto Harjono , Gamaliel Septian Airlanda Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Dikirim : 10 Maret 2018 Kemampuan berpikir kritis siswa kelas 5 SD Negeri Revisi pertama : 14 Maret 2018 Salatiga 01 yang masih rendah berdampak pada kurang Diterima : 16 Maret 2018 maksimalnya hasil belajar muatan IPA. Penelitian ini Tersedia online : 04 April 2018 bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar muatan IPA tema 4 menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Jenis penelitian

  Kata Kunci : Hasil Belajar, Kemampuan Berpikir Kritis, Problem yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas model Based Learning Kemmis dan Mc taggart. Penelitian dimulai pada bulan 1) aktivitas guru, aktivitas siswa dan aktivitas berpikir kritis September 2017- Februari 2018. Hasil penelitian menunjukan Email : 29214056@student.uksw.edu , siswa meningkat. Kemampuan berpikir kritis siswa pada , 3) indikator 1 dari cukup kritis meningkat menjadi kritis di siklus gairlanda@gmail.com

  II, indikator 2 dari kritis meningkat menjadi sangat kritis di siklus II, sedangkan untuk indiaktor 3 dari kritis meningkat menjadi sangat kritis di siklus II. Hasil belajar muatan IPA meningkat dengan perbandingan presentase ketuntasan belajar dari pra siklus 42%, dengan nilai rata-rata 57,9, meningkat menjadi 53,4%, dengan nilai rata-rata kelas 61,2 di siklus I, dan di siklus II menjadi 81% dengan nilai rata-rata 75,81.

  PENDAHULUAN

  Masalah yang ditemukan pada saat pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas 5 SD Negeri Salatiga 01 ditemukan 3 permasalahan yang mendasar pertama adanya langkah pembelajaran yang belum dilakukan oleh guru, kedua ketika guru mengajukan pertanyaan kepada siswa hanya 5 siswa saja yang mengangkat tangan siap untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, selain itu siswa juga tidak bertanya mengenai meteri yang diajarkan kepada guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Artinya siswa pasif selama mengikuti pembelajaran. Ketiga kemampuan berpikir kritis siswa khususnya dalam memberikan penjelasan yang rinci, logis dan sistematis masih kurang. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang hanya jawaban singkat atau mengutip dari buku pegangan siswa.

  Berdasarakan wawancara dengan guru kelas, diketahui bahwa dari tiga permasalahan yang ditemukan, rendahnya kemampuan berpikir kritis siswalah yang masih sangat kurang sehingga perlu pebaikan. Rendahnya kemampuan berpikir kritis terbukti dari hasil observasi awal yang hanya mendapatkan skor total secara klasikal 220 (tidak kritis) dari 3 indikator yang telah disiapkan dengan rentang nilai setiap indikatornya adalah 1-3. Rendahnya kemampuan berpikir kritis ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan data ulangan harian muatan IPA kondisi awal terdapat 25 dari 43 siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu ≥70. Sedangkan yang telah mencapai KKM (≥70) hanya 18 siswa dengan presentase 42% dan yang belum mencapai KKM (≥70) sebesar 58%. Selain itu nilai rata-rata kelas yang diperoleh hanya 57,9. Dengan demikian Artinya hasil belajar muatan IPA belum maksimal dan cenderung rendah.

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana penerapan model PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis muatan IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Salatiga 01.

  2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis muatan IPA menggunakan model

  PBL dapat meningkatkan hasil belajar muatan IPA tema 4 pada siswa kelas 5 SD Negeri Salatiga 01.

  Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.

  1. Menerapkan model PBL untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis muatan IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Salatiga 01.

  2. Meningkatkan hasil belajar muatan IPA menggunakan model PBL pada siswa kelas 5 SD Negeri Salatiga 01.

  KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar

  Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa

  (Majid, 2014: 86). Sehingga secara sederhana dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kemudian dipadukan menjadi satu tema sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Pemilihan tema biasanya dikembangkan dari yang terdekat dengan lingkungan peserta didik hingga yang terjauh.

  Berdasarkan Permendikbud tahun 2017 pembelajaran tematik di sekolah dasar memiliki beberapa prinsip yaitu: (1) Peserta didik mencari tahu, bukan diberi tahu. (2) Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan kompetensi melalui tema yang paling dekat dengan kehidupan peserta didik. (3) Terdapat tema yang menjadi pemersatu sejumlah kompetensi dasar yang berkaitan dengan berbagai konsep, keterampilan dan sikap. (4) Sumber belajar tidak terbatas pada buku. (5) Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun berkelompok sesuai dengan karakteristik kegiatan yang dilakukan. (6) Guru harus merencanakan dan melaksanakan pembelajaran agar dapat mengakomodasi siswa yang memiliki perbedaan tingkat kecerdasan, pengalaman, dan ketertarikan terhadap suatu topik. (7) Kompetensi dasar mata pelajaran yang didak dapat dipadukan dapat diajarkan tersendiri. (8) Pemberian pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences) dari hal-hal yang konkret menuju ke abstrak. Dan (9) Pembelajaran tematik yang dirancang dalam silabus bukan merupakan urutan pembelajaran, melainkan bentuk pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar guru dapat melakukan penyesuaikan (Permendikbud, 2017: 5-6).

  Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

  Model pembelajaran PBL adalah model pembelajaran berbasis masalah bercirikan penggunaan masalah dunia nyata dimana model ini dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah serta untuk mendapatkan pengetahuan tentang konsep-konsep penting (Susilo, 2012:59). Sedangan Sani (2014:127) menjelaskan bahwa PBL atau pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalah, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog, permasalahan yang dikaji merupakan permasalahan kontekstual yang ditemukan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa PBL adalah suatu model pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan dan konsep-konsep penting.

  Ciri utama dari PBL adalah rangkaian proses pembelajaran, artinya siswa dalam mengikuti pembelajaran tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru dan menghafal namun dititik beratkan pada kegiatan peserta didik dalam berpikir, sehingga siswa terlibat aktif dalam berpikir (Sanjaya, 2006:214). Pelaksanaan model PBL meliputi kegiatan: (1) merumuskan tujuan pembelajaran; (2) memperoleh informasi baru melalui pembelajaran mandiri; (3) menerapkan strategi/metode baru dalam menganalisis permasalahan; (4) mengajukan solusi permasalahan; dan (5) mengkaji dan mengevaluasi solusi yang diterapkan (Sani, 2014:145).

  Sintaks model PBL yang digunakan dalam penelitian ini adalah sintaks yang dikemukakan oleh Sani dimana kegiatan diawali dengan pengenalan masalah kepada peserta didik, kemudian mengorganisasikan peserta didik kedalam beberapa kelompok untuk melakukan diskusi penyelesaian masalah, hasil dari analisis kemudian mengenai hasil penyelidikan peserta didik.

  Kemampuan Berpikir Kritis

  Helpen (dalam Susanto, 2013:122) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. sebagai kemampuan berpikir kritis (Critical

  

Thinking ) adalah kemampuan menghimpun berbagai informasi lalu membuat sebuah

  kesimpulan evaluatif dari berbagai informasi tersebut (Rosyanda, 2004:170). Inti dari kemampuan berpikir kritis adalah aktif mencari berbagai informasi dan sumber, kemudian informasi tersebut dianalisis dengan pengetahuan dasar yang telah dimiliki oleh peserta didik untuk membuat kesimpulan.

  Indikator berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah bertanya dan menjawab pertanyaan, mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, serta menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi. Menurut Arends (2008:43), PBL membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa, dan menjadi pelajar yang mandiri. Begitu pula menurut Rusman (2010:236), berpikir digunakan dalam PBL ketika peserta didik merencanakan, membuat hipotesis, mengemukakan gagasan secara sistematis.

  Hasil Belajar

  Hasil belajar dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi guru dan sisi siswa. Dari sisi siswa hasil belajar adalah peningkatan mental yang lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum belajar. Perkembangan mental ini terdiri dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”. Secara singkat hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar membantu guru dalam melihat kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajarnya yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa sangat dipengaruhi kualitas pembelajarannya, jika pembelajaran baik maka hasil belajar siswa juga baik.

  Hasil belajar dalam penelitian ini hanya tentang hasil belajar ranah kognitif. Ranah kognitif sendiri adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) yang menyangkut aktifitas otak. Penilaian pada ranah kognitif ini dilakukan dengan alat ukur berupa tes. Dengan bantuan alat ukur tes, guru dapat lebih mudah dalam membandingkan kemampuan berpikir siswa satu dengan siswa lainnya. Hasil belajar kognitif muatan IPA adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa melalui satu tes guna mengukur kemampuan, pemahaman dan penguasaan materi yang siswa capai selama Setelah mengkaji teori-teori yang relevan, selanjutnya mengkaji beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitin ini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Inayah Adi Oktaviani yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran

  

Problem Based Learning (PBL) Dilengkapi Modul Pada Materi Kelarutan Dan Hasil

  Kali Kelarutan Kelas XI SMA Negeri 1 Gondang Tahun Pelajaran 2014/2015 ”, diketahui bahwa penerapan pendekatan pembelajaran kontruktivisme melalaui PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan prestasi pada materi kelarutan dan hasil kelarutan. Pada aspek berpikir kritis siklus I menunjukan siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dengan kategori tinggi 31,21%, sedang 31,25%, dan rendah 37,5% sedangkan pada siklus II, siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dengan kategori tinggi 68,75%, sedang 25% dan rendah 6,25%. Ketuntasan siswa dalam aspek kognitif, siklus I menunjukan ketuntasan siswa 34,38% sedangkan pada siklus II 68,75%. Pada aspek afektif, siklus I menunjukan presentase siswa berkategori dangat baik sebanyak 18,75% dan siswa berkategori baik 81,25% sedangkan pada siklus II 53,12 % berkategori sangat baik dan 46,88% berketegori baik. Pada aspek psikomotorik, 75% siswa dalam ketegori baik (Oktaviani, 2015).

  Kemudian penelitian oleh Dona Syafriana yang berjudul “Penerapan Model

  

Problem Based Learning (PBL) Dalan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan

  H asil Belajar IPA Kelas V SDN 63 Surabayo” hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan pada hasil belajar IPA khususnya tema Lingkungan Sahabat Kita, hal ini ditunjukan dari skor rata-rata yang mengalami peningkatan dari 63,92% menjadi 78,67% pada akhhir siklus I dan meningkat lagi menjadi 86,83% pada akhir siklus II. Disamping itu hasil observasi juga menunjukan bahwa siswa lebih aktif belajar, berani, dan mandiri dalam menyelesaikan masalah IPA yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa (Syafriana, 2017).

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menerapkan model PBL pada mata pelajaran IPA. Sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar muatan

  IPA, penelitian sebelumnya hanya sebatas kemampuan berpikir kritis atau hasil belajar

  IPA saja. Kemudian subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri salatiga 01. Selain itu latar belakang penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah sehingga berdampak pada hasil belajar muatan IPA yang belum optimal. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, dengan menerapkan model PBL diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, dengan meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Muatan IPA secara signifikan, sehingga hasil belajar muatan IPA lebih maksimal.

  Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan pada landasan teori yang telah diuraikan maka hipotesis penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut.

1. Penerapan model PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis muatan IPA 2.

  Peningkatan kemampuan berpikir kritis muatan IPA menggunakan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar muatan IPA tema 4 pada siswa kelas 5 SD Negeri Salatiga 01.

  METODE PENELITIAN Setting Tempat Penelitian

  Tempat penelitian ini di SD Negeri Salatiga 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Lokasi SD Negeri Salatiga 01 sangat strategis karena berada di tengah kota sehingga mudah untuk diakses baik itu dengan kendaraan pribadi ataupun angkutan umum. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018. Penentuan waktu penelitian dilakukan kesepakatan antara peneliti, guru kolaboratif, dan kepala sekolah untuk menyesuaikan agenda sekolah tersebut yang mengacu pada kalender akademik sekolah. Penelitian ini dilakukan kurang lebih 6 bulan dari bulan September 2017 - Februari 2018.

  Karakteristik Subjek Penelitian

  Subjek yang diteliti adalah siswa kelas 5 SD Negeri Salatiga 01 yang terdiri dari 43 siswa, dengan 23 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan yang memiliki karakterisitik heterogen. Rata-rata usia anak kelas 5 adalah 11 tahun. Kelas 5 dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini berdasarkan pengalaman peneliti ketika praktik mengajar magang 3, kemampuan berpikir kritis siswa kelas 5 masih rendah sehingga hasil belajar muatan IPA yang diperoleh siswa kurang maksimal.

  Rencana Pelaksanaan Tindakan

  Penelitian ini dilakukan melalui dua siklus dan model penelitian PTK yang peneliti gunakan adalah model kemmis dan MC Taggart. Menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam (Mulyasa, 2011:182) yang membagi prosedur penelitian tindakan dalam tiga tahap kegiatan pada satu putaran (siklus) yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, dan refleksi dalam suatu spiral yang saling terkait.

  Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus dilakukan tiga kali pertemuan yang terdiri dari dua kali tatap muka dan satu pertemuan evaluasi. Siklus I terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Hasil refleksi pada siklus I digunakan untuk perbaikan pada pembelajaran siklus II. Tahap pada siklus II sama dengan siklus I yaitu meliputi tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Apabila pembelajaran pada siklus II telah memenuhi pencapaian untuk aktivitas guru mininal cukup berhasil, aktivitas siswa minimal cukup aktif, kemampuan berpikir kritis siswa minimal cukup kritis dan ketuntasan secara klasikal minimal 80% siswa tuntas. Maka tidak perlu diadakan perbaikan kembali dan penerapan model pembelajaran PBL pada muatan IPA tema 4 dinyatakan berhasil.

  Teknik Pengumpulan Data

  non tes. Teknik tes berbentuk pilihan ganda dan uraian yang digunakan untuk megukur kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar muatan IPA pada setiap akhir siklus. Instrumen yang digunakan telah diuji menggunakan SPSS 16.0 for Windows untuk memperoleh instrumen soal yang valid dan reliabel. Pada siklus I terdapat 12 soal yang valid dengan reliabilitas 0,704 dan 10 soal pada siklus II dengan reliabilitas 0,668, sedangkan untuk instrumen berpikir kritis 3 dari 4 instrumen valid dengan reliabilitas 0,612. Teknik observasi digunakan guna mengukur proses pembelajaran mengunakan model PBL yang meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa, dan aktivitas berpikir kritis siswa. Teknik observasi dilakukan untuk penilaian pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes penilaian tertulis yaitu pilihan ganda dan uraian, lembar kerja kelompok serta lembar observasi.

  Teknik Analisis Data

  Data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah data kuantitatif. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitaif dengan statistik deskriptif. Sedangkan data hasil belajar muatan IPA dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan hasil belajar setelah tindakan siklus I dan siklus II.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Deskripsi Pra Siklus

  Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran siswa kelas 5 sebelum dilaksanakan tindakan menunjukan adanya permasalahan. Siswa selama pembelajaran masih pasif karena mereka cenderung diam pada saat guru mengajukan pertanyaan hanya 4-5 siswa yang berani menjawab dengan jawaban seadanya, sehingga jika guru memberikan pertanyaan lanjutan mereka tidak bisa memberikan alasan ataupun menjawab. Hal ini terbukti dari hasil aktivitas siswa pada pra siklus yang mendapatkan skor 37 dan masuk kedalam kategori pasif. Akibatnya kemampuan siswa dalam memberikan alasan yang logis masih kurang. Siswa yang pasif menjadikan pembelajaran didominasi oleh guru, meskipun pada kenyataanya guru sudah berusaha untuk memancing siswa bertanya dan mengemukakan pendapatnya dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Hal ini terlihat dari skor hasil obervasi aktivitas guru yang memperoleh skor 68 dan masuk kedalam kategori tidak berhasil.

  Aktivitas belajar yang belum optimal teryata berdampak pada rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa yang masuk dalam kategori tidak kritis karena hanya memperoleh skor 220. Hasil belajar muatan IPA menunjukan nilai rata-rata kelas 57,9 yang berarti belum mencapai KKM (≥ 70), kemudian ketuntasan belajar prasiklus sebanyak 25 siswa dinyatakan belum mencapai KKM yaitu 58% dari 43 siswa.

  Deskripsi Siklus I

  Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I meliputi tahap perencanaan tindakan, pelakasanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Pada tahap perencanaan tindakan penulis bersama dengan guru kolabolator menyusun RPP Tema 4 Sehat Itu Penting sub menyiapkan alat dan media pembelajaran, instrumen tes evaluasi, lembar kerja siswa dan lembar kerja kelompok. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan model PBL yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Observasi dilakukan oleh observer untuk mengamati aktivitas belajar meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa, dan aktivitas berpikir kritis siswa selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Kemudian setelah tindakan pembelajaran terlaksana secara keseluruhan dilakukan refleksi sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran dengan indikator yang telah ditetapkan.

  Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran muatan IPA tema 4 sub tema 2 menggunakan model PBL pada siswa kelas 5 SD Negeri Salatiga 01 diperoleh data aktivitas belajar siklus I yang meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa, aktivitas berpikir kritis siswa. Aktivitas guru adalah pelaksanaan sintaks model PBL oleh guru selama proses pembelajaran yang terdiri dari 24 indikator dengan rentang skor 1-5 disajikan pada tabel 1 berikut:

  

Tabel 1. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

  Aspek Skor pertemuan 1 Skor pertemuan 2 Kegiatan awal

  27

  27 Kegiatan inti

  44

  48 Kegiatan akhir

  12

  14 Total

  86

  89 Rata-Rata 87,5 Kriteria Cukup Berhasil

  Sumber : Hasil Penelitian, Diolah (2018) Berdasarakan data tabel 1, dapat dilihat bahwa aktivitas guru pada pertemuan pertama dan kedua siklus I mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama memperoleh skor 86 meningkat menjadi 89 dengan skor rata-rata 87,5 dan termasuk kedalam kriteria cukup berhasil.

  Kemudian aktivitas siswa adalah pelaksanaan sintaks model PBL oleh siswa selama proses pembelajaran yang terdiri dari 14 indikator dengan rentang skor 1-5 disajikan pada tabel 2 berikut:

  

Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I

  Aspek Skor Pertemuan 1 Skor Pertemuan 2 Kegiatan awal

  17

  17 Kegiatan inti

  28

  29 Kegiatan akhir

  7

  8 Total

  52

  54 Rata-Rata

  53 Kriteria Cukup Aktif Sumber : Hasil Penelitian, Diolah (2018)

  Berdasarkan data tabel 2, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa pada pertemua pertama dan kedua siklus I. Pada pertemuan pertama diperoleh skor 52 dan meningkat pada pertemuan kedua menjadi 54. Sehingga diperoleh rata-rata skor aktivitas siswa siklus I sebesar 53 dengan kategori cukup aktif. Kemudian data dengan rentang nilai 1-3 disajikan dalam tabel 3 sebagai berikut:

  

Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Berpikir Kritis Siklus I

  Skor Indikator Siklus Jumlah Rata-Rata Keterangan

  1

  2

  3 Pertemuan 1

  79

  90 89 249 Cukup 270

  Pertemuan 2 88 103 111 291 kritis Sumber : Hasil Penelitian, Diolah (2018)

  Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas berpikir kritis siswa pada pertemuan pertama dan kedua siklus I. Pada pertemuan pertama diperoleh jumlah skor 249 dan meingkat menjadi 291 pada pertemuan kedua. Sehingga diperoleh rata-rata skor siklus I sebesar 270 dan masuk ke dalam kategori cukup kritis.

  Refleksi siklus I berdasarakan observasi, kelebihan dalam pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran yang dilakukan sudah melibatkan siswa dan kegiatan pembelajaran menjadi bervariasi dengan dibentuknya kelompok, siswa dapat belajar berpikir kritis melalui kegiatan merumuskan masalah, mencari dan menemukan sendiri informasi yang didapat serta belajar membuat kesimpulan sendiri, siswa dapat belajar menanggapi hasil pekerjaan temannya. Kekurangannya yaitu guru kurang memperhatikan siswa pada saat diskusi kelompok apakah semua anggota kelompok bekerja dan saat pembentukan kelompok siswa tidak mau menduduki kursi milik temannya, selain itu jumlah anggota kelompok yang terlalu banyak juga membuat kelas menjadi gaduh. Solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada adalah guru lebih sering memberikan teguran kepada siswa dan siswa bekerja dalam kelompok kecil yang beranggotakan 3-4 siswa saja.

  Selanjutnya data hasil belajar IPA siklus I pada siswa kelas 5 SD Negeri Salatiga 01 diperoleh setelah dilaksanakan tes evaluasi di akhir siklus. Skor indikator 1,2 dan 4 adalah 11,48 (cukup kritis), 31,04 (ktitis) dan 24,76 (kritis). Nilai rata-rata kelas 61,2 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 33. Ketuntasan belajar siklus I diperoleh data sebanyak 23 siswa tela h tuntas yaitu melebihi KKM (≥ 70) dengan presentase 53,4% dari keseluruhan siswa. Artinya hasil belajar muatan IPA pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu lebih dari 80% siswa tuntas, maka perlu dilakukan tindak lanjut pada siklus II.

  Deskripsi Siklus II Siklus II merupakan tindak lanjut dan upaya perbaikan kegiatan siklus I.

  Pelaksanaan siklus II ini terdiri dari 3 kali pertemuan yaitu dua kali tatap muka dan satu pertemuan untuk evalusi. Pelaksanaan tindakan pada siklus II meliputi tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Pada tahap perencanaan tindakan penulis bersama dengan guru kolaborator melakukan diskusi untuk menyusun RPP pembelajaran IPA tema 4 Sehat Itu Penting berdasarkan sintaks model PBL. Menyiapkan alat dan media pembelajaran, instrumen tes evaluasi, dan lembar kerja siswa dan kelompok. Tahap pelaksanaan oleh peneliti dengan menggunakan model PBL yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Observasi dilakukan oleh observer untuk mengamati aktivitas belajar meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa dan aktivitas berpikir kritis siswa selama kegiatan pembelajaran dilakukan refleksi sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran dengan indikator yang telah ditetapkan.

  Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran menggunakan model

  

PBL diperoleh data aktivitas belajar siklus II. Aktivitas belajar meluputi aktivitas guru,

  aktivitas siswa dan aktivitas berpikir kritis siswa. Aktivitas guru adalah pelaksanaan sintaks model PBL oleh guru selama proses pembelajaran yang terdiri dari 24 indikator dengan rentang skor 1-5 disajikan pada tabel 4 berikut:

  

Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II

  Aspek Skor Pertemuan 1 Skor Pertemuan 2 Kegiatan awal

  31

  34 Kegiatan inti

  53

  58 Kegiatan akhir

  18

  17 Total 102 109 Rata-Rata 105,5 Kriteria Berhasil

  Sumber : Hasil Penelitian, Diolah (2018) Berdasarakan data tabel 4, dapat dilihat bahwa aktivitas guru pada pertemuan pertama dan kedua siklus II mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama memperoleh skor 102 meningkat menjadi 109 dengan skor rata-rata 105,5 dan termasuk kedalam kriteria berhasil.

  Kemudian aktivitas siswa adalah pelaksanaan sintaks model PBL oleh siswa selama proses pembelajaran yang terdiri dari 14 indikator dengan rentang skor 1-5 disajikan pada tabel 5 berikut:

  

Tabel 5. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus II

  Aspek Skor Pertemuan 1 Skor Pertemuan 2 Kegiatan awal

  19

  20 Kegiatan inti

  36

  36 Kegiatan akhir

  8

  10 Total

  63

  66 Rata-Rata 64,5 Kriteria Sangat Aktif

  Sumber : Hasil Penelitian, Diolah (2018) Berdasarkan data tabel 5, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa pada pertemua pertama dan kedua siklus I. Pada pertemuan pertama diperoleh skor 52 dan meningkat pada pertemuan kedua menjadi 54. Sehingga diperoleh rata-rata skor aktivitas siswa siklus I sebesar 53 dengan kategori cukup aktif. Kemudian data observasi aktivitas berpikir kritis siswa pada siklus I yang teridiri dari 3 indikator dengan rentang nilai 1-3 disajikan dalam tabel 7 sebagai berikut:

  

Tabel 6. Hasil Observasi Aktivitas Berpikir Kritis Siklus II

  Skor Indikator Rata- Siklus II Jumlah Keterangan

  1

  2

  3 Rata Pertemuan 1 117 111 113 341

  347,5 Kritis Pertemuan 2 122 115 117 354

  Sumber : Hasil Penelitian, Diolah (2018) Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas berpikir kritis siswa pada pertemuan pertama dan kedua siklus II. Pada pertemuan pertama diperoleh jumlah skor 341 dan meningkat menjadi 354 pada pertemuan kedua. sehingga diperoleh rata-rata skor siklus I sebesar 347,5 dan masuk kedalam kategori kritis.

  Refleksi terhadap hasil observasi terdapat kelebihan yaitu guru sudah mengelola kelas dengan baik sehingga kekurangan pada siklus I diperbaiki di siklus II, ketika berdiskusi siswa sudah ikut berpartisipasi semua dengan saling mengeluarkan pendapatnya, selain itu siswa juga sudah berani menanggapi hasil diskusi kelompok lain. Meningkatnya proses pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis siswa juga meningkatkan hasil belajar muatan IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Salatiga 01 diperoleh setelah dilaksanakan tes evaluasi di akhir siklus. Skor indikator 1,2 dan 4 adalah 12,95 (kritis), 33,13 (sangat kritis), dan 28,6 (sangat kritis). Nilai rata-rata kelas 75,81 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50. Ketuntasan belajar siklus II diperoleh data sebanyak 35 siswa telah tuntas yaitu melebihi KKM (≥ 70) dengan presentase 81% dari keseluruhan siswa. Artinya hasil belajar muatan IPA pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu lebih dari 80% siswa tuntas, sehingga penerapan model PBL pada kelas 5 SD Negeri Salatiga 01 dinyatakan berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar.

  Analisis Komparatif

a) Proses Pembelajaran

  Setelah dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPA dari pra siklus, siklus I, dan siklus II telah diperoleh data perbandingan hasil observasi aktivitas belajar yang disajikan dala tabel 7 berikut:

  

Tabel 7. Perbandingan Hasil Observasi Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II

  Pra Siklus Siklus I Siklus II No Tindakan

  Skor Kriteria Kriteria Kriteria Ʃ Ʃ

  1. Aktivitas guru

  68 Tidak 87,5 Cukup 105,5 Berhasil berhasil berhasil

  2. Aktivitas siswa

  37 Pasif

  53 Cukup 64,5 Aktif aktif

  3. Aktivitas berpikir 220 Tidak 270 Cukup 347,5 Kritis kritis kritis kritis Sumber : Hasil Penelitian, Diolah (2018)

  Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan pada aktivitas guru, aktivitas siswa, dan aktivitas berpikir kritis dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada pra siklus skor aktivitas guru 68 (tidak berhasil), kemudian meningkat pada siklus I menjadi 87,5 (cukup berhasil) dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 105,5

  (berhasil). Rata-rata skor siswa juga mengalami peningkatan, pada pra siklus aktivitas menjadi 64,5 (aktif). Untuk aktivitas berpikir kitis pada pra siklus 220 (tidak kritis), pada siklus I menjadi 270 (cukup kritis) dan meningkat pada siklus II menjadi 347,5 (kritis).

b) Berpikir Kritis dan Hasil Belajar

  Peningkatan kemampuan berpikir kritis muatan IPA yang dilakukan pada setiap akhir siklus dari Siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan, adapun perbandingannya disajikan dalam tabel 8 berikut:

  

Tabel 8. Perbandingan Skor Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Muatan IPA

Siklus I Dan Siklus II

  Siklus I Siklus II No Indikator

  Kriteria Kriteria Ʃ Ʃ

  1. Indikator 1 11,48 Cukup kritis 12,95 Kritis

  2. Indikator 2 31,04 Kritis 33,13 Sangat kritis

  3. Indikator 3 24,76 Kritis 28,6 Sangat kritis Sumber : Hasil Penelitian, Diolah (2018)

  Berdasarkan data tabel 8, dapat diketahui bahwa skor kemampuan berpikir kritis muatan IPA siswa mengalami peningkatan pada setiap indikator yaitu indikator 1 pada siklus I adalah 11,48 (cukup kritis) meningkat menjadi 12,95 (kritis) pada siklus II, indikator 2 skor rata-ratanya adalah 31,04 (kritis) meningkat menjadi 33,13 (sangat kritis), sedangkan untuk indiaktor 3 dari skor rata-rata 24,76 (kritis) meningkat menjadi 28,6 (sangat kritis).

  Hasil belajar diperoleh dari tes evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Dari pra siklus, siklus I dan siklus II telah terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dan ketuntasan belajar muatan IPA. Adapun perbandingannya dapat dilihat pada tabel 9 berikut:

  

Tabel 9 Perbandingan Ketuntasan Dan Hasil Belajar Muatan IPA Pra Siklus,

Siklus I, Siklus II

  Pra siklus Siklus I Siklus II Kategori Nilai

  Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah Presentase Siswa (%) Siswa (%) Siswa (%)

  Tuntas 18 42% 23 53,4% 35 81% ≥ 70

  Tidak 25 58% 20 46,6% 8 19%

  ≤ 70 tuntas Jumlah 43 100% 43 100% 43 100%

  Rata-Rata Nilai 57,9 61,2 75,81

  Muatan IPA Sumber : Hasil Penelitian, Diolah (2018)

  Berdasarkan data pada tabel 9, dapat diketahui bahwa pada pra siklus siswa yang tuntas (KKM ≥ 70) berjumlah 18 siswa (42%). Sedangkan siswa yang belum tuntas 25 siswa (58%). Nilai rata-rata muatan IPA pada pra siklus adalah 57,9. Setelah pelaksanaan tindakan siklus I jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 23 siswa (53,4%), sedangkan 20 siswa (46,6%) masih belum tuntas dengan nilai rata-rata kelas

  61,2. Selanjutnya pada siklus II jumlah siswa yang tuntas 35 (81%) dan yang belum

  II tersebut dapat diketahui bahwa indikator keberhasilan tindakan penelitian menggunakan model PBL yang telah ditentukan oleh peneliti sudah tercapai yaitu ketuntasan hasil belajar muatan IPA siswa ≥ 80%.

  Pembahasan

  Pada pra siklus sebelum diadakan penelitian tindakan di kelas 5 SD Negeri Salatiga 01 kemampuan berpikir krtis siswa masih kurang terutama dalam meberikan argumen dan alasan yang logis, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang masih kurang hal ini terlihat dari sebagian besar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu sebanyak 25 siswa (58%), hanya 18 siswa (42%) yang sudah melebihi kriteria ketuntasan minila (KKM ≥70). Hanya 1 siswa yang mendapatkan nilai 100 dengan nilai terendah 30, kebanyakan siswa mendapatkan nilai antara 66-77.

  Guru lebih mendominasi proses pembelajaran yang terlihat dari skor aktivitas guru yang hanya mendapatkan 68 (tidak berhasil) sedangkan skor aktivitas siswa 37 (pasif). Dampaknya adalah kemampuan berpikir kritis siswa tidak terasah dengan baik, disamping itu siswa juga tidak menyerap materi dengan optimal. Berdasarakan hasil observasi kemampuan berpikir kritis siswa pada pra siklus hanya mendapatkan skor 220 (tidak kritis). Penelitian ini dapat dikatakan berhasil kerena sudah mampu mencapai indikator yang ditentukan untuk kemampuan berpikir kritis siswa dalam mengimolementasikan proses pembelajaran dengan PBL minimal dalam kategori cukup kritis.

  Setelah penerapan model pembelajaran PBL dalam pembelajaran siswa lebih berpastisipasi aktif terbukti dari perbandingan hasil observasi aktivitas belajar yang telah dipaparkan pada tabel 7 diatas. Meningkatnya aktivitas belajar siswa teryata diikuti dengan peningkatan aktivitas berpikir kritis siswa dari skor 220 (tidak kritis) menjadi 270 (cukup kritis) di siklus I dan di siklus II menjadi 347,5 (kritis), serta hasil belajar muatan IPA juga meningkat dari skor rata-rata 57,9 meningkat menjadi 61,2 di siklus I. Peningkatan aktivitas ini juga berdampak pada meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa dimana indikator I dari cukup kritis (11,48) meningkat menjadi kritis (12,95) di siklus II, indikator 2 dari kritis (31,04) meningkat menjadi sangat kritis (33,13) di siklus II, sedangkan untuk indiaktor 4 dari kritis (24,76) meningkat menjadi sangat kritis (28,6) di siklus II. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa juga berdampak pada meningkatnya hasil belajar muatan IPA tema 4 “Sehat Itu Penting” yang nampak perbandingan presentase ketuntasan belajar siswa dari pra siklus 42%, dengan nilai rata-rata 57,9, meningkat menjadi 53,4%, dengan nilai rata-rata kelas 61,2 di siklus I, dan di siklus II menjadi 81% dengan nilai rata-rata 75,81.

  Keberhasilan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar muatan

  IPA pa da tema 4 “Sehat Itu Penting” terjadi kerena penerapan sintaks model PBL dimana guru berperan sebagai fasilitator yang mengawasi, mengarahkan dan mengkoordinasi proses pembelajaran. Siswa belajar berdasarakan masalah dunia nyata dan mencari sendiri informasi dari berbagai sumber, yang dibutuhkan berdasarakan masalah yang tersaji secara berkelompok. Kegiatan tersebut membantu siswa untuk berpikir secara kritis sehingga mereka benar-benar memahami apa saja yang mereka temukan dan pelajari selama proses pembelajaran yang berakibat meningkatkan hasil Berdasarkan uraian penelitian yang dipaparkan, maka penerapan model PBL dalam pembelajaran di kelas 5 semester 1 SDN Salatiga 01 tahun pelajaran 2017/2018 selaras dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Adi Oktaviani (2015) dengan menerapkan model PBL meningkatkan kempuan berpikir kritis siswa pada siklus I dengan kategori tinggi 31,21%, sedang 31,25%, dan rendah 37,5% sedangkan pada siklus II, siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dengan kategori tinggi 68,75%, sedang 25% dan rendah 6,25%. Ketuntasan siswa dalam aspek kognitif, siklus I menunjukan ketuntasan siswa 34,38% sedangkan pada siklus II 68,75%. Pada aspek afektif, siklus I menunjukan presentase siswa berkategori dangat baik sebanyak 18,75% dan siswa berkategori baik 81,25% sedangkan pada siklus II 53,12 % berkategori sangat baik dan 46,88% berketegori baik. Pada aspek psikomotorik, 75% siswa dalam kategori baik, penelitian Dona Syafriana (2017) dimana skor skor rata- rata yang mengalami peningkatan dari 63,92% menjadi 78,67% pada akhhir siklus I dan meningkat lagi menjadi 86,83% pada akhir siklus II. Dari hasil penelitian tersebut terbukti bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar.

  Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan model PBL dan hasilnya terbukti mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa. Namun dalam penelitian ini terdapat perbedaan yaitu dalam meningkatkan hasil belajar lebih memfokuskan pada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan melakukan berbagai kegiatan seperti penyelidikan, pengamatan, diskusi, dan melakukan presentasi sederhana.

  Berdasarkan paparan diatas, maka penelitian ini telah memberikan kontribusi ilmu yaitu penerapan model pembelajaran PBL dengan 5 langkah yaitu pengenalan masalah kepada peserta didik, pengorganisasikan peserta didik kedalam beberapa kelompok untuk melakukan diskusi penyelesaian masalah, hasil dari analisis kemudian dipresentasikan kepada kelompok lain dan di akhiri dengan melakukan klarifikasi mengenai hasil penyelidikan peserta didik. Sedangkan implementasi praktis, teryata melalui penerapan model PBL siswa lebih aktif berpikir melalui kegiatan mencari tahu, menyimpulkan, berdiskusi, dan presentasi hasil diskusi sehingga kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar muatan IPA meningkat. Model PBL dapat menjadi alternatif pilihan untuk mengatasi permasalahan kemampuan berpikir siswa yang belum optimal. Berdasarkan pembahasan tersebut, maka tujuan penelitian telah tercapai bahwa penerapan model PBL dalam pembelajaran tema 4 pada siswa kelas 5 SD Negeri Salatiga 01 dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar muatan IPA.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Setelah menerapkan model pembelajaran PBL dengan langkah-langkah meliputi pemberian orientasi permasalahan kepada siswa, pengorganisasian siswa untuk penyelidikan, pelaksanaan investigasi, mengembangkan dan menyajikan hasil dan menganalisis serta mengevaluasi proses penyelidikan pada tema 4 Sehat Itu Penting. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan kemampuan Salatiga 01 semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan aktivitas berpikir kritis siswa mengalami peningkatan selatah diterapkannya model PBL pada siklus I dan siklus II. Demikian juga dengan hasil belajar muatan IPA yang meliputi nilai rata-rata kelas dan ketuntasan belajar klasikal mengalami peningkatan sebesar 36%.

  Saran

  Berdasarkan simpulan yang ada penulis memberikan beberapa saran yaitu: (1) bagi siswa diharapkan menjadi lebih aktif dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL, (2) bagi guru diharapakan guru terus melakukan inovasi dalam proses pembelajaran dan menggunakan model PBL sebagai referensi atau alternatif strategi dalam proses belajar mengajar di kelas, (3) bagi peneliti hendaknya terus memperkaya pengetahuan mengenai model-model pembelajaran yang inovatif sehingga dapat memberikan rekomendasi positif dalam dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

  Dimyati & Mudjiono. 2013. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Majid, A. (2014). pembelajaran tematik terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E.( 2011). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya

  

Oktaviana, I. A., Saputro, A. N. C., & Utami, B. (2016). Upaya Peningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dilengkapi Modul Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI SMA Negeri 1 Gondang. Jurnal Pendidikan Kimia, 5(1), 143-152.

Permendikbud. (2017). Materi pokok Sekolah Dasar. Jakarta : Direktorat Jendral

Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan

  Republik Indinesia Sani, R. A. (2014). Pembelajran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.

  Jakarta: PT Bumi Aksara. Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta:

  Kencana Prenada Media Gorup

  

Susilo, A. B. (2012). Pengembangan model pembelajaran IPA berbasis masalah untuk

  Syafriana, D. (2017). Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Dalam Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA kelas V SDN 63 Surabayo. Jurnal Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, 30-43.