AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

TAHUN 2015

D D D E E E P P P U U U T T T II I B B B II I D D D A A A N N N G G G T T T E E E K K K N N N O O O L L L O O O G G G II I A A A G G G R R R O O O II I N N N D D D U U U S S S T T T R R R II I

D D D A A A N N N B B B II I O O O T T T E E E K K K N N N O O O L L L O O O G G G II I BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang atas rahmat-Nya, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi - BPPT dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Tingkat Unit Organisasi Eselon I periode tahun 2015.

Laporan Akuntabilitas Kinerja merupakan salah satu dari lima komponen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP) yang berlaku dan diwajibkan kepada seluruh instansi pemerintah secara nasional baik untuk pemerintah Pusat (Kementerian dan Lembaga) maupun Daerah.

Kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan amanat pemerintah melalui Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, peraturan kementerian PAN dan RB No. 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Tahun 2015 ini merupakan laporan kinerja Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi yang pertama dalam periode RPJMN 2015-2019, laporan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada BPPT atas pelaksanaan tugas pokok melalui program dan kegiatan yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi - BPPT Tahun 2015.

Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah meliputi pemahaman atas tanggungjawab pejabat/ penylenggara negara sebagai berikut

 Akuntabilitas adalah kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban untuk menjawab

dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/ badan hukum/ pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dalam pelaksanaan Sistem AKIP BPPT pada Tahun 2015, Deputi Bidang TAB memperhatikan dan merujuk peraturan terkait sistem perencanaan pembangunan nasional (SPPN) dan sejumlah ketentuan / pedoman terkait Sistem AKIP khususnya ketentuan/ pedoman yang diatur oleh kementerian PAN dan RB.

Sasaran yang terdapat dalam penetapan kinerja menunjukkan hasil yang baik dengan tercapainya target sasaran sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan. Dari hasil penilaian diketahui bahwa indikator kinerja ini semua mencapai target 100 %

Pada tahun 2015 Deputi Bidang TAB menetapkan 2 (dua) Indikator Kinerja dalam upaya mencapai Sasaran Strategis. Yaitu:

1. Jumlah kabupaten yang memanfaatkan inovasi dan layanan teknologi produksi pangan olahan berbahan baku lokal untuk mendukung diversifikasi pangan. Target : 2 Kabupaten

Telah dicapai target 2 kabupaten yaitu Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Temanggung Propinsi Jawa Tengah. Kegiatan di tiap kabupaten ini adalah alih teknologi dalam bentuk pelatihan di UKM produsen pangan olahan berbahan baku lokal yang ada di kabupeten tersebut. Kegiatan ini didukung dengan sinergi kelembagaan dalam bentuk MoU antara Kepala BPPT dengan Gubernur Jawa Tengah dan Perjanjian Kerjasama antara Pusat Teknologi Agroindustri dengan Badan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Tengah. Diharapkan dengan kegiatan tersebut usaha pangan berbahan lokal akan semakin berkembang dan produk pangan lokal akan semakin tersedia.di kabupaten tersebut.

2. Jumlah Techno Park yang berfungsi. Target : 1 Techno Park (Techno Park Grobogan – Propinsi Jawa Tengah)

Telah dicapai target 1 Teknopark yaitu Teknopark Grobogan yang berfungsi yaitu sebagai suatu kawasan yang dirancang sebagai pusat pengembangan inovasi produk Telah dicapai target 1 Teknopark yaitu Teknopark Grobogan yang berfungsi yaitu sebagai suatu kawasan yang dirancang sebagai pusat pengembangan inovasi produk

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

iv

DAFTAR ISI

vi

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN I-1

1.1. Penjelasan Umum Organisasi

I-1

1.1.1 Gambaran Umum

I-1

1.1.2 Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I-3

1.1.3 Struktur Organisasi Deputi Bidang TAB

I-4

1.1.4 Profil Sumber Daya Manusia

I-7

1.2. Aspek Strategis Organisasi

I - 12

1.3. Sistematika Penyajian

I - 15

BAB II PERENCANAAN KINERJA

II - 1

2.1. Rencana Strategis

II - 1

2.1.1 Visi dan Misi

2.1.3 Sasaran Strategis

II - 4

2.2. Keterkaitan Program Deputi Bidang TAB dengan RPJMN

II - 6

2015 - 2019

2.3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014

II - 13

2.4. Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2014

II - 14

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III - 1

3.1. Kabupaten yang memanfaatkan Inovasi dan Layanan

III - 1 Teknologi Produksi Pangan Berbahan Baku Lokal untuk mendukung Diversifikasi Pangan

3.1.1 Alih Teknologi Produksi Pangan Berbahan Baku

III - 1

Lokal di Kabupaten Kebumen

3.1.2 Alih Teknologi Produksi Pangan Berbahan Baku

III - 10

Lokal di Kabupaten Temanggung

3.2. Techno Park Grobogan

III - 21

3.3. Pagu dan Serapan Anggaran Deputi Bidang TAB tahun

III - 30

2015

BAB IV PENUTUP IV - 1 LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Tata Laksana Utama (Bisnis Inti Utama) BPPT I-1 Gambar 1.2.

Bisnis Inti Deputi Bidang TAB I-2 Gambar 1.3.

Struktur Organisasi Deputi Bidang TAB I-6 Gambar 1.4.

Peta distribusi SDM Deputi Bidang TAB pada 6 unit kerja I-7 Berdasarkan Kelompok Pendidikan

Gambar 1.5.

I-8 Gambar 1.6.

SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Kelompok Pendidikan

Peta distribusi SDM Deputi Bidang TAB pada 6 unit kerja

I-9 Berdasarkan Kelompok Umur (Rentang Usia)

Gambar 1.7. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Kelompok Umur (rentang I-9 Usia)

Gambar 1.8. Peta distribusi SDM Deputi Bidang TAB pada 6 unit kerja

I - 10 Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 1.9. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Jenis Kelamin

I - 10 Gambar 1.10.

Peta distribusi SDM Deputi Bidang TAB pada 6 unit kerja

I - 11 Berdasarkan Jabatan Fungsional

Gambar 1.11. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Jabatan Fungsional

I - 12 Gambar 2.1.

II - 8 dan Penetapan Kinerja (PK) Gambar 2.2.

Alur keterkaitan RPJMN, Renstra, Rencana Kerja (Renja), RKT

II - 9 Gambar 2.3.

Peran dan Lingkup Kegiatan BPPT

II - 12 Gambar 3.1.

Kerangka SIN sebagai Acuan Kegiatan BPPT

Penandatanganan MoU antara Kepala BPPT dengan Gubernur

III - 4 Jawa Tengah dalam rangka pemanfaatan Teknologi BPPT pada tanggal 18 Bopember 2015

Gambar 3.2.

Kegiatan Alih Teknologi di UKM Mutiara Baru Desa Plumbon

III - 5

Kecamatan Karang Sembung Kabupaten Kebumen Gambar 3.3.

III - 6 Gambar 3.4.

Alur proses pembuatan beras analog di UKM Mutiara Baru

III - 7 Gambar 3.5.

Beras Analog produk UKM Mutiara Baru Kabupaten Kebumen

Penganugerahan ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA (APN)

III - 7 Tahun 2015 oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara tanggal

21 Desember 2015 Gambar 3.6.

Kelompok UKM Mutiara Baru penerima Adhikarya Pangan

III - 8 Nusantara 2015 Tingkat Nasional

Gambar 3.7. Piagam Penghargaan ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA (APN)

III - 8

Tahun 2015 untuk UKM Mutiara Baru Kabupaten Kebumen

Gambar 3.8. Piala dan Piagam Penghargaan ADHIKARYA PANGAN

III - 9

NUSANTARA (APN) Tahun 2015 untuk UKM Mutiara Baru Kabupaten Kebumen

Gambar 3.9. Tim Pangan Lokal BPPT dengan KelompokUKM Mutiara Baru

III - 9 penerima Adhikarya Pangan Nusantara 2015

Gambar 3.10. Alur Proses Pembuatan Beras jagung di CV. Agro Mandiri

III - 11 Sejahtera

Gambar 3.11. Perbaikan diagram Alir Proses Produksi beras jagun di CV Agro

III - 11 Mandiri Sejahtera

Gambar 3.12. Peningkatan Capaian Kinerja Outcome menuju target akhir

III - 17 sesuai Dokumen Renstra

Gambar 3.13. Analisis Program yang menunjang keberhasilan Output ataupun

III - 19 kegagalanpencapaian pernyataan kinerja

Gambar 3.14. Peningkatan Capaian Kinerja Outcome menuju target akhir

III - 27 sesuai Dokumen Renstra kegiatan TP Grobogan

Gambar 3.15. Analisis Program yang menunjang keberhasilan Output ataupun

III - 28 kegagalanpencapaian pernyataan kinerja

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1.

I-7 Tabel 1.2.

SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Kelompok Pendidikan

SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Kelompok Umur (Rentang I-8 Usia)

Tabel 1.3. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Jenis Kelamin

I - 10 Tabel 1.4.

I - 11 Tabel 2.1.

SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Jabatan Fungsional

II - 13 Tabel 2.2.

Rencana Kinerja Tahun 2015 Deputi Bidang TAB

II - 15 Tabel 3.1.

Perjanjian Kinerja (PK) Deputi Bidang TAB Tahun 2015

Rekapitulasi Alih Teknologi Proses dan Peralatan Produk Hilir

III - 12 Pangan Lokal di Jawa Tengah

Tabel 3.2. Pemenuhan Kriteria Indikator kinerja

III - 14 Tabel 3.3.

III - 15 Tabel 3.4.

Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun 2015

III - 15 ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

Perbandingan antara Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun

Tabel 3.5. Realisasi anggaran tahun 2015

III - 20 Tabel 3.6.

III - 22 Tabel 3.7.

Ringkasan kegiatan Techno Park di Grobogan Prov. Jawa Tengah

III - 23 Tabel 3.8.

Pemenuhan Kriteria Indikator kinerja kegiatan Techno Park

III - 24 Tabel 3.9.

Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun 2015

Perbandingan antara Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun

III - 25 ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

Tabel 3.10. Realisasi Anggaran Tahun 2015

III - 28 Tabel 3.11.

III - 29 Tabel 3.12.

Rencana AksiPK Eselon 1 TAB

Pagu dan Serapan Anggaran Deputi Bidang TAB Tahun 2015

III - 30

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Penjelasan Umum Organisasi

1.1.1. Gambaran Umum

Deputi Bidang Teknologi Industri dan Bioteknologi (Deputi Bidang TAB) merupakan salah satu unit kerja eselon I di BPPT yang berperan sebagai lembaga pengkaji, solusi, intermediasi, dan audit teknologi serta technology clearing house (TCH), dalam mendukung pembangunan nasional agar mampu meningkatkan daya saing industri dan kemandirian bangsa Indonesia dalam bidang pangan dan kesehatan. Kelima peran tersebut merupakan kinerja untuk menghasilkan outcome dari pelaksanaan program/ kegiatan sesuai Konsep Bisnis BPPT dalam menjalankan tugas dan perannya dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini

Tata Laksana BPPT

PEREKAYASAAN TEKNOLOGI

‘SISTEM PASAR’

SISTEM BISNIS

OUTCOME IMPACT

INPUT

PROSES

INPUT PROSES

DUKUNGAN ADMINISTRASI DAN SUMBERDAYA

PROSES INTI

A O R A P O o Layanan d didifusikan E te g In B a n

Teknologi (Pematangan,

SUMBERDAYA PENDUKUNG KOMPETENSI TEKNIS

TUPOKSI

Gambar 1.1. Tata Laksana Utama (Proses Bisnis Utama) BPPT

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015

I -1

Mengacu pada peran BPPT sebagai lembaga intermediasi, technology clearing house, pengkajian teknologi, audit teknologi dan solusi teknologi dalam rangka meningkatkan kemandirian dan daya saing bangsa Indonesia, Deputi Bidang TAB menempatkan bidang pangan, agroindustri dan kesehatan sebagai kompetensi inti ke dalam Rencana Strategis Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Tahun 2015 – 2019. Bisnis inti Deputi TAB dapat dilihat pada gambar 1.2

Gambar 1.2. Bisnis Inti Deputi Bidang TAB

Sejalan dengan hal-hal tersebut di atas Deputi Bidang TAB, sebagai salah satu unit kerja di lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, dalam merencanakan dan mengimplementasikan pelaksanaan program kegiatannya senantiasa mengacu kepada kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta wewenang yang melekat di dalamnya.

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015

I -2

1.1.2. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan Deputi Bidang TAB

Berdasarkan SK Kepala BPPT Nomor 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006, Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPPT, tanggal 21 April 2006, pada Bab VII bagian Pertama, pasal 132, 133 dan 134 :

 Kedudukan Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi adalah salah satu unit

Organisasi Eselon 1 di lingkungan BPPT yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala BPPT.

 Tugas Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi mempunyai tugas

melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi.

 Fungsi Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan

Bioteknologi menyelenggarakan fungsi :

Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pembinaan penerapan teknologi agroindustri dan bioteknologi.

Pengendalian terhadap kebijakan teknis dibidang pengkajian dan penerapan teknologi agroindustri dan bioteknologi.

Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan Kepala BPPT.  Kewenangan Dalam menyelenggarakan fungsinya, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan

Bioteknologi mempunyai kewenangan :

1) Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang Teknologi

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015

I -3

Agroindustri dan Bioteknologi.

2) Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro di bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi.

3) Penetapan sistem informasi di bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi.

4) Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

1.1.3. Struktur Organisasi Deputi Bidang TAB

Berdasarkan Peraturan Kepala BPPT Nomor 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006, Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPPT, tanggal 21 April 2006, pada Bab VII bagian Kedua, pasal 135, Deputi Bidang TAB membawahi struktur Organisasi unit kerja eselon II sebagai berikut :

1. Pusat Teknologi Produksi Pertanian

2. Pusat Teknologi Agroindustri

3. Pusat Teknologi Bioindustri

4. Pusat Teknologi Farmasi dan Medika

Disamping 4 Pusat di atas Deputi Bidang TAB juga membawahi 1 Balai Besar dan 1 Balai di lingkungan BPPT yang bertanggung jawab langsung kepada Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, yaitu :

1. Balai Besar Teknologi Pati; berdasarkan Keputusan Kepala BPPT Nomor 044/Kp/KA/IV/2004, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Teknologi Pati, tanggal 21 April 2004.

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015

I -4

2. Balai Pengkajian Bioteknologi; berdasarkan Keputusan Kepala BPPT Nomor 024/Kp/KA/IV/2001, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengkajian Bioteknologi, tanggal 3 April 2001.

Secara keseluruhan organisasi Deputi Bidang TAB terdiri atas 6 unit kerja yaitu 4 Pusat, 1 Balai Besar dan 1 Balai.

Adapun struktur organisasi Deputi Bidang TAB sesuai dengan SK Kepala BPPT Nomor 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Tanggal 21 April 2006, dapat dilihat pada gambar 1.3 di halaman berikut ini.

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015

I -5

Struktur Organisasi Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi

Berdasarkan Keputusan dan Peraturan Kepala BPPT Nomor : 024/Kp/KA/IV/2001, Tanggal 3 April 2001; 044/Kp/KA/IV/2004 Tanggal 21 April 2004; 170/Kp/KA/IV/2006, Tanggal 21 April 2006 DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI AGROINDUSTRI DAN BIOTEKNOLOGI

SUB BAGIAN TATA USAHA PERBANTUAN

BALAI BESAR PRODUKSI PERTANIAN

PUSAT TEKNOLOGI

PUSAT TEKNOLOGI

PUSAT TEKNOLOGI

PUSAT TEKNOLOGI

AGROINDUSTRI

BIOINDUSTRI

FARMASI DAN

TEKNOLOGI PATI

MEDIKA

BIDANG TEKNOLOGI

BAGIAN UMUM PRODUKSI

BIDANG TEKNOLOGI

BIDANG TEKNOLOGI

BIDANG TEKNOLOGI

BALAI PENGKAJIAN

AGROINDUSTRI

PRODUKSI

PRODUKSI BAHAN

BIOTEKNOLOGI

TANAMAN PANGAN

PANGAN DAN

BIOKATALIS

BAKU FARMASI

DAN HORTIKULTURA

HORTIKULTURA

BIDANG TEKNOLOGI BIDANG TEKNOLOGI

BIDANG TEKNOLOGI

BIDANG TEKNOLOGI

BIDANG TEKNOLOGI

SUMBER DAYA PATI

SUB BAGIAN

PRODUKSI

AGROINDUSTRI

PRODUKSI PANGAN

PENGEMBANGAN

FORMULA DAN

TATA USAHA

TANAMAN

PERKEBUNAN DAN

FUNGSIONAL

PERKEBUNAN DAN

BIDANG TEKNOLOGI KEHUTANAN

KEHUTANAN SEDIAAN FARMASI

SEKSI BIOTEKNOLOGI

INDUSTRI

DIVERSIFIKASI

SEKSI BIOTEKNOLOGI

BIDANG TEKNOLOGI

BIDANG TEKNOLOGI

BIDANG TEKNOLOGI

BIDANG TEKNOLOGI

PERTANIAN

BIDANG TEKNOLOGI PERIKANAN DAN

ETHANOL DAN PETERNAKAN

PERIKANAN DAN

PETERNAKAN JASA TEKNOLOGI

DERIVATIF

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Gambar 1.3.. Struktur Organisasi Deputi Bidang TAB

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015

I -6

1.1.4. Profil Sumber Daya Manusia

Deputi Bidang TAB per Desember tahun 2015 mempunyai aparatur / sumber daya manusia (SDM) sebanyak 472 orang yang terdistribusi pada 6 unit kerja.

Distribusi SDM Deputi Bidang TAB berdasarkan kelompok pendidikan ditampilkan pada Tabel 1.1, Gambar 1.4 dan gambar 1.5 di bawah ini.

Tabel 1.1. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Kelompok Pendidikan

BALAI PENDIDIKAN

PTB PTFM PTA

PTPP

B2TP

TAB BIOTEK

Gambar 1.4. Peta distribusi SDM Deputi Bidang TAB pada 6 unit kerja berdasarkan

kelompok Pendidikan

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015

I -7

Gambar 1.5. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Kelompok Pendidikan

Distribusi SDM Deputi Bidang TAB berdasarkan kelompok umur (rentang usia) ditampilkan pada Tabel 1.2, Gambar 1.6 dan Gambar 1.7 di bawah ini.

Tabel 1.2. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Kelompok Umur (Rentang Usia)

BALAI RENTANG USIA PTB PTFM

TAB BIOTEK

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015

I -8

Gambar 1.6. Peta distribusi SDM Deputi Bidang TAB pada 6 unit kerja

Berdasarkan Kelompok Umur (rentang Usia)

Gambar 1.7. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Kelompok Umur (Rentang Usia)

Distribusi SDM Deputi Bidang TAB berdasarkan Jenis Kelamin ditampilkan pada Tabel

1.3, Gambar 1.8 dan Gambar 1.9 di bawah ini.

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015

I -9

Tabel 1.3. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Jenis Kelamin

B2TP TAB

Gambar 1.8. Peta distribusi SDM Deputi Bidang TAB pada 6 unit kerja Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 1.9. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Jabatan Jenis Kelamin

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015

I -10

Distribusi SDM Deputi Bidang TAB berdasarkan kelompok Jabatan Fungsional ditampilkan pada Tabel 1.4, Gambar 1.10 dan Gambar 1.11 di bawah ini.

Tabel 1.4. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Jabatan Fungsional

B2TP TAB

Pranata Humas

2 2 Jabatan

40 76 171 Umum (JFU)

Gambar 1.10. Peta distribusi SDM Deputi Bidang TAB pada 6 unit kerja

Berdasarkan Jabatan Fungsional

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015

I -11

Gambar 1.11. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Jabatan Fungsional

1.2. Aspek Strategis Organisasi

Arah kebijakan Deputi TAB, BPPT sangat terkait dengan arah kebijakan dan strategi nasional yang terdiri dari :

1. Peningkatan dukungan iptek bagi daya saing sektor produksi, maka pembangunan diarahkan pada Penyelenggaraan Litbang (Riset); Layanan Perekekayasaan dan Teknologi dan Penguatan Kerjasama Swasta Pemerintah – Perguruan Tingi.

2. Peningkatan dukungan iptek bagi keberlanjutan dan pemanfaatan sumberdaya alam maka pembangunan terutama diarahkan pada Sumberdaya hayati

3. Peningkatan dukungan bagi riset dan pengembangan dasar

4. Taman Tekno dan Taman Sains.

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015

I -12

Dalam upaya mewujudkan visi dan misi dan pencapaian sasaran strategis Deputi TAB maka arah kebijakan Deputi TAB pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Mendukung peningkatan daya saing industri melalui : Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam bidang

teknologi pangan, pertanian, obat dan kesehatan.

2. Mendukung kemandirian bangsa melalui : Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam bidang

teknologi pangan, pertanian, obat dan kesehatan.

Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui upaya- upaya inisiatif strategis yang diimplementasikan dalam program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dalam linkup Deputi TAB yang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan pada unit-unit kerja sebagai berikut :

1. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Produksi Pertanian

2. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Agroindustri

3. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bioindustri

4. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Farmasi dan Medika

5. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pati

6. Pengkajian dan Penerapan Bioteknologi

1.2.1. Strategi untuk mendukung peningkatan daya saing industri

Strategi program untuk mendukung peningkatan daya saing industry dilaksanakan melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan dengan output-output sebagai berikut :

1. Berlangsungnya difusi-difusi teknologi untuk memacu pertumbuhan industri serta berdirinya perusahaan-perusahaan baru berbasis teknologi pada teknopark di Kabupaten Grobogan, Lampung Tengah, dan Bantaeng.

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015

I -13

2. Alih teknologi dalam bnetuk diseminasi teknologi produksi kakao untuk peningkatan produktivitas serta peningkatan mutu.

3. Alih teknologi produksi produk turunan sawit.

4. Alih teknologi produksi produk aplikasi berbasis turunan rumput laut (kapsul).

5. Alih teknologi produksi obat herbal terstandar, kit diagonstik dan kawasan inovasi obat dan kesehatan.

1.2.2. Strategi untuk mendukung kemandirian bangsa

Strategi untuk mendukung kemandirian bangsa dilaksanakan melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan dengan output-output sebagai berikut :

1. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi produksi Bahan Baku Obat (BBO) pada perusahaan farmasi dalam negeri

2. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi produksi pangan berbahan baku lokal untuk mendukung diversifikasi pangan di kabupaten percontohan

3. Alih teknologi produksi pengolahan pangan berbahan baku lokal berbasis jagung, ubi kayu, sagu dan sorgum yang mendukung diversifikasi pangan.

4. Alih teknologi produksi bahan baku obat (dekstrosa dan Cephaloporin C.) yang mendukung kemandirian industri bahan baku obat.

5. Alih teknologi produksi perikanan budidaya ikan Salina dan ikan Maharsih dalam rangka mendukung kemandirian produksi pangan sumer protein hewani.

6. Alih teknologi budidaya peternakan melalui sistem integrasi sapi sawit dalam rangka mendukung kemandirian produksi pangan sumer protein hewani (daging sapi).

7. Alih teknologi produksi pangan fungsional pangan fungsional gizi tinggi berbasis polipeptida bioaktif dalam rangka mendukung pemenuhan kebutuhan pangan bergizi, mencegah masalah kekurangan gizi.

8. Alih teknologi produksi produk bioindustri enzim xylanase A, xylanase B, Lipase, dan Selulase dalam rangka kemandirian industri enzim nasional.

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015

I -14

1.3. Sistematika Penyajian

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Deputi Bidang TAB Tahun 2015 berisi 4 Bab yaitu:

Bab I. Pendahuluan

Menyajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan pada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (Strategic Issue) yang sedang dihadapi organisasi.

Bab II. Perencanaan Kinerja

Menguraikan ringkasan / ikhtiar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.

Bab III. Akuntabilitas Kinerja

Berisi Capaian Kinerja Organisasi dan Realisasi Anggaran

Bab IV. Penutup

Menguraikan kesimpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah dimasa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015

I -15

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

2.1. Rencana Strategis

Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga (Renstra K/L) atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/ Lembaga adalah merupakan dokumen perencanaan Kementeriaan/ Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun. Penyusunan Renstra tahun 2015-2019 harus berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 -2019, dari presiden dan wakil presiden terpilih.

Pasal 6 ayat 1, Undang undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasion al (SPPN).menjelaskan bahwa “Renstra K/L memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada RPJMN dan bersifat indikatif.”

Berkaitan dengan tentang tata cara penyusunan rencana strategis K/L yang terdapat di dalam Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (RENSTRA K/L) 2015-2019, maka renstra harus mengakomodasi hal-hal sebagai berikut:

• Sasaran program prioritas Presiden terjabarkan ke sasaran tujuan K/L •

Kebijakan K/L konsisten dengan RPJMN •

Program dan Kegiatan K/L konsisten dengan RPJMN •

Sasaran hasil (outcome) à sinergis dengan program prioritas Presiden •

Sasaran keluaran (output) à sasaran hasil (outcome) •

Sumber daya yang diperlukan layak menurut kerangka ekonomi makro

Sebagaimana diketahui bahwa Rencana Strategis BPPT, disusun dengan memperhatikan perkembangan lingkungan strategis terakhir serta mengacu pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015- 2019 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 khususnya Rencana Pembangunan di Bidang Iptek. RPJPN 2005-2025 bidang Iptek mengamanatkan bahwa Penguasaan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Iptek difokuskan pada 7 (tujuh) bidang prioritas yaitu : (i) pembangunan ketahanan pangan, (ii) penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan (iii) pembangunan teknologi transportasi, (iv) penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, (v) pengembangan teknologi pertahanan, (vi) pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan, dan (vii) pengembangan teknologi material maju.

Sesuai dengan RPJMN 2015-2019 dan Renstra BPPT 2015-2019 maka penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Kedeputian Teknologi Agroindustri dan Biteknologi (TAB) merupakan turunan (cascading) terhadap Renstra diatasnya. Secara khusus di dalam RPJPN 2005-2025 menyatakan bahwa Penguasaan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Iptek difokuskan pada 7 (tujuh) bidang prioritas, dua diantaranya diantaranya berhubungan dengan bidang teknologi agroindustri dan bioteknologi yaitu untuk mendukung ketahanan pangan (prioritas 1); pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan (prioritas 6)

Penyusunan Renstra TAB juga mempertimbangkan perkembangan lingkungan strategis terakhir dan kondisi umum serta potensi dan permasalahan yang sedang dan akan dihadapi pada tahun-tahun mendatang khususnya di bidang teknologi agroindustri dan bioteknologi.

Renstra Kedeputian Teknologi Agroindustri dan Biteknologi (TAB) 2015 – 2019, dijadikan acuan dalam pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Kedeputian TAB. Renstra ini juga mencakup strategi pelaksanaan yang meliputi sumberdaya manusia, perencanaan anggaran maupun sarana dan prasarana. Renstra ini juga menjadi bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan mekanisme pelaksanaan tata kelola kedeputian yang baik.

2.1.1. Visi dan Misi

Mengacu kepada Visi BPPT, maka Visi Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi adalah

“Pusat Unggulan Teknologi Agroindustri Dan Bioteknologi yang Mengutamakan Inovasi Dan Layanan Teknologi untuk Mewujudkan Daya Saing Industri dan Kemandirian Bangsa”

Untuk mencapai Visi tersebut di atas, maka misi Deputi Bidang teknologi Agroindustri dan Bioteknologi adalah :

1. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi pada sub-bidang Produksi Pertanian.

2. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi pada sub-bidang Agroindustri.

3. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi pada sub-bidang Bioindustri.

4. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi pada sub-bidang Farmasi dan Medika.

5. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Layanan Teknologi pada sub-bidang Pati.

6. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Layanan Teknologi pada sub-bidang Bioteknologi.

2.1.2. Tujuan

Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi Deputi Bidang Teknologi Agroindustri Dan Bioteknologi BPPT (sesuai kedudukannya sebagai penanggungjawab program (PJP) yang mendukung tercapainya sasaran strategis BPPT, maka tujuan Deputi Bidang Teknologi Agroindustri Dan Bioteknologi BPPT tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi di bidang pangan, pertanian, obat dan kesehatan.

2. Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi di bidang pangan, pertanian, obat dan kesehatan.

2.1.3. Sasaran Strategis

Sasaran Strategis 1 :

Meningkatnya daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi di bidang pangan, pertanian, obat dan kesehatan.

Indikator dan target dari sasaran strategis 1 adalah sebagai berikut :

1. Terwujud dan berfungsinya technopark untuk mendukung peningkatan daya saing. dengan target 3 lokasi kabupaten yaitu Grobogan, Lampung Tengah, dan Bantaeng.

2. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi untuk daya saing kakao dengan target 1 rekomendasi yaitu teknologi produksi kakao yang meliputi teknik pembibitan mikrograting, teknik perbanyakan bibit ex-vitro, teknik budidaya dan teknik pasca panen dan pengolahan produk antara.

3. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi untuk daya saing industri agro unggulan produk turunan sawit, dengan target 1 inovasi yaitu produk Zinc stearat untuk rubber processing aid.

4. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi untuk daya saing industri produk aplikasi rumput laut, dengan target 1 inovasi produk aplikasi turunan rumput laut (kapsul).

5. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi obat dan kesehatan untuk daya saing industri dengan target 3 inovasi produk obat herbal (terstandar), kit diagnostik, pengembangan kawasan Inovasi yang dimanfaatkan oleh industri.

Sasaran Strategis 2 :

Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi di bidang pangan, pertanian, obat dan kesehatan.

Indikator dan target dari sasaran strategis 2 adalah sebagai berikut

1. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi produksi pangan berbahan baku lokal untuk mendukung diversifikasi pangan, dengan target 10 kabupaten.

2. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi produksi BBO pada perusahaan farmasi dalam negeri, dengan target 2 inovasi dan layanan teknologi.

3. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi budidaya perikanan, dengan target 2 inovasi yakni ikan nila unggul Salina dan ikan Maharsih.

4. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi untuk mendukung kemandirian daging sapi melalui penerapan teknologi produksi ternak dengan sistem integrasi peternakan sapi dengan industri/perkebunan sawit dengan target 1 paket inovasi teknologi produksi ternak dengan sistem integrasi peternakan sapi dengan industri/perkebunan sawit.

5. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi produksi pangan fungsional berbahan baku lokal, dengan target 1 inovasi yakni teknologi teknologi produksi pangan fungsional gizi tinggi berbasis peptida bioaktif.

6. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi produksi enzym untuk mendukung kemandirian industri, dengan target inovasi 4 produk enzym yaity Xylanase A, Xylanase B, Lipase, dan Selulase.

2.2. Keterkaitan Program Deputi Bidang TAB dengan RPJMN 2015 - 2019

Pasal 31 Ayat 5 UUD 1945 hasil Amandemen ke-4 menyebutkan bahwa “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung

tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”. Sektor ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)

mempunyai peran penting bagi upaya pencapaian kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan iptek hanya akan memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat jika output yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk mendorong kemajuan industri, memenuhi kebutuhan masyarakat atau menjadi solusi bagi permasalahan nasional.

Dalam Buku II Bab IV Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dijelaskan bahwa Pembangunan Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) diarahkan Penyelenggaraan Litbang (Riset); Layanan Perekayasaan dan Teknologi; Layanan Infra Struktur Mutu; Layanan pengawasan Tenaga Nuklir; Penguatan Kerjasama Akademisi – Swasta-Pemerintah

Penyelenggaraan Litbang (Riset) difokuskan pada bidang-bidang yang diamanatkan pada RPJPN 2005-2025 yaitu : 1) pangan dan pertanian; 2) energi, energi baru dan terbarukan; 3) kesehatan dan obat; 4) transportasi; 5) telekomunikasi, informasi dan komunikasi (TIK); 6) Transportasi pertahanan dan keamanan; dan 7) material maju. Yang selanjutnya disebut PUNAS RISTEK

Dalam RPJMN 2015-2019 strategi untuk melaksanakan PUNAS Ristek adalah :

1. Semua Kegiatan Riset harus menunjukkan kemajuan capaian secara berturut-turut dari eksplorasi hingga difusi;

2. Prioritas kegiatan Riset adalah kegiatan yang dapat mencapai tahap difusi;

3. Penyediaan kebutuhan disetiap tahapan Riset secara memadai

Penjabaran Strategi ini kedalam PUNAS Riset, khususnya yang terkait dengan kegiatan BPPT dan Deputi Bidang TAB adalah :

 PUNAS Riset Pangan dan Pertanian BPPT melalui kegiatan pengkajian dan penerapan teknologi agroindustri

diharapkan : 1) teknologi industri pengolahan pangan (sagu) dan diversifikasi produknya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dimanfaatkan oleh masyarakat; 2) strain udang galah unggul Neofemale, teknologi pakan dan teknologi vaksin dimanfaatkan oleh masyarakat; 3) teknologi produksi pangan fungsional berbahan baku lokal oleh industri dimanfaatkan oleh masyarakat; dan 4) dimanfaatkannya teknologi pertanian dan pengolah produk pertanian unggulan seperti : produk turunan minyak sawit (oleokimia), teknologi budidaya coklat, teknologi produk enzim lipase, Xylanase B dan Selulase serta bibit unggul karet

 PUNAS Riset Teknologi Kesehatan dan Obat BPPT melalui kegiatan pengkajian dan penerapan teknologi obat diharapkan

: 1) menghasilkan 6 teknologi produksi ekstrak terstandar dan 2 formula herbal; 2) menghasilkan 1 produk diagnostik kit dan 1 seed vaksin demam berdarah; dan 3) menghasilkan 3 rekomendasi teknologi produksi bahan baku obat

Deputi Bidang TAB selaku unit kerja Eselon 1 dibawah BPPT telah membuat visi dan misi yang berorientasi kepada pembangunan teknologi lima tahun, serta membuat suatu perencanaan jangka menengah berupa Rencana Strategis 2015- 2019 yang sesuai dengan tupoksi dan mengacu pada RPJMN 2015-2019.

Terkait dengan perencanaan kinerja untuk memenuhi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Deputi Bidang TAB menggunakan Renstra sebagai acuan dalam membuat Rencana Kinerja Tahunan (RKT) seperti yang tercantum dalam lampiran. Alur pikir keterkaitan RPJMN, Renstra, Rencana Kerja (Renja), RKT dan Penetapan Kinerja (PK) dapat dilihat dari Gambar 2.1. berikut ini :

RPJMN

RENSTRA DEPUTI BIDANG TAB Tugas

Rencana Kinerja

Tujuan

Program/

Strategis (IKU

Kegiatan

Lima Tahun

dan Target)

DIPA +

Renja dan

Gambar 2.1. Alur keterkaitan RPJMN, Renstra, Rencana Kerja (Renja), RKT dan Penetapan Kinerja (PK)

Gambar 2.2. Peran dan Lingkup Kegiatan BPPT

Dalam melaksanakan amanat yang terkandung dalam RPJMN 2015-2019 dan semangat dari tugas pokok yang diemban, Deputi Bidang TAB telah menghasilkan indikator kinerja utama yang mempunyai keterkaitan erat dengan program yang diprioritaskan dalam RPJMN. Program dan Kegiatan di lingkungan Deputi Bidang TAB berorientasi pada 2 (dua) Bidang Teknologi, yaitu :

1. Bidang Teknologi Pangan.

2. Bidang Teknologi Kesehatan dan Obat.

Langkah-langkah untuk mewujudkan arah kebijakan tersebut diatas dilaksanakan melalui program dan kegiatan yang mampu mewujudkan visi dan misi Deputi Bidang TAB sesuai langkah – langkah yang dilakukan oleh BPPT, yaitu:

1) Deputi Bidang TAB mengarahkan program dan kegiatan mengacu kepada ruang lingkup program BPPT seperti pada gambar 2.2 di bawah ini untuk memenuhi kriteria :

a. Adanya permintaan dan kebutuhan industri, masyarakat, instansi pemerintah, dan dunia usaha.

b. Berskala nasional dan dapat memecahkan isu nasional serta selaras dengan 13 bidang teknologi.

c. Mampu berperan sebagai lembaga intermediasi, technology clearing house, pengkajian teknologi, audit teknologi dan solusi teknologi;

d. Adanya pelayanan teknologi Deputi Bidang TAB dalam bentuk rekomendasi, alih teknologi, survei, advokasi, pengujian, konsultasi, jasa

operasi, pilot project, pilot plant, prototype, referensi teknis, kajian teknologi dan PPBT

e. Adanya value propositon kepada customer dan stakeholder berupa State of the Art Technology, Daya Saing Industri, dan Kemandirian Bangsa.

2) Deputi Bidang TAB menyusun program dan kegiatan secara partisipatif dengan format lintas unit kerja (internal dan eksternal BPPT) dan lintas bidang teknologi dengan menerapkan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan (STKK).

3) Peningkatan kualitas sumberdaya (SDM, paket teknologi, kelembagaan, anggaran, sarana-prasarana) dan budaya kerja (yang bermoral, profesional, integritas, produktif dan bertanggungjawab).

4) Segala aktivitas pengkajian dan penerapan dalam tahapan dalam tahapan Research, Development, Engineering, and Operation (R, D, E, O).

5) Program Deputi Bidang TAB dilaksanakan dalam kerangka Sistem Inovasi Nasional (SIN) seperti pada Gambar 2.3 di halaman berikut.

Penyusunan program dan kegiatan Deputi Bidang TAB untuk setiap tahunnya mengacu pada Technology Road Map (TRM) yang telah disusun untuk jangka waktu 5 tahun. Selain itu untuk memandu operasionalisasi kegiatan disusun Program Manual (PM) yang memuat tentang tujuan, ruang linfkup, indikator kinerja dan sumberdaya yang dibutuhkan.

Beberapa strategi pelaksanaan program dan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Terus menerus meningkatkan kompetensi dalam pengkajian dan penerapan

teknologi yang unggul (state-of-the-art) pada 6+3 bidang teknologi.

2) Menerapkan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan didalam perencanaan dan pelaksanaan program BPPT.

3) Memposisikan BPPT sebagai penggerak utama dalam penguatan sistem inovasi nasional (SIN) (Gambar 2.3).

4) Membangun kemitraan dan pemanfaatan jejaring dengan industri, instansi pemerintah, masyarakat dalam rangka penguasaan teknologi, promosi dan difusi teknologi, pemanfaatan teknologi, kerjasama dalam dan luar negeri.

5) Pemutakhiran kemampuan infrastruktur dan SDM secara berkesinambungan.

6) Melakukan peningkatan kesejahteraan dan penghargaan bagi Pegawai.

7) Melaksanakan program Reformasi Birokrasi BPPT.

Gambar 2.3. Kerangka SIN sebagai Acuan Kegiatan BPPT

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015 II -12

2.3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015

Perencanaan Kinerja Tahunan merupakan penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Rencana Kinerja Deputi Bidang TAB Tahun 2015 disajikan pada tabel 2.1 halaman berikut :

Tabel 2.1 Rencana Kinerja Tahun 2015 Deputi Bidang TAB

SASARAN STATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TARGET

1 2 3 Terwujudnya inovasi dan layanan

2 teknologi produksi pangan olahan

Jumlah kabupaten yang

memanfaatkan inovasi dan berbahan baku lokal untuk

layanan teknologi produksi memdukung diversifikasi pangan

pangan olahan berbahan baku lokal untuk medukung diversifikasi pangan

Terwujudnya inovasi dan layanan

1 teknologi pangan dan pertanian

Jumlah Techno Park yang

berfungsi

untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah

2.4. Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2015

Dokumen Penetapan Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumberdaya yang dimiliki oleh instansi. Adapun fungsi dokumen Penetapan Kinerja selain digunakan sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan yang bersifat top-down juga dijadikan sebagai alat untuk menggabungkan pengukuran kinerja dengan strategi organisasi.

Penetapan Kinerja Deputi Bidang TAB disusun berdasarkan target Rencana Kinerja Tahunan, dengan rincian pada tabel 2.2 halaman berikut.

Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Deputi Bidang TAB

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. KABUPATEN YANG MEMANFAATKAN INOVASI DAN LAYANAN TEKNOLOGI PRODUKSI PANGAN BERBAHAN BAKU LOKAL UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN

3.1.1. Alih Teknologi Produksi Pangan Berbahan Baku Lokal di Kabupaten Kebumen

A.1. URAIAN KEGIATAN

Upaya pemerintah RI dalam mewujudkan diversifikasi pangan sudah dimulai sejak lama, dimulai dari UU No.7 tahun 1996 tentang Pangan, PP No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan, Perpres No.22 tahun 2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, Permentan No.43 tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal dan UU No.18 tahun 2012 tentang pangan (pengganti UU no.7 tahun 1996). Hal ini menggambarkan bahwa apabila suatu negara tidak mandiri dalam pemenuhan pangan, maka kedaulatan negara bisa terancam. Dalam Undang-Undang Pangan ini menekankan pada pemenuhan kebutuhan pangan di tingkat perorangan, dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi dan kearifan lokal secara bermanfaat. Keberhasilan di sektor pertanian di suatu negara harus dicerminkan oleh kemampuan negara tersebut dalam swasembada pangan, atau paling tidak ketahanan pangannya. Pembangunan ketahanan pangan bertujuan untuk menjamin produksi, aksesibilitas dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional, daerah hingga rumah tangga.

Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat strategis dan penting.Disamping itu ketahanan pangan adalah bagian dari ketahanan nasional yang saat ini sedang terus digalakkan menuju kedaulatan pangan. Pembangunan ketahanan pangan di

Indonesia telah ditegaskan dalam Undang-Undang nomor 18 tahun 2012 tentang ketahanan pangan sebagai bagian dari usaha terpenuhinya kondisi pangan bagi Negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Dalam upaya pemenuhan pangan tersebut, Indonesia mengalami beberapa permasalahan, yaitu: (a) kekurangan produk pangan pokok sebagai akibat kebutuhan yang lebih tinggi daripada kapasitas produksi dalam negeri, (b) pengurangan luas lahan pertanian produktif akibat konversi penggunaannya untuk keperluan non-pertanian, (c) pola konsumsi yang kaku sehingga upaya diversifikasi pangan sering terhambat, (d) keterbatasan distribusi terutama untuk pangan pokok sebagai akibat kesulitan jaringan transportasi, (e) beberapa produk pangan tidak tersedia sepanjang tahun karena belum berkembangnya teknologi pengolahan atau pengawetan, (f) masih sering dijumpai produk pangan yang tidak memenuhi standar kesehatan pangan termasuk kurang gizi dan tidak memenuhi standar keamanan pangan, (g) belum semua rumah tangga secara ekonomi mampu memenuhi kebutuhan pangan pokoknya, (h) kecilnya margin usaha tani yang berakibat pada rendahnya motivasi petani untuk berproduksi.Disamping itu, peningkatan jumlah penduduk yang mencapai 4 jiwa dalam setiap menitnya, membawa konsekuensi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2030 mencapai 300 juta jiwa (angka perkiraan). Hal ini berpotensi menimbulkan kerawanan ketahanan pangan utamanya terhadap kuantitas maupun kualitas bahan pangan.

Kondisi-kondisi di atas akan menjadikan bangsa kita mempunyai ketergantungan yang tinggi ke bangsa-bangsa lain untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan dapat mengimplementasikan 6 strategi supaya dapat menciptakan ketahanan pangan nasional, yaitu: Intensifikasi lahan pertanian di P Jawa; Ekstensifikasi lahan pertanian di luar P Jawa; Diversifikasi bahan pangan pokok ; Inovasi teknologi pengolahan pangan dari hulu sampai hilir;

Rekayasa sosial (Food habit); dan Penerapan kebijakan perdagangan yang memihak kepada petani.

BPPT sebagai Lembaga Pemerintah non Kementerian yang mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakan tugas pemerintah dalam bidang pengkajian dan penerapan teknologi dapat melaksanakan 2 (dua) dari 6 (enam) strategi di atas, yaitu melakukan pengkajian dan penerapan teknologi diversifikasi tepung pangan lokal dan penerapan teknologi pengolahan pangan dari hulu sampai hilir.Keberhasilan pelaksanaan program ini diharapkan akan memberikan kontribusi terciptanya ketahanan pangan nasional yang secara tidak langsung juga akan memberikan dampak yang luas terhadap peningkatan pendapatan petani dan membantu masyarakat luas untuk mendapatkan pangan alternatif pengganti tepung terigu dengan nilai gizi yang cukup dan dengan harga yang terjangkau kemampuan masyarakat. Program Teknologi produksi dan pengolahan Tepung Pangan Lokal dan produk hilirnya dari BPPT ini tidak dapat berdiri sendiri,melainkan secara terpadu harus terkoordinasi dengan program Institusi terkait, Pemerintah daerah, pelaku usaha, industri serta masyarakat.

Dalam rangka mencapai sasaran tahun 2015 kegiatan diversifikasi pangan pokok lokal berupa alih teknologi produksi produk hilir pangan lokal maka BPPT menggandeng Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dengan penendatanganan MOU pada akhir tahun 2014 dilanjutkan penendatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Proipinsi Jawa Tengah. Sebagai tindak lanjutnya maka dipilihlah 2 Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Kebumen dengan penerapan di UKM Mutiara Baru, dan di Kabupaten Temanggung di CV Agro Mandiri Sejahtera sebagai mitra untuk melaksanakan alih teknologi pengembangan pangan lokal non beras berbasis sumber pangan di daerah tersebut, yaitu ubi kayu dan jagung.

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa tengah yang sebagian merupakan dataran rendah (bagian Selatan) dan sebagian berupa pegunungan (bagian Utara). Dengan luas lebih dari 128 ribu Ha, daerah ini berpenduduk 1,2 juta jiwa .

Sektor pertanian berperan cukup dominan dalam perekonomian Kabupaten Kebumen. Sumbangannya mencapai 44,75 persen terhadap PDRB. Komoditi pertanian andalan daerah ini adalah produk tanaman bahan pangan terutama padi, ubi kayu, dan kacang kedele, dan perkebunan terutama kelapa dalam. Produksi ubi kayu dari Kebumen menempati peringkat ke enam di Jawa Tengah. Kecamatan andalan sebagai sentra ubi kayu dan Jagung adalah Karangsembung, Karanggayam, dan Sadang.

Berdasarkan data ini maka salah satu lokus penerapan teknologi pengolahan pangan lokal dilakukan di UKM Mutiara Baru Kecamatan Karangsambung- Kabupaten Kebumen yang merupakan salah satu sentra tanaman ubi kayu dan jagung.

Gambar 3.1. Penandatanganan MoU antara Kepala BPPT dengan Gubernur

Jawa Tengah dalam rangka pemanfaatan teknologi BPPT pada tanggal 18 Nopember 2014

Gambar 3.2. Kegiatan alih teknologi di UKM Mutiara Baru Desa Plumbon, Baru Kecamatan Karangsambung- Kabupaten Kebumen

Kegiatan yang dilakukan di Kabupaten Kebumen adalah alih teknologi produksi pembuatan mie, makaroni, dan beras analog berbahan baku tepung lokal (ubi kayu, dan jagung).