Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Didik. Oleh: Dwi Suprapti (SMPN 1 Kedungjajang Lumajang) – JURNAL JP3

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK DIDIK

  Dwi Suprapti SMPN 1 Kedungjajang Lumajang

  Email:

Abstrak: Motivasi belajar dapat dipandang sebagai pusat proses belajar mengajar.

  

Bagaimanapun baiknya seorang guru dalam mentransferkan mata pelajaran, jika

motivasi belajar anak didik diabaikan, maka proses belajar mengajar itu tidak akan

menghasilkan tujuan akhir yang baik. Anak didik datang ke sekolah hanya untuk

mendengarkan, namun pengetahuan yang diberikan guru tak melekat di otaknya.

Bertitik tolak pada hal tersebut, dapat dinyatakan betapa pentingnya melakukan

usaha-usaha untuk meningkatkan motivasi belajar anak didik. Sehingga mereka

datang ke sekolah tidak hanya mendengarkan dan melihat, tetapi juga mengerti

lantas mencatat pengetahuan yang diterima dari guru. Dalam usaha meningkatkan

motivasi belajar anak didik, guru hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor yang

erat hubungannya dengan motivasi itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain :

perangsang (stimulus), minat, taraf intelegensi serta lingkungan. Dengan

mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, usaha untuk meningkatkan motivasi

belajar anak didik akan lebih cepat berhasil. Usaha-usaha yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan motivasi belajar itu antara lain : membangkitkan minat siswa,

memberi ganjaran dan hukuman, memberi contoh yang positif, merangsang

pencapaian tujuan, memperjelas tujuan yang hendak dicapai, menciptakan situasi

persaingan, memadukan motif-motif kuat yang sudah ada, memberitahukan hasil

yang dicapai anak didik dalam belajar serta memberikan bimbingan karier kepada

anak didik secara kontinu.

  Kata kunci: motivasi belajar, anak didik PENDAHULUAN

  Malas atau tidak aktifnya anak didik dalam proses belajar mengajar, salah satu penyebabnya tergantung pada motivasi belajar yang mereka terima. Motivasi dapat mendorong atau menggerakkan aktivitas belajar anak didik. Tanpa motivasi belajar, aktivitas belajar anak didik dapat melempem. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan dasar berhasil tidaknya aktivitas belajar.

  Jika motivasi belajar tidak dapat ditingkatkan, pada akhirnya dapat membawa akibat tidak baik terhadap prestasi belajar anak didik. Tidak adanya motivasi belajar dapat menjadi salah satu faktor penyebab turunnya atau merendahnya prestasi belajar anak didik. Hal yang demikian jelas tidak diinginkan dalam dunia pendidikan, karena itu harus dihindarkan. Prestasi belajar anak didik harus semakin ditingkatkan. Oleh karena itu suatu upaya yang dapat dilakukan ialah dengan meningkatkan motivasi belajar pada anak didik. Motivasi ini yang dapat dijadikan sebagai faktor awal dalam mendorong aktivitas belajar, sehingga anak didik menjadi bersemangat, berkeinginan keras dan gigih dalam mempelajari pelajarannya. Beberapa ahli pendidikan memberikan definisi tentang motivasi, diantaranya adalah Woodwort (1995) yang menyatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan dalam diri individu yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang tertentu. Sementara Mc. Donald (1997) mengemukakan bahwa motivasi ialah tenaga dari dalam diri manusia yang mendorong bertindak yang merupakan suatu proses dalam diri seseorang. Ahli lain menyatakan bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. (Purwanto, 1986).

  Dari pengertian motivasi yang dikemukakan para ahli tersebut, dapatlah dikatakan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang dapat membuat orang bergerak untuk mencapai apa yang diinginkannya. Motivasi itu merupakan tenaga yang dapat membuat seseorang berkeinginan keras mencapai suatu tujuan.

  Dalam proses belajar mengajar, motivasi dapat membangkitkan dorongan anak didik untuk secara bersungguh-sungguh mengikuti proses belajar mengajar. Motivasi dapat membuat anak didik secara gigih melakukan aktivitas belajarnya.

  Burton membagi motivasi menjadi dua macam ( Pasaribu dan Simanjutak, 1993) :

  Motivasi ini mempunyai nilai yang begitu dekat terhadap suatu seseorang untuk bertindak di dalam motivasi intrinsik ini ialah nilai-nilai yang terkandung di dalam obyek/tujuan itu sendiri. Adanya kesadaran terhadap tujuan itulah yang menjadi cemeti untuk melakukan suatu aktivitas.

  Bentuk tujuan dapat menjadi cemeti dalam membangkitkan motivasi. Hal ini sesuai dengan makna yang terkandung dalam pengertian motivasi yaitu bahwa motivasi selalu mempunyai hubungan yang erat terhadap suatu tujuan yang ingin dicapai seseorang. Dengan demikian motivasi intrinsik akan menjadikan anak didik tidak merasa terpaksa di dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal seperti inilah justru yang diinginkan, dimana bangkitnya keinginan anak didik untuk belajar tidak atas dasar paksaan, melainkan timbulnya kesadaran itu atas inisiatif dirinya sendiri.

  2. Motivasi Ekstrinsik Pada motivasi ini anak didik melakukan aktivitas tidak atas dasar adanya nilai-nilai yang terkandung di dalam obyek yang menjadi sasaran atau tendensi tertentu. Dengan kata lain, anak didik melakukan aktivitas belajar itu tidak atas keinginannya, tetapi karena terpaksa. Timbulnya rasa terpaksa itu dapat dikarenakan rasa takut kepada guru atau orang tua, takut dimarahi, mendapat nilai jelek, takut dihukum atau takut tidak lulus dalam ujian. Sehingga dapat dibayangkan bahwa hasil belajar tidak akan mencapai hasil yang maksimal.

1. Motivasi Intrinsik

  Dilihat dari makna yang terkandung dalam pengertian motivasi, dapat dinyatakan bahwa motivasi mempunyai hubungan yang erat dengan tujuan. Setiap anak didik akan menggiatkan belajarnya, bila mereka mengetahui tujuan aktivitas belajar itu. Oleh karenanya anak didik harus disadarkan akan tujuan yang akan dicapainya dalam belajar.

  Di samping menyadarkan anak didik akan tujuan belajarnya, perlu pula ditanamkan pada anak didik untuk menghargai tujuan tersebut. Tanpa penghargaan terhadap tujuan belajar maka aktivitas belajar anak didik pun tetap tak dapat dibangkitkan. Sebab semakin berharga suatu tujuan bagi anak didik semakin kuat pula motivasinya terhadap aktivitas belajar. Dengan demikian jelaslah bahwa motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan yang dilakukan anak didik sehubungan dengan aktivitas belajar mereka. Purwanto,(1996) berpendapat bahwa motivasi mempunyai 3 macam fungsi yaitu:

  1. Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak Hal ini sesuai dengan definisi dari motivasi sendiri yaitu segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Dalam konteks ini motivasi berperan sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi ( tenaga atau kekuatan ) kepada atau kewajibannya. Sudah tentu tanpa motivasi yang kuat, energi penggerak itu tidak akan dapat berfungsi dengan baik, sehingga hasil yang dicapai juga tidak akan baik.

  2. Menentukan arah perbuatan Dalam hal ini arah perbuatan itu merupakan arah tujuan atau cita-cita dari suatu aktivitas yang dilakukan. Oleh karena itu menjadi tugas setiap guru untuk mencegah terjadinya motivasi yang salah di dalam usaha mencapai tujuan belajar dan memberikan arahan agar anak didik mengetahui tujuan belajarnya. Dengan arti lain bahwa guru harus memperjelas tujuan belajar kepada setiap anak didik.

  3. Menyeleksi perbuatan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak didik untuk mencapa tujuannya selain dapat menimbulkan akibat positif juga dapat berakibat negative. Dalam hal ini motivasi dapat menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan anak didik., sehingga peserta didik tidak melakukan atau terhindar dari perbuatan yang berakibat negative. Dengan motivasi yang kuat anak didik akan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan belajarnya. Anak didik akan mengadakan kontrol dan seleksi terhadap perbuatannya, sehingga anak mempelajari pelajarannya dengan serius. Dengan demikian anak didik akan mencapai Seperti halnya seorang anak didik yang bercita-cita ingin memasuki perguruan tinggi yang diidam-idamkannya, tentu tidak akan bermalas-malasan dalam mempelajari pelajarannya. Tujuan yang akan dicapai itu akan memacu anak didik untuk belajar dengan giat. Anak didik tidak akan menghamburkan atau membuang waktunya pada tempat yang tidak bermanfaat. Dengan menyadari tujuannya dalam mengikuti proses belajar mengajar, maka anak didik akan menggunakan waktu seefisien mungkin.

ANALISIS PERMASALAHAN

  Anak didik yang tidak tekun atau bahkan malas mengikuti pelajaran dalam proses belajar mengajar, dapat menjadi gambaran bagi seorang guru bahwa anak didik tersebut kurang motivasi belajarnya. Namun hal ini tidak mutlak sepenuhnya. Oleh karena itu seorang guru perlu mengusahakan cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar anak didik.

  Ada beberapa faktor yang layak dipertimbangkan dalam usaha meningkatkan motivasi belajar anak didik. Faktor-faktor itu adalah adanya perangsang (stimulus), minat, taraf intelegensi serta lingkungan. Motivasi erat kaitannya dengan upaya mencapai tujuan. Tujuan itu sendiri bagi anak didik merupakan perangsang (stimulus) yang selanjutnya akan menimbulkan minat terhadap suatu atau tidaknya anak didik mencapai tujuan dalam mengikuti suatu aktivitas tertentu bagaimanapun akan dipengaruhi oleh taraf intelegensinya. Namun hal ini tidaklah mutlak sepenuhnya. Seorang anak didik yang mempunyai taraf intelegensi tinggi belum tentu hasil belajarnya baik, demikian pula sebaliknya. Salah satu hal yang menyebabkan demikian adalah motivasi. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar anak didik diantaranya adalah dengan cara membangkitkan minat siswa, pemberian hadiah, ganjaran, hukuman, pemberian bimbingan karier serta cara lain yang erat kaitannya dengan anak didik itu sendiri.

  PEMBAHASAN Faktor-faktor yang Layak Dipertimbangkan dalam usaha Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Didik

  1. Perangsang (stimulus)

  Motivasi merupakan dorongan yang dapat menjadikan anak didik aktif mengikuti proses belajar mengajar. Keaktifan itu timbul karena adanya perangsang (stimulus) yang ingin dicapai anak didik. Stimulus itu merupakan tujuannya. Usaha meningkatkan motivasi belajar anak didik dapat membantu mereka di dalam mengarahkan tingkah lakunya. Dalam hal ini mengarahkan tingkah laku mereka pada proses belajar mengajar, sehingga anak didik menyadari tujuanyang ingin dicapainya. Adanya kesadaran dalam mencapai tujuan tersebut dapat menjadi cemeti bagi anak didik untuk mewujudkan tujuannya itu. Sebaliknya bila anak didik itu belum atau tidak menyadari tujuannya dalam proses belajar mengajar, maka dikhawatirkan anak didik tidak mempunyai motivasi belajar. Sehingga tidak ada yang mendorong untuk aktif belajar. Dengan bertitik tolak pada hal ini, maka betapa pentingnya menyadarkan anak didik akan tujuan yang akan dicapainya terhadap proses belajar mengajar yang mereka lakukan atau ikuti.

  Motivasi sendiri tidak dapat dilepaskan atau dipisahkan dari kebutuhan. Motivasi dan kebutuhan mempunyai korelasi yang erat. Keduanya saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Sebab anak didik tidak mungkin akan Melakukan suatu aktivitas di dalam belajar, jika mereka sendiri tidak menyadari akan kebutuhan di dalam dirinya sehubungan dengan proses belajar mengajar yang mereka ikuti. Anak didik dapat mengikuti proses belajar mengajar secara kontimue, karena ia menyadari adanya kebutuhan- kebutuhan yang ingin dicapainya. Kebutuhan itu pada dasarnya merupakan cita-citanya dalam mengikuti aktivitas belajar.

  2. Minat Motivasi merupakan motor anak didik melakukan suatu tindakan. Sementara minat mengandung arti sebagai kecenderungan yang ada pada diri anak didik terhadap suatu aktivitas yang menarik sehingga anak didik akan berhubungan secara aktif terhadap aktivitas tersebut. Anak didik akan menaruh minat terhadap suatu aktivitas, manakala aktivitas itu dirasakannya berguna dan dapat memenuhi kebutuhannya. Terhadap hal yang menarik itu, kemungkinan besar anak didik akan Menentukan sikapnya. Sikap itu sendiri bila kita perhatikan menjurus pada bentuk kelakuan. Karena minat itu menjurus pada bentuk kelakuan, maka minat anak didik akan seiring dengan kematangan usianya.

  Motivasi dan minat mempunyai korelasi yang erat, sehingga motivasi tidak bisa dilepaskan dari faktor minat. Walaupun kepada anak didik telah dibangkitkan motivasi belajarnya, bila mereka tidak mempunyai minat terhadap suatu bidang studi, maka usaha mendorong agar anak didik belajar giat tidak akan berhasil. Jadi idealnya motivasi dan minat itu searah.

  Terbatasnya informasi tentang sesuatu yang diketahui anak didik dapat mnjadi factor penyebab anak didik kurang atau tidak berminat terhadap suatu aktivitas. Oleh karena itu minat anak didik harus dibangkitkan. Membangkitkan minat itu kemungkinan dapat dilakukan meningkatkan intensitas suatu aktivitas, memberi informasi serta memberikan ulangan kepada anak didik.

  Taraf intelegensi dapat mempengaruhi hasil belajar yang dapat dicapai anak didik. Secara riil sering ditemui anak didik yang tingkat atau taraf intelegensinya tinggi berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis, ternyata hasil belajarnya rendah ( kurang memuaskan). Sebaliknya anak didik yang berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis sebenarnya taraf intelegensinya rendah, ternyata hasil belajarnya cukup baik. Hal itu kemungkinan salah satu faktor penyebabnya berkaitan dengan motivasi belajar. Tanpa motivasi belajar anak didik yang taraf intelegensinya tinggi sekalipun tidak akan dapat menunjukkan hasil belajar yang lebih baik. Sementara anak didik yang taraf intelegensinya rendah, bila mereka mendapat motivasi belajar yang tepat dengan bimbingan yang baik, maka hasil belajarnya dapat memuaskan. Oleh karena itu, taraf intelegensi yang bagaimanapun dalam proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan dari motivasi. Motivasi sangat berperan dalam belajar.

  Taraf atau tingkat intelegensi anak didik dapat dijabarkan dalam beberapa golongan sebagai berikut:

  Tabel 1. Taraf atau tingkat Intelegence Quotient ( IQ ) Batas IQ pada setiap golongan

  Penggolongan menurut Wecheler Penggolongan menurut Depdiknas

3. Taraf Intelegensi

  < 65 Mental defectif Keterbelakan gan mental 66 – 79 Borderline Lambat belajar

  80 – 90 Dull normal Lambat belajar 91 – 110 Average Rata-rata

  111 – 119 Bright normal Di atas rata- rata 120 –

  127 Superior Superior > 128 Very superior Sangat superior

  Dari penggolongan taraf IQ tersebut, nilai IQ 65 ke bawah termasuk anak yang terbelakang mental. Anak yang terbelakang mental dinyatakan sebagai anak yang mempunyai kemampuan sangat terbatas dalam menyerap sesuatu yang bersifat ilmu pengetahuan. Tetapi bila kepada anak didik tersebut diberikan motivasi dan bimbingan yang tepat, maka anak didik yang mental defective tersebut akan masih mempunyai kemampuan menyerap pengetahuan yang bersifat praktis di dalam upaya membantu kehidupannya sehari-hari.

  Jelas kiranya bahwa motivasi sangat berpengaruh dalam menggerakkan kemauan anak didik untuk menampilkan kemampuannya. Kemampuan itu sendiri mempunyai korelasi yang erat dengan nilai IQ yang dimiliki.

  4. Lingkungan Tiap situasi belajar akan dihadapkan secara utuh oleh anak didik yang belajar sebagai individu yang utuh pula. Anak didik tidak dapat melepaskan diri dari situasi lingkungannya. Dengan kata lain lingkungan berpengaruh terhadap proses belajar mengajar yang akhirnya mempengaruhi pula prestasi belajar anak didik.

  Kita sering mendengar dan melihat bahwa lingkungan mempengaruhi kegairahan belajar, baik itu lingkungan fisik (gedung sekolah dan fasilitasnya) maupun lingkungan non fisik (sosial dan budaya). Pengaruh lingkungan fisik dibuktikan dengan banyaknya peminat pada sekolah-sekolah favorit. Untuk lingkungan non fisik, keadaan sosial budaya yang mendukung dan memberi kondisi belajar yang baik hampir dapat dipastikan prestasi belajar anak didik lebih memuaskan. Tetapi tidak menutup kemungkinan dalam lingkungan sosial budaya yang tidak mendukung dan tidak memberi kondisi yang baik akan terlahir anak didik dengan prestasi yang memuaskan. Hal itu dapat terwujud karena adanya kekuatan motivasi yang terdapat pada diri anak didik.

  Usaha Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Didik

  Anak didik sangat penting untuk lebih memahami diri dan terdapat di dalam dirinya, karena anak didik akan tertarik terhadap aktivitas yang sesuai dengan minatnya. Sebaliknya bila minat itu tidak diketahui, maka tidak heran andai kata anak didik tidak menaruh perhatian pada suatu aktivitas Pemahaman diri ini akan berlangsung dengan baik searah dengan tingkat kedewasaan anak didik.

  Anak didik yang berusia relatif muda (SD ke bawah) cenderung belum mampu memahami diri dan minatnya. Untuk itu pemahaman diri dan minat anak didik tersebut menjadi tanggung jawab guru dan orang tua. Membangkitkan minat anak didik tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan model-model, gambar, permainan, menyodorkan obyek baru, meningkatkan intensitas suatu aktivitas, serta pemberian informasi yang cukup dengan penyampaian yang menarik. Untuk anak didik di tingkat SMP dan SMA, membangkitkan minat dan pemahaman diri ini khusus dilakukan oleh guru bimbingan karier.

  2. Pemberian hukuman dan ganjaran

  Pemberian hukuman dan ganjaran dapat dijadikan upaya dalam memperkuat motivasi belajar anak didik. Yang harus diperhatikan bahwa pemberian hukuman yang berlebihan dapat berakibat kurang baik, karena hukuman itu malah dapat menyebabkan motivasi anak

1. Membangkitkan minat siswa

  Sebab hukuman dapat menimbulkan perasaan sakit hati. Oleh karena itu, bentuk hukuman yang diberikan harus dipikirkan lebih dulu dan disesuaikan dengan tingkat kematangan usia anak didik. Di samping melalui hukuman, pemberian ganjaran dapat pula digunakan untuk menggerakkan motivasi belajar, sebab ganjaran tidak menyebabkan sakit hati. Ganjaran menimbulkan perasaan senang pada diri anak didik. Keadaan yang menyenangkan akibat pemberian ganjaran ini, lebih memungkinkan untuk dapat membangkitkan motivasi belajar anak didik.

  Anak didik cenderung ingin memperoleh ganjaran daripada memperoleh hukuman. Hal ini sesuai dengan hukum “Law of

  affect” yang dikemukakan oleh

  Thorndike, yang menyatakan bahwa “setiap tingkah laku atau perbuatan yang menyenangkan akan diulang kembali oleh anak didik”. Oleh karena itulah guru harus mengupayakan agar anak didik senang mengikuti proses belajar mengajar yang sedang berlangsung, untuk itu dalam menyajikan materi hendaknya :

  a. Interest, yaitu membuat anak didik menjadi tertarik terhadap pelajaran yang sedang diberikan. Bila anak didik telah merasa tertarik, maka untuk selanjutnya anak didik akan menyenangi pelajaran berarti motivasi belajarnya terhadap suatu pelajaran telah dapat ditumbuhkan.

  b. Significence, yaitu membuat anak didik dapat merasakan bahwa pelajaran yang diberikan itu berguna bagi dirinya. Adanya perasaan berguna ini dapat menimbulkan penghargaan anak didik terhadap pelajaran tersebut, sehingga motivasi belajarnya tumbuh.

  c. Interest

  Improvement, yaitu membuat

  anak didik tertarik pada usaha untuk memperbaiki diri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyuruh anak didik mengerjakan soal di papan tulis atau dengan cara melontarkan pertanyaan pada anak didik yang kelihatan malas dalam mengikuti pelajaran yang sedang diberikan. Dengan demikian anak didik akan berusaha untuk memperbaiki dirinya.

  d. Attentiveness, yaitu menimbulkan keinginan pada anak didik untuk ikut serta dalam hal yang sedang dipelajari. Dengan demikian anak didik dapat didorong untuk meningkatkan aktivitas belajarnya.

  3. Memberi contoh yang positif

  Guru hendaknya memberikan contoh yang positif kepada anak didiknya. Jika guru mengharapkan sesuatu yang positif dari anak didik, maka guru harus yang diharapkan dari anak didik itu terpancar dalam dirinya. Oleh karena itu bila guru mengharapkan agar anak didik bekerja dengan baik dan giat, maka guru harus terlebih dulu sudah menunjukkan bekerja dengan baik dan giat. Jika guru telah berlaku seperti itu, maka anak didik akan mencontoh gurunya untuk menjadi bergairah kerja. Timbulnya kegairahan bekerja itu karena di dalam diri anak didik telah tumbuh motivasi untuk belajar dengan giat.

  Anak didik harus dirangsang untuk mencapai tujuan belajarnya. Untuk itu perlu diusahakan agar anak didik merasa dekat dengan tujuan yang ingin dicapainya. Jika anak didik telah merasa dekat dengan tujuan yang ingin dicapainya, maka anak didik dapat didorong untuk mencapai tujuan tersebut.

  5. Memperjelas tujuan yang hendak dicapai

  Anak didik hendaknya harus mengetahui tujuan belajar dan ini harus dihayatinya. Agar anak didik dapat mengetahui tujuan belajarnya secara jelas, maka guru harus merumuskan tujuan belajar itu kepada anak didik. Guru harus dapat membuat anak didik menghayati tujuan belajar itu. Jika telah mengetahui dan menghayati tujuan belajarnya, maka anak didik akan berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan belajar itu.

  6. Menciptakan situasi persaingan

  Pada umumnya dalam diri setiap individu ada usaha untuk menonjolkan diri atau ingin dihargai. Demikian juga yang ada pada diri setiap anak didik. Keadaan ini sebenarnya dapat disalurkan pada kegiatan yang positif, di mana guru dalam menciptakan situasi persaingan ini akan mendorong anak didik untuk berlomba dalam mencapai tujuan dalam belajar.

4. Merangsang Pencapaian Tujuan

  7. Memadukan motif-motif kuat yang sudah ada

  Di dalam diri anak didik pada dasarnya telah ada motif-motif sehubungan dengan pelajaran yang sedang diikutinya dalam proses belajar mengajar. Motif-motif itu dapat merupakan minat anak didik dalam menempuh pendidikan. Motif yang kuat yang sudah ada di dalam diri anak didik disatu padukan sehingga mendorong anak didik semakin giat belajar. Umpamanya motif untuk menjadi sarjana disatu padukan dengan motif ingin menonjolkan diri.

  8. Memberitahukan hasil yang dicapai anak didik dalam belajar

  Apabila anak didik telah menyelesaikan suatu tugas yang berhubungan dengan pelajarannya, maka hasil dari tugas tersebut harus diberitahukan kepada anak didik. Dengan memberitahukan hasil tugasnya, anak didik dapat mengetahui kelebihan atau kekurangan dari tugas yang telah itu dapat semakin giat dalam mencapai tujuan belajarnya.

  Bimbingan karier di sekolah pada dasarnya bertujuan untuk memperkenalkan dunia kerja kepada anak didik. Dunia kerja yang diperkenalkan kepada anak didik tidak hanya berupa jenis-jenis pekerjaan dengan berbagai persyaratannya, tetapi juga melalui bimbingan karier kepada anak didik diperkenalkan berbagai jurusan studi yang ada baik di sekolah lanjutan umum, kejuruan maupun perguruan tinggi. Dengan memberikan bimbingan karier, anak didik dapat mengenal minatnya terhadap dunia kerja, baik itu dunia kerja dalam hubungannya dengan lapangan pekerjaan maupun jurusan-jurusan di sekolah lanjutan umum, kejuruan serta perguruan tinggi. Jadi dengan memberikan bimbingan karier sebenarnya anak didik dibantu untuk mengetahui minatnya terhadap dunia kerja.

  Bila anak didik telah mengenal minatnya, maka mereka mempunyai semacam kekuatan untuk mewujudkan minatnya tersebut. Anak didik akan berusaha keras untuk mewujudkan minatnya itu. Dengan demikian berarti pemberian bimbingan karier kepada anak didik itu dapat meningkatkan motivasi belajarnya.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Motivasi merupakan faktor awal dalam mendorong aktivitas belajar anak didik dalam proses belajar mengajar. Pada anak didik motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan bersama-sama, karena kedua motivasi ini saling terkait dan saling mendukung untuk mencapai prestasi belajar anak didik secara maksimal. Fungsi motivasi adalah mendorong anak didik untuk berbuat atau bertindak, menentukan arah perbuatan serta menyeleksi perbuatan.

3. Peranan Bimbingan Karier

  Faktor-faktor yang layak dipertimbangkan dalam usaha meningkatkan motivasi belajar anak didik adalah perangsang (stimulus), minat, taraf intelegensi serta lingkungan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar anak didik diantaranya: membangkitkan minat siswa, memberi ganjaran dan hukuman, memberi contoh yang positif, merangsang pencapaian tujuan, memperjelas tujuan yang hndak dicapai, memadukan motif- motif kuat yang sudah ada, memberitahukan hasil yang dicapai anak didik dalam belajar serta memberikan bimbingan karier kepada anak didik secara kontinue.

  Saran

  Untuk menunjang pelaksanaan usaha meningkatkan motivasi belajar anak didik, kami

  1. Guru dalam menyajikan materi DAFTAR PUSTAKA pelajaran hendaknya interest, Partowisastro, K. 2006. Diagnosa dan significance, interest improvement

  Pemecahan Kesulitan Belajar,

  serta attentiveness, sehingga anak Jakarta: Erlangga. didik senang dalam mengikuti proses belajar mengajar yang

  Pasaribu, I.L dan Simanjutak B. 2003. sedang berlangsung.

  Proses Belajar Mengajar,

  2. Guru hendaknya dekat serta Bandung: Tarsito. terbuka dengan anak didik Purwanto, M, Ngalim. 2006. sehingga bila anak didik

  Pengantar Psikologi,

  mengalami suatu masalah atau Bandung: Remadja Karya. kesulitan, mereka tidak segan- segan untuk membicarakannya.

  Singer, Kurt.2007. Membina Hasrat

  3. Antara sekolah (terutama guru

  Belajar di Sekolah, Bandung:

  bimbingan karier), anak didik dan Remadja Karya orang tua anak didik hendaknya

  Woodwort, R.S. and Marquis, D. dapat menjalin hubungan yang erat

  2005. Psychology, Henry serta komunikasi secara lancar. Holt and comp, Inc.