METODE PENELITIAN - PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION(GI) DI KELAS IX C SMP NEGERI 01 PASIRIAN Oleh: WIN SANTJOJO – JURNAL JP3

  

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION(GI) DI

KELAS IX C SMP NEGERI 01 PASIRIAN

  Oleh: WIN SANTJOJO

  Guru SMP Negeri 01 Pasirian

  

Abstract. Based on the searching of document datashows that from 32

  students of IXC class at SMP Negeri 01 Pasirian 82% are low in local slf goverment material. By identification of the problem obtained that the low learning result is caused by students and teachers factor. By the students factor: students often do not focus on the lesson, they are forgetful, passive, poor in reading in reading reference, difficult to understand the material, often do not do the homework, and can’t answer the questios well. That is the fact, students really difficult to understand PKn material adversely affects the learning result.by the teacher factor: teacher dominates in learning process. Besides, the methode of the learning processis varied less. So, the students are passive and silence. This case has implications for lack of knowledge and understanding of the material, finally students learning result are low too. The solution of this case is applying group investigation teaching model in order to increase students result. This aims to determine in increasing of PKn learning resullt through group investigation teaching model in IX C class of SMP Negeri 01 Pasirian Lumajang. Subjectsof the study are 32 students ofIX C class of SMP Negeri 01 Pasirian, consist of 12 males, and 20 females. Research finding in cycle I is an increasing learning result from 54,68, during prestes increases to 69,53 during postest. It increases 14,84. In cycle II an increasing learning result from 63,13 during pretes increases to 80,31 during postest . it increases 17,18.

  Key words: learning result, group invertigation teaching model PENDAHULUAN

  Berdasarkan penelusuran data dokumentasi diperoleh bahwa dari 32 siswa 82% kelas IX C SMP Negeri 01 Pasirian hasil belajar PKn pada materi pemerintahan otonomi daerah rendah. Dari hasil indetifikasi masalah diperoleh data bahwa penyebab rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan dari antara lain dari faktor siswa dan factor guru.

  Dari faktor siswa antara lain: siswa sering tidak fokus pada pelajaran, siswa mudah lupa, cenderung pasip, kurang membaca buku reverensi, sulit memahami materi, sering tidak mengerjakan tugas/PR, dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Dan kenyataannya tersebut jelas bahwa siswa sulit memahami materi pembelajaran PKn yang akhirnya berdampak pada rendahnya hasil belajar.

  Dari faktor guru antara lain guru cenderung mendominasi dalam pembelajaran. Di samping itu metode pembelajaran yang diterapkan guru kurang berimplikasi terhadap rendahnya pengetahuan dan pemahaman pada materi akibatnya hasil belajar siswapun menjadi rendah pula.

  Berdasarkan indetifikasi masalah tersebut melalui riset ini berusaha mencari solusi yang tepat bagamana caranya agar pembelajaran PKn itu bisa menyenangkan siswa. Upaya yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn adalah dengan menerapkan model pembelajaran Group

  Investigation (GI).

  Model investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.

  Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran

  kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

  Menurut Sharan dalam Chotimah (2007) kehebatan model pembelajaran

  

group Investigation (GI).) antara lain: 1) dapat memusatkan perhatian siswa, 2)

  aktivitas siswa meningkat karena mereka bekerja sama dalam mengerjakan tugas atau soal, dan 3) siswa lebih mudah memahami materi. Siswa bersam kelompoknya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa yang dapat mengerjakan tugas/soal harus menjelaskan kepada anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Dengan kegiatan tersebut siswa merasa senang belajar, seperti dapat dijamin jika seluruh siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam bekerja sama hingga berhasil, dan kegiatan tersebut merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak. Dan guru memberi penghargaan (reward) kepada kelompok yang memili nilai/poin tertinggi.

  Berdasarkan pada hal yang di atas, maka penulis berusaha membuat model pembelajaran PKn agar lebih menarik dan siswa lebih mudah memahami materi. Dari hasil penelitian ini, nantinya diharapkan dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa. Karena seperti diketahui, dengan menggunakan model Group

  

Investigation (GI)) ini, anak didik dituntut untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga nantinya anak didik terbiasa untuk berfikir dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapi.

  Tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk meningkatkan hasil belajar PKn pada materi pelaksanaan otonomi daerah melalui model pembelajaran Group Investigation (GI) di kelas IX C SMP Negeri 01 Pasirian kabupaten Lumajang semester ganjil 2013-2014.

  Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagi Guru mempermudah dalam penyampaian mata pelajaran kepada peserta didik, karena peserta didik telah aktif ikut dalam kegiatan belajar mengajar. Bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn penekanan pada materi pemerintahan otonomi daerah. Dan siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

KAJIAN PUSTAKA

  Dalam proses pendidikan hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu (Abdullah, 2008). hasil belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan atas pengukuran tertentu (Ilyas, 2008). Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta, dan rasa maupun yang berdimensi karsa (Syah M, 2006).

  Menurut Slameto (2003) secara garis besarnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar dapat dikelompokkan atas: a. Faktor Internal, yaitu faktor yang menyangkut seluruh pribadi termasuk kondisi fisik maupun mental atau psikis. Faktor internal ini sering disebut faktor instrinsik yang meliputi kondisi fisiologi dan kondisi psikologis yang mencakup minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan lain-lain. b.faktor Eksternal, yaitu faktor yang bersumber dari luar diri individu yang bersangkutan. Faktor ini sering disebut dengan faktor ekstrinsik yang meliputi segala sesuatu yang berasal dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya baik itu di lingkungan sosial maupun lingkungan lain (Djamarah, 2008).

  c. Faktor Lingkungan, dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: 1)Lingkungan Alami, seperti keadaan suhu, kelembaban udara berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar pada suhu udara yang lebih panas dan pengap. 2) Lingkungan, baik yang berwujud manusia dan representasinya (wakilnya), walaupun yang berwujud hal yang lain langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang belajar memecahkan soal akan terganggu bila ada orang lain yang mondar-mandir di dekatnya atau keluar masuk kamar. Representasi manusia misalnya memotret, tulisan, dan rekaman suara juga berpengaruh terhadap hasil belajar.

  Menurut Winataputra (1992) model Group Investigation atau investigasi kelompok telah digunakan dalam berbagai situasi dan dalam berbagai bidang studi dan berbagai tingkat usia. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan asalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan mengetes hipotesis.

  Menurut Depdiknas (2005) pada pembelajaran ini guru seyogyanya mengarahkan, membantu para siswa menemukan informasi, dan berperan sebagai salah satu sumber belajar, yang mampu menciptakan lingkungan sosial yang dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan proses ilmiah.

  Menurut Winataputra (1992) sifat demokrasi dalam kooperatif tipe Group

  

Investigation ditandai oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan atau

  setidaknya diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang menjadi titik sentral kegiatan belajar. Guru dan murid memiliki status yang sama dihadapan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. Jadi tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung. Sarana pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah kelompok.

  Ibrahim, dkk. (2000:23) menyatakan dalam kooperatif tipe Group

  

Investigation guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5

  atau 6 siswa heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.

  Slavin (dalam Asthika, 2005) mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif Group Investigation adalah sebagai berikut:1)

  

Tahap Pengelompokan (Grouping), yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan

  diinvestigasi serta mebentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini: 1) siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan, 2) siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, 3) guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan. 2) Tahap

  

Perencanaan (Planning), pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan

  tentang: (1) Apa yang mereka pelajari? (2) Bagaimana mereka belajar? (3) Siapa dan melakukan apa? (4) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut? 3) Tahap

  

Penyelidikan (Investigation), yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa.

  Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan- permasalahan yang diselidiki, 2) masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, 3) siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat. Misalnya: 1) siswa menemukan cara-cara pembuktian sifat turunan fungsi aljabar yang bernilai konstan, 2) siswa mencoba cara-cara yang ditemukan dari hasil pengumpulan informasi terkait dengan topik bahasan yang diselidiki, dan 3) siswa berdiskusi, mengklarifikasi tiap cara atau langkah dalam pemecahan masalah tentang topik bahasan yang diselidiki. 4) Tahap Pengorganisasian (Organizing),yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut: 1) anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proteknya masing-masing, 2) mempresentasikannya, 3) wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi. 5) Tahap Presentasi (Presenting), yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: (1) penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian, (2) kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, (3) pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. Misalnya: 1) siswa yang bertugas untuk mewakili kelompok menyajikan hasil atau simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan, 2) siswa yang tidak sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan, 3) siswa mencatat topik yang disajikan oleh penyaji.6) Tahap evaluasi (evaluating) yaitu penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut: 1) siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman- pengalaman efektifnya, 2) guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, 3) penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa. Misalnya: 1) siswa merangkum dan mencatat setiap topik yang disajikan, 2) siswa menggabungkan tiap topik yang diinvestigasi dalam kelompoknya dan kelompok yang lain, 3) guru mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus.

  Menurut Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran GI, yaitu sebagai berikut:1. Secara pribadi, dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas, memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif, rasa percaya diri dapat lebih meningkat, dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah. 2. Secara Sosial / Kelompok, yaitu : meningkatkan belajar bekerja sama, belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru, belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis, belajar menghargai pendapat orang lain, meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan

  Berdasarkan langkah-langkah tersebut jelas bahwa model pembelajaran

Group Investigation (GI) jika diterapkan dalam mata pelajaran PKn sangat relevan.

Di mana jika model tersebut diterapkan pada materi pemerintahan otonomi daerah, maka siswa akan lebih mudah dalam menyampaikan ide-ide pokok yang berkaitan dengan materi tersebut.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK) dua siklus dengan menggunakan model rancangan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart . Model action research menurut Kemmis dan Taggart terdiri dari empat komponen yaitu: planning, Implementing, Observing, dan Reflecting. Tahap1: Menyusun rancangan tindakan (perencanaan) yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilaksanakan.Tahap 2: Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu dalam mengenakan tindakan di kelas.Tahap 3: Observasi, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat.Tahap 4: Refleksi, atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi.

  Waktu Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 pada bulan Agustus 2013 sampai dengan Desember 2013. Sedangkan Pasirian, Kabupaten Lumajang. Sebagai subyek penelitian adalah semua siswa kelas

  IX C SMP Negeri 01 Pasirian Kabupaten Lumajang yang berjumlah 32 siswa, yang terdiri dari siswa perempuan 20 orang dan siswa laki-laki berjumlah 12 orang.

  Teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi/pengamatan dan tes tulis. Observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas guru melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Pengamatan dilakukan dengan bantuan kolaborator dengan menggunakan lembar observasi yang berisi indikator-indikator proses pembelajaran dalam melaksanakan pengamatan di kelas. Lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi untuk memperoleh gambaran tentang pembelajaran dengan menggunakan model Group Investigation. Sedangkan tes tulis bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar terutama aspek kognitif dan merupakan rangkaian kegiatan dalam pembelajaran kooperatif. Tes dalam penelitian ini meliputi tes awal (pretes) dan akhir (postes) pada Tindakan I dan Tindakan II. Selanjutnya skor hasil tes pada Tindakan I dan II akan dianalisis dengan menentukan rata-ratanya untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus I

  Sebelum pelaksanaan tindakan disusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang menyusun instrumen penelitian , lembar soal ulangan. Pada pelaksanaan ini pembelajaran PKn pada materi pelaksanaan otonomi daerah di kelas IX C SMP Negeri 01 Pasirian kabupaten Lumajang, untuk siklus I dilaksanakan satu kali pertemuan pada hari Selasa, tanggal 17 September 2013, jam ke 4-5, pukul 09.15-10.45 WIB, dihadiri oleh 32 siswa. Proses pembelajaran tersebut terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

  Kegiatan pendahuluan guru mengadakan pretes. Guru memotivasi siswa dengan pertanyaan” contoh dalam kehidupan rumah tangga ada pembagian tugas diatur anggota keluarga”. Guru melanjutkan pertanyaan ‘Mengapa pembagian tugas antar anggota keluarga mendorong lahirnya rasa tanggung jawab dalam diri setiap anggota keluarga. Guru menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu “Pelaksanaan otonomi daerah”. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran saat itu. Guru mengeksplorasi pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan ” mengapa tumbuhnya rasa tanggung jawab akan menumbuhkan sikap disiplin dalam setiap melaksanakan kewenangan yang diperolehnya.

  Kegiatan Inti guru membagi peserta didik menjadi 7 kelompok, masing-

  masing kelompok beranggotakan 4-5 orang. Guru memanggil masing-masing ketua kelompok dan membagikan materi tugas yang berbeda pada masing-masing kelompok (jika dalam satu kelas terdapat 7 kelompok, maka guru menyiapkan 7 materi tugas yang berbeda). Guru meminta peserta didik membaca materi tugas dan memberikan waktu untuk bekerja dalam kelompok. Guru menjadi fasilitator dan moderator diskusi kelas, ketua kelompok dengan anggotanya menyampaikan dalam diskusi kelas. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi (penguatan berupa konsep-konsep penting), sementara siswa mencatat penguatan yang diberikan guru. Guru memberikan penjelasan singkat, sementara siswa mencatat penjelasan guru

  Kegiatan penutup, Guru memberikan evaluasi. Guru memberikan penugasan

  pada siswa, yaitu mengerjakan soal-soal evaluasi

  Guru melakukan pengamatan/observasi proses pembelajaran pada siklus I dengan menitik beratkan pada tahap-tahap antara lain 1) Grouping (Pengelompokan), 2)Planning (perencanaan), 3) Investigation (penyelidikan),

  

4)Organizing (pengorganisasian), 5)Presenting (presentasi), dan 6) Evaluating

  (evaluasi). Adapun hasil pengamatan tersebut antara lain: (1) siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan, (2) siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, (3) siswa sudah mulai tahu tentang apa yang mereka pelajari, Bagaimana mereka belajar, dan Siapa dan melakukan apa (4) siswa sudah mulai paham untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut,(5) siswa masih ada kesulitan dalam mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, (6) masing-masing anggota kelompok mulai dapat memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, (7) siswa mulai dapat bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat walaupun masih belum sempurna, (8) masih ada kelompok yang belum terlibat secara aktif sebagai pendengar yang mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan, dan (9) Hasil belajar baik. Berdasarkan hasil observasi/pengamatan yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan perlu ada perubahan treatment pada siklus II yaitu dengan memberikan bacaan tentang materi cara mengubah satuan panjang yang akan dibahas, pembagian kelompok dibuat heterogen dengan memperhitungkan tingkat kemampuan masing-masing siswa, dan menambah waktu pelaksanaan kegiatan.

  2. Siklus II

  Sebelum pelaksanaan tindakan disusun rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun instrumen penelitian, menyiapkan bacaan/wacana, dan lembar soal ulangan.

  Pada pelaksanaan ini pembelajaran Pkn pada materi kewenangan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah di kelas IX C SMP Negeri 01 Pasirian Kabupaten Lumajang, untuk siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan pada hari Selasa, tanggal 24 September 2013, jam ke 4-5, pukul 09.15-10.45 WIB, dihadiri oleh 32 siswa. Proses pembelajaran tersebut terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

  Kegiatan Pendahuluan, Guru mengadakan pretes Guru memotivasi siswa dengan pertanyaan”kewenangan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah”. Guru melanjutkan pertanyaan “hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota”. Guru menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu “kewenangan daerah dalam otonomi daerah”. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran saat itu. Guru mengeksplorasi pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan ”apa Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

  Kegiatan Inti Membagi peserta didik menjadi 7 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang. Guru memanggil masing-masing ketua kelompok dan membagikan materi tugas yang berbeda pada masing-masing materi tugas yang berbeda). Guru meminta peserta didik membaca materi tugas dan memberikan waktu untuk bekerja dalam kelompok. Guru menjadi fasilitator dan moderator diskusi kelas, ketua kelompok dengan anggotanya menyampaikan dalam diskusi kelas. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi (penguatan berupa konsep-konsep penting), sementara siswa mencatat penguatan yang diberikan guru. Guru memberikan penjelasan singkat, sementara siswa mencatat penjelasan guru

  Guru melakukan pengamatan/observasi proses pembelajaran pada siklus II dengan menitik beratkan pada tahap-tahap antara lain 1) Grouping (Pengelompokan), 2)Planning (perencanaan), 3) Investigation (penyelidikan),

4)Organizing (pengorganisasian), 5)Presenting (presentasi), dan 6) Evaluating

  (evaluasi). Adapun hasil pengamatan tersebut antara lain: (1) siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan, (2) siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, (3) siswa sudah paham tentang apa yang mereka pelajari, Bagaimana mereka belajar, dan Siapa dan melakukan apa, (4) siswa sudah paham untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut, (5) siswa sudah dapat mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, (6) masing-masing anggota kelompok dapat memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, (7) hampir semua siswa mulai dapat bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat, (8) masing-masing kelompok yang sudah terlibat secara aktif sebagai pendengar yang mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan, dan (9) Hasil belajar ada peningkatan. Berdasarkan hasil observasi/pengamatan yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan perlu ada perubahan treatment pada siklus II yaitu dengan membagi kelompok secara heterogen, dengan memperhitungkan tingkat kemampuan masing- masing siswa, dan menambah waktu pelaksanaan kegiatan, maka hasil belajar siswa dapat meningkat.

  Rata-rata hasil belajar awal diketahui sebesar 53,13 dengan perincian 5 siswa (16%) memperoleh nilai ≥70 dan 27 siswa (84%) memperoleh nilai ≤ 70 (di bawah KKM).

  Data hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh sebelum dan setelah proses pembelajaran yang dilaksanakan pada akhir siklus I dapat diketahui rata-rata pretes siklus I sebesar 54,69. Dan terjadi peningkatan pada rata-rata postes sebesar 69,53 sehingga terdapat peningkatan sebesar 14,84.

  Rekapitulasi nilai pretes dan postes pada siklus I, dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Pretes dan Postes Siklus I

  Postes Pretes

  No Kriteria Nilai Kualifikasi f % f %

  • 1.
  • Sangat Baik - 85-100 - 2. 70-84 Baik

  7

  22

  23

  72 3. 55-69 Cukup

  4

  12

  9

  28 4. 40-54

  21 Kurang 66 - - 5.

  • 0-39 SangatKurang

  Jumlah 32 100 32 100 Catatan: Jumlah siswa 32 orang Berdasarkan tabel 1 diketahui rekapitulasi nilai pretes dari 32 siswa terdapat 7 siswa (22%) mendapat nilai baik, 4 siswa (12%) mendapat nilai cukup, dan 21 siswa (66%) mendapat nilai kurang. Sedangkan dari hasil postes diketahui 23 siswa (72%) mendapat nilai baik dan 9 siswa (28%) mendapat nilai cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan hasil belajar pada siklus I termasuk kategori baik.

  Data hasil belajar siswa diperoleh dari pretes sebelum pembelajaran dan postes (setelah proses pembelajaran) pada siklus II dapat diketahui rata-rata pretes siklus II sebesar 63,13. Dan terjadi peningkatan pada rata-rata postes sebesar 80,31 sehingga terdapat peningkatan sebesar 17,18.

  Rekapitulasi nilai pretes dan postes pada siklus II, yang dapat dilihat pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Rekapitulasi Nilai Pretes dan Postes siklus II

  Postes Pretes

  No Kriteria Nilai Kualifikasi f % f %

  1. 85-100 Sangat Baik

  15 - 47 - 2. 70-84 Baik

  12

  38

  17

  53

  12 38 - 4. 40-54 Kurang

  • 3. 55-69 Cukup

  8

  24 - - 5. 0-39

  • SangatKurang

  Jumlah 32 100 32 100 Catatan: Jumlah siswa 32 orang

  Berdasarkan tabel 2 tersebut dapat diketahui nilai pretes pada siklus II bahwa dari 32 siswa terdapat 12 siswa (38%) mendapat nilai baik , 12 siswa (38%) mendapat nilai cukup dan 8 siswa (24%) nilai kurang. Terjadi peningkatan nilai postes dari 32 siswa, ada 15 siswa (47%) mendapat nilai sangat baik , 17 siswa (53%) mendapat nilai baik. Sehingga dapat disimpulkan hasil belajar siklus II termasuk kategori sangat baik.

  Hal ini terjadi karena siswa sangat senang jika pelajaran PKn diajarkan dengan model Group Investigation (GI) membuat mereka lebih mudah memahami materi dan membuat pelajaran PKn yang semula sifatnya hafalan/verbalistik berubah menjadi lebih asyik, mudah, dan menyenangkan.

  Rata-rata hasil belajar siswa kelas IX C SMP Negeri 01 Pasirian pada siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Rata-rata Hasil Belajar

  TES SIKLUS I SIKLUS II Pretes 54,69 63,13

  Postes 69,53 80,31 Hasil Belajar 14,84 17,18 Berdasarkan paparan data di atas, berikut ini dikemukakan temuan penelitian pada setiap tindakan siklus I dan II:

  1) Temuan penelitian pada siklus I adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa dimana rata-rata pada saat pretes 54,69 meningkat menjadi 69,53 sehingga antara lain: (1) siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan, (2) siswa bergabung pada kelompok- kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, (3) siswa sudah mulai tahu tentang apa yang mereka pelajari, Bagaimana mereka belajar, dan Siapa dan melakukan apa (4) siswa sudah mulai paham untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut,(5) siswa masih ada kesulitan dalam mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, (6) masing-masing anggota kelompok mulai dapat memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, (7) siswa mulai dapat bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat walaupun masih belum sempurna, (8) masih ada kelompok yang belum terlibat secara aktif sebagai pendengar yang mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan, dan (9) Hasil belajar baik. 2) Temuan pada siklus II peningkatan hasil belajar PKn terjadi karena para siswa telah memahami tahap-tahap pembelajaran group investigation yang antara lain meliputi: 1) Grouping (Pengelompokan), 2)Planning (perencanaan), 3)

  Investigation (penyelidikan), 4)Organizing (pengorganisasian), 5)Presenting

  (presentasi), dan 6) Evaluating (evaluasi). Adapun hasil pengamatan tersebut antara lain: (1) siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan, (2) siswa bergabung pada kelompok- kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, (3) siswa sudah paham tentang apa yang mereka pelajari, Bagaimana mereka belajar, dan Siapa dan melakukan apa, (4) siswa sudah paham untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut, (5) siswa sudah dapat mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, (6) masing-masing anggota kelompok dapat memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, (7) hampir semua siswa mulai dapat bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat, (8) masing-masing kelompok yang sudah terlibat secara aktif sebagai pendengar yang mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan, dan (9) Hasil belajar ada peningkatan.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan di depan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Bahwa dengan menerapkan model Group Investigation

  

(GI) dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada materi pelaksanaan otonomi

  daerah. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar yang dihasilkan selama mengerjakan soal ulangan pada siklus I dari rata-rata pretes 54,69 meningkat menjadi 69,53 pada saat postes. Siklus II terjadi peningkatan hasil belajar PKn yaitu dari rata-rata pretes 63,13 meningkat menjadi 80,31. Peningkatan hasil. belajar siklus I dari 69,53 menjadi 80,31 pada siklus II sehingga terjadi peningkatan sebesar 10,78. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

  

Group Investigation (GI) efektif dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada materi

pelaksanaan otonomi daerah di kelas IX C SMP Negeri 01 Pasirian.

  Saran

  Melalui hasil temuan dalam riset ini dapat digunakan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi guru tentang penggunaan model pembelajaran group

  

investigation dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa memahami materi

  PKn. Hal ini penting untuk diketahui bahwa dengan kegiatan pembelajaran group

  

investigation apabila dikelola dengan tepat dapat digunakan untuk memusatkan

  perhatian siswa, dapat digunakan untuk menghubungkan prinsip-prinsip yang diperoleh di dalam kelas dengan situasi dunia nyata, dapat digunakan sebagai tantangan dalam usaha membangkitkan penalaran siswa, dan sangat fleksibel, sehingga dapat diubah dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu seorang guru hendaknya perlu memikirkan bagaimana cara supaya materi pelajaran dapat diterima dan dipahami dengan mudah oleh siswa.

  DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

  Chotimah, Husnul. 2007. Model-model Pembelajaran PTK. Malang:Yayasan Pendidikan UM. Depdiknas.2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Depdikbud. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Jakarta: Depdikbud. Hasibuan & Moedjiono 2002. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Malang.

  Departemen Pendidikan Nasional

Dokumen yang terkait

METODE PENELITIAN - UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN MELALUI LS Oleh: Kukuh Jumi Adi – JURNAL JP3

0 0 15

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR DALAM MODEL MATEMATIKA SIRKULASI ALBUMIN RADIOAKTIF-I131 Oleh: ANDRIYANI – JURNAL JP3

0 9 12

Metode Penelitian - HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI STKIP PGRI LUMAJANG – JURNAL JP3

0 0 8

UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN SISWA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA – JURNAL JP3

0 0 10

USING MIND-MAPPING STRATEGY TO IMPROVE THE ACHIEVEMENT OF STUDENTS IN WRITING RECOUNT TEXT (AN ACTION RESEARCH DONE AT SMPN I KENCONG) – JURNAL JP3

0 0 13

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR MELALUI TEKNIK OBSERVATION VISITS DI SMPN 1 PUGER – JURNAL JP3

0 0 11

Peningkatan Aktivitas Belajar Sejarah Pokok Bahasan “Organisasi Gerakan Non Blok, Asean Dan Oki” Melalui Pendekatan Kontekstual Model Kooperatif – JURNAL JP3

0 0 14

PENYIMPANGAN PERILAKU SISWA DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI DI SMP NEGERI 1 KEDUNGJAJANG LUMAJANG) Oleh: Husni Mahrus (SMP Negeri 1 Kedungjajang) – JURNAL JP3

0 0 12

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA KESEHATAN MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING SISWA KELAS VIII-A SMPN 1 KEDUNGJAJANG. Oleh: Suhasan (SMPN 1 Kedungjajang Lumajang) – JURNAL JP3

0 0 7

METODE PENELITIAN - EVALUASI KINERJA GURU EKONOMI (STUDI KOMPARASI DI SEKOLAH KEMENDIKBUD DAN SEKOLAH KEMENAG) Oleh: RONI WIRANATA – JURNAL JP3

0 0 10