keragaman siswa keragaman siswa keragaman siswa

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam berbagai aspek perkembangan individu, ada dua fakta yang menonjol, yaitu
pertama,

semua

manusia

mempunyai

unsur-unsur

kesamaan

di

dalam


pola

perkembangannya dan kedua, di dalam pola yang bersifat umum tiap-tiap individu
mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan individu menurut Landgren (1980: 578)
menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik-motorik, kognitif, maupun
sosio-emosional. Setiap manusia mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan yang
berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi dari berbagai faktor, yaitu faktor dari dalam (faktor
yang ada dalam diri manusia itu sendiri, faktor hereditas:bawaan/warisan) dan faktor luar
(faktor lingkungan). Dengan faktor bawaan tertentu dan disertai dengan faktor lngkungan
yang tertentu pula maka akan menghasilkan pola pertumbuhan dan perkembangan
tertentu pula.
Pada proses pembelajaran, guru tidak cukup hanya dengan menyampaikan materi
pelajaran saja atau yang biasa disebut dengan transfer ilmu. Sebab, di dalam
pembelajaran atau pendidikan, ada empat aspek penilaian yang harus dilakukan guru
terhadap siswanya yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Oleh karena
itu, demi terwujudnya tujuan belajar dengan hasil yang optimal, guru perlu mengenal
masing-masing siswa, dimana setiap siswa merupakan makhluk yang unik, secara lebih
dekat.
Untuk dapat mengenal siswa lebih dekat maka guru perlu mengetahui hal-hal apa
saja yang membedakan siswa satu dengan siswa yang lainnya. Untuk itu, mahasiswa

calon guru sangat perlu untuk memahami materi mengenal individu siswa supaya kelak
ketika menjadi guru dapat dengan tepat menentukan materi, metode, dan tehnik
penyampaian materi yang sesuai dengan kondisi siswa yang beragam di kelas dengan
harapan tujuan belajar dapat terwujud dengan hasil yang optimal.

KERAGAMAN SISWA

Page 1

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana keberagaman siswa itu?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui keberagaman siswa.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 INTELIGENSI
Kata inteligensi adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu “inteligensia“.
Sedangkan kata “inteligensia“ berasal dari kata inter dan lego, “inter” berarti diantara,

sedangkan lego berarti memilih. Sehingga inteligensi pada mulanya mempunyai
pengertian kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap fakta atau kebenaran.
Inteligensi berasal dari kata latin “intelligere” yang berarti menghubungkan atau
menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to bind together). Masyarakat umum

KERAGAMAN SISWA

Page 2

mengenal inteligensi sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran,
ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi.
Inteligensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi
pada, dan belajar dari, pengalaman hidup sehari-hari. Minat terhadap inteligensi sering
kali difokuskan pada perbedaan individual dan penilaian individual.
A. Definisi Inteligensi Menurut Para Ahli
1.

Anita E. Woolfolk (1995) mengemukakan bahwa menurut teori-teori lama,
inteligensi itu meliputi tiga pengertian, yaitu : (1). Kemampuan untuk belajar. (2).
Keseluruh pengetahuan yang di peroleh. (3). Kemampuan untuk beradaptasi


2.

secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya.
Menurut Howard Gardner inteligensi adalah (1) Kemampuan memecahkan
masalah yang muncul dalam kehidupan nyata. (2) Kemampuan melahirkan
masalah baru untuk dipecahkan. (3) Kemampuan menyiapkan atau menawarkan

3.

suatu layanan yang bermakna dalam kehidupan kultur tertentu.
Santrock (2008) Intelegensi (kecerdasan) adalah keterampilan menyelesaikan
masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup
sehari-hari.

B. Faktor yang memengaruhi kecerdasan, yaitu:
1. Faktor Bawaan atau Biologis
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas
kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain
ditentukan oleh faktor bawaan.

2. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu.
3. Faktor Pembentukan atau Lingkungan

KERAGAMAN SISWA

Page 3

Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan inteligensi.
4. Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan.
5. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam
memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
C. Tes Inteligensi Individual
Tes inteligensi individual pertama kali dikembangkan oleh psikolog Alfred

Binet dan dibantu oleh mahasiswanya Theopild Simon. Binet dan Simon
mengembangkan konsep mental age (MA) atau usia mental yakni level perkembangan
individu yang berkaitan dengan perkembangan lain. Tak lama kemudian, William
Stern menciptakan konsep Intelligence Quotient (IQ), yaitu usia mental seseorang
dibagi dengan usia kronologis dikalikan dengan 100. Jika usia mental sama dengan
usia kronologis maka IQ orang itu sama dengan 100. Jika usia mental seseorang lebih
dari usia kronologis maka IQ orang itu lebih dari 100. Jika usia mentalnya kurang dari
usia kronologis maka IQ orang itu akan kurang dari 100. Tes Binet ini selanjutnya
direvisi dan revisi terakhir yang sampai sekarang banyak dipakai untuk mengukur
inteligensi murid adalah Standford-Binet.
Selain standford-binet, tes lain yang bisa digunakan untuk mengukur
inteligensi seseorang adalah skala wechsler yang dikembangkan oleh David Wechsler.
Tes ini digunakan selain untuk menunjukkan IQ secara keseluruhan juga
menunjukkan IQ verbal dan IQ kinerja
.
D. Teori-Teori Inteligensi
1. Teori Dua Faktor ( Charles Sperman)
Charles E Spearman (1836) merupakan murid dari Wundt. Ia memulai
karirnya sebagai seorang psikolog. Teori yang dikemukakan oleh Charles R
Spearman adalah teori “ Two factors “. Menurut Charles, inteligensi terdiri dari


KERAGAMAN SISWA

Page 4

kemampuan umum yang disimbolkan sebagai

“g” yaitu general factor dan

kemampuan khusus yang disimbolkan sebagai “s” atau specific factor.
Teori ini berawal dari analisis korelasional yang dilakukannya terhadap skor
seperangkat tes yang memilki tujuan serta fungsi ukur yang berlainan. Hasil dari
analisis yang dilakukan oleh Charles menyatakan adanya interkorelasi positif di
antara tes-tes tersebut. Tes-tes tersebut mengukur suatu faktor umum yang sama,
dan faktor inilah yang disebut sebagai general factor. Namun, selain terdapat faktor
umum terdapat juga faktor khusus/spesifik yang hanya diukur oleh tes tertentu saja
yang disebut dengan specific factor.Spearman menyatakan bahwa kecerdasan
terbagi menjadi dua faktor, yaitu faktor-G dan faktor-S. Konsep Spearman disebut
sebagai kecerdasan umum atau faktor G dapat menentukan sama ada seseorang itu
pandai atau bodoh. Setelah menggunakan teknik yang dikenali dengan analisis

faktor untuk menyimak sejumlah ujian bakat mental, Spearman menyimpulkan
bahwa skor ujian yang sangat mirip.


Kelebihan teori dua faktor yang dikemukakan Spearman :
Orang yang menjalani ujian kognitif dengan baik cenderung
mempunyai prestasi yang baik pada ujian lain, Spearman membuat
kesimpulan bahawa kecerdasan adalah kemampuan umum kognitif yang dapat
diukur dan dinyatakan secara numerik (Spearman, 1904).



Kelemahan dari teori dua faktor oleh Spearman :
Sementara mereka yang menunjukkan keputusan buruk pada satu ujian
skor akan cenderung menjadi buruk pada ujian yang lain. Dalam pengamatan
ini, Spearman mencatat bahawa semua ujian kemampuan mental berkorelasi
positif. Spearman mendapati bahawa orang yang mendapat skor tinggi pada
ujian IQ atau ujian kemampuan mental selalunya akan mempunyai skor lebih
tinggi pada jenis ujian yang lain manakala orang yang mendapat skor yang
lebih rendah umumnya mempunyai skor rendah juga pada ujian lain. Faktor

kedua Charles Spearman dikenalpasti adalah faktor khusus. Faktor khusus ini
yang berkaitan dengan kemampuan unik yang memerlukan ujian tertentu yang
berbeda-beda dalam ujian untuk mengujinya. Spearman dan para pengikutnya
menyatakan kecerdasan umum jauh lebih penting daripada faktor tertentu.

KERAGAMAN SISWA

Page 5

2. Teori Primary Mental Abilities (Louis L. Thurstone)
L. L. Thurston tidak menerima wujudnya faktor-G. Beliau tidak menerima
wujudnya kecerdasan umum tetapi yang ada hanyalah faktor yang berbagai
(lainnya).


Kelebihan teori yang dikemukakan Thurstone :
1. Mampu untuk memahami bahasa verbal, berfikir verbal dan menangkap
hubungan antara konsep.
2. Mampu mengutarakan ide yang ada di fikiran dengan kata-kata.
3. Mampu

Untuk menggunakan fikiran melalui angka-angka, dan
memperhitungkan secara cepat serta tepat bahan-bahan yang sifatnya
kuantitatif.
4. Mampu untuk melihat dimensi, mengimaginasikan bentuk akhir sesuatu
objek dengan melihat pelannya.
5. Mampu untuk mengingati hal-hal yang dialami atau yang dipelajari
sebelumnya.
6. Mampu untuk mengenali persamaan dan perbedaan antara objek-objek atau
simbol-simbol secara pantas dan teliti serta dapat menentukan yang paling
penting dan yang tidak penting.
7. Mampu untuk memecahkan persoalan-persoalan secara logik, kemampuan
membuat abstraksi dan kemampuan menangkap perhubungan di antara dua



hal.
Kelemahan dari alat uji kecerdasan ini
Terdapat bias budaya, bahasa dan lingkungan yang memengaruhinya.
Kekecewaan terhadap tes IQ konvensional menimbulkan pengembangan
sejumlah teori alternatif, yang semuanya menegaskan bahwa kecerdasan

adalah hasil dari sejumlah kemampuan independen yang berkonstribusi secara
unik terhadap tampilan manusia.

3.Teori Multiple Intelligence (Howard Gardner)
Di dalam teori multiple intelligences, Dr. Howard Gardner membagi
kecerdasan manusia dalam 8 jenis kecerdasan, yaitu :
1.

Kecerdasan Linguistik adalah kemampuan untuk membaca, menulis dan
berkomunikasi. Anak-anak dengan kemampuan linguistik di atas rata-rata,
tidak akan memiliki kesulitan dalam berbahasa, baik verbal maupun tulisan.

KERAGAMAN SISWA

Page 6

2.

Kecerdasan Logis-Matematis adalah kemampuan untuk menganalis masalah
secara logis, dan sistematis, menemukan atau menciptakan rumus-rumus atau

3.

pola matematika dan menyelidiki sesuatu secara ilmiah.
Kecerdasan Visual-Spasial adalah kemampuan untuk berpikir melalui gambar,
memvisualisasikan hasil
penglihatan.

4.

masa depan, mengimajinasikan sesuatu dengan

Kecerdasan jenis ini memungkinkan orang membayangkan

bentuk geometri atau tiga dimensi dengan lebih mudah.
Kecerdasan Musikal adalah kemampuan untuk mengkomposisikan musik,
menyanyi dan menghargai musik serta memiliki kepekaan terhadap irama.
Anak-anak dengan kecerdasan musikal yang menonjol tampak dari
kemampuan mereka untuk mengenali dan mengingat nada-nada dengan

5.

mudah.
Kecerdasan Kinestetis-Badan adalah kemampuan untuk menggunakan badan
secara terampil. Anak-anak dengan

6.

kecerdasan jenis ini, secara alamiah

memiliki tubuh yang atletis dan memiliki ketrampilan fisik.
Kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan untuk bisa memahami dan
berkomunikasi dengan orang lain, serta melihat perbedaan orang lain dari segi
suasana hati, temperamen dan motivasi.

Kecerdasan Interpersonal adalah

kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan orang lain, memiliki empati
7.

dan pengertian, menghayati motivasi dan tujuan seseorang.
Kecerdasan Intrapersonal merupakan kemampuan seseorang untuk memahami
diri sendiri, mengetahui siapa dirinya, apa yang dapat ia lakukan, apa yang
ingin ia lakukan, bagaimana reaksi diri sendiri terhadap suatu situasi, dan
memahami situasi seperti apa yang sebaiknya ia hindari serta mengarahkan

8.

dan mengintrospeksi diri.
Kecerdasan Naturalis adalah kemampuan untuk merasakan bentuk-bentuk
serta menghubungkan elemen-elemen yang ada di alam. Individu-individu
dengan kecerdasan naturalis yang tinggi sangat berminat pada lingkungan



bumi dan spesies.
Keunggulan teori Multiple Intelligence adalah:
1. Aktivitas pengajaran yang disesuaikan dengan ragam kecerdasan yang
dimiliki oleh siswa sedikit banyak telah memunculkan semangat belajar dan
rasa percaya diri pada setiap siswa. Siswa digali kreativitasnya agar mereka
dapat mempelajari pelajaran sesuai dengan talenta yang ada pada mereka,
misalnya melalui lagu, pantun, puisi, drama dan lain-lain.

KERAGAMAN SISWA

Page 7

2. Melalui penerapan teori Multiple Intelligence dalam pembelajaran fisika
misalnya telah menggugurkan anggapan bahwa pelajaran fisika (misal) itu
sulit dan tidak menyenangkan. Karena melalui teori ini guru memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk mempelajari fisika sesuai dengan
ragam kecerdasan yang dimilikinya.
3. Siswa belajar untuk lebih menggali potensi yang ada pada dirinya dan dapat
lebih menghargai talenta yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya.siswa
juga belajar untuk menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing,
misalnya siswa yang biasanya dianggap bodoh karena selalu mendapat nilai
buruk dalam pelajaran ternyata mampu membuat puisi dan menggubah
syair lagu dengan konsep-konsep yang ada pada pelajaran tersebut dengan
sangat indah.meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa dalam bentuk
interaksi baik antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa
lainnya.


Kelemahan/kendala
1. Sedikitnya waktu pembelajaran yang tersedia sedangkan materi yang harus
diajarkan sangat banyak. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
dikatakan bahwa guru memiliki kewenangan untuk memilih materimateri
esensial yang akan diajarkan kepada siswanya, sedangkan kenyataannya
adalah masih adanya tes bagi siswa (ujian nasional dan ujian sekolah
contohnya), dengan soal-soal yang notabene bukan berasal dari guru yang
bersangkutan. Sedang pemahaman tentang materi mana yang dianggap
esensial dan materi mana yang kurang esensial bagi setiap guru bisa saja
berbeda-beda. Akhirnya, mau tidak mau guru harus mengajarkan semua
materi yang ada dalam buku paket.
2. Penerapan teori Multiple Intelligence

dalam

ruang

kelas

juga

memungkinkan terjadinya diskusi hangat dalam kelas. Adakalanya siswa
berteriak atau bertepuk tangan untuk mengungkapkan kegembiraannya
ketika mereka mampu memecahkan suatu masalah. Hal ini juga dapat
menggangu konsentrasi guru dan siswa yang berada di kelas lain.
3. Adanya keengganan dari para guru untuk mengubah paradigma lama dalam
pendidikan. Kebanyakan guru sudah merasa nyaman dengan metode
ceramah sehingga mereka enggan untuk mencoba hal-hal yang baru karena
dianggap merepotkan.
4. Teori Multifactors Theory/ Teori Struktur Intelek (Guilford)
KERAGAMAN SISWA

Page 8

Guilford berpendapat bahwa inteligensi itu dapat dilihat dari tiga kategori
dasar atau “faces of intellect”, yaitu sebagai berikut:
a. Operasi Mental (Proses Berpikir)
b. Content (Isi yang Dipikirkan)
c. Product (Hasil Berpikir)

Kelebihan Teori Guilford
Kelebihan dari penerapan teori ini ialah dapat memaksimalkan semua
potensi yang ada terutama dalam proses berfikir yang lebih kompleks
(divergen)


Kekurangan Teori Guilford
Bila digunakan kepada anak-anak atau siswa yang terbiasa dengan
menggunakan pola berfikir konvergen yang menyebabkan anak tersebut
mengalami kebingungan. Karena dalam pola berfikir konfergen selalu
meminta jawaban yang paling benar.

E. Pengukuran Intelegensi
Tingkat intelegensi seseorang tidak dapat diketahui hanya berdasarkan
perkiraan melalui pengamatan, melainkan harus diukur dengan menggunakan alat
khusus yang dinamakan tes intelegensi atau Intelligence Quotient (IQ). Walgito
(1997) (dalam Khadijah, 2009 : 92) mengemukakan bahwa orang yang dapat
dipandang sebagai orang yang pertama menciptakan tes intelegensi adalah Binet.
1. Tes Binet
 Konsep mental age (MA)
 Dikembangkan lagi oleh Stern yang dikenal IQ
MA = Mental Age, usia mental: tingkat
kemampuan mental seseorang.

IQ =

X 100

CA = Cronological Age, usia kronologis: umur
berdasarkan hitungan waktu (kalender).

 Klasifikasi IQ menurut Binet:

KERAGAMAN SISWA

KLASIFIKASI

IQ

Genius

140 ke atas

Page 9

Sangat cerdas

130 – 139

Cerdas (superior)

120 – 129

Di atas rata-rata

110 – 119

Rata-rata

90 – 109

Di bawah rata-rata

80 – 89

Garis Batas (bodoh)

70 – 79

Moron (lemah pikir)

50 – 69

Imbisil,idiot

49 ke bawah

2. Skala Wechsler
 Weshsler Pre school and Primary scale of Intellegensi Revised (WPPSI-R)
untuk menguji anak usia 4-6,5 tahun
 Weshsler Intellegensi Scale for Children- Revised (WISC-R) untuk anak dan
remaja dari usia 6-16 tahun
 Weshsler Adult Intellegensi Scale-Revised (WAIS-R) untuk orang dewasa.
 Klasifikasi IQ menurut Wechsler:

KLASIFIKASI

IQ

Very

130 ke atas

Superior
Superior

120 –129

Bright

110 –119

Normal

KERAGAMAN SISWA

Average

90 – 109

Dull Normal

80 – 89

Page 10

Borderline

70 –79

Mental

69 ke

Deffective

bawah

F. Emotional Intelligence
Emotional Intelligence atau sering disebut Emotional Quotient (EQ) adalah
kecerdasan emosional yang mencakup kesadaran diri, pengendalian dorongan hati,
ketekunan, semangat atau motivasi diri, empati, dan kecakapan sosial.
Menurut Goleman, emotional intelligence terdiri dari 4 area :
1.

Developing emotional, seperti : kemampuan untuk memisahkan perasaa dari

tindakan.
2. Managing emotions, seperti : mampu untuk mengendalikan amarah.
3. Reading emotions, seperti : memahami perspektif orang lain.
4. Handing relationships, seperti : kemampuan untuk memecahkan problem
hubungan.
Kecerdasan emosi (EQ) yang tinggi berbicara menggenai tidak mudah takut
ataupun gelisah, mudah bergaul, mampu melibatkan diri dengan orang lain atau
dengan permasalahan, tanggung jawabdan simpatik, erat dalam hubungan social.
Daniel Goleman mengungkapkan mengapa orang ber-IQ tinggi gagal dan orang
yang ber-IQ sedang-sedang menjadi berhasil. Hal ini disebabkan oleh satu faktor
penting, yang selama ini selalu diabaikan, yaitu faktor EQ. Kecerdasan emosional ini
memiliki ciri-ciri yang menandai orang yang menonjol dalam hubungan interpersonal
yang dekat dan hangat, penyesuaian dan pengendalian diri yang baik (dalam hal
emosi, perasaan, frustrasi), menjadi bintang di pergaulan linkungan sosial dan dunia
kerja. Seandainya seorang yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah maka
dia akan mengalami kesulitan bergaul (sulit berteman), kesulitan mendapat pekerjaan,
kesulitan perkawinan, kecanggungan mendidik anak, memburuknya kesehatan, dan

KERAGAMAN SISWA

Page 11

akhirnya

menghambat perkembangan intelektual dan menghancurkan karir.

Barangkali kerugian terbesar diderita oleh anak-anak, yaitu dapat terjerumus stres,
depresi, gangguan makan, kehamilan yang tak diinginkan, agresivitas, dan kejahatan
dengan kekerasan.
Dalam lingkungan sosial, orang yang berhasil belum tentu orang yang waktu
masih sebagai siswa yang mempunyai nilai sekolah yang baik sekali, juga belum tentu
yang keluaran dari sekolah favourit/terkenal. Mereka yang berhasil adalah
kebanyakan dari mereka yang dalam memanfaatkan dan mengembangkan faktor EQ
dalam hubungan sosial. Seperti : penghargaan satu dengan yang lainnya, kesadaran
diri, pengendalian diri, kesabaran, sikap halus (lembut), optimistik, dan lain-lain.
Disini digunakan kata memanfaatkan dan mengembangkan seperti disebutkan diatas
karena EQ itu selain dipengaruhi oleh faktor keturunan (nature) juga dipengaruhi
oleh faktor belajar/setelah lahir (nurture).
G. Spiritual Inteligensi
“Kemampuan yang membuat seseorang mampu melakukan integrasi
kehidupannya yang mencakup arti hidup, tujuan hidup dan motivasi untuk hidup”.
(Zohar dan Marshall, 1997).
Kecerdasan spiritual atau yang biasa dikenal dengan SQ (bahasa Inggris:
spiritual quotient) adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk
mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk
menerapkan nilai-nilai positif.
SQ merupakan fasilitas yang membantu seseorang untuk mengatasi persoalan
dan berdamai dengan persoalannya itu. Ciri utama dari SQ ini ditunjukkan dengan
kesadaran seseorang untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk penerapan
nilai dan makna.
Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan
kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan
dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan,
mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan

KERAGAMAN SISWA

Page 12

antara berbagai hal, mandiri, serta pada akhirnya membuat seseorang mengerti akan
makna hidupnya.
2.2 GAYA BELAJAR
Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar adalah kombinasi dari
menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar
berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual
modality).
A. Pengertian Gaya Belajar dan Macam-macam Gaya Belajar:
1. VISUAL (Visual Learners)
Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman
penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar
mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat
dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya.
 Karakteristik belajar visual
1. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara
visual untuk mengetahuinya atau memahaminya
2. kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna
3. ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik
4. keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung
5. kelima terlalu reaktif terhadap suara
6. keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan
7. ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
 Ciri-ciri gaya belajar visual ini yaitu :
1. Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
2. Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
3. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat
teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
4. Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang
lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
5. Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
6. Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
KERAGAMAN SISWA

Page 13

7. Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu
2. AUDITORI (Auditory Learners )
Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran
untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini
benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi
atau pengetahuan. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah
semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki
kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga
memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
 Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu :
1. Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi
yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
2.

Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/
radio

3. Cenderung banyak omong
4.

Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik
karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya

5. Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
6. Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
7.

Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya,
seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll

3. KINESTETIK (Kinesthetic Learners)
Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang
bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa
mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini
yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan
tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya.

KERAGAMAN SISWA

Page 14

Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya

ini bisa

menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
 Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik yaitu :
1. Menyentuh segala sesuatu yang dijumapinya, termasuk saat belajar
2. Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
3. Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh:
saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya
4.
5.
6.
7.

asyik menggambar
Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing
Menyukai praktek/ percobaan
Menyukai permainan dan aktivitas fisik

2.3 KEPRIBADIAN DAN TEMPRAMEN
Kepribadian atau personalitas ialah pemikiran, emosi dan perilaku tertentu yang
menjadi ciri dari seseorang menghadapi dunianya. Kepribadian mencakup lima hal yang
menjadi ciri bawaan yang menonjol yakni, openness (keterbukaan terhadap
pengalaman), conscientiousness (kepatuhan), extraversion (keterbukaan terhadap orang
lain), agreebleness (kepekaan nurani), neoroticism (stabilitas emosional).
Dalam konteks pembelajaran, guru harus dapat mendalami dan memahami
keanekaragaman karakteristik kepribadian muridnya. Dengan demikian, kegiatan
pembelajaran menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan walau dijalankan dalam
situasi yang beragam.
A. Definisi Menurut Para Ahli
1. Menurut Horton (1982:12), pengertian kepribadian adalah keseluruhan sikap,
perasaan, ekspresi, dan temperamen seseorang. Sikap, perasaan, ekspresi, dan
temperamen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika dihadapkan pada
situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan berprilaku yang baku,
atau berpola dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya. Sedangkan
pengertian kepribadian menurut
2. Schaefer dan Lamm (1998:97) adalah sebagai keseluruhan pola sikap,
kebutuhan, ciri-ciri khas, dan perilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah
menjadi standar atau baku, berlaku terus-menerus secara konsisten dalam
menghadapi situasi yang dihadapi. Pola perilaku dengan demikian juga
merupakan perilaku yang sudah baku, yang cenderung ditampilkan seseorang jika

KERAGAMAN SISWA

Page 15

ia dihadapkan pada situasi kehidupan tertentu. Orang yang pada dasarnya pemalu
cenderung menghindarkan diri dari kontak mata dengan lawan bicaranya.
B. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian.
Menurut Purwanto (2006)
1. Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani,
atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan,
pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan,
dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak
dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita
lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani
yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang
merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut
memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang.
2. Faktor Sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni manusiamanusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor
sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan
sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu.
Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya.
Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan anak,
peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian
selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh
yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak.
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah
sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal
ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama,
pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas

KERAGAMAN SISWA

Page 16

pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya
pengaruh itu diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin
besar seorang anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin
besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh
terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian.
3. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang
tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu
dibesarkan.
C. Definisi Temperamen Menurut Para Tokoh
1. Menurut Allport (1937) temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat
emosi individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi,
kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala
cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada
faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan.
2. Menurut G. Edwald mengartikan temperamen adalah konstitusi psikis yang
berhubungan dengan konstitusi jasmani. Di sini peranan keturunan memainkan
peranan penting, sedangkan pengaruh pendidikan dan lingkungan tidak ada.
Dalam kaitan dengan watak, G. Ewald lebih melihat temperamen sebagai yang
tetap seumur hidup, yang tak mengalami perkembangan, karena temperamen
bergantung pada konstelasi hormon-hormon, sedangkan konstelasi hormonhormon itu tetap selama hidup.
D. Jenis Temperamen
1. Sanguine
Seseorang yang memiliki tipe sanguine adalah orang yang ramah dan hangat,
berusaha menyenangkan hati orang lain, supel dalam bergaul, kehadirannya
meramaikan suasana, mudah tertawa tapi mudah pula terharu. Tetapi orang jenis ini
punya kekurangan, seperti sembrono, sering berbohong/membual, kurang bisa
diandalkan dalam melaksanakan tanggung jawabnya, kurang berpikir panjang,

KERAGAMAN SISWA

Page 17

kurang tekun, jika dimarahi dia akan menangis tersedu-sedu tetapi ia akan
langsung melupakannya.

2. Melankolis
Seseorang yang memiliki tipe melankolis ini adalah orang yang tekun dalam
melakukan sesuatu, berbakat, pefeksionis, suka yang indah-indah, setia, biasanya
tanpa disuruh dia akan langsung mengerjakan tugasnya, sangat menjaga barang
pribadi, hanya dengan disindir saja dia sudah langsung tahu letak kesalahannya dan
berusaha untuk memperbaikinya. Tapi orang jenis ini sangat perasa dan cenderung
pemurung, sangat sensitif dan mudah tersinggung, kata-kata kasar yang dituju
padanya akan sangat melukai hatinya dan sulit untuk dia lupakan, cenderung
pendendam dan menarik diri dari lingkungan luar serta mengasihani diri sendiri.
3. Kolerik
Seseorang yang mempunyai temperamen jenis ini merupakan orang yang
berkemauan keras, berjuang untuk mendapatkan apa yang diinginkannya
(ambisius), mandiri, punya rasa percaya diri yang kuat, suka menjadi pemimpin,
aktif dan produktif. Tapi orang jenis ini cenderung keras kepala, cenderung ingin
menjadi dominan di antara teman-temannya, cenderung bertindak agresif, dan
cenderung menentang otoritas pemimpin secara terang-terangan.
4. Flegmatik
Berasal dari kata flegma yang artinya ketidakacuhan atau sikap dingin yang
apatis dan menjemukan. Keseluruhan sifat ini tampaknya kebalikan dari kolerik.
Orang dengan tipe ini adalah orang yang cinta ketenangan dan kedamaian,
pendiam, tidak rewel, penurut, easy going, dan tidak banyak menuntut. Tapi orang
jenis ini terkesan lamban, pasif, kurang motivasi, egois, pelit, tidak menyerang
otoritas pemimpin secara terang-terangan, tapi sebenarnya dia keras kepala juga
dan cenderung sembunyi-sembunyi untuk tidak mematuhi peraturan. Banyak orang
yang menganggapnya sebagai pemalas karena sifat dasarnya yang sangat santai
dan kurang berambisi.
2.4 KULTUR DAN ETNIS
KERAGAMAN SISWA

Page 18

A. Definisi Kultur dan Etnis
Kultur adalah pola perilaku, keyakinan, dan semua produk dari kelompok
orang tertentu yang diturunkan dari generasi ke generasi lainnya.
Etnisitas adalah pola umum karakteristik seperti warisan kultural, nasionalitas,
ras, agama, dan bahasa.
B. Pengaruh Kultur dan Etnis Terhadap Pengalaman Sekolah Siswa
Kultur sangat mempengaruhi pengajaran dan pembelajaran. Banyak aspek
budaya mempunyai andil bagi identitas dan konsep diri pelajar dan mempengaruhi
keyakinan dan nilai, sikap, dan harapan, hubungan sosial, penggunaan bahasa, dan
perilaku lain pelajar.
Siswa yang merupakan anggota kelompok yang kurang terwakili cenderung
mempunyai nilai yang lebih rendah dari kelompok yang lebih maju dalam pencapaian
akademis yang terstandarisasi. Nilai yang rendah tersebut berkolerasi dengan status
sosioekonomi yang lebih rendah dan sebagian mencerminkan warisan diskriminasi
terhadap kelompok yang kurang terwakili dan kemiskinan yang diakibatkannya.
2.5 STATUS SOSIOEKONOMI
A. Definisi
Status ekonomi adalah kelompok orang berdasarkan karakteristik ekonomi,
individual, dan pekerjaannya. Kelas sosial menunjukkan lebih dari sekedar tingkat
penghasilan dan pendidikan. Bersama kelas sosial terdapat seperangkat perilaku,
harapan, dan sikap yang ditemukan dimana-mana, yang saling bersinggungan dengan
dan dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya lainnya. Asal kelas sosial siswa
mempunyai efek yang sangat besar terhadap sikap dan perilaku di sekolah.
B. Pengaruh Sosioekonomi Terhadap Pencapaian Siswa
Status sosioekonomi yang didasarkan atas penghasilan, pekerjaan, pendidikan
dan gensi social dapat sangat mempengaruhi sikap pembelajar terhadap sekolah,
pengetahuan latar belakang, kesiapan sekolah dan pencapaian akademis. Keluarga
kelas pekerja dan berpenghasilan rendah mengalami tekanan yang mempunyai andil
dalam praktik pengasuhan anak, pola komunikasi, dan harapan rendah yang mungkin
akan kurang menguntungkan anak-anak ketika mereka memasuki sekolah. Siswa yang

KERAGAMAN SISWA

Page 19

mempunyai SSE yang rendah sering mempelajari budaya normative yang berbeda
dari budaya kelas menengah sekolah tersebut, yang menuntut daya saing, dan
penentuan tujuan.
2.6 BAHASA
A. Pengaruh Bahasa Terhadap Pencapaian Siswa
Perbedaan bahasa yang digunakan siswa dalam lingkungan keluarga dan
sekolahnya akan menjadi masalah yang besar dalam melaksanakan pembelajaran.
Riset terakhir menunjukkan bahwa pendidikan dwibahasa (bilingual education),
khususnya pendidikan dwibahasa berpasangan dapat memberi manfaat bagi siswa.
Hal ini sangat terasa dalam konteks pendidikan yang diselenggarakan dalam
suatu wilayah yang beragama bahasa. Guru yang baik dan profesional harus memiliki
kemampuan untuk mempelajari bahasa lokal di mana dia mengabdi.
2.7 GENDER
A. Pengaruh Gender terhadap Pengalaman Sekolah Siswa
Jenis kelamin individu sebagai perempuan dan laki-laki merupakan ciri
biologis yang terlihat jelas dan abadi. Namun demikian, banyak perbedaan peran
antara perempuan dan laki-laki yang merupakan ciptaan masyarakat sosial.
Kebanyakan dalam masyarakat, selalu ada pemisahan dan perbedaan peran yang jelas
antara perempuan dan laki-laki. Hal ini memang merupakan suatu budaya yang telah
diwariskan turun temurun.
Lembaga pendidikan sebagai tempat membina dan mendidik generasi muda
juga mengalami imbas bias gender ini. Sering muncul dalam proses pembelajaran
suatu pandangan yang sterotipe dan perlakuan yang berbeda terhadap pria dan
wanita, yang biasanya selalu menguntungkan pihak tertentu dan merugikan pihak
lainnya. Ketidakadilan gender di ruang kelas atau yang dikenal dengan bias jender
dalam pembelajaran (pendidikan) sangat memengaruhi pilihan dan pencapaian siswa
dalam belajar. Oleh karena itu diharapkan pendidikan harus mengedepankan
pendidikan berperspektif kesetaraan gender.
Dalm kelas misalnya, guru harus menghindari sterotipe gender, menumbuhkan
integritas peserta didik tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, dan
memperlakukan perempuan dan laki-laki secara setara.

2.8 BUDAYA
KERAGAMAN SISWA

Page 20

A. Pengaruh Gender terhadap Pengalaman Sekolah Siswa
Setiap manusia hidup dan dibesarkan dalam budaya tertentu. Budaya telah
diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Semuanya diwariskan
dan berurat akar dalam diri dan kehidupan setiap individu. Hal ini jelas juga akan
berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan. Setiap siswa yang berasal dari
budaya dan kebiasaan yang berbeda-beda disatukan dalam satu lingkup
pendidikan.
Budaya sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran. Banyak
aspek budaya mempunyai andil bagi identitas dan konsep diri pelajar dan
mempengaruhi nilai, sikap dan harapan, hubungan sosial, penggunaan bahasa, dan
perilaku lain dari para pelajar.
2.9 PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
A. Definisi
Konsep tentang pendidikan yang memperlakukan sama terhadap siswa dengan
perbedaan latar belakang, baik ras, etnik, budaya, bahasa, kelas sosial, agama dan
lainnya.
Tiga Asumsi Richard Race yaitu :
1.

perbedaan budaya adalah sesuatu yang positif, memperkaya pengalaman. Maka,
program

pendidikan

multikultural

mempunyai

tanggungjawab

untuk

merefleksikan perbedaan latar belakang siswa dalam kurikulum
2.

pendidikan multikultural adalah untuk semua siswa,, pendidikan multikultural
harus disediakan di sekolah-sekolah dan bukan hanya pada sekolah dengan
populasi minoritas yang tinggi.

3.

realisasi multikultural yaitu, “mengajar adalah pertemuan lintas budaya”.

KERAGAMAN SISWA

Page 21

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perbedaan individu merupakan suatu hakikat manusia, karena tidak ada satu pun
manusia di dunia ini yang sama. Walau mirip, namun keduanya tetap tidak sama. Untuk
mendalami ini ialah tugas dari psikologi perkembangan. Dan para psikolog telah
menemukan bahwa perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh hereditas (faktor
internal) dan lingkungan (eksternal).
Perbedaan individu dalam dunia pendidikan tampak dalam perbedaan inteligensi,
kepribadian dan temperamen, budaya (sosio-ekonomi, bahasa, gender, situasi sosial
kemasyarakatan, suku/ras) dan juga perbedaan gaya berpikir dan gaya belajar siswa.
3.2 SARAN
Merupakan usaha/upaya guru (pendidik) dan juga semua stake-holders dalam dunia
pendidikan agar memperhatikan dan mendalami berbagai gejala dan fakta perbedaan
individu dalam konteks pembelajaran. Pendidikan multikultural dan pendidikan
berwawasan kesetaraan, pendidikan dwibahasa merupakan contoh upaya dalam
memajukan pendidikan yang mampu merangkum semua peserta didik yang berbeda
dalam satu kesatuan kegiatan pembelajaran.

KERAGAMAN SISWA

Page 22