GUNUNG GAMALAMA.docx GUNUNG GAMALAMA.docx GUNUNG GAMALAMA.docx

GUNUNGAPI GAMALAMA
TERNATE
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Geomorfologi Gunungapi

OLEH :
AHMAD HIDAYAT
16/402649/PGE/01236

PASCASARJANA GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

I.

PENDAHULUAN

Wilayah Indonesia merupakan bagian dari jalur gempabumi dunia yang
terbentang dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Alor, Seram, Papua,
dan Sulawesi. Sebagai wilayah yang terletak pada jalur gempabumi, kondisi

fisiografi wilayah Indonesia sangat dipengaruhi oleh aktivitas tumbukan empat
lempeng tektonik, yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia, Filipina, dan Pasifik
(Bock et al., 2003). Keempat lempeng tektonik tersebut bertumbukan dan
bergerak secara relatif antara yang satu dengan yang lain, menjadikan wilayah
Indonesia sebagai salah satu kawasan seismik paling aktif di dunia.
Akibat benturan lempeng tersebut, membuat retaknya beberapa bagian
pada kerak bumi, selain menimbulkan panas, juga memproduksi batuan cair
(magma). Melalui retakan-retakan tersebut yang bisa dikatakan sebagai bidang
lemah, magma cair tersebut terdorong naik ke permukaan bumi dan membentuk
kerucut-kerucut gunungapi.
Zona subduksi yang terbentuk sangatlah luas, dimulai dari sisi selatan
barat Pulau Sumatera hingga sisi selatan Pulau Jawa. Zona tersebut berlanjut
hingga ke Nusa Tenggara yang memanjang dari barat ke timur. Lalu di bagian
timur Nusantara jalurnya memutar, dimulai dari Laut Banda di Maluku. Zona
subduksi inilah yang membuat Indonesia kaya akan gunungapi.
Indonesia memiliki 129 gunungapi aktif (Sumatera 30 gunungapi, Jawa
35, Bali Nusa Tenggara 30, Sulawesi 18 serta Maluku 16 gunungapi) yang bertipe
A, B dan C (Gambar 2). Tipe A, Gunung berapi yang pernah mengalami erupsi
magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600. Tipe B, Gunung
berapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmatik, namun

masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara. Tipe C, Gunung
berapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih
terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola
pada tingkah lemah.
II.

TEKTONIK HALMAHERA
Peta seismisitas Indonesia 1900-2009 menunjukkan bahwa aktivitas

kegempaan di Indonesia memang sangat tinggi (Gambar 1). Hampir seluruh
wilayah Indonesia merupakan kawasan rawan gempabumi.

Geomorfologi Gunungapi

1

Gambar1. Peta Seismisitas Indonesia 1900-2009 (Irsyam et al., 2010)
Halmahera adalah suatu gambaran tektonik yang cukup kompleks
(Gambar 2). Bentuk dua lengan Sulawesi timur dan Halmahera dapat
disebandingkan dengan dua anak panah yang bergerak ke barat. Ini telah diketahui

cukup lama bahwa lengan timur yang cembung ke arah barat terdiri dari ofiolit,
dan busur barat terdiri dari gunungapi aktif, yang di Sulawesi telah padam pada
zaman Kwarter. Sulawesi dan Halmahera merupakan busur kepulauan yang
mengarah ke utara selatan yang cembung ke arah Pasifik dengan zona subduksi
Sulawesi-Maluku yang miring ke barat.

Gambar2. Tektonik Halmahera
Pergerakan Lempeng Pasifik ke arah barat yang mengikuti sistem sesar
transform menjelaskan kompleksitas tatanan geologi kawasan SulawesiGeomorfologi Gunungapi

2

Halmahera. Selama pergerakan ini pulau Banggai dan Buton dibawa ke arah timur
laut. Pergerakan Banda ke arah timur-barat hanya merupakan pelenturan, tidak
membuat sesar besar sepertihalnya di Papua dan Sulawesi.
Sistem subduksi ini menjadikan halmahera sebagai daerah yang sangat
aktif di Indonesia. Berdasarkan intensitas kegempaannya, Badan Meteorologi
Kimatologi dan Geofisika membagi wilayah Indonesia atas enam zona:
1. Daerah sangat aktif (Halmahera)
2. Daerah aktif (Lepas pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Nusa

Tenggara, Banda)
3. Daerah lipatan dan retakan (Pantai barat Sumatra, Sulawesi Tengah)
4. Daerah lipatan tanpa retakan ( Utara Jawa, Kalimantan Timur), Daerah
gempabumi kecil (Sumatra Timur, Kalimantan Tengah)
5. Daerah Stabil (Selatan Irian, Kalimantan Barat)
Karena wilayah halmahera adalah suatu sistem yang sangat aktif dan
kompleks maka intensitas gempa yang terjadi sangat tinggi (Gambar 3). Hal ini
dikarenakan adanya suatu pola patahan halamahera yang di subduksi oleh
lempeng oceanic pasifik sehingga lempeng bergerak ke barat dan menunjam ke
arah lempeng maluku yang didesak pula oleh lempeng kontinen yang bergerak ke
timur. Sementara itu lempeng halmahera juga mengalami sesar trasform dextral di
sebelah selatan dengan lempeng eurasia serta sesar transform sinistral dengan
lempeng oceanic ( pasific ) di sebelah timur.

Gambar 3. Seismisitas Pulau Halmahera
(Sumber: http://www.emsc-csem.org/Earthquake/world/)

Geomorfologi Gunungapi

3


III.

GUNUNGAPI GAMALAMA

Provinsi Maluku Utara memiliki potensi sumber daya alam yang sangat
luar biasa, diantaranya yaitu Gunungapi, terdapat 6 Gunungapi di Maluku Utara
(Gambar 4), 4 gunung tipe A dan 2 gunung tipe B. Gunung tipe A yaitu Dukono,
Gamkonora, Gamalama dan Kie besi sedangkan tipe B yaitu Malupang Warirang
dan Tokodo sementara G. Ibu tidak termasuk karena tidak ada rekapan datanya
(Direktorat Vulkanologi, 1979).
Gunung Gamalama adalah sebuah gunung stratovolcano kerucut yang
merupakan keseluruhan Pulau Ternate, Kepulauan Maluku, Indonesia. Pulau ini
ada di pesisir barat Pulau Halmahera yang ada di bagian utara Kepulauan Maluku.
Selama berabad-abad, Ternate adalah pusat benteng Portugis dan VOC Belanda
untuk perdagangan rempah-rempah, yang telah mencatat aktivitas volkanik
Gamalama.
Gunung Gamalama mempunyai ketinggian 1.715 meter di atas permukaan
laut. Gunung Gamalama ditutupi Hutan Montane pada ketinggian 1.200 - 1.500 m
dan Hutan Ericaceous pada ketinggian di atas 1.500 m (Gambar 4).


Gambar 4. Gununapi Gamalama
Nama Gunung Gamalama diambil dari kata Kie Gam Lamo (”negeri yang
besar”). Geomorfologi tubuh dan puncak Gunungapi Gamalama memiliki
kemiringan lereng >40% (Gambar 5) dengan material penyusun berupa breksi,
lava andesit, pasir, dan tufa. Pada daerah kaki gunungapi material penyusun
berupa tufa. Gunungapi ini merupakan gunung api yang terbentuk pada masa
holosen (Firmansyah, 2011). Bentuk gunungapi Gamalama yaitu strato, menurut
Sumintadireja (2000), gunung api strato terbentuk oleh adanya perlapisan antara
lava denagn piroklastik.
Gunungapi Gamalama menempati pulau seluas 40 km2 dengan jari-jari 5,8
km. Akibat erupsi puncak gunung terdiri dari beberapa kawah. Kawah lama
Madiena yang memiliki ketinggian 1669 m, kerucut Arafat dengan ketinggian
100m yang merupakan pusat letusan sekarang (Neuman Van Padang, 1951).

Geomorfologi Gunungapi

4

Gambar 5. Peta Kemiringan Lereng Kota Ternate.

(Sumber: Bappeda Kota Ternate, 2010)

IV.

SEJARAH LETUSAN

Gamalama sudah lebih dari 60 kali meletus sejak letusannya pertama kali
tercatat pada tahun 1538. Erupsi yang menimbulkan korban jiwa setidaknya sudah
empat kali terjadi, dengan korban terbanyak jatuh pada tahun 1775. Kala itu,
erupsi Gunung Gamalama melenyapkan Desa Soela Takomi bersama 141
penduduknya. Pasca letusan, di lokasi desa yang berjarak 18 kilometer dari pusat
Kota Ternate itu muncul dua danau, yaitu Danau Tolire Jaha dan Tolire Kecil.
Tetapi S. Bronto dkk. (1982) mengatakan, bahwa terbentuknya maar
tersebut akibat letusan freatik yang dipicu oleh gempa tektonik berskala besar
kemudian terjadi assosiasi dengan intrusi magma dengan airtanah di bawah Soela
Takomi. Boleh jadi pada saat gempabumi, terbentuk rekahan dan menyusupnya
air tanah dan terjadi kontak dengan heat front mengakibatkan letusan freatik
(analisa penulis). Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya endapan breksi
letusan dan endapan tumpuan dasar (lihat Peta Geologi Gunungapi Gamalama,
1982).

Letusan besar Gunung Gamalama lain terjadi pada 1908 yang
menghasilkan leleran lava batu angus hingga ke pantai. Sisa-sisa letusan bisa
dilihat di Kelurahan Kulaba, Kecamatan Ternate Utara. Letusan tersebut memakan
puluhan
korban
jiwa.
Letusan lain terjadi pada 1988. Saat itu awan panas keluar ke arah utara dan

Geomorfologi Gunungapi

5

menyapu ratusan rumah di Kota Ternate. Letusan yang sama juga terjadi pada
1991, 1993, 2003, dan akhir 2011 ini.
V.

KARAKTER LETUSAN
Beberapa catatan yang menunjukkan letusan G. Gamalama yang terkait
dengan naiknya aktifitas tektonik sebelumnya, antara lain Letusan 1980 didahului
oleh gempa tektonik terasa beberapa hari sebelumnya. Letusan 1983 juga diawali

rentetan gempabumi tektonik kemudian disusul dengan meningkatnya gempa
vulkanik. Dominasi tektonik yang berlangsung sejak Oktober 1991 yang berakhir
dengan letusan pada Januari 1992.
Demikian juga dengan Letusan 1993 ditriger dengan gempabumi tektonik
berkekuatan 5,8 pada skala Richter. Bahkan terbentuknya maar dalam tahun 1775
yang dikenal dengan Tolire Jaha juga didahuli gempabumi tektonik Pada
umumnya gempabumi tektonik berkekuatan > 4 skala Richter berpeluang memicu
kantong fluida menjadi aktif, menyusul kemudian naiknya jumlah gempabumi
vulkanik.
Letusan G. Gamalama pada umumnya berlangsung di Kawah Utama dan
hampir selalu magmatik. Kecuali letusan yang terjadi dalam tahun 1907 yang
mengambil tempat di lereng timut (letusan samping) dan menghasilkan leleran
lava (Batu Angus) hingga ke pantai. Letusan 1980 juga menghasilkan Kawah
Baru, lokasinya sekitar 175 m ke arah timur dari Kawah Utama. Tetapi kawah
tersebut tertutup kembali oleh material ketika terjadi letusan dalam tahun 1983
dan 1988.
VI.
ANCAMAN BAHAYA
Kawasan Gunung Api Gamalama terdiri dari tiga kawasan yaitu:
1. Kawasan rawan bencana III, kawasan ini rawan terlanda awan panas,

aliran lahar, dan guguran batu pijar, dan abu vulkanik. Kawasan ini dalam
radius 2,5 km dari pusat erupsi.
2. Kawasan rawan bencana II, kawasan ini rawan terlanda awan panas, aliran
lahar, lontaran batu pijar pada radius 3,5 km dari pusat erupsi.
3. Kawasan rawan bencana I, kawasan ini berpotensi terlanda lahar hujan,
awan panas, dan aliran lava. Radius 4,5 km dari pusat erupsi

Geomorfologi Gunungapi

6

Gambar 6. Peta Rawan Bencana Gunungapi Gamalama
(Sumber Baharudin dalam Firmansyah, 2011)
Menurut Firmansyah, (2011), kecamatan yang memiliki tingkat kerawanan
tinggi yaitu Moya dan Marikubu. Moya merupakan kawasan pemukiman dengan
presentase 27,34%, selain kawasan permukiman Moya juga sebagai kawasan
pertanian, dan peternakan. Daerah ini memiliki kemiringan lereng 30-40%,
kawasan ini sangat berpotensi terkena bahaya vulkanik yang berupa awan panas,
lontaran batu pijar, aliran lava, dan abu vulkanik. Kawasan Marikubu merupakan
kawasan permukiman yaitu sebesar 32,73%, selain itu juga merupakan kawasan

pertanian dan peternakan. Daerah ini memiliki kemiringan lereng 30-40%. Pada
kawasan ini berpotensi terkena bahaya vulkanik berupa lahar hujan, perluasan
awan panas, dan aliran lava.

Geomorfologi Gunungapi

7

VII.

SUMBERDAYA DAN UPAYA PENGELOLAAN SEKITAR
GUNUNG GAMALAMA
Kota Ternate merupakan salah satu kota pesisir yang ada di wilayah
Indonesia, daratannya berupa alam pegunungan dimana 80 % wilayahnya adalah
Gunung, yaitu gunung Gamalama yang menjadi icon kebanggaan masyarakat
ternate.
Secara geomorfologi, Pulau ternate memiliki lahan berkelerengan besar
dengan volume luasan yang cukup besar, sehingga sulit dikembangkan untuk
kegiatan permukiman dan industri seperti di pulau-pulau besar lainnya. Sebagai
kota pulau yang didominasi lahan bergunung dan berbukit-bukit serta berbatasan
langsung dengan laut, menyebabkan pengembangan lahan untuk perkotaan
terbatas di wilayah pesisir.
Tingkat ketinggian lahan dari permukaan laut di wilayah Pulau Ternate
cukup bervariasi yang dapat diklasifikasikan menjasi 3 kategori. Kategori rendah
(0-500 m)yang diperuntukkan untuk pemukiman, pertanian, perikanan,
perdagangan, dan pusat pemerintahan; kategori sedang (500-700 m)
diperuntukkan untuk hutan konservasi, danusaha kehutanan; kategori tinggi ( >
700 m) diperuntukkan untuk hutan lindung.
Gunung Gamalama merupakan salah satu gunung berapi di Provinsi
Maluku Utara. Gunung Gamalama sendiri memiliki ketinggian sekitar 1.715 m
dpl. Gunung ini ditutupi oleh hutan Montane pada ketinggian 1.200 - 1.500 m dan
hutan Ericaceous pada ketinggian di atas 1.500 m. Wilayah terdekat dari gunung
tersebut akan mendapatkan dampak akibat letusan diikuti dengan pertumbuhan
penduduk secara tidak langsung telah mempengaruhi tata ruang hijau, sosial
budaya yang berpengaruh pula terhadap kehidupan flora, fauna dan jasad renik
yang ada. Secara history tempat ini terkenal dan mengalamai kejayaan dengan
rempah-rempahnya yang secara langsung memajukan pembangunan dan
menaikkan pendapatan asli daerah.
SumberDaya Alam
1. Pariwisata
Meski terkesan berbahaya, namun Gunung Gamalama meyimpan
pesona kecantikan yang luar biasa. Banyak penjelajah alam yang sangat
tertarik untuk mendaki gunung ini, begitu sampai dipuncak gunung, para
pendaki dapat melihat landscape Pulau ternate. Tak hanya itu, beberapa
pulau lainnya, seperti Pulau Tiodre, Pulau Halmahera dan Pulau Maitara
dapat terlihat dari sini.
Selain pemandangannya yang mempesona, di kawasan Gunung
Gamalama juga memiliki tempat-tempat yang menarik seperti mata air
dalam lekukan batu seluas loyang besar yang oleh masyarakat setempat
disebut Mata Air Abdas. Konon mata air ini dapat menyembuhkan

Geomorfologi Gunungapi

8

berbagai penyakit. Selain itu juga ada kuburan leluhur masyarakat Ternate
yang sudah berumur ratusan tahun dan Istana Kesultanan Ternate, yaitu
bangunan peninggalan Bangsa Portugis yang menjadi wisata historis bagi
wisatawan.
2. Pertanian dan Perkebunan
Masyarakat disekitar Gunung Gamalama memanfaatkan lahannya
dengan ; Menanami Padi, Jahe, terdapat keanekaragaman bunga Anggrek
baik yang tumbuh secara tersetrial maupun epifit, kebun Cengkeh dan Pala
dilereng gunung yang menurut keterangan penduduk setempat telah
berumur kurang lebih 30 tahun, pada beberapa daerah yang terbuka
penduduk sekitar menanami dengan tanaman palawija ataupun sayursayuran, pada ketinggian 100 mdpl banyak pula ditanami Kelapa.
Pada kawasan hutan dijalur pendakian gunung Gamalama terlihat
Kawasan hutan campuran terletak mulai pada ketinggian 1.000 mdpl,
daerah ini merupakan lokasi proyek reboisasi yang ditanami jenis-jenis
tanaman penghijauan seperti Kenari (Canarium Indicum L), Mahoni
(Swietenia mahagoni L) dan Durian ( Durio Zhibethinus Murr). Pada
ketinggian 1500 mdpl merupakan kawasan hutan hujan tropika
pegunungan rendah dengan jenis tumbuhan yang mendominasi adalah
Sengon (Paraserianthes falcataria L), Paku pohon (Cyathea sp).
3. Sumberdaya Mineral
Ternate merupakan daerah kepulauan yang memiliki potensi
strategis dari aspek kekayaan sumber daya alam. Sumberdaya mineral
yang terdapat di kawasan ini adalah bahan galian golongan C. Bahan
galian golongan C merupakan golongan bahan yang tidak termasuk dalam
golongan A (strategis) dan B (vital), yaitu bahan galian tidak strategis dan
vital, yang sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat
internasional, seperti nitrat, asbes, batu apung, batu kali, pasir, tras, dampal
dan lain-lain.
4. Kelautan dan Perikanan
Gunung gamalama berbatasan langsung dengan laut, hal tersebut
cukup menjanjikan bagi masyarakat yang tinggal disekitar kaki gunung
gamalama untuk memanfaatkan sumberdaya lautnya. Aspek fisik perairan
ini membawa potensi tersendiri khususnya potensi sumber daya kelautan
berupa hasil laut, maupun manfaat untuk transportasi laut yang
menguntungkan secara ekonomi dan menyimpan potensi untuk
mengembangkan Rumput Laut dan Ikan Hias. Rumput laut
jenis Eucheuma, Sp dan Gracilaria, Sp hidup diwilayah pantai yang
tenang dan bersih. Potensi lain yang dimiliki oleh Pulau Ternate yaitu
sebagian pulau-pulaunya dapat dijadikan sebagai tempat untukkegiatan
marikultur, diantaranya hatchery, budidaya rumput laut, keramba

Geomorfologi Gunungapi

9

(pembenihan dan pembesaran). Selama ini masyarakat cenderung lebih
banyak pada kegiatanpenangkapan, baik ikan pelagis, ikan demersal,
sehinga cukup sulit merubah kepada perilaku pembudidayaan. Dipesisir
pantai kota Ternate banyak terdapat bibit bandeng nener dan benur yang
dapat digunakan sebagai bibit alami budidaya tambak. Luas perairan
potensial untuk budidaya laut mencapai 30 ha. Pengelolaan Mangrove
disekitar pesisir tersebut mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
produktivitas ekosistem laut di pulau ternate. Hal inilah yang membuat
kota ternate membentuk Pusat Promosi yang berfungsi untuk membantu
memasarkan ikan laut hingga ke mancanegara.
Sumber Daya Manusia
Masyarakat sekitar gunung gamalama :
1. Nelayan
: Nelayan ditempat ini ada dua jenis yatiu kegiatan
perikanan rakyat dan kegiatan perikanan industri.
2. Bertani
: Masyarakat dilereng gamalama mamanfaatkan lahan
dengan menanam padi, palawija,ubi jalar, dll
3. Berkebun
: Masyarakat menanam cengkeh, pala dan tanaman keras
lainnya yang dikembangkan dilereng atas.

Geomorfologi Gunungapi

10

DAFTAR PUSTAKA
Bock, Y., Prawirodirdjo, L., Genrich, J.F., Stevens, C.W., McCaffrey, R., Subarya,
C., Puntodewo, S. and Calais, E. (2003). Crustal motion in
Indonesia from Global Positioning System measurements. Journal of
Geophysical Research 108
Bronto, S. Dkk. 1982, Peta Geologi Gunungapi Gamalama, Ternate, Maluku
Utara.
Direktorat Vulkanologi, 1979
Fijridiyanto, Izu . 2011. Keanekaragaman Anggrek di G.Gamalama,Ternate. LIPI
: Jakarta
Firmansyah . 2011. Identifikasi tingkat risiko bencana letusan Gunungapi
Gamalama di Kota Ternate. Universitas Pasundan : Bandung
Hartini, Sri . 2011. Tumbuhan paku di Kawasan Gunung Gamalama, Pulau
Ternate. LIPI : Jakarta
Kusunadinata, K. 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia
LIPI . 2011. Ekologi Ternate. Pusat Penelitian Biologi-LIPI : Jakarta
Neumann van Padang, M. 1951. Catalogue of the Active Volcanoes Of The World
Including Solfatara Fields, Part I, Indonesia
Wittiri, S.R. 1988. Beberapa Catatan Tentang Gejala Awal Kegiatan G.
Gamalama; 1993 Kegiatan G. Gamalama, Mei 1993 (Suatu tinjauan
berdasarkan kegempaan). Direktorat Vulkanologi.
Wittiri, S.R. 1994. Kegiatan Gunung Gamalama (Letusan Agustus 1994).

Geomorfologi Gunungapi

11

Dokumen yang terkait

AKIBAT HUKUM PENGGUNAAN PESTISIDA TERLARANG DALAM PROSES PRODUKSI OLEH PT. MEGASARI MAKMUR GUNUNG PUTRI BOGOR (AS A RESULT OF THE USE LAW OF PESTICIDE WAS BANNED IN THE PROCESS OF THE PRODUCTION BY PT. MEGASARI MAKMUR GUNUNG PUTRI BOGOR)

0 47 16

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG BROMO SEBAGAI FILLER UNTUK CAMPURAN LASTON DITINJAU DARI KARAKTERISTIK MARSHALL

0 34 12

ANALISIS KAPASITAS SAMBUNGAN BALOK – KOLOM DENGAN SISTEM PLATCON PRECAST 07 TERHADAP GAYA GEMPA BERDASARKAN SNI 1726 : 2012 (STUDI KASUS : RUSUNAWA WONOSARI, GUNUNG KIDUL, DIY)

0 22 16

GERAKAN LASKAR HIJAU DALAM UPAYA PELESTARIAN HUTAN GUNUNG LEMONGAN KLAKAH LUMAJANG

1 18 156

HUBUNGAN TANAMAN DOMINAN TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH PADA DUA ZONA DI GUNUNG SADENG KECAMATAN PUGER

0 36 20

INVENTARISASI ORCHIDALES DI GUNUNG PESAWARAN TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDURRAHMAN BANDAR LAMPUNG (Sebagai Bahan Pengayaan Materi Keanekaragaman Hayati SMA Kelas X Semester 1)

5 51 80

PENGGUNAAN MEDIA PETA TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG REJO KECAMATAN WAY LIMA KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012-2013

0 15 52

EFFECT OF LAND AND APPLICATION SYSTEM TOWARD BAGASSE MULCH SOIL RESPIRATION OF THE LAND CROPPING CANE (Saccharum officinarum L.) PT GUNUNG MADU PLANTATIONS (GMP) PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI MULSA BAGAS TERHADAP RESPIRASI TANAH PADA LAHAN PERTA

0 18 42

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREVALENSI DISFUNGSI SEKSUAL PADA IBU-IBU PENGGUNA KONTRASEPSI IMPLANT DI KELURAHAN SEPUTIH JAYA KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2013

1 32 68

KEBERADAAN BURUNG RANGKONG (Bucerotidae) DI GUNUNG BETUNG TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN

7 36 44