SIG ACARA SIG ACARA SIG ACARA

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
ACARA X
3D ANALYS
“DEM, SLOPE, ASPECT, HILLSHADE, CUT FILL, VIEWSHED, TIN, 3D TIN”
Dosen Pendamping :
Alfi Nur Rusdi

Oleh :
Kusriadi
130722616083
Off H 2013

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
APRIL 2015

3D ANALYS
ACARA 10
DEM, SLOPE, ASPECT, HILLSHADE, CUT FILL, VIEWSHED, TIN, 3D TIN
I.


II.

III.

TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara pembuatan DEM (Kriging, IDW, Natutal Neighbor, Spline,
Trend).
2. Untuk mengetahui penggunaan item-item yang terdapat pada Arc Toolbox Surface
(Slope, Aspect, Hillshade, Cut Fill, Viewshed)
3. Untuk mengetahui penggunaan cara penggunaan TIN dan 3D TIN pada Arc Toolbox 3D
Analyst Tool.
ALAT DAN BAHAN
1. Software ArcGIS 10.1
2. Laptop
3. Printer
4. Shp point elevasi
DASAR TEORI
Digital Elevation Model (DEM) adalah suatu metode pendekatan yang biasa dipakai
untuk memodelkan relief permukaan bumi dalam bentuk 3 dimensi. Metode DEM ini dapat

dipakai sebagai model, analisa, representasi fenomena yang berhubungan dengan topografi
atau permukaan lain. Penggunaan DEM dalam proses analisis limpasan permukaan akan
membantu ketelitian dalam mengidentifikasikan kemiringanl ahan, arahaliran, akumulasi
aliran, panjang lintasan aliran dan penentuan daerah pengaliran.
Terdapat beberapa metode untuk menggambarkan bentuk permukaand alam DEM,
yaitu antara lain model grid dalam bentuk bujur sangkar, model TIN (Triangulated Irregular
Network) dalam bentuk segitiga yang tidak beraturan dan yang terakhir adalah Cellular
Automata (CA) yaitu dalam bentuk segitiga, segiempat dan segi enam beraturan.
SRTM singkatan dari Shuttle Radar Topography Mission merupakan pesawat ulangalik yang mempunyai misi untuk mendapatkan data penginderaan jauh berupa elevasi atau
ketinggian permukaan bumi, data ini selanjutnya dikenal sebagai DEM (digital elevation
Model).Pesawat ulang-alik ini bekerja selama 11 hari (februari 2000) untuk menyiam
seluruh permukaan bumi dengan menggunakan sistem radar (band C:5,6 cm), data yang
dihasilkan memiliki resolusi spasial sebesar 3 detik (setara dengan 90 meter) dan menurut
Ozah and Kufoniyi (2008) data SRTM 90m ini memiliki akurasi vertical lebih kurang 7.748
Laporan praktikum Sistem Informasi Geografi 1

sampai 3.926 meter. Sebenarnya data SRTM memiliki resolusi spasial 30 meter, tetapi
sampai saat ini untuk menghasilkan DEM yang beresolusi 30 meter hanya beberapa wilayah
di Amerika Karena untuk mengolah data SRTM 30 meter menjadi data DEM seluruh dunia
dibutuhkan waktu yang lama (+- 10 tahun / tolong koreksi kalau salah).

Perlu diperhatikan dalam penggunaan data DEM dari SRTM ini adalah bahwa data
ketinggiannya merupakan ketinggian permukaan bumi termasuk tutupan lahannya (jadi
bukan ketinggian permukaan tanah), dalam hal ini termasuk pula ketinggian tajuk (pohon)
dan juga gedung-gedung (ingat daya tembus radar dengan panjang gelombang 5,6 cm sangat
terbatas, tidak mampu menembus batang / ranting yang lebat-daun bisa)

IV.

LANGKAH KERJA
1. Buka software ArcGIS 10.1.
2. Add data point_elevasi

3. Kemudian start editing.

Laporan praktikum Sistem Informasi Geografi 2

4. Buka Arc Toolbox

Raster Interpolation


Kriging

5. Kemudian masukkan point_elevasi dem input dan dem_kriging pada output, lalu Ok.

Laporan praktikum Sistem Informasi Geografi 3

6. Maka dem_kriging akan menjadi seperti ini.

Lakukan hal yang sama untuk IDW, Natural Neighbor, Spline dan Tren dengan nama
dem_idw, dem_neighbor, dem_spline dan dmn_tren.

Laporan praktikum Sistem Informasi Geografi 4

7. Selanjutnya melakukan Spatial Analisist Tool → Surface → Slope.

Pada input pilih dem_kriging dan pada output pilih slope_kriging. Lakukan hal yang
sama untuk slope di dem_idw dan dem_neighbor Berikut hasil slope_idw.
8. Setehitulakukan aspect padadem_kriging. Caranya Spatial Analisist Tool → Surface →
Aspect.


Pada input masukkandem_krigingdanpadaotputtulisaspect_kriging.

Laporan praktikum Sistem Informasi Geografi 5

9. Setelah itu lakukan Hillshade pada dem_kriging. Caranya Spatial Analisist Tool →
Surface → Hillshade.

Pada input masukkan dem_kriging. Dan pada output tuli dengan nama shill_kriging.
10. Setelah itula kukan Cut Fill pada dem_kriging dan dem_neighbor. Caranya Spatial
Analisist Tool → Surface →Cut Fill.

Pada input before masukkan dem_kriging, pada input after masukkan dem_idw. Dan
pada output tulis dengan nama cut_krig_idw.

Laporan praktikum Sistem Informasi Geografi 6

11. Setelah itu lakukan Viewshed pada dem_krigin. Caranya Spatial Analisist Tool →
Surface → Viewshed.

Masukkan dem_kriging pada input dan masukkan point_viewshed pada input point.

Point_viewshed adalah point yang dipilih untuk dijadikan pusatnya. Kemudian tulis
dengan nama view_kriging pada out putnya.
12. Selanjutnya adalah 3D analyst menggunakan TIN. Add data point_elevasi.
Untuk melakukan 3D analyst menggunakan TIN, caranya Arc Toolbox →3D Analyst
Tool → Data Management → TIN →Create TIN.

Pilih input point_elevasi dengan output tin_point_elevasi. Dan tentukan dulu
koordinatnya WGS 49S.
13. Pada toolbar 3D Analyst pilih Interpolate Line untuk menentukan garis, garis ini akan
menunjukan penampang melintangnya.
Laporan praktikum Sistem Informasi Geografi 7

14. Setelah garis ditentukan, klik 2 kali pada ujung garis dan kemudian pilih Profile Graph.
15. Kemudian buka ArcScene untuk membuat tampilan peta 3D.
Add data TIN → klikkanan → properties → base high.

Pada Custom pilih 1,000.
16. Kemudian layout peta TIN tersebut.
V.
VI.


DIAGRAM ALIR (terlampir)
HASIL PRAKTIKUM
- Peta Layout TIN (terlampir)
1. DEM Kriging

2. DEM Spline

Laporan praktikum Sistem Informasi Geografi 8

3. DEM Trend

4. DEM Neightbor

1. Slope DEM Kriging

2. Slope DEM IDW

1. Aspect DEM Kriging


2. Aspect DEM IDW
Laporan praktikum Sistem Informasi Geografi 9

1. Hilshade DEM Kriging

2. Hilshade DEM IDW

1. Cut Fill DEM Kriging dan DEM Neighbor

Laporan praktikum Sistem Informasi Geografi 10

Peta 3 Dimensi TIN
Laporan praktikum Sistem Informasi Geografi 11

VII.

PEMBAHASAN
Praktikum Sistem Informasi Geografi (SIG) memasuki acara ke 10. Praktikum ini
membahas mengenai fungsi-fungsi yang ada di Arc Toolboox yaitu DEM, SLOPE,
ASPECT, HILLSHADE, CUT FILL, VIEWSHED, TIN, 3D TIN. Dengan data yang

dimiliki, pertama adalah membuat peta DEM kriging, splin, trend dan neighbor. Data
DEM mengukur ketinggian dihitung dari permukaan bumi, sedangkan DTM mengukur
ketinggian berdasarkan ketinggian objek penutup bumi. Data DEM juga merupakan data
yang ditampilkan berupa grid sedangkan DTM ditampilkan berupa segitiga.
Kriging mengasumsikan bahwa jarak atau arah antara titik sampel mencerminkan
korelasi spasial yang dapat digunakan untuk menjelaskan variasi dalam permukaan.
Kriging alat sesuai fungsi matematis untuk jumlah tertentu poin, atau semua jalur dalam
radius tertentu, untuk menentukan nilai output untuk masing-masing lokasi. Kriging
adalah proses tahapan; itu termasuk analisis eksplorasi statistik data, pemodelan
variogram, menciptakan permukaan, dan (opsional) menjelajahi permukaan varians.
Kriging yang paling tepat ketika Anda tahu ada jarak spasial berkorelasi atau pengarah
bias dalam data. Hal ini sering digunakan dalam ilmu tanah dan geologi.
Setiap pemodelan DEM yang dibuat memiliki tampilan yang berbeda seperti yang
ditampilkan pada hasil praktikum. Hal tersebut juga menghasilkan titik tertinggi dan
terendah yang berbeda.

Laporan praktikum Sistem Informasi Geografi 12

DEM
Titik tertinggi

Titik terendah
kriging
3084,84
42,6634
Neighbor
3078,72
42,069
Splline
3126,25
-58,6782
Trend
956,778
60,2123
Pada fungsi slope akan menghitung tingkat perubahan maksimum nilai sel
sebelahnya. Pada dasarnya, perubahan maksimum di ketinggian di atas jarak antara sel
tetangganya mengidentifikasi menurun keturunan curam dari sel. Slope sering digunakan
pada dataset elevasi. Hasil dari slope DEM kriging dan DEM IDW memiliki perbedaan.
Pada slope IDW menghasil peta yang lebih detail, ditandai dengan lebih kasarnya
tampilan peta dari pada slope kriging. Kejadian ini juga terjadi pada peta hasil aspect dan
hillshade.

Pada operasi cut and fill menggunakan dem kriging untuk before dan dem
neighbor untuk after. Cut and fill merupakan dimana ketinggian permukaan bentuk lahan
dimodifikasi oleh pengurangan atau penambahan bahan permukaan. Luas dan volume
perubahan adalah yang dihitung dalam cut and fill. Pada lokasi dan periode yang berbeda
mengidentifikasi daerah perubahan permukaan material, penambahan bahan permukaan,
dan daerah-daerah di mana permukaan tidak berubah. Net gain pada peta hasil cut and fill
merupakan daerah yang mengalami penambahan material danvolume. Net loss untuk
daerah yang mengalami pengurangan sedangkan untuk unchanged untuk daerah yang
tidak mengalami penambahan atau pengurangan material.
Selanjutnya adalah operasi viewshade, operasi ini menggunakan satu titik yang
dipilih dan DEM kriging. Titik yang dipilih akan dijadikan sebai titik pusat. Dimana titik
tersebut dibaratkan sebagai mata untuk memindai daerah yang terlihat dan daerah yang
tidak terlihat. Peta hasil viewshade ini akan menampilkan daerah yang berada dalam
pantauan (visible) titik pusat dan daerah yang tidak berada dalam pantauan (not visible).
Pengaplikasian operasi ini dapat digunakan untuk bidang militer. Yaitu untuk mendirikan
suatu menara pengawas atau tempat persembunyian.
Berdasarkan data elevasi yang dimiliki maka dibuat peta TIN. TIN adalah untuk
menciptakan jaringan yang permukaannya tidak menyimpang dari raster input dengan
lebih dari Z toleransi tertentu. Raster Untuk TIN sering digunakan untuk mengkonversi
raster yang berasal dari US Geological Survey (USGS) Model elevasi digital (DEM)
untuk model permukaan TIN. Raster Untuk TIN pertama penggeneralisasian TIN
kandidat menggunakan cukup poin masukan raster (pusat sel) untuk sepenuhnya
menutupi sekeliling permukaan raster. Kemudian secara bertahap meningkatkan
permukaan TIN sampai memenuhi Z yang ditentukan. Ia melakukannya dengan
menambahkan pusat sel lebih pada dasar yang dibutuhkan selama proses berulang-ulang.
Laporan praktikum Sistem Informasi Geografi 13

Jumlah poin yang dipilih oleh perintah adalah fungsi dari Z toleransi yang ditetapkan dan
kelancaran raster input. Jika toleransi Z kecil ditentukan atau permukaan raster topografi
kasar dan kompleks, banyak poin yang akan diperlukan untuk membangun TIN tersebut.
Dari peta TIN yang telah dibuat, menggunakan Arc Scene akan dibuan peta 3D.
Dengan peta 3D itu juga dibuat penampang melintang dari garis yang dipilih.
VIII.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan setiap peta DEM memiliki
tampilan berbeda satu sama lain. Dengan fungsi tools yang terdapat dalam Arc toolbox
maka dapat dibuat suatu peta yang memiliki fungsinya masing-masing. Menggunakan
peta TIN yang dibuat dengan Arc scene maka dapat di tampilkan peta tiga dimensi yang
baru.

IX.

DAFTAR PUSTAKA
Arc GIS 10.1 help.
Pradita. 2011. Pengolahan Data SIG Menggunakan Tiga Dimensi. (Online),
(http://anggapradita-angga.blogspot.com/2011/01/pengelolahandata-sig-mnggunakantiga.html), diakses pada tanggal 17 April 2015, pukul 17.55 WIB
Fahmi. 2012. Analisa Data SIG. (Online),
(http://fahmymedia.blogspot.com/2012/05/analisa-data-sig.html), diakses pada
tanggal 17 April 2015, pukul 17.40 WIB
Asmaranto. 2012. 3D Analysist Spasial. (Online),
(http://runiasmaranto.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/3D-ANALYST-SPATIALANALYST.pdfhttp://runiasmaranto.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/3D-ANALYSTSPATIAL-ANALYST.pdf), diakses pada tanggal 17 April pukul 17. 45 WIB.

Laporan praktikum Sistem Informasi Geografi 14