TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP PERKELAHIAN DAN PENGEROYOKAN PADA ACARA HIBURAN ORGAN TUNGGAL (Studi di Wilayah Hukum Bandar Lampung)

(1)

ABSTRAK

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP PERKELAHIAN DAN PENGEROYOKAN PADA ACARA HIBURAN ORGAN TUNGGAL

(Studi di Wilayah Hukum Bandar Lampung) Oleh

I Putu Budhi Yasa

Penonton pada acara hiburan organ tunggal rentan dengan penyalahgunaan minuman keras.Pengaruh dari penyalahgunaanminuman keras bisa meningkatkan emosi, Sehingga perkelahian antara sesama penonton sering terjadi. Berkelahi dalam acara yang bersifat hiburan dan dilakukan secara bersama-sama dengan tujuan melukai orang lain adalah perilaku menyimpang. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) apakah faktor penyebab perkelahian dan pengeroyokan pada acara hiburan organ tunggal di Bandar Lampung?; (2) bagaimanakah upaya penanggulangan perkelahian dan pengeroyokan pada acara hiburan organ tunggal di Bandar Lampung?.

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data yang digunakan berupa data primer, data sekunder, yang diperoleh dari studi lapangan dan studi kepustakaan yang kemudian diolah, dianalisis secara kualitatif dengan menarik kesimpulan secara induktif.

Hasil penelitian ini adalah (1) Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perkelahian dan Pengeroyokan Pada Acara Hiburan Organ Tunggal di Bandar Lampung adalah faktor intern dan ekstern.Faktor internalnya adalah agresivitas akibat penyalah gunaan alkohol, kurangnya kepatuhan hukum, rendahnya budi pekerti atau pengetahuan.Faktor eksternalnya adalah penegak hukum yaitu pembiaran oleh polisi, lingkungan, waktu hiburan yang hingga dini hari. (2) upaya penanggulangan perkelahian dan pengeroyokan pada acara hiburan organ tunggal di Bandar Lampung adalah melalui upaya penal dan non penal. Upaya penal dilakukan dengan cara melakukan tindakan represif terhadap pelaku perkelahian dan pengeroyokan pada acara hiburan organ tunggal (menangkap, mengadili, serta membinanya dalam Lembaga Pemasyarakatan). Upaya non penal yang dilakukan adalah Melakukan prosedur pengawasan sesuai izin yang diberikan, dengan cara menempatkan polisi sebagai pengawas kamtibmas.

Saran yang diajukan adalah Perlu pemberantasan peredaran minuman keras secara serius oleh pihak kepolisan pada lokasi digelarnya hiburan organ tunggal. pemerintah harus bisa memberikan pendidikan dan lapangan pekerjaan kepada


(2)

I Putu Budhi Yasa

masyarakat. Perlu adanya kerjasama yang lebih baik lagi antara pihak kepolisian dengan lingkungan masyarakat ditempat hiburan akan diadakan. Perlu adanya tindakan tegas yaitu hiburan dibubarkan apabila hiburan diadakan melebihi batas waktu yang telah disepakati pada surat izin mengadakan hiburan. Perlu adanya peraturan yang melarang pemutaran musik remix pada hiburan organ tunggal. Perlu adanya teguran atau tindakan tegas terhadap anggota kepolisian yang melakukan pembiaran dalam hal batas waktu hiburan.

.


(3)

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP PERKELAHIAN DAN PENGEROYOKAN PADA ACARA HIBURAN ORGAN TUNGGAL

(Studi di Wilayah Hukum Bandar Lampung)

Oleh

I PUTU BUDHI YASA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Srigading pada tanggal 23 November 1992, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Wayan Kompyang dan Ibu Nyoman Konten. Jenjang pendidikan penulis diawali dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Srigading lulus tahun 2003, kemudian dilanjutkan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Labuhan Maringgai lulus tahun 2007, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Way Jepara dan lulus tahun 2010.

Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung dan mengambil minat Hukum Pidana. Pada tahun 2013 mengikuti Kuliah Kerja Nyata di Desa Sendang Asih Kecamatan Sendang Agung Kabupaten Lampung Tengah. Pada masa kuliah penulis pernah menjadi anggota Bidang Konsultasi dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum Universitas Lampung serta mengikuti organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Hindu Universitas Lampung.


(8)

PERSEMBAHAN

Om svastiastu,

Teriring doa dan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa

serta Leluhur yang selalu membimbing dan melindungi

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Bapak dan Ibu yang dengan penuh kesabaran dan kasih

sayangnya yang selalu m

emberikan dukungan dan do’a pada

keberhasilanku

Serta Dadong dan adik-adikku tersayang.


(9)

MOTTO

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah. (Lessing)


(10)

SANWACANA

Suksma penulis haturkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan Leluhur yang selalu memberikan kerahayuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama proses penyusunan sampai dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dam bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesepakatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung

2. Ibu Diah Gustiniati M, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung

3. Bapak Dr.Heni Siswanto, S.H., M.H., dan Ibu Diah Gustiniati M, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan ilmu dan bimbingannya dalam proses penyelesaian skripsi ini

4. Ibu Firganefi, S.H., M.H., dan Bapak Budi Rizki, S.H., M.H., selaku dosen pembahas yang memberikan kritik serta saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini

5. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

6. Khusus kepada kedua Orang Tuaku Bapak Wayan Kompyang dan Ibu Nyoman Konten, yang selalu tulus mendoakan dalam setiap untaian doanya untuk keberhasilan anak-anaknya


(11)

7. Bapak Aan Suhendar Sebagai Kanit Reskrim Polsek Tanjung Karang Timur yang senantiasa memberikan segala informasi yang penulis butuhkan dalam penyelesaikan skripsi ini

8. Dadong, Adek I Made Asana Yasa, Pak Tot, Pak De, yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis

9. Teman-Teman seperjuangan I Gusti Ngurah Yoga, I Wayan Samudra, dan I Made Dopiada atas semangat dan dukungannya yang tiada henti

Akhir kata penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, 20 April 2015

Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 11

E. Sistematika Penulisan ... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Pengertian Kriminologi ... 17

B. Kejahatan Dengan Kekerasan ... 24

C. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan ... 26

D. Upaya-Upaya Penanggulangan Terhadap Kejahatan ... 29

III. METODE PENELITIAN ... 32

A. Pendekatan Masalah ... 32

B. Penentuan Narasumber ... 32

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 34

D. Sumber dan Jenis Data ... 34

E. Analisis Data ... 35

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Karakteristik Responden ... 37

B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perkelahian dan Pengeroyokan Pada Acara Hiburan Organ Tunggal di Bandar Lampung ... 39

C. Upaya Penanggulangan Perkelahian dan Pengeroyokan Pada Acara Hiburan Organ Tunggal ... 56


(13)

V. PENUTUP ... 70

A. Simpulan ... 70

B. Saran ... 71


(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia hidup di bawah naungan hukum positif, meski di daerah tertentu eksistensi pranata adat masih bisa dijumpai.Individu sebagai bagian dari masayarakat selalu ingin hidup berdampingan dengan anggota masyarakat lainnya.Sifat alamiah ini yang menyebabkan manusia melakukan interaksi antar sesamanya.Interaksi yang dilakukan manusia bisa bersifat saling menguntungkan atau bisa bersifat merugikan. Hukum hadir di tengah masyarakat sebagai penyeimbang dari berbagai pola interaksi individu yang hidup sebagai masyarakat, karena hukum memuat norma-norma tentang interaksi seperti apa yang dianggap merugikan hak dan rasa keadilan dari individu lain atau masyarakat sebagai komunitas yang dianggap ikut merasakan dampaknya.

Hukum sebagai penyeimbang dalam setiap interaksi yang terjadi pada suatu masyarakat pada hakekatnya tidak hanya bertujuan demi menjamin setiap hak yang dimiliki oleh masing-masing individu tetapi juga sebagai pemberi rasa adil.Pandangan tentang kejahatan tentu sangat beraneka ragam.Kejahatan bisa dipandang dari sudut hukum dan juga misalnya dari segi kriminologis.Nilai merupakan suatu ukuran untuk menentukan sesuatu dianggap baik atau buruk.


(15)

2

Penilaian tentang hal yang baik dan buruk tentu mengarah pada hal yang tidak bertentangan dengan hukum dan hal yang bertentangan dengan kaidah hukum.

Kejahatan merupakan suatu fenomena komplek yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda.itu sebabnya dalam keseharian kehidupan dapat menangkap berbagai komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan yang lainya. Masyarakat yang beradab tentu menilai suatu tindakan dapat dikatakan sebagai kejahatan atau bukan kejahatan tentu dari segi hukum dan rasa adil yang ada di masyarakat.Perkembangan selanjutnya dalam upaya untuk menegtahui faktor-faktor penyebab terjadinya suatu kejahatan maka ilmu hukum senantiasa ditemani oleh ilmu kriminologi.

Norma hukum positif diwujudkan dalam bentuk suatu undang-undang, yang biasanya dikodifikasikan tidak lepas dari respon terhadap suatu gejala sosial yang terjadi ditengah-tengah masyarakat itu sendiri.Pasal 170 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang mengatur tentang Tindak Pidana Perkelahian dan pengeroyokan merupakan salah satu pasal yang merespon gejala sosial yang ada di masyarakat yaitu keinginan manusia.Keinginan untuk dihormati, keinginan untuk mempertahankan harga diri, keinginan dalam bidang ekonomi yang tidak jarang menjadi penyebab terjadinya suatu tindak pidana.Kendati demikian perkelahian dan pengeroyokan masih beberapa kali terjadi, yang memperihatinkan adalah ketika peristiwa tersebut terjadi pada acara yang bersifat hiburan.Acara yang diadakan untuk menghibur justru menjadi ajang perkelahian.perkelahain dan pengeroyokan dianggap oleh sekelompok orang sebagai cara untuk bisa menyelesaikan masalah.


(16)

3

Tidak adanya kata sepakat yang menguntungkan antar pihak yang terlibat konflik sehingga seolah-olah kekerasan menjadi upaya terakhir yang dianggap paling benar oleh sekelompok orang tersebut.Hukum harus bisa mengakomodir dan mencerminkan perlindungan terhadap hak-hak dan kewajiban masyarakat.Tidak dapat dipungkiri dalam menjalankan kehidupanya manusia memerlukan kedua hal tersebut, harus ada keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Belakangan perkelahian dan pengeroyokan beberapa kali terjadi pada acara hiburan organ tunggal, yang seharusnya bertujuan untuk hiburan semata justru dimanfaatkan oleh sekelompok individu untuk melampiaskan amarahnya.Peristiwa ini mengindikasikan adanya penyimpangan perilaku yang dialami oleh individu atau kelompok individu itu sendiri.Imbasnya adalah penyelesaian suatu permasalahan yang mengabaikan supremasi hukum dan lebih mengedepankan kekerasan sebagai faktor pembenar dalam setiap keputusan yang diambil.

Dalam pergaulan manusia bermasyarakat kebutuhan atau kepentingan mereka tidak selalu sejalan bahkan sering terjadi pertentangan diantara mereka.Oleh karena dalam pergaulan antar sesama manusia, masing masing mereka tidak mau dirugikan.Perkelahian dan pengeroyokan terjadi pada acara huburan organ tunggal seperti pada tabel berikut ini.


(17)

4

Tabel Jumlah Perkara Perkelahian dan Pengeroyokan pada Acara Hiburan Organ Tunggal di Lampung Tahun 2011-2014

NO Daerah Perkara Jumlah

perkara Keterangan

1

Bandar Lampung: Kampung Bayur Bawah, Sukamanjur Kelurahan Bumi Kedamaian, Kedamaian Bandar Lampung.1 Desa Bakung, Teluk Betung Barat, Bandar Lampung.2 Kedaton, Bandar Lampung.3

3

Kasus 1 (satu) terselesaikan (jalur litigasi).

Kasus 2 (dua) tidak.

terselesaikan ( sulit menentukan

tersangka).

Kasus ke 3 (tiga) terselsaikan.

2 Lampung Muarabalak.4 Selatan: Dusun

Bunut, Penengahan.5 Desa Negeri Sakti Gedong Tataan.6

3 Tidak terselesaikan (buron)

3 Lampung Tengah: Kampung Bumi

Nabung Timur.7 1

Terselesaikan (jalur litigasi)

4 Pesisir Barat: Pekon Way Haru8

1

Terselesaikan non litigasi (jalur mediasi rembuk pekon)

5 Kabupaten Tulang Bawang: Tulang

Bawang Udik.9 1 Terselesaikan (jalur litigasi)

Sumber: Data sekunder yang diperoleh dari penelusuran website

1

http://www.Lampung-news.com/article/kriminal/ 12191.html/ diakses2 September 2014 17.00

2

http:www.indosiar.com/patroli/ribut-diajang-organ tunggal-bapak-terluka_37492.html/ diakses 6 September 2014 13.00

3http://javanewsonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4368:anak-pejabat-keroyok-pemilik-organ-tunggal&catid=11:berita-terkini&Itemid=12/ diakses 9 Oktober 2014 21.00

4

http://www.haluanlampung.com/index.php/kriminal/3625-polisi-buru-pembunuh-firman/ diakses 4 September 2014 21.30

5

http://buser.liputan6.com/read/68795/hiburan organ-tunggal-di-lampung-menelan-korban.html diakses 4 september 2014 20.30

6

http://news.liputan6.com/read/79866/diciduk-buronan-pembacok-pengusaha-hiburan-di-lampung diakses 7 September 2014 18.30

7

http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/ diakses 5 September 2014 22.30

8

http://lampost.co/berita/hiburan-organ-tunggal-picu-perkelahian/ diakses 1 Oktober 2014 20.30

9

http://javanewsonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=5510:buntut-bentrok-polisi-vs-warga-kanit-provos-terkena-sanksi&catid=11:berita-terkini&Itemid=12 diakses 6 September 2014 23.00


(18)

5

Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa perkara perkelahian dan pengeroyokan untuk wilayah Bandar Lampung terjadi tiga perkara, satu perkara mengakibatkan adanya koraban jiwa yaitu kasus yang terjadi di Kampung Bayur Bawah.Pada Wilayah Hukum Kabupaten Lampung Selatan terjadi tiga perkara yang semuanya mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.Pada wialayah Hukum Kabupaten Lampung Tengah terjadi satu perkara dan menelan korban jiwa. Pada wialayah Hukum Kabupaten Pesisir Barat dan Tulang Bawang masing-masing terjadi satu perkara, pada Kabupaten Pesisir Barat tidak ada korban jiwa sedangkan pada kabupaten Tulang Bawang menelan korban jiwa dengan Luka tembak di kepala korban.

Penelitian ini membahas kasus yang terjadi di wilayah Hukum Bandar Lampung, hal ini bertujuan agar tidak kesulitan dalam mengumpulkan data primer.Perilaku menyimpang ini beberapa kali terjadi pada acara yang bersifat hiburan ini.Membicarakan kekerasan bukanlah suatu hal mudah, sebab kekerasan pada dasarnya adalah merupakan tindakan agresif, yang dapat dilakukan oleh setiap orang misalnya tindakan memukul, menusuk, menendang, menampar, meninju, menggigit, semua itu adalah bentuk-bentuk-bentuk kekerasan.10

Para pelaku perkelahian dan pengeroyokan pada acara organ tunggal seakan tidak mempedulikan akibat secara fisik maupun secara hukum pasca perkelahian.Kriminologis berasal dari kata crime yang berarti ilmu/pengetahuan tentang kejahatan.11Kriminologis berusaha menelurusi kejahatan dari berbagai sudut pandang.Krimonologis adalah ilmu yang bertujuan menyelidiki gejala

10

Yesmil Anwar dan Adang, 2010, Kriminologi, PT Refika Aditama, Bandung, hlm. 410.

11


(19)

6

kejahatan seluas-luasnya.12Mengenai faktor penyebab terjadinya perkelahian dan pengeroyokan merupakan salah satu kajian kriminologis.Sebab yang melatar belakangi terjadinya tindak pidana perkelahian dan pengeroyokan pada acara organ tunggal di Bandar Lampung menjadi titik fokus skripsi ini. Kemudian dianalisis dan ditemukan upaya penanggulanganya .

Terciptanya kerukunan dan kedamaian dalam masyarakat merupakan langkah awal dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.Tidak semestitnya masyarakat yang hidup dengan budaya yang pancasila sebagai ideologinya justru seolah tidak mengamalkan nilai dari kelima sila yang ada dengan melakukan perkelahian pada acara yang seharusnya menjadi hiburan bersama justru menjadi momentum untuk berkelahi dan bahkan sampai melakukan pengeroyokan. Interkasi yang terjadi di masyakat kemungkinan akan menimbulkan akibat hukum, itu artinya hukum itu timbul dikarenakan adanya masyarakat. Ubi societas ibi ius.13Dimana ada masyarakat, disitu ada hukum.Kedua elemen berbeda fungsi dan peran itu tidak mungkin bisa dipisahkan.

Pada hakekatnya hidup di suatu masyakat tentu mempunyai cara, etika ataupun aturan tentang bagaimana cara bergaul yang semestisnya sehingga dalam terjadinya interaksi dimasyarakat tidak terjadi suatu tindak pidana. Setiap Negara mempunyai keadah hukumnya masing-masing, yakni hukum yang dibuat oleh masyarakatnya sendiri ataupun hukum positif peninggalan bangsa kolonial yang di berlakukan berdasarkan asas konkordansi dan harus dipatuhi oleh masyarakat

12

http://www.negarahukum/hukum/pengertian-kriminologis.html

13

http://drh.chaidir.net/kolom/167-ubisocietas-ibi-ius-dimana-ada-masyarakat,-di-situ-ada-hukum.html diakses 2 September 2014


(20)

7

yang ada di wilayah negara tersebut.”Indonesia adalah Negara hukum” sebagai mana yang diamanatkan oleh undang-undang dasar 1945, Pasal 1 Ayat (3).Segala bentuk pelanggaran maupun kejahatan haruslah bisa ditegakan melalui jalur hukum, tidak sepatunya menyelesaikan suatu konflik dengan solusi perkelahian atau terlebih lagi pengeroyokan yang jelas melawan hukum.

Berdasarkan uraian dan penegasan diatas dapat dipahami bahwa segala tindakan yang dilakukan atau diputuskan oleh negara dan masyarakat haruslah berdasarkan hukum.Hal ini menunjukan bahwa adanya supremasi hukum, atau hukum merupakan kekuasaan tertinggi dalam negara.Indonesia berkewajiban menyelenggarakan pemerintahan yang baik berdasarkan hukum.Hukum pidana merupakan salah satu contoh hukum yang berlaku di Indonesia, hukum pidana termasuk kedalam cabang pokok dari ilmu hukum.Hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara.Di Indonesia selain hukum positif juga mengakui adanya hukum masyarakat. Hal ini dapat di artikan bahwa hukum yang tidak dikodifikasikan atau bersifat norma yang dimana peraturanya tidak diundanngkan. hal ini tentu dapat di intepretasikan bahwa hukum masyarakat merupakan peraturan yang bersifat tidak legal menurut hukum positif negara dan dapat berubah sewaktu-waktu mengikuti dinamika yang terjadi di masyarakat.

Hukum yang lahir dari masyarakat dalam mengatur atau menyelesaikan masalah di daerahnya sangatlah penting. Penyelesaian maslah melalui mufakat tak terbatas hanya pada perkara-perkara perdata saja, tetapi juga pidana.penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana memiliki peranan yang besar dalam memelihara


(21)

8

dan menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk menjamin kepentingan masyarakat atau warga negara, terjaminya kepastian hukum sehingga berbagai perilaku kriminal dan tindakanya sewenang-wenang yang dilakukan anggota masyarakat tidak terulang. Penanggulangan kejahatan melalui hukum pidana dianggap pilihan yang tepat dikarenakan hukum pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan perbutan apa yang dilarang dan terasuk kedalam tindak pidana, serta menentukan hukum apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukanya.14

Hukum pidana mengatur bahwa pelaku kejahatan akan mendapatkan sanksi berupa hukuman fisik. Diharapkan dengan pemberian sanksi secara fisik akan memberikan efek jera kepada pelaku untuk tidak mengulangi perbuatan yang sama. Hukum pidana yang kita kenal di Indonesia termasuk kedalam hukum publik. Di artikannya hukum pidana yang digolongkan dalam hukum publik yaitu negara memiliki peranan yang sangat penting dalam penegakan hukum pidana. Penegakan hukum pidana di Indonesia di lakukan melalui sistem peradilan pidana sabagai suatu sub-sistem dan peradilan pidana yang mempunyai tugas dan tanggungjawab yang sama dengan sub-sistem lainya, yaitu: Kepolisian, Kejaksaan, pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan. Kesemuanya itu berjalan dalam satu sistem yang familiar dikenal dengan istilah “criminal justisce system

atau yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia sebagai sistem peradilan pidana.15Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dangan judul “Tinjauan Kriminologis Terhadap Perkelahian dan Pengeroyokan Pada Acara hiburan Organ Tunggal (Studi di Bandar Lampung).

14Muchsin H.2006.”

Ikhtisar Ilmu Hukum”.Jakarta:Badan Penerbit Iblam.

15Andi Hamzah. “


(22)

9

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan

Berdasarkan judul dan uraian pada latar belakang, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya perkelahian dan pengeroyokan pada acara hiburan organ tunggal di Bandar Lampung?

b. Bagaimanakah upaya penanggulangan perkelahian dan pengeroyokan pada acara hiburan organ tunggal di Bandar Lampung?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini agar sesuai dengan permasalahan dan tidak menyimpang, maka penulis memandang sangat perlu adanya kejelasan dalam batasan masalah.Kriminologi bertujuan untuk memberi petunjuk bagaimana masyarakat dapat memberantas kejahatan dengan hasil yang baik dan lebih-lebih menghindarinya.16Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah membatasi mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya perkelahian dan pengeroyokan pada acara hiburan organ tunggal, upaya penanggulanganya pada perkelahian dan pengeroyakan pada acara hiburan organ tunggal yang terjadi pada tahun 2011-2014.Tempat penelitian yaitu di wilayah hukum Bandar Lampung.

16

Abintoro Prakoso, 2013, Kriminologi Dan Hukum Pidana, Laksbang Grafika, Yogyakarta, hlm. 21.


(23)

10

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui faktor-faktor peneyebab perkelahian dan pengeroyokan pada acara hiburan organ tunggal di Bandar Lampung.

b. Menegetahui upaya penanggulangan terhadap perkelahian dan penegroyokan pada acara hiburan organ tunggal di Bandar Lampung.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis yaitu:

a. Kegunaan teoritis

Secara teori, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan hukum dan memperkaya kepustakaan ilmu hukum pidana khususnya terkait faktor penyebab, upaya penanggulangan perkelahian dan pengeroyokan pada acara organ tunggal di Bandar Lampung.

b. Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi para praktisi hukum dan masyarakat mengenai faktor penyebab dan upaya penanggulangan perkelahian dan pengeroyokan pada acara organ tunggal di BandarLampung.Selain itu penulis juga berharap penelitian ini dapat memperluas dan mengembangkan ilmu hukum, khususnya ilmu hukum pidana.


(24)

11

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.17kerangka teoritis adalah susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan, asas, keterangan sebagai suatu kesatuan yang logis yang menjadi landasan, acuan, dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian. Kerangka teoritis bersumber dari undang-undang karya tulis bidang ilmu dan laporan penelitian.

Membicarakan sebab-sebab kejahatan adalah hal yang menarik.Banyak teori yang berkaitan dengan sebab kejahatan telah telah diajukan oleh para ahli. Teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan pada skripsi ini adalah dengan menggunakan beberapa teori untuk menganalisis permasalahan berkaitan dengan kejahatan yaitu faktor-faktor penyebab kejahatan dan upaya penanggulangan kejahatan.

1. Berdasarkan teori biososiologi dapat dijelaskan bahwa faktor penyebab kejahatan terbagi menjadi faktor intrinsik dan ekstrinsik.18

a. Faktor intrinsik (interen) Moral dan Pendidikan

17Soerjono Soekanto. “

Pengantar Penelitian Hukum dan Survei”. Universitas Indonesia Press.Jakarta.1986

18


(25)

12

Moral disini berarti tingkat kesadaran akan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Semakin tinggi rasa moral yang dimiliki oleh seseorang, maka kemungkinan orang tersebut yang melanggar norma-norma yang berlaku akan semakin rendah. Kesadaran hukum seseorang merupakan salah satu faktor internal yang dapat menentukan apakah pelaku dapat melakukan perbuatan yang melanggar norma-norma di masyarakat. Apabila seseorang sadar akan prbuatan yang dapat melanggar norma maka ia tidak akan melakukan perbuatan tersebut karena takut akan adanya sanksi yang dapat diterimanya, baik sanksi dari pemerintah maupun sanksi dari masyarakat sekitar.

b. Faktor Ekstrinsik (eksteren)

a). Faktor Lingkungan atau Pergaulan

sering dilanggar dan tidak ditaati lagi. Selain itu standar pendidikan dan lingkungan tempat tinggal yang sering melakukan tindak pidana juga menjadi salah satu faktor yang dapat membentuk seseorang atau individu untuk menjadi seseorang pelaku kejahatan.

b). Faktor Ekonomi

ekonomi merupakan salah satu hal yang penting di dalam kehidupan manusia dan keadaan ekonomi dari pelaku kejahatan kerap kali muncul yang melatarbelakangi seseorang melakukan tindak pidana. Para pelaku sering kali tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, atau bahkan tidak punya pekerjaan sama sekali atau seseorang dapat berbuat nekat dengan melakukan tindak kejahatan.


(26)

13

2. Teori Kesempatan (Opportunity Theory)

Terdapat hubungan yang kuat antara lingkungan kehidupan, struktur ekonomi dan pilihan perilaku yang mereka perbuat selanjutnya. Richard A. Cloward dan Lloyd E. Ohlin dalam bukunya Delinquency and Opportunity berpendapat bahwa munculnya kejahatan dan bentuk-bentuk perilakunya bergantung pada kesempatan, baik kesempatan patuh norma maupun kesempatan penyimpangan norma.19 Apabila kelompok remaja (dengan status ekonomi dan lingkunganya) terblokir oleh kesempatan patuh norma dalam rangka mereka mencapai sukses hidupnya, mereka akan mengalami frustasi (status frustration), tanggapan mereka dalam menanggapi frustasi statusnya itu sangat bergantung pada terbukanya struktur kesmpatan yang ada di hadapan mereka.20 Apabila kesempatan kriminal terbuka dihadapan mereka, mereka akan melibatkan diri dalam sub-kultur kejahatan (criminal sub-culture) sebagai cara untuk mengahdapi permasalahan status yang dihadapinya.21

3. Teori penanggulangan kejahatan menurut G.P. Hoefnagelf, ada tiga cara upaya yang dapat ditempuh dalam menanggulangi kejahatan:22

a. Penerapan hukum pidana (criminal law application); b. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment);

c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan melewati media massa.

19

Abintoro Prakoso, Op., cit., hlm. 128.

20

Ibid, hlm. 129.

21

Ibid, hlm. 129.

22


(27)

14

2. Konseptual

Menurut Soerjono Soekanto, kerangka konseptual adalah suatu kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan inti-inti yang berkaitan dengan istilah yang ingin diteliti, baik dalam penelitian normatif maupun empiris.23Hal ini agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam melakukan penelitian. Maka disini akan dijelaskan tentang pengertian pokok yang dijadikan konsep dalam penelitian, sehingga akan memberikan batasan yang tetap dalam penafsiran terhadap beberapa istilah.

Istilah-istilah yang di maksud adalah:

1. Tinjauan adalah berisikan tentang pandangan, kritik, catatan serta apresiasi dalam mempelajari dan mendalaminya.24

2. Kriminologis adalah ilmu penegtahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya berdasarkan pada pengalaman seperti ilmu pengetahuan lainya yang sejenis, memperhatikan gejala-gejala dan mencoba menyelidiki sebab-sebab arti gejala tersebut dengan cara-cara yang apa adanya.25

3. Perkelahian adalah bertengkar dengan kata-kata atau adu tenaga.26

4. Pengeroyokan adalah menyerang ramai, perkelahaian beramai-ramai.27

5. Hiburan adalah sesuatu atau perbuatan yang dapat menghibur hati (melupakan kesedihan).28

23

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, hlm.124.

24

http:www.artikata.com diakses 2 september 2014 20:12

25

Bonger, W. A. 1982.Pengantar Tentang Kriminologi. Ghalia Indonesia: Jakarta

26

Kmaus Besar Bahasa Indonesia/Timpenyusun Pusat Bahasa, ed.3-cet.3, Jakarta : Balai Pustaka, 2005, hlm. 582.

27

Kmaus Besar Bahasa Indonesia/Timpenyusun Pusat Bahasa, ed.3-cet.3, Jakarta : Balai Pustaka, 2005, hlm. 556.


(28)

15

6. Organ/keyboard/organ tunggal adalah alat musik besar seperti piano yang menghasilkan nada dari udara yang dikeluarkan ke dalam pipa yang berbedaa bentuk dan ukuran.29Keyboard berasal dari kata key yang berarti kunci. Sedangkan board berarti papan. Keyboardartinya alat musik yang terdiri dari sekumpulan tuts pada sebuah bidang yang mirip papan

(board).30

E. Sistematika Penulisan

Mempermudah para pembaca dalam memahami dari penulisan ini, maka penulis membuat sistematika penulisan yang dimulai dari pendahuluan sampai dengan penutup dengan tujuan agar pembaca dapat memahami isi dari penulisan ini:

I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, permasalahan yaitu untuk mengetahui tinjauan kriminologis perkelahian dan pengeroyokan dalam acara hiburan organ tunggal.Memuat fakta-fakta yang ada, kemudian menarik permasalahan permasalahan yang dianggap penting dan membatasi ruang lingkup penulisan, juga memuat tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan konseptual serta sitematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan pengertian dan pemahaman tentang tinjauan kriminologis tindak pidana perkelahian dan pengeroyokan. Pengertian kejahatan, faktor penyebab

28

http:www. artikata.com/arti-365209-hiburan.html diakses 10 oktober 2014 18:30

29

Kmaus Besar Bahasa Indonesia/Timpenyusun Pusat Bahasa, ed.3-cet.3, Jakarta : Balai Pustaka, 2005, hlm. 803.

30

http://instruktur-musik.blogspot.com/2011/10/pengertian-keyboard.html diakses 10 oktober 2014 18:30


(29)

16

kejahatan, kejahatan dengan kekerasan, penanggulangan kejahatan , perkelahian dan pengeroyokan.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini mengemukakan tentang langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian, meliputi pendekatan masalah, sumber dan jenis data, metode pengumpulan data serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang pokok-pokok bahasan berdasarkan hasil penelitian, yaitu tentang faktor penyebab, upaya penanggulangan dan faktor penghambat penanggulangan perkelahian dan pengeroyokan dalam acara hiburan organ tunggal di Lampung.

V.PENUTUP

Bab ini berisikan tentang jawaban dari kesimpulan dan saran terhadap penulisan skripsi ini untuk kepentingan kita bersama dalam membangun negara yang makmur dan berkeadilan.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Kriminologi

1. Kejahatan Ditinjau Dari Segi Kriminologis

Kejahatan menurut kriminologis dikenal dengan tiga istilah yaitu pelanggran hukum, penyimpangan tingkah laku dan kejahatan yang memiliki perbedaan tingkat keseriusan.31 Heterogenitas masyarakat, daerah dan bentuk bangunan perumahan di seluruh indonesia dikonstatir dan bahkan telah terdapat fakta, bahwa bentuk dan kejahatan di indonesia berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainya.32 Suatu pertanyaan apa itu kejahatan, kita tentunya berbicara tentang pelanggran norma (Hukum Pidana), perilaku yang merugikan perilaku yang menjengkelkan, atau perilaku yang imbasnya menimbulkan korban.33

Kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang diciptakan oleh masyarakat. Walaupun masyarakat memiliki berbagai macam perilaku yang berbeda-beda akan tetapi memiliki pola yang sama.34 Dalam pandangan kriminologi (positivistis) di Indonesia, kejahatan dipandang sebagai: pelaku yang telah diputus oleh pengadilan; perilaku yang perlu dekriminalisasi; populasi pelaku yang ditahan; perbuatan yang melanggar norma; perbuatan yang mendapatkan reaksi

31

Abdussalam, 2014, Criminologi,PTIK, Jakarta,hlm.24.

32

Abintoro Prakoso, 2013, Op., cit., hlm. 90.

33

Yesmil Anwar dan Adang, 2010, Op., cit., hlm. 178.

34


(31)

18

sosial.35Kejahatan merupakan suatu fenomena yang kompleks yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda.Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain.Usaha untuk memahami kejahatan sebenarnya telah berabad-abad lalu telah dipikirkan oleh para ilmuan.Plato misalnya menyatakan bahwa emas merupakan sumber dari kejahatan manusia.Aristoteles menyebutkan bahwa kemiskinan menimbulkan kejahatan dan pemberontakan.Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan.Secara etimologis kriminologi berasal dari kata crime yang berarti kejahatan, dan logos yang berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan, sehingga kriminologi adalah ilmu/pengetahuan tentang kejahatan.36Istilah untuk pertama kali (1879) digunakan oleh P. Topinard, ahli antropologi prancis, sementara istilah yang banyak digunakan sebelumnya adalah antropologi kriminal.37

Bonger menempatkan satu lagi penulis masa lampaunya yaitu Thomas More.Penulis buku Utopia ini menceritakan bahwa hukuman berat yang dijatuhkan kepada penjahat pada waktu itu tidak berdampak banyak untuk menghapuskan kejahatan yang terjadi.Untuk itu katanya harus dicari sebab-musabab kejahatan dan menghapuskan kejahatan tersebut.38Bonger, memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidik gejala kejahatan seluas-luasnya. Melalui definisi ini, Bonger membagi kriminologi menjadi kriminologi murni yang mencakup:39

35

Ibid, hlm. 178.

36

Ibid, hlm. 11.

37

I.S. Susanto, 2011, Kriminologi, Genta Publising, Jakarta, hlm. 1.

38

Topo, dkk. 2001. Kriminologi. Raja Grafindo Persada: Jakarta

39


(32)

19

1. Antropologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat dilihat dari segi biologisnya yang merupakan bagian dari ilmu alam.

2. Sosiologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai gejala sosial. Pokok perhatianya adalah seberapa jauh pengaruh sosial bagi timbulnya kejahatan (etiologi sosial)

3. Psikologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan dipandang dari aspek psikologis. Penelitian tentang aspek kejiwaan dari pelaku kejahatan antara lain ditujukan pada aspek kepribadianya.

4. Psipatologi kriminal dan neuropatologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang sakit jiwa atau sakit sarafnya, atau lebih dikenal dengan istilah psikiatri.

5. Penologi, yaitu ilmu pengetahuan tentang tumbuh berkembangnya penghukuman, arti penghukuman, dan manfaat penghukuman. Disamping itu terdapat kriminologi terapan seperti:

a. Hygiene kriminal, yaitu usaha yang bertujauan untuk mencegah

terjadinya terjadinya kejahatan.

b. Politik kriminal, yaitu usaha penanggulangan kejahatan dimana suatu kejahatan telah terjadi.

c. Kriminalistik (policie scientific), yaitu ilmu tentang pelaksanaan penyidikan teknik kejahatan dan pengusutan kejahatan.

Kemudian menurut Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, merumuskan kriminologi sebagai kesluruhan ilmu pengetahuan yang bertalian dengan perbuatan jahat sebagai gejala sosial (The body of knowledge regarding crime as a social phenomenon).


(33)

20

Menurut Sutherland, kriminologi mencakup proses-proses pembuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran hukum. Kriminologi olehnya dibagi menjadi tiga cabang ilmu utama yaitu:40

1. Sosiologi hukum

Kejahatan itu adalah perbuatan yang oleh hukum dilarang dan diancam dengan suatu sanksi.Jadi yang menentukan bahwa suatu perbuatan itu kejahatan adalah hukum. Disini menyelidiki faktor-faktor apa yang menyebabkan perkembangan hukum (khususnya hukum pidana).

2. Etiologi kejahatan

Merupakan cabang ilmu kriminologi yang mencari sebab musabab dari kejahatan. Etiologi kejahatan ditempatkan sebagai kejahatan yang paling utama dalam kriminologi.

3. Penology

Pada dasarnya ilmu tentang hukuman, akan tetapi Sutherland memasukan hak-hak yang berhubungan dengan usaha pengendalian kejahatan represif maupun preventif.

Paul Moedigdo Moeliono, memberikan defenisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai masalah manusia. Paul Moedigdo Moelino tidak sependapat dengan definisi yang diberikan Sutherland. Menurutnya definisi itu seakan-akan tidak memberikan gambaran bahwa pelaku kejahatan itu mempunyai andil atas terjadinya kejahatan, oleh karena terjadinya kejahtaan bukan semata-semata perbuatan yang di tentang oleh masyarakat, akan

40


(34)

21

tetapi adanya dorongan dari si pelaku untuk melakukan perbuatan jahat yang ditentang oleh masyarakat.41

Wolfgang, Savitz dan Jonhston, dalam The Sociology of Crime and Delinquency

memberikan definisi kriminologi sebagai kumpulan ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan menganalisa secara ilmiah keterangan-keterangan, keseragaman-keseragaman, pola-pola, faktor-faktor kausal yang berhubungan dengan kejahatan, pelaku kejahatan serta reaksi masyarakat terhadap keduanya.42

Suatau perbuatan baru dikatan sebagai kejahatan bila mendapatkan reaksi dari masyarakat karena dianggap adanya sebuah batasan atau nilai yang di langgar oleh si pelaku. Dalam suatu negara hukum suatu perbuatan akan dikatakan sebagai kejahatan bila telah melanggar norma hukum yang di kodifikasikan, namun hukum di suatu negara juga mengedepankan rasa yang ada di masyarakat, jadi antara nilai-nalai yang di anggap benar oleh suatu masyarakat dan juga tolak ukur dari hukum positif yang berlaku merupakan suatu indikator suatu perbuatan bisa dikatakan sebagai pelanggaran, kejahatan, atau bukan kejahatan.

2. Kejahatan Ditinjau dari Segi Hukum

Kejahatan sebagai perbuatan yang telah ditetapkan oleh negara sebagai kejahatan dalam hukum pidananya dan diancam dengan suatu sanksi.43Kejahatan sebagai suatu perilaku adalah suatu tindakan yang menyimpang, bertentangan dengan hukum atau melanggar peraturan perundang-undangan dan merugikan masyarakat

41

Yesmil Anwar dan Adang, Op., cit., hlm. 7.

42

Ibid., hlm. 10.

43


(35)

22

baik dipandang dari segi kesusilaan, kesopanan dan ketertiban anggota masyarakat.44Menurut Herman Mainheim, perumusan tentang kejahatan adalah perilaku yang dapat dipidana; kejahatan merupakan istilah teknis, apabila terbukti.45

Kejahatan merupakan sesuatu yang dianggap bertentangan dengan rasa keadilan, norma agama atau susila yang hidup pada suatu masyarakat pada umumnya atau suatu masyarakat tertentu. Bisa saja pandangan tentang suatu perbuatan yang dianggap kejahatan pada suatu masyarakat tertentu tapi, tidak pada masyarakat yang lainya. Dengan mengacu pada hukum pidana, kejahatan serta pelakunya relatif dapat diketahui, yakni mereka atau siapapun yang terkena rumusan norma hukum pidana, dalam arti memenuhi unsur-unsur delik, mereka atau siapa saja dianggap melakukan tindakan yang dapat dihukum(di Indonesia berarti sesuai dengan KUHP atau peraturan perundang-undangan dilura KUHP).46

Secara yuridis, kejahatan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang melanggar undang-undang atau hukum positif yang diakui secara legal.Tegasnya bahwa perbuatan yang melanggar larangan yang ditetapkan dalam kaidah hukum, dan tidak memenuhi atau melawan perintah-perintah yang telah ditetapkan dalam kaidah hukum yang berlaku dalam masyarakat diaman yang bersangkutan hidup dalam suatu kelompok masyarakat.Sitem hukum pidana Indonesia berpangkal pada hukum yang sudah dikodifikasikan yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, kejahatan dirumuskan dalam pasal-pasal tertentu.Perbedaan yang termasuk kejahatan (pelanggaran) menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,

44

Arbintoro Prakoso, 2013, Op., cit., hlm. 89.

45

Yesmil Anwar dan Adang, Op., cit., hlm. 179.

46


(36)

23

mutlak harus dirumuskan terlebih dahulu dalam undang-undang.Ketentuan ini merupakan asas legalitas, yang merupakan upaya menjamin kepastian hukum.

Pada pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang mengatur sebagai berikut “ Tiada suatu perbuatan yang dapat dipidana, melainkan atas kekuatan ketentuan pidana dalam undang-undang yang ada lebih dulu dari perbuatan itu”. Secara kriminologi yang berbasis sosiologi kejahatan merupakan suatu pola tingkah laku yang merugikan masyarakat (artinya harus ada pihak yang dirugikan atau korban) dan satu pola tingkah laku yang mendapatkan reaksi sosial dari masyarakat.47 Menurut E.H. Sutherland, kriminologi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial, termasuk didalamnya proses pembuatan undang-undang, pelanggaran undang-undang, dan reaksi terhadap pelanggaran undang-undang.48

Definisi kejahatan menurut Kartono bahwa: “secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan moral kemanusiaan (immoril), merupakan masyarakat, asosial sifatnya dan melanggar hukum serta undang-undang pidana”. Definisi kejahahatan menurut kartono bahwa: “secara sosiologis,kejahatan adalah semua ucapan, perbuatan dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan sosial-psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang telah tercakup dalam undang-undang, mapun yang belum tercantum dalam undang-undang pidana).49

47

Muhammad Mustafa, Kriminologi. FISIP UI Press: Depok, 2007. Hal 16

48

I.S. Susanto, Kriminologi. Genta Publishing: Yogyakarta, 2011. Hal 1

49


(37)

24

Sejak kelahirannya, hubungan kriminologi dengan hukum pidana sangat erat, artinya hasil-hasil penyelidikan kriminologi dapat membantu pemerintah dalam menangani masalah kejahatan, terutama melalui studi dibidang etiologi kriminal dan penologi.Disamping itu, dengan penelitian kriminologi dapat dipakai untuk membantu pembuatan undang-undang pidana (kejahatan) atau pencabutan undang-undang (dekriminalisasi), sehingga kriminologi sering disebut sebagai

“signal-wetenschap”.Kejahatan dalam masyarakat disebabkan karena beberapa faktor luar, sebagian besar disebabkan karena ketidak mampuan dan tidak adanya keinginan dari orang-orang dalam masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

B.Kejahatan Dengan Kekerasan

Pengertian istilah kekerasan atau ia violencia di columbia, the vendetta barbaricinadi Sardinia di italia, atau la vida nada di elsavador yang ditempatkan dibelakang kata kejahatan sering menyesatkan khalayak. Karena sering ditafsirkan seolah-olah sesuatu yang dilakukan dengan kekerasan dengan sendirinya merupakan kejahatan.50Hal ini perlu dijernihkan. Menurut para ahli, kekerasan yang digunakan sedemikian rupa sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan, baik fisik ataupun psikis, adalah kekerasan yang bertentangan dengan hukum. Oleh karena itu merupakan kejahatan.51

Membicarakan kekerasan bukanlah suatu hal mudah, sebab kekerasan pada dasarnya adalah merupakan tindakan agresif, yang dapat dilakukan oleh setiap

50

Romli Atmasasmita, 2013, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, PT Refika Aditama, Bandung, hlm. 65.

51


(38)

25

orang, misalnya tindakan memukul, menusuk, menendang, menampar, menggigit, semua itu adalah bentuk-bentuk kekerasan.

Istilah kekerasan diagambarkan untuk menggambarkan sebuah perilaku baik yang terbuka (overt) atau yang tertutup (covert), dan baik yang bersifat menyerang

(offensive), atau yang bersifat bertahan (deffense), yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain. Kejahatan diatas dapat digolongkan kepada kejahatan kekerasan individual (perseorangan).sedangkan yag termasuk pada kejahatan (kelompok) adalah perkelahian massa, perkelahian antara geng remaja yang menimbulkan akibat kerusakan harta benda atau luka-luka berat atau kematian. Selain kekerasan individu, kekerasan juga dapat dikatakan sebagai kekerasan kolektif, seperti misalnya perkelahian masa.52

Kekerasan kolektif biasanya dilakukan oleh segerombolan orang (mob) dan kumpulan orang banyak (crowd) dan dalam pengertian yang sempitnya dilakukan oleh geng. Pada umumnya, kekerasan kolektif muncul dari situasi konkret yang sebelumnya didahului oleh sharing gagasan nilai, tujuan, dan masalah bersama dalam periode waktu yang lebih lama. Kekerasan kolektif primitif pada umumnya bersifat non-politis, yang ruang lingkupnya terbatas pada suatu kelompok komunitas lokal misalnya main hakim sendiri dalam bentuk pemukulan penganiayaan lain ketika seorang tersangka pelaku kejahatan tertangkap warga di wilayah tersebut. Kekerasan yang dilakukan untuk gagah-gahan atau lucu-lucuan

(just for fun).53

52

Ibid., hlm. 412.

53


(39)

26

C.Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan

Faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan menurut konggres ke- 8 PBB Tahun 1990 di Hanava, Cuba, antara lain:54

a. Kemiskinan, pengangguran, kebutahurufan (kebodohan) ketiadaan atau kekurangan perumahan yang layak dan sistem pendidikan serta latihan yang tidak cocok atau serasi;

b. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai prospek (harapan) karena proses integrasi sosial, juga karena memburuknya ketimpangan-ketimpangan sosial;

c. Mengendurnya ikatan sosial dan keluarga;

d. Keadaan-keadaan/kondisi yang menyulitkan bagi orang-orang yang beremigrasi ke kota-kota atau ke negara-negara lain;

e. Rusaknya atau hancurnya identitas budaya asli, yang bersamaan dengan adanya rasisme dan diskriminasi menyebabkan kerugian/kelemahan di bidang sosial kesejahteraan clan lingkungan pekerja;

f. Menurun atau mundurnya (kualitas) lingkungan perkotaan yang mendorong peningkatan kejahatan dan berkurangnya pelayanan bagi tempat-tempat fasilitas lingkungan/bertetangga;

g. Kesulitan-kesulitan bagi orang-orang dalam masyarakat modern untuk berintegrasi sebagai mana mestinya didalam lingkungan masyarakatnya, keluarganya tempat kerjanya atau lingkungan sekolahnya;

h. Penyalahgunaan alkohol, obat bius dan lain-lain yang pemakaianya juga diperlukan karena faktor-faktor yang disebut di atas;

54


(40)

27

i. Meluasnya aktivitas kejahatan terorganisasi, khususnya perdagangan obat bius dan penadahan barang-barang curian;

j. Dorongan-dorongan (khususnya mass media) mengenai ide-ide dan sikap-sikap yang mengarah pada tidak kekerasan, ketidak samaan (hak), atau sikap-sikap tidak toleransi.

Edwin H. Sutherland dalam menjelaskan proses terjadinya perilaku kejahatan, yaitu:55

1. Perilaku kejahatan adalah perilaku yang dipelajari secara negatif berarti perilaku itu tidak diwarisi.

2. Perilaku kejahatan yang dipelajari dalam interaksi dengan orang lain dalam suatu proses komunikasi.

3. Bagian yang terpenting dalam proses mempelajari perilaku kejahatan ini terjadi dalam kelompok personal yang intim.

4. Apabila perilaku kejahatan dipelajari maka yang dipelajri meliputi: a. Teknik melakukan kejahatan.

b. Motif-motif tertentu, dorongan dan alasan-alasan pembenar dan perilaku jahat tersebut.

5. Arah dari motif dan dorongan itu dipelajari melalui definisi-definisi dari peraturan hukum.

6. Seseorang menjadi delinkuensi (nakal) karena akses dari pola-pola pikir yang lebih melihat dari aturan hukum sebagai pemberi peluang dilakukannya kejahatan daripada melihat hukum sebagai sesuatu yang harus diperhatikan dan dipatuhi.

55


(41)

28

7. Diferensi asosiasi bervariasi dalam hal frekuensi jangka waktu prioritas serta intensitasnya.

8. Proses mempelajrai perilaku kejahatan yang diperoleh melalui hubungan dengan pola-pola kejahatan dan inti kejahatan yang menyangkut seluruh mekanisme yang lazim terjadi dalam suatu proses belajar pada umumnya. 9. Sementara perilaku kejahatan merupakam pernyataan kebutuhan dan nilai

umum, akan tetapi hal tersebut tidak dijelaskan oleh kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai umum itu, sebab perilaku yang bukan kejahatan juga merupakan pernyataan dari kebutuhan dan nilai-nilai yang sama.

Pembahasan delinquent atau sub kultur yang banyak terdapat diantara anak laki-laki kelas bawah didaerah-daerah pusat kota-kota besar. Ia membedakan tiga bentuk sub kultur delinquent, yaitu:56

1) Criminal sub culture, suatu bentuk geng terutama melakukan pencurian, pemerasan dan bentuk kejahatan lain dengan tujuan untuk memperoleh uang. 2) Conflict sub culture, suatu bentuk geng yang berusaha mencari status dengan

menggunakan kekerasan.

3) Retreatist sub culture, suatu bentuk geng dengan ciri-ciri penarikan diri dari tujuan dan peranan yang kontroversial dan karenanya mencari pelarian dengan menggunakan narkotika serta melakukan bentuk kejahatan yang berhubungan dengan itu.

Ketiga pola sub kulturdelinquent tersebut tidak hanya menunjukan adanya dalam perbedaan gaya hidup diantara anggotanya akan tetapi juga karena adanya

56


(42)

29

masalah-masalah yang berbeda bagi kepentingan kontrol sosial dan pencegahanya. Mereka timbul dari proses-proses dan bagian-bagian yang berbeda dari struktur sosial, seperti perbedaan dalam kepercayaan, nilai-nilai dalam aturan tingkah laku bagi anggota-anggotanya. Tetapi ketiganya adalah serupa dalam hal norma-norma tandingan yang menyebabkan tingkah laku anggotanya melarikan diri dari norma yang berlaku pada masyarakat yang lebih luas. Cloward dan Ohlin menyatakan bahwa timbulnya kenakalan remaja lebih ditentukan oleh perbedaan-perbedaan kelas yang dapat menimbulkan hambatan-hambatan bagi anggotanya, misalnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan, sehingga mengakibatkan terbatasnya kesmpatan bagi anggotnya untuk mencapai aspirasinya.

D. Upaya-Upaya Penanggulangan Terhadap Kejahatan

Upaya penanggulangan kejahatan telah dilakukan oleh semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat pada umumnya.Menurut Saparinah Sadli, perilaku menyimpang itu merupakan ancaman yang nyata atau ancaman norma-norma sosial yang mendasari kehidupan atau keteraturan sosial; dapat menimbulakn ketegangan individual ataupun ketegangan-ketegangan sosial; dan merupakan ancaman riil atau potensial bagi berlangsungya ketertiban sosial.57

Konstitusi mengamanatkan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia. Kalimat itu jelas merupakan suatu kewajiban bagi pemerintah khususnya untuk melindungi, memberi rasa aman serta kepastian hukum. Berbagi program serta kegiatan yang telah dilakukan dengan terus mencari cara paling tepat dan efektif dalam mengatasi masalah tersebut. Dalam

57


(43)

30

kepustakaan asing penanggulangan kejahatan dikenal dengan berbagai istilah, antara lain penal policy, criminal policy, atau strafrechts politik adalah suatu usaha untuk menanggulangi kejahatan melalui penegakan hukum pidana, yang rasional yaitu memenuhi rasa keadilan dan daya guna.

Teori penanggulangan kejahatan menurut G.P. Hoefnagelf, ada tiga cara upaya yang dapat ditempuh dalam menanggulangi kejahatan:58

a. Penerapan hukum pidana (criminal law application); b. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment);

c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan melewati media massa.

Penanggulangan kejahatan terhadap berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa sarana hukum pidana maupun non hukum pidana yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang. Upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur penal lebih menitikberatkan kepada sifat represif (penindakan, pemberantasan dan penumpasan) setelah kejahatan terjadi.Segala tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum setelah ada dugaan terjadinya tindak pidana dengan bukti permulaan yang cukup.

Upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur non penal lebih bersifat pencegahan terjadinya kejahatan, maka lebih ditekankan pada faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan yang menitikberatkan pada masalah atau kondisi-kondisi sosial.Kebijakan hukum kriminal merupakan bagian dari

58


(44)

31

kebijakan atau upaya rasional utuk menunjang atau mencapai tujuan kebijakan sosial (politik sosial).Tujuan akhir kebijakan hukum kriminal adalah perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.Upaya penanggulangan melalui jalur non penal dapat dilakukan dengan tindakan yang bersifat preventif dan edukatif (pencegahan, penangkalan, pengendalian, penanggulangan).59

Upaya ini meliputi bidang-bidang yang sangat luas diseluruh sektor kebijakan sosial. Upaya–upaya non penal meliputi penyantunan dana pendidikan dalam rangka mengembangkan tanggungjawab sosial warga masyarakat, penggarapan jiwa kesehatan masyarakat melalui pendidikan moral, agama dan peningkatan usaha-usaha kesejahteraan masyarakat. Tujuan utama penanggulangan kejahatan dengan serana non penal yaitu memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu yang harus diperbaiki berbagai aspek yang vital seperti, kebodohan (pendidikan) dan kemiskinan (ekonomi).Kesemuanya itu sangat berpengaruh terhadap upaya preventif terhadap kejahatan.

59


(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian di skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif yang dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori dan konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah. Pendekatan yuridis empiris atau penelitian sosiologi hukum, yaitu mempelajari hukum dalam kenyataan baik berupa sikap, penilain, perilaku, pendapat, yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan pendekatan yang dilakukan dengan cara melakukan penelitian dilapangan.

Pendekatan yuridis normatif dimaksudkan sebagai upaya memahami persoalan dengan tetap berada atau berdasrakan pada lapangan hukum, sedangkan pendekatan yuridis empris dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan dan pemahaman dari dalam penelitian berdasarkan realistis yang ada.

B.Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah tempat dimana data yang diperoleh berdasarkan data lapangan dan data pustaka. Jenis data pada penulisan ini menggunakan dua jenis data yaitu: 1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber pertama.Dengan demikian data primer merupakan data yang diperoleh dari studi


(46)

33

lapangan yang tentunya berkaitan dengan pokok penulisan. Penulis akan mengkaji dan meneliti sumber data yang diperoleh dari hasil penelitian di wilayah hukum polda Lampung, Akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan dengan melakukan studi dokumen, arsip dan literatur-literatur dengan mempelajari hal-hal bersifat teoritis, konsep-konsep dan pandangan-pandangan, doktrin dan asas-asas hukum yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat mengingat seperti Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan peraturan perundang-undangan lain yang berhubungan dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bersumber dari bahan-bahan hukum yang dapat membantu dalam menganalisis serta memahami permasalahan dalam penelitian, seperti teori atau pendapat para ahli yang tercantum dalam berbagai referensi atau literatur buku-buku hukum serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian.


(47)

34

c. Bahan Hukum Tersier

yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, yang terdiri dari kamus, artikel atau berita serta keterangan media massa sebagai pelengkap.

C.Penentuan Narasumber

Narasumber adalah orang yang memberi atau mengetahui secara jelas atau menjadi sumber informasi.60 Narasumber dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Polisi pada Polsek Tanjung Karang Timur : 3orang 2. Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung : 1 orang

3. Pelaku perkelahian dan pengeroyokan : 2 orang

4. Tokoh masyarakat Kampung Bayur Bawah : 1orang

Jumlah : 7 orang

D.Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data penulisan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh data-data sekunder yang dilakukan dengan serangkaian kegiatan berupa membaca, mencatat, mengutip buku-buku sampai bahan-bahan dan informasi lain yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

60

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997, hlm. 609.


(48)

35

b. Studi lapangan (field research)

Studi ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data primer yang dilakukan dengan menggunakan metode wawancara (interview). Wawancara yang dilakukan adalah wawancara langsung, dimana penulis akan mengadakan tanya jawab lisan secara terbuka dengan maksud untuk mendapatkan keterangan atau jawaban yang bebas sehingga data yang diperoleh dahulu mempersiapkan daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara.

2. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, baik studi kepustakaan maupun studi lapangan, maka data diproses melalui pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Editing yaitu memeriksa kembali kelengkapan jawaban, kejelasan, dan relevansi dengan penelitian.

b) Evaluasi, yaitu memeriksa atas kelengkapan data dan kejelasanya, konsistensinya dan relevansinya terhadap topik penulisan skripsi ini.

Sistematis data yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada setiap pokok bahan secara sistematis.

E. Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan ialah analisis kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan secara


(49)

36

induktif, yaitu menguraikan hal-hal yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum.


(50)

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan seluruh pembahasan dan analisis yang telah dilakukan oleh penulis pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor penyebab terjadinya perkelahian dan pengeroyokan pada acara hiburan organ tunggal di Bandar Lampung. Faktor internalnya adalah pribadi yang terganggu yaitu meningkatnya agresivitas pelaku akibat penyalah gunaan alkohol. Kurangnya kepatuhan hukum, dorongan-dorongan mengenai ide-ide dan sikap-sikap yang mengarah pada tindak kekerasan, ketidak samaan hak, atau sikap-sikap tidak toleransi. Faktor eksternalnya adalah penegak hukum yaitu pembiaran yang dilakukan oleh polisi yang seharusnya membubarkan hiburan yang diadakan hingga melebihi batas waktu yang telah ditentukan. Lingkungan yang memberikan kesempatan untuk terjadinya perkelahian bahkan pengeroyokan dikarenakan lingkungan sekitar mendukung digelarnya hiburan organ tunggal hingga larut malam.

2. Upaya penanggulangan perkelahian dan pengeroyokan pada acara hiburan

organ tunggal. Upaya penal yaitu menangkap pelaku perkelahian atau penegeroyokan. Menjatuhkan hukuman sesuia hukum yang berlaku di Indonesia, serta membina para pelaku yang terbukti bersalah dalam lembaga


(51)

71

pemasyarakatan. Upaya non penal atau preventif yang dapat dilakukan adalah melakukan prosedur pengawasan sesuai dengan izin yang diberikan. Penempatan polisi sebagai pasukan pengaman kamtibmas harus berseragam sehingga memiliki dampak pencegahan, serta memberantas peredaran minuman keras.

B. Saran

Setelah melakukan pembahasan dan memperoleh kesimpulan dalam skripsi ini, maka penulis akan menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. pemerintah harus bisa memeberikan pendidikan dan lapangan pekerjaan kepada masyarakat. Perlu adanya pemberantasan peredaran minuman keras secara serius oleh pihak kepolisan pada lokasi digelarnya hiburan organ tunggal. Perlu danya tindakan tegas apabila hiburan diakan melebihi batas waktu yang telah disepakati pada surat izin mengadakan hiburan.

2. Perlu adanya kerjasama yang lebih baik lagi antara pihak kepolisian dengan lingkungan masyarakat hiburan akan diadakan. Perlu adanya peraturan yang melarang pemutaran musik remix pada huburan organ tunggal. Perlu adanya teguran atau tindakan tegas terhadap anggota kepolisian yang melakukan pembiaran dalam hal batas waktu hiburan.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Literatur

Abdussalam, H.R. Desafuryanto, Adri. 2014. Criminology. Jakarta: PTIK. Anwar, Yesmil. Adang. 2010. Kriminologi. Bandung: PT Refika Aditama.

Hamzah, Andi.2008. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Penerbit Sinar Grafika.

H. , Muchsin. 2006. Ikhtisar Ilmu Hukum. Jakarta: Badan Pener bit Iblam.

Mustafa, Muhammad. 2007. Kriminologi. Depok: FISIP UI Press.

Nawawi Arief , Barda. 2011. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Jakarta: kencana.

Prakoso, Abintoro. 2013. Kriminologi dan Hukum Pidana. Yogyakarta: Laksabang Grafika.

Santoso, Topo. 2001. Kriminologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum dan Survei. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Susanto, I.S. 2011. Kriminologi. Jakarta: Genta Publising. _ _ _ _ _, I.S. 2011.Kriminologi. Yogyakarta: Genta Publishing. Sudarto. 1983. Kapita Selekta Hukum Pidana. Bandung: Alumni.

Tim penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia ed.3-cet.3. Jakarta : Balai Pustaka.


(53)

73

Penelusuran website

http://www.Lampung-news.com http:www.indosiar.com

http://javanewsonline.com http://www.haluanlampung.com http://buser.liputan6.com

http://news.liputan6.com

http://putusan.mahkamahagung.go.id http://lampost.co

http://javanewsonline.com http://www.negarahukum http://drh.chaidir.net

http://instruktur-musik.blogspot.com/2011/10/pengertian-keyboard.html diakses http://pakkasolank-post, blogspot.com


(1)

b. Studi lapangan (field research)

Studi ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data primer yang dilakukan dengan menggunakan metode wawancara (interview). Wawancara yang dilakukan adalah wawancara langsung, dimana penulis akan mengadakan tanya jawab lisan secara terbuka dengan maksud untuk mendapatkan keterangan atau jawaban yang bebas sehingga data yang diperoleh dahulu mempersiapkan daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara.

2. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, baik studi kepustakaan maupun studi lapangan, maka data diproses melalui pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Editing yaitu memeriksa kembali kelengkapan jawaban, kejelasan, dan relevansi dengan penelitian.

b) Evaluasi, yaitu memeriksa atas kelengkapan data dan kejelasanya, konsistensinya dan relevansinya terhadap topik penulisan skripsi ini.

Sistematis data yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada setiap pokok bahan secara sistematis.

E. Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan ialah analisis kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan secara


(2)

36

induktif, yaitu menguraikan hal-hal yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum.


(3)

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan seluruh pembahasan dan analisis yang telah dilakukan oleh penulis pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor penyebab terjadinya perkelahian dan pengeroyokan pada acara hiburan organ tunggal di Bandar Lampung. Faktor internalnya adalah pribadi yang terganggu yaitu meningkatnya agresivitas pelaku akibat penyalah gunaan alkohol. Kurangnya kepatuhan hukum, dorongan-dorongan mengenai ide-ide dan sikap-sikap yang mengarah pada tindak kekerasan, ketidak samaan hak, atau sikap-sikap tidak toleransi. Faktor eksternalnya adalah penegak hukum yaitu pembiaran yang dilakukan oleh polisi yang seharusnya membubarkan hiburan yang diadakan hingga melebihi batas waktu yang telah ditentukan. Lingkungan yang memberikan kesempatan untuk terjadinya perkelahian bahkan pengeroyokan dikarenakan lingkungan sekitar mendukung digelarnya hiburan organ tunggal hingga larut malam.

2. Upaya penanggulangan perkelahian dan pengeroyokan pada acara hiburan organ tunggal. Upaya penal yaitu menangkap pelaku perkelahian atau penegeroyokan. Menjatuhkan hukuman sesuia hukum yang berlaku di Indonesia, serta membina para pelaku yang terbukti bersalah dalam lembaga


(4)

71

pemasyarakatan. Upaya non penal atau preventif yang dapat dilakukan adalah melakukan prosedur pengawasan sesuai dengan izin yang diberikan. Penempatan polisi sebagai pasukan pengaman kamtibmas harus berseragam sehingga memiliki dampak pencegahan, serta memberantas peredaran minuman keras.

B. Saran

Setelah melakukan pembahasan dan memperoleh kesimpulan dalam skripsi ini, maka penulis akan menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. pemerintah harus bisa memeberikan pendidikan dan lapangan pekerjaan kepada masyarakat. Perlu adanya pemberantasan peredaran minuman keras secara serius oleh pihak kepolisan pada lokasi digelarnya hiburan organ tunggal. Perlu danya tindakan tegas apabila hiburan diakan melebihi batas waktu yang telah disepakati pada surat izin mengadakan hiburan.

2. Perlu adanya kerjasama yang lebih baik lagi antara pihak kepolisian dengan lingkungan masyarakat hiburan akan diadakan. Perlu adanya peraturan yang melarang pemutaran musik remix pada huburan organ tunggal. Perlu adanya teguran atau tindakan tegas terhadap anggota kepolisian yang melakukan pembiaran dalam hal batas waktu hiburan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Literatur

Abdussalam, H.R. Desafuryanto, Adri. 2014. Criminology. Jakarta: PTIK. Anwar, Yesmil. Adang. 2010. Kriminologi. Bandung: PT Refika Aditama.

Hamzah, Andi.2008. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Penerbit Sinar Grafika.

H. , Muchsin. 2006. Ikhtisar Ilmu Hukum. Jakarta: Badan Pener bit Iblam.

Mustafa, Muhammad. 2007. Kriminologi. Depok: FISIP UI Press.

Nawawi Arief , Barda. 2011. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Jakarta: kencana.

Prakoso, Abintoro. 2013. Kriminologi dan Hukum Pidana. Yogyakarta: Laksabang Grafika.

Santoso, Topo. 2001. Kriminologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum dan Survei. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Susanto, I.S. 2011. Kriminologi. Jakarta: Genta Publising. _ _ _ _ _, I.S. 2011.Kriminologi. Yogyakarta: Genta Publishing. Sudarto. 1983. Kapita Selekta Hukum Pidana. Bandung: Alumni.

Tim penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia ed.3-cet.3. Jakarta : Balai Pustaka.


(6)

73

Penelusuran website

http://www.Lampung-news.com http:www.indosiar.com

http://javanewsonline.com http://www.haluanlampung.com http://buser.liputan6.com

http://news.liputan6.com

http://putusan.mahkamahagung.go.id http://lampost.co

http://javanewsonline.com http://www.negarahukum http://drh.chaidir.net

http://instruktur-musik.blogspot.com/2011/10/pengertian-keyboard.html diakses