BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi Pada Masyarakat Yang Tidak Dan Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kehilangan sebagian gigi adalah hilangnya beberapa gigi asli dalam satu

  1,18

  lengkung rahang. Kehilangan sebagian gigi yang dialami oleh pasien mempengaruhi kesehatan umum dan rongga mulut. Hal ini berpengaruh pada kualitas hidup secara keseluruhan, termasuk dalam hal menikmati makanan dan asupan

  8 nutrisi.

2.1 Kehilangan Gigi

  Kehilangan gigi disebabkan oleh beberapa faktor dan dapat menimbulkan

  3,6,10 berbagai dampak.

2.1.1 Faktor Penyebab Kehilangan Gigi

  Penyebab kehilangan gigi yang paling umum adalah penyakit periodontal,

  3

  karies, dan trauma. Kehilangan gigi juga sering dihubungkan dengan penambahan

  2,4

  usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Data Oral Health US menujukkan bahwa prevalensi kehilangan gigi pada usia 22-44 tahun adalah 2%, prevalensi kehilangan gigi ada pada usia 45-60 adalah 10%, dan prevalensi kehilangan gigi pada

  19

  usia 65-74 adalah 25%. Berdasarkan data Canandian Community Health Survey,

  20

  kehilangan gigi lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria. Hal ini sesuai dengan penelitian Shamdol Z dkk di Malaysia yang melaporkan bahwa wanita memiliki resiko lebih besar mengalami kehilangan gigi daripada pria. Terdapat hubungan antara kehilangan gigi dengan tingkat pendidikan. Masyarakat dengan pendidikan tinggi dan berjenis kelamin perempuan cenderung memiliki kesadaran untuk memperbaiki kesehatan rongga mulut, menggunakan fasilitas kesehatan gigi dan mulut serta gaya hidup yang lebih baik untuk memperhatikan kesehatan rongga

  2,21 mulut.

  Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang disebabkan bakteri pada plak yang terakumulasi di antara gigi dan gusi dengan tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari normal, gusi bengkak, dan berdarah pada tekanan ringan. Gingivitis akan berkembang menjadi periodontitis jika tidak dilakukan perawatan. Gejala yang dirasakan salah satunya adalah perdarahan gusi ketika menyikat gigi. Selain itu juga dapat terjadi halitosis, resesi gingiva, dan pembentukan saku gusi. Periodontitis yang tidak dirawat akan mengakibatkan kehilangan tulang

  22 alveolar di sekitar gigi dan pada akhirnya akan terjadi kehilangan gigi.

  Karies adalah suatu penyakit pada jaringan gigi yang ditandai kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi yang meluas ke arah pulpa. Karies dapat timbul pada satu permukaan gigi dan dapat meluas ke dentin atau ke pulpa. Apabila tidak

  23

  dirawat, karies dapat menimbulkan rasa nyeri, infeksi, dan kehilangan gigi. Pada

  10 beberapa kasus, ditemukan bahwa karies juga dapat menyebabkan kematian.

  Trauma atau injuri baik yang langsung mengenai gigi maupun jaringan sekitarnya dapat membuat gigi terlepas dari soketnya. Kehilangan gigi akibat trauma dapat terjadi karena kecelakaan seperti kecelakaan bermotor, bersepeda, serangan pada wajah, dan kontak ketika berolahraga. Kehilangan gigi juga disebabkan oleh perawatan orthodonti. Penelitian yang dilakukan oleh Sanya BO dkk pada masyarakat di Kenya menunjukkan bahwa penyebab utama kehilangan gigi adalah karies 52,6%, penyakit periodontal 27,6%, dan secara umum akibat trauma dan alasan pencabutan

  24 karena perawatan ortodonti sebesar 2% dan 2,2%.

2.1.2 Dampak Kehilangan Gigi

  Kehilangan sebagian maupun seluruh gigi memiliki dampak seperti

  6,8,10 emosional, sistemik, dan fungsional.

2.1.2.1 Dampak Emosional

  Kehilangan gigi dapat menimbulkan berbagai dampak emosional dalam kehidupan sehari-hari. Emosi merupakan pengalaman psikologi yang kompleks dari suatu keadaan pikiran individu sebagai interaksi dari lingkungan luar dan lingkungan

  5

  dalam. Beberapa dampak yang terjadi diantaranya adalah berkurangnya kepercayaan emosional yang terjadi yaitu perasaan sedih dan depresi, merasa kehilangan bagian diri, dan merasa lebih tua. Penelitian Davis dkk menunjukkan 45% dari pasien di London sulit menerima kehilangan gigi dan mengungkapkan adanya dampak

  6 emosional akibat kehilangan gigi.

2.1.2.2 Dampak Sistemik

  7 Sistemik adalah pengaruh yang ditimbulkan akibat efek lokal. Dampak

  sistemik antara lain penyakit kardiovaskular, kanker gastrointestinal, dan stroke

  8,10,11

  diakibatkan status rongga mulut yang buruk . Penyakit-penyakit di atas terjadi karena ketidakcukupan nutrisi karena ketidakmampuan dalam mengunyah makanan sehubungan dengan kehilangan gigi. Hubungan lain kehilangan gigi dengan penyakit kardiovaskular adalah akibat infeksi peradangan pada rongga mulut yang disebabkan penyakit periodontal. Penyakit periodontal dapat menyebabkan disfungsi endotelial, pembentukan plak arteri karotid, dan dapat menyebabkan kemunduran kemampuan

  22

  antiterogenik dari HDL. Ketidakseimbangan dari konsumsi makanan tersebut akan menimbulkan penyakit kardiovaskular, osteoporosis, dan keganasan

  10 gastrointestinal.

  Kurangnya konsumsi kalsium dan vitamin D yang berasal dari buah-buahan

  25

  dan sayuran dapat meningkatkan terjadinya osteoporosis. Resiko timbulnya penyakit gastrointestinal seperti kanker esofagus dan kanker lambung dapat juga meningkat sehubungan dengan kehilangan gigi. Kehilangan gigi merupakan suatu gambaran yang buruk dari kondisi kesehatan rongga mulut yang memperantarai penumpukan bakteri pada gigi dan juga sebagai penanda adanya bakteri endogen, khususnya flora gastrointestinal. Penelitian Abnet dkk menunjukkan bahwa pasien yang kehilangan gigi memiliki jumlah flora mulut yang lebih banyak sehingga lebih selektif dalam mereduksi nitrat menjadi nitrit. Nitrit akan bereaksi secara langsung dengan amina dan akan diubah menjadi carsinogenik nitrosiamines. Nitrosiamin yang dihasilkan akan mengakibatkan keganasan pada gastrointestinal. Zat karsinogenik

  10 seperti oksigen reaktif dan asetaldehid juga diproduksi oleh bakteri mulut.

2.1.2.3 Dampak Fungsional

  Dampak fungsional dapat berupa gangguan bicara dan gangguan

  3,8 mengunyah.

  2.1.2.3.1 Gangguan Bicara Dalam proses bicara, gigi geligi memilki peranan yang sangat penting.

  Menurut penelitian Hugo dkk menunjukkan adanya kesulitan bicara pada subjek yang

  4

  telah kehilangan gigi. Melalui bantuan bibir dan lidah yang berkontak dengan gigi geligi dihasilkan beberapa huruf tertentu. Huruf-huruf yang dibentuk melalui kontak gigi-geligi dan lidah adalah seperti huruf d, n, l, j, t, s, z, x, th, ch, dan sh yang merupakan huruf konsonan. Sedangkan huruf yang dibentuk melalui kontak gigi- geligi dan bibir yaitu f dan v. Pasien yang telah mengalami kehilangan gigi akan kesulitan dalam mengucapkan huruf-huruf tersebut. Hal inilah yang akan

  9 mengganggu proses bicara dan komunikasi dengan orang lain.

  2.1.2.3.2 Gangguan Mengunyah

  Sistem pengunyahan adalah suatu unit fungsional yang terdiri dari gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibular, otot-otot termasuk bibir,

  26

  pipi, lidah, palatum, sekresi saliva, sistem peredaran darah, dan persyarafan. Proses pengunyahan merupakan fenomena yang melibatka diteruskan ke ronggaGigi tersebut mengubah

  26,27

  makanan yang tadinya keras menjadi agak lembut dan lunak. Gigi anterior berfungsi untuk memotong makanan, sedangkan gigi posterior digunakan untuk

  9 mengunyah atau menghaluskan makanan.

  Penelitian yang dilakukan oleh Hugo FN dkk ditemukan bahwa jumlah gigi

  4

  geligi mempunyai dampak signifikan terhadap kemampuan pengunyahan. Pada penelitian yang dilakukan Hung dkk ditemukan persentase yang lebih kecil dalam konsumsi makanan yang sulit dikunyah seperti apel, pir, dan wortel pada subjek yang memiliki jumlah gigi sedikit dibandingkan dengan subjek yang memiliki seluruh

  8

  gigi. Menurut penelitian Yoshihara dkk ditemukan bahwa adanya penurunan pola kehilangan gigi atau memiliki jumlah gigi yang sedikit disebabkan menurunnya kemampuan pengunyahan. Seseorang yang kehilangan gigi pada bagian posterior dan memiliki jumlah gigi yang sedikit cenderung memilih makanan yang lebih

  8-9 mudah dikunyah.

2.2 Klasifikasi Kehilangan Sebagian Gigi

  2.2.1 Daerah Gigi yang Hilang

  Kehilangan gigi dapat diklasifikasikan berdasarkan daerahnya yaitu anterior, posterior, serta anterior dan posterior. Klasifikasi ini dibuat untuk mengetahui perbedaan kebutuhan akan pemakaian gigitiruan yaitu kebutuhan estetis atau fungsional. Kehilangan gigi anterior mencakup hilangnya minimal satu gigi anterior dan memerlukan perbaikan estetis. Kehilangan gigi posterior mencakup hilangnya minimal tiga gigi posterior dan memerlukan perbaikan fungsional karena kehilangan gigi posterior akan mempengaruhi kemampuan individu untuk mengunyah. Gigi premolar termasuk ke dalam kedua klasifikasi ini karena gigi premolar penting untuk fungsi estetis. Kehilangan gigi anterior posterior merupakan gabungan dari kedua

  28,29 klasifikasi di atas.

  2.2.2 Jumlah Gigi yang Hilang

  Jumlah gigi-geligi yang memadai akan mempengaruhi fungsi pengunyahan, penampilan, berbicara, serta akan terbebas dari rasa sakit dan rasa tidak nyaman, sehingga hilangnya gigi-geligi akan mempengaruhi banyak aspek dalam kualitas

  28

  hidup seseorang. Dalam penelitiannya, Knezovic-Zlataric D dkk membagi kelompok jumlah kehilangan gigi menjadi tiga yaitu kehilangan satu sampai lima

  30 gigi, kehilangan enam sampai sepuluh gigi, dan kehilangan lebih dari sepuluh gigi.

2.3 Nutrisi

  Nutrisi merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum. Optimalnya status nutrisi dapat terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien.

2.3.1 Jenis-jenis Zat Gizi

  Menurut Almatsier S, zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun, dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Zat gizi terdiri dari

  14 beberapa jenis, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

2.3.1.1 Karbohidrat

  Karbohidrat atau disebut juga sakarida, berasal dari bahasa Yunani Sakcharon yang berarti gula, memiliki jumlah paling banyak diantara empat kelas biomolekul, yang juga termasuk protein, lemak, dan asam nukleat. Unit dasar dari karbohidrat adalah monosakarida yang terdiri dari glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Monosakarida adalah sumber utama dalam metabolisme, khususnya sebagai sumber energi dan biosintesis. Dua monosakarida dapat bergabung membentuk disakarida,

  14,31 dan gabungan lebih dari dua monosakarida disebut polisakarida.

  Karbohidrat memegang peranan penting dalam beberapa proses, seperti sistem pertahanan tubuh, fertilisasi, patogenesis, pembekuan darah, dan perkembangan. Fungsi utama dari karbohidrat adalah sebagai sumber energi bagi tubuh. Karbohidrat mengandung empat kilokalori dalam tiap gramnya. Apabila kebutuhan karbohidrat tidak terpenuhi, maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi. Karbohidrat, khususnya jenis monoskarida dan disakarida, dapat berfungsi sebagai pemberi rasa manis pada makanan. Gula yang paling manis adalah fruktosa, disusul glutosa, maltosa, dan laktosa. Selain sebagai pemanis, laktosa juga membantu penyerapan kalsium dan menyebabkan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan

  14 dalam saluran cerna.

  Fungsi lain dari karbohidrat adalah membantu pengeluaran feses. Selulosa dalam serat akan mengatur peristaltik usus dan hemiselulosa dapat memberi bentuk pada feses dengan penyerapan air yang banyak dalam usus besar. Penyakit-penyakit jantung koroner dapat dicegah oleh serat. Karbohidrat membutuhkan lebih sedikit air untuk dicerna dibandingkan protein dan lemak. Beberapa makanan yang mengandung karbohidrat adalah nasi, roti, ubi, kentang, sereal, bihun, mie, tepung-tepungan dan

  14,31 sebagainya.

2.3.1.2 Protein

  Protein berasal dari bahasa Yunani proteos, yang berarti yang utama atau yang didahulukan. Protein merupakan bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar kedua di tubuh setelah air. Beberapa fungsi dari protein adalah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi, mengangkut zat-zat gizi, dan sebagai sumber energi. Seperti halnya karbohidrat, protein mengandung empat kilokalori dalam tiap gramnya. Beberapa makanan yang mengandung protein termasuk daging sapi, ayam, telur, tempe, tahu, ikan, kacang-

  14,32 kacangan, padi-padian, polong-polongan, dan keju.

  Dalam proses pencernaan, protein dari makanan dihancurkan dengan menggunakan enzim prototase menjadi polipeptida yang lebih kecil. Polipeptida ini diperlukan untuk menghasilkan asam amino bagi organisme, termasuk asam amino esensial yang tidak bisa dibiosintesis oleh organisme itu sendiri. Ada dua puluh macam asam amino yang dibutuhkan tubuh dalam sintesis protein. Sebelas diantaranya termasuk asam amino nonesensial, yang mana asam amino jenis ini dapat disintesis oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup. Berbeda dengan asam amino nonesensial, sembilan jenis asam amino esensial tidak dapat disintesis oleh tubuh, namun dapat diperoleh dari makanan. Beberapa makanan yang mengandung asam

  32 amino esensial adalah susu, telur, daging, dan kedelai.

  Kebutuhan protein per harinya berbeda antara pria dan wanita. Wanita berusia 19-70 tahun membutuhkan 46 gram protein per hari, sedangkan pria berusia 19-70 tahun membutuhkan lebih banyak protein, yaitu 56 gram per hari. Perbedaan ini disebabkan oleh pria memiliki masa tubuh yang lebih besar dibandingkan wanita. Perbedaan kebutuhan akan asupan protein juga tampak pada beberapa kondisi tertentu. Kebutuhan jumlah protein meningkat pada individu dengan aktifitas fisik yang lebih, pada anak dalam masa pertumbuhan, ibu hamil dan menyusui, atau apabila tubuh dalam masa penyembuhan setelah trauma dan operasi. Tidak tercukupinya kebutuhan protein dapat menyebabkan penyakit serius seperti

  

kwashiorkor dan marasmus, bahkan kematian di beberapa negara berkembang.

  Dilaporkan sekitar 500 juta orang mengalami malnutrisi energi protein. Menurut Moynihan PJ, malnutrisi energi protein pada usia tua berhubungan dengan kehilangan jaringan otot, penurunan masa tulang, perusakan fungsi kognitif, penyembuhan luka

  32 yang buruk, dan meningkatkan insiden kecacatan dan kematian.

  2.3.1.3 Lemak

  Lemak terdiri dari sekelompok ikatan yang dapat larut oleh pelarut organik namun tidak dapat dilarutkan oleh air. Lemak dapat berwujud cair dan padat pada suhu ruang. Dalam kehidupan, lemak atau yang disebut juga lipid berguna dalam fungsi struktural maupun fungsi metabolik. Beberapa fungsi lemak antara lain sebagai sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, pemberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas dan membantu pengeluaran sisa pencernaan, memelihara suhu tubuh, dan pelindung organ seperti jantung, hati, dan ginjal. Lapisan lemak di bawah kulit akan mengisolasi tubuh dan mencegah

  14,33 kehilangan panas tubuh.

  Lemak bisa didapat dari hewan maupun tumbuhan. Beberapa contoh makanan yang mengandung lemak hewani adalah hati, ginjal, kuning telur, minyak ikan, mentega, susu, dan bagian bawah kulit hewan. Lemak nabati dapat diperoleh dari kacang tanah, kacang kedelai, cokelat, keju, biji-bijian, wijen, kelapa, zaitun, dan minyak sayuran. Lemak-lemak ini dapat dikategorikan menjadi lemak jenuh dan tak

  14,33 jenuh.

  2.3.1.4 Vitamin

  Vitamin merupakan zat organik kompleks yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh, oleh karena itu harus didapatkan dari makanan. Vitamin berperan sebagai metabolisme energi, peran vitamin sangat dibutuhkan. Pada umumnya, vitamin berfungsi sebagai koenzim atau bagian dari enzim.

2.3.1.5 Mineral

  Mineral berperan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Sumber mineral dapat diperoleh dari makanan, baik hewani maupun nabati. Mineral hewani dapat diperoleh dari daging, hati, ginjal, unggas, ikan kaleng, ikan kering, kerang, udang, telur, mentega/margarin, susu, dan ekstrak susu. Mineral nabati terdapat pada sayuran, buah-buahan seperti pisang dan tomat, biji-bijian, kacang-kacangan, tahu, tempe, dan

  14,34 cokelat. Sumber lain adalah garam dapur yang kaya akan natrium dan klor.

  2.4 Pola Asupan Nutrisi

  Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses kehidupan. Pola asupan nutrisi adalah pola konsumsi makanan pasien dengan menilai perasaan pasien terhadap perubahan dalam pemilihan makanan dengan zat gizi tertentu akibat kesulitan mengkonsumsi makanan yang dinilai dengan merasa berubah dan tidak merasa berubah. Pasien yang kehilangan gigi akan mengalami gangguan pengunyahan, sehingga mereka lebih cenderung mengkonsumsi

  14, 27 makanan yang lunak daripada makanan yang keras.

  2.5 Dampak Perubahan Pola asupan Nutrisi

  Perubahan pada pola asupan nutrisi dapat menimbulkan dampak bagi tubuh, seperti penyakit kronis, penurunan kemampuan fungsional, dan peningkatan kejadian infeksi. Nutrisi memegang peranan penting dalam pencegahan penyakit. Malnutrisi dapat terjadi pada keadaan defisiensi kalori, protein, dan nutrient mikro di dalam tubuh. Asupan nutrisi yang baik dan terkontrol akan mengurangi resiko terjadinya malnutrisi, sebagaimana akan mengurangi resiko penyakit kronis seperti penyakit

  10,11 kardiovaskular dan kanker. Pada pasien yang telah memiliki usia lanjut, resiko terjadinya osteoporosis akan meningkat akibat kekurangan kalsium dan vitamin D yang berperan penting untuk absorbsi kalsium. Kurangnya asupan makanan yang mengandung vitamin C dapat menyebabkan defisiensi besi karena vitamin C yang berperan dalam pernyerapan besi. Konsumsi vitamin B yang adekuat, khususnya folat dan vitamin

  36 B12, dapat mencegah terjadinya demensia pada usia lanjut.

  Makanan yang dikonsumsi juga mempengaruhi gigi-geligi seseorang. Dan

  31 sebaliknya, keadaan gigi-geligi juga mempengaruhi makanan yang dikonsumsi.

  Infeksi bisa menjadi faktor utama terjadinya infeksi dan inflamasi. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan disfungsi pada sistem imun dan mempengaruhi pertahanan diri terhadap infeksi. Infeksi dapat terjadi pada gigi-geligi, mukosa

  37 membran, gingiva, lidah, dan juga kelenjar saliva.

  Pertahanan terhadap infeksi didapatkan dengan mengkonsumsi beberapa jenis zat gizi yang diperoleh dari makanan, seperti protein, vitamin, asam lemak esensial,

  38

  dan nutrient mikro. Kurangnya mengkonsumsi vitamin B kompleks dan zat besi mengakibatkan nyeri pada mulut atau lidah terasa panas. Cara mengatasinya bisa

  39 dengan memberi tambahan B kompleks.

2.6 Hubungan Penggunaan Gigitiruan Sebagian Lepasan dengan Pola Asupan Nutrisi

  Banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi seseorang. Diantaranya yaitu : berkurangnya kemampuan mengunyah dan mencerna makanan, berkurangnya cita rasa, dan faktor penyerapan makanan. Pengunaan GTSL pada pasien yang telah

  15-17 mengalami kehilangan gigi akan memperbaiki kemampuan pengunyahan mereka.

2.6.1 Hubungan Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan dengan Pola Asupan Nutrisi

  Tahap pertama dari proses pencernaan adalah pengunyahan. Pengunyahan merupakan fungsi penting sehubungan dengan sistem pencernaan. Makanan akan dihaluskan saat pengunyahan berlangsung kemudian ditelan dan dicerna. Pasien yang bahwa makanan akan lebih sulit dikunyah dan proses penelanan akan menjadi tidak nyaman, serta kehilangan fungsi pengunyahan optimal yang berdampak pada makin

  8 sedikitnya pilihan diet, menurunnya asupan nutrisi, status gizi serta berat badan.

  Kehilangan gigi sering menyebabkan penurunan konsumsi sayur-sayuran, serat, makanan yang sulit dikunyah seperti apel, wortel, seledri, dan roti. Pada umumnya orang yang kehilangan gigi juga memiliki asupan energi yang rendah dan secara signifikan mengkonsumsi protein, kalsium, zat besi, niasin, dan vitamin C dalam jumlah sedikit. Kesulitan mengunyah merupakan indikator penting mengidentifikasi kemungkinan pasien edentulus mengalami resiko kekurangan

  15 nutrisi.

2.6.2 Hubungan Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan dengan Pola Asupan Nutrisi

  Pasien yang kehilangan gigi dapat menghambat konsumsi makanan dan membatasi pemenuhan nutrisi yang sangat penting bagi tubuh, sehingga pola asupan nutrisi mereka menjadi terganggu. Pemasangan GTSL pada pasien kehilangan gigi memiliki asupan nutrisi yang lebih baik dari yang tidak menggunakan. Dari beberapa penelitian yang dilakukan, pemasangan GTSL akan meningkatkan fungsi

  16 pengunyahan. Hal ini akan memperbaiki kualitas hidup pasien.

Dokumen yang terkait

Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan Pada Masyarakat Pemakai Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

3 51 98

Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi Pada Masyarakat Yang Tidak Dan Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

3 36 125

Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi Pada Masyarakat Yang Tidak Dan Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

0 26 125

Perbedaan Kualitas Hidup Lansia Dengan Edentulus Yang Memakai Dan Tidak Memakai Gigi Tiruan Penuh Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

0 35 93

Gigitiruan Sebagian Lepasan Seksional Sebagai alternatif Desain Pada Gigitiruan sebagian Lepasan

0 31 47

Penatalaksanaan Gigitiruan Sebagian Lepasan Menjadi Gigi Tiruan Penuh Konversi

1 18 48

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan - Kondisi Periodontal pada Pasien Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) Akrilik yang Dibuat di Klinik Prostodonti FKG USU

0 2 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigitiruan Sebagian Lepasan - Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan Pada Masyarakat Pemakai Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

0 0 14

Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan Pada Masyarakat Pemakai Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

0 0 8

Lampiran 1 Kerangka Konsep Skripsi Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Tidak dan Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

0 0 55