BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Consumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Lampiran 8 Data Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Sampel Periode 2008 - 2011 (Setelah Transformasi)………………
83 Lampiran 9 Data Dividend Payout Ratio (DPR) Perusahaan Sampel Periode 2008 - 2011 (Setelah Transformasi)……………….
84 Lampiran 10 Hasil Output SPSS…………………………………………
85 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha dan globalisasi perekonomian menimbulkan persaingan yang ketat khususnya antar perusahaan sejenis. Suatu perusahaan harus bekerja keras dalam berkompetisi dengan perusahaan lainnya agar dapat menguasai pasar. Pasar modal merupakan salah satu solusi bagi perusahaan dalam usaha menggalang dana untuk membiayai operasional perusahaan ataupun melakukan ekspansi perusahaan. Menurut UU RI tentang Pasar Modal (1995), “Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek.” Perusahaan harus mengambil kebijakan – kebijakan yang efektif dan efisien dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidup
(going concern) perusahaan guna menarik minat investor menanamkan modalnya.
Peningkatan kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan mengevaluasi kinerja keuangan melalui beberapa analisis rasio keuangan. Menurut James C. Van Home mengenai analisis rasio keuangan (Sawir, 2001); "Analisa dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para analis yang ahli dan berpengalaman dibandingkan analisa yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio ".
Salah satu analisis rasio keuangan yang sering digunakan perusahaan adalah rasio penilaian pasar dalam bentuk Price Earning Ratio. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang (Moeljadi, 2006). Menurut Tjiptono (2001) Price
Earning Ratio menggambarkan apresiasi pasar tehadap kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bagi investor. Weston dan Copeland (1996) mengemukakan bahwa Price Earning Ratio merupakan rasio pengukuran yang paling komprehensif tentang prestasi perusahaan, karena rasio penilaian tersebut mencerminkan perpaduan antara pengaruh rasio resiko (rasio likuiditas dan rasio leverage) dan rasio pengembalian (rasio aktivitas, rasio profitabilitas).
Price Earning Ratio dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Husnan (2004)
faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio adalah : rasio laba yang dibayarkan sebagai dividen, tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh modal, dan tingkat pertumbuhan perusahaan yang diharapkan. Hasil penelitian Winarno (1998) mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio pada perusahaan property dengan menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa terdapat 15 faktor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Price Earning
Ratio . Variabel tersebut terdiri dari : Current Ratio, Quick Ratio, Debts Ratio, Debts
to Equity Ratio , Earning After Tax to Sale, Retained Earning to Total Assets, Return
On Investment , Return On Equity, Total Assets Turnover, Inventory Turnover,
Earning Per Share , Dividend Payout, Dividend Yield, Dividend Per Share danClosing Price . Penulis membatasi penelitian ini dengan melakukan pengujian
terhadap tiga faktor yakni Earning Growth, Debt to Equity Ratio, dan Dividend
Payout Ratio sebagai variabel independen (bebas) Price Earning Ratio sebagai
variabel dependen.Earning Growth atau biasa disebut pertumbuhan laba merupakan hasil dari
pengurangan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya yang kemudian dibagi dengan laba periode sebelumnya. (Warsidi dan Pramuka, 2000). Tingkat pertumbuhan laba dapat menjadi variabel yang dinilai oleh investor untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi. Seorang pengamat ekonomi, Cyrillus (2011) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan laba berpengaruh terhadap Price
Earning Ratio . Jika pertumbuhan laba perusahaan mengalami peningkatan tajam dan harga saham tetap maka Price Earning Ratio akan meningkat. Sebaliknya jika pertumbuhan laba mengalami kenaikan namun harga saham mengalami peningkatan di atas harga saham, maka Price Earning Ratio akan menurun.
Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki
perusahaan dengan ekuitas pemegang saham (Martono dan Harjito, 2005). Secara teoritis, menurut Fuller dan Farel (1987) yang dikutip dari penelitian Rico Enfarama (2008), Debt to Equity Ratio dapat berpengaruh positif atau negatif terhadap Price
Earning Ratio . Penambahan hutang meningkatkan resiko perusahaan tetapi sekaligus
juga meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan. Semakin tinggi resiko akibat membesarnya hutang cenderung menurunkan harga saham, yang berarti akan menurunkan Price Earning Ratio. Namun meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham yang berarti akan menaikkan Price Earning
Ratio . Hal ini terjadi ketika nilai laba per lembar saham stabil.
Faktor berikutnya adalah Dividend Payout Ratio. Menurut Tjiptono dan Hendy (2006), Dividend Payout Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besaran dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Menurut Husnan (2004) perusahaan hanya bisa membagikan dividen semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar. Perusahaan tidak akan mampu membagikan dividen yang semakin besar jika laba yang diperoleh besarannya tetap. Apabila perusahaan tetap membagikan deviden itu berarti perusahaan akan membagikan modalnya sendiri. Saham dengan dividen yang tinggi akan menarik
minat investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Hal tersebut tentu akan menaikkan harga saham perusahaan. Kenaikan harga saham akan berpengaruh terhadap kenaikan Price Earning Ratio.
Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu di mana
salah satunya adalah penelitian Nur Hasanah (2009) mengenai faktor –faktor yang
mempengaruhi Price Earning Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic
Index (JII). Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi berganda ini
menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Return On Assets, dan Size secara simultan tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio. Namun
secara parsial, Return On Assets berpengaruh terhadap Price Earning Ratio.
Berikutnya penelitian yang dilakukan Nofika (2007) mengenai
dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Hasil penelitian yang diperoleh bahwa secara simultan Dividend
Payout Ratio , Return On Equity dan Earning Per Share berpengaruh terhadap Price
Earning Ratio. Namun secara parsial, hanya Return On Equity yang berpengaruh
terhadap Price Earning Ratio. Kasilingam dan Ramasundaram (2011) memfokuskan penelitian pada faktor Earning Growth, Dividend Payout Ratio dan Return on Equity yang terdapat di pasar domestik India. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara silmultan, ketiga faktor tersebut tidak mempengaruhi Price Earning Ratio. Namun secara parsial, Earning Growth berpengaruh terhadap Price Earning Ratio. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa adanya ketidaksesuaian teori dengan hasil penelitian.
Penulis dalam penelitian ini menggunakan perusahan yang bergerak di bidang manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada sektor industri barang-barang konsumsi sebagai objek penelitian dengan rentang waktu tahun 2008 sampai tahun 2011. Perusahaan – perusahaan di sektor ini sering dianggap sebagai sektor yang tangguh dan lebih stabil pertumbuhannya walaupun krisis sedang bergejolak. Hal ini dikarenakan produk-produk konsumsi pada umumnya merupakan kebutuhan dasar hidup manusia. Terlebih lagi wilayah Indonesia dihuni oleh lebih dari 200 juta orang, pastinya memiliki tingkat kebutuhan yang tinggi juga. Oleh sebab itu saham di perusahaan – perusahaan sektor ini tetap menjadi pilihan para investor. Berikut daftar seluruh perusahaan industri barang – barang konsumsi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia dan nilai Price Earning Ratio tahun 2010–2011.
Tabel 1.1
Price Earning Ratio perusahaan industri barang – barang konsumsi terdapat di
Bursa Efek Indonesia tahun 2010–2011
NO NAMA PERUSAHAAN PRICE EARNING RATIO (X) 2010 20111 Akasha Wira International Tbk. 30,19 23,03
2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. 17,19 9,66
3 Cahaya Kalbar Tbk. 11,07 2,93
4 Davomas Abadi Tbk. -3,81 -3,81
5 Delta Djakarta Tbk. 13,77 5,88
6 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 16,00 14,69
7 Indofood Sukses Makmur Tbk. 14,50 8,05
8 Multi Bintang Indonesia Tbk. 13,08 14,91
9 Mayora Indah Tbk. 17,02 22,58
10 Prasidha Aneka Niaga Tbk. 8,92 18,71
11 Nippon Indosari Corpindo Tbk. 26,89 29,03
12 Sekar Laut Tbk. 20,01 16,18
- 16,96 -3,54
37,17 35,55
27 Martina Berto Tbk.
9,47 10,28
28 Mustika Ratu Tbk.
11,39 8,30
29 Mandom Indonesia Tbk.
11,01 11,04
30 Unilever Indonesia Tbk.
31 Kedawung Setia Industrial Tbk.
26 Tempo Scan Pacifik Tbk.
5,63 4,20
32 Kedaung Indah Can Tbk.
7,83 69,63
33 Langgeng Makmur Industri Tbk.
97,46 38,11
Sumber : Tabel perusahaan – perusahaan industri barang – barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2011 menunjukkan nilai Price Earning Ratio yang cukup berfluktuatif. HM Sampoerna Tbk sebagai perusahaan yang termasuk dalam kategori terbaik peringkat ke-6 versi majalah Forbes 2011 mengalami penurunan Price
Earning Ratio sebesar 44,71%. Begitu juga dengan Indofood Sukses Makmur Tbk
15,74 19,61
1,05 0,81
13 Siantar Top Tbk. 11,83 21,18
19,76 13,66
14 Ultra Jaya Milk Tbk. 32,63 30,79
15 Gudang Garam Tbk. 18,56 24,08
16 HM Sampoerna Tbk. 19,21 10,62
17 Bentoel International Investama Tbk 26,49 18,69
18 Darya - Varia Laboratoria Tbk.
11,82 10,65
19 Indofarma (Persero)Tbk.
20 Kimia Farma Tbk.
25 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
6,37 10,99
21 Kalbe Farma Tbk.
25,66 22,43
22 Merck Tbk.
18,20 12,84
23 Pyridiam Farma Tbk.
16,18 18,21
24 Schering Plough Indonesia Tbk.
pada peringkat ke-7 mengalami penurunan Price Earning Ratio sebesar 44,48%. Hal ini jelas tidak menguntungkan baik bagi perusahaan maupun investor. Karena dalam hal ini, investor membutuhkan nilai Price Earning Ratio minimal dengan nilai stabil dari tahun ke tahun apabila akan berinvestasi. Selain itu tabel menunjukkan adanya kenaikan ataupun penurunan Price Earning Ratio pada perusahaan industri barang – barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Beberapa perusahaan yang mengalami penurunan Price Earning Ratio lebih dari 50% antara lain Cahaya Kalbar Tbk. sebesar 73,53%; Delta Djakarta Tbk. sebesar 57,3%; Schering Plough Indonesia Tbk. sebesar 79,13% dan Langgeng Makmur Industri Tbk. sebesar 60,9%. Ada juga beberapa perusahaan yang mengalami kenaikan di atas 50% antara lain Prasidha Aneka Niaga Tbk. sebesar 109.75%; Siantar Top Tbk. sebesar 79.04%; Kimia Farma Tbk. sebesar 72.53%; dan Kedaung Indah Can Tbk. sebesar 789,27% yang merupakan perusahaan dengan Price Earning Ratio paling fluktuatif kenaikannya.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam sebuah skripsi dengan judul “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Price Earning Ratio pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Consumer Goods
Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan permasalah sebagai berikut :
1. Apakah pengaruh earning growth terhadap price earning ratio secara parsial pada perusahaan manufaktur subsektor barang-barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2012?
2. Apakah pengaruh debt to equity ratio terhadap price earning ratio secara parsial pada perusahaan manufaktur subsektor barang-barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2012? 3. Apakah pengaruh dividend payout ratio terhadap price earning ratio secara parsial pada perusahaan manufaktur subsektor barang-barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2012? 4. Apakah pengaruh earning growth, debt to equity ratio, dan dividend payout ratio terhadap price earning ratio secara simultan pada perusahaan manufaktur subsektor barang-barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2012?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah 1.
Untuk mengetahui pengaruh earning growth terhadap price earning ratio secara parsial pada perusahaan manufaktur subsektor barang-barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2012.
2. Untuk mengetahui pengaruh debt to equity ratio terhadap price earning
ratio secara parsial pada perusahaan manufaktur subsektor barang-barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2012.
3. Untuk mengetahui pengaruh dividend payout ratio terhadap price earning
ratio secara parsial pada perusahaan manufaktur subsektor barang-barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2012
4. Untuk mengetahui pengaruh earning growth, debt to equity ratio, dan
dividend payout ratio terhadap price earning ratio secara simultan pada
perusahaan manufaktur subsektor barang-barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2012
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.
Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat menambah pengetahuan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio.
2. Bagi para investor, dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan dengan menganalisis Price Earning Ratio dan faktor yang mempengaruhinya selama beberapa tahun berurutan.
3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untukk penelitian yang berkaitan dengan faktor – faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio.