Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

SITI UTAMI HERDININGSIH 110522111

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademis guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga dan saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Januari 2014

SITI UTAMI HERDININGSIH


(3)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY

PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA

Laporan keuangan merupakan pusat informasi yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Salah satu atribut karakteristik kualitatif dalam pelaporan keuangan adalah relevan, yang perwujudannya bisa dilihat melalui ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan. Ketepatan waktu dapat dinilai dari audit delay, yang merupakan lamanya waktu dari berakhirnya tahun fiskal perusahaan sampai dengan tanggal ketika auditor menerbitkan opininya. Studi ini bertujuan untuk menilai faktor-faktor apa saja yang mempunyai pengaruh terhadap audit delay. Faktor-faktor itu adalah ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, dan tingkat solvabilitas.

Populasi perusahaan yang digunakan dalam studi ini adalah perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012. Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling yang menghasilkan 15 (lima belas) perusahaan sampel. Analisis statistik data menggunakan regresi linear berganda.

Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas dan tingkat solvabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay.


(4)

ABSTRACT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY

PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA

Financial statement is the center of information that very important for a company. One of qualitative characteristics attribute of financial reporting is relevant, that is manifestation can be seen from timeliness of reporting. Timeliness could be judging from the audit delay, which is length of time from company fiscal year end to the date of auditor’s report. This study aims to measure the factors which affect audit delay. They are size of the company or total asset, profitability and solvability.

The population of the study is the consumer goods companies registered in the Jakarta Stock Exchange in the period of 2010-2012. Sampling technique employed in this study is the purposive sampling with the total sample of 15 companies. The data analysis uses multiple regressions.

The result of the study shows that the size of the company, profitability and solvability don’t have influence towards audit delay.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyusun Skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan S-1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak khususnya dukungan materi maupun non materi serta doa yang tulus dari kedua orang tua tercinta (Bapak Muhammad Syahril dan Ibu Elly Suryani). Serta dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan terima kasih juga yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Bapak Keualana Erwin S.E, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat meyelesaikan Skripsi ini.

5. Bapak Drs. Sucipto, M.M, Ak. selaku Dosen Pembaca yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat meyelesaikan Skripsi ini.

6. Terkhusus kepada kedua adik tercinta Raditya dan Faisal. Teman-teman seperjuangan di kampus khususnya Halimah, Yunida, Atika, Dewi dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Juga kepada semua teman-teman di dunia maya, khususnya Indy Ayu dan Rezki FR. Terima kasih atas dukungan kalian selama ini.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menyempurnakan Skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian terutama penulis.

Medan, Januari 2014

Penulis,

Siti Utami Herdiningsih


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN……… i

ABSTRAK………. ii

ABSTRACT……….. iii

KATA PENGANTAR……….. iv

DAFTAR ISI………. vi

DAFTARTABEL………. viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

DAFTAR LAMPIRAN……… x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah……… 1

1.2Perumusan Masalah………... 4

1.3Tujuan Penelitan……… 5

1.4Manfaat Penelitian………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis……… 7

2.1.1 Laporan Keuangan……… 7

2.1.2 Audit………. 9

2.1.3 Audit Delay………... 13

2.2 Penelitian Terdahulu………... 19

2.2.1 Penelitian Terdahulu……….. 19

2.2.2 Catatan Penulis Tentang Penelitian Terdahulu………….. 23

2.2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu……… 25

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis……… 27

2.3.1 Kerangka Konseptual………. 27

2.3.2 Hipotesis………. 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian……… 30

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian………. 30

3.3 Jenis dan Sumber Data……….. 33

3.4 Metode Pengumpulan Data……… 33

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian…… 34

3.5.1 Variabel Bebas……….. 34

3.5.2 Variabel Terikat………. 35

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data………. 36

3.6.1 Uji Asumsi Klasik………. 37


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian……… 45

4.2 Analisis Hasil Penelitian………. 45

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif……….. 45

4.2.2 Uji Asumsi Klasik……….. 47

4.2.3 Pengujian Hipotesis……… 55

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian……….. 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 65

5.2 Saran………... 66

DAFTAR PUSTAKA………. 68


(9)

DAFTAR TABEL

NOMOR JUDUL HALAMAN

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu……….. 19

Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu………... 25

Tabel 3.1 Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI…… 31

Tabel 3.2 Daftar Perusahaan Sampel………. 32

Tabel 3.3 Pengukuran Variabel dan Operasional Variabel………… 36

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel………... 46

Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov……… 48

Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas………... 51

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi………. 52

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi……… 55

Tabel 4.6 Pengujian Hipotesis: Koefisien Determinasi………. 57

Tabel 4.7 Pengujian Hipotesis: Uji t……….. 58


(10)

DAFTAR GAMBAR

NOMOR JUDUL HALAMAN

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual………... 28

Gambar 4.1 Histogram………. 49

Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot………... 50


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

NOMOR JUDUL HALAMAN

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Consumer Goods di BEI………. 69

Lampiran 2 Daftar Perusahaan Consumer Goods sampel………. 70

Lampiran 3 Statistik Deskriptif Variabel……….. 70

Lampiran 4 One-Sample Kolmogorov-Smirnov………... 71

Lampiran 5 Histogram……….. 72

Lampiran 6 Normal P-Plot of Regression Standardized……….. 73

Lampiran 7 Uji Multikolinearitas……….. 73

Lampiran 8 Uji Autokorelasi………. 74

Lampiran 9 Scatterplot……….. 75

Lampiran 10 Hasil Analisis Regresi……… 76

Lampiran 11 Pengujian Hipotesis: Koefisien Determinasi……….. 76

Lampiran 12 Pengujian Hipotesis: Uji t………... 77

Lampiran 13 Pengujian Hipotesis: Uji F………. 77


(12)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY

PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA

Laporan keuangan merupakan pusat informasi yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Salah satu atribut karakteristik kualitatif dalam pelaporan keuangan adalah relevan, yang perwujudannya bisa dilihat melalui ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan. Ketepatan waktu dapat dinilai dari audit delay, yang merupakan lamanya waktu dari berakhirnya tahun fiskal perusahaan sampai dengan tanggal ketika auditor menerbitkan opininya. Studi ini bertujuan untuk menilai faktor-faktor apa saja yang mempunyai pengaruh terhadap audit delay. Faktor-faktor itu adalah ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, dan tingkat solvabilitas.

Populasi perusahaan yang digunakan dalam studi ini adalah perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012. Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling yang menghasilkan 15 (lima belas) perusahaan sampel. Analisis statistik data menggunakan regresi linear berganda.

Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas dan tingkat solvabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay.


(13)

ABSTRACT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY

PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA

Financial statement is the center of information that very important for a company. One of qualitative characteristics attribute of financial reporting is relevant, that is manifestation can be seen from timeliness of reporting. Timeliness could be judging from the audit delay, which is length of time from company fiscal year end to the date of auditor’s report. This study aims to measure the factors which affect audit delay. They are size of the company or total asset, profitability and solvability.

The population of the study is the consumer goods companies registered in the Jakarta Stock Exchange in the period of 2010-2012. Sampling technique employed in this study is the purposive sampling with the total sample of 15 companies. The data analysis uses multiple regressions.

The result of the study shows that the size of the company, profitability and solvability don’t have influence towards audit delay.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Tujuan dari laporan keuangan itu sendiri ialah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar dalam pengambilan keputusan ekonomi. Bagi pihak manajemen, laporan keuangan digunakan sebagai bahan pertimbangan manajemen perusahaan untuk periode mendatang.

Laporan keuangan merupakan salah satu instrument penting dalam mendukung keberlangsungan suatu perusahaan, utamanya perusahaan yang telah go public. Seiring pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan yang go public, makin tinggi pula permintaan atas audit laporan keuangan yang menjadi sumber informasi bagi investor. Laporan keuangan yang biasanya disampaikan ada tiga bentuk, yaitu laporan tahunan, laporan tengah tahunan, dan laporan triwulan yang disebut juga laporan keuangan intern. Laporan keuangan tahunan diterbitkan selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal berakhirnya tahun buku. Laporan keuangan tengah tahunan disampaikan paling lambat 60 hari atau 90 hari kemudian tanpa disertai laporan akuntan atau 120 hari tetapi telah disertai dengan setelah triwulanan buku perusahaan


(15)

berakhir tanpa disertai laporan akuntan, sehingga laporan ini biasanya bersifat sukarela. Laporan keuangan yang disampaikan harus disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang telah terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal.

Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan disebut bermanfaat jika disajikan akurat dan tepat waktu, yakni tersedia saat dibutuhkan investor. Dan ketepatan waktu ini merupakan tanggung jawab auditor yang menangani laporan keuangan tersebut. Karena hasil audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar. Di sisi lain, auditing merupakan kegiatan yang membutuhkan waktu sehingga adakalanya pengumuman laba dan laporan keuangan tertunda. Jika terjadi penundaan waktu yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Para investor nantinya akan mengira bahwa telah terjadi sesuatu yang buruk terhadap kondisi kesehatan perusahaan.

Lamanya waktu penyelesaian audit oleh auditor ini dapat dilihat dari perbedaan waktu tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan. Perbedaan waktu ini disebut audit delay. Makin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya, semakin lama pula audit delay. Namun bisa jadi auditor memperpanjang masa auditnya dengan menunda penyelesaian audit laporan keuangan karena alasan tertentu, semisal pemenuhan standar untuk meningkatkan kualitas audit oleh auditor yang akhirnya menuntut waktu lebih lama. Sebagaimana tercantum dalam Standar


(16)

Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tentang Standar Pekerjaan Lapangan yang mengatur prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan bagi auditor, bahwa auditor perlu memiliki perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan. Juga perlu pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal, diikuti dengan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

Berdasarkan paparan di atas penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali beberapa faktor-faktor dalam penelitian terdahulu dan untuk melihat pengaruh jenis dan hubungannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay adalah ukuran perusahaan, opini audit, tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas dan auditor. Hasil penelitian menyatakan bahwa audit delay cenderung lebih lama pada perusahaan jika ukuran perusahaan semakin besar, mendapat unqualified opinion, tingkat profitabilitas rendah, dan mengalami kerugian. Perusahaan yang berukuran besar akan cenderung menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini disebabkan perusahaan besar diawasi secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah sehingga manajemen perusahaan mengalami tekanan dari luar untuk lebih awal menyampaikan laporan keuangan auditannya. Selain itu, perusahaan besar biasanya memiliki internal control yang sudah lebih baik sehingga akan memudahkan pekerjaan auditor. Namun, sudut pandang yang


(17)

lain menyatakan bahwa semakin besar perusahaan, maka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses auditnya akan semakin lama. Hal ini disebabkan oleh banyaknya sampel yang mungkin harus diambil dan luas prosedur yang harus ditempuh. Tingkat solvabilitas menunjukkan resiko perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian harga saham. Bila tingkat solvabilitas tinggi, maka resiko kegagalan perusahaan dalam mengembalikan pinjaman juga akan tinggi, demikian pula sebaliknya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka diketahui bahwa ketepatan penyampaian laporan keuangan sangat penting terutama bagi pengguna-pengguna informasi keuangan dalam memprediksi dan mengambil keputusan. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melanjutkan penelitian terdahulu dalam skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahan Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu hal terpenting dalam penyajian laporan keuangan agar dapat digunakan semestinya oleh pihak-pihak yang berkepentingan adalah laporan keuangan tersebut disajikan tepat waktu. Ketepatwaktuan itu dipengaruhi lamanya proses audit yang dijalankan. Lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal ditandatanganinya laporan audit (tanggal opini) ini kemudian didefinisikan sebagai audit delay. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui


(18)

faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010, 2011, dan 2012.

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh ukuran perusahaan (Size) terhadap audit delay? 2. Apakah ada pengaruh tingkat profitabilitas (ROA) terhadap audit delay? 3. Apakah ada pengaruh tingkat solvabilitas (DER) terhadap audit delay? 4. Apakah ada pengaruh ukuran perusahaan (Size), tingkat profitabilitas

(ROA), dan tingkat solvabilitas (DER) terhadap audit delay secara bersamaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh ukuran perusahaan (Size)

terhadap audit delay.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat profitabilitas (ROA) terhadap audit delay.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat solvabilitas (DER) terhadap audit delay.

4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh ukuran perusahaan (Size), tingkat profitabilitas (ROA), dan tingkat solvabilitas (DER) terhadap audit delay secara bersamaan.


(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak, di-antaranya:

1. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.

2. Bagi praktisi manajemen dan analis keuangan, membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay sehingga dapat mengoptimalkan kinerja yang berimbas pada tepatnya waktu pelaporan keuangan.

3. Bagi investor, memberikan informasi agar mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan tersendiri dalam berinvestasi.

4. Bagi akademisi, memberikan wacana bagi perkembangan studi akuntansi yang berkaitan dengan audit delay.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang mengkomunikasikan keaadan keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan mempunyai tujuan utama yakni memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomis. Para pemakai laporan keuangan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.

Semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia menyebabkan semakin besarnya kebutuhan akan transparansi. Di dalam dunia akuntansi, transparansi dapat diartikan sebagai seberapa jauh pembaca laporan keuangan atau pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui dan menggali kandungan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Semakin banyak pihak yang secara aktif menaruh perhatian terhadap kualitas pelaporan keuangan perusahaan yang telah go public. Di dalam masyarakat yang sudah maju perekonomiannya, komunikasi data keuangan dan data ekonomi lainnya sangat diperlukan. Para


(21)

penanam modal tersebut merasa bahwa modal yang mereka tanamkan perlu diawasi dan dikendalikan, sehingga mereka sangat memerlukan laporan keuangan yang dapat dipercaya dari perusahaan tempat mereka menanamkan modalnya.

Penyajian laporan keuangan menuntut pemenuhan karakteristik kualitatif dan informasi yang disajikan. Karakteristik kualitatif merupakan ciri yang melekat pada informasi keuangan atau akuntansi sehingga bisa mempunyai nilai tambah. Ciri ini tidak dapat diukur dengan bentuk kuantitatif.

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyebutkan empat karakteristik kualitatif pokok dalam laporan keuangan (IAI 2004):

a. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai. Guna mencapai maksud ini, diasumsikan pemakai memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketentuan yang wajar.

b. Relevan

Informasi disebut relevan ketika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai. Agar relevan, informasi harus dapat digunakan untuk mengevaluasi masa lalu, masa sekarang dan masa mendatang (predictive value), menegaskan atau memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya (feedback value), juga harus tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan kesempatan atau untuk mempengaruhi keputusan yang diambil (timeliness).

c. Keandalan

Informasi disebut andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang dapat disajikan secara wajar.


(22)

d. Dapat Dibandingkan

Identifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan laporan keuangan perusahaan antar periode hendaknya dapat dibandingkan oleh pemakai. Dengan demikian pemakai dapat memperoleh informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian karakteristik ini.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan yang isi informasinya dapat dipahami, relevan dan dapat diandalkan, dan mempunyai daya banding. Karakteristik relevan di sini berarti laporan tersebut mampu mendeskripsikan kondisi keuangan secara tepat waktu. Selain itu, laporan keuangan harus menunjukkan keadaan perusahaan secara tepat dan netral sehingga para pengambil keputusan menggunakan laporan keuangan sebagai dasar pertimbangan yang tidak menyesatkan.

2.1.2 Audit

a. Definisi Audit

Secara umum auditing adalah proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002:9).


(23)

b. Tujuan Audit

Menurut Arens (dalam kartika, 2009) tujuan audit secara umum atas laporan keuangan oleh auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan. Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung dalam komponen laporan keuangan yang dapat bersifat implisit atau eksplisit (Arens, 1995:114).

c. Standar Auditing

Standar auditing merupakan ukuran pelaksanaan tindakan yang menjadi pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit (Mulyadi, 2002). IAI (2001) telah menetapkan standar auditing sebagai berikut:

1. Standar Umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,

independensi dalam sikap mental harus diperhatikan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya oleh auditor. 2. Standar Pekerja Lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi


(24)

sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diudit.

3. Standar Pelaporan

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerepan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandangan memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Dalam praktiknya, pelaksanaan audit yang makin sesuai dengan standar akan membutuhkan waktu makin lama. Demikian pula sebaliknya, waktu yang diperlukan akan makin pendek ketika pelaksanaan audit makin tidak sesuai dengan standar. Pertimbangan bahwa laporan keuangan harus disampaikan tepat waktu mengakibatkan auditor cenderung mengambil pilihan mengabaikan standar, sementara di sisi lain adanya tuntutat relevansi informasi mengharuskan auditor untuk melaksanakan audit sesuai standar.

d. Laporan Audit

Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan


(25)

tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku yang terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraf pengantar (introductory paragraph), paragraf lingkup (scope paragaraph), dan paragaraf pendapat (opinion paragraph).

Auditor sebagai pihak yang independen di dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan, akan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang diauditnya. Ada lima kemungkinan pernyataan pendapat auditor independen (Mulyadi, 2002:19), yaitu: a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi apabila prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia digunakan untuk menyusun laporan keuangan, perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dari periode ke periode telah cukup dijelaskan, informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dengan cukup dalam laporan keuangan sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Tambahan Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion Report With Explanatory Language)

Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menambahkan laporan hasil auditnya dengan bahasa penjelas.

c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan oleh auditor jika dijumpai hal-hal seperti, lingkup audit dibatasi oleh klien, auditor tidak dapat melaksanakanprosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor, laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia


(26)

yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Auditor akan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Selain auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup aduitnya, sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya.

Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk pengambilan keputusan.

e. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion) Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah karena pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit dan auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

2.1.3 Audit Delay

a. Definisi Audit Delay

Menurut Halim (2000), Audit Delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Audit Delay inilah yang dapat mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang berdasarkan informasi yang dipublikasikan.

Dalam Audit Delay semakin panjang waktu yang dibutuhkan di dalam mempublikasikan laporan keuangan tahunan sejak akhir tahun buku suatu perusahaan milik klien, maka semakin besar pula kemungkinan informasi tersebut bocor kepada investor tertentu atau


(27)

bahkan insider trading dan rumor-rumor lain di bursa saham. Apabila hal ini sering terjadi maka akan mengarahkan pasar tidak dapat lagi bekerja dengan maksimal. Dengan demikian, regulator harus menentukan suatu regulasi yang dapat mengatur batas waktu penerbitan laporan keuangan yang harus dipenuhi pihak emiten. Tujuannya untuk tetap menjaga realibilitas dan relevansi suatu informasi yang dibutuhkan oleh pihak pelaku bisnis di pasar modal.

Ketepatan waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan keuangan perusahaan bisa berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Informasi laba yang dihasilkan perusahaan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor. Artinya, informasi yang dipublikasikan tersebut akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham.

Proses dalam mencapai ketepatwaktuan terutama dalam penyajian laporan auditor independen menjadi semakin tidak mudah mengingat semakin meningkatnya perkembangan perusahaan publik yang ada di Indonesia. Hambatan ini juga terlihat dalam Standar Pemeriksaan Akuntan Publik pada standar yang ketiga yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian serta pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup menunda publikasi


(28)

laporan audit dan laporan keuangan auditan apabila dirasakan perlu untuk memperpanjang masa audit.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya di Indonesia, menunjukkan bahwa rata-rata audit delay di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kesimpulan atas beberapa penelitian sebelumnya, bahwa kenaikan ini disebabkan oleh incremental audit report, masalah pajak yang sering diperdebatkan, dan penggunaan staf audit yang kurang berpengalaman. Penelitian lainnya mencoba mencari penyebab audit delay dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Audit delay dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal perusahaan.

Beberapa penelitian menghubungkan kaitan antara faktor-faktor internal maupun eksternal tersebut dan audit delay dengan menggunakan logika teori. Semakin tinggi profitabilitas, maka audit delay akan semakin pendek. Semakin besar ukuran perusahaan, maka audit delay akan semakin pendek. Solvabilitas yang tinggi akan memperpendek audit delay. Menurut Ratnawaty dan Sugiharto (2005:289-290), hal ini dikarenakan perusahaan dengan jumlah hutang besar dimonitor oleh kreditor sehingga akan memberikan tekanan kepada perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan lebih cepat untuk meyakinkan kembali para pemilik modal yang pada dasarnya menginginkan mengurangi tingkat risiko dalam pengembalian modal mereka.


(29)

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay 1. Ukuran Perusahaan

Menurut Ashton dkk (1989) serta Owusu-Ansah (2000), perusahaan besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Menurut Dyer dan Mc Hugh, 1975 (seperti yang dikutip oleh Halim, 2000), perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya.

Perusahaan yang lebih besar memiliki pengendalian internal yang lebih kuat dan akan mengurangi kecenderungan kesalahan pelaporan keuangan yang mungkin terjadi dan memampukan auditor untuk mengendalikan pengendalian yang lebih luas serta melakukan pekerjaan intern. Selain itu, manajemen dari perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Sehingga perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit lebih awal.


(30)

2. Profitabilitas

Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Maka tingkat profitabilitas rendah ditenggarai berpengaruh terhadap (audit delay). Hal tersebut berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar terhadap pengumuman rugi oleh perusahaan. Ada dua alasan mengapa perusahaan yang menderita kerugian cenderung mengalami audit delay yang lebih panjang. Pertama, ketika kerugian terjadi perusahaan ingin menunda bad news sehingga perusahaan akan meminta auditor untuk menjadwal ulang penugasan audit (Carslaw, 1991). Kedua, auditor akan akan lebih berhati-hati selama proses audit jika percaya bahwa kerugian ini mungkin disebabkan karena kegagalan keuangan perusahaan dan kecurangan manajemen informasi tentang laba perusahaan (Chariri dan Ghozali, 2001).

Menurut Owusu-Ansah (2000), perusahaan yang memiliki hasil gemilang (good news) akan melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian (bad news). Ungkapan senada juga dikemukakan dalam penelitian Annisa (2004), perusahaan dengan hasil yang baik akan melaporkan lebih cepat dari perusahaan yang gagal operasi atau merugi. Sebagai dasar pemikiran bahwa tingkat keuntungan dipakai salah satu cara untuk menilai keberhasilan efektivitas perusahaan, tentu saja berkaitan dengan hasil akhir dari berbagai


(31)

kebijakan dan keputusan perusahaan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode berjalan. Perusahaan yang profitable memiliki insentif untuk menginformasikan ke publik kinerja unggul mereka dengan mengeluarkan laporan tahunan secara cepat.

Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan adalah Return on Asset (ROA). ROA adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dan total asset (Wild, Subramanyan, dan Halsey, 2005:41).

3. Solvabilitas

Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam membayar semua hutang perusahaan tersebut (Almilia dan Setiady, 2006:7). Tingkat solvabilitas menunjukkan resiko perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian harga saham. Bila tingkat solvabilitas tinggi, maka resiko kegagalan perusahaan dalam mengembalikan pinjaman juga akan tinggi, demikian pula sebaliknya.

Solvabilitas yang buruk merupakan bad news bagi perusahaan sehingga perusahaan cenderung berusaha untuk memoles terlebih dahulu sebelum laporan keuangan disajikan.

Dalam penelitian ini, rasio yang akan digunakan adalah Debt to Equity Ratio (DER). DER menggambarkan perbandingan kewajiban dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin tinggi DER, maka


(32)

semakin besar perusahaan menggunakan modal dari kreditor. Perusahaan dengan kewajiban besar cenderung mendesak auditor untuk memulai dan menyelesaikan audit lebih cepat. Hal ini dikarenakan, perusahaan dengan kewajiban besar diawasi dan dimonitor oleh kreditor sehingga akan memberikan tekanan kepada perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan lebih cepat untuk meyakinkan kembali para pemilik modal yang pada dasarnya menginginkan mengurangi tingkat resiko dalam pengembalian modal mereka. Maka semakin besar tingkat solvabilitas, semakin singkat pula audit delay.

2.2 Penelitian Terdahulu

2.2.1 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Variabel Bebas Tahun

Penelitian Hasil Penelitian Ashton dkk. (1987), Amerika Serikat Kompleksitas perusahaan, kompleksitas operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, jenis industri,

perusahaan publik atau nonpublik, tahun buku,

1982 Jenis opini

qualified, perusahaan industri,

perusahaan nonpublik, tahun

buku selain 31 Desember, SPI dan


(33)

SPI, EDP, audit firm tenure, besarnya laba/rugi, profitabilitas,

dan jenis opini.

EDP yang lemah memperpanjang audit delay. Subekti dan Widiyanti (2004), Indonesia Profitablitas, ukuran perusahaan, sektor industri, opini auditor,

KAP Big 5.

2001 Kelima variabel

independen berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Wirakusuma (2004), Indonesia

Jenis opini, solvabilitas, internal auditor, ukuran perusahaan, profitabilitas,

reputasi auditor, jenis industri.

1999-2001 Jenis opini, solvabilitas, internal

auditor, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap rentang waktu penyelesaian audit. Haron dkk. (2006), Indonesia Contingen liability, extraordinary item, opini

auditor, ukuran perusahaan, tipe industri,

pengumuman rugi, ratio of gathering, anak cabang perusahaan multinasional,

good corporate governance.

2002-2004 Hanya variabel opini auditor, tipe

industri dan anak cabang perusahaan multinasional yang

berpengaruh terhadap audit

delay.

Sumber: Jurnal Audit Delay, diolah oleh Penulis

Ashton dkk (1987) meneliti hubungan antara audit delay dengan variabel bebas sebanyak 14 meliputi kompleksitas perusahaan,


(34)

kompleksitas operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, jenis industri, perusahaan publik atau non-publik, tahun buku, SPI, EDP, audit firm tenure, besarnya laba/rugi, profitabilitas, dan jenis opini. Ashton menggunakan 488 sampel perusahaan pada tahun 1982. Hasil analisis unvariate pada keseluruhan sampel menunjukkan bahwa audit delay signifikan lebih lama pada perusahaan yang mempunyai qualified opinion, merupakan perusahaan industrial, bukan perusahaan publik, mempunyai tahun tutup buku selain bulan Desember, pengendalian internal dan EDP yang lemah, dan pekerjaan pemeriksaan relatif banyak dilakukan setelah berakhirnya penutupan tahun buku. Sementara pada uji analisis multivariate, hanya ukuran perusahaan, kompleksitas operasional, status perusahaan publik atau non-publik, kualitas SPI dan campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun yang berpengaruh secara signifikan pada keseluruhan sampel.

Subekti dan Widiyanti (2004) menggunakan 72 sampel perusahaan manufaktur dan finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2001. Dari kelima faktor yang diuji, yaitu meliputi profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, sektor industri perusahaan, jenis pendapat akuntan publik, dan ukuran KAP, semuanya berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Rata-rata audit delay yang terjadi adalah 98,83 hari.


(35)

Wirakusuma (2004) melakukan penelitian tentang rentang waktu penyajian laporan keuangan ke publik pada tahun 1999-2001 dengan sampel 132 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Menggunakan variabel dependen rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan dan rentang waktu pengumuman laporan keuangan serta variabel independen yaitu jenis opini, solvabilitas, internal auditor, ukuran perusahaan, profitabilitas, reputasi auditor, jenis industri. Wirakusuma melakukan dua tahap analisis. Tahap pertama menunjukkan bahwa rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan dipengaruhi jenis opini, solvabilitas, keberadaan internal auditor dan ukuran perusahaan. Tahap kedua memperlihatkan rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan bersama-sama dengan variabel solvabilitas dan opini auditor mempengaruhi rentang waktu pengumuman laporan keuangan auditan ke publik. Rata-rata audit delay pada penelitian ini adalah 99,92 hari.

Haron dkk (2006) menggunakan sampel 108 perusahaan manufaktur dan finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2002-2004 untuk meneliti apakah reputasi KAP, contingen liability, extraordinary item, opini auditor, ukuran perusahaan, tipe industri, pengumuman rugi, ratio of gathering, anak cabang perusahaan multinasional, good corporate governance dapat mempengaruhi audit delay pada perusahaan publik di Indonesia. Penelitiannya menunjukkan hanya variabel opini auditor, tipe industri, dan anak


(36)

cabang dari perusahaan multinational yang terbukti berpengaruh terhadap audit delay. Perusahaan yang mendapatkan qualified opinion dan perusahaan dengan jenis industri manufaktur audit delay-nya cenderung panjang. Sedangkan perusahaan yang merupakan anak cabang perusahaan multinational akan lebih cepat waktu audit delay-nya. Rata-rata audit delay-nya adalah 68,04 hari.

2.2.2 Catatan Penulis Tentang Penelitian Terdahulu

Setelah membaca beberapa hasil penelitian terdahulu tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay, ada banyak penelitian-penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai macam sampel perusahaan dan variabel bebas. Sampel perusahaan yang digunakan ada yang perusahaan publik dan juga non-publik. Variabel independen yang digunakan juga beragam jenisnya. Dari penelitian-penelitian tersebut ditemukan variabel-variabel independen yang mempengaruhi maupun yang tidak mempengaruhi audit delay.

Beberapa variabel bebas yang paling sering ditemukan dalam penelitian-penelitian tersebut adalah ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas dan solvabilitas.

Menurut beberapa penelitian perusahaan besar dan perusahaan yang go public biasanya menghasilkan proses audit yang lebih cepat. Alasannya adalah perusahaan yang berukuran besar memiliki pengendalian internal yang lebih kuat dan lebih baik sehingga akan


(37)

memudahkan pekerjaan auditor. Selain itu, manajemen dari perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay karena perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah.

Demikian juga dengan profitabilitas, perusahaan-perusahaan dengan hasil yang baik atau selalu mengalami keuntungan biasanya akan melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian. Hal ini membuat proses audit juga menjadi lebih cepat.

Solvabilitas yang tinggi akan memberikan resiko kegagalan bagi sebuah perusahaan. Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki pinjaman dengan jumlah yang tinggi biasanya akan mendesak auditor untuk memulai dan menyelesaikan audit lebih cepat. Hal ini dilakukan agar bisa meyakinkan pihak pemilik modal yang pada dasarnya menginginkan mengurangi tingkat resiko dalam pengembalian modal mereka.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan besar memberikan pengaruh proses audit yang lebih cepat, sehingga audit delay tidak terlalu panjang atau bisa tepat waktu sesuai dengan yang ditetapkan. Karena itu di penelitian kali ini, penulis melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan sampel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan merupakan perusahaan besar


(38)

yang profitable dan mempunyai tingkat resiko yang tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel tersebut memang mempunyai pengaruh atau tidak terhadap audit delay.

2.2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berikut adalah beberapa tinjauan tentang penelitian-penelitian terdahulu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.

Tabel 2.2

Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Nama Peneliti Dewi Lestari

Judul Penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI 2004-2008

Tahun Penelitian 2009

Sampel Perusahaan 20 Perusahaan

Variabel Dependen Audit Delay

Variabel Independen Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas, Kualitas Auditor dan Opini Auditor

Metode Analisis Data Regresi Linear Berganda

Hasil Penelitian Solvabilitas, Profitabilitas dan Kualitas Auditor mempengaruhi Audit Delay. Sedangkan Ukuran perusahaan dan Opini Auditor tidak memiliki pengaruh terhadap Audit Delay.

2 Nama Peneliti Tania Prameswari

Judul Penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI 2008-2010

Tahun Penelitian 2012

Sampel Perusahaan 93 Perusahaan

Variabel Dependen Audit Delay

Variabel Independen Profitabilitas, Solvabilitas, Perusahaan Holding, Opini Auditor,


(39)

KAP

Metode Analisis Data Regresi Linear Berganda

Hasil Penelitian Solvabilitas dan Perusahaan Holding memiliki pengaruh terhadap Audit Delay, sedangkan Profitabilitas, Opini Auditor dan lamanya Perusahaan Menjadi Klien KAP tidak memiliki pengaruh terhadap Audit Delay.

3 Nama Peneliti Anna Maria

Judul Penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI 2007-2011

Tahun Penelitian 2012

Sampel Perusahaan 15 Perusahaan

Variabel Dependen Audit Delay

Variabel Independen Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran KAP dan Pergantian Auditor

Metode Analisis Data Regresi Linear Berganda

Hasil Penelitian Ukuran Perusahaan dan Ukuran KAP memiliki pengaruh terhadap Audit Delay, sedangkan Profitabilitas, Solvabilitas dan Pergantian Auditor tidak memiliki pengaruh terhadap Audit Delay.

4 Nama Peneliti I Md Ngr Sudewa Mantik

Judul Penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Foods and Beverages yang Terdaftar di BEI 2009-2011

Tahun Penelitian 2012

Sampel Perusahaan 14 Perusahaan

Variabel Dependen Audit Delay

Variabel Independen Ukuran perusahaan, Solvabilitas, dan Reputasi Auditor

Metode Analisis Data Regresi Linear Berganda

Hasil Penelitian Solvabilitas dan Reputasi Auditor memiliki pengaruh terhadap Audit Delay. Sedangkan Ukuran Perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap Audit Delay.


(40)

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Audit Delay berpengaruh terhadap tingkat relevansi informasi dalam laporan keuangan, dan pada akhirnya berdampak pula pada tingkat kepastian keputusan yang didasarkan pada informasi tersebut. Hal ini dikarenakan jangka waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian informasi dalam laporan keuangan perusahaan. Panjang pendeknya jangka waktu tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang selanjutnya akan dibahas secara mendalam.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya audit delay. Penelitian kali ini akan menguji faktor-faktor tersebut antara lain ukuran perusahaan (Size), tingkat profitabilitas (ROA), dan tingkat solvabilitas (DER).

Berdasarkan gambaran tersebut, hubungan antar variabel akan diperlihatkan dalam model penelitian berikut:

H1

H2

Ukuran Perusahaan (X1)

Tingkat Profitabilitas (X2)

Audit Delay (Y)


(41)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.3.2 Hipotesis

Menurut Erlina (2008), “hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proporsi merupakan uangkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenerannya mengenai struktur atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena”.

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang dihadapi dan kebenarannya harus dibuktikan melalui hasil penelitian. Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian, dan tinjauan teoritis, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. H1: Ukuran perusahaan (Size) berpengaruh terhadap audit delay.

2. H2: Tingkat profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap audit delay.


(42)

4. H4: Ukuran perusahaan (total asset), tingkat profitabilitas (ROA),

dan tingkat solvabiltas (DER) berpengaruh secara bersama-sama terhadap audit delay.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian yang menggunakan rancangan kausal untuk menganalisis hubungan antara satu atau beberapa variabel dengan variabel lainnya dan bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2007:35). Rancangan kausal akan menyajikan pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas sebagai variabel independent (bebas) terhadap audit delay sebagai variabel dependent (terikat) yang diteliti.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2011:103). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2012. Berdasarkan data

yang diperoleh melalui situs BEI di

Consumer Goods yang terdaftar di BEI periode 2010-2012 adalah 38 perusahaan.


(44)

Tabel 3.1

Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI (2010-2012) No. Sub Sektor Kode

Perusahaan Nama Perusahaan 1 Makanan dan Minuman

ADES Akasha Wira Internasional Tbk

2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

3 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk

4 CEKA Cahaya Kalbar Tbk

5 DAVO Davomas Abadi Tbk

6 DLTA Delta Djakarta Tbk

7 FAST Fast Food Indonesia Tbk

8 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

9 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk

10 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk

11 MYOR Mayora Indah Tbk

12 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk

13 PTSP Pioneerindo Gourmet Tbk

14 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk

15 SKBM Sekar Bumi Tbk

16 SKLT Sekar Laut Tbk

17 STTP Siantar Top Tbk

18 ULTJ Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk

19

Rokok

GGRM Gudang Garam Tbk

20 HMSP Handjaya Mandala Sampoerna Tbk

21 RMBA Bentoel International Investama Tbk

22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk

23

Farmasi

DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk

24 INAF Indofarma (Persero) Tbk

25 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk

26 KLBF Kalbe Farma Tbk

27 MERK Merck Tbk

28 PYFA Pyridam Farma Tbk

29 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk

30 SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk

31 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk

32 Kosmetik & Keperluan

Rumah Tangga

MBTO Martina Berto Tbk

33 MRAT Mustika Ratu Tbk

34 TCID Mandom Indonesia Tbk

35 UNVR Unilever Indonesia Tbk


(45)

37 Rumah Tangga

KICI Kedaung Indah Can Tbk

38 LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu sebuah metode pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu (Erlina dan Mulyani, 2007:83). Kriteria ditentukan dengan pertimbangan (judgement) atau kuota tertentu. Dalam penentuannya ditetapkan kriteria sebagai berikut:

a. Perusahaan Consumer Goods berturut-turut terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010, 2011, dan 2012.

b. Perusahaan Consumer Goods menerbitkan laporan keuangan dengan tanggal tutup buku 31 Desember pada tahun 2010, 2011, dan 2012.

c. Laporan keuangan pada tahun sampel telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik.

Berdasarkan kriteria di atas, berikut perusahaan-perusahaan consumer goods yang menjadi sampel untuk penelitian ini.

Tabel 3.2

Daftar Perusahaan Consumer Goods yang Menjadi Sampel

No. Nama Perusahaan Kode

Perusahaan

1 Akasha Wira Internasional Tbk ADES

2 Delta Djakarta Tbk DLTA

3 Fast Food Indonesia Tbk FAST

4 Prasidha Aneka Niaga Tbk PSDN

5 Pioneerindo Gourmet Tbk PTSP

6 Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI

7 Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk ULTJ

8 Gudang Garam Tbk GGRM


(46)

10 Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA

11 Kalbe Farma Tbk KLBF

12 Merck Tbk MERK

13 Pyridam Farma Tbk PYFA

14 Unilever Indonesia Tbk UNVR

15 Kedawung Setia Industrial Tbk KDSI

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi yang tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut, yaitu laporan keuangan auditan selama periode 2010-2012. Data laporan keuangan diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia

Jenis data yang dibutuhkan antara lain:

1. Tanggal laporan audit independen diterbitkan. 2. Laba/rugi perusahaan sebelum pajak penghasilan 3. Total aset

4. Total kewajiban 5. Total ekuitas

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode dokumenter yaitu dengan mempelajari, mengklasifikasikan, dan menganalisis data sekunder berupa laporan auditor independen, laporan keuangan, maupun informasi lainnya.


(47)

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan metode analisis, maka variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari:

3.5.1 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan yang mempunyai hubungan positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya (Erlina dan Mulyani, 2007:34), dimana dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas (ROA), dan tingkat solvabilitas (DER).

a. Ukuran Perusahaan (X1)

Ukuran perusahaan mencerminkan seberapa besar informasi yang dimiliki perusahaan mengenai pentingnya informasi, baik pihak internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan dikalkulasi dengan menggunakan nilai absolut total aktiva atau total asset.

b. Tingkat Profitabilitas / Return on Asset (ROA) (X2)

Return on Asset (ROA) adalah salah satu rasio untuk mengukur profitabilitas dengan membandingkan antara laba sebelum pajak dengan total asset suatu perusahaan. ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

ROA =Laba Sebelum Pajak


(48)

c. Tingkat Solvabilitas / Debt to Equity Ratio (DER) (X3)

Debt to Equity Ratio (DER) adalah salah satu rasio yang digunakan dalam mengukur tingkat solvabilitas perusahaan. Rasio ini akan membandingkan antara total kewajiban dengan total ekuitas yang dimiliki perusahaan untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada kreditur. DER dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

DER =Total Kewajiban

Total Ekuitas

3.5.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (Dependent Variable) adalah perhatian utama dalam sebuah pengamatan; variabel ini dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Erlina dan Mulyani, 2007:33). Dalam hal ini adalah audit delay yang dihitung dari lama waktu penyelesaian audit mulai dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal laporan auditor independen atas laporan keuangan audit. Penjelasan pengukuran variabel dan operasional variabel dapat dilihat di Tabel 3.3.


(49)

Tabel 3.3

Pengukuran Variabel dan Operasional Variabel

Variabel yang diukur

Indikator Skala Sumber Data

Variabel Terikat Audit Delay

Selisih tanggal penutupan tahun

buku sampai tanggal laporan keuangan auditan

Rasio Sekunder

Variabel Bebas Ukuran Perusahaan

Total Asset Rasio Sekunder

Profitabilitas Laba sebelum pajak dibagi total

asset

Rasio Sekunder

Solvabilitas Total kewajiban dibagi total

ekuitas

Rasio Sekunder

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode dan teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan analisis statistik yang menggunakan perangkat lunak statistik. Alat analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif, yakni untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini. Alat analisis yang dipakai adalah mean (rata-rata) dan standar deviasi. Mean dan standar deviasi dipakai untuk mengetahui rata-rata lamanya audit delay pada perusahaan.


(50)

Analisis data dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS (Statistic Package for Social Science).

3.6.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum menganalisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen yaitu perbedaan antara nilai prediksi dengan skor yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi secara simetri di sekitar nilai means sama dengan nol. Melalui uji ini diharapkan didapatnya kepastian dipenuhinya syarat normalitas yang akan menjamin dapat dipertanggungjawabkannya langkah-langkah analisis statistik sehingga kesimpulan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Pengujian normalitas dilakukan dengan uji non-parametik Kolmogorof-Smirnov (Ghozali, 2005:114). Pedoman untuk pengambilan keputusan didasarkan pada:

1) Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi data normal.

2) Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, maka distribusi data tidak normal.


(51)

Ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal menurut Erlina (2007:106), yaitu:

1) Lakukan transformasi data ke bentuk lainnya, 2) Lakukan timing, yaitu membuang data outlier,

3) Lakukan winsorizing, yaitu mengubah data outlier ke suatu nilai tertentu.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi anatarvariabel bebas (Independent variable). Jika terjadi relasi, berarti terjadi masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya terjadi korelasi di antara variabel bebasnya (Ghozali, 2005:91). Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari:

1) Nilai tolerance dan lawannya, 2) Variance Inflation Factor (VIF).

Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel indenpenden yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adalanya multikolinearitas adalah nilai tolerance >


(52)

0,10 atau sama dengan VIF < 10. Cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi jika terjadi multikolinearitas adalah dengan mengeluarkan salah satu variabel bebas yang memiliki korelasi yang tinggi dari model regresi dan identifikasi variabel lainnya untuk membantu prediksi.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dimaksudkan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-l (sebelumnya) (Ghozali (2005: 99). Apabila terjadi korelasi, disinyalir ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul disebabkan adanya observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada runtut waktu time series karena “gangguan” pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, maka dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson(DW). Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW). Menurut Sunyoto (2009:


(53)

91), untuk melihat ada tidaknya autokorelasi digunakan ketentuan sebagai berikut:

1) Angka DW di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif.

2) Angka DW di antara -2 sampai dengan +2, berarti tidak ada autokorelasi.

3) Angka DW di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regersi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:105).

Cara yang dipakai dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidanya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependent) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk


(54)

menentukan heteroskedastisitas menurut Ghozali (2005: 126), antara lain:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas

dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homokedastisitas.

3.6.2 Pengujian Hipotesis

a. Analisis Regresi Linear Berganda

Penelitian ini dianalisis dengan model regresi linear berganda untuk melihat seberapa besar pengaruh rasio ukuran perusahaan (Size), rasio profitabilitas (ROA) dan rasio solvabilitas terhadap audit delay dengan model dasar sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan:

Y = lamanya penyelesaian audit (audit delay) a = konstanta

b = koefisien regresi X1, X2, X3

X1 = ukuran perusahaan (Size)

X2 = profitabilitas (ROA)

X3 = solvabilitas (DER)


(55)

b. Pengujian Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen terbatas.

Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Bila terdapat nilai Adjusted R2 bernilai negatif, maka nilai Adjusted R2 dianggap bernilai nol.

c. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasan atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen (Nugroho, 2005:4). Hipotesis statistik yang diajukan adalah sebagai berikut:

• H0 : bi = 0 : tidak ada pengaruh

• H1 : bi ≠ 0 : ada pengaruh

Signifikan tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan melihat nilai probabilitas (nilai Sig.)


(56)

dari t rasio masing-masing variabel independen pada taraf uji α = 5%. Kesimpulan diterima atau ditolaknya H0 dan H1 sebagai

pembuktian adalah:

• Jika probabilitas lebih kecil daripada α maka H0 ditolak dan H1

diterima memiliki arti bahwa variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

• Jika probabilitas lebih besar daripada α maka H1 ditolak dan H0

diterima yang memiliki arti bahwa variabel independen tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

Selain itu dapat pula dilakukan dengan melakukan perbandingan signifikansi thitung dengan ketentuan sebagai berikut:

• H0 diterima jika thitung < ttabel(α = 5%)

• H1 diterima jika thitung > ttabel(α = 5%)

d. Pengujian Koefisien Regresi Serentak (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji goodness of fit test yang menunjukkan variasi pengaruh variabel independen secara bersama-sama/simultan terhadap variabel dependen (Nugroho, 2005:3). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

• H0 : b0 = b1 = b2 = b3 = 0 : tidak ada pengaruh

• H1 : b0 = b1 = b2 = b3≠ 0 : ada pengaruh

Signifikan tidaknya pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat


(57)

probabilitas (nilai Sig.) dari F rasio seluruh variabel independen

pada taraf uji α = 5%. Kesimpulan diterima atau ditolaknya H0 dan H1 sebagai pembuktian adalah:

• Jika probabilitas lebih kecil daripada α maka H0 ditolak dan H1

diterima yang memiliki arti bahwa variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

• Jika probabilitas lebih besar daripada α maka H1 ditolak dan H0

diterima yang memiliki arti bahwa variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

Selain itu dapat pula dilihat dari signifikannya yang dibandingkan dengan Fhitung, dengan ketentuan:

• H0 diterima jika Fhitung < Ftabel(α = 5%)


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regrensi berganda. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi berganda.

Pengujian asumsi klasik dan pengujian regresi berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 17. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang relah ditentukan.

4.2 Analisis Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data

sekunder yang diperoleh dari

sampel perusahaan go public dari tahun 2010 sampai tahun 2012 yang dijabarkan dalam bentuk statistik.

Variabel dari penelitian ini terdiri dari ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas sebagai variabel bebas dan audit delay sebagai variabel terikat.


(59)

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Variabel - Variabel Penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SIZE_X1 45 145.00 6466765.00 574482.2000 1.44410E6

ROA_X2 45 .03 .56 .2247 .14873

DER_X3 45 .15 2.25 .7440 .53297

AD_Y 45 37.00 90.00 70.2222 13.13892

Valid N (listwise) 45

Sumber: Output SPSS, data diolah oleh penulis, 2013

Berikut ini penjelasan data yang telah diolah sesuai dengan tabel di atas:

a. Ukuran perusahaan yang diukur dengan total asset dari perusahaan-perusahaan sampel mempunyai rentang nilai antara Rp 145.000.000 sampai dengan Rp 6.466.765.000.000 dengan rata-rata sebesar Rp 574.482.200.000.

Total asset perusahaan maksimum dimiliki oleh PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2012, sementara PT Merck Tbk di tahun 2010 memiliki total asset paling minimum.

b. Variabel Return On Asset berkisar antara 0,03 sampai dengan 0,56 dengan rata-rata 0,2247. Tidak ada yang bernilai negatif, itu menunjukkan bahwa perusahaan sampel dengan nilai paling minimum tidak mengalami kerugian.

ROA terendah dimiliki oleh PT Kedaung Setia Industrial Tbk di tahun 2010, dan yang memiliki ROA tertinggi adalah PT Handjaya Mandala Saputra Tbk di tahun 2011.


(60)

c. Variabel Debt To Equity Ratio memiliki nilai minimum 0,15 dan maksimum 2,25 dengan rata-rata 0,7440. Tampak bahwa pada umumnya perusahaan memiliki hutang jangka panjang sebesar 74,40%, bahkan ada yang sampai 225%.

Rasio solvabilitas terendah terdapat pada PT Merck Tbk di tahun 2011 dan yang tertinggi terdapat pada PT Akasha Wira Internasional Tbk di tahun 2010.

d. Nilai audit delay terpendek adalah 37 hari dan yang terpanjang adalah 90 hari, sesuai dengan yang batas maksimum yang disyaratkan oleh BAPPEPAM, dan rata-rata audit delay adalah 70,2222 hari.

PT Nippon Indosari Corporindo Tbk di tahun 2012 adalah perusahaan dengan audit delay terpendek, sedangkan PT Unilever Indonesia Tbk di tahun 2011 adalah perusahaan dengan audit delay terpanjang.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini uji non-parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Penentuan normal atau tidaknya suatu distribusi data ditentukan berdasarkan taraf signifikan. Jika taraf signifikansi di atas 0,05 maka data diinterpretasikan terdistribusi normal, dan sebaliknya, jika taraf


(61)

siginifikansi hasil hitung dibawah 0,05 maka data terdistribusi tidak normal (Wibowo, 2012:62).

Tabel 4.2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardize d Residual

N 45

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .96530730

Most Extreme Differences

Absolute .064

Positive .056

Negative -.064

Kolmogorov-Smirnov Z .426

Asymp. Sig. (2-tailed) .993

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Output SPSS, Data dialah oleh Penulis, 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa taraf signifikansi adalah sebesar 0,993 yang berada di atas 0,05. Dengan demikian nilai residual terdistribusi secara normal sehingga model penelitian dinyatakan telah telah memenuhi asumsi normalitas. Kenormalan data juga dapat dilihat dari grafik histogram pada Gambar 4.1 yang menunjukkan bahwa kurva menyerupai bentuk lonceng dan tidak cenderung menceng ke kiri atau ke kanan (Skewness) (Wibowo, 2012:69). Demikian pula pada grafik Normal Probability Plot pada Gambar 4.2, terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah dari garis diagonal (Wibowo, 2012:69) tersebut yang menunjukkan data sudah normal.


(62)

Dengan demikian, secara keseluruhan dapat ditampilkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya.

Gambar 4.1 Histogram Sumber: Output SPSS, diolah oleh Penulis, 2013


(63)

Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot Sumber: Output SPSS, diolah oleh Penulis, 2013

b. Uji Multikolinearitas

Data yang bebas multikolinearitas adalah data yang memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10 (Wibowo, 2012:87). Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 4.3.


(64)

Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 SIZE_X1 .604 1.657

ROA_X2 .701 1.427

DER_X3 .837 1.195

a. Dependent Variable: AD_Y

Coefficient Correlationsa

Model DER_X3 ROA_X2 SIZE_X1

1 Correlations DER_X3 1.000 .142 -.395

ROA_X2 .142 1.000 -.541

SIZE_X1 -.395 -.541 1.000

Covariances DER_X3 15.549 8.651 -2.669E-6

ROA_X2 8.651 238.399 -1.433E-5

SIZE_X1 -2.669E-6 -1.433E-5 2.936E-12

a. Dependent Variable: AD_Y

Sumber: Output SPSS, diolah oleh penulis, 2013

Berdasarkan tabel hasil pengujian di atas, dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen pada penelitian ini memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. Dengan demikian, tidak terjadi multikolinearitas pada model regresi penelitian ini atau tidak terdapat korelasi antara variabel-variabel independen yang diteliti.


(65)

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan melakukan uji Durbin-Watson (DW) dengan kriteria sebagai berikut (Sunyoto (2009: 91):

4) Angka DW di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif.

5) Angka DW di antara -2 sampai dengan +2, berarti tidak ada autokorelasi.

6) Angka DW di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .350a .122 .058 12.75102 1.789

a. Predictors: (Constant), DER_X3, ROA_X2, SIZE_X1 b. Dependent Variable: AD_Y

Sumber: Output SPSS, dioleh oleh penulis, 2013

Berdasarkan hasil uji DW pada Tabel 4.4, nilai DW pada penelitian ini adalah sebesar 1,789. Nilai tersebut terletak antara -2 sampai dengan +2 yang berarti bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi penelitian ini.


(66)

d. Uji Heteroskedastisitas

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas, menurut Ghozali (2005: 126) pengujian dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot dengan dasar analisis berikut ini:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(67)

Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas Sumber: Output SPSS, diolah oleh Penulis, 2013.

Dari grafik scatterplot pada Gambar 4.3, dapat disimpulkan bahwa model regresi ini bebas dari gejala heteroskedastisitas, karena keberadaan titik-titik pada grafik tersebut menyebar secara acak di atas dan di bawah angka 0 dan sumbu Y, serta tidak membentuk suatu pola tertentu yang teratur.


(68)

4.2.3 Pengujian Hipotesis

Dari hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).

a. Analisis Regresi Linear Berganda

Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan model regresi linear berganda. Hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 63.100 4.705 13.412 .000

SIZE_X1 1.185E-6 .000 .130 .692 .493

ROA_X2 11.443 15.440 .130 .741 .463

DER_X3 5.202 3.943 .211 1.319 .194

a. Dependent Variable: AD_Y

Sumber: Output SPSS, diolah oleh Penulis, 2013

Berdasarkan tabel di atas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

AD = 63.100 + 1,185Size +11,443ROA + 5,202DER + e

1. Konstanta sebesar 63,100 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel Size, ROA, DER (X1,X2,X3=0) maka audit delay


(69)

2. b1 memiliki nilai koefisien regresi sebesar 1,185, ini berarti jika

variabel independen lain nilainya tetap atau tidak berubah, maka setiap kenaikan 1 poin atau 1%, variabel ukuran perusahaan akan meningkatkan nilai audit delay sebesar 1,185. Koefisien variabel ukuran perusahaan bernilai positif artinya terdapat hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan audit delay, artinya semakin meningkat nilai ukuran perusahaan maka akan meningkatkan audit delay.

3. b2 memiliki nilai koefisien regresi sebesar 11,443, ini berarti

jika variabel independen lain nilainya tetap atau tidak berubah, maka setiap kenaikan 1 poin atau 1%, variabel ROA akan meningkatkan nilai audit delay sebesar 11,443. Koefisien variabel ROA bernilai positif artinya terdapat hubungan positif antara ROA dan audit delay, artinya semakin meningkat nilai ROA maka akan meningkatkan audit delay.

4. b3 memiliki nilai koefisien regresi sebesar 5,202, ini berarti jika

variabel independen lain nilainya tetap atau tidak berubah, maka setiap kenaikan 1 poin atau 1%, variabel DER akan meningkat audit delay sebesar 5,202. Koefisien variabel DER bernilai positif artinya terdapat hubungan positif antara DER dan audit delay, artinya semakin meningkat nilai DER maka akan meningkatkan audit delay.


(1)

LAMPIRAN 10

Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 63.100 4.705 13.412 .000

SIZE_X1 1.185E-6 .000 .130 .692 .493

ROA_X2 11.443 15.440 .130 .741 .463

DER_X3 5.202 3.943 .211 1.319 .194

a. Dependent Variable: AD_Y

LAMPIRAN 11

Pengujian Hipotesis: Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .350a .122 .058 12.75102 1.789

a. Predictors: (Constant), DER_X3, ROA_X2, SIZE_X1 b. Dependent Variable: AD_Y


(2)

LAMPIRAN 12

Pengujian Hipotesis: Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 63.100 4.705 13.412 .000

SIZE_X1 1.185E-6 .000 .130 .692 .493

ROA_X2 11.443 15.440 .130 .741 .463

DER_X3 5.202 3.943 .211 1.319 .194

a. Dependent Variable: AD_Y

LAMPIRAN 13

Pengujian Hipotesis: Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 929.645 3 309.882 1.906 .144a

Residual 6666.132 41 162.589

Total 7595.778 44


(3)

(4)

Data Variabel Penelitian

No Code Year

Audit Delay (days)

Before Income Tax (In Million

Rupiah) Total Asset (In Million Rupiah) Liability (In Million Rupiah) Equity (In Million Rupiah) Return On Asset Debt to Equity Ratio

1 ADES 2010 70 33534 324493 224615 99878 0.10 2.25

2 DLTA 2010 82 192 708 115 577 0.27 0.20

3 FAST 2010 56 261589 1236043 434379 801663 0.21 0.54

4 PSDN 2010 68 39241 414611 221094 138347 0.09 1.60

5 PTSP 2010 83 22975 109008 67771 36419 0.21 1.86

6 ROTI 2010 56 134665 568265 112812 568265 0.24 0.20

7 ULTJ 2010 83 202923 2006595 705471 1297952 0.10 0.54

8 GGRM 2010 87 5631 30741 9421 21197 0.18 0.44

9 HMSP 2010 75 8748 20525 10308 10309 0.43 1.00

10 DVLA 2010 59 153869 854109 213507 640602 0.18 0.33

11 KLBF 2010 67 1770434 7032496 1260361 5373784 0.25 0.23

12 MERK 2010 54 157 434 71 363 0.36 0.20

13 PYFA 2010 73 5637 100586 23361 77252 0.06 0.30

14 UNVR 2010 82 4538643 8701262 4652409 4045419 0.52 1.15

15 KDSI 2010 70 19418 557724 302184 255540 0.03 1.18

16 ADES 2011 79 29627 316048 190302 125746 0.09 1.51

17 DLTA 2011 87 204 696 123 572 0.29 0.22


(5)

18 FAST 2011 86 298702 1547982 717263 830718 0.19 0.86

19 PSDN 2011 72 37116 421336 215077 206289 0.09 1.04

20 PTSP 2011 82 36036 133432 63220 70211 0.27 0.90

21 ROTI 2011 72 154948 759136 212695 546441 0.20 0.39

22 ULTJ 2011 86 156817 2179181 776734 1402446 0.07 0.55

23 GGRM 2011 73 6614 39088 14537 24550 0.17 0.59

24 HMSP 2011 76 10911 19376 9174 10201 0.56 0.90

25 DVLA 2011 46 166324 928290 200373 727917 0.18 0.28

26 KLBF 2011 69 1987259 8274554 1758619 6515935 0.24 0.27

27 MERK 2011 54 283 584 90 584 0.48 0.15

28 PYFA 2011 59 7085 118033 35636 82397 0.06 0.43

29 UNVR 2011 90 5574799 10482312 6801375 3680937 0.53 1.85

30 KDSI 2011 45 30948 587566 308397 276169 0.05 1.12

31 ADES 2012 67 76631 389094 179972 209122 0.20 0.86

32 DLTA 2012 86 287 745 147 598 0.39 0.25

33 FAST 2012 74 269216 1781905 791183 990722 0.15 0.80

34 PSDN 2012 73 50794 682611 273033 409577 0.07 0.67

35 PTSP 2012 67 47758 203876 85038 118838 0.23 0.72

36 ROTI 2012 37 199792 1204944 538337 666607 0.17 0.81

37 ULTJ 2012 84 457970 2420793 744273 1676519 0.19 0.44

38 GGRM 2012 81 5530 41509 14903 26605 0.13 0.56

39 HMSP 2012 73 13383 26247 12939 13308 0.51 0.97

40 DVLA 2012 58 204477 1074691 233144 841546 0.19 0.28


(6)

42 MERK 2012 46 145 569 156 416 0.25 0.38

43 PYFA 2012 59 7971 135849 48144 87705 0.06 0.55

44 UNVR 2012 84 6466765 11984979 8016614 3968365 0.54 2.02

45 KDSI 2012 63 47634 570564 254557 316006 0.08 0.81


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 66 139

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 53

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS INDUSTRY DAN Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag pada Perusahaan Consumer Goods Industry dan Multifinance yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Studi Empiris

0 1 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2012.

0 2 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2012.

0 1 13

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008-2010.

0 5 16

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 25

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia m.anas

0 0 109

SKRIPSI DEWI LESTARI

0 0 100

Skripsi Rini Dwiyanti

1 3 112