BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teoritis 2.1.1. Price Earning Ratio 2.1.1.1 Pengertian Price Earning Ratio - Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Consumer Goods Industry yang Terdaftar d

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis
2.1.1. Price Earning Ratio
2.1.1.1 Pengertian Price Earning Ratio
Price Earning Ratio merupakan bagian dari rasio penilaian untuk
mengevaluasi laporan keuangan. Anderson dan Brooks (2006) menyatakan “The
Price Earning Ratio is a widely used measure of the expected performance of
companies and it has almost invariably been calculated as the ratio of the current
share price to the previous year’s earnings. Price Earning Ratio dihitung dari
perbandingan antara harga saham suatu perusahaan dengan laba per lembar
saham. Menurut Widoatmodjo (2005) “Harga pasar saham adalah harga jual dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

investor yang satu kepada investor yang lain setelah saham tersebut dicatatkan di
bursa, baik bursa utama maupun OTC (Over The Counter Market)”.
Laba per lembar saham yang biasa disebut Earning Per Share merupakan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang
diraih perusahaan kepada pemegang saham. Menurut Tandellin (2001) laba per

lembar saham suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan
yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Berdasarkan teori
tersebut maka diketahui bahwa Price Earning Ratio dipengaruhi oleh harga
saham dan laba per saham. Price Earning Ratio menurut Jones (1999) adalah
simply the number of times investors value earning as expressed in the stock
price.

Price earning ratio merupakan suatu rasio yang menggambarkan

kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan
laba perusahaan. Menurut Frank J. Fabozzi (1999), beberapa pendapat dari para
ekonom mengenai pengertian dari Price Earning Ratio sebagai berikut :
1. Price Earning Ratio adalah perbandingan harga per lembar saham (aktual)
terhadap

pendapatan

perusahaan

(aktual)


dan

memperkirakan

atau

memprediksi terhadap tingkat diskonto yang telah disesuaikan, tingkat
pertumbuhan deviden tunai per saham, earning per share dan rasio
pembagian dividen.
2. Price Earning Ratio diperoleh dari harga pasar saham biasa dibagi dengan
Earning Per Share dari saham biasa. Semakin tinggi Price Earning Ratio
maka kinerja perusahaan diindikasi semakin baik, namun sebaliknya semakin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kecil nilai Price Earning Ratio maka semakin rendah pula pertumbuhan harga
saham, hal ini mengindikasikan kinerja perusahaan juga semakin kurang baik.
Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ralph R. Frasca
yaitu :

“A Price Earning Ratio is a company’s Earning Per Share divided into the
market price of its stock. Many analyst believe that companies with low dari
Price Earning Ratio do not have good earning growth opportunities.”
Hasil Price Earning Ratio yang tinggi menandakan bahwa investor
mempunyai keyakinan yang besar atas prospek masa depan perusahaan. Menurut
Andriyatno (2010), semakin tinggi Price Earning Ratio saham perusahaan maka
semakin tinggi harga per lembar saham dibanding dengan pendapatan per lembar
sahamnya. Perusahaan dengan Price Earning Ratio yang tinggi mengindikasikan
perusahaan mempunyai risiko yang rendah, pertumbuhan dari dividen yang
diharapkan tinggi dan perusahaan yang diharapkan memiliki pertumbuhan rata –
rata dengan dividend payout yang tinggi. Menurut Halim (2003), rumus Price
Earning Ratio secara sistematis adalah sebagai berikut.
Price Earning Ratio =

Berdasarkan rumus, menurut Sunariyah (2004) berikut beberapa hal yang
mempengaruhi kenaikan dan penurunan Price Earning Ratio.
Kenaikan Price Earning Ratio dapat disebabkan karena :
1. Harga saham naik dan Laba per lembar saham tetap.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Harga saham tetap dan laba per lembar saham tetap
3. Harga saham naik dan laba per lembar saham turun
4. Presentase kenaikan harga saham lebih besar daripada presentase kenaikan
laba per lembar saham.
5. Presentase penurunan laba per lembar saham lebih besar daripada presentase
penurunan saham
Sedangkan penurunan Price Earning Ratio dapat disebabkan karena :
1. Harga saham tetap dan laba per lembar saham tetap
2. Harga saham turun dan laba per lembar saham turun
3. Harga saham turun dan laba per lembar saham naik
4. Presentase penurunan harga saham lebih besar daripada presentase penurunan
laba per lembar saham.
5. Presentase kenaikan laba per lembar saham lebih besar daripada presentase
kenaikan saham.
Menurut Munawir (2002), Price Earning Ratio mencerminkan hubungan
antara harga pasar saham umum dan laba per lembar saham. Price Earning Ratio
dipandang oleh para investor sebagai ukuran kekuatan perusahaan untuk
memperoleh laba di masa yang akan datang (future earning power). Perusahaan
yang mempunyai kesempatan tumbuh yang besar biasanya mempunyai Price

Earning Ratio yang tinggi, sebaliknya Price Earning Ratio akan rendah untuk
perusahaan yang berisiko.

2.1.1.2 Kegunaan Price Earning Ratio
Menurut Prastowo (2002), Price earning ratio merupakan salah satu metode
evaluasi. Angka rasio ini biasanya digunakan investor untuk memprediksi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang
terhadap harga saham. Semakin besar Price Earning Ratio suatu saham maka
harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

sahamnya. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya
mempunyai Price Earning Ratio yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan
bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang. Menurut
Tjiptono (2001), Price Earning Ratio dapat digunakan untuk:
1. Menentukan nilai pasar saham yang diharapkan.
2. Menentukan nilai pasar saham yang akan datang.
3. Menentukan tingkat kapitalisasi saham.
Indikator price earning ratio berfungsi untuk mengevaluasi apakah saham

overvalued atau undervalued. Suatu saham dapat dikatakan overvalued jika
harga pasarnya lebih besar dari harga sebenarnya. Jika suatu saham dikatakan
overvalued, maka para investor sebaiknya segera menjual saham yang
dimilikinya. Sebaliknya jika suatu saham dikatakan undervalued berarti nilai
sebenarnya lebih besar dari nilai pasarnya. Dalam keadaan undervalued,
sebaiknya para investor segera membeli saham tersebut karena harga yang
ditawarkan cukup murah.

2.1.1.3 Komponen Pembentuk Price Earning Ratio
Sebelum menilai price earning ratio (PER),ada baiknya investor mengetahui
komponen penting yang terdapat di dalamnya,komponen tersebut adalah :
1. Earning Per Share
Earning per share adalah laba per lembar saham. Informasi Earning per share
suatu perusahaan menunjukan besarnya laba bersih perusahaan yang siap di bagikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kepada semua pemegang saham perusahaan. Besarnya Earning per share

suatu


perusahaan bisa di ketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun
beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya Earning per share perusahaan
bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya Earning per share suatu
perusahaan dapat diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan.
Menurut Frank J. Fabozzi (1999) menyatakan bahwa pengertian Earning per share
adalah: “jumlah laba bersih atau keuntungan yang diterima setelah bunga dan pajak
berbanding jumlah rata-rata lembar saham beredar.”
Secara matematis maka EPS dapat diketahui dengan rumus sebagai beikut:
EAT
EPS =
Total saham
Keterangan :
EPS (Earning per share)

= Laba perlembar saham

EAT (Earning at tax)

= Laba bersih setelah dikurangi pajak


Total saham

= Keseluruhan saham yang beredar dipasar

Berdasarkan definisi di atas dapat di simpulkan bahwa komponen yang terdapat
dalam price earning ratio

yaitu earning per share dapat diketahui dengan

membandingkan jumlah laba bersih yang telah dikurang pajak dengan jumlah saham
yang beredar di pasar.
2. Harga Saham
Harga saham terbentuk dari proses awal permintaan dan penawaran terhadap
saham itu sendiri yang tercantum pada laporan keuangan perusahaan. Penggunaan
harga saham pada penelitian ini ialah harga saham yang terdapat pada laporan
keuangan setelah penutupan harga dibursa efek.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Menurut Rusdin (2008), harga saham terbentuk oleh:
“Harga saham ditentukan menurut hukum permintaan-penawaran atau kekuatan
tawar-menawar. Makin banyak orang yang ingin membeli, maka harga saham
tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, makin banyak orang yang ingin
menjual saham, maka saham tersebut akan bergerak turun.”

2.1.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio
Menurut pernyataan yang dikemukakan oleh Suad Husnan (2004), faktorfaktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio adalah sebagai berikut.

1. Tingkat pertumbuhan laba
Semakin tinggi pertumbuhan laba (deviden) maka semakin tinggi pula
PER apabila faktor-faktor lainnya sama .
2. Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio merupakan perbandingan antara Dividend Per
Share dan Earning Per Share. Apabila faktor –faktor lain diasumsikan
konstan, maka meningkatnya Dividend Payout Ratio akan meningkatkan
Price Earning Ratio.
3. Deviasi Tingkat Pertumbuhan
Investor dapat mempertimbangkan Ratio tersebut guna memilah-milah
saham, mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar

dimasa yang akan datang, perusahaan dengan kemungkinan pertumbuhan
yang tinggi (High Growth) biasanya mempunyai Price Earning Ratio
yang besar.

2.1.2. Earning Growth (Pertumbuhan Laba)
2.1.2.1. Pengertian Laba dan Pertumbuhan Laba
Laba merupakan salah satu indikator utama bagi keberhasilan manajemen dan
operasional suatu perusahaan. Laba merupakan pendapatan perusahaan setelah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dikurangi biaya – biaya yang terjadi.

Laba bersih (net profit) merupakan

pendapatan perusahaan setelah dikurangi bunga dan pajak (Husnan, 2004). Laba
yang meningkat akan menunjukkan sinyal mengenai peningkatan kinerja
perusahaan secara umum kepada investor, sementara itu laba yang menurun akan
menunjukkan sinyal penurunan kinerja perusahaan kepada investor. Oleh sebab itu
setiap perusahaan berusaha untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin dari

operasionalnya.
Pengertian laba menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007) adalah “Kenaikan
manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi peranan modal.” Besar kecilnya laba
sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran
pendapatan dan biaya. Menurut Harahap (2005) laba merupakan angka yang
penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan
dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi
dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi
perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan
penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam
penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.
Belkaoui dalam Chariri dan Ghozali (2003) menyebutkan bahwa laba memiliki
beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:
1. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi
perusahaan pada periode tertentu.
3. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman
khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.
4. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang
dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu.
5. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan
biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan
rugi laba. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja
perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian
proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter
penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. Simorangkir (1993)
menyatakan bahwa pertumbuhan laba adalah besarnya persentase kenaikan laba
yang diperoleh perusahaan. Takarini dan Ekawati (2003) menjelaskan pertumbuhan
laba menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi usahanya
dalam perkembangan ekonomi dan industri dimana perusahaan tersebut beroperasi.
Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang
dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode
sebelumnya.

2.1.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba
Menurut Hanafi dan Halim (2005) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Besarnya perusahaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang
diharapkan semakin tinggi.
2. Umur perusahaan
Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam
mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
3. Tingkat leverage
Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer
cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan
pertumbuhan laba.
4. Tingkat penjualan
Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan
di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi.
5. Perubahan laba masa lalu
Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang
diperoleh di masa mendatang.

2.1.2.3 Analisis Pertumbuhan Laba

Menurut Anoraga dan Pakarti dalam Angkoso (2006) ada dua macam analisis
untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan analisis
teknikal.
1. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi
keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon
investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang
nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah
menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Hal ini penting karena nantinya
akan berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan resiko
yang harus ditanggung. Para analis fundamental mencoba memprediksikan
pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktorfaktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuahan laba yang akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin melalui
kinerja perusahaan.
2. Analisis Teknikal
Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan
pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk
memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati
perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan
dengan posisi keuangan perusahaan.
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk
menentukan pertumbuhan laba dapat dilakukan dua analisis, yaitu analisis
fundamental dan analisis teknikal. Dalam hal ini analisis yang digunakan adalah
analisis fundamental. Analisis fundamental merupakan analisis yang berkaitan
dengan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diketahui melalui rasio
keuangan.
Dalam penelitian ini, pertumbuhan laba yang dimaksudkan adalah pertumbuhan
pendapatan perusahaan yang berasal dari nilai laba setelah pajak (Earning After
Tax). Menurut Warsidi dan Pramuka (2000), pertumbuhan laba dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Earning Growth =

x 100 %

Dimana :
EAT t = laba setelah pajak (Earning After Tax) tahun t
EAT t-1 = laba setelah pajak (Earning After Tax) tahun t-1

2.1.3 Debt to Equity Ratio

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Perusahaan memerlukan sumber dana untuk memenuhi kebutuhan modalnya.
Sumber dana perusahaan dapat dibedakan atas sumber dana internal dan sumber dana
eksteral. Sumber dana internal berasal dari modal yang disetor oleh pemilik
perusahaan dan laba ditahan. Sedangkan sumber dana eksternal merupakan sumber
dana yang berasal dari luar perusahaan, misalnya sumber dana melalui utang. Debt to
equity ratio menunjukkan rasio perbandingan utang dan modal serta merupakan salah
satu rasio yang penting karena berkaitan dengan masalah trading on equity, yang
dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap rentabilitas modal
sendiri dari perusahaan (Sugiono dan Untung, 2008). Trading on equity merupakan
penggunaan modal pinjaman disamping modal sendiri dalam membiayai usaha
perusahaan agar hasil yang diperoleh pemilik modal sendiri akan lebih tinggi
dibandingkan apabila usaha tersebut seluruhnya atau sebagian besar dibiayai modal
sendiri (Karnadi, 1993).
Debt to equity ratio merupakan salah satu rasio leverage. Leverage adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam mengelola
aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Semakin besar leverage menunjukkan bahwa
dana yang disediakan oleh pemilik dalam membiaya investasi perusahaan semakin
kecil atau tingkat penggunaan hutang yang dilakukan perusahaan semakin besar. Hal
ini juga akan memperbesar tingkat ketidakpastian

perusahaan dalam memperoleh

return yang berarti akan meningkatkan risiko yang dihadapi perusahaan. Risiko yang
dimaksud terkait dengan kemampuan perusahaan untuk membayar beban tetap yang
timbul dari leverage tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Menurut Van Horne

(2005), debt to equity adalah : “Debt to equity is

computed by simply dividing the total debt of the firm (including current liabilities)
by its shareholders equity.” Hal ini sesuai dengan pendapat Ross (2003) yang
menyatakan bahwa “debt to equity ratio is dividing total debt with total equity.
Hutang meningkatkan baik laba maupun risiko.
Menurut Brigham (2006) seberapa jauh perusahaan menggunakan utang
(financial leverage) akan memiliki 3 (tiga) implikasi penting yaitu:
a. Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat
mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus
membatasi investasi yang mereka berikan,
b. Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai
suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal
yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang dihadapi
kreditor.
c. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana
hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka
pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau diungkit (leverage)
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005) Debt to Equity Ratio dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut
Debt to Equity Ratio =

x 100%

2.1.4 Dividen Payout Ratio
2.1.4.1. Pengertian Dividen dan Dividend Payout Ratio
Dividen merupakan suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh
perusahaan kepada para pemiliknya baik dalam bentuk tunai maupun saham.
Weston dan Copeland (1996) menjelaskan “kebijakan dividen adalah keputusan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

untuk menentukan besarnya bagian pendapatan yang akan dibagikan kepada
pemegang saham dan bagian yang akan ditahan sebagai laba ditahan”. Dividen
adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para pemegang saham perusahaan.
Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai (kas), saham perusahaan, ataupun
aktiva lainnya. Simamora (2000) menjelaskan semua dividen haruslah diumumkan
oleh dewan direksi sebelum dividen tersebut menjadi kewajiban perusahaan.
Menurut Hanafi dan Halim (2005), “Dividen merupakan kompensasi yang
diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain.
Para investor yang mengharapkan dividen biasanya berinvestasi untuk jangka
panjang dan mempunyai ketertarikan khusus dengan perusahaan tersebut.
Pemegang saham lebih memilih dividen dibagikan dalam bentuk uang tunai
dibandingkan capital gain. Kecenderungan ini diakui oleh Gordon – Lintner
(1962) sebagai “the bird in hand theory”. Para pemegang saham lebih memilih
dividen yang dapat digunakan untuk berinvestasi kembali dan tanpa resiko
dibandingkan dengan capital gain karena jika mereka ingin menikmati capital
gain maka mereka harus menjual sahamnya. Penjualan saham membuat para
investor harus menanggung biaya transaksi.
Dividen payout ratio merupakan persentase jumlah tertentu dari pendapatan
perusahaan yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk tunai.
Menurut Indriyono dan Basri (2002), “dividend payout ratio adalah perbandingan
antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya
disajikan dalam bentuk persentase”. Menurut Helfert (2003) dalam penelitian yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dilakukan oleh Marthinova (2007) menyatakan bahwa pengertian payout yaitu :“a
ratio in commonly used in connection with dividend policy is the so called payout
ratio, which represent the propotion of earnings paid out the shareholders in the
firm of cash during any given year.
Menurut Umar (2003), Dividen payout ratio ini digunakan untuk mengukur
berapa besar bagian dari laba bersih perusahaan yang digunakan sebagai dividen.
Dividen payout ratio akan memperlihatkan seberapa besar keputusan dalam
penentuan kebijakan dividen. Semakin tingginya dividend payout ratio akan
menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah
internal financial karena memperkecil laba ditahan.Tetapi sebaliknya, dividend
payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi
internal perusahaan semakin kuat. Jones (1999) mengemukakan apabila faktor –
faktor lainnya konstan maka semakin tinggi Dividend Payout Ratio, semakin
tinggi pula Price Earning Ratio. Menurut Baridwan (2004) Dividend Payout Ratio
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dividend Payout Ratio =

x 100%

2.1.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio
Menurut Indriyono dan Basri (2002) besar kecilnya dividend payout
ratio dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Faktor likuiditas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend payout ratio dan
sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout
ratio
2) Kebutuhan dana untuk melunasi hutang
Semakin besar dana untuk melunasi hutang baik untuk obligasi hipotek
dalam tahun tersebut yang diambil dari kas maka akan berakibat
menurunkan dividend payout ratio.
3) Tingkat ekspansi yang direncanakan
Semakin tinggi Tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan
berakibat mengurangi dividend payout ratio karena laba yang dipeoleh
diprioritaskan untuk penambahan kas.
4) Faktor pengawas
Semakin terbukanya perusahaan atau semakin banyaknya pengawasan
cenderung akan memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan
kenaikan dividend payout ratio.
5) Ketentuan-ketentuan dari pemerintah
Ketentuan-ketentuan itu yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun
yang berkaitan dengan pembayaran deviden
6) Pajak kekayaan/penghasilan dari pemegang saham.
Apabila para pemegang saham adalah golongan dari ekonomi lemah yang
bebas pajak maka dividend payout ratio lebih tinggi dibanding apabila
para pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah ilmu yang dalam cara berpikir menghasilkan kesimpulan
berupa ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan, dalam proses berfikir menurut langkahlangkah tertentu yang logis dan didukung oleh fakta empiris. Penelitian ini merupakan
pengembangan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti – peneliti
sebelumnya.
Kasilingam dan Ramasundaram (2011) melakukan penelitian dengan judul penelitian
“Price Earning Multiples: Actual Determinants (case study of Domestic Market in India).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Earning Growth, Dividend Payout Ratio,
Return on Equity sedangkan variabel dependennya adalah Price Earning Ratio. Objek penelitian
ini difokuskan pada pasar domestik di India. Hasil penelitian menunjukkan hanya Earning
Growth yang mempengaruhi Price Earning Ratio secara parsial. Sedangkan secara simultan,
Earning Growth, Dividend Payout Ratio dan Return on Equity tidak berpengaruh pada Price
Earning Ratio.
Nofika Kartika Sari (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Dividend
Payout Ratio, Return On Equity dan Earning Per Share terhadap Price Earning Ratio pada
perusahaan Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian adalah Dividend Payout Ratio, Return On Equity, Earning Per Share,
sedangkan variabel dependennya adalah Price Earning Ratio Objek penelitian ini difokuskan
pada perusahaan Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan,
secara parsial, hanya Return On Equity yang

mempengaruhi Price Earning Ratio. Secara

simultan, Dividend Payout Ratio, Return On Equity, Earning Per Share berpengaruh pada Price
Earning Ratio.

46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nur Hasanah (2009) melakukan penelitian dengan judul “Faktor – Faktor Fundamental
yang Mempengaruhi Price Earning Ratio pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic
Index (JII)”. Variabel independen yang digunakan dalam penelitan adalah Debt to Equity Ratio,
Dividend Payout Ratio, Return On Assets, Size. Sedangkan variabel dependennya adalah Price
Earning Ratio. Objek penelitian ini difokuskan pada Jakarta Islamic Index (JII). Hasil penelitian
menunjukkan, hanya Return On Assets yang mempengaruhi Price Earning Ratio secara parsial.
Dan secara simultan, Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Return On Assets, Size tidak
berpengaruh pada Price Earning Ratio.
Marthinova (2007) Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio
pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang
digunakan dalam penelitan adalah Dividend Payout Ratio, Size, Earning Growth, Country Risk,
Liquidity. Sedangkan dependen adalah Price Earning Ratio. Objek penelitian ini difokuskan
pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bawa secara parsial, hanya Dividend Payout Ratio, Size dan Earning Growth yang
berpengaruh terhadap Price Earning Ratio. Kemudian secara simultan, Dividend Payout Ratio,
Size, Earning Growth, Country Risk, dan Liquidity yang berpengaruh terhadap Price Earning
Ratio
Beberapa penelitian terdahulu yang telah dijabarkan di atas, dapat kita lihat dalam bentuk tabel
sebagai berikut

47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 2.1
Peneliti Terdahulu
Nama Peneliti

Judul
Penelitian

Kasilingam
dan
Ramasundaram
(2011)

Price Earning
Multiples : Actual
Determinants (case
study of Domestic
Market in India)

Variabel
Penelitian

Hasil Penelitian

Independen :
Earning Growth,
Dividend Payout
Ratio,
Return on Equity

Secara parsial, hanya
Earning Growth yang
mempengaruhi Price
Earning Ratio.

Dependen :
Price Earning Ratio

Nofika Kartika Pengaruh Dividend
Payout Ratio,
Sari (2011)
Return On Equity
dan Earning Per
Share terhadap
Price Earning
Ratio pada
Perusahaan Dasar
dan Kimia di
Bursa Efek
Indonesia

Independen :
Dividend Payout
Ratio,
Return On Equity,
Earning Per Share

Nur Hasanah

Independen :
Debt to Equity Ratio,
Dividend Payout
Ratio,
Return On Assets,
Size

(2009)

Faktor – Faktor
Fundamental yang
Mempengaruhi
Price Earning
Ratio pada
Perusahaan yang
terdaftar di Jakarta
Islamic Index (JII)

Dependen :
Price Earning Ratio

Dependen :
Price Earning Ratio

Secara simultan, Earning
Growth, Dividend Payout
Ratio dan Return on
Equity tidak berpengaruh
pada Price Earning Ratio
Secara parsial, hanya
Return On Equity yang
mempengaruhi Price
Earning Ratio.
Secara simultan,
Dividend Payout Ratio,
Return On Equity,
Earning Per Share
berpengaruh pada Price
Earning Ratio
Secara parsial, hanya
Return On Assets yang
mempengaruhi Price
Earning Ratio.
Secara simultan, Debt to
Equity Ratio, Dividend
Payout Ratio, Return On
Assets, Size tidak
berpengaruh pada Price
Earning Ratio

48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lanjutan...

Marthinova
(2007)

Analisis Faktor –
Faktor yang
Mempengaruhi
Price Earning
Ratio pada
Perusahaan
Manufaktur yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia

Independen :
Dividend Payout
Ratio, Size, Earning
Growth, Country
Risk, Liquidity

Secara parsial, hanya
Dividend Payout Ratio,
Size dan Earning Growth
yang berpengaruh
terhadap Price Earning
Ratio

Dependen :
Price Earning Ratio

Secara simultan,
Dividend Payout Ratio,
Size, Earning Growth,
Country Risk, dan
Liquidity yang
berpengaruh terhadap
Price Earning Ratio

Sumber : Peneliti, 2012
2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah pondasi utama di mana sepenuhnya
proyek penelitian itu ditujukan, di mana hal ini merupakan jaringan hubungan antarvariabel yang
secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dikolaborasi dari perumusan masalah yang telah
diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survei literatur (Kuncoro, 2003).
Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian
yaitu varibel independen (bebas) dengan varibel dependen (terikat).
Berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu yang telah di kemukakan penulis,
maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :

49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Earning Growth
( )

Price
Debt to Equity Ratio
(

Earning

)

Ratio
(Y)

Dividend Payout Ratio
(

)

Gambar 2.1
Kerangka konseptual
Sumber : Peneliti, 2012
2.3.1. Hubungan Earning Growth dengan Price Earning Ratio
Pertumbuhan laba didapatkan melalui perbandingan pendapatan bersih setelah pajak
tahun tertentu dengan pendapatan bersih setelah pajak tahun sebelumnya. Setiap perusahaan
berlomba – lomba untuk mencapai laba semaksimal mungkin, untuk menunjukkan
eksitensinya kepada para investor. Pertumbuhan laba yang signifikan menandakan
kemampuan manajemen perusahaan dalam mengolah bisnisnya untuk mencapai tujuan
perusahaan. Husnan (2003) mengemukakan bahwa laba bersih yang meningkat akan
menunjukkan kinerja perusahaan yang meningkat. Hal tersebut akan menarik minat dan
menambah

kepercayaan

investor

untuk

berinvestasi

kepada

perusahaan

sehingga

mengakibatkan harga saham perusahaan naik di mana berarti Price Earning Ratio pun akan
meningkat dan begitu juga sebaliknya.

50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.3.2. Hubungan Debt to Equity Ratio dengan Price Earning Ratio
Martono dan Harjito (2005) menjelaskan, Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan
total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri atau biasa disebut ekuitas. Menurut
Sawir (2001) penambahan hutang memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga
memperbesar tingkat pengembalian (return) yang diharapkan. Hal ini digambarkan dengan
peluang pertumbuhan perusahaan dianggap cukup tinggi, sehingga penambahan hutang dan
proporsi hutang pada struktur dana akan memberikan gains from leverage dan meningkatkan
pertumbuhan. Tingkat leverage suatu perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan

tersebut dalam membayar utangnya. Kepercayaan para investor mungkin lebih tinggi pada
perusahaan dengan Debt to Equity Ratio yang relatif besar, umumnya ada pada perusahaan besar
dan bonafide, sehingga Price Earning Ratio perusahaan tersebut akan meningkat. Namun risiko
yang semakin tinggi akibat meningkatnya hutang cenderung menurunkan harga saham, yang
berarti akan menurunkan Price Earning Ratio. Hal ini terjadi ketika laba per lembar saham stabil.

2.3.3. Hubungan Dividend Payout Ratio dengan Price Earning Ratio
Dividend payout ratio merupakan persentase total dividen tunai yang dibayarkan
(Dividen Per Share) dibagi dengan laba per lembar saham (Earning Per Share) tahun
berjalan. Dividend payout ratio memiliki hubungan positif dengan Price Earning Ratio,
karena dividend payout ratio dapat menentukan besarnya dividen yang diharapkan investor
yang cenderung berorientasi pada pendapatam deviden. Dengan demikian, semakin tinggi
dividend payout ratio maka akan semakin tinggi Price Earning Ratio. Begitu juga sebaliknya,
semakin rendah dividend payout ratio suatu perusahaan, maka akan semakin rendah juga
Price Earning Ratio. Hal tersebut terjadi apabila faktor – faktor lain yang mempengaruhi
Price Earning Ratio konstan,
51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2007) hipotesis penelitian adalah: “penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru
diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif”. Sesuai dengan pernyataan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa hipotesis penelitian merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap
masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris.
Bedasarkan kerangka konseptual di atas maka penulis mencoba merumuskan hipotesis yang
merupakan kesimpulan sementara dari penelitian sebagai berikut :
: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Earning Growth, Debt to Equity Ratio, dan
Dividend Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio secara parsial maupun simultan.
: terdapat pengaruh yang signifikan antara Earning Growth, Debt to Equity Ratio, dan
Dividend Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio secara parsial maupun simultan.

52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA