7.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - DOCRPIJM 93dd13dc63 BAB VIIBAB 7 RPIJM Kota Bandung PDF
BAB RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
7
7.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
7.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arah kebijakan untuk pengembangan permukiman secara umum adalah :
Menunjang perkembangan permukiman perkotaan
Pemenuhan standar pelayanan minimal bidang permukiman perkotaan Percepatan penyediaan infrastruktur perdesaan di daerah tertinggal.
Permukiman vertikal diarahkan agar dikembangkan di PKN Bodebek, PKN Metropolitan Bandung danPKN Cirebon.Permukiman horisontal yang dikendalikan diarahkan agar dikembangkan pada PKW Palabuhanratu, PKW Sukabumi, PKW Cikampek-Cikopo, PKW Indramayu, PKW Kadipaten, PKW Tasikmalaya,dan PKW Pangandaran.
Berdasarkan hal tersebut maka arahan pengembangan kawasan permukiman adalah dengan: Menerapkan dua jenis pengembangan konsep arah permukiman, yaitu kawasan permukiman dengan arah vertikal dan kawasan permukiman dengan arah horisontal Mengembangkan kawasan permukiman dengan arah vertikal pada kawasan perkotaan dengan intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi Kawasan perkotaan yang memiliki karakteristik intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi adalah kawasan perkotaan yang menjadi kota inti PKN Mengembangkan kawasan permukiman dengan arah horisontal dikendalikan pada kawasan perkotaan dengan intensitas pemanfaatan ruang menengah
Kawasan perkotaan yang memiliki karakteristik intensitas pemanfaatan ruang menengah adalah kawasan perkotaan di Jawa Barat selain yang berfungsi sebagai kota inti PKN Strategi pengembangan untuk kawasan perumahan termasuk fasilitas pendukung perumahan berupa fasilitas sosial dan fasilitas umum adalah:
Membatasi proporsi kawasan perumahan maksimum 55% dari luas lahan kota. Mengembangkan perumahan secara vertikal untuk wilayah kecamatan dan atau kawasan yang padat penduduk dengan memperhatikan ketersediaan prasarana yang ada.
Meremajakan dan merehabilitasi lingkungan yang menurun kualitasnya dan diupayakan dikembangkan menjadi rumah susun sederhana sewa lengkap dengan sarana dan prasarana lingkungannya.
Melestarikan lingkungan perumahan lama yang mempunyai karakter khusus (kawasan lindung cagar budaya) dari alih fungsi dan perubahan fisik bangunan.
Membatasi luas lantai bangunan perumahan yang diperbolehkan untuk kegiatan usaha dengan disertai penyediaan prasarana yang memadai terutama parkir.
Kebijakan pemanfaatan ruang diwujudkan berdasarkan kebijakan struktur tata ruang dan pola tata ruang, yaitu mengembangkan program perwujudan tata ruang yang dalam pelaksanaannya dapat mendorong kemitraan dan kerjasama antara swasta dan masyarakat. Strategi penerapan kebijakan pemanfaatan ruang termasuk didalamnya untuk prasarana dan sarana kota adalah:
Menjabarkan dan menyusun tahapan dan prioritas program berdasarkan persoalan mendesak yang harus ditangani, serta antisipasi dan arahan pengembangan masa mendatang.
Mendorong kemitraan dan kerjasama dengan swasta dan masyarakat dalam penyediaan pelayanan kota dan pembangunan kota. Tahapan pembangunan kawasan perumahan dan permukiman secara umum didasarkan pada dukungan ekonomi kota dan pengembangan wilayah : Menata kawasan permukiman padat dengan pola pengembangan secara vertikal. Mengembangkan sarana dan prasarana perumahan dan permukiman padat Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana perumahan dan permukiman sedang Mengatur kembali struktur pelayanan fasilitas sosial, dan prasarana dasar lingkungan perumahan
7.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan
Tantangana. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah: Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh perkotaan. Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI. Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin. Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah
Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman. Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Penjabaran isu-isu strategis ini difokuskan pada bidang keciptakaryaan, seperti kawasan kumuh di perkotaan, dan mengenai kondisi infrastruktur di perdesaan. Isu-isu strategis pengembangan permukiman di Kota Bandung meliputi:
Tabel 7.1
Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota/ Kabupaten
No Isu Strategis Keterangan (1) (2) (3)
1 Tingginya kebutuhan akan perumahan sedangkan lahan yang tersedia terbatas.
2 Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak huni
3 Menurunnya kualitas lingkungan perumahan dan permukiman
4 Muculnya permukiman kumuh perkotaan
5 Belum mantapnya sistem pembiayaan dan pasar perumahan
6 Pengembangan permukiman yang tidak terkendali pada kawasan lindung dan rawan bencana
7 Belum terintegrasinya pengembangan kawasan perumahan dan permukiman dengan pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman
8 Ketidakseimbangan antara penyediaan infrastruktur dan utilitas kota dengan dinamika aktivitas kota sehingga tingkat pelayanan menjadi tidak optimal .
b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK, untuk di perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial.
Tabel 7.2
Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Bupati/Peraturan Lainnya terkait Pengembangan Permukiman
Perda/Pergub/Perbup/Peraturan Lainnya Amanat Kebijakan No Jenis Produk No/ Perihal Daerah Pengaturan Tahun
1 Undang-undang 1/2011 Perumahan dan Permukiman Peraturan 2 3/2014 RPJMD Kota Bandung Daerah Peraturan 3 18/2011 RTRW Kota Bandung Daerah
Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola dan struktur, serta bahan material yang digunakan.
Kebijakan Pengembangan Kawasan Perumahan dalam RTRW Kota Bandung: Mendorong pengembangan perumahan di wilayah Bandung Timur dengan pola Kasiba dan Lisiba yang berdiri sendiri;
Mengembangkan perumahan secara vertikal untuk wilayah kecamatan dan/atau kawasan yang padat penduduk dengan memperhatikan ketersediaan prasarana yang ada; Meremajakan dan merehabilitasi lingkungan yang menurun kualitasnya, dan diupayakan dikembangkan menjadi rumah susun sederhana lengkap dengan sarana dan prasarana lingkungannya; Melestarikan lingkungan perumahan lama yang mempunyai karakter khusus, antara lain yang termasuk kawasan lindung cagar budaya dari alih fungsi dan perubahan fisik bangunan.
Sebagai Implikasi kebijakan tata ruang makro, yang diperoleh berdasarkan hasil kajian kebijakan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Cekungan Bandung, danRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Barat, maka pengembangan permukiman di Kota Bandung diarahkan kepada pengembangan hunian vertikal, dengan titik berat pengembangan yaitu:
Pembangunan Llingkungan siap bangun (lisiba) untuk pembangunan hunian vertikal di Perkotaan. Pembangunan rumah susun bersubsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Revitalisasi kawasan permukiman kumuh perkotaan menjadi kawasan hunian vertikal. Pembangunan hunian vertikal bagi golongan menengah ke atas di perkotaan.
Adapun beberapa prospek regional Kota Bandung, dalam konstelasi wilayah makro, diantaranya yaitu sebagai berikut: Kota Bandung sebagai core region intidari Metropolitan Bandung Adanya prospek pembangunan pusat primer Gedebage Adanya prospek pembangunan jaringan jalan tol Ujungberung – Gedebage – Majalaya.
Adanya prospek pembangunan jaringan jalan tol dalam Kota Pasteur – Cibiru\
Salah satu kondisi yang dominan pada bidang permukiman adalah adanya alih mixuse dalam fungsi lahan perkotaan yang tidak terkendali dan terjadinya pemanfaatan ruang kota. Hal ini terjadi pada jalur-jalur utama kota yang semula memiliki fungsi sebagai perumahan berubah menjadi kegiatan komersial yang tidak berskala lingkungan atau lokal tetapi berskala pelayanan kota atau regional seperti yang terjadi pada Jalan Ir. H. Djuanda.
Kondisi permukiman di Kota Bandung sangat bergantung pada pemenuhan kebutuhan perumahan itu sendiri yang belum sepenuhnya dilaksanakan oleh enclove dan tidak terorganisir. pemerintah ataupun swasata sehingga terbentuk Berdasarkan data dari Pemerintah Kota Bandung tiap tahunnya Kota Bandung menghadapi backlog dalam penyediaan rumah dan dari tahun ketahun angka backlog tersebut semakin bertambah pada tahun 2005 Kota Bandung kekurangan 33,971 unit rumah, pada tahun 2006 meningkat menjadi 34,871, dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 37,095 unit, dan pada tahun 2008 angka tersebut menurun menjadi 21,172. Berdasarkan RTRW Kota Bandung, terdapat 62 titik kawasan kumuh yang tersebar di beberapa kecamatan, teridentifikasi kawasan permukiman kumuh di Kota Bandung berada di 185 RW yang tersebar di 30 kecamatan. Jumlah Rumah di Kawasan Kumuh mencapai 10.031 Unit.
Berdasarkan Dokumen Strategi Kawasan Hunian Kumuh Perkotaan (Penyusunan Program Penataan Kawasan Hunian Kumuh Perkotaan), Kawasan Kumuh di Kota Bandung (terdapat di 48 Kelurahan,dengan rincian kategori :
Kawasan Kumuh Tinggi terdapat di 5 kelurahan, Kawasan Kumuh sedang terdapat di 19 kelurahan, dan Kawasan Kumuh Rendah terdapat di 24 kelurahan
Tabel 7.3
Sebaran Kawasan Kumuh Kota Bandung
No Kelas Tipologi Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Kelurahan
1 Kawasan Permukiman Kumuh Tinggi
Astana Anyar Nyengseret Bojongloa Kidul Situsaeur Bandung Wetan Taman Sari Kiaracondong Babakan Surabaya Sumur Bandung Braga
2 Kawasan Permukiman Kumuh Sedang
Bojongloa Kidul Cibaduyut Kidul Coblong
Dago Lebak Siliwangi Sekeloa
Cinambo Cisaranten Wetan Rancasari Manjahlega Sukasari Isola Sukajadi
Cipedes Sukabungah
Cicendo Arjuna Pajajaran Husein Sastranegara
Andir Ciroyom Buah Batu Cijaura Cibeunying Kidul Cikutra Sumur Bandung Babakan Ciamis Antapani Antapani Wetan Mandalajati Karang Pamulang Batununggal Kebonwaru
3 Kawasan Permukiman Kumuh Rendah
Astana Anyar Panjunan Bojongloa Kaler Jamika Cidadap
Cimbeuluit Hegarmanah
Rancasari Derwati
Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh No Kelas Tipologi Kecamatan Kelurahan
Lengkong Paledeng Bandung Kidul Kujangsari Ujung Berung Cigending Panyileukan Cipadung Wetan
Rancanum Pang Gedebage
Rancabolang Cibiru Cipadung Cicendo Sukaraja
Campaka Andir
Maleber Cigondewah Kaler
Bandung Kulon Cigondewah Kidul
Babakan Ciparay Babakan Cicadas
Cibeunying Kidul Sukapada Cigadung
Cibeunying Kaler Sukaluyu Ciseureuh
Regol Ciseureh Arcamanik Cisantren Kulon
Sumber : SPPIP Kota Bandung Tahun 2010
Tabel 7.4
Kondisi Kawasan Kumuh di Kota Bandung
Nama Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah No. Kawasan Rumah Rumah Semi Rumah Non Penduduk Kumuh Permanen Permanen Permanen
1. Antapani 11.086 1.649 308 68.931
2. Regol 5.967 4.453 3.944 86.047
3. Bandung Kulon 12.820 3.143 2.051 117.675
4. Sukajadi 11.954 5.309 475 95.166
5. Cibiru 6.852 1.768 855 57.851
No. Nama Kawasan Kumuh Jumlah Rumah Permanen Jumlah Rumah Semi Permanen Jumlah Rumah Non Permanen Jumlah Penduduk
16. Bojongloa Kaler 18.708 6.016 2.893 107.772
4. 960 unit apartemen 5.
23 unit town house 3. 9.534 unit rusunami
1. 13.146 unit rumah sederhana sehat 2.
Perumnas sebanyak 15.847 unit bangunan REI, terdiri dari:
Bangunan rumah tinggal ini ada yang dibangun secara swadaya dan ada pula yang dibangun oleh pengembang. Jumlah rumah swadaya yang terdapat di Kota Bandung dihitung dari total bangunan rumah tinggal dikurangi bangunan rumah yang dibangun oleh pengembang yakni sebanyak 526.154 unit (80,47 %). Perumahan formal terdiri dari rumah yang dibangun oleh :
Sumber : Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Tahun 2008
17. Bojongloa Kidul 3.879 2.295 1.268 71.185
15. Bandung Kidul 5.615 2.192 1.483 46.996
6. Rancasari 10.708 2.030 29 69.026
14. Astanaanyar 5.468 4.420 1.655 72.725
13. Ujung Berung 3.250 1.028 218 65.003
12. Sukasari 12.593 1.217 190 68.808
11. Andir 15.808 4.507 491 95.247
10. Cidadap 6.911 1.778 196 52.118
9. Coblong 22.347 4.017 246 109.293
8. Margacinta 19.515 1.775 309 118.299
7. Batununggal 18.600 8.726 1.874 118.367
54.070 bangunan komplek real estate, serta 6. Hunian berbentuk rukan (rumah kantor) dan ruko (rmah toko) sebanyak 56.218 unit bangunan. Untuk lebih jelasnya mengenai RSH yang terdapat di Kota Bandung dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.5
1 Keluarga Sejahtera Tahap I Pasir Jati 1996
Sumber : SPPIP Kota Bandung Tahun 2010
8 Griya Cempaka Arum Mekarmulia 2010
7 Bandung Indah Raya Margasari 2010
6 Bumi Parahyangan Endah Pasir Wangi, Pasir Jati 2010
5 Griya Winaya Permai Pasir Wangi, Pasir Jati 2009
4 Villa Tirtagiri Pasirwangi Pasir Wangi 2008
3 Gending Mas Pasir Jati, Pasir Wangi 1997
2 Keluarga Sejahtera Tahap II Pasir Jati 1996
Rumah Sehat Sederhana
Data Kondisi RSH Kota Bandung
7 Kopo
6 Antapani
5 Cibuntu
4 Melong Asih
3 Sarijadi
2 Cijerah
1 Sadang Serang 2008
No Nama Lokasi RSH Tahun Pembangunan Perumnas
Selain itu untuk mencukupi kebutuhan permukiman penduduk di Kota Bandung, pemerintah telah menyediakan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) yang diperuntukan untuk masyarakat berpenhasilan rendah (MBR). Di Kota Bandung terdapat 9 twinblock, 5 di Cingised dan 2,5 twinblock yang ada sudah tersisi. Kemudian 1 twinblock di Sadang Serang dan 3 lainnya di Rancacili.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.6
Data Rusunawa Kota Bandung
Prasarana Lokasi Tahun Jumlah
No Terhuni/Tidak Pengelola Kondisi CK yang
Rusunawa Pembangunan Penghuni adaRusun UNPAS (Setiabudhi, 1 2009
- Kel. Isola Kec. Sukasari) Rusun UPI (Setiabudhi,
2 Kel. Isola
- 2009 Kec., Sukasari) Rancacili (Rancacili, Kel.
3 2009 Tidak Distarcip - - Derwati Kec.
Rancasari) Sadang Serang (Sadang Serang, Kel.
- 4 2008
- Tidak Distarcip Sadang Serang Kec. Cibeunying Kaler) Cingised (Cingised 5 2006 Tidak Dista
- Kel. Cisaranteun
Prasarana Lokasi Tahun Jumlah
No Terhuni/Tidak Pengelola Kondisi CK yang
Rusunawa Pembangunan Penghuni ada Kulon Kec.Arcamanik)
Sumber : SPPIP Kota Bandung Tahun 2010 dan Evaluasi Kinerja Tahun 2013 a.
Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kota Bandung dirinci berdasarkan aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek peran serta masyarakat/swasta dan aspek lingkugan permukiman.Permasalahan dan tantangan serta solusi alternatif pemecahannya dalam pengembangan permukiman Kota Bandung dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.7
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kota Bandung
Aspek Permasalahan yang Tantangan No Pengembangan Alternatif Solusi Dihadapi Pengembangan Permukiman
Pemenuhan rumah dipenuhi melalui pembangunan Kota Bandung dan perumahan swadaya, pembangunan perumahan sekitarnya menunjukkan konstelasi sebagai melalui developer/
Tingginya kebutuhan wilayah Metropolitan, pemerintah, dan Aspek Teknis akan perumahan yaitu munculnya kota- pembangunan perumahan
1 vertikal sedangkan lahan yang kota satelit dengan tersedia terbatas berbagai fungsi yang
Pembangunan perumahan salah satunya adalah diarahkan pada lahan-lahan sebagai residential sub- eksisting yang masih berupa center. tanah kosong, kebun, sawah, semak, tegal,belukar, rumput maupun hutan dengan
Aspek Permasalahan yang Tantangan No Pengembangan Alternatif Solusi Dihadapi Pengembangan Permukiman
peruntukkan perumahan Adanya Pemusatan
Pengembangan pusat kegiatan di Kota kegiatan baru
Bandung, dimana 70-95% berdasarkan Rencana penduduk kawasan
Tata Ruang (Gede pinggiran Kota Bandung bage, peningkatan dan kota-kota kecil di aksesibilitas) menjadi sekitar Bandung isu potensi strategis mengkonsumsi fasilitas dalam pengembangan perbelanjaan, pendidikan permukiman dan menengah atas, dan infrastruktur perkotaan rekreasi yang ada di di Kota Bandung. pusat Kota Bandung. Rendahnya tingkat
1. Kebutuhan air minum pemenuhan kebutuhan akan dipenuhi dari sumber perumahan yang layak air baku dari air tanah, air huni sungai, dan waduk. Jaringan
Ketidakseimbangan penyediaan air minum antara penyediaan terpadu dengan sistem infrastruktur dan jaringan air minum di utilitas kota dengan wilayah Cekungan Bandung dinamika aktivitas kota
2. Menambah pembuatan sehingga tingkat
IPAL baru. 3.Penambahan pelayanan menjadi TPA yang akan melayani tidak optimal Kota Bandung. 4.
Diterapkannya Sustainable Belum terintegrasinya
Drainage System (SUDS) pengembangan kawasan perumahan atau Sistem Drainase
No Aspek Pengembangan Permukiman Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
dan permukiman dengan pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman
Berkelanjutan. Konsep ini merupakan sistem penyaluran air hujan yang dirancang untuk mengalirkan air permukaan sekaligus sebagai upaya konservasi air
2 Aspek Pembiayaan
Belum mantapnya sistem pembiayaan dan pasar perumahan
3 Aspek Lingkungan Permukiman
Menurunnya kualitas lingkungan perumahan dan permukiman
1. Perbaikan atau pemugaran 2. Peremajaan 3. Pengelolaan dan pemeliharaan yang berkelanjutan
Munculnya permukiman kumuh perkotaan Pengembangan permukiman yang tidak terkendali pada kawasan lindung dan rawan bencana
Adanya sektor unggulan pariwisata dan perkebunan, maka masih banyak ditemui permukiman perdesaan, terutama ke arah pegunungan di bagian utara dan bagian selatan.
Penegasan wilayah-wilayah yang seharusnya tidak boleh dilakukan pembangunan kawasan permukiman serta penerapan sanksi bagi pihak-pihak yang tidak mengikuti aturan-aturan pemanfaatan ruang yang telah terbentuk
Adanya kegiatan utama berupa pelayanan perguruan tinggi di Kota Bandung dan Jatinangor, berakibat pengembangan kebutuhan perumahan yang akan menampung
Aspek Permasalahan yang Tantangan No Pengembangan Alternatif Solusi Dihadapi Pengembangan Permukiman
pelajar/mahasiswa terutama berupa rumah- rumah sewa atau sejenisnya
Sumber : SPPIP Kota Bandung Tahun 2010
7.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Seiring meningkatnya laju pertumbuhan penduduk di Kota Bandung dan juga semakin padatnya kawasan permukiman, hal ini merupakan permasalahan yang harus dipecahkan dalam arah pembangunan kota. Oleh karena itu analisis untuk memecahkan permasalahan pengembangan permukiman tersebut antara lain, pertama mempercepat proses perumahan berpola vertikal agar dapat mengatasi lahan yang semakin kritis dan kepadatan yang semakin meninggi dengan caranya merubah paradigma masyarakat untuk menghuni permukiman vertikal. Pemerintah Kota Bandung sebaiknya menganggarkan lebih untuk anggaran penyuluhan perubahan paradigma ini, sehingga nantinya masyarakat diharapkan memiliki rasa keinginan yang tinggi untuk menghuni permukiman vertikal. Bila prioritas pembangunan permukiman pada permukiman vertikal, maka akan dapat membuat efisiensi pembangunan dan akan mengurangi pos subsidi anggaran untuk masalah permukiman.
Pengembangan dalam permukiman berdasarkan RTRW Kota Bandung 2011-2031 dalam hal ini juga searah dengan analisis di atas, dimana arah pengembangan dilakukan dengan :
Membatasi proporsi kawasan perumahan maksimum 60 % dari luas lahan kota.
Mendorong pengembangan perumahan di wilayah bandung timur dengan pola kasiba dan lisiba yang berdiri sendiri. Mengembangkan perumahan secara vertikal untuk wilayah kecamatan dan atau kawasan yang padat penduduk dengan memperhatikan ketersediaan prasarana yang ada. Perumahan vertikal meliputi rumah susun dengan ketinggian maksimum 5 lantai, apartemen rendah dengan ketinggian sampai 8 lantai, dan apartemen tinggi dengan ketinggian lebih dari 8 lantai. Prasarana yang harus dipertimbangkan terutama ketersediaan kapasitas prasarana jalan dan air bersih.
Meremajakan dan merehabilitasi lingkungan yang menurun kualitasnya, dan diupayakan dikembangkan menjadi rumah susun sederhana sewa lengkap dengan sarana dan prasarana lingkungannya.
Melestarikan lingkungan perumahan lama yang mempunyai karakter khusus (kawasan lindung cagar budaya) dari alih fungsi dan perubahan fisik bangunan Membatasi luas lantai bangunan perumahan yang diperbolehkan untuk kegiatan usaha dengan menyediakan prasarana yang memadai terutama prasarana parkir.
Gambar 7.1
Kondisi Kawasan Kumuh Kota Bandung (Eksisting)
Sumber : RPJMD Kota Bandung, 2013-2018
Tabel 7.8
Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan untuk 5 Tahun
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun No Uraian Unit Ket 2015 2016 2017 2018 2019
1 Jumlah Penduduk Jiwa
Kepadatan Jiwa/ Penduduk Ha
- 2 Sasaran Penurunan Ha
10
15
20
25 Kawasan Kumuh
3 Kebutuhan TB
8 TB Rusunawa
4 Kebutuhan RSH Unit 72.451
5 Kebutuhan Kws
3 Pengembangan Kawasan
Permukiman Baru
7.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Usulan program investasi yang terdapat dalam RPIJM Kota Bandung Tahun 2014- 2018 adalah sebagai berikut.
Kebijakan, Strategi dan Program Perumahan Fasilitasi dan Stimulasi Pembangunan Perumahan Masyarakat Kurang Mampu Pembangunan Sarana dan Prasarana Rumah Sederhana Sehat Penyusunan data perumahan dan permukiman Studi urban renewa Pembangunan Rumah Susun Tamansari dan CIngised Berdasarkan hasil kajian dokumen RTRW Kota Bandung periode tahun 2011-2031, terangkum beberapa arahan program pembangunan permukiman di Kota adalah sebagai berikut : Program perwujudan pola ruang antara lain: Pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30% dari luasan total Kota Bandung; Perbaikan dan penataan kawasan permukiman yang tidak sehat (kawasan kumuh) menjadi kawasan permukiman vertikal; dan Penertiban fungsi ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Program perwujudan kawasan strategis antara lain: Penataan kawasan strategis nasional dan provinsi yang ada di wilayah Kota Bandung; dan Penataan kawasan yang memiliki nilai strategis dari aspek ekonomi, sosial budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, dan fungsi daya dukung lingkungan hidup.
Dalam pengembangan permukiman di Kota Bandung kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Dokemen SPPIP Kota Bandung sudah dilaksanakan pada tahun 2010.
2. Dokumen RPKPP Kota Bandung dilaksanakan pada tahun 2011
Tabel 7.9
Tabel Kesiapan ( Readiness Criteria) Khusus
No Program/Kegiatan Kriteria Kesiapan
1 Rusunawa Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya Ada calon penghuni 2 RIS PNPM Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra. Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya. Tingkat kemiskinan desa >25%. Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.
3 PPIP Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik Tingkat kemiskinan desa >25%
4 PISEW
Berbasis pengembangan wilayah Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian,
(iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan Mendukung komoditas unggulan kawasan
7.1.5 Usulan Program Dan Kegiatan
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan, maka disusunlah usulan program dan kegiatan.Usulan program dan kegiatan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan kriteria kesiapan daerah.Untuk lebih jelasnya mengenai usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman Kota Bandung dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.10
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kota Bandung (X Rp. 1000.-)
No Kegiatan Volume Satuan Biaya (Rp) Lokasi
Fasilitasi dan Stimulasi
1 Pembangunan Perumahan 28.833.000,00 Kota Bandung Masyarakat Kurang Mampu Pendampingan Penyusunan
2 Strategi Pengembangan Kota 1.700.000,00 Kota Bandung (SPK) Kebijakan, Strategi dan Program
3 1.600.000,00 Kota Bandung
Perumahan Penyusunan Data Perumahan
4 400.000,00 dan Permukiman
Penetapan Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan
5 850.000,00
Keserasian Kawasan dan Hunian Berimbang Strategi Pengembangan
6 Permukiman dan Infrastruktur 8.000.000,00 Perkotaan (SPPIP)
7 Penataan Kawasan Kumuh 9.760.000,00
8 Pendampingan Masyarakat 1.250.000,00
9 Pembebasan Lahan 30.000.000,00 Pembangunan Sarana dan
10 Prasarana Rumah Sederhana 25.000.000,00 Sehat Pemeliharaan Sarana dan
11 21.100.000,00
Prasarana Rumah Sederhana
(X Rp. 1000.-)
No Kegiatan Volume Satuan Biaya (Rp) Lokasi
Sehat Penyuluhan dan Pengawasan
12 Kualitas Lingkungan Perumahan 3.100.000,00 Sehat Penyediaan Sarana Prasarana
13 Lingkungan Perumahan (DAK & 26.250.000,00 Pendamping DAK/APBD)
14 DED Rusunawa Cingised 500.000,00
15 DED Rusunawa Tamansari 500.000,00
16 Rusunawa Cingised 20.000.000,00
17 Rusunawa Tamansari 20.000.000,00
Jumlah
198.843.000,00
7.1.6 Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman
Usulan pembiayaan dapat dijabarkan baik yang bersumber dari APBD Kota Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat, APBN, maupun masyarakat dan swasta.Adapun untuk lebih jelasnya mengenai usulan pembiayaan pembangunan permukiman Kota Bandung dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.11
Usulan Pembiayaan Program Infrastruktur Permukiman Kota Bandung
APBD APBN Swasta CSR Total APBD Prov Masyarakat No Kegiatan Kab/kota (Rp x 1000) (Rp x (Rp x (Rp x (Rp x 1000) (Rp x 1000) (Rp x 1000) 1000) 1000) 1000)
Fasilitasi dan Stimulasi Pembangunan
1 1.200.000,00 27.633.000,00 28.833.000,00
Perumahan Masyarakat Kurang MampuAPBD APBN APBD Swasta CSR Total
Prov Masyarakat
No Kegiatan Kab/kota(Rp x (Rp x 1000) (Rp x (Rp x (Rp x 1000) (Rp x 1000) (Rp x 1000) 1000) 1000) 1000) Pendampingan Penyusunan
2 Strategi 1.500.000,00 200.000,00 1.700.000,00
Pengembangan Kota (SPK) Kebijakan, Strategi dan3 750.000,00 850.000,00 1.600.000,00
Program Perumahan Penyusunan
4 Data Perumahan 400.000,00 400.000,00
dan Permukiman Penetapan Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan
5 350.000,00 500.000,00 850.000,00
Keserasian Kawasan dan Hunian Berimbang Strategi Pengembangan6 Permukiman dan 8.000.000,00
8.000.000,00 Infrastruktur Perkotaan(SPPIP) Penataan
7 9.760.000,00 9.760.000,00 Kawasan Kumuh
Pendampingan 8 1.250.000,00 1.250.000,00 Masyarakat
Pembebasan
9 30.000.000,00 30.000.000,00 Lahan
Penyuluhan dan
10 Pengawasan 3.100.000,00 3.100.000,00
KualitasAPBD APBN APBD Swasta CSR Total
Prov Masyarakat
No Kegiatan Kab/kota(Rp x (Rp x 1000) (Rp x (Rp x (Rp x 1000) (Rp x 1000) (Rp x 1000) 1000) 1000) 1000) Lingkungan Perumahan Sehat Penyediaan Sarana Prasarana Lingkungan
11 15.000.000,00 11.250.000,00 26.250.000,00
Perumahan (DAK & Pendamping DAK/APBD) Pembangunan Sarana dan
12 Prasarana 25.000.000,00 25.000.000,00
Rumah Sederhana Sehat Pemeliharaan Sarana dan
13 Prasarana 21.100.000,00 21.100.000,00
Rumah Sederhana Sehat DED Rusunawa14 500.000 500.000,00 Cingised
DED Rusunawa 15 500.000 500.000,00 Tamansari
Pembangunan
16 Rusunawa 20.000.000 20.000.000,00 Cingised
Pembangunan
17 Rusunawa 20.000.000 20.000.000,00 Tamansari
Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan Kota Bandung secara lebih rinci dituangkan ke dalam indikatorprogram. Untuk lebih jelasnya mengenai usulan program bidang Pengembangan Permukiman Kota Bandung dapat dilihat pada tabel dibawah ini
7.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
7.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undangundangdan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
Status kepemilikan bangunan gedung; dan
Izin mendirikan bangunan gedung. Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan.Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan.Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan olehpemerintah.
3)
PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan GedungSecara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan LingkunganSebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut.Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan RuangPermen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor- sektornya.
A. Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL
Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunanproduk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara. Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara; Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan; Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan; Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan
Gambar 7.2
Gambar Lingkup Tugas PBL Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi: a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH); Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan; Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
Pelatihan teknis.
c.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi.
7.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permsalahan dan
Tantangan Isu StrategisIsu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan. Isu strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Bandung dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.12
Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Bandung
No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL
1. Penataan Lingkungan Permukiman Masih terbatasnya pedoman atau peraturan teknis penataan ruang sebagai penjelasan baik dari UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal mempunyai potensi wisata Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal mempunyai potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota
No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL
Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dan lain-lain yang masih terbatas baik dari segi jumlah/luasan maupun penanganannya Amanat Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan 2.
Gedung harus layak fungsi pada tahun 2010. Rumah Negara
Masih adanya sebagian masyarakat yang membangun tidak sesuai dengan peraturan bangunan Masih adanya permukiman kumuh yang tersebar di kantong-kantong permukiman
Pemberdayaan Komunitas dalam 3.
Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam Penanggulangan Kemiskinan proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan
7.2.3 Kondisi Eksisting
Kondisi eksisting penataan bangunan dan lingkungan memberikan gambaran mengenai peraturan daerah, kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara, serta capaian dalam pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.
Untuk kondisi eksisting terkait dengan peraturan daerah Kota Bandung mencakup Perda Bangunan gedung.Untuk lebih jelasnya mengenai peraturan daerah yang terkait dengan penataan bangunan dan lingkungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.13
Perturan Daerah terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Peraturan Daerah Ket
No Tahun Tentang
1 14 1998 Bangunan
2 02 2004 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Perubahan Peraturan Daerah No.02 tahun 2004 tentang
3 02 2006 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung