7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN - DOCRPIJM 8ae11a6e6d BAB VIIBab 7 RC Pebangunan Infra Bidang CK RPIJM 16

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  I I N N

  V V E E S S T T A A S S

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  I I J J M M ) ) KABUPATEN TANAH BUMBU T

  2

  1

  6 T A A H H U U N N

  2

  1

  6 R E N C A N A P E M B A N G U N A N R E N C A N A P E M B A N G U N A N

  I N F R A S T R U K T U R C

  I P T A K A R Y A

  I N F R A S T R U K T U R C

  I P T A K A R Y A

7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

  Pada bagian ini uraian kondisi perumahan meliputi stok perumahan yang ada, luasan

dan persebaran kawasan perumahan, dan layanan prasarana dan sarana dasar sebagai hasil

analisis terhadap tingkat pelayanannya terhadap besaran penduduk yang harus dilayaninya.

  Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2014 pada sepuluh (10) wilayah

kecamatan perencanaan diperoleh gambaran jumlah rumah yang terbangun oleh sektor

formal (developer) dan sebagian besar oleh masyarakat mencapai 14.777 rumah atau seluas

119,87 ha. Jumlah rumah terbangun terbanyak berada di Kecamatan Simpang Empat,

Kecamatan Batulicin dan Kecamatan Satui.

  Kepadatan bangunan di delapan wilayah kecamatan dibandingkan dengan luas

wilayahnya relatif rendah. Demikian pula jika ditinjau dari kepadatan bangunan terhadap

luasan kawasan permukimannya, yang terlihat pada sepuluh wilayah kecamatan juga relatif

rendah. Kepadatan rumah terbesar berada di Kecamatan Simpang Empat yang mempunyai

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  I I N N

  V V E E S S T T A A S S

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  I I J J M M ) ) KABUPATEN TANAH BUMBU T

  2

  1

  6 T A A H H U U N N

  2

  1

  6

7.2. PRIORITAS SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

A. Visi Dan Misi Penyelenggaraan Perumahan Dan Permukiman

  Visi Kabupaten Tanah Bumbu yang hendak dicapai pada tahun 2011-2015 adalah:

“Terwujudnya Kabupaten Tanah Bumbu Sebagai Pusat Pelabuhan, Perdagangan Dan

Pariwisata Terdepan Di Kalimantan Berbasis Ekonomi Kerakyatan Menuju Tanah Bumbu

Yang Maju, Unggul, Mandiri, Sejahtera, Aman, Religius Dan Berakhlak Mulia Serta

Berintelektual Tinggi”.

  

Dalam upaya mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2011-2015

tersebut, maka misi pembangunan Kabupaten Tanah Bumbu adalah sebagai berikut:

  

1. Menyelenggarakan penataan ruang wilayah yang mendorong pembangunan

berkelanjutan dengan peningkatan ketersediaan infrastruktur yang berkualitas

  

2. Meningkatkan daya saing daerah yang berbasis ekonomi kerakyatan melalui

peningkatan jaringan jasa distribusi lokal, regional dan nasional

  

3. Mengembangkan Wisata Unggulan yang selaras dengan Pembangunan Kehidupan

Beragama, Sosial dan Budaya

  

4. Pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan Sumber Daya Alam yang berkelanjutan;

  

5. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berdaya saing dengan

peningkatan akses layanan pendidikan dan kesehatan yang terjangkau

  6. Menyelenggarakan tata kelola birokrasi yang baik dan bersih.

Tujuan dalam penataan ruang di Kabupaten Tanah Bumbu ditetapkan berdasarkan potensi

masalah, isu strategis serta visi misi Kabupaten yang telah disusun. Hal ini agar tujuan

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  I I N N

  V V E E S S T T A A S S

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  I I J J M M ) ) KABUPATEN TANAH BUMBU T

  2

  1

  6 T A A H H U U N N

  2

  1

  6 Tabel 7.1.

  

Kebijakan Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman

  1 RTRW Kabupaten

  1. Pengembangan kawasan terbangun pada lahan yang sesuai dengan kriteria Tanah Bumbu fisik kawasan permukiman, meliputi: kemiringan lereng, ketersediaan dan mutu sumber air bersih, bebas dari potensi banjir/genangan.

  2. Pembatasan perkembangan kawasan terbangun yang berada atau berbatasan dengan kawasan lindung.

  3. Pengembangan permukiman harus memperhatikan sempadan perbatasan administrasi antar wilayah kabupaten sekurang-kurangnya 50 m di kiri kanan garis sempadan perbatasan wilayah serta berfungsi sebagai ruang terbuka hijau.

  4. Pengembangan kawasan permukiman harus memperhatikan sempadan sungai.

  Sumber : RTRW Kab. Tanah Bumbu Tabel 7.2.

  Rencana Pusat Permukiman Perkotaaan No Jenis Pusat Lokasi Wilayah Pelayanan Fungsi

  • Pusat WP Timur-Tenggara

  Tanah Bumbu dan pusat pelayanan transportasi regional, internasional

  Seluruh wilayah Kab. baik transportasi darat, Tanah Bumbu, WP Tanah laut dan udara

  PWP&PKW

  Bumbu dan sebagian

  • Pusat Kapet Batulicin yang 1. (Pusat Wilayah Pembangunan Batulicin wilayah provinsi terletak pada alur laut

  dan Pusat Kegiatan Wilayah

  Kalimantan Selatan Bagian kepulauan Indonesia (ALKI Timur-Tenggara

  II) yg bercirikan kawasan industri & perdagangan jasa

  • Kawasan Perumahan Permukiman Perkotaan - Pusat Pemerintahan Kab.

  Tanah Bumbu

  PKL

  Gunung Seluruh wilayah

  • Kawasan perumahan 2. (Pusat Pemerinta-han

  Tinggi Kabupaten Tanah Bumbu permukiman perkotaan

  Kabupaten)

  • Pusat Fasilitas Sosial,

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  • Karang Bintang - Kampung Baru - Angsana - Girimulya Wilayah kecamatan yang bersangkutan
  • Pusat layanan administrasi lokal (kecamatan)
  • Kawasan perumahan permukiman perdesaan
  • Kawasan pendidikan, kesehatan, ekonomi dan fasum skala kecamatan

  

Pola dan arah pengembangan Kabupaten Tanah Bumbu berdasarkan tinjauan Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, adalah sebagai berikut:

  10 Kecamatan Mantewe Desa Rejosari Sumber : RTRW Kab. Tanah Bumbu

  9 Kecamatan Karang Bintang Desa Manunggal

  8 Kecamatan BatuLicin Kecamatan Simpang Empat Desa Sungai Dua Desa Mekarsari

  7

  6 Kecamatan Kusan Hilir Desa Pulau Tanjung

  5 Kecamatan Kusan Hulu Desa Teluk Kepayang

  4 Kecamatan Kuranji DesaSariutama

  3 Kecamatan Sungai Loban Desa Sebamban Lama Desa Batu Merantai

  UPT Porwodadi UPT karang Indah

  2 Kecamatan Angsana

  UPT Wonorejo UPT Sumberbaru

  1 Kecamatan Satui

  

Rencana Pusat-Pusat Permukiman Perdesaan

No Kecamatan Desa Pusat Pertumbuhan

   Sumber : RTRW Kab. Tanah Bumbu

Tabel 7.3.

  6 KABUPATEN TANAH BUMBU No Jenis Pusat Lokasi Wilayah Pelayanan Fungsi 4. PKL-II (Ibukota/Pusat Kecamatan)

  6

  1

  1

  2

  2

  I I J J M M ) ) T T A A H H U U N N

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  V V E E S S T T A A S S

  I I N N

C. Ketentuan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

1. Pola dan arah pengembangan kota

a. Kawasan Peruntukan Permukiman

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  6

  

Perkotaan diartikan sebagai pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai

batasan administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta permukiman

yang memperlihatkan watak dan ciri kehidupan wilayah.

Kawasan Permukiman Perkotaan adalah kawasan yang dominasi kegiatannya difungsikan

untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan orientasi pergerakan penduduk yang

ada pada wilayah sekitarnya.

  3. Pengembangan perumahan transmigrasi Untuk pengembangan kawasan perumahan skala besar maupun secara individu harus sesuai dengan rencana tata ruang yang sifatnya lebih rinci.

  2. Pengembangan perumahan terencana Program yang direncanakan dalam pengembangan ini adalah pembangunan perumahan baru, dimana program tersebut memang telah direncanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang telah diproyeksikan untuk 20 tahun yang akan datang, sehingga diharapkan pembangunan permukiman baru ini dapat menampung kebutuhan masyarakat Kabupaten Tanah Bumbu untuk 20 tahun yang akan datang. Program ini dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah melalui program KPR PERUMNAS (Perumahan Nasional) maupun pihak swasta (developer).

  Program yang dapat dilakukan adalah pengembangan perumahan penduduk eksisting, dalam hal ini direncanakan program pembangunan kembali (revitalisasi) perumahan yang telah ada, terutama bagi bangunan permukiman yang sudah tidak layak huni. Program ini dapat direalisasikan dengan bantuan dari pemerintah, baik itu Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

  6 KABUPATEN TANAH BUMBU

Pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Tanah Bumbu, dibagi menjadi beberapa

bagian yaitu:

  1

  I I N N

  1

  2

  2

  I I J J M M ) ) T T A A H H U U N N

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  V V E E S S T T A A S S

1. Pengembangan perumahan tidak terencana.

b. Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang produktif sebagai basis kegiatan usaha

  

Pengertian desa ditinjau dari segi kegiatannya adalah kegiatan ekonomi yang lebih dominan

berupa pertanian, jumlah penduduk relatip kecil, cara hidupnya yang tradisional dan status

serta susunan masyarakatnya yang homogen.

Kawasan pemukiman pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian,

  pelayanan kecamatan; serta 9. Pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra ekonomi, sekitar kawasan industri, dilakukan dengan tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan bersesuaian.

  8. Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat

  antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau

  7. Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan

  diarahkan pada penyediaan Kasiba/Lisiba Berdiri Sendiri, perbaikan kualitas permukiman dan Pengelolaan perumahan secara vertikal

  6. Penyediaan permukiman selain disediakan oleh pengembang dan masyarakat, juga

  perkebunan dan hortikultura, disertai pengolahan hasil. Permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis Pengelolaannya adalah pertanian tanaman pangan dan perikanan darat, serta pengolahan hasil 5. Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai

  4. Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan dengan berbasis

  3. Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan dengan

  I I N N

  6 KABUPATEN TANAH BUMBU

  6

  1

  1

  2

  2

  I I J J M M ) ) T T A A H H U U N N

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  V V E E S S T T A A S S

c. Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  I I N N

  V V E E S S T T A A S S

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  I I J J M M ) ) T T A A H H U U N N

  2

  2

  1

  1

  6

  6 KABUPATEN TANAH BUMBU Tabel 7.4. Rencana Luasan Kawasan Budidaya di Kabupaten Tanah BumbuTahun 2012-2032 Hutan Produksi

KAWASAN BUDIDAYA

  Kawasan Industri dan Pergudangan Kawasan

  Terbatas Hutan Produksi Tetap

  Perikanan Tangkap Permukiman Perdesaan

  Permukima n Perkotaan Pertanian Lahan

  Basah Tanaman Tahunan Perkebunan

  Jumlah KEC. ANGSANA 16.24 159.70 358.88 0.50 2378.02 180.57 14395.90 17489.81 KEC. BATULICIN

  381.56 193.52

  0.00 3.88 4527.88 918.06 4281.98 10306.89 KEC. KARANG BINTANG 251.63 1315.82 581.28 465.97 19322.21 21936.90 KEC. KURANJI 1105.66 15842.65 16948.31 KEC. KUSAN IILIR

  5.11 268.15 4486.71 67.51 1658.55 1103.88 5409.28 10253.17 23252.34 KEC. KUSAN ULU 9207.83 25300.29 1423.08 3551.59 43074.33 82557.11 KEC. MANTEWE 1580.96 36418.89 2567.78 26339.84 66907.47 KEC. SATUI 6703.29 33303.51 848.81

  0.12 982.44 0.00 4499.57 2657.77 1623.24 42764.08 93382.83 KEC. SIMPANG EMPAT 1298.75 2538.51 1063.74 1214.55

  0.00

  0.00 55.95 6991.12 26663.00 39825.62 KEC. SUNGAI LOBAN 18.72 795.15 0.02 1990.38 21018.62 23822.89 Kawasan Pesisir 11.27 0.04 644.19 36039.27 0.04 166.90 36861.72

Grand Total 18790.82 95038.92 2790.14 2488.91 1841.75 7102.00 36107.30 16998.70 15861.96 12148.69 224122.69 433291.89

  KECAMATAN

  Sumber : RTRW Kab. Tanah Bumbu

  Pelabuhan Pariwisata Perikanan Budidaya

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  I I N N

  V V E E S S T T A A S S

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  I I J J M M ) ) KABUPATEN TANAH BUMBU T

  2

  1

  6 T A A H H U U N N

  2

  1

  6 Peta 7.1. Rencana Pola Ruang Kabupaten Tanah Bumbu

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  2. Batulicin 3734 5725 1991

  Kesesuaian lokasi perumahan ini adalah perbandingan antara kawasan permukiman

yang ada dengan rencana tata ruang setempat, mengingat bahwa rencana tata ruang ini

dipastikan telah mengacu pada RTRW Kabupaten. Berdasarkan hasil kunjungan lapangan,

sebagian besar lokasi perumahan telah sesuai dengan RUTRK/RDTRK kota-kota kecamatan

yang ada. Namun demikian juga terdapat kawasan perumahan yang lokasinya tidak sesuai

dengan rencana tata ruang yang ada. Ketidak sesuaian lokasi ini terjadi baik pada area

permukiman yang tumbuh secara spontan, tanpa didukung oleh dokumen-dokumen

pembangunan yang resmi (ijin lokasi, ijin mendirikan bangunan dan lain-lain) maupun

kawasan yang didukung dengan dokumen-dokumen resmi. Dari hasil peninjauan lapangan

   Sumber Data: Bidang Penataan dan Pengawasan Bangunan Kab Tanah Bumbu 2015, Diolah

  10. Sungai Loban 5035 7692 2657

JUMLAH 66030 110425 44395

  9. Satui 11315 20658 9343

  7. Mantewe 5078 6904 1826 8. .Simpang Empat 15938 28262 12324

  6. Kusan Hulu 5177 7184 2007

  5. Kusan Hilir 9464 17255 7791

  4. Kuranji 2287 3566 1279

  3. Karang Bintang 4699 6501 1802

  1. Angsana 3303 6677 3374

  I I N N

  

Jumlah Rumah dan Backlog Per-Kecamatan Tahun 2015

No. Kecamatan Jumlah Rumah (Unit) Jumlah KK Backlog

  6 KABUPATEN TANAH BUMBU

Tabel: 7.5.

  6

  1

  1

  2

  2

  I I J J M M ) ) T T A A H H U U N N

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  V V E E S S T T A A S S

7.3. LUASAN DAN PERSEBARAN KAWASAN PERUMAHAN

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  I I N N

  V V E E S S T T A A S S

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  I I J J M M ) ) KABUPATEN TANAH BUMBU T

  2

  1

  6 T A A H H U U N N

  2

  1

  6 Permukiman Organis Permukiman Anorganis No. Kecamatan Unit Luas (Ha) Unit Luas (Ha)

  6. Kusan Hulu

  • - - 5177 854.84 -

  7. Mantewe 5078 820.73 - Simpang 8. 15938 1459.35 4821

  36.16 Empat

  9. Satui 11315 1563.50 2072

  15.54

  10. Sungai Loban 5035 1646.84 108

  0.81 Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Tanah Bumbu 2015

Pembangunan permukiman perkotaan menghadapi permasalahan rendahnya kualitas dan

kuantitas infrastruktur permukiman yang berakibat pada rendahnya kualitas permukiman

dan kualitas hidup penghuninya. Tantangan dalam mengurangi penduduk perkotaan yang

tinggal di daerah kumuh berkaitan dengan masalah urbanisasi. Pertumbuhan jumlah

penduduk perkotaan yang tinggi tidak mampu diimbangi oleh ketersediaan perumahan dan

infrastruktur permukiman yang layak sehingga memicu pertumbuhan jumlah penduduk yang

tinggal di daerah kumuh engan angka absolut mencapai sekitar 9,6 juta rumah tangga pada

tahun 2014. Di samping itu, penanganan permukiman kumuh yang menjadi tugas dan

wewenang pemerintah daerah (UU No. 1/2011) belum diimbangi dengan kemampuan

pemerintah daerah dalam hal kapasitas SDM dan pembiayaan. Penanganan permukiman

kumuh memerlukan koordinasi lintas sektor, sehingga diperlukan SK Bupati/Walikota

tentang permukiman kumuh sebagai acuan pemangku kepentingan dalam memadukan

upaya penanganan permukiman kumuh. Perkembangan permukiman kumuh juga tidak

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  6

  

B. Pelaksanaan pengembangan wilayah tersebut dilakukan secara terencana dan

terintegrasi dengan semua rencana pembangunan sektor dan bidang. Rencana

  

Sementara itu arahan pembangunan nasional sesuai dengan misi pembangunan nasional

Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah:

A. Pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memerhatikan potensi dan peluang

keunggulan sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah, serta memerhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Tujuan utama pengembangan wilayah adalah peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat serta pemerataannya.

  

1. Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh

  

Misi pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan dan pengembangan

permukiman dalam RPJMN Tahun 2007 adalah: Terwujudnya pembangunan yang lebih

merata dan berkeadilan, ditandai oleh hal-hal sebagai berikut:

  6 KABUPATEN TANAH BUMBU

  1

  I I N N

  1

  2

  2

  I I J J M M ) ) T T A A H H U U N N

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  V V E E S S T T A A S S

7.4. ARAHAN KEBIJAKAN SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

2. Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  I I N N

  V V E E S S T T A A S S

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  I I J J M M ) ) KABUPATEN TANAH BUMBU T

  2

  1

  6 T A A H H U U N N

  2

  1

  6 D. Keberpihakan pemerintah ditingkatkan untuk mengembangkan wilayah wilayah tertinggal dan terpencil sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengurangi ketertinggalan pembangunannya dengan daerah lain. Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan, selain dengan pemberdayaan masyarakat secara langsung melalui skema pemberian dana alokasi khusus, termasuk jaminan pelayanan publik dan keperintisan, perlu pula dilakukan dilakukan penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi dengan wilayah-wilayah cepat tumbuh dan strategis dalam satu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’.

  

E. Wilayah-wilayah perbatasan dikembangkan dengan mengubah arah kebijakan

pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi outward looking sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Pendekatan pembangunan yang dilakukan, selain menggunakan pendekatan yang bersifat keamanan, juga diperlukan pendekatan kesejahteraan. Perhatian khusus diarahkan bagi pengembangan pulau pulau kecil di perbatasan yang selama ini luput dari perhatian.

F. Pembangunan kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil diseimbangkan pertumbuhannya dengan mengacu pada sistem pembangunan perkotaan nasional.

  Upaya itu diperlukan untuk mencegah terjadinya pertumbuhan fisik kota yang tidak terkendali (urban sprawl & conurbation), seperti yang terjadi di wilayah pantura Pulau Jawa, serta untuk mengendalikan arus migrasi masuk langsung dari desa ke kota-kota besar dan metropolitan, dengan cara menciptakan kesempatan kerja, termasuk peluang

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  I I N N

  V V E E S S T T A A S S

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  I I J J M M ) ) KABUPATEN TANAH BUMBU T

  2

  1

  6 T A A H H U U N N

  2

  1

  6 2) Pengembangan kegiatan ekonomi kota yang ramah lingkungan seperti industri jasa keuangan, perbankan, asuransi, dan industri telematika serta peningkatan kemampuan keuangan daerah perkotaan; dan 3) Perevitalan kawasan kota yang meliputi pengembalian fungsi kawasan melalui pembangunan kembali kawasan; peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya; serta penataan kembali pelayanan fasilitas publik, terutama pengembangan sistem transportasi masal yang terintegrasi antarmoda.

  

H. Percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah ditingkatkan, terutama di luar

Pulau Jawa, sehingga diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai ‘motor penggerak’ pembangunan wilayah-wilayah di sekitarnya maupun dalam melayani kebutuhan warga kotanya. Pendekatan pembangunan pembangunan yang perlu dilakukan, antara lain, memenuhi kebutuhan pelayanan dasar perkotaan sesuai dengan tipologi kota masing-masing.

  Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dengan kegiatan I. ekonomi di wilayah perdesaan didorong secara sinergis (hasil produksi wilayah perdesaan merupakan backward linkages dari kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan) dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’. Peningkatan keterkaitan tersebut memerlukan adanya perluasan dan diversifikasi aktivitas ekonomi dan perdagangan (nonpertanian) dipedesaan yang terkait dengan pasar di perkotaan. Pembangunan perdesaan didorong melalui pengembangan agroindustri padat pekerja, J.

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  I I N N

  V V E E S S T T A A S S

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  I I J J M M ) ) KABUPATEN TANAH BUMBU T

  2

  1

  6 T A A H H U U N N

  2

  1

  6 K. Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah disusun secara hierarki. Dalam rangka mengoptimalkan penataan ruang perlu ditingkatkan (a) kompetensi sumber daya manusia dan kelembagaan di bidang penataan ruang, (b) kualitas rencana tata ruang, dan (c) efektivitas penerapan dan penegakan hukum dalam perencanaan, pemanfaatan, maupun pengendalian pemanfaatan ruang.

L. Peningkatan kerja sama antardaerah akan terus ditingkatkan dalam rangka

memanfaatkan keunggulan komparatif maupun kompetitif setiap daerah; menghilangkan ego pemerintah daerah yang berlebihan; serta menghindari timbulnya inefisiensi dalam pelayanan publik. Pembangunan kerja samaantardaerah melalui sistem jejaring antardaerah akan sangat bermanfaat sebagai sarana berbagi pengalaman, berbagi keuntungan dari kerja sama, maupun berbagi tanggung jawab pembiayaan secara proporsional, baik dalam pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana maupun dalampembangunan lainnya.

M. Sistem ketahanan pangan diarahkan untuk menjaga ketahanan dan kemandirian pangan

nasional dengan mengembangkan kemampuan produksi dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal.

N. Koperasi yang didorong berkembang luas sesuai kebutuhan menjadi wahana yang

efektif untuk meningkatkan posisi tawar dan efisiensi kolektif para anggotanya, baik

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  I I N N

  V V E E S S T T A A S S

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  I I J J M M ) ) KABUPATEN TANAH BUMBU T

  2

  1

  6 T A A H H U U N N

  2

  1

  6 P. Pemenuhan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya diarahkan pada: 1) Penyelenggaraan pembangunan perumahan yang berkelanjutan, memadai, layak, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat serta didukung oleh prasarana dan sarana permukiman yang mencukupi dan berkualitas yang dikelola secara profesional, kredibel, mandiri, dan efisien

  2) Penyelenggaraan pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya yang mandiri mampu membangkitkan potensi pembiayaan yang berasal dari masyarakat dan pasar modal, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan; dan

  3) Pembangunan pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya yang memperhatikan fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup.

Q. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan

pada:

  1. Peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi

  

2. Pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat;

  3. Penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional;

  4. Penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

R. Penanggulangan kemiskinan diarahkan pada penghormatan, perlindungan, dan

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  I I N N

  V V E E S S T T A A S S

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  I I J J M M ) ) KABUPATEN TANAH BUMBU T

  2

  1

  6 T A A H H U U N N

  2

  1

  6

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

  

Pasal 3 UU UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

menyatakan bahwa tujuan diselenggarkannya Perumahan dan kawasan permukiman untuk:

  

1. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman

  

2. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang

proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

  

3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan

perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan

  

4. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan

kawasan permukiman

  5. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan

  

6. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang

sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

Sementara itu pada pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  I I N N

  V V E E S S T T A A S S

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  I I J J M M ) ) KABUPATEN TANAH BUMBU T

  2

  1

  6 T A A H H U U N N

  2

  1

  6

  

2. Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah pekotaan dengan

memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi,dan seimbang

  

3. Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi kehidupan

masyarakat, dengan tetap mengutamakan ketentuan diatas.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang

diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh. Arah kebijakan

penanggulangan kemiskinan nasional berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka

Panjang, demikian juga untuk arah kebijakan penanggulangan kemiskinan daerah

berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. Strategi percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan:

  1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin

  2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin

  3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil 4. Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.

  5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini menetapkan target yang harus dicapai dalam bidang pekerjaan umum dan tata

ruang, sementara itu untuk bidang permukiman target yang harus dicapai adalah:

  

1. Tersedianya jalan yang memudahkan masyarakat perindividu melakukan perjalanan

sebesar 100% pada tahun 2014

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  I I N N

  V V E E S S T T A A S S

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  I I J J M M ) ) KABUPATEN TANAH BUMBU T

  2

  1

  6 T A A H H U U N N

  2

  1

  6 Permukiman di Kabupaten Tanah Bumbu menyebar di seluruh wilayah baik berupa

perkampungan maupun perumahan terencana dan tertata yang dibangun oleh

pemerintah/perusahaan berupa perumahan dinas. Bahkan banyak sekali rumah kontrakan

yang sengaja dibangun oleh perorangan untuk disewakan yang dikenal dengan sebutan

rumah bedak. Di sepanjang Jalan Raya Batulicin penyebaran permukiman lebih banyak pada

sisi timur dan barat jalan dari arah Kota Banjarmasin dan terletak di belakang perdagangan

dan jasa sepanjang koridor Jalan Raya Batulicin. Untuk kondisi permukiman sisi barat

merupakan permukiman kampung nelayan, sementara pada sisi timur lebih banyak

mencirikan perkampungan masyarakat biasa.

  

Tabel 7.7.

Desa Nelayan di Kabupaten Tanah Bumbu

Kecamatan Desa Nelayan

  Batu Ampar Sungai Dua Gunung Besar

  Kecamatan Simpang Empat

  Tungkaran Pangeran Pulau Panjang Kampung Baru Batulicin Kersik Putih Segumbang

  Kecamatan Batulicin

  Sepunggur ApiApi Betung Pulau Salak Beringin Sungai Lembu Gusunge

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  I I N N

  V V E E S S T T A A S S

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  I I J J M M ) ) KABUPATEN TANAH BUMBU T

  2

  1

  6 T A A H H U U N N

  2

  1

  6 Adapun rencana pengembangan permukiman di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu lebih

difokuskan pada Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa serta kawasan nelayan yang

ada di wilayah ini. Khusus untuk kawasan terpilih sebagai pusat pengembangan Desa

didasarkan pada pendekatan pembangunan kawasan dengan cara mengembangkan potensi

unggulannya , yaitu sumber daya dominan baik yang belum diolah maupun sumber daya

yang tersembunyi berupa sumber daya alam, sumber daya buatan maupun sumber daya

manusia yang difokuskan pada kemandirian masyarakat sesuai dengan azas TRIDAYA yang

intinya adalah pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan

sarana permukiman. Selain itu, berdasarkan RTRW Provinsi Kalimantan Selatan juga terdapat

kawasan-kawasan terpilih sebagai pusat pengembangan desa (KTP2D) untuk menunjang

desa sekitarnya. Desa-desa yang terpilih sebagai pusat pengembangan diharapkan akan

mampu memicu dan memacu perkembangan desa-desa disekitarnya. lokasi rencana

pengembangan permukiman yang sesuai dikembangkan di kabupaten Tanah Bumbu yaitu

berada di beberapa desa yang ada di Kecamatan Sungai Loban.

  

Gambar 7.1.

Kondisi Permukiman Di Kabupaten Tanah Bumbu

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  I I N N

  V V E E S S T T A A S S

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  I I J J M M ) ) KABUPATEN TANAH BUMBU T

  2

  1

  6 T A A H H U U N N

  2

  1

  6

tidak didukung oleh prasarana secara memadai tergambar dari buruknya sistem sanitasi,

jalan lingkungan, serta terbatasnya prasarana lingkungan dan prasarana pendukung kegiatan

ekonomi setempat. Masyarakat Tanah Bumbu masih belum sadar akan pentingnya IMB. Hal

tersebut terlihat dari rendahnya jumlah bangunan yang telah memiliki IMB di Kabupaten

Tanah Bumbu. Tahun 2014 terdapat 495.412 bangunan, namun hanya 1.572 yang telah

memiliki IMB. Jumlah Tersebut hanya 0,31% dari jumlah bangunan yang ada di Kabupaten

Tanah Bumbu.Walaupun dari tahun ke tahun jumlah IMB yang diterbitkan.

Semakin meningkat namun peningkatan tersebut tidak signifikan dan masih sangat kecil jika

dibandingkan dengan jumlah seluruh bangunan yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu.

  

Sejatinya IMB adalah alat untuk mengontrol pembangunan dan memastikan bahwa lokasi

pembangunan yang ada telah berada di lokasi pembangunan telah berada di zona yang

tepat sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan. Pengaturan tersebut dilakukan agar

kota dapat ditata dengan baik dan tidak akan menimbulkan masalah di kemudian hari.

Penataan dengan menggunakan IMB merupakan salah satu cara Pemerintah Daerah untuk

mengontrol pembangunan di daerah mereka agar sesuai dengan visi dan misi daerah

tersebut. Pembangunan perumahan PNS baik untuk lingkup kabupaten dan masing-masing

kecamatan.

7.5.1. ISU STRATEGIS SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

  Beberapa isu strategis sektor Pengembanga Permukiman Kabupaten Tanah Bumbu, yaitu:

  1. Penataan Kawasan Kumuh Nelayan Kawasan Kumuh Nelayan terletak di sepanjang pesisir kabupaten Tanah Bumbu. Kawasan permukiman nelayan tersebut telah ada sejak lama, dan terus berkembang menjadi kawasan permukiman dengan masalah semakin kompleks. Masalah umum yang dihadapi oleh kawasan permukiman nelayan adalah kepadatan kawasan yang tinggi, permukiman yang tidak tertata, saluran drainase yang buruk dan kebersihan lingkungan yang sangat

  R R E E N N C C A A N N A A P P R R O O G G R R A A M M

  I I N N

  V V E E S S T T A A S S

  I I J J A A N N G G K K A A M M E E N N E E N N G G A A H H ( ( R R P P

  I I J J M M ) ) KABUPATEN TANAH BUMBU T

  2

  1

  6 T A A H H U U N N

  2

  1

  6 sehingga membuat masalah perumahan yang ada semakin kompleks. Pembangunan kawasan permukiman seharusnya memperhatikan banyak aspek, baik dari sisi teknis, bencana, lokasi, dan kesehatan lingkungan. Perpaduan seluruh aspek tersebut diharapkan mampu menciptakan kondisi permukiman yang sehat bagi penghuninya.

  2. Belum Tersedianya RTH di Pusat Permukiman Ketersediaan taman publik yang tersebar merata di setiap kecamatan juga merupakan salah satu masalah dalam pembangunan kawasan permukimana di Tanah Bumbu. Ruang terbuka publik merupakan salah satu penunjang kegiatan sosial masyarakat. Taman juga berfungsi sebagai penghasil oksigen bagi kawasan perkotaan, sehingga kawasan perkotaan menjadi lebih sejuk untuk ditinggali.

  

3. Belum tersedianya kawasan permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh

dan terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap dengan menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan permukiman dan mengintegrasikan secara terpadu dengan lingkungan permukiman yang telah ada di sekitarnya.

7.5.3. ANALISIS KEBUTUHAN

  Analisis kebutuhan pengembangan perumahan dan permukiman di wilayah Kabupaten

Tanah Bumbu berdasarkan kebutuhannya adalah terbagi menjadi beberapa program dan

kegiatan yaitu: