Sistem Perbankan syariah makalah hukum

BAB I
LANDASAN TEORI

1.1 Pengertian Bank Syari’ah
Menurut Undang Undang No. 10 Tahun 1998 Bank Syari’ah adalah Bank yang
melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas perekonomian. Tujuan Fungsi Perkembangan Menurut
Para Ahli - Prinsip syariah dalam Pasal 1 ayat 13 Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang
perbankan adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain
untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual
beli barang dengan keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan
prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
1.2 Bidang Usaha Bank Syari’ah
Berikut bidang usaha yang umumnya ada di perbankan syari’ah di Indonesia:
1. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah,
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
2. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad istishna’, atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;

3. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah;
4. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya
bittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
5. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah;
6. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan prinsip syariah;

pg. 1

7. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang
diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip syariah, antara lain, seperti akad
ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;
8. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh pemerintah
dan/atau BI;
9. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan
dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip syariah;
10. Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad yang
berdasarkan pinsip syariah;

11. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan prinsip
syariah;
12. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah
berdasarkan prinsip syariah;
13. Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah;
14. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan prinsip syariah; dan
15. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
16. Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan prinsip syariah;
17. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah atau lembaga keuangan
yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah;
18. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik kembali
penyertaannya;
19. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun berdasarkan prinsip syariah;
20. Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal;
21. Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan prinsip syariah dengan
menggunakan sarana elektronik;


pg. 2

22. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka pendek
berdasarkan prinsip syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar
uang;
23. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar
modal;
24. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank umum syariah lainnya yang
berdasarkan prinsip syariah.

1.3 Ciri-ciri Bank Syari’ah
Dalam bank Syari’ah hubungan bank dengan nasabah adalah hubungan kontrak (akad) antara
investor pemilik dana (shohibul maal) dengan investor pengelola dana (mudharib) bekerja
sama untuk melakukan kerja sama yang produktif dengan keuntungan dibagi secara adil.
Bank Syari’ah pada umumnya memiliki ciri-ciri berikut yang menjadi pembeda antara bank
syari’ah dan konvensional
1. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam
bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan

untuk tawar-menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai
batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak.
2. Penggunaan presentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu
dihindari, karena presentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu
perjanjian telah berakhir.
3. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan
perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti ditetapkan dimuka, karena pada
hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya proyek yang dibiayai bank hanyalah Allah
semata.
4. Pengarahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan dianggap
sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang
5. diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang diniayai bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpanan tidak dijanjikan
imbalan yang pasti.
pg. 3

6. Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari
sudut syariahnya. selain itu manajer dan pimpinan Islam harus menguasai dasar-dasar
rnuamalah Islam.
7. Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal

dengan pihak yang rnembutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi
amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang
disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana diambil pemiliknya.
1.4 Mekanisme Dasar Bank Syari’ah
Sebagai sebuah lembaga intermediasi keuangan, mekanisme dasar bank syariah adalah
menerima deposito dari pemilik modal (depositor) pada sisi liability-nya (kewajiban) untuk
kemudian menawarkan pembiayaan kepada investor pada sisi asetnya, dengan pola atau
skema pembiayaan yang sesuai dengan syariat Islam. Pada sisi kewajiban, terdapat dua
kategori utama, yaitu interest-free current and saving accounts dan investment accounts yang
berdasarkan pada prinsip PLS (Profit and Loss Sharing) antara pihak bank dengan pihak
depositor. Sedangkan pada sisi aset, yang termasuk didalamnya adalah segala bentuk pola
pembiayaan yang bebas riba dan sesuai standar syariah, seperti mudarabah, musyarakah,
istisna, salam, dan lain-lain.
Untuk mencapai tujuan akuntansi yang bersifat standar, maka struktur dasar aktivitas
investasi dapat kita bagi kedalam dua bagian, yaitu pertama, unrestricted investment accounts
(rekening investasi tanpa batasan) dan yang kedua, yaitu restricted investment accounts
(rekening investasi dengan batasan). Adapun maksud poin yang pertama adalah bank Islam
memiliki kebebasan untuk menginvestasikan dana yang diterimanya pada berbagai kegiatan
investasi tanpa dibatasi oleh ketentuan-ketentuan tertentu, termasuk menggunakannya secara
bersama-sama dengan modal pemilik bank. Sedangkan maksud pada poin yang kedua adalah

pihak bank hanya bertindak sebagai manajer yang tidak memiliki otoritas untuk
mencampurkan dana yang diterimanya dengan modal pemilik banknya tanpa persetujuan
investor. Selain kedua hal tersebut, bank syariah juga harus merefleksikan fungsinya sebagai
pengelola dana zakat, dan dana-dana amal lainnya termasuk dana qard hasan. Sementara itu,
pada aspek pengenalan (recognition), pengukuran (measurement), dan pencatatan (recording)
setiap transaksi pada sistem akuntansi bank syariah terdapat kesamaan dengan proses-proses
yang terjadi pada sistem konvensional.
pg. 4

Untuk menjaga konsistensi, baik yang bersifat internal maupun eksternal bank, maupun
untuk menjamin kesesuaiannya dengan syariat Islam, maka kita perlu mendefinisikan tujuan
standarisasi akuntansi keuangan pada bank syariah. Hal ini juga sebagai upaya untuk
memberikan panduan umum didalam menentukan sejumlah pilihan berdasarkan alternatifalternatif yang ada. Adapun tujuan sistem akuntansi keuangan ini adalah pertama, untuk
menentukan hak dan kewajiban semua pihak yang berkepentingan, seperti para depositor dan
pemilik bank. Kemudian yang kedua adalah untuk menjamin keamanan dan keselamatan aset
bank syariah, termasuk menjamin hak bank yang bersangkutan dan hak stakeholder lainnya.
Yang ketiga, menjamin perbaikan manajemen dan kapabilitas produktif bank syariah agar
senantiasa selaras dengan tujuan dan kebijakan yang telah ditetapkan. Dan yang keempat
adalah untuk menyediakan laporan keuangan yang berguna bagi para pemakainya ¡ªseperti
pemegang saham, pemilik rekening, otoritas fiskal, dll, sehingga memungkinkan mereka

untuk membuat keputusan yang legitimate didalam melakukan negosiasi dan transaksi
dengan pihak bank syariah.
Agar sebuah laporan keuangan tersebut benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, maka
kualitas informasi yang diberikan harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain : (i) asas
manfaat, terutama bagi pihak pemakainya; (ii) relevansi antara laporan keuangan tersebut
dengan tujuan pelaporannya; (iii) tingkat kepercayaan; (iv) komparabilitas, artinya dapat
diperbandingkan berdasarkan periode waktu tertentu; (v) konsistensi, artinya metode yang
digunakan konsisten dan tidak mudah berubah; dan (vi) mudah dipahami, serta tidak multi
interpretasi. Selain keenam hal tersebut, informasi yang diberikan juga harus mencakup
beberapa aspek. Pertama, informasi yang tersedia harus mampu menggambarkan pencapain
tujuan yang ada dan konsistensinya dengan syariat. Jika bank melakukan deal pada transaksi
yang diharamkan, misalnya terkait dengan sistem riba, maka harus dijelaskan secara detil
mengenai pemisahan pencatatan transaksi tersebut. Dan yang kedua, informasi tersebut harus
mampu membantu pihak luar bank untuk mengevaluasi rasio kecukupan modal, resiko
investasi, likuiditas, dan berbagai aspek finansial perbankan lainnya. Ini sangat penting
dilakukan, sehingga kredibilitas bank dapat dipertanggungjawabkan.
1.5 Sistem Perbankan Syari’ah

pg. 5


Sistem perbankan syariah adalah alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan kedua
belah pihak (nasabah dan bank), yang di dukung oleh keanekaragaman produk dan skema
keuangan yang lebih variatif, dan dilakukan secara transparan agar adil bagi kedua belah pihak.
Perbankan yang kredibel dan menjadi pilihan masyarakat Indonesia.
Kehadiran sistem perbankan syariah di Indonesia semakin mudah di temukan oleh masyarakat,
dengan mengenali logo iB di bank-bank terkemukan terdekat. iB memudahkan masyarakat untuk
mengenali tersedianya jasa perbankan syariah di manapun di seluruh Indonesia. Logo iB
merupakan penanda identitas industri perbankan syariah di Indonesia, yang merupakan kritalisasi
dari nilai-nilai utama sistem perbankan syariah yang modern, transparan, berkeadilan, seimbang
dan beretikan. Dengan adanya iB sebagai penanda, masyarakat akan merasa lebih nyaman karena
produk dan jasa layanan perbankan yang diberikan akan mengutamakan nilai-nilai keadilan,
transparan, keseimbangan etika, dan kebaikan sosial bersama.
Berikut daftar perbedaan antara Bank Syari’ah dan Bank Konvensional
Tabel 1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank Syariah
a.

Bank Konvensional

Berdasarkan


b.

prinsip

Menggunakan

investasi
prinsip

bagi

hasil a. Berdasarkan tujuan membungakan uang

jual-beli b. Menggunakan prinsip pinjam-meminjam

c. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk uang.
hubungan

kemitraan c. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk


d. Melakukan investasi-investasi yang halal saja hubungan

kreditur-debitur

e. Setiap produk dan jasa yang diberikan sesuai d. Investasi yang halal maupun yang haram
dengan
f.

fatwa

Dilarangnya

Dewan
gharar

Syariah e. Tidak mengenal Dewan sejenis itu.
dan

maisir f. Terkadang terlibat dalam speculative


g. Menciptakan keserasian diantara keduanya. FOREX
h. Tidak memberikan dana secara tunai tetapi g.

Berkontribusi

dealing
dalam

terjadinya

memberikan barang yang dibutuhkan (finance the kesenjangan antara sektor riel dengan
goods

and

services) sektor

moneter.

i. Bagi hasil menyeimbangkan sisi pasiva dan h. Memberikan peluang yang sangat besar
pg. 6

aktiva.

untuk sight streaming (penyalah gunaan
dana

pinjaman)

i. Rentan terhadap negative spread

Tabel 2. Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Bunga

Bagi Hasil

a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad a. Penentuan besarnya nisbah bagi hasil dibuat
dengan

asumsi

harus

selalu

untung. pada waktu akad dengan berpedoman pada

b. Besarnya bunga adalah suatu persen-tase kemungkinan

untung-rugi.

tertentu terhadap besarnya uang yang b. Besarnya bagi hasil adalah berdasarkan nisbah
dipinjamkan.

terhadap besar-nya keuntungan yang diperoleh.

c. Besarnya bunga tetap seperti yang c.
dijanjikan

tanpa

Besarnya

bagi

hasil

tergantung

pada

mempertimbang-kan keuntungan proyek/usaha yang dijalankan. Bila

apakah proyek/usaha yang dijalankan oleh usaha merugi maka kerugian akan ditanggung
nasabah / mudharib untung atau rugi. oleh pemilik dana, kecuali kerugian karena
d. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak kelalaian, salah urus, atau pelanggaran oleh
dikecam) oleh semua agama termasuk mudharib.
Islam.

d. Tidak ada yang meragukan keabsah-an bagihasil.

Sumber : Muhammad Syafii Antonio (2001), Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek (Gema Insani
Press bekerja sama dengan Yayasan Tazkia Cendekia).

BAB II
OBJEK PENELITIAN

pg. 7

2.1 Profil Bank Muamalat
Objek yang digunakan penyusun adalah PT
Bank Muamalat Indonesia Tbk yang didirikan
pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember
1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai
kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H
atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari
eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim seIndonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
Muslim,

pendirian

Bank

Muamalat

juga

menerima dukungan masyarakat, terbukti dari
komitmen pembelian saham Perseroan senilai
Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta
pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara
silaturahmi peringatan pendirian tersebut di
Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen
dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam
modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil
menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi
Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa
maupun produk yang terus dikembangkan.

Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian
besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di
segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio
pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105
miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal

pg. 8

setor awal.

Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial,
dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di
Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu
pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002
merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat.
Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi
laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang
kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan
syariah secara murni.

Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari
pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh
Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan
pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak
melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan
biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa
percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi
baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat
menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan
menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun
ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul
Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.

Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah melalui 275
gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi
melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta
95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah
membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan
pg. 9

aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic
Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di
Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk
menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga
kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut
diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta
masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun
Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009
oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in
Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic Finance
House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).

2.2 Produk-produk Bank Muamalat
Pendanaan
Giro Wadiah

o


Giro Perorangan



Giro Institusi

Tabungan

o


Tabungan Muamalat



Tabungan Muamalat Dollar



Tabungan Haji Arafah



Tabungan Haji Arafah Plus



Tabungan Muamalat Umroh



TabunganKu



Tabungan iB Muamalat Wisata



Tabungan iB Muamalat Prima

pg. 10

Deposito

o


Deposito Mudharabah



Deposito Fulinves

o

Nisbah dan Hi-1000

o

Tarif

Pembiayaan



Konsumen

o


KPR Muamalat iB



AutoMuamalat



Dana Talangan Porsi Haji



Pembiayaan Muamalat Umroh



Pembiayaan Anggota Koperasi

Modal Kerja

o


Pembiayaan Modal Kerja



Pembiayaan LKM Syariah



Pembiayaan Rekening Koran Syariah

Investasi

o


Pembiayaan Investasi



Pembiayaan Hunian Syariah Bisnis

Layanan


o

International Banking



Remittance



Remittance BMI - MayBank



Remittance BMI - BMMB

pg. 11



Remittance BMI - NCB



Tabungan Nusantara



Trade Finance



Bank Garansi



Ekspor



Impor



Ekspor Impor Non LC Financing



SKBDN



Letter Of Credit



Standby LC



Investment Service

o

Transfer

o

Layanan 24 Jam



SMS Banking



SalaMuamalat



MuamalatMobile



Internet Banking



Cash Management System

pg. 12

BAB III
PEMBAHASAN
(Analisa Kasus)

Sebagai Pionir Bank Syari’ah di Indonesia, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk juga mengalami
banyak hambatan dalam mengembangkan usahanya. Bank Muamalat harus mampu merebut
kepercayaan masyarakat untuk bertransaksi di bank yang pertama kali muncul dengan beragam
pelayanan variatif berbasiskan konsep syari’ah dimana pada saat itu masyarakat telah terbiasa
dengan produk-produk yang ditawarkan oleh bank konvensional. Namun pada tahun 1994 Bank
Muamalat telah menjadi bank devisa.
Pada akhir tahun 90an, Bank Muamalat tidak luput dari krisis moneter yang melanda Indonesia.
Rata-rata perbankan di Indonesia tergulung oleh kredit macet. Rasio pembiayaan macet (NPF)
mencapai 60%. Perseroan mencatat rugi hingga Rp 105 miliyar. Ekuitas mencapai titik terendah
yakni 39,3 miliyar kurang dari sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial,
dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di
Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu
pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002
merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat.
Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi
laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat,
strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah
secara murni.

Bank Muamalat juga pernah mendapatkan Nasabah yang tidak memiliki I’tikad baik. Salah satu
contohnya adalah kasus PT.Multikarsa Investama (1998) dimana Direktur Utamanya adalah
Marimutu Sinivasan, yang memiliki kewajiban melunasi pembiayaan sebesar 20 Miliar Rupiah,
dan jika tertagih akan menambah laba BMI.
pg. 13

Sebagaimana yang diberitakan oleh media massa kemarin, kasus PT.Multikarsa Investama
(MKI) adalah masalah lama, yang sama sekali tidak mempengaruhi kinerja BMI saat ini, bahkan
kinerja Bank Muamalat semakin prima dari tahun ke tahun. Namun demikian, walaupun hal ini
adalah masalah lama, sebagai bentuk pertanggungjawaban Bank Muamalat kepada ummat yang
mempercayakan dananya di BMI, Bank Muamalat senantiasa akan mengupayakan agar seluruh
kewajiban pembayaran dari nasabah-nasabah bermasalah (tanpa terkecuali PT. Multikarsa
Investama) dapat tertagih. Sebenarnya Bank Muamalat sudah sangat sabar menunggu lebih dari
7 tahun dan masih menunggu i’tikad baik Sinivasan. Menempuh jalur hukum adalah upaya
terakhir yang dilakukan Bank Muamalat. Saat ini Bank Muamalat telah menunjuk Kuasa Hukum
untuk menanganinya.
Sistem yang diterapkan oleh bank-bank syari’ah di Indonesia khususnya bank Muamalat juga
menuai kontroversi hingga saat ini. Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa produk-produk
yang ditawarkan oleh bank syari’ah sebenarnya sama saja dengan bank konvensional hanya
penyebutannya saja yang “dibungkus” dengan bahasa Arab sehingga terdengar Islami. Begitu
pula dengan sistem riba dan margin, masyarakat awam yang belum mengerti tentu berpikir tidak
ada beda antara bank syari’ah dan bank konvensional. Serta anggapan dari beberapa golongan
masyarakat yang mengatakan bahwa bank syari’ah di Indonesia belum sepenuhnya menjalani
kegiatan berdasarkan prinsip syari’ah itu sendiri. Padahal sangat jelas perbedaan karakteristik
bank syari’ah khususnya bank Muamalat dan bank konvensional. Untuk kasus ini sebaiknya
perbankan syari’ah di Indonesia harus mengatur strategi pendekatan dan sosialisasi yang lebih
lagi kepada masyarakat mengenai pemahaman untuk menjadi pelaku ekonom yang bijak dan
halal serta benar-benar menjalankan prinsip syari’ah.
Pencapaian yang telah dilakukan oleh Bank Muamalat patut diperhitungkan. Bank Muamalat
telah berhasil menyingkirkan para pesaingnya di seluruh dunia dengan menjadi bank syari’ah
paling inovatif di dunia versi Islamic Finance News dan untuk ke 5 kalinya mendapat predikat
sebagai The Best Islamic Bank in Indonesia

pg. 14