Pencemaran mikroba pada produk Tanah (2)
TUGAS
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
PENCEMARAN TANAH
Disusun Oleh :
Wulan Rosmeinasari (1423127)
Kelompok 5A
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2016
ABSTRAK
Dalam kehidupan kita sudah tidak asing lagi dengan istilah pencemaran,
pencemaran merupakan masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi
dan/ atau komponen lain ke dalam tanah. Tidak dapat dipungkiri jika saat ini
tingkat pencemaran kian meningkat seiring berjalannya kehidupan, pencemaran
dapat diakibatkan oleh proses pembuatan bahan baku menjadi bahan jadi, proses
pembuatan bahan bakar, dll. Dalam menerapkan prinsip bebas dari pencemaran,
cukup banyak penyuluhan dan pencegahan yang telah dilakukan tetapi hasilnya
sangat jarang mencapai kata suskes. Terlebih dahulu kita harus mengetahui apa
pencemaran tanah, apa yang menyebabkan terjadinya pencemaran tanah, dan
bagaimana cara penanggulangannya. Lingkungan yang baik adalah lingkungan
yang bebas dari bahan tercemar.
I.
PENDAHULUAN
Pencemaran
yang
selalu
dibiarkan
terus
menerus
akan
mengakibatkan dampak yang luar biasa, seperti contoh peristiwa yang
telah terjadi yaitu Pencemaran tanah akibat penggunaan pestisida pada
kegiatan pertanian, alhasil sayur-mayur, buah-buahan yang seharusnya
menyehatkan dikonsumsi oleh manusia kini menjadi bahan waspada
yang sebabkan oleh tingkat bahaya yang terkandung dari bahan
pestisida tersebut. Selain itu, peristiwa yang mewakili hal ini adalah
tumpahnya minyak dan kebocoran pipa minyak industri yang dimilikki
oleh PT. Gold Water. Kebocoran pipa tersebut berada sekitar 1 km
sebelum Stasiun Pengumpul (SP) I desa Tangai Ogan Ilir. Tumpahan
minyak mengalir ke saluran air tepi jalan yang bermuara langsung ke
danau kecil dekat pipa bocor tersebut.
Untuk itu terlebih dahulu kita akan membahas hal-hal apa saja
yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah agar situasi kedepan dapat
lebih baik lagi.
II.
ISI
II.1
Definisi Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan
manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami.
Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau
bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan
pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam
lapisan
sub-permukaan;
kecelakaan
kendaraaan
pengangkut
minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan
sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah
secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang
Pengendalian kerusakan tanah untuk produksi bio massa:
“Tanah adalah salah atu komponen lahan berupa lapisan teratas
kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta
mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan
menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.”
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan
tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke
dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian
terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika
bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Gambar 2.1
Illegal Dumping pada salah satu hutan pinus
II.2
Komponen-komponen Bahan Pencemaran Tanah
1. Limbah domestik
Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman
penduduk; perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain;
kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta;
dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.
Gambar 2.2.1
Sampah yang dibuang sembarangan oleh warga setempat
2. Limbah padat
Limbah padat berupa senyawa anorganik yang tidak dapat
dimusnahkan atau diuraikan oleh mikroorganisme seperti
plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan
bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur. Bahan
pencemar itu akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan
datang. Bungkus plastik yang kita buang ke lingkungan akan
tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita
setelah ratusan tahun kemudian.
Sampah
anorganik
tidak
ter-biodegradasi,
yang
menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar
tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan
mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah
mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang akibatnya
tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh
makanan untuk berkembang.
Gambar 2.2.2
Limbah padat yang berupa bahan plastik
3. Limbah Cair
Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap
kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat
membunuh mikro-organisme di dalam tanah. Limbah cair juga
merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi,
misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan
industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen
dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri
pelapisan logam seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah.
Merupakan zat yang sangat beracun terhadap mikroorganisme.
Jika meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi
mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap
kesuburan tanah.
Gambar 2.2.3
Limbah yang disebabkan oleh detergen
4. Limbah industri
Limbah industri berupa limbah padat yang merupakan hasil
buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal
dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula,
pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.
Gambar 2.2.4
Limbah Industri yang dibuang ke sungai
5. Limbah pertanian
Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk
menyuburkan tanah atau tanaman, misalnya pupuk urea dan
pestisida untuk pemberantas hama tanaman. Penggunaan pupuk
yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur
tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak
dapat ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah semakin
berkurang. Dan penggunaan pestisida bukan saja mematikan
hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di
dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah
organisme di dalamnya. Selain itu penggunaan pestisida yang
terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal
terhadap pestisida tersebut.
Gambar 2.2.5
Tanah pertanian yang rusak akibat penggunaan pestisida
II.3
Dampak Pencemaran Tanah
Berbagai
dampak
ditimbulkan
akibat
pencemaran
tanah,
diantaranya:
1. Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung
pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan
populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan
herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi.
Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat
menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada
seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada
konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena
leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat
menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat
diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati.
Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada
saraf
otot.
Berbagai
pelarut
yang
mengandung
klorin
merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan
sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan
yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan
ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Pada
intinya, penggunaan yang berlebihan pada pencemaran tanah
dapat menyebabkan kematian.
Gambar 2.3.2
Beberapa korban keracunan akibat bahan tercemar
2. Pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak
terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal
dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya
bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme
endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut.
Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer
dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar
terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan
tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan
terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan
dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan
terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.
Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti
konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang
telur, meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan
hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme
tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan
hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan
pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu
menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini
memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahanbahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah
utama.
3. Dampak Ekonomi
Manusia merupakan salah satu mahluk yang membutuhkan
energi untuk bekerja, yaitu berupa makanan. Makanan yang kita
konsumsi berasal dari hewan dan tumbuhan, pada tumbuhan
lahan makanan yang kita sebut ladang, seperti padi, perkebunan
teh, perkebunan sayur-mayur, dan perkebunan buah-buahan
merupakan komponen-komponen dalam fungsi metabolisme
tubuh manusia. Tetapi, apa jadinya jika ladang yang kita tanam
mengandung zat berbahaya yang diakibatkan oleh penggunaan
pestisida berlebihan, hal ini akan menyebabkan menurunnya
tingkat panen bagi para petani, terlebih lagi, hasil panen yang
kurang steril tidak akan laku dipasaran dan akan mengakibatkan
kenaikan harga yang drastis sekaligus kelangkaan bahan baku.
Jika sudah seperti itu, perekonomian Indonesia akan menjadi
tidak stabil yaitu banyaknya korban kelaparan akibat harga
pangan yang tinggi.
Gambar 2.3.3
Lahan pertanian yang kritis
4. Dampak Pariwisata
Pariwisata
hidupnya
merupakan
sangat
ditentukan
industri
oleh
yang
keadaan
kelangsungan
lingkungan
(Soemarwoto, 2001). Lokasi yang akan dijadikan tempat wisata
harus memenuhi beberapa kriteria serta ciri khas, seperti
keadaan alam yang masih alami (belum tercemar), kondisi
lingkungan, kondisi air yang dapat digunakan,dll. Dampak jenis
ini tidak hanya berpengaruh pada wisatawan domestik tetapi
juga mancanegara, hal yang dapat kita dapat dari kelalaian kita
menjaga
lingkungan
pada
bidang
pariwisata
adalah
berkurangnya wisatawan yang menyebabkan menurunnya
pendapatan ekonomi lokasi wisata tersebut.
Salah satu contoh peristiwa ini, yaitu Pencemaran lokasi
wisata Pantai Kuta, Bali. Penelitian yang dilakukan oleh tim
peneliti Universitas Indonesia (UI) menyebutkan bahwa :
1.) Kualitas air tanah pada tahun 2004 yang digunakan sebagai
sumber air oleh industri pariwisata di Kuta sebagian telah
tercemar bakteri coli,
dan beberapa parameter melebihi
Baku Mutu (BOD, COD, Fosfat),
2.) Hasil pemantauan kualitas limbah cair yang dibuang di
lingkungan pada tahun 2004 dari 10 titik pemantauan di
semua lokasi menunjukkan hasil 6 dari 7 parameter yang
dipantau berada di atas Baku Mutu (BOD, COD, TSS, NO3,
PO4 dan conform),
3.) Terdapat hubungan yang sangat .kuat antara volume limbah
cair yang dihasilkan dari aktivitas industri pariwisata (hotel
dan restoran) dengan kualitas air tanah. Hubungan yang
sangat kuat ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r =
-0,937). Volume limbah cair yang dibuang ke lingkungan
memberikan kontribusi sebesar 87,8% terhadap kualitas air
tanah (r2 = 0,878). Semakin bertambahnya volume limbah
cair yang dibuang ke lingkungan akan mengakibatkan
menurunnya kualitas air tanah. Hal ini sesuai dengan
persamaan regresi linier sederhana yang dihasilkan yaitu, Y
= 86,39 - 0,000016 X.
Gambar 2.3.4
Suasana Pantai Kuta yang penuh dengan sampah
5. Dampak Sosial
Membuang sampah secara sembarangan merupakan
salah satu hal yang dilarang oleh pihak berwenang tetapi
tidak dapat kita pungkiri jika saat ini pun masih sangat
banyak orang yang membuang sampah tidak pada
tempatnya yang menyebabkan timbulnya pemberontakan
antar warga karena lingkungan jalanan atau sekitar tempat
tinggalnya
telah
dicemari
oleh
pihak
yang
tidak
bertanggung jawab. Sungguh ironi, jika ikatan silaturahmi
antar warga lepas hanya karena masalah sampah yang
seharusnya kita tanggung dan cegah bersama demi
terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.
II.4
Pencegahan Pencemaran Tanah
1. Remidiasi
Remediasi
adalah
kegiatan
untuk
membersihkan
permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah,
yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan
ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan,
venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang
tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah
itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap,
kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut.
Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang
kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah.
Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah
dengan
menggunakan
mikroorganisme
(jamur,
bakteri).
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat
pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak
beracun (karbon dioksida dan air).
3. Mengurangi pemakaian bahan kimia berbahaya
Di zaman sekarang yang serba instan, pastilah penggunaan
bahan yang kurang menyehatkan bagi tubuh selalu digunakan
sampai akhirnya kita tahu bahwa hal tersebut banyak
menimbulkan
keriguan.
Oleh
karena
itu,
pengurangan
pemakaian bahan kimia harus benar ditegakkan agar terciptanya
asupan gizi 4 sehat 5 sempurna.
4. Tidak membuang sampah sembarangan
Banyak pihak pemerintah yang telah menyelenggarakan
pemisahan dan penggunaan sampah organik dan sampah
anorganik tetapi banyak masyarakat yang masih belum dapat
membedakan antara keduanya itu, terlebih lagi, masih sangat
minimnya jumlah orang yang membuang sampah pada
tempatnya padahal tempat sampah sudah banyak tersedia
dimana-mana.
Demi terciptanya lingkungan yang harmonis, membuang
sampah pada tempatnya merupakan salah satu langkah awal
untuk dilakukan.
Gambar 2.4.4
Tanda peringatan untuk membuang sampah pada tempatnya
5. Melakukan daur ulang sampah dengan baik
Salah satu solusi yang paling efektif mengenai penanganan
sampah yaitu mendaur ulang. Daur ulang diyakini sebagai jalan
keluar dalam mengenai sampah, mendaur ulang adalah proses
pembuatan suatu bahan baku (sampah plastik, kaleng,dll)
menjadi bahan yang layak pakai yang dibuat sesuai kreativitas
kita masing-masing, asalkan barang tersebut setelah didaur
ulang akan tetap berguna dari sebelumnya.
Gambar 2.4.5
Hasil proses daur ulang menjadi bahan layak pakai
II.5
Penanggulangan Pencemaran Tanah
Berikut beberapa cara penanggulangan pencemaran tanah, antara
lain :
1.
Mengadakan penyuluhan tentang pengelolaan sampah
kepada masyarakat
2.
Mengolah limbah industri sebelum dibuang ke lingkungan
3.
Memisahkan sampah organik dengan sampah non organik
4.
Sampah non organik sebaiknya dibakar sampai habis
5.
Penimbuna tanah sehat (sanitary land fill)
Sampah dibuang di tempat tertentu, setelah mencapai
ketinggian tertentu kemudian ditimbun dengan tanah.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa,
- Segala hal mengenai pencemaran dimulai dari perlakuan
manusia terhadap lingkungannya.
- Segala hal yang dilakukan manusia tidak ada batasnya, oleh
karena itu dibuatlah peraturan mengenai larangan membuang
sampah sembarangan, larangan melakukan illegal logging, dll.
- Semakin maju teknologi, semakin manusia butuh alat/perangkat
yang dapat terus mendukung proses kegiatan sehari-hari seperti
industri, dan akan terus membutuhkan juga alat/perangkat
pendukung proses industri demi terciptanya lingkungan yang
bersih dan harmonis.
- Hanya kita, sebagai manusia, yang dapat melakukan pencegahan
serta penanggulangan dengan melakukan gotong royong untuk
mengurangi pencemaran.
Daftar Pustaka
http://dosenbiologi.com/lingkungan/pencemaran-tanah
http://www.posmetroprabu.com/2013/03/limbah-minyak-gold-watercemari.html
http://jokowarino.id/dampak-dan-cara-pencegahan-populasi-dalamtanah/
http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=74152&lokasi=lokal
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
PENCEMARAN TANAH
Disusun Oleh :
Wulan Rosmeinasari (1423127)
Kelompok 5A
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2016
ABSTRAK
Dalam kehidupan kita sudah tidak asing lagi dengan istilah pencemaran,
pencemaran merupakan masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi
dan/ atau komponen lain ke dalam tanah. Tidak dapat dipungkiri jika saat ini
tingkat pencemaran kian meningkat seiring berjalannya kehidupan, pencemaran
dapat diakibatkan oleh proses pembuatan bahan baku menjadi bahan jadi, proses
pembuatan bahan bakar, dll. Dalam menerapkan prinsip bebas dari pencemaran,
cukup banyak penyuluhan dan pencegahan yang telah dilakukan tetapi hasilnya
sangat jarang mencapai kata suskes. Terlebih dahulu kita harus mengetahui apa
pencemaran tanah, apa yang menyebabkan terjadinya pencemaran tanah, dan
bagaimana cara penanggulangannya. Lingkungan yang baik adalah lingkungan
yang bebas dari bahan tercemar.
I.
PENDAHULUAN
Pencemaran
yang
selalu
dibiarkan
terus
menerus
akan
mengakibatkan dampak yang luar biasa, seperti contoh peristiwa yang
telah terjadi yaitu Pencemaran tanah akibat penggunaan pestisida pada
kegiatan pertanian, alhasil sayur-mayur, buah-buahan yang seharusnya
menyehatkan dikonsumsi oleh manusia kini menjadi bahan waspada
yang sebabkan oleh tingkat bahaya yang terkandung dari bahan
pestisida tersebut. Selain itu, peristiwa yang mewakili hal ini adalah
tumpahnya minyak dan kebocoran pipa minyak industri yang dimilikki
oleh PT. Gold Water. Kebocoran pipa tersebut berada sekitar 1 km
sebelum Stasiun Pengumpul (SP) I desa Tangai Ogan Ilir. Tumpahan
minyak mengalir ke saluran air tepi jalan yang bermuara langsung ke
danau kecil dekat pipa bocor tersebut.
Untuk itu terlebih dahulu kita akan membahas hal-hal apa saja
yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah agar situasi kedepan dapat
lebih baik lagi.
II.
ISI
II.1
Definisi Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan
manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami.
Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau
bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan
pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam
lapisan
sub-permukaan;
kecelakaan
kendaraaan
pengangkut
minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan
sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah
secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang
Pengendalian kerusakan tanah untuk produksi bio massa:
“Tanah adalah salah atu komponen lahan berupa lapisan teratas
kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta
mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan
menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.”
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan
tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke
dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian
terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika
bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Gambar 2.1
Illegal Dumping pada salah satu hutan pinus
II.2
Komponen-komponen Bahan Pencemaran Tanah
1. Limbah domestik
Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman
penduduk; perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain;
kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta;
dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.
Gambar 2.2.1
Sampah yang dibuang sembarangan oleh warga setempat
2. Limbah padat
Limbah padat berupa senyawa anorganik yang tidak dapat
dimusnahkan atau diuraikan oleh mikroorganisme seperti
plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan
bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur. Bahan
pencemar itu akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan
datang. Bungkus plastik yang kita buang ke lingkungan akan
tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita
setelah ratusan tahun kemudian.
Sampah
anorganik
tidak
ter-biodegradasi,
yang
menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar
tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan
mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah
mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang akibatnya
tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh
makanan untuk berkembang.
Gambar 2.2.2
Limbah padat yang berupa bahan plastik
3. Limbah Cair
Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap
kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat
membunuh mikro-organisme di dalam tanah. Limbah cair juga
merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi,
misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan
industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen
dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri
pelapisan logam seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah.
Merupakan zat yang sangat beracun terhadap mikroorganisme.
Jika meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi
mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap
kesuburan tanah.
Gambar 2.2.3
Limbah yang disebabkan oleh detergen
4. Limbah industri
Limbah industri berupa limbah padat yang merupakan hasil
buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal
dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula,
pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.
Gambar 2.2.4
Limbah Industri yang dibuang ke sungai
5. Limbah pertanian
Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk
menyuburkan tanah atau tanaman, misalnya pupuk urea dan
pestisida untuk pemberantas hama tanaman. Penggunaan pupuk
yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur
tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak
dapat ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah semakin
berkurang. Dan penggunaan pestisida bukan saja mematikan
hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di
dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah
organisme di dalamnya. Selain itu penggunaan pestisida yang
terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal
terhadap pestisida tersebut.
Gambar 2.2.5
Tanah pertanian yang rusak akibat penggunaan pestisida
II.3
Dampak Pencemaran Tanah
Berbagai
dampak
ditimbulkan
akibat
pencemaran
tanah,
diantaranya:
1. Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung
pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan
populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan
herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi.
Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat
menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada
seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada
konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena
leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat
menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat
diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati.
Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada
saraf
otot.
Berbagai
pelarut
yang
mengandung
klorin
merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan
sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan
yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan
ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Pada
intinya, penggunaan yang berlebihan pada pencemaran tanah
dapat menyebabkan kematian.
Gambar 2.3.2
Beberapa korban keracunan akibat bahan tercemar
2. Pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak
terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal
dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya
bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme
endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut.
Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer
dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar
terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan
tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan
terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan
dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan
terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.
Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti
konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang
telur, meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan
hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme
tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan
hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan
pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu
menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini
memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahanbahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah
utama.
3. Dampak Ekonomi
Manusia merupakan salah satu mahluk yang membutuhkan
energi untuk bekerja, yaitu berupa makanan. Makanan yang kita
konsumsi berasal dari hewan dan tumbuhan, pada tumbuhan
lahan makanan yang kita sebut ladang, seperti padi, perkebunan
teh, perkebunan sayur-mayur, dan perkebunan buah-buahan
merupakan komponen-komponen dalam fungsi metabolisme
tubuh manusia. Tetapi, apa jadinya jika ladang yang kita tanam
mengandung zat berbahaya yang diakibatkan oleh penggunaan
pestisida berlebihan, hal ini akan menyebabkan menurunnya
tingkat panen bagi para petani, terlebih lagi, hasil panen yang
kurang steril tidak akan laku dipasaran dan akan mengakibatkan
kenaikan harga yang drastis sekaligus kelangkaan bahan baku.
Jika sudah seperti itu, perekonomian Indonesia akan menjadi
tidak stabil yaitu banyaknya korban kelaparan akibat harga
pangan yang tinggi.
Gambar 2.3.3
Lahan pertanian yang kritis
4. Dampak Pariwisata
Pariwisata
hidupnya
merupakan
sangat
ditentukan
industri
oleh
yang
keadaan
kelangsungan
lingkungan
(Soemarwoto, 2001). Lokasi yang akan dijadikan tempat wisata
harus memenuhi beberapa kriteria serta ciri khas, seperti
keadaan alam yang masih alami (belum tercemar), kondisi
lingkungan, kondisi air yang dapat digunakan,dll. Dampak jenis
ini tidak hanya berpengaruh pada wisatawan domestik tetapi
juga mancanegara, hal yang dapat kita dapat dari kelalaian kita
menjaga
lingkungan
pada
bidang
pariwisata
adalah
berkurangnya wisatawan yang menyebabkan menurunnya
pendapatan ekonomi lokasi wisata tersebut.
Salah satu contoh peristiwa ini, yaitu Pencemaran lokasi
wisata Pantai Kuta, Bali. Penelitian yang dilakukan oleh tim
peneliti Universitas Indonesia (UI) menyebutkan bahwa :
1.) Kualitas air tanah pada tahun 2004 yang digunakan sebagai
sumber air oleh industri pariwisata di Kuta sebagian telah
tercemar bakteri coli,
dan beberapa parameter melebihi
Baku Mutu (BOD, COD, Fosfat),
2.) Hasil pemantauan kualitas limbah cair yang dibuang di
lingkungan pada tahun 2004 dari 10 titik pemantauan di
semua lokasi menunjukkan hasil 6 dari 7 parameter yang
dipantau berada di atas Baku Mutu (BOD, COD, TSS, NO3,
PO4 dan conform),
3.) Terdapat hubungan yang sangat .kuat antara volume limbah
cair yang dihasilkan dari aktivitas industri pariwisata (hotel
dan restoran) dengan kualitas air tanah. Hubungan yang
sangat kuat ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r =
-0,937). Volume limbah cair yang dibuang ke lingkungan
memberikan kontribusi sebesar 87,8% terhadap kualitas air
tanah (r2 = 0,878). Semakin bertambahnya volume limbah
cair yang dibuang ke lingkungan akan mengakibatkan
menurunnya kualitas air tanah. Hal ini sesuai dengan
persamaan regresi linier sederhana yang dihasilkan yaitu, Y
= 86,39 - 0,000016 X.
Gambar 2.3.4
Suasana Pantai Kuta yang penuh dengan sampah
5. Dampak Sosial
Membuang sampah secara sembarangan merupakan
salah satu hal yang dilarang oleh pihak berwenang tetapi
tidak dapat kita pungkiri jika saat ini pun masih sangat
banyak orang yang membuang sampah tidak pada
tempatnya yang menyebabkan timbulnya pemberontakan
antar warga karena lingkungan jalanan atau sekitar tempat
tinggalnya
telah
dicemari
oleh
pihak
yang
tidak
bertanggung jawab. Sungguh ironi, jika ikatan silaturahmi
antar warga lepas hanya karena masalah sampah yang
seharusnya kita tanggung dan cegah bersama demi
terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.
II.4
Pencegahan Pencemaran Tanah
1. Remidiasi
Remediasi
adalah
kegiatan
untuk
membersihkan
permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah,
yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan
ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan,
venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang
tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah
itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap,
kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut.
Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang
kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah.
Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah
dengan
menggunakan
mikroorganisme
(jamur,
bakteri).
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat
pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak
beracun (karbon dioksida dan air).
3. Mengurangi pemakaian bahan kimia berbahaya
Di zaman sekarang yang serba instan, pastilah penggunaan
bahan yang kurang menyehatkan bagi tubuh selalu digunakan
sampai akhirnya kita tahu bahwa hal tersebut banyak
menimbulkan
keriguan.
Oleh
karena
itu,
pengurangan
pemakaian bahan kimia harus benar ditegakkan agar terciptanya
asupan gizi 4 sehat 5 sempurna.
4. Tidak membuang sampah sembarangan
Banyak pihak pemerintah yang telah menyelenggarakan
pemisahan dan penggunaan sampah organik dan sampah
anorganik tetapi banyak masyarakat yang masih belum dapat
membedakan antara keduanya itu, terlebih lagi, masih sangat
minimnya jumlah orang yang membuang sampah pada
tempatnya padahal tempat sampah sudah banyak tersedia
dimana-mana.
Demi terciptanya lingkungan yang harmonis, membuang
sampah pada tempatnya merupakan salah satu langkah awal
untuk dilakukan.
Gambar 2.4.4
Tanda peringatan untuk membuang sampah pada tempatnya
5. Melakukan daur ulang sampah dengan baik
Salah satu solusi yang paling efektif mengenai penanganan
sampah yaitu mendaur ulang. Daur ulang diyakini sebagai jalan
keluar dalam mengenai sampah, mendaur ulang adalah proses
pembuatan suatu bahan baku (sampah plastik, kaleng,dll)
menjadi bahan yang layak pakai yang dibuat sesuai kreativitas
kita masing-masing, asalkan barang tersebut setelah didaur
ulang akan tetap berguna dari sebelumnya.
Gambar 2.4.5
Hasil proses daur ulang menjadi bahan layak pakai
II.5
Penanggulangan Pencemaran Tanah
Berikut beberapa cara penanggulangan pencemaran tanah, antara
lain :
1.
Mengadakan penyuluhan tentang pengelolaan sampah
kepada masyarakat
2.
Mengolah limbah industri sebelum dibuang ke lingkungan
3.
Memisahkan sampah organik dengan sampah non organik
4.
Sampah non organik sebaiknya dibakar sampai habis
5.
Penimbuna tanah sehat (sanitary land fill)
Sampah dibuang di tempat tertentu, setelah mencapai
ketinggian tertentu kemudian ditimbun dengan tanah.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa,
- Segala hal mengenai pencemaran dimulai dari perlakuan
manusia terhadap lingkungannya.
- Segala hal yang dilakukan manusia tidak ada batasnya, oleh
karena itu dibuatlah peraturan mengenai larangan membuang
sampah sembarangan, larangan melakukan illegal logging, dll.
- Semakin maju teknologi, semakin manusia butuh alat/perangkat
yang dapat terus mendukung proses kegiatan sehari-hari seperti
industri, dan akan terus membutuhkan juga alat/perangkat
pendukung proses industri demi terciptanya lingkungan yang
bersih dan harmonis.
- Hanya kita, sebagai manusia, yang dapat melakukan pencegahan
serta penanggulangan dengan melakukan gotong royong untuk
mengurangi pencemaran.
Daftar Pustaka
http://dosenbiologi.com/lingkungan/pencemaran-tanah
http://www.posmetroprabu.com/2013/03/limbah-minyak-gold-watercemari.html
http://jokowarino.id/dampak-dan-cara-pencegahan-populasi-dalamtanah/
http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=74152&lokasi=lokal