SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM MUHAMMAD IQBAL

SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM
“MUHAMMAD IQBAL”

Dosen Pengampu : SaifulBakhri M.M

Disusn oleh :
Aini Wardatus Sholihah

Progam Study Perbankan Syariah
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SALAHUDDIN PASURUAN
Tahun Akademik 2017/2018
2018
PEMIKIRAN MUHAMMAD IQBAL

BIOGRAFI MUHAMMAD IQBAL
Muhammad Iqbal (Urdu: ‫ )محمد اقبال‬dikenal juga sebagai Allama Iqbal (Urdu: ‫علمہ‬
‫)اقبال‬, adalah seorang penyair, politisi, dan filsuf besar abad ke-20. Selain itu ia juga seorang
ahli hukum, politikus, reformis sosial, dan sarjana Islam yang besar.
Kontribusi Muhammad Iqbal kepada dunia Muslim sebagai salah satu pemikir
terbesar Islam tetap tak tertandingi. Dalam tulisannya, ia berbicara dan mendesak orang,
khususnya kaum muda, untuk berdiri dan berani menghadapi tantangan hidup. Tema sentral

dan sumber utama pesannya adalah Al-Qur'an.
Muhammad Iqbal menganggap Qur'an tidak hanya sebagai buku agama (dalam arti
tradisional) tetapi juga sumber prinsip dasar yang di atasnya infrastruktur organisasi harus
dibangun sebagai sistem yang hidup koheren. Menurut Muhammad Iqbal, sistem ini hidup
ketika diimplementasikan sebagai kekuatan hidup adalah ISLAM. Karena didasarkan pada
nilai permanen (absolut) yang terdapat dalam Al Qur'an, sistem ini memberikan harmoni
yang sempurna, keseimbangan, dan stabilitas dalam masyarakat dari dalam dan sumber
keamanan dan perisai dari luar. Hal ini juga memberikan kebebasan memilih dan kesempatan
yang sama untuk pengembangan kepribadian untuk semua orang dalam pedoman Qur'an.
Dengan demikian, menurut Muhammad Iqbal, Islam bukanlah agama di mana individu
berusaha untuk berhubungan subjektif pribadi dengan Tuhan dengan harapan keselamatan
pribadi seperti yang dilakukan dalam sistem sekuler. Muhammad Iqbal tegas menentang

teokrasi dan kediktatoran dan menganggap mereka bertentangan dengan semangat bebas dari
Islam.
Kemanusiaan, secara keseluruhan, tidak pernah menghadapi tantangan yang
ditimbulkan oleh besarnya dan kompleksitas masalah manusia, seperti itu menghadapi hari.
Masalah telah diambil pada dimensi global sekarang dan melampaui hambatan ras, warna
kulit, bahasa, geografi, dan ideologi sosial, politik dan agama. Sebagian besar masalah
manusia bersifat universal di alam dan, oleh karena itu, memerlukan pendekatan

solusi universal. Pesan yang universal Muhammad Iqbal merupakan upaya untuk mengatasi
tantangan yang dihadapi oleh umat manusia.
Allama Iqbal lahir pada 9 November 1877 di Sialkot, Punjab, British India. Ia
dianggap sebagai salah satu tokoh paling penting dalam sastra Urdu, dengan karya sastra
yang ditulis baik dalam bahasa Urdu maupun Persia. Iqbal dikagumi sebagai penyair klasik
menonjol oleh sarjana-sarjana sastra dari Pakistan, India, maupun secara internasional.
Meskipun Iqbal dikenal sebagai penyair yang menonjol, ia juga dianggap sebagai "pemikir
filosofis Muslim di masa modern".
Buku puisi pertamanya, Asrar-e-Khudi, juga buku puisi lainnya termasuk Rumuz-iBekhudi, Payam-i-Mashriq dan Zabur-i-Ajam;; dicetak dalam bahasa Persia pada 1915. Di
antara karya-karyanya, Bang-i-Dara, Bal-i-Jibril, Zarb-i Kalim dan bagian dari Armughan-eHijaz merupakan karya Urdu-nya yang paling dikenal. Bersama puisi Urdu dan Persia-nya,
berbagai kuliah dan surat dalam bahasa Urdu dan Bahasa Inggris-nya telah memberikan
pengaruh yang sangat besar pada perselisihan budaya, sosial, religius dan politik selama
bertahun-tahun. Pada 1922, ia diberi gelar bangsawan oleh Raja George V, dan memberinya
titel "Sir".
Ketika mempelajari hukum dan filsafat di Inggris, Iqbal menjadi anggota "All India
Muslim League" cabang London. Kemudian dalam salah satu ceramahnya yang paling
terkenal, Iqbal mendorong pembentukan negara Muslim di Barat Daya India. Ceramah ini
diutarakan pada ceramah kepresidenannya di Liga pada sesi Desember 1930. Saat itu ia
memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Quid-i-Azam Mohammad Ali Jinnah.
Iqbal dikenal sebagai Shair-e-Mushriq (Urdu: ‫ )شاعر مشرق‬yang berarti "Penyair dari

Timur". Ia juga disebut sebagai Muffakir-e-Pakistan ("The Inceptor of Pakistan") dan
Hakeem-ul-Ummat ("The Sage of the Ummah"). Di Iran dan Afganistan ia terkenal sebagai
Iqbāl-e Lāhorī (‫" اقبههال هاههوری‬Iqbal dari Lahore"), dan sangat dihargai atas karya-karya
berbahasa Persia-nya. Pemerintah Pakistan menghargainya sebagai "penyair nasional",

hingga hari ulang tahunnya (‫ – یههو لهات محمههد اقبههال‬Yōm-e Welādat-e Muḥammad Iqbāl)
merupakan hari libur di Pakistan.
Muhammad Iqbal meninggal pada 21 April 1938 (umur 60) di Lahore, Punjab, British
India.
HASIL PEMIKIRAN POLITIK MUHAMMAD IQBAL
Sepulangnya dari Eropa, Muhammad Iqbal kemudian terjun kedunia politik dan
bahkan menjadi tulang punggung Partai Liga Muslim India. Ia terpilih menjadi anggota
legistalif Punjab dan pada tahun 1930 terpilih sebagai Presiden Liga Muslim.
Pemikiran dan aktivitas Iqbal untuk mewujudkan Negara Islam ia tunjukkan sejak
terpilih menjadi Presidaen Liga Muslimin tahun 1930. Ia memandang bahwa tidaklah
mungkin umat Islam dapat bersatu dengan penuh persaudaraan dengan warga India yang
memiliki keyakinan berbeda. Oleh karenanya ia berfikir bahwa kaum muslimin harus
membentuk Negara sendiri. Ide ini ia lontarkan keberbagai pihak melalui Liga Muslim dan
mendapatkan dukungan kuat dari seorang politikus muslim yang sangat berpengaruh yaitu
Muhammad Ali Jinnah (yang mengakui bahwa gagasan Negara Pakistan adalah dari Iqbal),

bahkan didukung pula oleh mayoritas Hindu yang saat itu sedang dalam posisi terdesak saat
menghadapi front melawan Inggris.
Sebagai seorang negarawan yang matang tentu pandangan-pandangannya terhadap
ancaman luar juga sangat tajam. Bagi Iqbal, budaya Barat adalah budaya imperialisme,
materialisme, anti spiritual dan jauh dari norma insani. Karenanya ia sangat menentang
pengaruh buruk budaya Barat. Dia yakin bahwa faktor terpenting bagi reformasi dalam diri
manusia adalah jati dirinya. Dengan pemahaman seperti itu yang ia landasi diatas ajaran
Islam maka ia berjuang menumbuhkan rasa percaya diri terhadap umat Islam dan identitas
keislamannya. Umat Islam tidak boleh merasa rendah diri menghadapi budaya Barat. Dengan
cara itu kaum muslimin dapat melepaskan diri dari belenggu imperialis.
Paham Iqbal yang mampu mambangunkan kaum muslimin dari tidurnya adalah
“dinamisme Islam” yaitu dorongannya terhadap umat Islam supaya bergerak dan jangan
tinggal diam. Intisari hidup adalah gerak, sedang hukum hidup adalah menciptakan, maka
Iqbal menyeeru kepada umat Islam agar bangun dan menciptakan dunia baru. Begitu tinggi ia
menghargai gerak, sehingga ia menyebut bahwa seolah-lah orang kafir yang aktif kreatif
"lebih baik" dari pada muslim yang "suka tidur".
Muhammad Iqbal juga memiliki pandangan politik yang khas yaitu; gigih menentang
nasionalisme yang mengedepankan sentiment etnis dan kesukuan (ras). Bagi dia, kepribadian

manusia akan tumbuh dewasa dan matang di lingkungan yang bebas dan jauh dari sentiment

nasionalisme.
Dengan gerakan membangkitkan Khudi (pribadi; kepercayaan diri) inilah Muhammad
Iqbal dapat mendobrak semangat rakyatnya untuk bangkit dari keterpurukan yang dialami
dewasa ini. Ia kembalikan semangat sebagaimana yang dulu dapat dirasakan kejayaannya
oleh ummat Islam. Ujung dari konsep kedirian inilah yang pada akhirnya membawa Pakistan
merdeka dan ia disebut sebagai Bapak Pakistan.
HASIL PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MUHAMMAD IQBAL
Pemikirannya tentang ekonomi Islam terfokus pada konsep-konsep umum yang
mendasar. Ia menganalisis dengan tajam kelemahan kapitalisme dan komunisme, kemudian
ia menampilkan suatu pemikiran yang mengambil “jalan tengah” yang sebenarnya telah
dibuka oleh Islam.
Muhammad Iqbal sangat memperhatikan aspek social masyarakat, ia menyatakan
bahwa keadilan social masyarakat adalah tugas besar yang harus diemban suatu negara. Zakat
dianggap mempunyai posisi yang strategis untuk mewujudkan keadilan social disamping
zakat juga merupakan kewajiban dalam Islam. Meskipun didunia luas ia lebih dikenal sebagai
filosof, sastrawan atau juga pemikir politik, Muhammad Iqbal sebenarnya juga memiliki
pemikiran-pemikiran ekonomi yang brilian. Pemikirannya memang tidak berkisar hal-hal
teknis dalam ekonomi, tetapi lebih kepada konsep konsep umum yang mendasar.
Dalam karyanya Puisi dari Timur ia menunjukkan tanggapan Islam terhadap
Kapitalisme Barat dan reaksi ekstrim dari Komunisme. Semangat Kapitalisme, yaitu

memupuk kapital atau materi sebagai nilai dasar sistem ini, bertentangan dengan semangat
Islam. Demikian pula semangat Komunisme yang banyak melakukan paksaan kepada
masyarakat juga bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Pada zaman itu, umat Islam identik
dengan kemiskinan. Hal tersebut dikarenakan mayoritas orang yang memeluk agama Islam
hidup dalam tingkat ekonomi yang rendah. Menurut Iqbal, itu terjadi dikarenakan etos kerja
dari umat Islam yang semakin melemah.
Muslim tradisional yang hidup pada zaman itu bersikap konservatif atas kemajuan
yang terjadi. Mereka berpikiran picik dan gemar bertaklid pada ulam yang pandangan
keagamaannya mandeg total. Karena golongan ini sangat benci kepada Inggris, maka segala
hal yang berasal dari barat mereka tolak. Mereka tumbuh menjadi golongan yang picik dan
tertutup. Mereka tidak mau mempelajari ilmu pengetahuan modern sebab berasal dari barat
dan tidak juga mau belajar bahasa Inggris untuk meningkatkan pengetahuannya. Iqbal pun

memandang golongan ini sebagai kelompok sosial yang telah kehilangan khudi atau dirinya
yang sejati. Di tangan mereka agama jatuh menjadi sehimpunan upacara dan bentuk
peribadatan formal yang tidak membawa transformasi dan perubahan yang bermakna kepada
penganutnya.
Oleh sebab itu, dalam hal ilmu pengetahuan maupun perekonomian, umat Islam
cenderung stagnan tanpa ada ghirah untuk mencapai kemajuan. Keadilan sosial merupakan
aspek yang mendapat perhatian besar dari Iqbal, dan ia menyatakan bahwa Negara memiliki

tugas yang besar untuk mewujudkan keadilan sosial ini. Zakat, yang hukumnya wajib dalam
Islam, dipandang memiliki posisi yang strategis bagi penciptaan masyarakat yang adil. Jika
Islam ingin maju seperti zaman kemajuan pada masa Abbasiyah, umat Islam harus kerja
sungguh-sungguh, tampilkan bukti, tunjukkan prestasi bukan lamunan. Kerja sungguhsungguh akan mengangkat derajat bangsa menuju kemenangan. Iqbal ingin membangkitkan
etos kerja Islam.
Etos kerja Islam pada hakikatnya merupakan bagian dari konsep Islam tentang
manusia yang menyejarah dalam jatuh bangunnya kebudayaan tersebut. Karena itu, etos kerja
Islam adalah bagian dari proses eksistensi diri manusia dalam berbagai lapangan kehidupan
manusia yang amat luas dan kompleks. Peradaban-peradaban lampau dikenal karena
meninggalkan karyanya bagi generasi belakangan. Iqbal tidak berpendapat bahwa Baratlah
yang harus dijadikan contoh sebagai model. Kapitalisme dan imperialisme Barat tak dapat
diterimanya. Barat menurut penilaiannya amat dipengaruhi oleh materialisme dan telah mulai
meninggalkan agama, yang harus diambil umat Islam dari Barat hanyalah ilmu
pengetahuannya. Bagi Iqbal materialisme merusak nilai-nilai yang lebih tinggi.

KESIMPULAN
Muhammad Iqbal menganggap zakat yang hukumnya wajib dalam Islam, memiliki posisi
yang strategis bagi penciptaan masyarakat yang adil. Beliau pun tidak dapat menerima
kapitalisme dan imperialisme barat. Barat menurut penilaiannya amat dipengaruhi oleh
materialisme dan telah mulai meninggalkan agama, yang harus diambil umat Islam dari Barat

hanyalah ilmu pengetahuannya. Bagi Iqbal materialisme merusak nilai-nilai yang lebih tinggi.