PARIWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS konsep PEMBER

PARIWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DI BUMI SAKTI ALAM KERINCI

Dovel Pirmanto
pirmantodovel@gmail.com

Abstrak
Perkembangan

pariwisata

menjadi

salah

satu

faktor

dalam


perkembangan, pembangunan, dan kemajuan suatu Negara. Saat ini Indonesia
sedang membangun dan mengembangkan pariwisata di seluruh Provinsi di
Indonesia. Salah satunya Provinsi Jambi, Provinsi Jambi di kenal dengan
perkembangan industri dan tambang namun, menyimpan kekayaan alam yang
begitu besar menjadi potensi wisata yang luar biasa dan memiliki adat dan
budaya yang unik. Penelitian ini membahas tentang pembangunan dan
pengelolaan

pariwisata

berbasis

pemberdayaan.

Strategi

dalam

mengembangkan pariwisata berkelanjutan. Prinsip dalam mengembangankan
pariwisata berkelanjutan berbasis pemberdayaan masyarakat. Hasil yang di

harapkan dari penelitian ini memberikan masukan ke pada pemerintah dan
masyarakat Kabupaten Kerinci dalam mengelola pariwisata yang lebih baik.
Kata kunci : Pariwisata , Berkelanjutan, Pemberdayaan Masyarakat, Bumi Sakti
Alam Kerinci.
Abstract
The development of tourism is one factor in the growth, development, and
progress of a country. Currently, Indonesia is building and developing tourism
across the province in Indonesia. One of them Jambi, Jambi province known as
industrial and mining development however, save natural resources so big
become tremendous tourism potential and have unique customs and culture.
This study discusses the development and management of tourism-based
empowerment.

Strategies

in

developing

sustainable


tourism.

Mengembangankan principle in sustainable tourism based on community

empowerment. Results are expected from this study provide input to the
government and society in managing tourism Kerinci better.
Keywords: Tourism, Sustainable, Community Empowerment, Bumi Sakti Alam
Kerinci.

I.

PENDAHULUAN
Pada Era Globalisasi saat ini dunia pariwisata menjadi suatu hal

yang berpengaruh penting dalam pembangunan dan perkembangan
suatu Negara. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pembangunan dan
pengembangan dalam sektor pariwisata di berbagai wilayah di Indonesia.
Pariwisata menjadi salah satu sektor yang akan membantu mewujudkan
Indonesia sebagai foros maritim dunia. Sektor pariwisata dikembangkan

karena dianggap menjadi sumber industri andalan yang dapat
memberikan

lapangan

pekerjaan,

mengunutngkan

masyarakat,

pemerintah, maupun pihak swasta, serta menggeser kegiatan-kegiatan
industri manufaktur dan kegiatan ekonomi lainnya yang dapat
mengeksploitasi sumber daya alam. Oleh karena itu pengembangan di
sektor pariwisata gencar dilakukan di berbagai wilayah Indonesia saat ini.
Ada beberapa faktor pendorong Indonesia melakukan pengembangan
pada sektor pariwisata adalah:
1. Berkurangnya peranan minyak bumi sebagai sumber devisa
Negara jika dibandingkan dengan waktu lain.
2. Merosotnya nilai ekspor pada sektor nonmigas.

3. Adanya

kecenderungan

peningkatan

pariwisata

secara

konstisten.
4. Besarnya potensi yang memiliki oleh bangsa Indonesia bagi
pengembangan pariwisata.
Saat ini perkembangan pariwisata secara maksimal sebagian
besar berfokus didaerah Jawa, Bali, dan daerah timur Indonesia karena

dianggap memiliki potensi alam dan nilai pasar yang tinggi. Sedangkan
wilayah Sumatera yang melakukan pembangunan pariwisata maksimal
serta dikenal oleh khalayak ramai seperti Sumatera Utara yang terkenal
dengan Danau Toba, Sumatera Selatan yang terkenal dengan Sungai

Musi dan Jembatan Ampera, Sumatera Barat yang terkenal dengan Jam
Gadang. Provinsi Jambi yang merupakan salah satu provinsi dibagian
Pulau Sumatra adalah wilayah yang kurang terdengar dalam sektor
pariwisata melainkan diketahui sebagai wilayah yang kaya akan hutan
lebat, tambang, dan kelapa sawit. Namun, kenyataannya Jambi memiliki
potensi wisata yang beragam dan indah. Serta tidak tertinggal dari
keindahan wisata di Provinsi lain di Indonesia.
II.
METODE
2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kerinci yang terletak
di Provinsi Jambi.
2.2 Jenis dan Sumber Data
Menurut sifatnya, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
dapat dibedakan menjadi dua yaitu : (1) Data Kualititif, yaitu : data ini
meliputi ide, ungkapan pandangan dari tokoh masyarakat setempat,
pengelola tempat wisata, pemandu wisata, Pemda Kerinci (Dinas
Pariwisata Kabupaten Kerinci). (2) Data Kuantitatif, yaitu : data ini berupa
kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kerinci.
III.

HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Potensi Pariwisata Kabupaten Kerinci
Kabupaten Kerinci salah satu daerah di Provinsi Jambi yang
dominan dalam sektor pariwisata yang dikenal dengan “Bumi Sakti Alam
Kerinci” yang diyakini bahwa Kerinci merupakan daerah sakti yang
memikat para pengunjung. Diantara banyaknya daya tarik wisata yang
unggul adalah Gunung Kerinci, Danau Kerinci, Perkebunan Teh Kayu

Aro, Air Terjun Telun Berasap, Air Panas Semurup, Danau Kaco, Danau
Gunung Tujuh, Danau Kaco, dan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Melihat banyaknya daya tarik wisata unggulan diatas merupakan
suatu potensi yang menarik menjadi magnet utama bagi dunia
kepariwisatawan di Provinsi Jambi Khususnya dan di Indonesia pada
umumnya. Para ahli geologi dan ekologi dunia menjuluki Kerinci sebagai
daerah ”3Ter” yaitu memiliki Gunung Kerinci sebagai “Atap Sumatera”
(Top Of Sumatera) atau kadang dikatan sebagau Gunung Vulkanik
Tertinggi di Indonesia. Sejalan dengan hal itu, Danau Gunung Tujuh
merupakan Danau Tertinggi di Asia Tenggara, dan perkebunan The Kayu
Aro merupakan kebun The Terluas di Asia Tenggara. Kemudian, selain
potensi “3Ter” tersebut Kerinci memiliki bentangan alam yang terdiri dari

gugusan pegunungan yang senatiasa di selimuti awan dan embun serta
lembah menawan yang terhampar luas membentuk kantung (engclave)
yang unik, spesifik dan merupakan engclave terluas yang pernah dihuni
manusia di dunia. Luasnya mencapai 1.484.650 Hektar dengan garis
keliling 530 Km, sebagian besar dari kawasan ini dikelilingi hutan
belantara liar dan basah dengan berbagai tingkat keragaman hayati, flora
dan fauna di kawasan hutan lindung Taman Nasional Kerinci Seblat
(TNKS) yang merupakan salah satu paru-paru dunia.
Fauna khas yang menghuni Taman Nasional Kerinci Sebalat
adalah Harimau Sumatera, kemudian Flora khas Taman Nasional Kerinci
Seblat adalah Bunga Reflesia (Raflesia arnoldi), Bunga Bangkai
(Amorphophallus titanium), dan tumbuhan langka endemik seperti pinus
Kerinci (Pinus merkusii strain kerinci). Di kawasan Gunung Kerinci
terdapat misteri sejarah alam terbesar di Asia yaitu hidupnya “orang
pendek kaki terbalik” yang merupakan makhluk dengan ukuran tinggi 1
meter menyerupai menusia tetapi terdapat banyak bulu di wajah dan
memiliki kaki yang terbalik kebelakang (kaki terbalek). Sehingga saat ini
misteri tersebut belum terpecahkan. Keberadaan orang kerdil ini telah

memancing ahli binatang untuk mendaftarkan laporan makhluk misterius

di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat lebih dari 150 tahun yang lalu
dan masuk ke dalam salah satu studi Cryptozoology.
Ekspedisi pencarian Orang Pendek sudah beberapa kali dilakukan
salah satunya adalah ekspedisi yang di danai oleh National Geograpic
Society.

National

Geograpic

Society

sangat

tertarik

mengenai

keberadaan orang pendek di Gunung Kerinci. Bahkan, beberapa peneliti
telah mereka kirimkan ke Kerinci untuk melakukan penelitian mengenai

makhluk tersebut. Namun, tidak ada hasil sampai saat ini. Keberadaan
orang pendek berkembang menjadi mitos menarik yang turun temurun
oleh masyarakat Kerinci. Oleh karena itu pujangga besar alam Kerinci
yang bernama Gazali Burhan Riodjaselain mengibaratkan Kerinci
sebagai sekepal tanah dari surga, sebuah anugerah untuk dunia. Ia juga
menjuluki Kerinci sebagai “Bumi Sakti Alam Kerinci”.
Kerinci sebagai daerah yang memiliki banyak daya tarik wisata
terus membenahi sektor pariwisata guna menambah daya tarik
wisatawan ke daerah Kerinci sehingga dapat menambah Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Data jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan
wisatawan dari mancanegara yang dating dan berkunjung ke Kabupaten
Kerinci sebagai berikut:

Tabel 3.1
Data Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatawan
Mancanegara ke Kabupaten Kerinci
Tahun 2009-2014
No

Tahun


Wisatawan

Wisatawan

Nusantara

Mancanegara

Jumlah

Presentase

1.

2009

221.036

2.182

223.218

2.

2010

252.036

980

253.016

11,77%

3.

2011

29.098

157

29.255

-764%

4.

2012

26.895

915

27.810

-5,23%

5.

2013

38.985

1.235

40.220

32%

6.

2014

32.851

815

33.666

-23,13%

Sumber : Kerinci Dalam Angka 2014

Berdasarkan Tabel 3.1 diatas tentang kunjungan wisatawan
nusantara dan wisatawan mancanegara ke Kabupaten Kerinci, pada
tahun 2009 wisatawan nusantara sebanyak 221.036 orang sedangkan
wisatawan

mancanegara

sebanyak

2.182

orang

sehingga

total

wisatawan ke Kabupaten Kerinci pada tahun 2009 adalah 223.218.
kemudian pada tahun 2010 wisatawan nusantara sebanyak 252.036
orang, wisatawan mancanegara sebanyak 980 orang sehingga, total
wisatawan yang berkunjung tahun 2010 adalah 253.016 orang, pada
tahun 2010 ini mengalami peningkatan sebesar 11,77% dari tahun 2009.
Pada tahun 2011 wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Kerinci
mengalami kemunduran dari dua tahun sebelumnya yang sangat
signifikan yaitu -76% terbukti dengan jumlah wisatawan yang berjumlah
29.255 orang. Kemudian, pada tahun 2012 wisatawan mancanegara
adalah 915 orang, wisatawan nusantara berjumlah 26.895 orang dengan
total jumlah wisatawan adalah 27.810 orang, jumlah ini bernilai kecil jika
dibandingkan pada tahun sebelumnya dan mengalami presentase
penurunan sebanyak -5,2%. Pada tahun 2013 jumlah wisatawan

nusantara adalah 38.985 orang, wisatawan mancanegara 1.235 orang
sehingga, jumlah secara keseluruhan 40.220 orang. Pada tahun 2013 ini
kunjungan wisatawan naik hingga 32% dari tahun sebelumnya. Pada
tahun 2014 kunjungan wisatawan kembali mengalami penurunan jumlah
kunjungan wisatawan sebesar -23% dari tahun 2013 yaitu hanya 33.666
orang. Jadi, kesimpulan dari table 3.1 diatas adalah kunjungan wisatawan
ke Kabupaten Kerinci mengalami kemerosotan yang sangat banyak dan
dinilai tidak adanya kemajuan peningkatan kunjungan wisatawan.
Salah satu upaya pemerintah dalam memajukan pariwisata kerinci
adalah dengan diadakannya event Festival Masyarakat Peduli Danau
Kerinci (FMPDK) yang di selenggarakan setiap tahunnnya. Hal ini tentu
memberikan kesenangan dan terapi bagi masyarakat dan wisatawan
yang datang. Pengelolaan yang tidak professional terhadap kawasan,
elemen lanskap dan elemen pendukungnya, menyebabkan kawasan
objek wisata menjadi tempat yang panas, gersang, dan bernilai estetika
rendah sehingga tingkat kunjungan semakin rendah. Oleh karena itu
diperlukan pedoman atau acuan pengembangan dan pengelolaan
kawasan Objek Wisata Danau Kerinci (OWDK), untuk mewujudkan
terbangunnya suatu kawasan wisata yang memberikan daya tarik
terhadap pengungjung dan memiliki nilai estetika yang tinggi serta
memberi

pendapatan

pemerintah

daerah

dalam

pemberdayaan

masyarakat.
Kawasan yang tidak tergarap dengan optimal, semestinya dengan
adanya pengembangan terarah maka Kerinci akan menjadi salah satu
daerah pariwisata yang luar biasa (good tourism) di Sumatera karena
Alam dan Budaya yang unik. Suatu hal yang terlihat adalah
kepariwisataan Kerinci hingga saat ini hanya berjaalan di tempat, bahkan
mengalami kemerosotan. Indikasinya tidak pernah terjadi peningkatan
jumlah wisatawan yang tertera pada table 3.1, tidak berkembangnya
industri perhotelan dan restoran. Hal tersebut terjadi tidak adanya

perencanaan serta strategi yang matang, tidak adanya sinergisitas antara
lembaga pengelola, baik pemerintah maupun pihak swasta dengan
masyarakat. Akibatnya masyarakat dan daerah tidak pernah merasakan
dampak dari perkembangan kepariwisataan tersebut yang semestinya
mereka merasakan sendiri secara langsung.
3.2 PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Pembangunan berkelanjutan sebenarnya sudah lama menjadi
perhatian para ahli. Namun istilah keberlajutan (sustainability) sendiri
baru muncul beberapa decade yang lalu, walaupun perhatian terhadap
keberlanjutan sudah dimulai sejak Malthus pada tahun 1798 yang
mengkhawatirkan ketersedian lahan di Inggris akibat ledakan penduduk
yang pesat. Satu setengah abad kemudian, perhatian terhadap
keberlanjutan ini semakin mengental setelah Meadow dan kawan-kawan
pada tahun 1972 menerbitkan publikasi yang berjudul The Limit to Growth
(Meadowet al.,1972) dalam kesimpulannya, bahwa pertumbuhan
ekonomi akan sangat dibatasi oleh ketersediaan sumber daya alam.
Dengan ketersediaan sumber daya alam yang terbatas, arus barang dan
jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam tidak akan selalu bisa
dilakukan secara terus menerus (on sustainable basis).
Meskipun mendapat kritikan yang tajam dari para ekonom karena
lemahnya Fundamental ekonomi yang digunakan dalam model The Limit
to Growth, namun buku tersebut cukup menyadarkan manusia akan
pentingnya pembangunan yang berkelanjutan. Karena itu perhatian
terhadap aspek keberlanjutan ini mencuat kembali ketika pada tahun
1987 World Commission on Environment and Development (WCED) atau
dikenal sebagai Brundland Commission menerbitkan buku berjudul Our
Common Future. Publikasi ini kemudian memicu lahirnya agenda baru
mengenai konsep pembangunan ekonomi dan keterkaitannya dengan
lingkungan dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan. Agenda ini

sekaligus menjadi tantangan konsep pembangunan ekonomi neo-klasikal
yang merupakan konsep pembangunan Konvensional yang selama ini
dikenal, yang menyatakan bahwa sustainable development is one that
meets the needs of the present without comprimising the ability of the
future generations to meet their own need atau pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa
kini tanpa berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhankebutuhan generasi yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan
adalah sebagai upaya manusia untuk memperbaiki mutu kehidupan
dengan tetap berusaha tidak melampaui ekosistem yang mendukung
kehidupannya. Dewasa ini masalah pembangunan berkelanjutan telah
dijadikan sebagai isu penting yang perlu terus di sosialisasikan ditengah
masyarakat agar masyarakat maupun Negara kita dapat bersaing dan
berkembang mengikuti perkembangan jaman secara globalisas.
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah
sebuah upaya pembangunan suatu negara yang meliputi aspek ekonomi,
sosial, lingkungan bahkan budaya untuk kebutuhan masa kini tetapi tidak
mengorbankan atau mengurangi kebutuhan generasi yang akan datang
serta sehingga dapat menciptakan masyarakat yang dapat berinteraksi
satu sama lain dan dengan lingkungan hidup.
3.3

ASPEK

YANG

MEMPENGARUHI

BERKELANJUTAN

Ekonomi

Lingkungan

Sosial

PEMBANGUNAN

Maksud dari lingkaran adalah keberlanjutan ekonomi, lingkungan
dan social digambarkan sebagai lingkaran yang saling menutupi
sebagaian dengan keberlanjutan (sustainability) sebagai keadaan di
tengah-tengahnya.
3..1 Aspek Ekonomi
Meliputi aspek ekonomi, pembangunan berkelanjutan berkaitan
erat dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk
memajukan ekonomi dalam jangka panjang dan dapat meningkatkan
kesejahteraan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan alam,
masyarakat dan ekonomi untuk menaikan kesejahteraan generasi masa
depan. Jadi, jika generasi saat ini bisa maju maka masyarakat bisa
mencapai kesejahteraan. Sehingga kemudian terdapat alur ekonomi
yang berjalan terus menerus, tanpa mengurangi tingkat kesejahteraan
dari generasi ke generasi.
Aspek yang terdiri dari ekonomi sebagai berikut :
-

memaksimalkan kesejahteraan manusia.

-

memastikan adanya efisiensi dalam penggunaan sumberdaya
alam.

-

menciptakan iklim usaha.

3..2 Aspek Sosial
Aspek sosial, maksudnya dipengaruhi oleh manusia sebagai
pendukung komunitas dalam hal interaksi, interrelasi dan interdependesi.
Hal-hal yang merupakan perhatian utama dalam aspek sosial adalah
stabilitas penduduk, pemenuhan kebutuhan dasar manusia, pertahanan
keanekaragaman budaya dan partisipasi masyarakat lokal dalam
pengambilan keputusan.

Aspek yang terdiri dari sosial sebagai berikut :
-

memastikan adanya distribusi yang baik dari biaya dan
keuntungan dari pembangunan disemua aspek kehidupan.

-

menghargai dan meningkatkan perhatian terhadap hak asasi
manusia,termasuk kebebasan masyarakat dan politik,budaya
ekonomi dan keamanan.

Aspek yang terdiri dari pemerintahan sebagai berikut :
-

mendukung wakil rakyat dengan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengambilan keputusan.

-

mendorong

kebesaan

usaha

dengan

memberikan

insentif,kebijakan dan system yang mendukung.
-

meningkatkan transparansi dalam pengambilan keputusan dan
akurasi informasi.

-

meningkatkan akuntabilitas.

3.3 Aspek Lingkungan
Faktor lingkungan (ekologi) yang diperlukan untuk mendukung
pembangunan yang berkelanjutan, aspek ekologi merupakan aspek yang
banyak disorot ketika membahas tentang sustainable design. Hal ini
disebabkan karena aspek ini terkait langsung dengan faktor-faktor alami
yang ada di bumi yang kita pijak ini. Sehingga hal-hal yang menunjukkan
degradasi lingkungan jelas terlihat dan terasa.
Aspek yang terdiri dari lingkungan sebagai berikut :
-

meminimalkan sampah dan kerusakan lingkungan.

-

meningkatkan

tanggung

jawab

dan

sumberdaya alam dan lingkungan.
-

melindungi modal alam yang kritis/penting.

kepedulian

terhadap

3.4 PARIWISATA BERKELANJUTAN
Sustainable Tourism adalah pariwista yang berkembang sangat
pesat, termasuk pertambahan arus kapasitas akomodasi, populasi lokal
dan lingkungan, dimana perkembangan pariwisata dan investasi –
investasi baru dalam sektor pariwisata seharusnya tidak membawa
dampak buruk dan dapat menyatu dengan lingkungan, jika kita
memaksimalkan dampak yang positif dan meminimalkan dampak
negative. Maka beberapa inisiatif diambil oleh sektor public untuk
mengatur pertumbuhan pariwisata agar menjadi lebih baik dan
menempatkan masalah akan sustainable tourism sebagai prioritas
karena usaha atau bisnis yang baik dapat melindungi sumber – sumber
atau asset yang penting bagi pariwisata tidak hanya untuk sekarang
tetapi dimasa depan.
3.5 PRINSIP – PRINSIP PARIWISATA BERKELANJUTAN
Pembangunan pariwisata berkelanjutan pada intinya berkaitan
dengan usaha menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya
yang dimanfaatkan untuk pembangunan pariwisata pada generasi ini
agar dapat dinikmati untuk generasi yang akan datang.
“Pembangunan

pariwisata

harus

didasarkan

pada

kriteria

keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara
ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil
secara etika dan sosial terhadap masyarakat” (Piagam Pariwisata
Berkelanjutan, 1995).
Pembangunan pariwisata berkelanjutan, seperti disebutkan dalam
Piagam Pariwisata Berkelanjutan (1995) adalah pembangunan yang
dapat didukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga
adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Artinya, pembangunan
berkelanjutan

adalah

upaya

terpadu

dan

terorganisasi

untuk

mengembangkan kualitas hidup dengan cara mengatur penyediaan,

pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya secara
berkelanjutan.
Hal

tersebut

hanya

dapat

terlaksana

dengan

sistem

penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) yang
melibatkan partisipasi aktif dan seimbang antara pemerintah, swasta, dan
masyarakat. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak saja
terkait dengan isu-isu lingkungan, tetapi juga isu demokrasi, hak asasi
manusia dan isu lain yang lebih luas. Tak dapat dipungkiri, hingga saat
ini konsep pembangunan berkelanjutan tersebut dianggap sebagai
“resep‟ pembangunan terbaik, termasuk pembangunan pariwisata.
Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui
prinsip-prinsipnya yang dielaborasi berikut ini. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain partisipasi, keikutsertaan para pelaku (stakeholder),
kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan,
mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya dukung,
monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta promosi. Prinsipprinsip tersebut antara lain partisipasi, keikutsertaan para pelaku
(stakeholder), kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara
berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap
daya dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta
promosi.
1. Partisipasi
Masyarakat

setempat

harus

mengawasi

atau

mengontrol

pembangunan pariwisata dengan ikut terlibat dalam menentukan visi
pariwisata, mengidentifikasi sumber daya yang akan dipelihara dan
ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan-tujuan dan strategi-strategi
untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata. Masyarakat
juga harus berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi-strategi
yang telah disusun sebelumnya.

2. Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholder Involvement
Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata
meliputi kelompok dan institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat),
kelompok sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi
bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan berkepentingan serta
yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata.
3. Kepemilikan Lokal
Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan
yang berkualitas untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang
kepariwisataan seperti hotel, restoran, dan sebagainya. seharusnya
dapat dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat setempat.
Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan
bagi penduduk setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku
bisnis/wirausahawan

setempat

benar-benar

dibutuhkan

dalam

mewujudkan kepemilikan lokal. Lebih lanjut, keterkaitan (linkages) antara
pelaku-pelaku bisnis dengan masyarakat lokal harus diupayakan dalam
menunjang kepemilikan lokal tersebut.
4. Penggunaan Sumber Daya yang Berkelanjutan
Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber
daya dengan berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus
menghindari penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui
(irreversible) secara berlebihan. Hal ini juga didukung dengan keterkaitan
lokal dalam tahap perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan
sehingga pembagian keuntungan yang adil dapat diwujudkan. Dalam
pelaksanaannya, kegiatan pariwisata harus menjamin bahwa sumber
daya alam dan buatan dapat dipelihara dan diperbaiki dengan
menggunakan kriteriakriteria dan standar-standar internasional.

5. Mewadahi Tujuan-tujuan Masyarakat
Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam
kegiatan

pariwisata

pengunjung/wisatawan,

agar
tempat

kondisi

yang

dan

masyarakat

harmonis
setempat

antara
dapat

terwujud. Misalnya, kerja sama dalam wisata budaya atau cultural tourism
partnership dapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan, manajemen,
sampai pada pemasaran.
6. Daya Dukung
Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan
meliputi daya dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan
pengembangan harus sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan
lingkungan. Rencana dan pengoperasiannya seharusnya dievaluasi
secara reguler sehingga dapat ditentukan penyesuaian/perbaikan yang
dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas
penggunaan yang dapat ditoleransi (limits of acceptable use)
.
7. Monitor dan Evaluasi
Kegiatan

monitor

dan

evaluasi

pembangunan

pariwisata

berkelanjutan mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak
kegiatan wisata serta pengembangan indikator-indikator dan batasanbatasan untuk mengukur dampak pariwisata. Pedoman atau alat-alat
bantu yang dikembangkan tersebut harus meliputi skala nasional,
regional dan lokal.
8. Akuntabilitas
Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar
pada kesempatan mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan
kesehatan masyarakat lokal yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan

pembangunan. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam seperti
tanah, air, dan udara harus menjamin akuntabilitas serta memastikan
bahwa sumber-sumber yang ada tidak dieksploitasi secara berlebihan.
9. Pelatihan
Pembangunan
pelaksanaan

pariwisata

program-program

berkelanjutan

pendidikan

dan

membutuhkan
pelatihan

untuk

membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan
bisnis, vocational dan profesional. Pelatihan sebaiknya meliputi topik
tentang pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan, serta topiktopik lain yang relevan.
10. Promosi
Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi
penggunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap,
sense of place, dan identitas masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan
dan

penggunaan

lahan

tersebut

seharusnya

bertujuan

untuk

mewujudkan pengalaman wisata yang berkualitas yang memberikan
kepuasan bagi pengunjung. seharusnya bertujuan untuk mewujudkan
pengalaman wisata yang berkualitas yang memberikan kepuasan bagi
pengunjung.
Adapun prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam pengembangan
pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development) terdiri
dari:
1) Pembangunan pariwisata harus dibangun dengan melibatkan
masyarakat lokal, dengan ide yang melibatkan masyarakat lokal
juga dan untuk kesejahteraan masyarakat lokal. Mestinya juga
melibatkan masyarakat lokal sehingga masyarakat lokal akan

mempunyai rasa memiliki untuk peduli, bertanggung jawab,
komitment, meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap
pelestarian lingkungan alam dan budaya terhadap keberlanjutan
pariwisata dimasa sekarang sampai untuk dimasa yang akan
datang. Dan pemerintah juga harus dapat menangkap peluang
dengan cara memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan
kawasan tujuan, memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari
dalam penyelanggaraan kegiatan ekowisata dan juga dapat
mengelola jumlah pengunjung, sarana dan fasilitas sesuai dengan
daya lingkungan daerah tujuan tersebut. Sehingga pemerintah
dapat menigkatkan pendapatan masyarakat setempat dengan
membuka lapangan kerja.
2) Menciptakan keseimbangan antara kebutuhan wisatawan dan
masyarakat. Keseimbangan tersebut akan dapat terwujud jika
semua pihak dapat bekerjasama dalam satu tujuan sebagai
sebuah komunitas yang solid. Komunitas yang dimaksud adalah
masyarakat lokal , pemerintah lokal , industri pariwisata, dan
organisasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang pada
masyarakat

dimana

destinasi

pariwisata

dikembangkan.

Maksudnya adalah dengan adanya atas dasar musyawarah dan
permufakatan masyarakat setempat dengan adanya tersebut
dapat menghasilkan dampak positif yaitu dapat membangun
hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses
perencanaan dan pengelolaannya, terjalinnya komunikasi yang
baik menata industri pariwisata, pemerintah dan masyarakat
sehingga akan terciptanya pariwisata berkelanjutan sesuai yang
direncanakan.

3) Pembangunan pariwisata harus melibatkan para pemangku
kepentingan, dan dengan melibatkan lebih banyak pihak akan
mendapatkan

input

yang

lebih

baik.

Serta

harus dapat

menampung pendapat organisasi masyarakat lokal, melibatkan
kelompok

masyarakat

miskin,

kaum

perempuan,

asosiasi

pariwisata, dan kelompok lainnya dalam masyarakat yang
berpotensi mempengaruhi jalannya pembangunan.
4) Memberikan kemudahan kepada para pengusaha lokal dalam
sekala

kecil,

dan

menengah.

Program

pendidikan

yang

berhubungan dengan kepariwisataan harus mengutamakan
penduduk lokal dan industri yang berkembang pada wilayah
tersebut harus mampu menampung para pekerja lokal sebanyak
mungkin dengan itu membuka kesempatan kepada masyarakat
untuk membuka usaha dan mengajarkan masyarakat untuk
menjadi pelaku ekonomi dalam kegiatannya mengikuti tujuan
pariwisata itu sendiri tanpa mengorbakan alam atau apapun.
5) Pariwisata harus dikondisikan untuk tujuan membangkitkan bisnis
lainnya dalam masyarakat, artinya pariwisata harus memberikan
dampak pengganda pada sektor lainnya, baik usaha baru maupun
usaha yang telah berkembang saat ini.
6) Adanya kerjasama antara masyarakat lokal sebagai creator atraksi
wisata dengan para operator penjual paket wisata, sehingga perlu
dibangun hubungan kerjasama yang saling menguntungkan
anatra satu sama lain dengan itu menekan tingkat kebocoran
pendapatan pemerintah dan dapatb mengingkatkan pendapatan
pemerintah maupun pelaku yang melakukan kegiatan itu sendiri.

7) Pembangunan pariwisata harus dapat memperhatikan perjanjian,
peraturan, perundang – undangan baik tingkat nasional maupun
intenasional sehingga pembangunan pariwisata dapat berjalan
dengan lancar tanpa kendala. Dan juga membentuk kerjasama
dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan
pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku.
8) Pembangunan pariwisata harus mampu menjamin keberlanjutan,
memberikan keuntungan bagi masyarakat saat ini dan tidak
merugikan generasi yang akan datang. Karena anggapan bahwa
pembangunan pariwisata berpotensi merusak lingkungan adalah
sesuatu yang logis, jika dihubungkan dengan peningkatan jumlah
wisatawan dan degradasi daerah tujuan pariwisata tersebut.
9) Pariwisata harus bertumbuh dalam prinsip optimalisasi bukan
pada exploitasi.
10) Harus ada monitoring dan evaluasi secara periodik untuk
memastikan pembangunan pariwisata tetap berjalan dalam
konsep pembangunan berkelanjutan, dengan menggunakan
prinsip pengelolaan manajemen kapasitas, baik kapasitas wilayah,
kapasitas obyek wisata tertentu, kapasitas ekonomi, kapasitas
sosial, dan kapasitas sumber daya yang lainnya sehingga
pembangunan pariwisata dapat terus berkelajutan.
11) Harus ada keterbukaan terhadap penggunaan sumber daya
seperti penggunaan air bawah tanah, penggunaan lahan, dan
penggunaan sumber daya lainnya harus dapat dipastikan tidak
disalah gunakan.

12) Melakukan program peningkatan sumber daya manusia dalam
bentuk pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi untuk bidang keahlian
pariwisata agar para pekerja ahli dalam bidangnya masingmasing.
13) Terwujudnya tiga kualitas, yakni pariwisata harus mampu
mewujudkan kualitas hidup ”quality of life” masyarakat lokal, pada
sisi yang lainnya pariwisata harus mampu memberikan kualitas
berusaha ”quality of opportunity” kepada para penyedia jasa dalam
industri pariwisata dan sisi berikutnya dan menjadi yang terpenting
adalah terciptanya kualitas pengalaman wisatawan ”quality of
experience”.

3.6 PENGERTIAN PEMBERDAYAAN
Menurut Persons (1994) yang dikutip oleh Suharto, menyatakan
pemberdayaan adalah suatu proses dimana seseorang akan menjadi
cukup kuat untuk berpartisifasi dalam berbagai pengontrolan atas, dan
mampu memberikan pengaruh terhadap kejadian-kejadian, serta
lembaga

yang

mempengaruhi

kehidupannya.

Senada

yang

di

kemukakan oleh Ginandjar Kartasasmita (1996) yang dikutip Harti,
pemberdayaan

adalah

suatu

upaya

yang

dilakukan

guna

mengembangkan kekuatan atau kemampuan (daya) potensi dan sumber
daya rakyat agar mampu membela dirinya.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan masyarakat adalah proses yang di jalani individu untuk
ikut terlibat dalam berbagai kejadian untuk mengembangkan diri dan
mengeluarkan seluruh potensi diri agar mencapai suatu tujuan tertentu.

3.7 PARIWISATA BERBASIS PEMBERSAYAAN MASYARAKAT
Pariwisata berbasis masyarakat (community bassed tourism) di
kembangakan berdasarkan prinsip keseimbangan dan keselarasan
antara kepentingan steakholders pembangunan pariwisata termasuk
pemerintah, swasta, dan masyarakat. Hal ini perlu adanya hubungan
yang saling bersinergi antara pemerintah dengan masyarakat maupun
pihak swasta, dalam melakukan koordinasi pembangunan pariwisata.
Pembangunan

pariwisata

hendaknya

berpandangan

pada

demokrasi dimana demokrasi itu “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat” .
Secara ideal prinsip pembangunan pariwisata berbasis masyarakat
menekankan pada pembangunan pariwisata “ dari masyarakat, oleh
masyarakat, untuk masyarakat”. Dalam setiap tahapan pembangunan
yang dimulai dari perencanaan, pembangunan dan pengelolaan serta
pengembangan sampai dengan pemantauan (monitoring) dan evaluasi.
Masyarakat setempat harus dilibatkan secara aktif dan diberi kesempatan
untuk

berpartisifasi

karena

tujuan

akhir

adalah

meningkatkan

kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat.
Masyarakat

sebagai

pelaku

utama

dalam

pengembangan

pariwisata berbasis masyarakat berperan disemua lini pembangunan
baik sebagai perencana, investor, pelaksana, pengelola, pemantau
maupun evaluator. Namun demikian pembangunan pariwisata berbasis
masyarakat menekankan pada faktor masyarakat sebagai komponen
utama, keterlibatan lainya seperti pemerintah dan swasta

sangat

diperlukan. Masyarakat yang tinggal di daerah wisata memiliki peran
penting dalam meningkatkan keberhasilan pembangunan pariwisata di
daerahnya.

3.8

HASIL

PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT

BERBASIS

PARIWISATA
Konsep pemberdayaan masyarakat telah mencapai keberhasilan
ditandai dengan adanya hasil yang dirasakan masyarakat setelah proses
pembangunan pariwisata. Hal ini dibuktikan dengan adanya pendapatan
tambahan dan berkurangnya ketergantungan masyarakat pada sumber
daya alam.
Harapan dari pariwisata berbasis peberdayaan masyarakat adalah
mendapat pembagian keuntungan

pariwisata lebih dirasakan oleh

masyarakat. Untuk mencapai hal ini, di beberapa tempat wisata di
Kabupaten Kerinci menyediakan jasa pariwisata. Sebelum pengunjung
datang ke Kabupaten Kerinci dikirim informasi tentang rencana tersebut.
Masyarakat mengurus pembagian penyedia jasa kepada pengunjung,
seperti penginapan, makan dan pemandu, sehingga masyarakat
memperoleh pendapatan tambahan.
IV KESIMPULAN
Kabupaten kerinci merupakan salah satu kabupaten di provinsi
jambi yang memiliki banyak potensi pariwisata yang masih dalam
pembangunan dan perkembangan. Pengembangan pariwisata di
Kabupaten Kerinci di harapkan dapat dikelola dengan baik secara
berkelanjutan.
Melalui pengembangan pariwisata masyarakat dan pemerintah
serta pihak swasta telah saling bekerja sama untuk dapat memajukan
pariwisata di Bumi Sakti Alam Kerinci. Hal ini dibuktikan dengan adanya
pengyelenggaraan pesta budaya salah satunya Festival Masyarakat
Peduli Danau Kerinci (FMPDK) yang diakan setiap tahun.
Pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis pemberdayaan
masyarakat sudah di rasakan manfaatnya oleh masyarakat Kerinici.
Dengan adanya pemberdayaan masyarakat melalui saktor pariwisata

masyarakat memiliki pendapatan tambahan. Masyarakat merasa
bersyukur pemberdayaan masyarakat melaui pariwisata bias terwujud,
karena sebagian besar masyarakat Kerinci adalah petani. Tentu dapat
menambah penghasilan dengan berbagai kegiatan pariwisata seperti
menyedia jasa pariwisata, perhotelan dan penginapan, transportasi serta
menjadi pemandu wisata dan sebagainya.
Kedepan di harapkan kepada pemerintah Indonesia dan
pemerintah Provinsi Jambi untuk selalu memperhatikan pembangunan
pariwisata di Kabupaten Kerinci. Karena, Kerinci memiliki banyak
pariwisata yang harus di kembangkan. Sehingga tidak tertinggal dengan
daerah lain.

Daftar Pustaka
Amrulloh,

Zaenudin.

2014.

Pemberdayaan

Masyarakat

Berbasis

Pariwisata Pada Dusun Tradisional Sasak Sade Lombok NTB.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Dewi, L. G. L. K. 2013. Usaha Pemberdayaan Sosial Ekonomi
Masyarakat Desa Beraban Dalam Pengelolaan Tanah Lot Secara
Berkelanjutan. Jurnal Analisis Pariwisata. 13 (1): 32-44.
Fitriani, Mita. 2011. Strategi pengelolaan pariwisata pantai lontar indah di
kabupaten serang. Skripsi. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
serang, Banten.
Kurniawati,

Rina.

2015.

Modul

Pariwisata

Berkelanjutan.

.
Diakses Tanggal : 16 Juli 2015
Miandy, F. dan Arifin H. S. 2010. Rencana Pengembangan dan
Pengelolaan Lanskap Kawasan Objek Wisata Danau Kerinci,
Kabupaten Kerinci, Jambi . Jurnal Lanskap Indonesia. 2 (1): 47-53.
Subandra,

I

Nengah.

2015.

Berkelanjutan.

Prinsip

Pembangunan

Pariwisata

.
Diakses Tanggal : 16 Juli 2015
Sudana, I.P. 2013. Strategi Pengembangan Desa Wisata Ekologis Di
Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Jurnal
Analisis Pariwisata. 13 (1): 11-31.
Suryawan, I. B. 2013. Pengelolaan Potensi Ekowisata Di Desa Cau
Belayu Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Jurnal analisis
pariwisata.13 (1): 106-111.