asam karboksilat asam karboksilat asam karboksiat

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK DASAR

HIDROKARBON

NAMA

: RUHUL AENY

NIM

: H31112023

GOL / KLP

: H5A / III

HARI / TGL

: SELASA, 09 APRIL 2013


ASISTEN

: A. PUTRI AYNINGTIAS

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK DASAR
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Senyawa karbon yang paling sederhana adalah hidrokarbon karena hanya
terdiri dari dua unsur, yaitu karbon (C) dan hidrogen (H).Meskipun demikian jumlah
senyawa yang dihasilkan dari kedua unsur ini sangat banyak.Macam – macam atom
karbon, yaitu atom karbon primer, sekunder, tersier, dan kuarterner.Keistimewaan
atom karbon yang dapat membentuk ikatan kovalen sebanyak 4 buah dan

kemampuannya dalam membentuk rantai karbon, menyebabkan atom karbon
mempunyai kedudukan y ang berbeda-beda.
Dalam berikatan sesama atom karbon terdapat tiga kemungkinan, pertama
membentuk ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga.Untuk
penyederhanaan dapat kita ibaratkan Ikatan tunggal terjadi dari orbital s dan disebut
ikatan (σ) sigma pada orbital hibrid sp3 dan bentuk molekul tetrahedron dengan sudut
109,5o.
Senyawa dengan ikatan tunggal disebut dengan senyawa hidrokarbon
jenuh.Senyawa hidrokarbon dengan ikatan rangkap dua terjadi pada orbital p, dan
ikatan ini dikenal dengan ikatan π, pada ikatan rangkap dua terjadi perubahan sudut
akibat dua orbital p berposisi sejajar sehingga membentuk orbital sp 2 (segi tiga datar)
dan sudut yang terbentuk adalah 120o.Sama halnya dengan ikatan rangkap tiga
terdapat dua orbital p dalam posisi sejajar sehingga merubah bentuk orbital sp
menjadi (bentuk planar) dengan sudut 180o. Untuk senyawa hidrokarbon yang
memiliki ikatan rangkap disebut dengan senyawa hidrokarbon tidak jenuh.

1.2 Maksud, Tujuan, dan Prinsip Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk membedakan hidrokarbon jenuh,
tak jenuh dan senyawa aromatik.

1.2.2 Tujuan percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mengetahui sifat hidrokarbon jenuh dengan cara mendeteksi hasil kelarutan
dari reaksi hidrokarbon.
2. Mengetahui sifat hidrokarbon tak jenuh dengan cara mendeteksi hasil
kelarutan dari reaksi hirdokarbon.
3. Mengetahui sifat senyawa aromatik dengan cara mendeteksi hasil kelarutan
dan reaksi hidrokarbon.
1.2.3 Prinsip Percobaan
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan dengan menggunakan
beberapa senyawa hidrokarbon dari jenis-jenisnya yang ditambahkan pereaksi untuk
mengidentifikasinya serta penambahan pelarut polar dan nonpolar untuk mengetahui
bagaimana kepolaran dari senyawa-senyawa hidrokarbon.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hidrokarbon adalah senyawa yang struktur molekulnya hanya terdiri dari
hidrogen dan karbon.Hidrokarbon yang paling sederhana adalah alkana, yaitu
hidrokarbon yang hanya mengandung ikatan kovalen tunggal.Molekul yang paling

sederhana dari alkana ialah metana. Metana, berupa gas pada suhu dan tekanan baku,
merupakan komponen utama gas alam. Kadang-kadang dijuluki ‘gas rawa’ karena
terbentuk melalui kerja bakteri pada perombakan tumbuhan di daerah rawa
(Wilbraham dan Michael, 1992)
Hidrokarbon dengan hanya atom karbon sp3 (yakni, dengan hanya ikatanikatan tunggal) disebut alkana (atau sikloalkana jika atom karbon itu membentuk
cicin).Beberapa alkana yang lazim ialah metana, etana (CH 3CH3), propana
(CH3CH2CH3), dan butana (CH3CH2CH2CH3).Alkana alkana ini berbentuk gas dan
terdapat dalam minyak bumi.Gas-gas ini digunakan sebagai bahan bakar. Bensin
pada hakikatnya adalah campuran alkana (Fessenden dan Fessenden, 2002).
Alkana dan sikloalkana disebut hidrokarbon jenuh, artinya “jenuh dengan
hidrokarbon”.Senyawa ini bereaksi dengan hidrogen. Senyawa yang mengandung
ikatan-phi disebut tak jenuh ; dalam kondisi reaksi yang tepat, senyawa ini bereaksi
yang tepat, senyawa ini bereaksi dengan hidrogen, menghasilkan produk yang jenuh
(Fessenden dan Fessenden. 2002).
Alkana rantai lurus mengandung sejumlah atom karbon yang dibangun
dengan cara serupa etana. Tidak perlu kita terpaku pada struktur titik elektron untuk
setiap rantai. Tulis saja lambang karbon sebanyak yang diperlukan untuk
mendapatkan panjang rantai, kemudian isilah dengan hidrogen dan garis-garis yang
menggambarkan ikatan kovalen.Alkana rantai lurus yang mengandung sampai


sepuluh karbon.Gugus hidrokarbon dapat menggantikan hidrogen pada rantai induk
alkana yang lurus.Gugus hidrokarbon pengganti tersebut dinamakan subtituen.
Adanya subtituen hidrokarbon, yang dinamakan gugus alkil, mengubah alkana rantai
lurus menjadi alkana rantai cabang (Wilbraham dan Michael, 1992).
Beberapa sifat kimia dan fisika dari suatu senyawa alifatik berasal dari
bagian alkil molekul-molekulnya. Oleh karena itu banyak sifat alkana dan
sikloalkana juga dimiliki senyawa lain. Tentu saja sifat suatu senyawa sangat
ditentukan oleh gugus-gugus fungsional yang ada.Misalnya suatu gugus hidroksil
dalam sebuah molekul menyebabkan terbentuknya ikatan hidrogen dan perubahan
besar dalam sifat-sifat fisika.Pada temperatur ruang etana (CH3CH3) adalah gas,
sedangkan etanol (CH3CH3OH) adalah cairan (Fessenden dan Fessenden, 2002).
Alkana adalah senyawa nonpolar. Akibanya gaya tarik menarik antar
molekulnya lemah. Alkana rantai lurus sampai dengan butana adalah gas pada
temperatur kamar, sementara alkana C5 sampai C7 cairan. Alkana rantai lurus
dengan 18 atom C atau lebih adalah zat padat. Karena nonpolar, alkana larut dalam
pelarut nonpolar atau sedikit polar seperti misalnya alkana lain, dieti eter
(CH3CH2OCH2CH3) atau benzena. Karena kelarutan itu disebabkan daya tarik van
der waals antara pelarut dan zat pelarut. Alkana tidak larut dalam air. Semua alkana
lebih ringan daripada air, suatu fakta yang mudah diingat karena benzena dan minyak
motor (yang terutama adalah alkana) menampung diatas air (Fessenden dan Joan,

2002).
Alkana dan sikloalkana tidak reaktif dibandingkan dengan senyawa
organik yang memiliki gugus fungsional. Misalnya, banyak senyawa organik
bereaksi dengan asam kuat, basa, zat pengoksid atau zat pereduksi. Umumnya alkana
dan sikloalkana tidak bereaksi dengan reagenesia ini. Karena sifat kurang rekatif ini,
maka kadang-kadang alkana disebut sebagai parafin (Frssenden dan joan, 2002).

Ikatan karbon-karbon pada alkana dan sikloalkana adalah contoh ikatan
tunggal. Tetapi sesama karbon dapat pula membentuk ikatan ganda. Senyawa organik
yang mengandung ikatan ganda dua karbon-karbon dinamakan alkena. Dalam
struktur molekulnya, alkanan mengandung hidrogen lebih sedikit, sebab itu sering
pula dinamakan senyawa tak jenuh (Wilbraham dan Michael, 1992).
Senyawa organik yang mengandung ikatan ganda tiga karbon-karbon
dinamakan alkuna. Inilah ikatan ganda tiga karbon-karbon yang terdapat pada
alkuna. Alkuna tidak banyak dijumpai dialam. Yang paling sederhana adalah gas
etuna C2H2. Nama biasa untuk etuna adalah asetilena, yakni bahan bakar untuk
pengelasan. Ikatan tunggal yang muncul dari karbon pengemban ikatan ganda tiga
pada etuna dipisahkan oleh sudut maksimum sebesar 180o. Dengan demikian, etuna
adalah molekul linier (Wilbraham dan Michael, 1992).
Senyawa organik yang telah dibahas diatas tergolong alifatik. Arena adalah

sekelompok senyawa karbon yang sering disebut senyawa aromatik. Karena banyak
diantaranya berbau harum. Senyawa ini termasuk yang tak jenuh, mempunyai cincin
benzena atau sistem cincin yang setara dengan itu. Benzena C 6H6 adalah arena yang
paling sederhana. Molekul benzena mempunyai cincin karbon beranggota enam
dengan satu hidrogen melekat pada setiap karbon (Wilbraham dan Michael, 1992).
Senyawa aromatik mencakup lebih banyak struktur kimia daripada hanya benzena
dan turunannya. Beberapa senyawa terdiri atas gabungan dua atau lebih lingkar
benzena. Mereka dikenal sebagai senyawa aromatik polisiklik. Pemasukan atom lain
daripada karbon dalam kerangka siklik membawanya ke suatu golongan yang sangat
besar yaitu senyawa aromatik heterosiklik (Pine dkk, 1992).
Rumus Kekule dari ikatan tunggal dan ikatan rangkap berselang-seling
dalam sebuah heksagon beraturan merupakan penggambaran umum benzena. Namun

kita tahu bahwa ini bukanlah gambar sesungguhnya dari molekul karena ikatan
tunggal dan rangkap menjadi setara dalam hibrida resonansi yang sesungguhnya
(Pine dkk, 1992).
Molekul aromatik dapat netral atau bermuatan. Elektron-elektron dari molekul yang
memiliki karbokation berinteraksi melalui sebuah orbital p kosong. Orbital p yang
ikut-serta terisi dalam molekul yang melibatkan karbonion. Senyawa aromatik
heterosiklik mungkin melibatkan orbital hetero atom dalam sistem yang terkonjugasi.

Satu syarat penting dalam pendekatan orbital molekul adalah bahwa atom-atom yang
terikat satu sama lain dalam sistem terkonjugasi harus terletak dalam satu bidang
datar atau mendekati datar sehingga memungkinkan tumpang tindih maksimum dari
orbital p yang mengandung 4 n + 2 elektron (Pine dkk, 1992).
Kekule mengusulkan sebuah struktur siklik bagi benzena pada tahun 1865.
Meskipun pada mulanya ia menggambarkan struktur rumus benzena sebagai sbuah
heksagon sederhana, ikatan rangkap berselang-seling ditambahkan setahun kemudian
untuk mengikuti sifat tetravalensi atom karbon (Pine dkk, 1992).
Benzena, sebuah hidrokarbon cair dan atsiri (td 800), diisolasi oleh Faraday
pada tahun 1825. Senyawa ini adalah struktur induk dari golongan besar yang
terdapat di alam maupun hasil sintesis yang dikenal sebagai senyawa aromatik. Tanda
‘aromatik’ berasal dari bau harum khas yang berkaitan dengan kebanyakan senyawa
ini. Bagi kimiawam modern istilah ‘pengaromatikan’ sekarang menunjukka sifat
kimia dan fisika tertentu yang mengacu pada bau senyawa (Pine dkk, 1992).
Minyak bumi dan batu bara dalah sumber molekul hidrokarbon yang
digunakan dirumah tangga, industri, dan dilaboratorium. Hidrokarbon dalam minyak
mentah kebanyakan adalah alkana dan sikloalkana, sedangkan dalam batu bara

kebanyakan aromatik, seperti benzena, naftalena, antrasena, dan lain-lain.
Pengilangan minyak adalah proses penyulingan minyak mentah dan pembagiannya

menjadi beberapa difraksi menurut titik didihnya. Berbagai fraksi tersebut, yang
masih mengandung beberapa hidrokarbon yang berbeda, mempunyai kegunaan.
Pengilangan modern juga menerapkan pengertakan (Cracking) yakni proses
terkendali yang memutus rantai hidrokarbon alami atau menyusunnya menjadi
molekul yang lebih bermanfaat (Wilbraham dan Michael, 1992).
Hal ini penting untuk mempelajari awalan bagi anggota dari seri alkana,
prefiks ini akan muncul kembali di setiap berhasil seri homolog. Penamaan sistematis
(atau nomenklatur) atau senyawa yang sangat penting dalam kimia organik karena
dalam banyak hal nama-nama adalah kode (Stark, 1979).
Pada umumnya pencemaran laut yang terjadi baik secara fisika, kimiawi
maupun biologis, banyak menghasilkan racun bagi biota laut dan manusia. Salah satu
dari bahan pencemar itu adalah hidrokarbon minyak bumi. Minyak bumi adalah
campuran hidrokarbon yang terbentuk berjuta-juta tahun yang lalu di masa lampau
sebagai hasil dekomposisi bahan-bahan organik dari tumbuhan-tumbuhan dan hewan.
Minyak bumi berupa cairan kental berwarna kehitaman yang teradapat dalam
cekungan-cekuangan kerak bumi dan merupakan campuran sangat komplek dari
senyawa-senyawa hidrokarbon dan bukan hidrokarbon (Marsaoli, 2004).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan pada percobaan hidrokarbon yaitu n-heksana,
sikloheksana, aeti asetoasetat, KmnO4 0,1 M, dietil eter, parafin, toluen, benzen, dan
Br2/CCl4 0,5 %

3. 2 Alat Percobaan
Alat yang digunakan pada percobaan hidrokarbon yaitu tabung reaksi, rak
tabung, pipet tetes, gelas piala, kaki tiga, kasa dan lampu spiritus.

3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1. Kelarutan Hidrokarbon
Tabung reaksi disiapkan sebanyak dua buah kemudian diisi dengan air dan
dietil eter masing-masing 1 mL. Kedua tabung tersebut ditambahkan setetes demi
setetes larutan n-heksana ±10 tetes kemudian dikocok dan diperhatikan kelarutannya.
Percobaan diulang dengan mengganti n-heksana dengan senyawa hidrokarbon yang
lain yaitu sikloheksana, benzen, toluen, dan parafin.

3.3.2 Reaksi Hidrokarbon
Tabung reaksi disiapkan sebanyak enam buah kemudian diisi dengan nheksana, siklohekasana, benzen, toluen, parafin, dan erti asetoasetat (sebagai

pembanding). Keenam tabung ditambahkan setetes larutan KMnO 4 kemudian
dikocok dan dipanaskan serta diamati perubahan yang terjadi. Percobaan diulang
dengan mengganti KMnO4 dengan Br2/CCl4 0,5 %

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Pengamatan
4.1.1.1 Kelarutan Dalam Air dan n-Heksana

Jenis alkohol
Metanol
Etanol
1-propanol
2-propanol
Amylalkohol

Kelarutan dalam
Air
n-heksana
Larut
Tidak Larut
Tidak Larut
Tidak Larut
Larut
Larut
Larut
Larut
Tidak Larut
Tidak Larut

Keterangan
Bening
Bening
Bening
Bening
Bening

1-butanol
2-butanol
2-metil-2-

Larut
Tidak Larut

Tidak Larut
Larut

Bening
Bening

-

-

-

Larut

Tidak Larut

Bening

propanol
Fenol

4.1.1.2 Membedakan alcohol primer,sekunder,dan tersier
Alkohol

Preraksi Lucas

Primer (1-Butanol)

Tidak Larut

Sekunder (2-Butanol)

Cepat Larut

Tersier (2-metil-2-

Keterangan
2 Fase
Keruh dan Bening
1 Fase
Bening

Agak sukar larut

1 Fase
Bening

Cepat Larut

1 Fase
Bening

propanol)
Fenol sebagai
pembanding
4.1.1.3 Reaksi Alcohol dan Fenol
a. Reaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3
Zat

Na2CO3

NaHCO3

Keterangan

Tidak Larut

2 Fase
Bening

Tidak
Butil Alkohol
Larut
Isopropilalkohol

Larut

Larut

Fenol

Larut

Larut

Asam Asetat

Larut

Larut

1 Fase
Bening
1 Fase
Bening
1 Fase
Bening

b. Reaksi dengan FeCl3

Zat

FeCl3
Larut, Berwarna

Metanol

Keterangan
Bereaksi, 3 tetes

kuning pekat
Larut, berwarna

Etanol

kuning
Larut, berwarna agak

2-butanol

kekuningan
Larut, berwarna ungu

Fenol

Bereaksi, 3 tetes
Bereaksi, 3 tetes
Bereaksi, 3 tetes

4.1.2 Reaksi
1.

Reaksi alkohol/ fenol dengan pereaksi Lucas

a.

CH3

CH2

CH2

CH2

OH + HClpekat ZnCl2 CH3

(CH2)3

Cl + H2O

b.

CH3

CH

CH2

CH3 + HClpekat

ZnCl2

CH3

OH

CH

CH2

CH3 + H2O

Cl

c.
CH3

CH3

C

OH

d.

Cl

CH3 + HClpekat

ZnCl2

CH3

C

CH3

CH3 + H2O

Cl
OH
+ HClpekat

2.

ZnCl2

+ H2O

Reaksi alkohol/fenol dengan natrium karbonat dan natrium bikarbonat
-

a.

Natrium Karbonat

CH3

CH2

CH2

CH2

OH + Na2CO3

CH3

(CH2)3

ONa + NaOH + CO2

b.
CH3

CH

CH3 + Na2CO3

CH3

CH

OH

ONa + H2O + CO3

CH3

c.
ONa
OH
+ Na2CO3

+ H2O + CO2

d.
O

CH3

C

OH + Na2CO3

CH3

C

ONa + H2O + CO3

O

-

Natrium bikarbonat

a.

CH3

CH2

CH2

CH2

OH + NaHCO3

CH3

(CH2)3

ONa + H2O + CO3

b.
CH3

CH

CH3 + NaHCO3

CH3

OH

CH

ONa + H2O + CO3

CH3

c.

ONa

OH
+ NaHCO3

C

OH + NaHCO3

+ H2O + CO2

d.

CH3

3.

Reaksi alkohol/fenol dengan besi(III) klorida

a.

CH3

OH + FeCl3

CH3

C

3CH3

ONa + H2O + CO2

+ Fe(OH)3

b.

CH3

CH2

OH + FeCl3

CH3

CH2

Cl + Fe(OH)3

c.

CH3

CH

OH
d.

CH2

+ FeCl3

CH3

CH

CH2

CH3 + Fe(OH)3

Cl

O
OH
Fe

+ FeCl3
O

+ 3HCl
O

4.2 Pembahasan
Pada percobaan hidrokarbon dilakukan dua pengamatan kelarutan
hidrokarbon dimana percobaan oertama menggunakan air dan dietil eter dan padan
percobaan kedua menggunakan KMnO4 dan I2 dan reaksi hidrokarbon dengan
tujuan untuk membendakan hirokarbon jenuh, tak jenuh dan aromatik.
Pada pengamatan pertama yaitu kelarutan hidrokarbon, dilakukan
pengamatan dengan menyiapkan dua tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan
air 0,5 mL dan dietil eter 0,5 mL yang kemudian ditambahkan ±10 tetes senyawa
hidrokarbon diantaranya n-heksana, sikloheksana, benzena, toluen dan parafin. Pada
tabung pertama yang berisi air yang ditambahkan dengan senyawa hidrokarbon
membentuk dua fase, dimana air tidak larut dalam senyawa hidrokarbon. Air berada
dilapisan atas sedangkan senyawa hidrokarbon berada pada lapisan bawah. Hal ini
terjadi karena massa jenis senyawa hidrokarbon lebih berat dibandingkan dengan
massa jenis air dan terbentuknya dua fase sebab larutan air bersifat polar dan
senyawa hidrokarbon yang digunakan bersifat nonpolar. Sedangkan pada tabung
kedua yang berisi dietil eter yang ditambahkan dengan senyawa hidrokarbon
membentuk satu fase atau larut. Hal ini terjadi karena dietil eter bersifat semi polar
dan senyawa hidrokarbon bersifat nonplar

BAB V
KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Kesimpulan
1. Alkohol yang memiliki rantai karbon yang panjang dapat larut dalam pelarut
organik dan pengaruh OH kesil, sedangkan alkohol yang memiliki rantai karbon
pendek tidak dapat larut dalam pelarut orgaik dan penaruh dari OH besar. Alkohol
dan fenol adalah asam-asam lemah (alkohol 10-100 kali lebih lemah dari air, fenol
±10 kali lebih kuat dari air).Alkoksida logam yang larut dalam alkohol merupakan
basa kuat, alkoksida lebih basa dibandingkan dengan hidroksida karena keasaman
alkohol lebih lemah dari air. Fenol lebih asam daripada air, fenol jika direaksikan
dengan natrium atau kalium akan membentuk fenoksida yang sifat basanya lebih
lemah.
2. Alkohol digolongkan ke dalam alkohol primer (1 0), sekunder (2o) atau tersier (3o),
bergantung apakah satu, dua atau tiga gugus organik yang berhubungan dengan
atom karbon pembawa hidrokksil.laju reaksi dan mekanismenya bergantung pada
golongan alkohol (Primer, Sekunder, Tersier). Alkohol tersier paling cepat
bereaksi.Reaksi terjadi melalui SN1 dan melibatkan karbokation intermediet.
Sebaliknya, 1-butanol, yaitu alkohol primer, bereaksi lambat dan harus di
panaskan selama beberapa jam dengan capuran asam hidroklorida pekat dan

katalis asam lewis seperti zink klorida untuk menjalankan jenis reaksi yang sama.
Alkohol sekunder bereaksi dengan laju pertengahan melalui mekanisme SN1 dan
SN2.
5.2 Saran
Saran saya untuk percobaan selanjutnya yatu sebaiknya laboratorium dapat
menyediakan larutan yang lebih banyak karena padan percoban ini kami mengalami
kehabisan larutan sehingga kami tidak dapat melakukan percobaan, dan sebaiknya
percobaan selanjutnya laboratorium dapat menyediakan pipet tetes yang bagus
sehingga saat penyambilan larutann dapat tepat dan dapat menghindari kesalahan
percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

Fatimah. 2003. Analisis Fenol dalam Sampel Air Menggunakan Spektrofotometri
Derivatif.(9). 1
Fessenden, Ralp J dan Joan
Ketiga.Jakarta:Erlangga

S

Fessenden.2002.

Kimia

Organik

edisi

Hart, Harold., Leslie E. Craine., David J. Hart. 2003. Kimia Organik Edisi Sebelas.
Jakarta:Erlangga
Wade, J.R, L.G.1987.Organic Chemistry Fifth Edition. New Jersey:Prentice Hall.
Wilbraham, Antony C dan Michael S. Matta.1992.Pengantar Kimia Organik Dan
Hayati. Bandung:ITB.

BAGAN KERJA

1. Kelarutan dalam air dan n-Heksana
Air

Hasil

n-heksana



Dipipet 2 mL



Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi berbeda



Ditambahkan 10x tetes metanol kedalam dua yang berbeda



Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.



Diulangi percobaan diatas dengan menggunakan fenol

2. Membedakan alkohol primer,sekunder,dan tersier

1-butanol

2-butanol

tert-butanol

fenol



Dipipet 1 mL reagen lucas



Dimasukkan dalam 3 tabung reaksi



Ditambah alkohol primer, skunder, dan tersier dalam
tabung yang berbeda.



Dikocok selama 3-5 menit pada temperatur kamar.



Diamati perubahan yang terjadi.



Amati perubahan yang terjadi.



Ulangi percobaan ini dengan menggunakan fenol.

Hasil

3. Reaksi dengan alkohol dan fenol

Na2CO3 dan NaHCO3
Butil Alkohol

isobutilprop
anol



Dipipet

fenol

sebanyak

1

mL

Asam
asetat

larutan

fenol,asam

asetat,isoprofilalkohol,dan butil alkohol


Dimasukkan dalam 4 tabung reaksi yang bersih dan
kering



Ditambahkan Na2CO3 0,5 mL dalam dasar tabung
yang bebeda

Hasil



Dikocok dan dibiarkan 3-5 menit



Ulangi percobaan ini dengan menggunakan NaHCO3

Na2CO3 dan NaHCO3
metanol

etanol



2butano
l

fenol

Dipipet sebanyak 1 mL larutan metanol, etanol, 2butanol, dan fenol



Dimasukkan dalam 4 tabung reaksi yang bersih dan
kering

Hasil



Ditambahkan FeCl3



Dikocok dan dibiarkan 3-5 menit