TEORI TEORI BADAN HUKUM badan hukum perdata

TEORI-TEORI BADAN HUKUM
1.

Teori Fiksi

Teori ini ipelopori oleh sarjana Jerman, seorang tokoh utama aliran/madzhab sejarah,
Friedrich Carl von Savigny (1779-1861). Menurutnya, hanya manusia saja yang
mempunyai kehendak. Badan hukum merupakan suatu abstraksi, bukan merupakan hal
yang konkret. Jadi karena hanya suatu abstraksi, maka tidak mungkin menjadi suatu subjek
dari hubungan hukum, sebab hukum memberikan hak-hak kepada yang bersangkutan suatu
kekuasaan dan menimbulkan kehendak berkuasa (wilsmacht). Badan hukum semata-mata
hanyalah buatan pemerintah atau ntegara. Terkecuali Negara, badan hukum itu suatu fiksi
yakni sesuatu yang sebenarnya tidak ada tetapi orang menghidupkannya dalam
bayangannya untuk menerangkan sesuatu hal.
Jadi, orang bersikap seolah-olah ada subjek hukum yang lain, tetapi wujud yang riil itu tidak
dapat melakukan perbuatan-perbuatan, sehingga yang melakukan ialah manusia sebagai
wakil-wakilnya.
2.

Toeri Orgaan


Teori ini dipelopori oleh sarjana Jerman lainnya, Otto von Gierke (1841-1921) sebagai
rekasi atas teori fiksi. Menurutnya, badan hukum seperti manusia, menjadi penjelmaan yang
benar-benar dalam pergaulan hukum, yaitu eine leiblichgeistige lebensein heit, badan
hukum itu menjadi suatu ‘verbandpersoblich keit’ yaitu suatu badan yang membentuk
kehendaknya dengan perantaraan alat-alat atau organ-organ badan tersebut misalnya
anggota-anggotanya atau pengurusnya seperti manusia yang mengucapkan kehendaknya
dengan perantaraan mulutnya atau dengan perantaraan tangannya jika kehendak tersebut
ditulis di atas kertas. Apa yang mereka (organen) putuskan adalah kehendak dari badan
hukum.
Dengan demikian menurut teori organ, badan hukum bukanlah suatu hal yang abstrak,
tetapi benar-benar ada. Badan hukum bukanlah suatu kekayaan hak yang tidak bersubjek,
tetapi ia merupakan suatu orgganisme yang riil, yang hidup dan bekerja seperti manusia
biasa. Tujuan badan hukum menjadi kolektivitas, terlepas dari individu, ia suatu ‘verband
personlichkeit’ yang memiliki gesamwille. Berfungsinya badan hukum dipersamakan dengan
fungsinya manusia. Jadi badan hukum tidak berbeda dengan manusia. Karena itu dapat
disimpulkan bahwa tiap-tiap perkumpulan atau perhimpunan orang adalah badan hukum.
Ini bukan soal yang iriil, justeru riil seperti orang dalam kualitasnya sebagai subjek hukum.
Sebab kualitas subjek hukum pada manusia juga tidak dapat ditangkap dengan panca
indera dan bertindaknya dengan tidak kesatuan wujud seseorang, tapi organ dari orang itu
yang bertindak. Begitu pula nadan hukum sebagai wujud kesatuan tidak bertindak sendiri,

melainkan oraannya (bestuur, komisaris, dsb). Tidak sebagai wakil, tetapi bertindak sendiri
dengan orgaannya. Yang menjual beli adalah badan hukum, bukan si wakil.
3.

Lear van het ambtelijk vermogen

Teori ini dipelopori oleh Holder dan Binder. Ajaran tentang harta kekayaan yang dimiliki
seseorang dalam jabatannya (ambtelijk vermogen) : suatu hak yang melekat pada suatu
kualitas. Penganut ajaran ini menyatakan : tidak mungkin memiliki hak jika tidak dapat
melakukan hak itu. Dengan lain perkataan, tanpa daya berkehendak (wilsvermogen) tidak
ada kedudukan sebagai subjek hukum. Ini konsekuensi yang terluas dari teori yang
menitikberatkan pada daya kehendak. Untuk badan hukum, yang berkehendak ialah para
pengurus. Maka pada badan hukum, semua hak itu diliputi oleh pengurus. Dalam

kualitasnya sebagai pengurus mereka adalah berhak, maka dari itu disebut ambtelijk
vermogen.
Konsekuensi ajaran ini adalah bahwa orang belum dewasa (minderjarige) di mana wali
(voegd) melakukan segala perbuatan, eigendom ada pada curatele eigenaarnya adalah
curator.
4.


Teori Kekayaan Bersama

Teori ini dikemukakan oleh Rudolf von Jhering (1818-1892), sarjana Jerman pengikut
madhab sejarah namun kemudian keluar. Pembela teori ini adalah Marcel Planiol (Perancis)
dan Molengraaf (Belanda) kemudian diikuti oleh Star Busmann, Kranenburg, Paul Scholten
dan Apeldoorn. Teori ini disebut juga propriete collective theorie (Planiol), gezemenlijke
vermongenstheorie (Molengraaff), Gezamenlijke eigendomstheorie, teori kepunyaan kolektif
(Utrecht), collectiviteitstheorie dan bestemmingstheorie.
Teori mengganggap badan hukum sebagai kumpulan manusia. Kepentingan badan hukum
adalah kepentingan seluruh anggotanya.
Menurut teori ini, badan hukum bukan abstraksi dan bukan organism. Pada hakikatnya hak
dan kewajiban badan hukum adalah hak dan kewajiban anggota bersama-sama. Harta
kekayaan badan itu adalah milik (eigendom) bersama seluruh anggota. Para anggota yang
terhimpun adalah suatu kesatuan dan pembentuk suatu pribadi yang disebut badan hukum.
Karena itu badan hukum adalah suatu konstruksi yuridis belaka. Pada hakikatnya badan
hukum itu sesuatu yang abstrak.
5.

Toeri Kekayaan Bertujuan


Teori ini timbul dari collectiviteitstheorie, dikemukakan oleh sarjana Jerman, A. Brinz dan
dibela oleh Van der Heijden. Menurut Brinz, hanya manusia yang dapat menjadi subjek
hukum. Karena itu, badan hukum bukan subjek hukum dan hak-hak yang diberi kepada
suatu badan hukum pada hakikatnya hak-hak dengan tiada subjek hukum.
Teori ini mengemukakan bahwa kekayaan badan hukum itu tidak terdiri dari hak-hak
sebagaimana lazimnya (ada yang menjadi pendukung hak-hak tersebut, manusia).
Kekayaan
badan
hukum
dipandang
terlepas
dari
yang
memegangnya
(onpersoonlijk/subjectloos). Di sini yang penting bukan siapakah badan hukum itu, tetapi
kekayaan itu diurus dengan tujuan tertentu. Karena itu, menurut teori ini, tidak peduli
manusia atau bukan, tidak peduli kekayaan itu merupakan hak-hak yang normal atau bukan,
pokoknya adalah tujuan dari kekayaan tersebut.
Singkatnya, apa yang disebut hak-hak badan hukum, sebenarnya hak-hak tanpa subjek

hukum, karena itu sebagai gantinya adalah kekayaan yang terikat oleh tujuan. Teori ini
disebut juga “zeckvermogen” atau “leer van het doelvermogen”.
6.

Teori Kenyataan Yuridis

Teori ini merupakan penghalusan (verfijning) dari teori organ yang dipelopori oleh Gierke.
Teori kenyataan yuridis (juridische realiteitsleer) ini dikemukakan oleh sarjana Belanda E.M.
Meijers dan dianut oleh Paul Scholten, serta sudah merupakan de heersende leer. Menurut
Meijer, badan hukum itu merupakan suatu realitas, konkret, riil walaupun tidak dapat diraba,
bukan khayal, tetapi suatu kenyataan yuridis. Ia menyebut teori ini, teori kenyataan yang
sederhana (eenvoudige realiteit, sederhana karena menekankan bahwa hendaknya dalam
mempersamakan badan hukum dengan manusia itu terbatas sampai pada bidang hukum
saja. Jadi menurut teori ini, badan hukum adalah wujud yang riil, sama riilnya dengan
manusia dan lain-lain perikatan (verbentenis). Ini semua riil untuk hukum.

7.

Teori dari Leon Duguit


Menurut Leon Duguit (1839-1928), sarjana Perancis, tidak ada person-persoon lainnya
daripada manusia-manusia individual. Akan tetapi manusia pun sebagaimana perhimpunan
dan yayasan tidak dapat menjadi pendukung dari hak subjektif.
Duguit tidak mengakui hak yang oleh hukum diberikan kepada subjek hukum tetapi hanya
melihat fungsi-fungsi sosial yang harus dilakukan oleh subjek hukum. Bagi Duguit, hanya
manusia sebagai subjek hukum
1. TEORI FIKSI
Teori ini dipelopori oleh sarjana Jerman Friedrich Carl von Savigny (1779-1861), tokoh
utama aliran sejarah pasa permulaan abaf 19. Menurut teori ini bahwa hanya manusia saja
yang mempunyai kehendak.
Selanjutnya dikemukakan bahwa badan hukum adalah suatu abtraksi. Bukuan merupakan
suatu hal yang konkrit. Jadi karena hanya suatu abtraksi maka tidak mungkin menjadi suatu
subjek dari hubungan hukum, sebab hukum memberi hak-hak kepada yang bersangkutan
suatu kekuasaan dan menimbulkan kehendak berkuasa ( wilsmacht). Badan hukum sematamata hanyalah buatan pemerintah atau negara. Terkecuali negara badan nhukum itu fiksi
yakni sesuatu yang sebenarnya tidak ada tetapi orang menghidupkannya dalam bayangan
un tuk menerangkan sesuatu hal.
Dengan kata lain sebenarnya menurut alam manusia selalu subjek hukum , tetapi orang
menciptakan dalam bayanganya, badan hukum selalu subjek hukum diperhitungkan sama
dengan manusia. Jadi, orang bersikap seoplah-olah ada subjek hukum yang lain, tetapi
wujud yang tidak riil itu tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan , sehingga yang

melakukan ialah manusia sebagai wakil-wakilnya.
2. TEORI ORGAAN
Teori ini dikemukakan oleh sarjana Jerman, Otto von Gierke (1841-1921), pengikut aliran
sejarah dan di negeri Belanda dianut oleh L.G.Polano. Ajarannya disebut leer der volledige
realiteit ajaran realitas sempurna.
Meburut Gierke badan hukum itu seperti manusia, menjadi penjelmaan yang benar-benar
dalam pergaulan hukum yaitu ’eine leiblichgeistige Lebensein heit’. Badan hukum itu
menjadi suatu ’verbandpersoblich keit’ yaitu suatu badan yang membentuk kehendaknya
dengan perantaraan alat-alat atau organ-organ badan tersebut misalnya anggotaanggotanya atau pengurusnya seperti manusia yang mengucapkan kehendaknya dengan
perantaraan muklutnya atau dengan perantaraan tanganya jika kehendak itu ditulis di atas
kertas. Apa yang mereka (organen) putuskan, adalah kehendak dari badan hukum. Dengan
demikian menurut teori orgaan badan hukum bukanlah suatu hal yang abstrak, tetapi benarbenar ada. Badan hukum bukanlah suatu kekayaan (hak) yang tidak bersubjek, tetapi badan
hukum itu suatu organisme yang riil, yang hidup dan bekerja seperti manusia biasa. Tujuan
badan hukum menjadi kolektivitas, terlepas dari individu, ia suatu ’Verband personlichkeit
yang memiliki Gesamwille’. Berfungsi badan hukum dipersamakan dengan fungsinya
manusia. Jadi badan hukum tidak berbeda dengan manusia, dapat disimpulkan bahwa tiaptiap perkumpulan/ perhimpunan orang adalah badan hukum. Ini bukan soal yang irriil, justru
riil seperti orang dalam kualitasnya sebagai subjek hukum. Sebab kualitas subjek hukum
pada manusia juga tidak dapat ditangkap dengan panca indera, dan bertindaknya tidak
dengan kesatuan wujud orang, tetapi orgaan dari orang itu yang bertindak. Begitu pula
badan hukum sebagai wujud kesatuan tidak bertindak sendiri melainkan orgaannya


(bestuur, komisaris, dan sebagainya). Tidak sebagai wakil, tetapi bertindak sendiri dengan
orgaannya. Yang berjual beli dan sebagainya adalah badan hukum, bukan si wakil.
3. LEER VAN HET AMBTELIJK VERMOGEN
Ajaran tentang herta kekayaan yang dimiliki seseorang dalam jabatanya (ambtelijk
vermogen): suatu hak yang melekat pada suatu kualitas. Penganut ajaran ini menyatakan
bahwa tidah mungkin mempunyai hak jika tidak dapat melakukan hak itu. Dengan lain
perkataan, tanpa daya berkehendak (wilsvermogens) tidak ada kedudukan sebagai subjek
hukum. Ini konsekuensi yang terluas dari teori yang menitik beratkan pada daya
berkehendak. Untuk badan hukum yang berjehendak ilah para pengrusnya maka pada
badan hukum semua hak itu diliputi oleh penguru. Dalam kualitasnya sebagai pengurus
mereka adalah berhak, maka dari itu disebut ambtelijk vermogen. Konsekuensi ajaran nini
ialah bahwa orang belum dewasa dimana wali melakukan segala perbuatan. eigendom ada
pada curatele eigenaarnya adalah curator. Teori ini dipelopori oleh Holder dan Binder,
sedang di negeri Belanda dianut oleh F.J.Oud. Teori ambtelijk vermogen itu mendekati teori
kekayaan bertujuan dari Brinz.
4. TEORI KEKAYAAN BERSAMA
Teori ini dikemukakan oleh Rudolf von Jhering seorang sarjana Jerman pengikut aliran
sejarah tetapi keluar. Pe,mbela teori ini adalah marcel Pleniol dan Molengraaff, kemudian
diikuti Star Busmann, Kranenburg, Paul Scolten dan Apeldoorn. Teori kekayaan bersama itu

menganggap badan hukum sebagai kumpulanmanusia. Kepentingan badan hukum adalah
kepentingan seluruh anggotanya. Menurut teori ini badan hukum bukan abstraksi dann
bukan organisma. Pada hakikatnya hak dan kewajiban badan hukum adalah tanggung
jawab bersama-sama. Harta kekayaan badan itu adalah milik bersama seluruh anggota.
Para anggota yang berhimpun adalah suatu kesatuan dan membentuk suatu pribadi yang
disebut badan hukum. Karena itu, badan hukum hanyalah suatu kontruksi yuridis belaka.
Pada hakikatnya badan hukum itu sesuatu yang abstrak. Teori ini juga disebut propriete
collective theorie (Planiol), gezemenlijke vermogenstheorie (Molengraaff) ,
Gezamenlijke eigendomstheorie, teori kolektif (Utrecht), collectiviteitstheo rie dan
bestemmingstheorie.
5. TEORI KEKAYAAN BERTUJUAN
Teori ini timbul dari colltiviteitstheori e. Teori kekayaan beretujuan dikemukakan oleh sarjana
Jerman, a. Brinz dan dibela oleh Van der Heijden. Menurut Brinz hanya manusia yang dapat
menjadi subjek hukum. Karena itu badan hukum bukan subjek hukum dan hak-hak yang
diberi kepada suatu badan hukum pada hakikatnya hak-hak dengan tiada subjek hukum.
Teori ini mengemukakan bahwa kekayaan badan hukum itu tidak terdiri dari hak-hak
sebagaimana lazimnya (ada yang menjadi pendukung ha-hak tersebut, manusia). kekayaan
badan hukum dipandang terlepas dari yang memegangnya. Di sini yang penting bukanlah
siapa badan hukum itu, tetapi kekayaan tersebut diurus dengan tujuan tertentu. Karena itu
menurut teori ini tidak peduli manusia atau bukan,tidak peduli kekayaan itu merupakan hahak yang normal atau bukan, yang terpenting adalah tujuan dari kekayaan tersebut.

Singkatnya, apa yang disebut hak-hak badan hukum, sebenarnya ha-hak tanpa subjek
hukum, kerena itu sebagai penggantinya adalah kekayaan yang terikat oleh suatu tujuan.
Teori ini disebut ajaran Zweckvermogen atau teori kekayaan bertujuan.
6. TEORI KENYATAAN YURIDIS
Dari teori orgaan timbulah teori yang merupakan penghalusan dari teori orgaan tersebut
ialah teori kenyataan yuridis (Juridische realiteitsleer). teori ini dikemukakan oleh sarjana

Belanda E.M. Meijers dan dianut oleh Paul Scolten, serta sudah merupakan de heersende
leer. Menurut Meijers badan hukum itu merupakan suatu realitas, konkrit, riilo, walaupun
tidak dapat diraba, bukan khayal, tetapi suatu kenyataan yuridis. Meijers menyebut teori
tersebut sebagai teori kenyataan sederhana, karena menekankan bahwa hendaknya dalam
mempersamakan badan hukum dengan manusia itu terbatas sampai pada bidang hukum
saja. Jadi menurut teori kenyataan yuridis badan hukum adalah wujud yang riil, sama riilnya
dengan manusia.
7. TEORI DARI LEON DUGUIT
Menurut Duguit tidak ada person-persoon lainya dari pada manusia-manusia individual.
Akan tetapi menusiapun sebagaimana perhimpunan dan yayasan tidak dapat menjadi
pendukung dari hak subjektif. Duguit tidak mengakui hak yang oleh badan hukum diberikan
dkepada subjek hukum tetapi melihat fungsi-fungsi sosial yang harus dilakukan sebagai
subjek hukum dan ia merupakan subjek hukum tanpa mendukung hak. Karena hanya

manusia adalah subjek hukum maka bagi Duguit hanya manusia yang menjadi subjek
hukum internasional.
Dari teori-teori mengenai badan hukum di atas dapat kita menyimpulkan bahwasanya
berbagai teori tadi berpusat pada dua bagian yaitu:
1. Teori yang menganggap badan hukum itu sebagai wujud nyata , artinya dengan panca
indera manusia sendiri, akibatnya badan hukum tersebut disamakan atau identik dengan
manusia. Badan hukum dianggap identik dengan organ-organ yang mengrus ialah para
pengurusnya dan mereka inilah oleh hukum diangap sebagai persoon.
2. Teori yang menganggap bahwa badan hukum itu tidak sebagai wujud nyata, tetapi badan
hukum itu hanya merupakan manusia yang berdiri di belakang badan huykum tersebut
akibanya menurut anggapan yang kedua ini jika badan hukum tersebut melakukan
kesalahan itu adalah kesalahan manusia-manusia yang berdiri di belakang badan hukum
tersebut secara bersama-sama.

Teori fiksi: Teori ini dipelopori oleh sarjana jerman Friedrich Carl von Savigny (1779-1861)
dan teori ini menjelaskan bahwasanya badan hukum adalah hanyalah fiksi hukum,
maksudnya teori ini adalah mengemukakan bahwa pengaturan-pengaturannya badan itu
oleh negara, dan sebenarnya badan hukum itu hanyalah bayangan.
Teori harta karena jabatan: teori ini menjelaskan bahwa badan hukum itu ialah badan
hukum yang mempunyai harga dan berdiri sendiri, yang dimiliki oleh badan hukum itu
sendiri, akan tetapi badan hukum ini mempunyai pengurus dan jabatan untuk mengurusi
harta tersebut.
Teori harta bertujuan: teori ini menjelaskan bahwasanya badan hukum hanyalah sebagai
kepentingan tertentu, dan manusialah yang menjadi subyek murni.
Teori harta bersama: teori ini menjelaskan bahwasanya kekayaan badan hukum itu milik
bersama, tidak boleh dibagi-bagi.
Teori pemisah kekayaan: teori ini menjelaskan bahwa badan hukum itu dari aspek harta
kekayaan yang dipisahkan tersendiri.
Teori organ: Teori ini dikemukakan oleh sarjana Jerman, Otto von Gierke (1841-1921), dan
teori ini menjelaskan bahwa badan hukum itu terbentuk dan bisa memenuhi kehendaknya
dari kepengurusan-kepengurusan, seperti halnya organ tubuh pada manusia, contoh:
kepengurusan ketua pada badan hukum seperti halnya kepala pada manusia.
Teori kepunyaan kolektif: teori ini menjelaskan bahwa badan hukum adalah suatu
konstruktif yang abstrak, yang mana hak dan kwajibannya tanggung bersama-bersama, teori
ini tidak berlaku pada yayasan.

Teori tujuan dan kekayaan: Teori ini timbul dari colltiviteitstheorie dan dikemukakan oleh
sarjana Jerman, a. Brinz Teori ini mengemukakan bahwa kekayaan badan hukum itu tidak
terdiri dari hak-hak sebagaimana lazimnya karena kekayaan tidak dimiliki oleh seseorang
tapi kekayaan terikat pad tujuan, ada yang menjadi pendukung hak-hak tersebut dan
manusia, dan mempunyai tujuan dari kekayaan tersebut.
Teori kenyataan yuridis: teori ini dikemukakan oleh sarjana Belanda E.M. Meijers dan
dianut oleh Paul Scolten, menurut teori ini badan hukum adalah suatu wujud yang kongkrit
dan riil, sama riilnya dengan manusia, walaupun tidak bisa di raba.

1. Teori
Fictie
dari
Von
Savigny
Menurut Teori dari Von Savigny badan hukum semata – mata buatan negara saja. Badan
hukum itu hanyalah fiksi, yakni sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, tetapi orang
menghidup-kannya dalam bayangan sebagai subjek hukum yang dapat melakukan
perbuatan hukum seperti manusia. Teori ini juga diikuti oleh Houwing
2. Teori
Harta
Kekayaan
Bertujuan
(doel
vermogents
theorie)
Menurut teori ini hanya manusia saja yang dapat menjadi subjek hukum. Namun, kata teori
ini ada kekayaan (vermogen) yang bukan merupakan kekayaan seseorang, tetapi kekayaan
itu terikat tujuan tertentu. Kekayaan yang tidak ada yang mempunyainya dan yang terikat
kepada tujuan tertentu inilah yang diberi nama badan hukum. Teori ini diajarkan oleh A.
Brinz, dan diikuti oleh Van der Hayden.
3. Teori
Organ
dari
Otto
van
Gierke
Badan hukum menurut teori ini bukan abstrak (fiksi) dan bukan kekayaan (hak) yang tidak
bersubjek, tetapi badan hukum adalah sesuatu organisme yang riil, yang menjelma sungguh
– sungguh dalam pergaulan hukum yang dapat membentuk kemauan sendiri dengan
perantaraan alat – alat yang ada padanya (pengurus, anggota -anggotanya) seperti manusia
biasa, yang mempunyai panca indera dan sebagainya. Pengikut teori organ ini antara lain
Mr. L.C. Polano.
4. Teori
Propriete
Collective
(Kepemilikan
bersama)
Teori ini diajarkan oleh Planiol dan Molengraff. menurut teori ini hak dan kewajiban badan
hukum pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban para anggota bersama -sama. kekayaan
badan hukum adalah kepunyaan bersama semua anggotanya. Orang – orang yang
berhimpun tersebut merupakan satu kesatuan dan membentuk suatu pribadi yang
dinamakan badan hukum. Oleh karena itu, badan hukum adalah suatu konstruksi yuridis
saja. Starr Busmann dan Kranenburg adalah pengikut ajaran ini.
5. Teori
Kenyataan
Yuridis
(juridishe
realiteitsleere)
dikatakan bahwa, badan hukum itu merupakan suatu realiteit, konkret, rill, walupun tidak
bisa diraba, bukan hayal, tetapi kenyataan yuridis. teori ini dikemukakan oleh Majers ini
menekankan bahwa hendaknya dalam mempersamakan badan hukum dengan manusia
terbatas sampai pada bidang hukum saja.