Apresiasi Sastra Dalam Cerpen Cendrillio

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire

I.

1

Pengantar

1.1 Apresiasi Sastra
Apresiasi Karya Sastra adalah pembelajaran sastra. Menurut Roestam Effendi
dkk.(1998), “Apreasisi adalah kegiatan mengakrabi karya sastra secara sungguhsungguh. Di dalam mengakrabi tersebut terjadi proses pengenalan, pemahaman,
penghayatan, penikmatan, dan setelah itu penerapan.” Pengenalan terhadap karya
sastra dapat dilakukan melalui membaca, mendengar, dan menonton.
Kesungguhan dalam kegiatan tersebut akan menuju tingkat pemahaman.
Pemahaman terhadap karya sastra akan membuat penghayatan. Indikator yang
dapat dilihat setelah menghayati karya sastra adalah jika bacaan, dengaran, atau
tontonan sedih ia akan ikut sedih, jika gembira ia ikut gembira, begitu seterusnya.
Hal itu terjadi seolah-olah ia melihat, mendengar, dan merasakan dari yang
dibacanya. Ia benar-benar terlibat dengan karya sastra yang digeluti atau
diakrabinya.

1.2 Biografi Pengarang
Charles Perrault adalah pengarang dari Perancis yang meletakkan dasar-dasar
bagi jenis literatur cerita dongeng, dan terkenal dengan cerita dongeng seperti: Le
Petit Chaperon rouge – Little Red Riding Hood (Gadis kecil dengan kerudung
merah), La Belle au bois dormant – Sleeping Beauty (Putri Tidur), Le Maître chat
ou le Chat botté – Puss in Boots (Kucing bersepatu boot), Cendrillon ou la petite
pantoufle de verre – Cinderella, La Barbe bleue – Bluebeard (Janggut Biru), Le
Petit Poucet – Hop o’ My Thumb, Les Fées – Diamonds and Toads (Katak dan
Permata), La Marquise de Salusses ou la Patience de Griselidis – Patient Griselda
(Griselda yang Sabar) dan banyak cerita terkenal lainnya. Cerita dongeng tersebut
kemudian di kumpulkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh Brothers
Grimm bersama-sama dengan koleksi cerita rakyat dari seluruh dunia.

1

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire

2


Andrew Lang pada tahun 1889 kemudian menyatukan cerita dari Perrault dan
Grimm ke dalam beberapa seri buku cerita dongeng yang dikenal sebagai Andrew
Lang’s Fairy Books (Buku Cerita Peri dari Andrew Lang).
Terkadang cerita dongeng yang asli dari Charles Perrault memiliki sedikit
perbedaan dengan versi yang telah diterjemahkan oleh Grimm (Jerman) dan
diterjemahkan ulang ke bahasa Inggris. Versi dari Grimm sendiri biasanya lebih
singkat karena faktor penterjemahan yang kurang akurat (Perancis – Jerman –
Inggris) dibandingkan dengan penterjemahan dari bahasa Perancis – Inggris.
Charles Perrault sendiri lahir di kota Paris dan berasal dari kalangan atas
sehingga Charles Perrault bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik di Perancis.
Charles mengambil jurusan hukum sebagai mata pelajarannya sebelum terjun
menjadi pegawai pemerintahan.Saat berumur 62 tahun, dia berhenti bekerja di
pemerintahan dan memutuskan untuk mendedikasikan dirinya pada anak-anaknya
dan saat itulah dia menerbitkan buku Tales and Stories of the Past with Morals
(Histoires ou Contes du Temps passé) (1697), dengan subtitle: Tales of Mother
Goose (Les Contes de ma Mère l’Oie) – Cerita Ibu Angsa yang memuat ceritacerita dongeng yang kita kenal sekarang.

2

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029

Appréciation Littéraire

II.

3

Pembahasan

PENDEKATAN DALAM MENGAPRESIASI SASTRA
Pendekatan sebagai suatu prinsip dasar atau landasan yang digunakan oleh
seseorang sewaktu mengapresiasi karya sastra dapat bermacam-macam.
Keanekaragaman pendekatan yang digunakan itu dalam hal ini lebih banyak
ditentukan oleh (1) tujuan dan apa yang akan di apresiasi lewat teks sastra yang
dibacanya, (2) kelangsungan apresiasi itu terproses lewat kegiatan bagaimana,
dan (3) landasan teori yang digunakan dalam kegiatan apresiasi. Pemilihan dan
penentuan pendekatan tersebut tentu sangat ditentukan oleh tujuan
pengapresiasi itu sendiri.
Bertolak dari tujuan dan apa yang akan diapresiasi, pembaca dapat
menggunakan sejumlah pendekatan meliputi
1. Pendekatan parafratis

2. Pendekatan emotif
3. Pendekatan analitis
4. Pendekatan historis
5. Pendekatan sosiopsikologis
6. Pendekatan dikdatis

Cerpen Cendrillon yang akan dibahas ini bukanlah cerita asli dari Charles
Perrault, melainkan telah terjadi perubahan karena cerita Cendrillon sekarang
merupakan acuan dari cerita Disney yang menjadi standar cerita dongeng saat
ini.
1. Pendekatan parafratis
Pendekatan prafratis adalah startegi pemahaman kandungan makna
dalam suatu cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang
disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang
berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang digunakan pengarangnnya. Tujuan
3

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire


4

akhir dari pendekaran parafratis itu adalah untuk menyederhanakan pemakaian
kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah
memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta sastra.
Prinsip dasar dari penerapan pendekatan parafratis pada hakikatnya
berangkat dari pemikiran bahwa gagasan yang sama dapat disampaikan lewat
bentuk yang berbeda, simbol-simbol yang bersifat konotatif dalam suatu cipta
sastra dapat diganti dengan lambang atau bentuk lain yang tidak mengandung
ketaksaan makna, kalimat-kalimat atau baris dalam suatu cipta sastra
mengalami pelepasan dapat dikembalikan lagi kepada bentuk dasarnya,
pengubahan suatu cipta sastra baik dalam hal kata maupun kalimat yang
semula simbolik dan eliptis menjadi suatu bentuk kebahasaan yang tidak lagi
konotatif akan mempermudah upaya sesorang untuk memahami kandungan
makna dalam suatu bacaan, dan pengungkapan kembali suatu gagasan yang
sama dengan menggunakan media atau bentuk yang tidak sama oleh seorang
pembaca akan mempertajam pemahaman gagasan yang diperoleh dari
pembaca itu sendiri.
Dari prinsip dasar pada butir 5 itu dapat disimpilkan juga bahwa
penerapan pendekatan parafratis selain untuk mempermudah upaya

pemahaman makna suatu bacaan, juga digunakan untuk mempertajam,
memperluas dan melengkapi pemahaman makna yang diperoleh pembaca itu
sendiri. Sebab itu, dalam pelaknsanaannya nanti, pendekatan parafratis ini,
selain dapat dilaksanakan pada awal kegiatan mengapresiasi sastra, juga dapat
dilaksanakan setelah kegiatan apresiasi berlangsung.
Contoh dari kutipan cerpen Cendrillon, sebagai berikut :
“Il était un brave homme qui vivait dans un pays lointain.
Il avait une belle maison et une ravissante fille.
Il lui donnait tout ce qu'il pouvait.
Alors pour lui faire plaisir, il épousa une veuve qui avait
deux filles. Ainsi avec une nouvelle maman et deux soeurs
sa fille aurait tout pour être heureuse.”
“Dia adalah orang baik yang tinggal di negeri yang jauh.
4

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire

5


Dia memiliki rumah yang indah dan cantik.
Dia memberinya semua yang dia bisa.
Kemudian untuk menyenangkannya, dia menikahi
seorang janda yang memiliki dua anak perempuan. Jadi
dengan ibu baru dan dua saudara perempuannya, putrinya
akan memiliki segalanya untuk bahagia.”
Di dalam kutipan di atas dapat dipahami bahwa penulis membuat cerita
ini lebih sederhana dan langsung menuju topik awal cerita tanpa ada kalimat
yang bertele-tele.
2. Pendekatan emotif
Pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastra adalah suatu pendekatan
yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan
pembaca. Ajukan emosi itu dapat berhubungan dengan keindahan penyajian
bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau gagasan yang
lucu dan menarik.
Prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi adanya pendekatan emotif
ini adalah pandangan bahwa cipta sastra merupakan bagian dari karya seni
yang hadir diahadapan masyarakat pembaca untuk dinikmati sehingga mampu
memberikan hiburan dan kesenangan. Dan dengan pendekatan emotif inilah
diharapkan pembaca mampu menemukan unsur-unsur keindahan maupun

kelucuan yang terdapat dalam suatu karya sastra.
Sebab itulah dalam pelaksanaannya pendekatan emotif ini pembaca
akan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan tentang : ada kah unsur-unsur
keindahan dalam cipta sastra yang akan saya baca ini? Bagaimana cara
pengarang menampilkan keindahan itu? Dan bagaimana wujud keindahan itu
sendiri setelah digambarkan pengarangnya? Bagaimana cara pembaca
menemukan keindahan itu ? serta berapa banyak keindahan itu dapat
ditemukan?
Selain berhubungan dengan masalah keindahan yang lebih lanjut akan
berhubungan dengan masalah gaya bahasa seperti metafor, simile, maupun
5

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire

6

penaraan setting yang mampu menghasilkan panorama yang menarik.
Penikmatan keindahan itu juga dapat berhubungan dengan penyampaian cerita,
peristiwa, maupun gagasan tertentu yang lucu dan menarik sehingga mampu

memberikan hiburan dan kesenangan kepada pembaca.
Untuk menemukan dan menikmati cipta sastra yang mengandung
kelucuan, anda tentunya juga harus memilih cipta sastra yang termasuk dalam
ragam-ragam tertentu. Ragam itu misalnya humor, satirik, sarkasme, maupun
ragam komedi.
Berikut kutipan Cendrillon :
“Mais hélas, le brave homme mourut peu après. Tout
changea pour la fillette. Sa belle-mère n'aimait que ses
deux filles, Anastasia et Javotte, égoîstes, laides et
méchantes.”
“Tapi sayang, pria pemberani itu meninggal tak lama
setelahnya. Semuanya berubah untuk gadis kecil itu. Ibu
tirinya hanya mencintai kedua putrinya, Anastasia dan
Javotte, yang egois, jelek dan jahat.”
Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa penulis mengajuk pembaca
pada emosninya dalam penderitaan kehidupan Cendrillon yang begitu
sengsara.
3. Pendekatan Analitis
Pendekatan analitis merupakan suatu pendekatan yang berusaha
memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajikan

ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasan, elemen
intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga
mampu membangun adanyan keselarasan dan kesatuan dalam rangkan
membangun totalitas bentuk maupun totalitas makna.
Penerapan pendekatan analitis itu pada dasarnya akan menolong
pembaca dalam upaya mengenal unsur-unsur intrinsik sastra yang secara aktual
telah berada dalam suatu cipta sastra dan bukan dalam rumusan-rumusan atau
6

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire

7

definisi yang terdapat dalam kajian teori sastra. Selain itu, pembaca juga dapat
memahami bagaimana fungsi setiap elemen cipta sastra

dalam rangka

membandung keseluruhannya. Dengan kata lain, pendekatan analitis ini adalah

suatu pendekatan yang bertujuan menyusun sintetis lewat analisis. Lewat
penerapan pendekatan ini diharapkan pembaca pada umumnya menyadari
bahwa cipta sastra itu pada dasarnya diwujudkan lewat kegiatan yang serius
dan terencana sehingga tertanamkanlah rasa penghargaan atau sikap yang baik
terhadap karya sastra.
Dalam kehadiran pendekatan analitis ini, prinsip dasar yang
melatarbelakanginya adalah anggapa bahwa (1) cipta sastra itu dibentuk oleh
elemen-elemen tertentu, (2) setiap elemen dalam cipta sastra memiliki fungsi
tertentu dan senantiasa memiliki hubungan antara yang satu dengan lainnya
meskipun karakteristik masing-masing berbeda, (3) dari adanya ciri
karakteristik setiap elemen itu, maka antara elemen yang satu dengan elemen
yang lain, pada awalnya dapat dibahas secara terpisah meskipun pada akhirnya
setiap elemen itu harus dilengkapi sebagai suatu kesatuan.
Dalam pelaksanaannya, penerapan pendekatan analitis ini diawali
dengan kegiatan membaca teks secara keseluruhan. Setelah itu, pembaca
menampilkan beberapa pertyanyaan yang berhubungan dengan unsur-unsur
intrinsik yang membandung cipta sastra yang dibacanya. Setelah itu, pembaca
kembali membaca ulang sambil berusaha menganilis setiap unsur yang telah
ditetapkannya. Dari hasil analisis setiap unsur itu, pembaca lebih lanjut
berusaha memahami bagaimana mekanisme hubungan. Lewat analisis
mekanisme hubungan ini lebih lanjut pembaca menganlisis bagaimana fungsi
setiap elemen itu dalam rangka mewujudkan suatu cipta sastra.
Kegiatan mengapresiasi sastra dengan menerapkan pendekatan analitis
ini dapat dianggap sebagai suatu kerja yang bersifat saintifik karena dalam
menerapkan pendekatan itu pembaca harus berangkat dari landasan teori
tertentu, bersikap objektif dan harus mewujudkan hasil analisis yang tepat,
sistematis, dan diakui kebenarannya oleh umum.

7

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire

8

Berikut kutipan Cendrillon :
“Il était un brave homme qui vivait dans un pays
lointain.
Il avait une belle maison et une ravissante fille.
Il lui donnait tout ce qu'il pouvait.
Alors pour lui faire plaisir, il épousa une veuve qui
avait deux filles. Ainsi avec une nouvelle maman et deux
soeurs sa fille aurait tout pour être heureuse.”
“Dia adalah orang baik yang tinggal di negeri yang
jauh.
Dia memiliki rumah yang indah dan cantik.
Dia memberinya semua yang dia bisa.
Kemudian untuk menyenangkannya, dia menikahi
seorang janda yang memiliki dua anak perempuan. Jadi
dengan ibu baru dan dua saudara perempuannya,
putrinya akan memiliki segalanya untuk bahagia.”

Dari kutipan di atas dapat terbaca bahwa salah satu unsur intrinsik yang
tersemat pada cerpen itu adalah penggunaan le temps passé simple, hal ini biasa
digunakan dalam penulisan karya sastra fiksi yang menggambarkan kejadian
lampau namun seolah-olah menggiring pembaca merasakan keikutsertaan
dalam suatu peristiwa dalam karya sastra tersebut.

4. Pendekatan historis
Pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang menekankan pada
pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan
yang melatarbelakangi terwujudnya cipta sastra yang di baca, serta tentang
bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu
sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman.
Prinsip dasar yang melatarbelakangi lahirnya pendekatan historis ini
adalah anggapan bahwa cipta sastra bagaimanapun juga merupakan bagian dari
zamannya. Selain itu, pemahaman terhadap biografi pengarang juga sangat

8

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire

9

penting dalam upaya memahami kandungan makna dalam suatu cipta sastra.
Sebab itulah telaah makna suatu teks dalam pendekatan sosiosemantik sangat
mengutamakan konteks, baik konteks sosio-budaya, situasi zaman maupun
konteks kehidupan pengarangnnya sendiri.
Berikut contoh dari kutipan cerpen Cendrillon :
“Tout, sauf, l'autre pantoufle de vair qu'elle put conserver en
souvenir de cette merveilleuse soirée. Au Palais Royal, un
serviteur trouva la pantoufle perdue et l'apporta au Prince.
son père le Roi avec l'approbation de la Reine donna ordre
de faire essayer la pantoufle à toutes les filles du Royaume et
demanda qu'on ramène au Palais Royal celle qui pourrait la
chausser. Au hasard de ses recherches, le Prince arriva à la
demeure de Cendrillon. Ses soeurs, Anastasia et Javotte,
essayèrent la pantoufle mais leurs pieds étaient trop grands.
Le Prince allait partir quand Cendrillon demanda de
chausser la pantoufle de verre. Sa marraine la Fée apparut
et d'un dernier coup de baguette transforma Cendrillon.”
“Segalanya, kecuali sepatu yang tertinggal, yang bisa dia
ingat malam yang indah ini. Di Istana Kerajaan, seorang
pelayan menemukan sepatu yang tertinggal dan
membawanya ke Pangeran. Ayahnya, sang Raja, dengan
persetujuan Ratu, memerintahkan semua gadis di kerajaan
untuk mencoba sepatu itu, dan meminta agar mereka dibawa
kembali ke Istana Kerajaan. Secara acak, Pangeran tiba di
rumah Cinderella. Saudara perempuannya, Anastasia dan
Javotte, mencoba sepatu itu tapi kaki mereka terlalu besar.
Pangeran hendak pergi saat Cinderella meminta untuk
mengenakan sepatu kaca. Ibu peri muncul dan dengan
lambaian tongkat sihirnya merubah Cinderella.”
Dari kutipan tersebut terlihat jelas bahwa dari biografi pengarang cerita
hidup pada zaman kerajaan yang notabene familiar dengan hal berbau kerajaan
monarki serta banyak cerita-cerita fiksi tentang ibu peri yang melekat dan
terkenal pada zamannya.

5. Pendekatan soisopsikologis
Pendekatan sosiopsikologis adalah suatu pendekatan yang berusaha
memahami latar belakang kehidupan sosial-budayanya, kehidupan masyarakat
maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan
9

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire

10

kehidupannya ataupun zamannya pada saat cipta sastra itu diwujudkan. Dalam
pelaksanaannya pendekatan ini memang sering tumpang tindih dengan
pendekatan historis. Dalam pendekatan sosiopsikologis apresiator berusaha
memahami bagaimana kehidupan sosuak masyarakat pada masa itu,
bagaimana sikap pengarang terhadap lingkungannya, serta bagaimana
hubungan antara cipta sastra itu dengan zamannya.
Berikut kutipan dari cerpen Cendrillon :
“Cendrillon s'ennuyait, un jour le roi dit à son majordome, il
est grand temps que le Prince mon fils se marie, nous allons
organiser un bal aujourd'hui même. Ce soir-là, alors que la
cruelle marâtre et ses filles s'apprêtaient à partir pour le bal,
Cendrillon, meurtrie et désespérée, s'enfuit dans la cour et se
mit à pleurer.”
“Cinderella bosan, suatu hari sang raja berkata kepada kepala
pelayannya, sudah saatnya sang Pangeran, anak laki-lakiku,
menikah, kita akan mengatur perayaan pesta hari ini. Malam
itu, saat ibu tiri yang kejam dan anak perempuannya bersiap
untuk berangkat ke pesta, Cinderella, yang terluka dan putus
asa, melarikan diri ke halaman dan mulai menangis.”

Kutipan ini kontras memperlihatkan bahwa cerpen ini berlatar belakang
kerajaan monarki yang dipimpin oleh raja. Di dalam kutipan itu terlihat
permasalahan bahwa sang pangeran, anak laki-laki raja ingin anaknya
menikah dengan membuat sebuah perayaan pesta dengan mengundang
gadis-gadis di kerajaan itu. Hal ini juga terlihat pada latar belakang
pengarang yang hidup di jaman kerajaan monarki.

6. Pendekatan didaktis
Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap
pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu
dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu dalam suatu pandangan
10

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire

11

etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mengandung nilai-nilai yang
mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca
Dalam pelaksanaanya, penggunaan pendekatan dikdaris diawali
dengan upaya pemahaman satuan-satuan pokok pikiran yang terdapat
dalam suatu cipta sastra. Satuan pokok pikiran itu pada dasarnya disarikan
dari paparan gagasan pengarang, baik berupa tuntutan ekspresif, komentar,
dialog, lakuanm maupun deskripsi peristiwa dari pengarang atau
penyairnya.

Dalam penerapan pendekatan

didaktis

ini, sebagai

pembimbing kegiatan berpikirnya, pembaca dapat berangkat dari pola
berpikir, misalnya jika malin kundang itu akhirnya matu karena durhaka
kepada ibunya, maka dalam hidupnya, manusia itu harus bersifat baik
kepada orang tua.
Berikut kutipan cerpen Cendrillon :
“Tout, sauf, l'autre pantoufle de vair qu'elle put
conserver en souvenir de cette merveilleuse soirée. Au
Palais Royal, un serviteur trouva la pantoufle perdue
et l'apporta au Prince. son père le Roi avec
l'approbation de la Reine donna ordre de faire essayer
la pantoufle à toutes les filles du Royaume et demanda
qu'on ramène au Palais Royal celle qui pourrait la
chausser. Au hasard de ses recherches, le Prince
arriva à la demeure de Cendrillon. Ses soeurs,
Anastasia et Javotte, essayèrent la pantoufle mais
leurs pieds étaient trop grands. Le Prince allait partir
quand Cendrillon demanda de chausser la pantoufle
de verre.Sa marraine la Fée apparut et d'un dernier
coup de baguette transforma Cendrillon.
Le Prince, qui en était déjà amoureux, la demanda en
mariage.Le Roi et la Reine était très heureux.
Cendrillon et le Prince vécurent une longue vie de
bonheur.”
“Segalanya, kecuali sepatu yang tertinggal, yang bisa
dia ingat malam yang indah ini. Di Istana Kerajaan,
seorang pelayan menemukan sepatu yang tertinggal
dan membawanya ke Pangeran. Ayahnya, sang Raja,
dengan persetujuan Ratu, memerintahkan semua gadis
di kerajaan untuk mencoba sepatu itu, dan meminta
agar mereka dibawa kembali ke Istana Kerajaan.
11

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire

12

Secara acak, Pangeran tiba di rumah Cinderella.
Saudara perempuannya, Anastasia dan Javotte,
mencoba sepatu itu tapi kaki mereka terlalu besar.
Pangeran hendak pergi saat Cinderella meminta untuk
mengenakan sepatu kaca. Ibu peri muncul dan dengan
lambaian tongkat sihirnya merubah Cinderella.
Pangeran, yang sudah mencintainya, memintanya
untuk menikah. Raja dan Ratu sangat bahagia.
Cinderella dan sang Pangeran hidup dalam kehidupan
bahagia yang panjang.”

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa cerpen ini memiliki nilai
edukasi bagi pembaca. Bahwa setiap awal penderitaan dan dilalui dengan
tabah dan sabar maka akan berbuah keindahan.

12

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire

III.

13

Lampiran

IV. Cendrillon
Il était un brave homme qui vivait dans un pays lointain.
Il avait une belle maison et une ravissante fille.
Il lui donnait tout ce qu'il pouvait.
Alors pour lui faire plaisir, il épousa une veuve qui avait deux filles. Ainsi avec une
nouvelle maman et deux soeurs sa fille aurait tout pour être heureuse.

Mais hélas, le brave homme mourut peu après. Tout changea pour la fillette. Sa
belle-mère n'aimait que ses deux filles, Anastasia et Javotte, égoîstes, laides et
méchantes.

13

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire

14

Sa marâtre qui était fort méchante, lui confia des tâches les plus rudes, la faisait
coucher au grenier et la malmenait sans cesse. Les filles de la méchante femme
traitaient Cendrillon plus mal encore.
Cendrillon s'ennuyait, un jour le roi dit à son majordome, il est grand temps que le
Prince mon fils se marie, nous allons organiser un bal aujourd'hui même. Ce soir-là,
alors que la cruelle marâtre et ses filles s'apprêtaient à partir pour le bal, Cendrillon,
meurtrie et désespérée, s'enfuit dans la cour et se mit à pleurer.

Soudain, Cendrillon entendit une voix. C'était sa marraine la Fée, qui lui dit: "Sèche
tes larmes, tu iras au bal, je te le promets, n'oublies pas que j'ai un pouvoir magique.
"

Et d'un coup de baguette, elle transforma une citrouille en un élégant carrosse, des
souris en fiers chevaux, un chien en cocher et les petites grenouilles en valets de
pieds.
Mais Cendrillon était triste de se voir si mal vêtue. Un autre coup de baguette
magique, et apparurent de magnifiques pantoufles de verre. Puis la fée changea la
vieille robe de Cendrillon en une somptueuse robe de bal. Quand Cendrillon fut
prête, la Fée lui donna un avertissement... Sois de retour ici à minuit sonnant....car
après minuit tout redeviendra comme avant. Soyez sans crainte marraine, je m'en
souviendrai.

14

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire

15

Et le carosse partit vers le château.

Sitôt que Cendrillon apparut au Palais du Roi, le Prince sut que c'était elle qu'il
attendait. La musique commença et le Prince l'invita à danser. Ils dansèrent toute la
soirée. Le coeur de Cendrillon chantait de joie.

Tout à coup, Cendrillon entendit l'horloge du clocher qui sonnait minuit. Oh! il faut
que je m'en aille, dit-elle. Le Prince voulut l'empêcher de partir, mais Cendrillon
était déjà sortie de la salle de bal et, sans s'apercevoir qu'elle perdait une de ses
pantoufles, avait bondi dans son carosse, qui la ramena chez elle en toute hâte. Le
dernier coup de minuit venait à peine de sonner que tout redevint comme avant.

Tout, sauf, l'autre pantoufle de vair qu'elle put conserver en souvenir de cette
merveilleuse soirée. Au Palais Royal, un serviteur trouva la pantoufle perdue et
l'apporta au Prince. son père le Roi avec l'approbation de la Reine donna ordre de
faire essayer la pantoufle à toutes les filles du Royaume et demanda qu'on ramène
au Palais Royal celle qui pourrait la chausser. Au hasard de ses recherches, le
Prince arriva à la demeure de Cendrillon. Ses soeurs, Anastasia et Javotte,
15

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire

16

essayèrent la pantoufle mais leurs pieds étaient trop grands. Le Prince allait partir
quand Cendrillon demanda de chausser la pantoufle de verre.Sa marraine la Fée
apparut et d'un dernier coup de baguette transforma Cendrillon.

Le Prince, qui en était déjà amoureux, la demanda en mariage.Le Roi et la Reine
était très heureux. Cendrillon et le Prince vécurent une longue vie de bonheur.

16

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire

17

Cinderella
Dia adalah orang baik yang tinggal di negeri yang jauh.
Dia memiliki rumah yang indah dan cantik.
Dia memberinya semua yang dia bisa.
Kemudian untuk menyenangkannya, dia menikahi seorang janda yang memiliki dua
anak perempuan. Jadi dengan ibu baru dan dua saudara perempuannya, putrinya akan
memiliki segalanya untuk bahagia.
Tapi sayang, pria pemberani itu meninggal tak lama setelahnya. Semuanya berubah
untuk gadis kecil itu. Ibu tirinya hanya mencintai kedua putrinya, Anastasia dan
Javotte, yang egois, jelek dan jahat.
Ibu tirinya, yang sangat jahat, mempercayakannya dengan tugas yang paling berat,
membuatnya tidur di loteng, dan terus-menerus menganiayanya. Anak-anak
perempuannya yang jahat juga memperlakukan Cinderella lebih parah lagi.
Cinderella bosan, suatu hari sang raja berkata kepada kepala pelayannya, sudah
saatnya sang Pangeran, anak laki-lakiku, menikah, kita akan mengatur perayaan pesta
hari ini. Malam itu, saat ibu tiri yang kejam dan anak perempuannya bersiap untuk
berangkat ke pesta, Cinderella, yang terluka dan putus asa, melarikan diri ke halaman
dan mulai menangis.
Tiba-tiba Cinderella mendengar sebuah suara. Itu adalah ibu baptisnya peri, yang
berkata kepadanya: "Keringkan air matamu, kamu akan pergi ke pesta itu, aku berjanji,
jangan lupa bahwa aku memiliki kekuatan sihir."
Dan dengan tongkat sihir ia mengubah labu menjadi kereta yang elegan, tikus menjadi
kuda yang gagah, seekor anjing menjadi kusir, dan kodok kecil berubah menjadi
pelayan.
Tapi Cinderella sedih melihat dirinya berpakaian kurang baik. Dengan goyangan
tongkatnya, muncullah sepatu kaca cantik. Kemudian peri mengubah gaun tua
Cinderella menjadi gaun pesta yang mewah. Saat Cinderella siap, sang peri
memberinya peringatan ... Kembali ke sini pada dentangan tengah malam terdengar ...
karena setelah tengah malam semuanya akan kembali seperti sebelumnya. Jangan
khawatir ibu peri, aku akan mengingatnya.
Dan kereta pun berangkat ke kastil.
Begitu Cinderella muncul di istana Raja, Pangeran tahu bahwa dia menunggunya.
Musik dimulai dan Pangeran mengundangnya untuk menari. Mereka menari sepanjang
malam. Jantung Cinderella bernyanyi dengan sukacita.
Tiba-tiba Cinderella mendengar jam menara berdentang bahwa itu menunjukkan telah
tengah malam. “Oh! Saya harus pergi" katanya. Pangeran ingin mencegahnya pergi,
17

MUHAMMAD ABDURROHMAN AULIYAK 2311415029
Appréciation Littéraire

18

tapi Cinderella sudah meninggalkan ruang pesta, dan tanpa menyadari bahwa dia
kehilangan salah satu sepatunya, ia telah memasuki kereta kudanya, yang
membawanya pulang dengan tergesa-gesa. Dentangan terakhir tengah malam hampir
tidak terdengar hingga semuanya kembali seperti sebelumnya.
Segalanya, kecuali sepatu yang tertinggal, yang bisa dia ingat malam yang indah ini.
Di Istana Kerajaan, seorang pelayan menemukan sepatu yang tertinggal dan
membawanya ke Pangeran. Ayahnya, sang Raja, dengan persetujuan Ratu,
memerintahkan semua gadis di kerajaan untuk mencoba sepatu itu, dan meminta agar
mereka dibawa kembali ke Istana Kerajaan. Secara acak, Pangeran tiba di rumah
Cinderella. Saudara perempuannya, Anastasia dan Javotte, mencoba sepatu itu tapi
kaki mereka terlalu besar. Pangeran hendak pergi saat Cinderella meminta untuk
mengenakan sepatu kaca. Ibu peri muncul dan dengan lambaian tongkat sihirnya
merubah Cinderella.
Pangeran, yang sudah mencintainya, memintanya untuk menikah. Raja dan Ratu
sangat bahagia. Cinderella dan sang Pangeran hidup dalam kehidupan bahagia yang
panjang.

18