Teori pertumbuhan ekonomi kontemporer rev (1)

Teori Ekonomi Klasik

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah “Makro Ekonomi”

Dosen Pengampu:

1. Joko Widodo

2. Deky Aji Suseno

Disusun oleh :

1. Putri

2. Yunifa M.

3. Wahyu Hendra Pranata 7101413206

4. Titin Indra Wijayanti

5. Rini Handayani

6. Sri Yuniati

7. Risalatul S.

9. Della A.N

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNNES

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER …………………………………………

1 DAF TAR ISI ………………………………………………….

a. Pengantar Teori...........................………...

11

b. Rumusan Masalah.....................................

12 BAB II :

c. Tujuan Penulisan.......................................

PEMBAHASAN

13

a. Teori Pertumbuhan Adam Smith………...

15

b. Teori Pertumbuhan Karl Mark..................

22

c. Teori Pertumbuhan Rostow......................

BAB III:

KESIMPULAN

44

a. Kesimpulan ………….………………….

DAFTAR PUSTAKA

PROFILE

A. Francois Quesnay

Francois Quesnay (diucapkan Kennay) terkenal sebagai pencipta model ekonomi pertama, Tableau Economique, dan sebagai pemimpin physiocrats. Para pengikutnya menamakan diri mereka sebagai physiocrat dari bahasa Perancis, physiocrate, yang berarti hukum alam (Rule of Nature). Physiocrat ialah kelompok ekonom yang percaya kalau kemakmuran suatu negara hanya bisa dicapai melalui agrikultur.

Quesnay memulai pendapatnya dengan asumsi bahwa ekonomi dapat digambarkan menurut tiga kelas atau sektor yang berbeda. Pertama, sektor pertanian yang menghasilkan makanan, bahan mentah dan hasil pertanian lainnya. Kedua, sektor manufaktur yang memproduksi barang-barang pabrik seperti pakaian dan bangunan serta alat-alat yang diperlukan oleh pertanian dan pekerja pabrik, beserta jasa. Ketiga, kelas pemilik tanah yang tidak menghasilkan nilai ekonomi apa-apa, tetapi mereka memiliki klaim atas surplus output yang dihasilkan dalam pertanian. Biaya sewa ini merepresantasikan pembayaran surplus kepada pemilik tanah dan perdagangan ini kemudian dikenal sebagai Teori Sewa Physiocratic.

B. John Locke

Sumbangan John Locke untuk ekonomi adalah memberikan justifikasi pertama untuk kepemilikan pribadi dan untuk pembatasan keterlibatan pemerintah dalam kegiatan perekonomian. Locke juga memberi sumbangan pada teori uang dan tingkat suku bunga.

Sumbangan mengenai filosofinya yaitu, mengemukakan proporsi yang agak kontroversial bahwa manusia mempunyai hak atas pekerjaan mereka dan atas hasil dari pekerjaannya itu, mereka menerima tanah sebagai milik mereka secara sah dengan memadukan pekerjaan mereka dengan tanah tersebut. Uang atau modal diakui oleh Locke benar-benar merupakan hasil dari kerja sebelumnya. Jadi, kepemilikan uang dapat dibenarkan karena orang-orang harus bekerja untuk mendapatkannya. Uang juga membuat manusia dapat mengumpulkan kekayaan lebih banyak lagi karena uang tidak rusak sebelum dikonsumsi. Selain itu, Locke berpendapat bahwa properti pribadi memiliki nilai praktis karena ketika manusia diizinkan mengumpulkan kekayaan maka mereka akan lebih produktif.

Locke menolak pedapat dari Josiah Child (Pertengahan abad ke-17) yang berpendapat bahwa seharusnya negara membatasi tingkat suku bunga sampai 4%. Ia juga berpendapat bahwa hukum riba (Usury Law) hanyalah redistribusi dari keuntungan antara pedagang dan pemberi pinjaman, mereka tidak menguntungkan negara secara keseluruhan karena bunga tersebut tidak meningkatkan peminjaman dan investasi. Locke menyimpulkan bahwa lebih baik bunga dibiarkan sampai ke tingkat yang wajar (yang ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran) ketimbang diterapkan oleh pemerintah.

Sumbangan yang kedua adalah bahwa Locke menolak usulan dari pemerintah Inggris untuk pemecahan masalah uang logam yang terpotong atau terdepresiasi dengan mengurangi berat dari logam mulia dalam semua uang logam, atau mendevaluasi mata uang nasional. Menurut Locke, dengan mengurangi berat kandungan logam mulia, tidak akan membantu karena nilai atau kekuatan pembayar dari uang ini ditentukan oleh kandungan peraknya. Menurunkan nilai uang hanya akan membuat pedagang menginginkan lebih banyak mata uang untuk ditukar dengan barang.

C. Adam Smith

Menurut Adam Smith, untuk berlakunya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktivitas tenaga kerja bertambah. Pembagian kerja harus ada akumulasi kapital terlebih dahulu dan akumulasi kapital ini berasal dari dana tabungan, juga menitik beratkan pada Luas Pasar. Pasar harus seluas mungkin agar dapat menampung hasil produksi, sehingga perdagangan internasional menarik perhatian. Karena hubungan perdagangan internasional itu menambah luasnya pasar, jadi pasar terdiri pasar luar negeri dan pasar dalam negeri.

Sekali pertumbuhan itu mulai maka ia akan bersifat kumulatif artinya bila ada pasar yang dan ada akumulasi kapital, pembagian kerja akan terjadi dan akan menaikkan tingkat produktivitas tenaga kerja.

D. David Ricardo

Menurut David Ricardo di dalam masyarakat ekonomi ada tiga golongan masyarakat, yaitu:

 Golongan Kapital Adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan yang penting karena mereka selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan

kembali pendapatannya dalam bentuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya pendapatan nasional.

 Golongan Buruh Golongan buruh ini tergantung pada golongan kapital dan merupakan golongan yang terbesar dalam masyarakat.

 Golongan Tuan Tanah Mereka hanya memikirkan sewa saja dari golongan kapital atas areal tanah yang disewakan.

 Golongan Kapital David Ricardo mengatakan bahwa bila jumlah penduduk bertambah terus

dan akumulasi kapital terus menerus terjadi, maka tanah yang subur menjadi kurang

jumlahnya

atau semakin langka adanya.

5. Thomas Robert Malthus

Menurut Thomas Robert Malthus kenaikan jumlah penduduk yang terus menerus merupakan unsur yang perlu untuk adanya tambahan permintaan, tetapi kenaikan jumlah penduduk saja tampa dibarengi dengan kemajuan faktor-faktor atau unsur- unsur perkembangan yang lain sudah tentu tidak akan menaikan pendapatan dan tidak akan menaikan permintaan. Turunnya biaya produksi akan memperbesar keuntungan-keuntungan para kapitalis dan mendorong mereka untuk terus berproduksi.

Menurut Thomas Robert Malthus untuk adanya perkembangan ekonomi diperlukan adanya kenaikan jumlah kapital untuk investasi yang terus menerus, sedangkan menurut J.B.Say berkembang dengan hukum pasar, dimana dikatakan bahwa Supply Creates its own demand yang artinya asal jumlah produksi bertambah maka secara otomatis permintaan akan ikut bertambah pula karena pada hakekatnya kebutuhan manusia tidak terbatas.

6. John Stuart Mill

John Stuart Mill merupakan salah satu tokoh Utilitarianisme yang terkenal dalam menelurkan konsep kebebasan, yang dituangkan secara komprehensif di dalam bukunya On Liberty.

Bukunya yang berkaitan dengan ekonomi, Principles of Political Economy pada tahun 1848 berupaya untuk memahami masalah ekonomi sebagai suatu masalah sosial. Masalah tentang bagaimana manusia hidup dan ikut ambil bagian dalam kemakmuran bangsanya, baik dalam proses produksi, perlindungan terhadap produk dalam negeri dan perpesaing antar produk, maupun masalah distribusi melalui instrument uang dan kredit (mikhael dua,2008).

Dalam hal pemikirannya mengenai ekonomi, Mill dipengaruhi oleh Thomas Robert Malthus, dimana pertumbuhan ekonomi selalu diliputi dengan tekanan jumlah penduduk dengan sumber yang tetap. Universalime etis merupakan konsep utilitariannya yang lebih mengedepankan kepada kebahagiaan orang lain, dimana disanalah moralitas utilitarian dibangun oleh Mill. Prinsip tersebut memang cukup relevan dalam hal aktifitas ekonomi, disamping Mill menerima pasar bebas Adam Smith, namun usaha untuk memperhatikan kebahagiaan orang lain dalam hal persaingan ekonomi pasar, menjadi agenda Mill. Kondisi pasar bebas yang cenderung bersikap egoisme sentris, berusaha ditekan Mill dengan pemberlakuan nilai moralitas bersama, dimana prinsip kebahagiaan harus dirasakan oleh setiap pemain pasar, pelaku usaha, produsen, distribusi, hingga tataran konsumen. Pasar bebas memang cenderung melahirkan kondisi menang-kalah, namun diantara dua belah pihak diharapkan harus tetap mampu menjalin hubungan yang kelak melahirkan kebahagiaan bersama, yang merupakan konsekuensi atas universalisme etis ala John Stuart Mill.

7. David Hume

Sebagai seorang ahli ekonomi Hume menyumbang teori uang dan teori perdagangan nasional. Ia menganalisis dampak uang terhadap tingkat suku bunga, kegiatan ekonomi, dan harga. Ia juga menjelaskan bagaimana dan mengapa negara-negara tidak mungkin mengalami ketidakseimbangan perdagangan dalam jangka waktu yang lama.

BAB I Pendahuluan

A. Pengantar Teori

Aliran klasik muncul pada akhir abad ke 18 dan permukaan abad ke 19 yaitu di masa revolusi industri dimana suasana waktu itu merupakan awal bagi adanya perkembangan ekonomi. Pada waktu itu sistem liberal sedang merajalela dan menurut aliran klasik, ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya pacuan antara kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Mula-mula kemajuan teknologi lebih cepat dari pertambahan jumlah penduduk, tetapi akhirnya terjadi sebaliknya dan perekonomian akan mengalami kemacetan.

Kemajuan teknologi mula-mula disebabkan oleh adanya akumulasi kapital atau dengan kata lain kemajuan teknologi tergantung pada pertumbuhan kapital. Kecepatan pertumbuhan kapital tergantung pada tinggi rendahnya tingkat keuntungan, sedangkan tingkat keuntungan ini akan menurun setelah berlakunya hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (low of diminishing returus) karena sumber daya alam itu terbatas.

Teori-teori perkembangan dari beberapa pengamat aliran klasik, diantaranya adalah :

1. Francois Quesnay

2. John Locke

3. Adam Smith

4. David Ricardo

5. Thomas Robert Malthus

6. John Stuart Mill

7. Lord Keynes

8. David Hume

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori pertumbuhan klasik menurut Adam Smith?

2. Bagaimana teori pertumbuhan klasik menurut Karl Mark?

3. Bagaimana teori pertumbuhan klasik menurut Rostow?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui teori pertumbuhan klasik menurut Adam Smith.

2. Mengetahui teori pertumbuhan klasik menurut Karl Mark.

3. Mengetahui teori pertumbuhan klasik menurut Rostow.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Teori Ekonomi Klasik

Teori Ekonomi Klasik secara umum dianggap sebagai aliran modern pertama dalam sejarah pemikiran ekonomi. Teori ekonomi klasik mulai berkembang sekitar pada abad ke-18. Adam Smith merupakan pemikir utama dari ekonomi klasik. Sebuah karya milik Adam Smith yaitu The Wealth of Nations pada tahun 1776 dianggap sebagai penanda dimulainya era ekonomi klasik. Ekonomi klasik menyatakan bahwa pasar bebas akan mengatur dirinya sendiri jika tidak ada campur tangan dari pihak apapun. Ekonomi klasik menekankan pada penerapan harga yang fleksibel baik dari segi upah maupun barang. Postulat lainnya yang ditekankan oleh ekonomi klasik adalah keseimbangan antara tabungan dan investasi dengan asumsi bahwa suku bunga fleksibel akan selalu menjaga ekuilibrium. Aliran ekonomi klasik mengemuka hingga pertengahan abad ke-19 dan kemudian digantikan oleh aliran ekonomi neoklasik (1870)

Teori ekonomi klasik mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu sebagai berikut:

1. Perekonomian yang didasarkaan pada sistem bebas berusaha (Laissez Faire) artinya mempunyai kemampuan untuk kembali ke posisi keseimbangan secara otomatis. Terjadi tangan bebas atau pasar bebas dalam mencapai

keseimbangan sehingga terjadi “full employment” atau kesempatan kerja penuh (tidak ada pengangguran).

2. Pemerintah tidak ikut campur tangan. Peran pemerintah hanya pada masalah penegakan hukum, menjaga keamanan serta pembangunan infrastruktur.

3. Harga barang ditentukan oleh produsen dann konsumen.

4. Tingkat upah ditentukan oleh permintaan dan penawaran tenaga kerja. Apabila kelebihan tenaga kerja maka akan menurunkan upah, tetapi apabila kekurangan tenaga kerja maka akan meningkatkan upah.

Ada beberapa tokoh yang mengemukakan pendapatnya tentang teori ekonomi klasik, diantaranya:

o Adam Smith (1723-1790)

Adam Smith berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi bertumpu pada adanya pertumbuhan penduduk. Dengan adanya pertumbuhan penduduk maka akan terdapat pertambahan output dan pertambahan hasil. Teori ini terdapat dalam bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations .

Pemikiran-pemikiran tentang ekonomi sudah sangat bekembang pada abad ke-XV, saat terjadi revolusi pertanian di Eropa. Akan tetapi, pengakuan terhadap ilmu ekonomi sebagai cabang ilmu tersendiri baru diberikan pada abad ke-XVIII, setelah tokoh Adam Smith muncul dalam percaturan ekonomi. Adam Smith (1729-1790), tidak disangsikan lagi, merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik.

John Adam Smith adalah seorang ahli filsuf berkebangsaan Skotlandia. Ia lahir pada 5 Juni 1723 di kirkcaldy, Fife, Skotlandia. Beliau dikenal sebagai Bapak Ilmu Ekonomi dunia setelah menerbutkan sebuah buku yang berjudul: The Wealth of Nations. Secara garis besar, buku ini membahas mengenai: apa yang menentukan tingkat kemakmuran suatu bangsa dan bagaimana taraf hidup rakyat dapat ditingkatkan dan didistribusikan.

Menurut Adam Smith, secara sistematis ilmu ekonomi mempelajari tingkah laku manusia dalam usahanya untuk mengalokasikan sumber-sumber daya yang terbatas guna mencapai tujuan tertentu.Dalam analisisnya, Adam Smith banyak menggunakan istilah-istilah normatif seperti: nilai (value), kekayaan (welfare), dan utilitas (utility) berdasarkan asumsi berlakunya hukum alami.

Dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Cause of the Wealth of Nations (1776) ia mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangak panjang secara sistematis.

Terdapat dua aspek utama dalam pertumbuhan ekonomi:

A. Pertumbuhan output total Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut ini :

1. Sumber-sumber alam sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah yang mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber daya yang tersedia merupakan “batas maksimum” bagi pertumbuhan suatu perekonomian, Maksudnya jika sumber daya ini belum digunakan sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada memegang penranan penting dalam pertumbuhan output.Tetapi pertmbuhan output tersebut akan berhenti jika semua sumber daya alam tersebut telah digunakan secara penuh.

2. Tenaga kerja (pertumbuhan penduduk) Sumber daya insani (jumlah penduduk) mempunyai peranan yang pasif dalam proses pertumbuhan output. Maksudnya, jumlah penduduk akan menyeuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat.

3. Jumlah persediaan (stok barang modal yang ada) Pengaruh stok modal terhadap tingkar output total bias secara langsung dan tidak lansung. Pengaruh langsung ini maksudnya adalah karena pertambahan modal (sebagai input) akan langsng meningkatkan output. Sedangkan pengaruh tidak langsung maksudnya adalah peningkatan produktifitas perkapita yang dimungkinkan oleh karena adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih tinggi.

B. Pertumbuhan penduduk. Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah sub sisten yaitu tngkat upah yang pas-pasan untuk hidup. Jika tingkat upah diatas tingkat sub system, maka orang-orang akan menikah pada umur muda, tingkat kematian menurun, dan jumlah kelahiran akan terus mengalami peningkatan. Namun sebaliknya jika B. Pertumbuhan penduduk. Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah sub sisten yaitu tngkat upah yang pas-pasan untuk hidup. Jika tingkat upah diatas tingkat sub system, maka orang-orang akan menikah pada umur muda, tingkat kematian menurun, dan jumlah kelahiran akan terus mengalami peningkatan. Namun sebaliknya jika

Tingkat upah yang belaku, menurut Adam Smith, ditentukan oleh tarik menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah yang tinggi dan meningkat jika permintaan akan tenaga kerja tumbuh lebih cepat dari pada penawaran tenaga kerja.

Sementara itu permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh stok modal dan tingkat output masyarakat. Oleh karena itu, laju pertumbuhan permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal (akumulasi modal) dan laju pertumbuhan output.

o KARL MARX (1818-1883)

Teori Marx ini merupakan reaksi terhadap proses pertumbuhan ekonomi klasik berdasarkan kapitalisme yang dikemukakan sebelumnya oleh Adam Smith (1723-1790) dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh David Ricardo (1772-1823).

Penerapan teori klasik pada tahap-tahap awal pertumbuhannya di Eropa Barat, terutama di Inggris ternyata telah menimbulkan kesenjangan ekonomi yang semakin hari semakin melebar, khususnya diantara kaum kapitalis yang semakin kaya dan kaum buruh yang semakin miskin.

Teori klasik yang menekankan peranan kapital beserta akumulasinya dalam pertumbuhan ekonomi mendorong para pemilik modal (kapitalis) memaksimumkan penggunaan modal melalui operasi perusahaan. Selanjutnya dalam mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu laba maksimum, para kapitalis yang sekaligus adalah manejer perusahaan ini, antara lain berusaha menekan biaya produksi yang salah satu komponen utamanya adalah upah buruh. Jadi ada pertentangan kepentingan diantara para majikan dengan buruh.

Pertarungan ini berkisar pada masalah penetapan upah, dalam mana pihak kapitalis berada pada posisi yang lebih dominan. Maka proses pertumbuhan ekonomi klasik ini cenderung memperlebar jurang pendapatan diantara para majikan dengan buruh. Para pemilik modal menjadi semakin kata, karena selalu berusaha memaksimumkan laba dan menginvestasikan lagi Pertarungan ini berkisar pada masalah penetapan upah, dalam mana pihak kapitalis berada pada posisi yang lebih dominan. Maka proses pertumbuhan ekonomi klasik ini cenderung memperlebar jurang pendapatan diantara para majikan dengan buruh. Para pemilik modal menjadi semakin kata, karena selalu berusaha memaksimumkan laba dan menginvestasikan lagi

Menghadapi kenyataan ini Marx menawarkan teori alternatif, yang pokok isinya adalah membela kepentingan para pekerja dan meramalkan runtuhnya sistem kapitalis.Teori ini sering disebut teori sosialis dan dalam perkembangannya melahirkan sistem ekonomi komunis yang banyak dipraktekkan di negara-negara Eropa Timur, Uni Sovyet, RRC dan di beberapa NT dan NSB lainnya.

Teori Marxis ini bukan saja menjelaskan fenomena sejarah perekonomian sebagaimana yang dikemukakan oleh Friedrick List, Karel Bucher dan Bruno Hilde Brand misalnya, tetapi juga memberikan suatu kerangka analisis dan saran-saran untuk meruntuhkan sistem kapitalis dan mewujudkan suatu masyarakat sosialis atau masyarakat komunal modern. Karena lingkupnya yang demikian luas, yaitu ingin merubah secara mendasar tatanan tatanan ekonomi dan masyarakat yang sudah berurat berakar, maka pembahasan teori Marx secara intensif ditempatkan, yang khusus mengkaji beberapa teori mengenai pembangunan ekonomi.

Kajian dalam ini lebih ditekankan kepada penafsiran sejarah dari sudut ekonomi. Secara historis menurut Marx pertumbuhan ekonomi melalui lima tahapan berikut :

1. Sosialis (komunal primitif)

5. Sosialis (komunal modern) Dari kelima tahapan tersebut Marx melihat adanya siklus dalam

perkembangan masyarakat yaitu mulai dari masyarakat komunal (primitif) pada tahap pertama dan berakhir kembali pada masyarakat komunal (modern) pada tahap kelima.Dalam itu pada tahap kedua, ketiga dan keempat ditandai oleh adanya konflik dan perjuangan kelas diantara kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan yang bertentangan dalam masyarakat yang bersangkutan.

Berikut penjelasan dari masing-masing tahap yang dikemukakan oleh Marx, yaitu :

1. Masyarakat Komunal Primitif

Masyarakat komunal, dapat didefinisikan sebagai suatu tatanan masyarakat yang menekankan kepada pentingnya kebersamaan.Jadi berbeda dengan tatanan masyarakat kapitalis primitif yang lebih menonjolkan kepentingan individu.Perekonomian primitif ditandai oleh teknologi atau peralatan kerja yang sifatnya masih sangat sederhana seperti alat-alat yang berasal dari batu dan sebagainya.Tahap ini identik dengan tahap pertama (mengembara), kedua (beternak), dan ketiga (bertani) versi Friedrick List.Perbedaaannya, List melihat dari sisi perkembangan teknik produksi sementara Marx menekankan kajiannya kepada sisi pemilikan faktor produksi, yaitu pada tahap ini pemilikan faktor produksi bersifat komunal. Kegiatan perdagangan belum ada dan kalaupun ada masih bersifat barter dan sangat terbatas. Pada umumnya orang memproduksi sendiri produk yang mereka perlukan, dan oleh karena itu juga tidak ada surplus konsumsi di atas produksi atau sebaliknya.Dengan demikian dapat diduga bahwa kondisi perekonomian pada tahap ini berada dalam keadaan stabil dengan distribusi pendapatan relatif merata.

Tetapi lama-kelamaan karena kemajuan teknik produksi, terjadilah perubahan sosial dan pembagian kerja yang semakin jelas, tegas dan tajam dalam produksi.Pertukaran barang-barang secara berangsur-angsur terus berkembang dan

dengan kemajuan teknik produksi.Semuanya ini mendorong terjadinya disparitas (kepincangan) dalam distribusi pendapatan diantara anggota masyarakat yang sekaligus secara berangsur-angsur juga mengurangi rasa kebersamaan. Dengan kata lain pola kehidupan komunal secara berangsur-angsur berakhir. Sebaliknya bibit individualisme mulai bersemi.

saling mendorong

2. Masyarakat Perbudakan

Suatu fenomena penting dalam perkembangan teknik produksi ini adalah terbelahnya produsen ke dalam dua kelompok yang satu sama lain disamping saling membutuhkan, tetapi dalam prakteknya juga sering mempunyai Suatu fenomena penting dalam perkembangan teknik produksi ini adalah terbelahnya produsen ke dalam dua kelompok yang satu sama lain disamping saling membutuhkan, tetapi dalam prakteknya juga sering mempunyai

Keadaan ini sebenarnya dilatarbelakngi oleh kenyataan bahwa para budak pada umumnya adalah orang yang tidak puya (the havenot), kecuali tenaganya sebaliknya para majikan adalah orang haya (the have). Disamping itu banyak juga budak yang berasal dari tawanan perang, biasanya berasal dari pihak yang kalah.Dalam kebanyakan masyarakat memang ada kecenderungan untuk kurang menghargai orang yang miskin dan orang yang kalah.

Dengan pola hubungan produksi yang semacam itu, menurut Marx, majikan dapat memperoleh keuntungan yang semakin besar, karena para budak hanya diberi upah sekedar untuk bisa bekerja dan tidak mati.Tatanan masyarkat yang semacam inilah yang disebut masyarakat perbudakan. Perubahan masyarakat ke arah yang semacam ini menandai dimulainya kecenderungan untuk memberi keuntungan bagi diri sendiri (individual) melalui pengorbanan pihak lain, dan rasa kebersamaan yang melandasi masyarakat komunal semakin berkurang.

Dalam pada itu pembagian kerja dan tingkat spesialisasi yang semakin jauh di berbagai sektor produksi, dengan sendirinya mendorong peningkatan pengetahuan dan keterampilan para budak atau pekerja serta mendorong mereka untuk memperbaiki alat-alat produksi. Semuanya ini meningkatkan produktivitas kerja para budak serta kontribusinya dalam proses produksi. Sementara para tuan tanah tidak berminat memperbaiki alat-alat produksi terutama karena murahnya tingkat upah atau harga tenaga budak. Hal ini lama- kelamaan menyadarkan para budak akan kedudukannya dan merasa tidak puas dengan apa yang diperolehnya dari hubungan produksi yang timpang ini. Maka dari itu permusuhan diantara kedua kelompok masyarakat ini mulai tampak.

3. Masyarakat Feodal

Kritik-kritik berbagai kalangan terhadap praktek perbudakan, akhirnya meluluhlantakkan sistem tersebut. Perang saudara di Amerika Serikat adalah perang antara pihak yang menginginkan dihapuskannya perbudakan (terdiri dari negara-negara bagian yang terletak di belahan utara) dengan pihak yang ingin mempertahankan sistem tersebut (terdiri dari negara-negara bagian yang terletak di belahan selatan negeri itu). Perang ini akhirnya dimenangkan oleh pihak utara yang berimplikasi kepada dihapuskannya di Amerika Serikat. Begitu pula kebanyakan agama, misalnya Islam sangat menentang praktek- praktek perbudakan yang tidak manusiawi.

Menyusul berakhirnya sistem perbudakan muncullah suatu bentuk masyarakat baru, yaitu masyarakat feodal, dimana kaum bangsawan menguasai alat-alat produksi utama pada waktu itu, yaitu tanah. Masyarakat feodal ini, oleh karena itu terdapat dalam suatu perekonomian yang agraris, dimana distribusi pemilikan lahan (tanah) sangat timpang. Sehingga sebagian besar petani tidak memiliki tanah atau hanya memiliki tanah yang luasnya sangat terbatas sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu kebanyakan mereka bekerja pada tanah milik orang lain (pada umumnya tuan tanah yang memiliki tanah yang luas) sebagai buruh tani atau sebagai penyewa.

Para petani atau buruh tani tersebut kebanyakan terdiri dari para budak yang dibebaskan. Mereka mengerjakan tanah untuk kaum feodal dan setelah itu baru tanah miliknya sendiri dapat dikerjakan. Seperti halnya dalam masyarakat perbudakan, kepentingannya satu sama lain saling bertentangan. Kedua kelas itu adalah: (1) kelas feodal yang terdiri dari tuan-tuan tanah yang lebih berkuasa dalam hubungan produksi dan sosial itu dan, (2) kelas petani yang bertugas melayani mereka. Dalam hal ini, menurut Marx, kaum feodal hanya memikirkan keuntungan saja, sehingga kehidupan selalu tertekan.

Meskipun demikian, dibandingkan dengan hubungan produksi pada sistem perbudakan hubungan produksi semacam itu ternyata mendorong adanya perbaikan alat-alat produksi dan kemajuan teknologi terutama di sektor pertanian. Akibatnya terjadi peningkatan produktivitas dan jumlah produksi Meskipun demikian, dibandingkan dengan hubungan produksi pada sistem perbudakan hubungan produksi semacam itu ternyata mendorong adanya perbaikan alat-alat produksi dan kemajuan teknologi terutama di sektor pertanian. Akibatnya terjadi peningkatan produktivitas dan jumlah produksi

Dalam perkembangan selanjutnya para pedagang ini disamping berdagang lama-kelamaan menginvestasikan sebagian dari keuntunganya dalam usaha processing (pabrik) sehingga lama-kelamaan terbentuklah apa yang disebut dengan alat produksi kapitalis. Dengan demikian terbentuklah suatu kelas baru dalam masyarakat yaitu kelas borjuis yang kapitalistik. Kaum borjuis ini menghendaki dihapuskannya sistem feodal yang didominasi oleh kaum bangsawan. Kelas borjuis yang memiliki alat-alat produksi menghendaki pasar buruh yang bebas dan hapusnya tarif dan lain-lain rintangan dalam perdagangan yang diciptakan oleh kaum feodal.

Demikian kerasnya pertentangan antara kaum borjuis dan feodal ini, maka di Eropa pada akhir abad ke delapan belas meletuslah Revolusi Perancis yang dimenangkan oleh kaum borjuis sehingga revolusi Perancis tersebut disebut juga revolusi borjuis. Peristiwa ini mempercepat terwujudnya masyarakat kapitalis.

4. Masyarakat Kapitalis

Lahirnya masyarakat kapitalis diilhami oleh gagasan Adam Smith yang menggarisbawahi pentingnya peranan kapital dan akumulasi kapital dalam pertumbuhan ekonomi lewat peningkatan produktivitas per pekerja. Peningkatan produktivitas per pekerja terjadi karena tambahan kapital membuka peluang untuk mempertajam tingkat spesialisasi dan pembagian kerja (specialization division of labor). Disamping itu faktor lain yang ikut menunjang proses pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith adalah:

a) Pasar yang semakin luas, dan

b) Laba usaha. Kedua faktor tersebut saling berkaitan. Meluasnya pasar membuka

kemungkinan untuk inovasi lebih lanjut, dus menciptakan pembagian kerja yang lebih tajam dan menambah peluang untuk memacu pertumbuhan laba dan kemungkinan untuk inovasi lebih lanjut, dus menciptakan pembagian kerja yang lebih tajam dan menambah peluang untuk memacu pertumbuhan laba dan

Dalam kenyataannya lahirnya masyarakat kapitalis ini berbarengan dengan terjadinya perubahan struktur ekonomi dari agraris ke industri di Inggris pada akhir abad ke XVIII. Revolusi industri tersebut didukung oleh kemajuan teknologi produksi yang spektakuler yang berimplikasi kepada peningkatan skala produksi dan perluasan pasar. Semuanya ini memerlukan kapital dalam jumlah yang besar, sehingga mendorong terjadinya proses akumulasi kapital yang intensif sehingga masyarakat menjadi kapitalistik.

Dampak dari perkembangan yang semacam itu adalah bahwa masyarakat kembali terbagi dua tetapi dengan corak yang berbeda dari periode sebelumnya. Kedua kelompok itu adalah: a) kelas kapitalis, dan b) kelas buruh. Dalam hubungan ini para kapitalis mempekerjakan kaum buruh, yang dalam hal ini mempunyai posisi yang relatif lemah terutama karena tidak memiliki alat produksi. Dalam konstelasi yang semacam itu kaum kapitalis memanfaatkan kelemahan kaum buruh ini yaitu dengan memberikan tingkat upah yang rendah untuk memaksimumkan labanya dan mempercepat laju akumulasi kapital. Sementara itu kaum buruh menjadi semakin melarat. Pertentangan kepentingan ini makin lama makin besar dan akhirnya timbul pertarungan diantara keduanya yang oleh Marx disebut perjuangan kelas.

Sementara itu sistem kapitalis yang mementingkan adanya kebebasan dalam berusaha melahirkan suasana persaingan yang tajam terutama diantara para kapitalis itu sendiri, baik dalam memasarkan output maupun dalam membeli input untuk memaksimumkan profitnya. Dalam persaingan ini nantinya akan semakin banyak kapitalis tersisih, sementara yang menang jumlahnya akan semakin sedikit tetapi kekayaannya akan semakin besar. Prosesi ini melahirkan kesenjangan yang sangat besar dalam masyarakat dimana jumlah orang yang kaya semakin sedikit dengan tingkat kekayaan yang semakin besar dan jumlah orang miskin menjadi semakin banyak. Tatanan ekonomi masyarakat menyerupai piramid dengan lapisan masyarakat yang Sementara itu sistem kapitalis yang mementingkan adanya kebebasan dalam berusaha melahirkan suasana persaingan yang tajam terutama diantara para kapitalis itu sendiri, baik dalam memasarkan output maupun dalam membeli input untuk memaksimumkan profitnya. Dalam persaingan ini nantinya akan semakin banyak kapitalis tersisih, sementara yang menang jumlahnya akan semakin sedikit tetapi kekayaannya akan semakin besar. Prosesi ini melahirkan kesenjangan yang sangat besar dalam masyarakat dimana jumlah orang yang kaya semakin sedikit dengan tingkat kekayaan yang semakin besar dan jumlah orang miskin menjadi semakin banyak. Tatanan ekonomi masyarakat menyerupai piramid dengan lapisan masyarakat yang

5. Masyarakat Sosialis Modern

Seperti halnya dalam masyarakat komunal primitif, dalam masyarakat komunal modern faktor-faktor produksi adalah milik bersama (social ownership). Namun berbeda dengan masyarakat komunal primitif, dalam masyarakat komunal modern alat-alat produksi atau teklogi sudah jauh lebih maju. Dalam sistem ini semua manusia mempunyai peluang yang sama untuk maju pada semua bidang kehidupan dan terutama dalam bidang ekonomi.

o W.W ROSTOW

Teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi Rostow dapat dikatakan sebagai reaksi terhadap teori komunis Marx. Hal ini terlihat dari karya utama Rostow yang berjudul: The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto .Seperti analisis Marx, model pertumbuhan ini ternyata jauh lebih berpengaruh kepada para politisi daripada kepada para teoritisi ekonomi atau sejarawan profesional.

Rostow yang beradal dari TexasUniversity mengajukan lima tahap pertumbuhan ekonomi, yaitu:

1. Masyarakat Tradisional

2. Prakondisi untuk Take-off

3. Periode Take-off

4. Dorongan menuju kematangan (Drive to Maturity)

5. Konsumsi tinggi dan besar-besaran (High-mass consumption)

Dari kelima tahap tersebut, Take off (lepas landas) merupakan tahap kunci yang didorong oleh satu atau lebih leading growth sector.

1. Masyarakat Tradisional

Tahap ini adalah tahap paling awal dari pertumbuhan ekonomi, yang menurut Rostow mempunyai karakteristik sebagai berikut:

A. Kebiasaan-kebiasaan lama menentukan organisasi dan metoda produksi. Pada tahap ini organisasi dan metoda produksi banyak ditentukan oleh kebiasaan lama, misalnya cara hidup yang sangat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran yang tidak rasional dan hanya didasarkan kepada kebiasaan-kebiasaan sebelumnya.

Sebagai contoh dapat dikemukakan pandangan bahwa banyak anak, banyak rezeki.Pandangan hidup ini menyebabkan suatu rumah tangga tidak perlu merasa khawatir untuk beranak banyak, sehingga jumlah anak yang mereka miliki relatif banyak dan melampaui kemampuan mereka untuk memelihara dan mendidiknya.Akibatnya tingkat kesehatan (baik tingkat kesehatan anak maupun tingkat kesehatan anak) dan pendidikan masyarakat tradisional ini relatif rendah yang selanjutnya menghasilkan tenaga kerja yang berproduktivitas rendah pula.

Disamping rendahnya produktivitas jumlah anak yang banyak ini juga memperbesar rasio ketergantungan (dependency ratio).Rendahnya tingkat produktivitas serta tingginya rasio ketergantungan ini menyebabkan rendahnya pendapatan.Kemudian jumlah anak yang banyak ini menyerap sebagian besar pendapatan yang rendah tersebut terutama untuk memenuhi barang-barang kebutuhan pokok yang bersifat konsumtif. Bahkan itupun sering tidak mencukupi (dissaving) sehingga peluang untuk investasi menjadi sangat terbatas, kalau tidak dapat dikatakan tidak ada sama sekali. Pola hidup yang semacam inilah yang sering menyebabkan masyarakat tradisional ini terjebak di dalam lingkaran setan kemiskinan (Visicious Circle ).

Rasionalitas merupakan salah satu prinsip dari ilmu ekonomi, oleh karena itu masyarakat yang tidak rasional memang sukar untuk berpikir ekonomis, yaitu berpikir efisien dan mengarah kepada kemajuan (pertumbuhan ekonomi). Mereka cenderung hidup boros, tidak efisien serta tidak mempunyai tradisi menabung yang kuat. Kultur yang semacam Rasionalitas merupakan salah satu prinsip dari ilmu ekonomi, oleh karena itu masyarakat yang tidak rasional memang sukar untuk berpikir ekonomis, yaitu berpikir efisien dan mengarah kepada kemajuan (pertumbuhan ekonomi). Mereka cenderung hidup boros, tidak efisien serta tidak mempunyai tradisi menabung yang kuat. Kultur yang semacam

Di Indonesia juga banyak terdapat candi-candi yang terpenting diantaranya adalah candi candi Borobudur dan Prambanan yang dibangun sekitar abad ke IX. Dapat dibayangkan bahwa pembangunan candi-candi tersebut memerlukan biaya yang sangat besar terutama dalam bentuk pengorbanan tenaga manusia dengan teknologi yang ada pada masa itu. Jelas proyek ini tidak ekonomis, meskipun dari segi sosial budaya proyek tersebut mempunyai nilai yang sangat tinggi. Pada tahun 1980-an atau seribu tahun kemudian, candi tersebut direnovasi dan daerah di sekitarnya dikembangkan menjadi kawasan wisata yang salah satu sasarannya adalah untuk menjaring devisa dan mengembangkan perekonomian di sekitar kawasan tersebut.

Di Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru (sejak tahun 1966) kebiasaan-kebiasaan yang kurang produktif ini juga banyak dijumpai terutama di daerah pedesaan. Misalnya, masih banyak dijumpai penggunaan dana inpres desa yang tidak produktif dan lebih bersifat monumental, seperti untuk membangun batas desa atau tugu-tugu peringatan.Praktek-praktek semacam ini pernah dikritik tajam oleh Menteri Dalam Negeri Rudini pada tahun 1990.

b. Dampak sains teknologi terhadap kegiatan ekonomi relatif kecil. Sikap rasional berkorelasi positif dengan kemajuan sains dan teknologi. Semakin rasional masyarakat semakin cepat kemajuan sains dan teknologi di dalam masyarakat tersebut, sebaliknya semakin tidak rasional masyarakat, semakin sulit sains dan teknologi berkembang di dalam masyarakat tersebut. Jadi rasionalitas merupakan tanah tempat tumbuh tanaman sains dan teknologi. Masyarakat yang memiliki sifat-sifat yang rasional merupakan ladang yang subur bagi tanaman sains dan teknologi.

Kalaupun masyarakat tradisional ini tidak dapat mengembangkan sains Kalaupun masyarakat tradisional ini tidak dapat mengembangkan sains

Rendahnya tingkat penguasaan sains dan teknologi juga menyebabkan struktur perekonomian tetap agraris, karena sektor pertanian tradisional ini belum menuntut teknologi yang begitu tinggi. Sekitar 75 persen dari penduduk yang bekerja melakukan pekerjaan di sektor pertanian dengan sebagian besar pendapatan mereka berasal dari sektor ini.

c. Masyarakat merasa tidak memerlukan perubahan. Masyarakat tradisional adalah suatu masyarakat yang statis, karena mereka merasa tidak memerlukan perubahan.Sehubungan dengan itu masyarakat ini ditandai pula oleh relatif lambannya mobilitas sosial, dalam arti kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak banyak berbeda dengan kedudukan orang tuanya. Jadi, misalnya bagi anak seorang buruh tani kecil sekali kemungkinannya untuk menjadi tuan tanah. Struktur masyarakat tradisional cenderung bersifat hierarkis (bertingkat), dimana hubungan darah dan keluarga memainkan peranan yang menentukan.Kekuasaan politik terpusat di daerah, ditangan bangsawan pemilik tanah yang didukung oleh sekelompok serdadu dan pegawai negeri. Bahkan di negara dengan sistem pemerintahan sentralisasipun di daerah-daerah juga terdapat pusat kekuasaan politik sehingga para tuan tanah di daerah, misalnya, dapat mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah pusat.

Ketiga karakteristik utama ini satu sama lain saling berkaitan sehingga yang satu sering merupakan akibat bagi yang lain.

2. Prakondisi untuk Take-off

Tahap kedua adalah tahap transisi dari tradisional ke take-off. Pada tahap ini prasyarat-prasyarat untuk take-off dibangun atau atau tercipta. Di negara-negara Eropa Barat prasyarat-prasyarat ini diciptakan secara Tahap kedua adalah tahap transisi dari tradisional ke take-off. Pada tahap ini prasyarat-prasyarat untuk take-off dibangun atau atau tercipta. Di negara-negara Eropa Barat prasyarat-prasyarat ini diciptakan secara

Dari segi prasyarat yang harus dipenuhi untuk masuk ke tahap ini Rostow membedakan dua kategori negara berdasarkan sistem masyarakatnya:

a. Negara yang harus merombak sistem masyarakatnya yang tradisional. Tipe ini dialami oleh kebanyakan negara-negara Asia, Timur Tengah dan Afrika

b. Negara-negara yang tidak perlu merombak sistem masyarakatnya, yaitu Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Negara-negara ini tidak perlu merombak sistem masyarakatnya, karena sebagian besar penduduk negara-negara ini berasal dari Eropa Barat yang sudah lebih dulu berkembang, dan oleh karena itu sudah memiliki sifat-sifat yang diperlukan untuk berada pada tahap “Prakondisi untuk Take off”. Perhatikan bahwa negara-negara ini adalah bekas jajahan Inggris dan hingga kini menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resminya.

Adapun karakteristik masyarakat atau negara yang berada pada tahap ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Sikap mental tradisional masyarakat secara perlahan-lahan mulai berkurang

2. Saving dan investasi meningkat secara teratur dan mendasar serta melampaui laju pertumbuhan penduduk.

3. Introduksi teknologi maju.

4. Munculnya pahma nasional sebagai reaksi terhadap internvensi dan dominasi asing

Keempat karakteristik ini satu sama lain saling berkaitan, namun untuk lebih jelaskannya akan dibahas satu persatu/

1. Berkurangnya Sikap Mental Tradisional

Pada tahap ini sikap mental tradisional secara perlahan-lahan mulai berkurang. Proses ini biasanya diawlai dengan munculnya kelompok elit baru yang mempunyai gagasan bahwa modernisasi ekonomi adalah sesuatu yang mungkin dan bahkan sangat didambakan. Kemajuan ekonomi merupakan syarat penting untuk mencapai tujuan lain yang dianggap terbaik, misalnya kebanggaan nasional, keuntungan pribadi, kesejahteraan umum, atau kehidupan yang lebih baik bagi anak cucu. Kelompok elit baru ini mau bekerja keras, meningkatkan tabungan dan mengambil resiko dalam mengejar keuntungan modernisasi.

Sebagian anggota masyarakat sudah mulai berpikir rasional menyusul semakin meluasnya pendidikan, sekurang-kurangnya bagi beberapa orang tertentu. Perkembangan sektor pendidikan ini adalah untuk memenuhi berbagai kebutuhan dalam kehidupan modern.

Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan contoh Indonesia. Pada tahun 1921 untuk pertama kalinya di Bandung didirikan sebuah perguruan tinggi teknik oleh pemerintah Belanda, yaitu Technische Highschool, yang salah satu tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan terhadap tenaga insinyur teknik yang semakin meningkat pada waktu itu Ir. Soekarno yang kemudian menjadi proklamator kemerdekaan dan presiden pertama Republik Indonesia adalah salah seorang alumni perguruan tinggi tersebut.

Perguruan tinggi tersebut terus berkembang dan kemudian menjadi ITB, salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Setelah itu sampai menjelang kemerdekaan beberapa pendidikan tinggi lainnya berdiri pula di beberapa kota besar lainnya di Indonesia seperti kedokteran, hukum dan sastra di Jakarta, pertanian di Bogor, kedokteran hewan di Surabaya dan fakultasekonomi di Ujung Pandang. Sdangkan pendidikan pada tingkat yang lebih rendah seperti SLTA, SLTP dan SD sudah berkembang lebih dulu maupun oleh pribumi Indonesia dan bahkan oleh golongan etnis Cina. Sementara itu beberapa putra terbaik Indonesia juga banyak yang menuntutkan ilmu ke luar negeri atau ke negara-negara yang lebih maju terutama Belanda.

Dalam perjalanan sejarha selanjutnya alumni-alumni perguruan tinggi ini, baik lulusan domestik maupun lulusan luar negeri merupakan para founding father bagi republik Indonesia. Bahkan sebagian besar dari founding father tersebut adalah para lulusan perguruan tinggi (sarjana). Lebih jauh lagi, sepanjang sejarahnya, mayoritas anggota kabinet dalam pemerintah Indonesia adalah sarjana.

Lahirnya sektor pendidikan modern di Indonesia ini tidak terlepas dari kontak yang terjadi dengan dunia luar, khususnya dengan negeri Belanda yang telah menjajah Indonesia selama ratusan tahun. Indikasi ini diperkuat pula oleh kenyataan bahwa perguruan-perguruan tinggi tersebut didirikan di kota-kota besar yang merupakan pula konsentrasi-konsentrasi kekuasaan Belanda di Indonesia pada masa itu.

2. Peningkatan Saving dan Investasi

Pada periode ini bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan bermunculan seiring dengan meningkatnya saving dan investasi secara teratur dan mendasar hingga melampaui laju pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan sektor perbankan/ lembaga keuangan, saving, investasi dan pendapatan masyarakat saling menunjang. Perkembangan sektor perbankan/ lembaga keuangan, memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk menabung dan memperoleh dana yang diperlukan untuk invetasi sehingga memacu peningkatan saving, investasi dan pendapatan masyarakat. Perkembangan saving, investasi dan pendapatan masyarakat sebaiknya memperluas permintaan terhadap jasa-jasa perbankan/ keuangan. Begitu pula peningkatan pendapatan masyarakat membuka peluang untuk meningkatkan saving, investasi dan lembaga-lembaga keuangan/ perbankan. Interaksi keempat komponen ini secara bersama- sama memungkinkan pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Sebagai ilustrasi perhatikan kasus Indonesia berikut. Bank pertama di Indonesia (pada waktu itu Nederland Indie) didirikan pada tahun 1827 [13] , yaitu De Javasche Bank N.V. Pada tahun 1951 pemerintah Indonesia mengambil alih bank ini, dan dikembangkan menjadi Bank

Indonesia (BI) yang hingga kini menjadi bank sentral di Indonesia. Sejak tahun 1827 tersebut jumlah bank di Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi pada masa itu hingga menjelang Perang Dunia II tidak kurang dari 20 buah. Bank-bank tersebut kebanyakan milik bangsa asing, seperti Belanda, Inggris dan bahkan Cina. Bank-bank milik pribumi diantaranya adalah Bank Nasional Abuan Saudagar, yang didirikan pada tahun 1932 di Bukittinggi, N.V Bank Boemi di Jakarta dan Bank Nasional Indonesia di Surabaya.

Rostow menyarankan supaya investasi pemerintah diarahkan kepada perluasan Social overhead capital (prasarana produksi) terutama untuk membangun jaringan transportasi. Pengembangan jaringan transportasi ini sangat besar peranannya dalam memperluas pasar, menggarap sumber daya alam secara lebih produktif, dan untuk memungkinkan negara memerintah secara lebih efektif. Kebijaksanaan ini juga membantu terwujudnya stabilitas politik dan integrasi nasional, yang merupakan prasyarat pula bagi pertumbuhan ekonomi selanjutnya.

Seperti diketahui sebagian besar NT memiliki keunggulan komparatif dalam sumber daya alam sehingga potensi ekspor mereka terletak pada produk-produk primer yang meliputi berbagai rupa bahan tambang, kehutanan dan produk-produk pertanian lainnya. Untuk mengelola sebagian besar dari potensi sumber daya alam ini biasanya diperlukan modal yang relatif besar dengan teknologi yang relatif tinggi, yang keduanya biasanya tidak dapat dipenuhi oleh sebagian besar NT.

Oleh karena itu eksploitasi sumber daya alam ini biasanya dilakukan melalui kerjasama dengan negara lain yang lebih maju. Dengan kata lain NT tersebut mengundang masuknya modal asing baik berupa PMA swasta murni maupun melalui proyek patungan dengan modal pribumi baik swasta maupun pemerintah. Hasil produknya biasanya juga sebagian besar diekspor. Disamping itu adalagi pola kerjasama production sharing atau bagi hasil, dimana pemerintah NT menerima sebagian dari hasil produksi yang dihasilkan oleh Perusahaan Asing tersebut sebagai kompensasi atas izin yang diberikannya. Dapat pula dicatat bahwa investor Oleh karena itu eksploitasi sumber daya alam ini biasanya dilakukan melalui kerjasama dengan negara lain yang lebih maju. Dengan kata lain NT tersebut mengundang masuknya modal asing baik berupa PMA swasta murni maupun melalui proyek patungan dengan modal pribumi baik swasta maupun pemerintah. Hasil produknya biasanya juga sebagian besar diekspor. Disamping itu adalagi pola kerjasama production sharing atau bagi hasil, dimana pemerintah NT menerima sebagian dari hasil produksi yang dihasilkan oleh Perusahaan Asing tersebut sebagai kompensasi atas izin yang diberikannya. Dapat pula dicatat bahwa investor

Oleh karena menggunakan teknologi dan tenaga profesional berkualitas tinggi dari negara maju ini, maka pengelolaan sumber daya alam ini biasanya efisien dan efektif. Maka efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan sumber daya alam ini diharapkan dapat meningkatkan ekspor dan penerimaan devisa yang kemudian dapat digunakan lagi untuk memperluas impor termasuk impor barang modal. Dengan demikian investasi dapat terus ditingkatkan.

3. Pengenalan Teknologi Maju

Berkurangnya sikap mental tradisional, kemudian dalam bidang pendidikan serta peningkatan saving dan investasi merangsang berkembangnya