Pengaruh Kompetensi Auditor Dan Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kinerja Auditor Bea Dan Cukai Di Wilayah Jakarta
PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR DAN PEMAHAMAN
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP
KINERJA AUDITOR BEA DAN CUKAI
DI WILAYAH JAKARTA
TESIS
Oleh
FEBRI PURNAMA ESYA
057017005/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
(2)
PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR DAN PEMAHAMAN
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP
KINERJA AUDITOR BEA DAN CUKAI
DI WILAYAH JAKARTA
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
FEBRI PURNAMA ESYA
057017005/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
(3)
Judul Tesis : PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR DAN PEMAHAMAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KINERJA AUDITOR BEA DAN CUKAI DI WILAYAH JAKARTA
Nama Mahasiswa : Febri Purnama Esya
Nomor Pokok : 057017005
Program Studi : Ilmu Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak) Ketua
(Drs. Zainul Bahri TorongM.Si,Ak) Anggota
Ketua Program Studi
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)
Direktur
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)
(4)
Telah diuji pada :
Tanggal 12 Desember 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
Anggota : 1. Drs. Syafruddin Ginting, MAFIS,Ak 2. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak 4. Drs. Rasdianto, MA, Ak
(5)
ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan mengkaji Pengaruh Kompetensi Auditor dan Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi terhadap kinerja Auditor Bea dan Cukai di wilayah Jakarta. Variabel yang di gunakan dalam penelitian terdiri atas variabel terikat yakni kinerja auditor dan variabel bebas yang terdiri atas: kompetensi dan pemahaman. Untuk mengkaji pengaruh tersebut digunakan metode deskriptif dalam bentuk studi pengaruh (correlation studies) dengan pendekatan kuantatif.
Objek dalam penelitian ini di batasi pada auditor kantor Bea dan Cukai wilayah Jakarta. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 64 orang auditor. Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik Simple Random Sampling. Instrumen pengumpulan data disusun dalam angket yang mengunakan skala likert. Analisis data dilakukan pada taraf signifikan 95%. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi berganda.
Hasil penelitian mendukung hipotesis pertama bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hal ini berarti bahwa kinerja auditor dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik. Hal ini diperkuat dengan hasil pengolahan data. Hasil pengujian dengan regresi berganda menunjukkan bahwa pemahaman SIA (Sistem Informasi Akuntansi) berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Secara keseluruh terdapat pengaruh yang signifikan kompetensi yang di miliki auditor dan pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi terhadap kinerja auditor Bea dan Cukai
(6)
ABSTRACT
Target of this research is to obtain and get evidence empirically and clarity about The Impact of Auditor’ Competence and Accounting Information System of Comprehension Toward Customs Auditor Performance in Jakarta Region . This study utilized quantitative method by research approach and data presentation by descriptive analizes and using competence, Accounting Information System of Comprehension and Customs Auditor Performance as variable.
Population of this study is the customs auditors in Jakarta Region by taking 64 auditors for sample using simple random sampling . Data collection was done by using enquete with likert scale. Data analysis was conducted by using multiple correlation and regression method at significance 95%
Result of hypothesis test of study showed : (1) There is an influence of auditor’ Competence towards Customs Auditor Performance in Jakarta Region. This was proved by correlation coefficient for the relation of these two variables. Based upon the result was concluded very significant influence of auditor’ Competence towards Customs Auditor Performance (2) There is a significant effect of Accounting Information System of Comprehension variable toward Customs Auditor Performance in Jakarta Region. Based upon the result was concluded very significant significant effect of Accounting Information System of Comprehension variable toward Customs Auditor Performance .3 Based on the result of significance and linearity test, it could be conluded that variable regression coefficient of Accounting Information System of Comprehension toward the Auditor Performance is There is an influence of significant Auditor’ Competence and Accounting Information System of Comprehension togotherly towards Customs Auditor Performance in Jakarta Region.
(7)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang yang berjudul :
“ Pengaruh Kompetensi Auditor dan Pemahaman Sistem Infomasi Akuntansi Terhadap Kinerja Auditor Bea dan Cukai di Wilayah Jakarta”
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 12 Desember 2008
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “ Pengaruh Kompetensi Auditor dan Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi
Terhadap Kinerja Auditor Bea Dan Cukai Di Wilayah Jakarta” , untuk
memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Magister Sains, pada Program Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Bantuan dari berbagi pihak telah penulis terima dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A.(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, selaku Ketua Program Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
4. Dr. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak, selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
(9)
5. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
6. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
7. Drs. Rasdianto, MA, Ak selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
8. Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai NAD, Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai Jakarta, Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tanjung Priok dan jajaran pimpinan Bea dan Cukai lainnya yang telah memberikan ijin dan membantu dalam penyelesaian studi dan tesis ini.
9. Kepada rekan rekan auditor dan rekan sekerja di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.
10. Yang kusayangi Ayahanda Drs. Syamsir Alam dan ibunda Nasti Zen, serta saudaraku Ir. Lusi Victoria Esya M.S ( Alm ) dan Elvina Kartika, Esya, S.E., Ak yang telah memberi dorongan dan motivasi untuk menyelesaikan tesis ini.
(10)
11. Yang Tercinta istriku Nora Trioningsih , S.E, anak-anakku Agha Nabiel Rafera dan Czar Sudaish Rafera yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi sejak awal pendidikan hingga penyelesaian tesis ini.
12. Rekan rekan mahasiswa khususnya angkatan sembilan, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa karena keterbatasan yang dimiliki membuat tesis ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu sangat diperlukan masukan-masukan dan saran-saran yang bersifat membangun dari pembaca. Namun demikian ,besar harapan penulis, agar tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 12 Desember 2008
(11)
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Febri Purnama Esya
2. Tempat / Tanggal Lahir : Lubuk Sikaping / 27 Februari 1971
3. Pekerjaan : PNS Departemen Keuangan
4. Agama : Islam
5. Orang Tua
a. Ayah : Drs. Syamsir Alam
b. Ibu : Nasti Zen
6. Alamat : Jl. Rajawali Selatan II No 1 ( CNT 718) Jakarta Pusat
7. Telepon : 021 6409362
8. Pendidikan :
a. SD : SD Negeri 11 Bukittinggi, lulus tahun 1984
b. SLTP : SMP Negeri 7 Bukittinggi, lulus tahun 1987
c. SLTA : SMA Negeri I Bukittinggi, lulus tahun 1990
d. Diploma : Prodip III Keuangan Jakarta, lulus tahun 1993 d. Universitas : Universitas Indonesia Jakarta, lulus tahun 1997
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Batasan Penelitian ... 7
1.3.Perumusan Masalah ... 7
1.4.Tujuan Penelitian ... 8
1.5.Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Kinerja Auditor ... 10
2.2. Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi ... 20
2.3. Kompetensi Auditor ... 33
2.4. Penelitian Terdahulu ... 42
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS………... 48
3.1. Kerangka Konseptual ... 48
(13)
BAB IV METODE PENELITIAN ... 50
4.1.Desain Penelitian... 50
4.2.Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data ... 51
4.3.Variabel penelitian dan Indikator Variabel ... 52
4.4.Prosedur Pengumpulan Data ... 57
4.5.Teknik Analisis Data... 58
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63
5.1.Hasil Analisa Data Penelitian ... 63
5.2.Hasil Uji Coba... 67
5.3.Analisa Deskriptif Data... 71
5.4.Pembahasan... 94
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 96
6.1.Kesimpulan ... 96
6.2.Keterbatasan... 97
6.3.Saran... 97
(14)
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1.1 Penyelesaian Laporan Hasil Audit Tahun 2007... 3
1.2 Tagihan Atas Laporan Hasil Audit Tahun 2007 ... 4
2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu Tentang Kompetensi Auditor ... 47
4.1 Indikator Instrumen... 54
5.1 Deskripsi Data Responden Berdasarkan Usia... 63
5.2 Deskripsi Data Responden Berdasarkan Pendidikan ... 64
5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... 66
5.4 Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Auditor (X1)... 67
5.5 Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman SIA ... 69
5.6 Hasil Uji Validitas Kinerja Auditor ... 70
5.7 Data Statistik Variabel Kinerja Auditor (Y) ... 72
5.8 Distribusi Frekuensi Skor Kinerja Auditor ... 72
5.9 Statistik Variabel Kompetensi Audior ... 74
5.10 Distribusi Frekuensi Kompetensi Auditor ... 74
5.11 Statistik Variabel Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi ... 75
5.12 Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi .... 76
5.13 Uji Normalitas Data ... 78
5.14 Hasil Uji Multikolinearitas... 81
5.15 Rangkuman Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 82
5.16 Rangkuman Hasil Uji Linearitas... 83
5.17 Koefisien Regresi X1 dengan Y... 84
5.18 Analisis Varians Regresi Linear X1 dan Y dengan persamaan = 16,103 + 0,596 X1. ... 85
5.19 Pedoman Interpretasi... 87
(15)
5.21 Analisis Variansi untuk Regresi Linear X2 dan Y dengan
persamaan = 23,373 + 0,521X2... 89
5.22 Koefisien Regresi Ganda ... 92 5.23 Analisis Variansi Regresi Linear Ganda
= 9,586 + 0,448 X1 + 0,288 X2 ... 92 5.24 Rangkuman Uji Korelasi Jamak antara X1,X2 dengan Y ... 93
(16)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1 Elemen-Elemen Kunci Dalam Sistem Penilaian Kinerja... 14
2.2 Aplikasi Model Kompetensi ... 42
3.1 Model Penelitian Pengaruh Kompetensi dan Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kinerja Auditor ... 49
4.1 Desain Penelitian... 51
5.1 Komposisi Auditor Berdasarkan Tingkat Usia ... 64
5.2 Komposisi Auditor Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 65
5.3 Komposisi Auditor Berdasarkan Masa Kerja ... 66
5.4 Histogram Kinerja Auditor ... 73
5.5 Histogram Skor Kompetensi Auditor ... 75
5.6 Histogram Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi ... 77
5.7 Uji Normalitas Data ... 80
5.8 Model Pengaruh Variabel Kompetensi Auditor Terhadap Variabel Kinerja Auditor... 86
5.9 Grafik Regresi Linear Sederhana Pengaruh Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Auditor... 90
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 101
2. Data Uji Coba... 108
3. Laporan Uji Coba... 111
4. Sebaran Data ... 127
5. Deskripsi Data Penelitian... 133
6. Uji Normalitas Data ... 140
7. Uji Linearitas... 141
(18)
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pelaksanaan audit merupakan salah satu instrumen pengawasan keuangan negara di sektor Bea dan Cukai . Kinerja auditor yang handal merupakan kunci sukses dalam pelaksanaan audit tersebut. Kompetensi auditor yang memadai dan pemahamannya terhadap Sistem Informasi Akuntasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil pelaksanaan audit.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan salah satu instansi pemerintah yang berada di bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia, yang merupakan unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan Republik Indonesia di bidang Kepabeanan dan Cukai. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai tugas mengelola penerimaan keuangan negara khususnya di bidang kepabeanan dan cukai..
Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan dan Undang-undang Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai memberlakukan sistem self assessment dalam pemungutan bea masuk yaitu dengan memberikan kepercayaan kepada masyarakat dan dunia usaha untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajaknya sendiri. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sebagai otoritas pajak (fiskal), bersifat pasif dan hanya
(19)
memberikan penerangan, pengawasan, dan koreksi atas kesalahan yang dilakukan oleh masyarakat dan dunia usaha.
Sebagai konsekuensi pemberlakukan sistem self assesment, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai wewenang untuk melakukan audit di bidang kepabeanan dan cukai yaitu dengan pemeriksaan terhadap pembukuan, surat menyurat, catatan dan persediaan barang orang atau badan usaha ( perusahaan )yang mempunyai keterkaitan dengan perdagangan luar negeri . Pelaksanaan audit ini dilakukan oleh Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan instansi vertikalnya yaitu Kantor Wilayah dan Kantor Pelayanan Utama .
Pelaksanaan audit dilakukan setelah barang dikeluarkan dari Kawasan Pabean ( post clearance audit ). Oleh karena itu , kepada perusahaan diwajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan baik (benar dan lengkap). Dikarenakan ‘pilar’ sistem pemungutan bea masuk berdasarkan self assessment adalah pembukuan yang benar dan lengkap, serta itikad baik dari masyarakat.
Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dimana transaksi yang dilakukan menjadi sedemikian besarnya sehingga perusahaan menerapkan suatu Sistem Informasi Akuntansi yang dapat mengelola data dan informasi tersebut. Pembukuan yang dilakukan perusahaan tidak lagi dilakukan secara manual dan sederhana, akan tetapi telah melibatkan teknologi informasi yang canggih dan sistem yang terintegrasi.
Auditor Bea dan Cukai sebagai pelaksana tugas audit di bidang kepabeanan yang memeriksa langsung pembukuan seringkali merasa kesulitan dalam melakukan
(20)
pemeriksaan terutama perusahaan yang berskala besar yang mempunyai data yang banyak, dengan aktivitas impor dan ekspor yang besar. Kesulitan tersebut bertambah bila perusahaan tersebut memperoleh fasilitas pembebasan Bea Masuk dalam rangka keringanan ekspor, sehingga seluruh aktifitas produksi dan penjualan termasuk mutasi barang harus diperiksa oleh Auditor.
Kesulitan ini tercermin dari banyaknya tunggakan Laporan Hasil Audit yang tidak dapat diselesaikan secara tepat waktu. Target penyelesaian audit yang diberikan selama tiga bulan, seringkali tidak dapat dipenuhi. Dalam beberapa kasus terdapat penyelesaian audit bahkan lebih dari dua tahun. Rekapituasi tentang penyelesaian LHA dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut”
Tabel 1.1 Penyelesaian Laporan Hasil Audit Tahun 2007
No. LHA Jumlah Keterangan
1. 2. 3. 4. 5.
ST Thn 2003 ST Thn 2004 ST Thn 2005 ST Thn 2006 ST Thn 2007
6 buah 4 buah 14 buah 55 buah 65 buah
Lewat waktu Lewat waktu Lewat waktu Lewat waktu 23 bh lewat waktu 42 on time
(21)
Sedangkan bea masuk dan pajak dalam rangka impor lainnya yang berhasil ditagih dari penyelesaian laporan hasil audit tersebut adalah seperti dapat dilihat pada table 1.2 berikut:
Tabel 1.2 Tagihan Atas Laporan Hasil Audit Tahun 2007
No Jenis Pungutan Nilai (Rp)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. BM PPn PPh psl 22 PPn BM Cukai Bunga Denda Sanksi Administrasi 24.634.120.088 26.449.493.940 5.452.534.997 1.785.908.884 90.864.493 14.185.234 11.838.166.154 30.000.000 Total 70.245.237.737 Sumber : Kantor Pusat DJBC tahun 2007
Lebih lanjut dijelaskan bahwa jumlah LHA pada tahun 2007 adalah sejumlah 144 LHA. Sedangkan tagihan atas penyelesaian LHA tersebut adalah sebagaimana tertera pada tabel 1.2.
Dengan tertundanya penyelesaian Laporan Hasil Audit, akan mengakibatkan rendahnya produktifitas auditor. Hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh kepada optimalisasi penerimaan negara karena dengan rendahnya produktiftas auditor, maka jumlah perusahaan yang diperiksa akan semakin sedikit, sehingga kesempatan untuk memperoleh temuan yang akan menghasilkan penerimaan negara akan lebih rendah.
(22)
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat penyelesaian Laporan Hasil Audit adalah kompetensi auditor dan pemahaman auditor terhadap Sistem Informasi Akuntansi yang digunakan perusahaan. Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki auditor dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit. Selain itu, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Untuk mencapai kompetensinya harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi memadai dan review atas pekerjaannya dari atasan yang lebih berpengalaman. Auditor harus secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi. Auditor harus mempelajari, memahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Alim (2007) kompetensi mempunyai pengaruh yang sifnifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Libby (1989), Ashton (1991), Choo dan Trootman (1991). Menjadi hal menarik apakah kondisi yang sama terjadi pada auditor Bea dan Cukai kantor wilayah Jakarta.
Sistem Informasi Akuntansi merupakan proses mengumpulkan, mengolongkan, mengolah data transaksi, lalu menganalisis, dan dikomunikasikan hasilnya dalam bentuk laporan keuangan perusahaan. Pemakai informasi keuangan
(23)
yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi adalah pihak dalam perusahaan, terutama manajemen dan pihak luar yang berkepentingan terhadap perusahaan termasuk auditor DJBC. Wilkinson (1993) mengemukakan berdasarkan definisi sistem informasi akuntansi maka tujuan dan manfaat sistem informasi akuntansi tersebut adalah sebagai pengolah transaksi (transaction processing) dan pengolah informasi (information processing). Dengan melihat pentingnya sistem informasi akuntansi ini, maka pemahaman sistem informasi akuntansi ini menjadi sangat mutlak bagi seorang auditor.
Penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2007) membuktikan pemahaman terhadap SIA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor pada kantor akuntan publik (KAP). Penelitian yang dilakukan oleh Wiwin (2006) membuktikan pemahaman mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2004) memperkuat bahwa pemahaman mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba untuk melihat sampai seberapa jauh pengaruh kompetensi auditor dan pemahaman Sistem Informasi Akuntansi terhadap kinerja auditor Bea dan Cukai di Wilayah Jakarta. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian replikasi, sebab penulis menggunakan variabel yang sama dengan penlitian sebelumnya. Yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah obyek penelitian.
(24)
Agar penelitian ini lebih terarah, penulis melakukan batasan-batasan. Batasan-batasan itu adalah:
1. Penelitian ini di batasi pada kompetensi yang dimiliki auditor Bea dan Cukai di Wilayah Jakarta terhadap kinerja.
2. Penelitian ini dibatasi pada pemahaman sistem informasi akuntansi (SIA) pada auditor Bea dan Cukai di Wilayah Jakarta terhadap kinerja auditor.
3. Obyek penelitian dibatasi pada auditor Kantor Bea dan Cukai di Wilayah Jakarta.
1.3.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apakah kompetensi auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor?
2. Apakah pemahaman sistem informasi akuntansi (SIA) berpengaruh terhadap kinerja auditor?
3. Apakah kompetensi auditor dan pemahaman sistem informasi akuntansi (SIA) secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja auditor?
(25)
Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menguji dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh kompetensi auditor terhadap kinerja auditor.
2. Untuk menguji dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh pemahaman sistem informasi akuntansi terhadap kinerja auditor.
3. Untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh kompetensi dan pemahaman sistem informasi akuntansi secara bersama-sama terhadap kinerja auditor.
1.5.Manfaat Penelitian
1. Hasil yang dibuktikan dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada bidang ilmu Akuntansi khususnya Auditing dengan menguatkan teori teori yang telah ada.
2. Bagi Auditor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai , hasil penelitian ini dapat dijadikan pembuka wawasan mengenai pentingnya kompetensi auditor, penguasaan teknologi informasi dan pemahaman terhadap Sistem Informasi Akuntansi bagi peningkatan kinerja Auditor.
3. Bagi pimpinan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai , hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengambilan keputusan bagi peningkatan kualitas Auditor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
4. Bagi para akademisi khususnya peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melaksanakan penelitian penelitian sejenis atau penelitian penelitian di bidang yang sama.
(26)
(27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kinerja Auditor 2.1.1. Pengertian Kinerja
Terdapat banyak teori-teori dan pengertian tentang kinerja. Di bawah ini penulis kemukakan beberapa pengertian dan teori-teori tentang kinerja yaitu:
a) Hendry (1995;327), kinerja adalah acuan tingkat keberhasilan dalam mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan.
b) Robbins (1996;410), kinerja adalah “performance, how well you do a please of work and activity”. Pengertian ini menunjukkan bahwa kinerja terlihat dari aktifitas seseorang dalam melaksanakan pekerjaan, aktivitas ini menggambarkan bagaimana seseorang berusaha dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan juga merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan dibandingkan dengan kriterian yang telah ditetapkan bersama.
c) Briggs (1997;55), menyatakan, kinerja adalah perilaku atau respon yang menghasilkan suatu hasil, produk atau penyelesaian tugas dapat diselesaikan cepat, tepat, dan sesuai yang diharapkan sehingga tujuan yang ditetapkan tercapai, sewaktu-waktu kinerja hanya berbentuk respons, tetapi biasanya berupa suatu hasil produk.
d) Gordon (1993;46), berpendapat bahwa performance is a functon of employer’s ability, acutance of the goals, level of the goals and the interaction of the goal
(28)
with their ability”, defenisi ini mengungkapkan bahwa kinerja mengandung empat elemen utama yaitu: kemampuan, penerimaan tujuan organisasi, tingkatan tujuan yang dicapai dan interaksi antara tujuan dengan kemampuan para anggota organisasi tersebut.
e) Gibson dan Donnely (1996;326), menyatakan bahwa kinerja diartikan sebagai tingkat keberhasilan di dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kinerja dikatakan baik dan sukses jika tujuan yang kondisi eksternalnya berupa fasilitas, lingkungan kerja, kepemimpinan, dan lain-lain.
Dari uraian konsep dasar tentang kinerja yang dikemukakan oleh ahli-ahli dapat diperoleh gambaran atau pengertian secara umum yaitu: bahwa kinerja adalah suatu keberhasilan yang dicapai dari kemampuan kerja seseorang yang sangat dipengaruhi oleh keterampilan dasar yang dimiliki dan kondisi eksternal diantaranya berupa fasilitas, kepemimpinan, lingkungan kerja, dan lain-lain.
2.1.2. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja atau performance appraisals adalah sangat penting bagi organisasi untuk menilai prestasi kerja karyawannya. Pentingnya penilaian kinerja karyawan tersebut paling tidak untuk dua kepentingan, yaitu untuk kepentingan karyawan yang bersangkutan dan untuk kepentingan perusahaan.
Bagi karyawan, penilaian ini memberikan umpan balik tentang pelaksanaan kerja mereka, misalnya tentang kemampuan, kekurangan, potensinya dan sebagainya
(29)
yang pada gilirannya bermanfaat untuk perbaikan kinerja, penyesuaian upah kerja, pengembangan karir dan sebagainya. Bagi organisasi, hasil penilaian kinerja dapat dipakai sebagai pertimbangan untuk pengembangan keputusan tentang berbagai hal seperti kebutuhan program pendidikan dan latihan, rekruitmen, seleksi, program pengenalan, penempatan, sistem imbalan dan sebagainya.
Penilaian kinerja terdiri dari tiga langkah, yaitu mendefinisikan pekerjaan, menilai kinerja dan memberikan umpan balik. Mendefinisikan pekerjaan berarti memastikan bahwa pimpinan organisasi dan karyawan sepakat tentang tugas-tugasnya dan standar jabatan. Menilai kinerja berarti membandingkan kinerja aktual seseorang dengan standar yang telah ditetapkan.
Adapun faktor-faktor yang dinilai, dapat berbeda antara satu jenis pekerjaan dengan jenis pekerjaan lainnya. Hal ini tergantung kepada segi-segi pekerjaan apa yang dipandang kritikal dalam mengukur keberhasilan seseorang dalam menunaikan kewajibannya, seperti kesetiaan, prakarsa, kerajinan, ketekunan, sikap kerjasama, kepemimpinan, kejujuran, ketelitian, kecermatan, dan kerapihan.
Dessler (1997: 47) menyebutkan beberapa faktor yang dinilai secara umum, yaitu: 1) Mutu: kecermatan, ketuntasan, dan dapat diterima dari kerja yang dijalankan. 2) Produktivitas: mutu dan efisiensi dari kerja yang dihasilkan dalam periode waktu
tertentu.
3) Pengetahuan jabatan: keterampilan dan informasi praktis atau teknis yang digunakan pada jabatan.
(30)
4) Kehandalan: sejauh mana seseorang dapat diandalkan menyangkut penyelesaian tugas dan tindak lanjut.
5) Ketersediaan: sejauh mana seorang karyawan tepat pada waktunya meninjau periode istirahat yang ditetapkan dan catatan kehadiran keseluruhan.
6) Ketidaktergantungan: sejauhmana kerja dijalankan dengan sedikit atau tanpa supervisi.
Namun, banyak organisasi masih tetap berpegang pada pendekatan yang sangat tradisional tentang penilaian kinerja. Pimpinan terlalu mendominasi dalam pelaksanaan penilaian tersebut dan acapkali memberikan umpan balik yang terlalu general tentang kinerja bawahannya dalam satu jangka waktu tertentu dengan hanya menyodorkan formulir penilaian untuk ditandatangani bawahannya. Hal ini menunjukan suatu proses komunikasi satu arah dan tidak terjadi suatu interaksi dan pertukaran informasi antara pimpinan dan bawahan.
Pada organisasi yang sudah mulai maju dalam pengelolaan sumber daya manusianya, telah terdapat kecenderungan untuk lebih melibatkan bawahan dan pelanggan dalam proses penilaian. Karyawan yang merupakan bawahan dari pimpinan yang melakukan penilaian dan/atau konsumen dari suatu produk/jasa yang diberikan sering dilibatkan dalam keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka dan pekerjaan mereka. Berdasarkan survey ini, banyak ahli beranggapan bahwa untuk kedepan, para karyawan dan pelanggan akan menuntut peranan yang lebih aktif dalam proses penilaian hasil kerja/kinerja (Kotler, 2000: 326).
(31)
Werther dan Davis (1996:344) mengatakan bahwa suatu sistem penilaian yang efektif harus dapat mengidentifikasi norma-norma yang berkenaan dengan penampilan kerja, pengukurannya, dan kemudian dapat memberikan umpan balik, baik bagi pimpinan maupun bawahan yang dinilai. Jika norma-norma tersebut tidak dihubungkan dengan pelaksanaan kerja, penilaian akan membuat hasil yang tidak akurat dan menyimpang, hubungan antara pimpinan dan bawahan yang tidak harmonis, dan merusak tatanan kesetaraan antara mereka. Pada gambar di bawah ini terlihat bagaimana elemen-elemen dari suatu sistem penilaian kerja yang efektif.
Sumber: Human Resources and Personnel Management Werther & Davis, Halaman 344.
Kinerja Penilaian Kinerja Umpan Balik
Pengukuran Kinerja
Norma-norma Berhubungan Dengan Kinerja
Catatan Kepegawaian
Keputusan SDM
Gambar 2.1 Elemen-Elemen Kunci Dalam Sistem Penilaian Kinerja
Dari Gambar 2.1 di atas, dapat terlihat bahwa untuk menghasilkan suatu kinerja yang baik, seorang karyawan atau pelaksana kerja harus mengetahui seberapa baik pekerjaan telah dilaksanakan dan apakah itu telah mencapai hasil yang diharapkan.
(32)
Dengan adanya gambaran mengenai dirinya tentu yang bersangkutan akan dapat bercermin untuk mengetahui apakah perlu ditingkatkan daya upaya, usaha, dan konsentrasi dalam mengerjakan pekerjaan dan/atau menjalani profesi tertentu.
Kotler (2000: 42) mengatakan bahwa untuk mengukur keberhasilan dan kualitas jasa suatu pekerjaan kepada konsumen, penilaian yang paling dapat dipertanggungjawabkan adalah dari pengguna jasa langsung (direct service users). Pengguna jasa tersebut dapat merasakan secara langsung kelebihan dan kekurangan jasa yang diberikan oleh seorang/organisasi pemberi jasa. Pemberi jasa dalam hal ini harus mengetahui lebih dahulu mengenai nilai dan apa yang dituntut oleh pengguna jasa.
2.1.3. Auditor
Auditor adalah orang bertugas melakukan audit. Sedangkan pengertian audit Arens dan Loebbecke (1997) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan audit adalah:Auditing is the process of accumulating and evaluating of evidence about information to determine and report on the degree Of correspondence between the information and established criteria Auditing should be done by competent independent person.
Dari definisi menurut Arens dan Loebbecke di atas dapat diambil kesimpulan bahwa unsur-unsur audit adalah :
(33)
a. Proses akumulasi informasi
Informasi dapat berupa berbagai macam bentuk, yaitu berupa informasi yang dapat diukur, seperti laporan keuangan perusahaan. Kriteria untuk mengevaluasi informasi tersebut tergantung dari jenis informasi yang akan diaudit, misalnya untuk laporan keuangan maka kriterianya adalah prinsip akuntansi keuangan yang diterima umum (Generally Accepted accounting principle)
b. Pengumpulan dan evaluasi bahan bukti informasi
Bahan bukti adalah informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Bahan bukti bentuknya dapat berupa lisan, tertulis.atau hasil observasi oleh auditor. Bahan bukti harus mencukupi dalam jumlah dan kualitas untuk memenuhi tujuan audit.
c. Pelaporan
Hasil audit dalam bentuk laporan audit menginformasikan kepada para pemakai mengenai pendapat auditor atas tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan.
d. Orang yang kompeten dan independen
Berdasarkan kegiatan di atas, auditor harus memiliki kemampuan yang memadai agar bisa memahami kriteria yang digunakan dan cukup kompeten untuk mengetahui jenis dan jumlah bukti-bukti yang diperoleh untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat. Adapun independen berarti seorang auditor harus dapat
(34)
bersikap objektif dalam menjalankan tugasnya. Seorang auditor tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun dan bebas dari bias prasangka.
2.1.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Auditor
Suradinata (1997: 124) mengemukakan bahwa kinerja seseorang sangat dipengaruhi oleh latar belakang lingkungan budaya, keterampilan serta ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mencakup:
1. Adanya kebijakan yang menyeluruh yang harus diketahui oleh setiap karyawan, baik sehubungan dengan tujuan maupun petunjuk operasional dari pimpinan pada lingkungan pekerjaannya, sehingga diharapkan setiap karyawan memahami keadaan dan mengetahui lingkungannya;
2. Kesesuaian antara pengetahuan, keterampilan yang dimiliki oleh seorang karyawan dan tugas yang menjadi tanggung jawabnya;
3. Mengetahui mekanisme kerja serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis. Hal tersebut dibutuhkan dalam rangka memastikan agar tidak berbuat ragu dan takut kalau-kalau berbuat salah; 4. Mengetahui bagaimana melaksanakan pekerjaan yang dilakukan oleh atasan dan
diri mereka sebagai bawahan;
5. Memiliki pengetahuan dan kemampuan komunikasi , sehingga terjalin hubungan yang harmonis;
6. Mengerti perasaan orang lain, orang lain, yang berkaitan dengan tugas bersama melaksanakan tugas.
(35)
Sementara itu menurut Dale (1998: 329) yang mempengaruhi kinerja adalah keterampilan dasar yang dibawa seseorang ke tempat kerja berupa pengetahuan, kemampuan, kecakapan dalam hubungan interpersonal, dan kecakapan teknis. Keterampilan ini diperlukan dalam kinerja karena merupakan aktivitas yang muncul pada seseorang akibat suatu proses dari pengetahuan, kemampuan, kecakapan hubungan interpersonal, dan kecakapan teknis. Disamping itu terdapat pula kondisi eksternal yang mempengaruhi kinerja. Kondisi eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di lingkungannya yang mempengaruhi kinerja. Kondisi eksternal berupa fasilitas dan lingkungan kerja yang mendukung produktivitas pegawai.
Selanjutnya untuk mengetahui kinerja para pegawai,maka perlu dilakukan suatu evaluasi terhadap kinerja (performance appraisal). Berkaitan dengan evaluasi kinerja ini, Dessler (1997: 3) mengemukakan bahwa terdapat tiga langkah dalam evaluasi kinerja, yaitu:
(1) mendefinisikan pekerjaan, (2) menilai kinerja, dan (3) memberikan umpan balik.
Mendefinisikan pekerjaan berarti memastikan bahwa atasan dan bawahan sepakat tentang tugas-tugasnya sesuai dengan standar jabatan. Menilai kinerja berarti membandingkan aktualisasi kinerja bawahan dengan standar-standar yang telah ditetapkan; ini mencakup beberapa jenis formulir penilaian. Penilaian kinerja biasanya menuntut satu atau lebih sesi umpan balik.
(36)
Selanjutnya, Dessler mengemukakan bahwa kinerja harus dinilai dan diadakan, Pertama, penilaian memberikan informasi tentang dapat dilakukannya promosi dan penetapan pendapatan. Kedua, penilaian memberi satu peluang bagi atasan dan bawahan untuk meninjau perilaku yang berhubungan dengan kerja bawahan yang pada gilirannya akan memungkinkan atasan berdua mengembangkan satu rencana untuk memperbaiki kemerosotan apa saja yang mungkin sudah digali oleh penilaian, dan mendorong hal-hal baik yang sudah dilakukan bawahan. Akhirnya, penilaian hendaknya berpusat pada proses perencanaan karir lembaga/organisasi, karena penilaian itu memberikan suatu peluang yang baik untuk meninjau rencana karir seorang dilihat dari kekuatan dan kelemahan yang diperlihatkannya.
Lebih lanjut mengenai penilaian kinerja Koontz dan Weihrich (1998: 491) mengemukakan sebagai berikut :
Measurement of Performance against standards should ideally be on a forward-looking basis so that deviations may be detected in advance of their occurrence and avoided by appropriate actions. The alert, forward looking manager can sometimes predict probable departures from standards. In the absence of such ability, however, deviations should be disclosed as early as possible.
Sama halnya dengan pekerjaan lain, penilaian kinerja auditor harus dilakukan secara adil, tidak memihak, dan harus menggambarkan kinerja yang aktual dan akurat. Karena itu untuk memastikannya, harus ada kepastian mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja auditor yang optimal. Mengungkapkan faktor-faktor tersebut merupakan fungsi yang sering diabaikan dari proses penilaian. Bila
(37)
penilaian tersebut membaik, auditor yang bersangkutan harus diberi umpan balik tentang pencapaian yang telah diraihnya, faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaiannya, serta langkah-langkah tertentu untuk mengantisipasi permasalahan.
Dari berbagai teori yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja auditor adalah sebagai ekspresi potensi kerja auditor berupa perilaku kerja seorang auditor dalam melaksanakan tugas kerja untuk mencapai hasil kerja yang optimal, yang dapat diukur melalui :
Dimensi faktor obyektif yang meliputi (a) hasil kerja dan
(b) disiplin kerja;
Dimensi faktor subyektif dengan indikatornya yang meliputi : (a) inisiatif,
(b) kerjasama, dan (c) loyalitas.
2.2. Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi 2.2.1. Pemahaman
Bloom (2003:17-19) memasukkan kategori pemahaman (comprehension) ke dalam klasifikasi ranah kognitif. Klasifikasi itu disusun secara hierarkhis mulai dari taraf yang paling rendah ke yang lebih tinggi, yaitu : (1) pengetahuan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan (application), (4) analisis (analysis),
(38)
sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation). Selanjutnya Bloom mengklasifikasikan kategori pemahaman menjadi tiga, yaitu : pertama translation atau terjemahan, kedua
interpretation atau interpretasi dan yang ketiga adalah ekstrapolation atau ekstrapolasi (Bloom,2003:89-91).
Translation atau terjemahan maksudnya adalah individu dapat menggunakan informasi yang diterima ke dalam bahasa lain, situasi lain, dan pada komunikasi yang lain. Aktivitas pada kegiatan menerjemahkan ini meliputi pemberian variasi pada bagian-bagian komunikasi, dan memisahkan arti bagian komunikasi-komunikasi tersebut sesuai dengan konteks dan idenya. Perilaku translation ini menempati posisi antara klasifikasi pengetahuan dengan tipe perilaku interpretasi, ekstrapolasi, analisis, sintesis, aplikasi dan evaluasi (Bloom, 2003: 92-96). Ini didasarkan pada asumsi bahwa seseorang yang berkompeten dalam perilaku ini secara langsung berhubungan dengan pengetahuan. Dalam setiap komunikasi digunakan lambang-lambang yang merupakan konsep-konsep umum atau kumpulan ide yang relevan. Abstraksi ide-ide ini dibutuhkan untuk ditransformasikan, sehingga menjadi dasar untuk berpikir yang lebih kompleks dengan menggunakan simbol sebagai alat berpikir, dibanding dengan analisis, sintesis, maupun aplikasi.
Klasifikasi yang kedua adalah interpretation. Kegiatan interpretasi meliputi hubungan antara susunan komunikasi dengan ide yang dipahami sehingga membentuk konfigurasi baru dalam pemikiran individu. Termasuk di dalamnya hubungan yang penting antara ide-ide dan relevannya dalam pembuatan generalisasi.
(39)
Wujud dari perilaku ini ditunjukkan dengan adanya kesimpulan atau generalisasi yang dibuat individu.
Tipe ketiga dari aspek pemahaman ini adalah ekstrapolation, yang meliputi kegiatan pembuatan estimasi atau prediksi yang berdasar pada pengertian dan kecenderungan atau kondisi-kondisi yang diterangkan dalam komunikasi. Termasuk didalamnya adalah pembuatan kesimpulan yang berkenaan dengan implikasi dan konsekuensinya, serta efek-efek yang timbul dari adanya komunikasi.
Pengertian pemahaman yang sedikit berbeda dikemukakan oleh Leahey dan Harris (1997: 220-222). Dalam bukunya dikatakan bahwa pemahaman tidak hanya berarti stimulus semata, tetapi sesuatu yang muncul dari hasil interaksi antara stimulus dan pemikiran yang aktif serta memori seseorang. Lebih lanjut dikatakan pada pemahaman, suara (sounds, listening) atau bacaan (letters, reading) dirasakan kemudian dikenal. Baru kemudian dikonstruksikan dalam bentuk kata. Kata-kata itu kemudian diuraikan ke dalam berbagai arti, dan digunakan sebagai informasi di dalam mental dictionary dan syntetic structure dari kata-kata tersebut. Dalam mengkonstruksikan arti dari seluruh kata-kata, satu skemata pengetahuan berdasar pada seluruh pengetahuan yang didapat dari teks yang dibaca. Informasi yang diperoleh dari beberapa orang (phonetic, lexical, syntetic, pragmatic) diproses secara paralel selama proses pemahaman berlangsung. Akhirnya dalam bukunya dikatakan bahwa pemahaman meliputi suatu proses yang bersifat top-down dan bottom-up. Pemahaman dikatakan sebagai suatu proses yang beraneka segi . Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman meliputi translation, interpretation, dan
(40)
extrapolation. Aspek pemahaman dalam taksonomi termasuk kawasan kognitif, sehingga pengukuran aspek pemahaman dapat menggunakan tes kemampuan
2.2.2. Sistem informasi akuntansi
Sistem informasi akuntansi (SIA) merupakan suatu rerangka pengkordinasian sumber daya (data, meterials, equipment, suppliers, personal, and funds) untuk mengkonversi input berupa data ekonomik menjadi keluaran berupa informasi keuangan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan suatu entitas dan menyediakan informasi akuntansi bagi pihak-pihak yang berkepentingan (Wilkinson, 1991). Gelinas, Oram dan Wiggins (1990) mendefinisikan sistem informasi akuntansi sebagai berikut: A specialized subsystem of the management information system whose purpose its to collect, process and report information related to financial transaction.
Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem informasi akuntansi merupakan proses mengumpulkan, mengolongkan, mengolah data transaksi, lalu menganalisis, dan dikomunikasikan hasilnya dalam bentuk laporan keuangan perusahaan.
2. Pemakai informasi keuangan yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi adalah pihak dalam perusahaan, terutama manajemen dan pihak luar yang berkepentingan terhadap perusahaan.
(41)
2.2.3. Manfaat dan Tujuan sistem informasi akuntansi
Wilkinson (1993) mengemukakan berdasarkan definisi sistem informasi akuntansi maka tujuan dan manfaat sistem informasi akuntansi tersebut adalah sebagai pengolah transaksi (transaction processing) dan pengolah informasi
(information processing). a. Pemrosesan Transaksi
Lebih lanjut Wilkinson (1993) menguraikan bahwa transaksi memungkinkan perusahaan melakukan operasi, menyelenggarakan arsip dan catatan yang up to date, dan mencerminkan aktivitas organisasi. Transaksi akuntansi merupakan transaksi pertukaran yang mempunyai nilai ekonomis. Tipe transaksi dasar adalah: (1) Penjualan produk atau jasa, (2) Pembelian bahan baku, barang dagangan, jasa, dan aset tetap dari suplier, (3) Penerimaan kas, (4) Pengeluaran kas kepada suplier, (5) Pengeluaran kas gaji karyawan. Sebagai pengolah transaksi, sistem informasi akuntansi berperan mengatur dan mengoperasionalkan semua aktivitas transaksi perusahaan.
b. Pemrosesan informasi
Tujuan kedua sistem informasi akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan yang dilaksanakan oleh aktivitas yang disebut pemrosesan informasi. Sebagian dari keluaran yang diperlukan oleh pemroses informasi disediakan oleh sistem pemrosesan transaksi, seperti laporan keuangan dari sistem pemrosesan transaksi. Namun sebagian besar diperoleh dari sumber lain, baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.
(42)
Pengguna utama pemrosesan transaksi adalah manajer perusahaan. Mereka mempunyai tanggung jawab pokok untuk mengambil keputusan yang berkenaan dengan perencanaan dan pengendalian operasi perusahaan. Pengguna output
lainnya adalah para karyawan penting seperti akuntan, insinyur serta pihak luar seperti investor dan kreditor.
c. Pertimbangan Perancangan sistem Pemrosesan
Konsep perancangan sistem seharusnya mencerminkan prinsip-prinsip perusahaan. Berikut ini dasar-dasar yang perlu diperhatikan dalam prioritas perancangan sistem menurut Wilkinson (1993):
1. Tujuan dalam perencanaan sistem dan usulan proyek seharusnya dicapai untuk menghasilkan kemajuan dan kemampuan sistem yang lebih besar. 2. Mempertimbangkan trade-off yang memadai antara manfaat dari tujuan
perancangan sistem dengan biaya yang dikeluarkan. 3. Berfokus pada permintaan fungsional dari sistem. 4. Melayani berbagai macam tujuan.
5. Perancangan sistem memperhatikan keberadaan dari pengguna sistem (user). Sedangkan Cushing (1983) mengemukakan bahwa:
1. Kesesuaian desain sistem dengan tujuan sistem informasi dan organisasi.
2. Berdasarkan kelayakan ekonomis, berarti sistem memiliki net present value
positif.
3. Kelayakan operasional, input dikumpulkan ke sistem dan output-nya dapat digunakan.
(43)
4. Kelayakan perilaku, berarti sistem berdampak pada kehidupan kualitas kerja .
5. Kelayakan teknis, ketersediaan teknologi untuk mendukung sistem serta teknologi mudah diperoleh atau dikembangkan.
6. Disesuaikan dengan kebutuhan informasi users.
2.2.4. Fungsi sistem informasi akuntansi
Setiap sistem informasi akuntansi melaksanakan lima fungsi utama, yaitu pengumpulan data, pemrosesan data, manajemen data, pengendalian data (termasuk security), dan penghasil informasi. Setiap fungsi terdiri atas beberapa langkah dan urutan langkah tersebut membentuk suatu prosedur.
a. Pengumpulan Data
Fungsi pengumpulan data terdiri atas memasukkan data transaksi melalui formulir, mensyahkan serta memeriksa data untuk memastikan ketepatan dan kelengkapannya. Jika data bersifat kuantitatif, data dihitung dahulu sebelum dicatat. Jika data jauh dari lokasi pemrosesan, maka data harus ditransmisikan lebih dahulu.
b. Pemrosesan Data
Pemrosesan data terdiri atas proses pengubahan input menjadi output. Fungsi pemrosesan data terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengklasifikasian atau menetapkan data berdasar kategori yang telah ditetapkan.
(44)
3. Mengurutkan, atau menyusun data menurut karaktersitiknya. 4. Mengelompokkan atau mengumpulkan transaksi sejenis.
5. Menggabungkan atau mengkombinasikan dua atau lebih data atau arsip. 6. Melakukan penghitungan.
7. Peringkasan, atau penjumlahan data kuantitatif.
8. Membandingkan data untuk mendapatkan persamaan atau perbedaan yang ada.
c. Manajemen Data
Fungsi manajemen data terdiri atas tiga tahap, yaitu: penyimpanan, pemutakhiran dan pemunculan kembali (retrieving). Tahap penyimpanan merupakan penempatan data dalam penyimpanan atau basis data yang disebut arsip. Pada tahap pemutakhiran, data yang tersimpan diperbaharui dan disesuaikan dengan peristiwa terbaru. Kemudian pada tahap retrieving, data yang tersimpan diakses dan diringkas kembali untuk diproses lebih lanjut atau untuk keperluan pembuatan laporan.
Manajemen data dan pemrosesan data mempunyai hubungan yang sangat erat. Tahap pengelompokkan data dan pengurutan data dari fungsi pemrosesan data, misalnya sering dilakukan sebagai pendahuluan sebelum dilakukan tahap pemutakhiran dalam fungsi manajemen data. Manajemen data dapat dipandang sebagai bagian dari pemrosesan data. Manajemen data akan menunjang pencapaian efisiensi aktivitas dalam proses menghasilkan informasi dan
(45)
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen terutama mengenai informasi aktivitas dan informasi kebijakan manajemen.
d. Pengendalian Data
Fungsi pengendalian data mempunyai dua tujuan dasar: (1) untuk menjaga dan menjamin keamanan aset perusahaan, termasuk data, dan (2) untuk menjamin bahwa data yang diperoleh akurat dan lengkap serta diproses dengan benar. Berbagai teknik dan prosedur dapat dipakai untuk menyelenggarakan pengendalian dan keamanan yang memadai.
e. Penghasil informasi
Fungsi penghasil informasi ini terdiri atas tahapan pemrosesan informasi seperti penginterprestasian, pelaporan dan pengkomunikasian informasi.
2.2.5. Komponen sistem informasi
Sistem informasi merupakan sebuah susunan dari orang, aktivitas, data, jaringan dan teknologi yang terintegrasi yang berfungsi untuk mendukung dan meningkatkan operasi sehari-hari sebuah bisnis, juga menyediakan kebutuhan informasi untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan oleh manajer. Ada dua tipe sistem informasi, personal dan multiuser. sistem informasi personal adalah sistem informasi yang didesain untuk memenuhi kebutuhan informasi personal dari seorang pengguna tunggal (single user). Sedangkan sistem informasi multiuser
didesain untuk memenuhi kebutuhan informasi dari kelompok kerja (departemen, kantor, divisi, bagian) atau keseluruhan organisasi. Untuk membangun sistem
(46)
informasi, baik personal maupun multiuser, haruslah mengkombinasikan secara efektif komponen-komponen sistem informasi yang dikelompokkan ke dalam lima
building blocks, yaitu: orang, aktivitas, data, jaringan, dan teknologi ( Whitten, Bentley, and Barlow, 1994).
a. Orang (People)
Buildings Blocks yang pertama dan terpenting adalah orang. Filosofi yang mendasari dari pengembangan sistem, yaitu sistem adalah untuk orang. Istilah
Information workers (atau sering disebut knowledge workers) digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang pekerjaannya meliputi membuat, mengumpulkan, memroses, menyebarkan, dan menggunakan informasi. Dalam setiap sistem informasi terdapat satu atau lebih pemilik sistem (system owners), yaitu seorang sponsor atau penyokong utama dari sistem informasi. System owners bertanggung jawab mengeluarkan dana untuk mengembangkan dan mendukung sistem informasi. Dari sisi informasi, system owners berkepentingan terhadap informasi yang dihasilkan sistem informasi untuk melakukan analisis dan review dan proses pengambilan keputusan.
Pengguna sistem (system users) merupakan mayoritas terbesar dari
information workers dalam suatu sistem informasi manapun. Mereka adalah orang yang menggunakan dan mengoperasikan sistem informasi. Perancang sistem (system designer) menerjemahkan kebutuhan bisnis users serta kendala-kendalanya kedalam solusi teknis yang terdiri atas file komputer, input, output,
(47)
Pembangun sistem (system buliders) membangun sistem informasi berdasarkan spesifikasi desain dari perancang sistem. Building blocks sistem informasi lainnya dilihat secara berbeda dari sudut pandang system owners, system users, system designer, dan system buliders.
b. Data
Data adalah kumpulan dari fakta mentah dalam isolasi. Data menggambarkaan organisasi. Fakta yang terisolasi ini membawa makna, namun secara umum tidak berguna. Data digunakan untuk membangun informasi. informasi adalah data yang telah diolah sehingga menjadi berguna bagi seseorang.
Building Blocks data terkait erat dengan masalah sumber data, bukan dengan bagaimana data ditransformasikan menjadi informasi. Rata-rata pemilik sistem
(system owners) tidak tertarik dengan data mentah. Ia tertarik dengan hal-hal yang digambarkan oleh data tersebut. Sedangkan system users memandang data dengan istilah yang lebih detail. Analis sistem berusaha untuk mendapatkan kebutuhan data dari pengguna sistem yang berkaitan dengan entitas, relationship, atribut, dan aturan. Entitas adalah sesuatu dimana data adalah penting. Atribut menjelaskan fakta-fakta mengenai entitas. Aturan adalah kondisi yang mengatur entitas dan atribut. System designer memandang data di dalam batasan teknologi tertentu. Pandangan terhadap data tersebut biasanya dijabarkan dalam file komputer dan
database. System builders membuat program data dengan menggunakan bahasa pemrograman dan database yang akurat.
(48)
c. Aktivitas
Building Blocks yang ketiga dari sistem informasi adalah aktivitas. Bisnis dan aktivitas sistem informasi menempatkan building blocks data untuk menggunakan, menangkap dan mentransformasikan data menjadi informasi yang berguna. System owners memandang aktivitas sebagai fungsi tingkat tinggi yang disediakan untuk bisnis. Contoh, pemrosesan transaksi, pelaporan manajemen, pendukung keputusan, simulasi kepakaran, pembuatan informasi eksekutif, dan otomasi perkantoran. System owners memandang fungsi tersebut secara umum dengan bagaimana aktivitas tersebut dapat mencapai tujuan dan sasaran bisnis. Sedangkan
system users memandang aktivitas dalam kaitannya dengan proses yang menggunakan input dan output tertentu, file data, serta kebijakan, dan prosedur bisnis yang harus dijalankan oleh proses. System designer memandang aktivitas dalam kaitannya dengan proses komputer (spesifikasi program). Sedangkan system buliders tentu saja memandang komponen software ini sebagai program aplikasi komputer.
d. Jaringan (Networks)
Buliding blocks yang ke empat dari sistem informasi adalah jaringan. Dengan adanya jaringan memungkinkan: (1) distribusi orang, data, aktivitas, dan teknologi (building blocks lain) ke lokasi yang sesuai; dan (2) komunikasi data antar lokasi tersebut. Sebagian besar system owners menghadapi masalah yang berkaitan dengan geografis dari sistem atau lokasi geografis perusahaan beroperasi.
(49)
lokasi tersebut, dan komunikasi bisnis yang diperlukan antar lokasi. System designer memandang jaringan dalam istilah teknis yaitu arsitektur sistem terdistribusi dan jaringan komputer yang mengimplementasikan jaringan bisnis. Arsitektur ini menggambarkan keterhubungan teknis antar lokasi (hardware dan
software). System designer memandang jaringan sebagai teknologi konektivitas seperti local area networks (LAN) dan wide area networks (WAN). System builders menjelaskan program jaringan dengan menggunakan jargon teknis seperti
address, protocols, line speeds, flow controls, dan lain-lain. Mereka juga menggunkan standar telekomunikasi dan teleprocessing/network languages untuk menggambarkan jaringan komputer ini.
e. Teknologi
Building blocks kelima dan terakhir dari sistem informasi yaitu teknologi. Teknologi data termasuk semua hardware yang diperlukan untuk menangkap, menyimpan, dan mengelola sumber data. Teknologi pemrosesan termasuk semua dan software yang diperlukan untuk mentransformasikan data (input) menjadi informasi yang berguna (output). Teknologi komunikasi meliputi semua hardware
dan software yang digunakan untuk meng- interconnect data dan teknologi proses pada lokasi yang berbeda. Terakhir spesialis teknis memilih, meng-install dan mendukung semua teknologi ini.
Berdasarkan uraian tersebut, pemahaman sistem informasi akuntansi dapat diartikan sebagai pemahaman auditor tentang isitem informasi akuntasi yang dapat diukur melalui indikator lima fungsi utama yaitu (1) pengumpulan data, (2)
(50)
pemrosesan data, (3) manajemen data,(4) pengendalian data (termasuk security), dan (5) penghasil informasi. Setiap fungsi terdiri atas beberapa langkah dan urutan langkah tersebut membentuk suatu prosedur
2.3. Kompetensi Auditor 2.3.1. Pengertian Kompetensi
Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghadapi situasi dan keadaan didalam pekerjaannya. Kompetensi seseorang dapat dilihat dari tingkat kreativitas yang dimilikinya serta inovasi-inovasi yang diciptakan dan kemampuannya dalam menyelesaikan suatu masalah.
Catano (1998) dalam artikelnya “Competencies: A Review of the Literature and Bibiliography” mencoba mengumpulkan berbagai definisi yang berusaha menjelaskan pengertian kompetensi dari berbagai sumber. Beberapa diantaranya adalah :
1. Competency was a combination of a motive, trait, skill, aspect of one’s self-image or social role, or a body of relevant knowledge. In other words, a competency is any characteristic of an individual that might be related to successful performance (Boyatzis 1982, dalam Catano, 1998).
2. A characteristic and measurable pattern of knowledge, skill, behaviours, beliefts, values, traits and motives which underlies, and drives superior performance in a defined job context (Linkage, Inc., 1996, p.5, dalam Catano, 1998).
(51)
3. Skills and traits that are needed by employees to be effective in a job (Manisfield, 1996, dalam Catano, 1998).
4. Knowledge skills, abilities and behaviours required for successful performance of job duties (Mirabile, 1995, p.13, dalam Catano, 1998).
5. The aptitude necessary to enhance basic abilities and to raise job performance to a higher level (Miyawaki, 1996, dalam Catano, 1998).
6. Competencies are underlying characteristics of an individual that is causally related to criterion-referenced effective and/or superior performance in a job or situation (Spencer & Spencer, 1993).
Definisi lain menyatakan kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang menjadi karakteristik dari performance yang berhasil dalam konteks yang spesifik (Crackin & Carol, 1998). Kompetensi merupakan aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja yang superior (Loma Dictionary, 1998).
Dari definisi-definisi tersebut di atas, terdapat tiga hal pokok yang tercakup dalam pengertian kompetensi, yaitu :
a. Kompetensi merupakan gabungan berbagai karakteristik individu.
Kompetensi tidak terdiri dari satu karakteristik saja. Kompetensi merupakan gabungan dari pengetahuan, keterampilan, sikap, dan karakteristik dasar lainnya dari individu.
(52)
b. Kompetensi selalu berkaitan dengan kinerja/perilaku
Kompetensi tampil dalam bentuk kinerja/perilaku yang dapat diobservasi dan diukur
(measurable). Jika potensi yang belum ditampilkan dalam bentuk perilaku yang dapat observasi/diukur tidak dapat dikategorikan sebagai kompetensi.
c. Kompetensi merupakan kriteria yang mampu membedakan mereka yang memiliki kinerja yang unggul dan yang rata-rata.
Kompetensi bukan sekedar aspek-aspek yang menjadi prasyarat suatu jabatan, tetapi merupakan aspek-aspek yang menentukan optimalitas keberhasilan kinerja. Hanya karakteristik-karakteristik yang mendasari kinerja yang berhasil/efektif yang dapat dikategorikan sebagai kompetensi. Demikian karakteristik yang mendasari kinerja yang tidak efektif juga tidak dapat dikategorikan kedalam kompetensi.
Oleh karena itu tidak semua aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja itu merupakan kompetensi. Kompetensi hanya merupakan aspek-aspek pribadi (sikap, keterampilan, motif, dan karakteristik lainnya) yang dapat diukur dan esensial untuk pencapaian kinerja yang berhasil. Kompetensi menghasilkan perilaku-perilaku kritikal dalam pekerjaan yang membedakan mereka yang menampilkan kinerja yang superior dan yang tidak.
Solusi kreatif sering merupakan respon langsung terhadap berbagai persoalan yang ada. Individu-individu yang kreatif mampu memberikan respon terhadap segala permasalahan.
Seorang yang kompeten mampu menyelesaikan masalah lebih baik dibandingkan yang lainnya. Individu-individu seperti ini menikmati tantangan dan
(53)
cenderung untuk memandang permasalahan sebagai sebuah alat untuk mencapai tujuan.
Kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan menemukan solusi yang bagus tidaklah cukup. Dalam sebuah organisasi, sebuah solusi harus diperkenalkan dan diterima oleh orang-orang yang bertanggungjawab terhadap hasilnya. Organisasi itu harus terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan radikal yang mungkin terjadi. Tingkat komitmen yang dibuat, motivasi dalam diri orang yang terlibat dalam pencarian solusi, dan tingkat kepuasan yang diharapkan dari solusi yang dihasilkan sering menentukan tingkat kesuksesannya.
Inovasi menjadi sebuah kata kunci dalam dunia kompetitif seperti sekarang ini. Kemampuan dalam menciptakan dan membuat suatu inovasi merupakan salah satu kemampuan seseorang dalam mengimplementasikan impian dan meyakinkan ide-ide yang ada pada diri mereka terhadap orang lain.
Kompetensi terkait dengan segala yang diketahui manusia tentang dirinya maupun lingkungannya. Hal ini diperoleh manusia melalui panca indra melalui rangkaian-rangkaian pengalaman manusia itu sendiri. Suriasumantri (1990: 104) berpendapat bahwa kompetensi merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan manusia. Dengan kompetensi manusia dapat memecahkan berbagai macam permasalahan yang dihadapinya sehingga kompetensi itu memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
(54)
Hal ini relevan dengan pendapat pakar di atas yang mengatakan bahwa kompetensi sangat penting dalam kehidupan manusia karena kompetensi pada hakikatnya merupakan produk kegiatan berpikir, artinya kompetensi yang diwujudkan dalam pikiran manusia merupakan hasil kegiatan berpikir, tentang informasi yang diterima (Suriasumantri: 1990; 105).
Kompetensi adalah sumber perubahan yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan perubahan sosial kemasyarakatan. Jika kondisi sosial kemasyarakatan berubah, maka kompetensi juga akan mengalami perubahan; demikian juga sebaliknya, jika kompetensi masyarakat meningkat, maka akan berdampak terhadap perubahan kondisi sosial masyarakat ( Ornstein & Hunkins 1988 : 125).
Kompetensi dapat diperoleh melalui belajar. Kegiatan belajar memungkinkan individu memperoleh berbagai kognisi atau pengertian, kecakapan, keterampilan, serta sikap dan perilaku. Bagi masyarakat, belajar memainkan peranan penting, terutama dalam meneruskan kompetensi dan kebudayaan pada generasi penerus.
Lingkungan dapat menjadi sumber kompetensi yang sangat luas bagi individu selama individu tersebut mau memanfaatkan energi pikirannya terhadap hal-hal yang ditemui di lingkungan. Dengan demikian pada dasarnya kompetensi itu muncul dan berkembang melalui proses belajar (learning process) dan melibatkan tiga domain yaitu: domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Kompetensi itu sendiri termasuk dalam domain kognitif (Bloom: 2003; 18). Kognitif, menurut Nasser, dapat diartikan sebagai proses melalui mana informasi yang berasal dari indera manusia ditransformasikan, direduksi, dielaborasi, dikembangkan dan digunakan.
(55)
Informasi dalam hal ini berarti masukan sensoris (sensory input) yang berasal dari lingkungan yang menginformasikan tentang hal-hal yang sedang terjadi pada individu( Morgan :1986: 184).
Bloom mengemukakan bahwa kompetensi sebagai hasil belajar termasuk kedalam arah kognitif yang aspeknya terdiri dari:
(1) pengertian, dapat diartikan sebagai kegiatan mengingat: (a) fakta-fakta dan istilah-istilah,
(b) cara atau alat yang digunakan untuk membuat spesifikasi, dan
(c) melakukan abstraksi melalui pembuatan prinsip-prinsip, generalisasi, teori, dan struktur
(2) pemahaman, didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerti lebih dalam mengenai materi yang telah dipelajari melalui kegiatan:
(a) menterjemahkan, (b) menafsirkan,
(c) mengekstrapolasi informasi.
(3) penerapan, merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dalam situasi tertentu
(4) analisis, didefinisikan sebagai kemampuan merinci materi yang ada ke dalam bagian-bagian dan membedakan:
(a) elemen-elemennya,
(b) hubungan-hubungannya, dan (c) prinsip-prinsip organisasinya
(5) sintesis, didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggabungkan beberapa bagian menjadi satu kesatuan yang baru dalam bentuk:
(56)
(a) komunikasi yang unik, (b) rencana operasi, dan
(c) seperangkat hubungan-hubungan yang abstrak. (6) evaluasi, adalah kemampuan menilai materi melalui:
(a) pembuktian internal atau konsistensi logis; dan
(b) pembuktian eksternal atau konsistensi dengan fakta-fakta yang dikembangkan di tempat lain ( Ornstein & Hunkins : 1988 : 154).
Pollock membagi wilayah kompetensi yaitu:
(1) pengetahuan persepsi (a posteriori) merupakan kompetensi yang di peroleh manusia dengan cara mengadakan kontak langsung dengan alam melalui alat-alat inderanya;
(2) kompetensi apriori merupakan kompetensi yang di peroleh manusia tanpa mengadakan kontak langsung dengan alam atau kompetensi tanpa dasar pengalaman tetapi didasarkan pada penalaran manusia semata-mata;
(3) kompetensi moral merupakan kompetensi yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan moral;
(4) pengetahuan ingatan (memory) merupakan suatu bagian yang amat penting dalam proses penalaran;
(5) kompetensi induksi merupakan kompetensi yang diperoleh dengan cara melakukan pengamatan. Hasil pengamatan tersebut dengan bantuan statistik dapat disimpulkan sehingga bahan yang terpencar dapat dipahami dalam satu pengertian yang utuh.
(57)
Kompetensi yang diperoleh melalui pengamatan bisa hanya untuk dimaklumi saja, sekedar mengisi "cognitive domain", memuaskan keingintahuan, dan merupakan landasan dasar bagi pengembangan ilmu. Selain itu kompetensi dapat juga menjadi penggerak untuk perbuatan, tindakan yang terkait dengan kepentingan pribadi maupun umum. Kompetensi yang bermanfaat langsung sebagai pengubah sikap untuk menambah kesejahteraan hidup perorangan dan masyarakat, dapat dikatakan pengaruh dalam "affective domain " manusia.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi adalah suatu kemampuan yang berhubungan dengan kegiatan mental, kegiatan berpikir dan sumber perubahan yang dilaksanakan dalam pemecahan masalah, perubahan sosial dan penggerak untuk berbuat yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas kerja.
2.3.2. Model Kompetensi
Model kompetensi didefinisikan sebagai suatu rangkaian kompetensi yang penting bagi kinerja yang superior dari sebuah pekerjaan atau sekelompok pekerjaan. Model kompetensi merupakan panduan yang membantu seseorang memahami cara terbaik mencapai keberhasilan dalam pekerjaan atau memahami cara mengatasi suatu situasi tertentu (LOMA,s Competency Dictionary, 1998).
“A competency model is... a descriptive tool that identifies the skills, knowledge, personal characteristics, and behaviors needed to effectively perform a role in the organization and help the business meet its strategic objectives” (Lucia & Lepsinger, 1999).
“A competency model includes those competencies that are required for satisfactory or exemplary job performance within the context of a person’s job roles, responsibilities and relationships in an organization and its internal
(58)
and external environments”(adapted from Boyatzis, 1982 dalam Galagher, 2003)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa model kompetensi merupakan alat yang digunakan sebagai panduan oleh organisasi yang menggunakan pendekatan kompetensi dalam manajemen SDM-nya. Dimana, model kompetensi itu berisi deskripsi kompetensi-kompetensi yang diperlukan dalam tiap-tiap jabatan di dalam organisasi tersebut. Model kompetensi yang disusun dapat digunakan sebagai dasar dari perencanaan sumber daya manusia, di mana organisasi dapat mendefinisikan dan mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku-perilaku yang penting.
Aplikasi dari model-model kompetensi di organisasi dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan sistem manajemen Sumber Daya Manusia yang ada di dalam organisasi, dalam area seleksi, pelatihan dan pengembangan, penilaian kerja dan perencanaan karir, serta pemberian kompetensi (Lucia & Lespringer, 1999 dalam Lasmahadi 2001; Loma dictionary, 1998).
(59)
Sumber: Competency Implementation Guide APS Competencies: When To Use Them; How To Use Them. Diakses tgl 1 maret 2004 dari htpp://www.pao.gov.ab.ca/learning/competencies/compuse/index.html
Selection and Staffing
Recruitment
Performance Management Reward and
Recognition
Career and Succession Planning
Learning and Development
Jobs : Competency Requirements People: Demonstrated
Competencie
Gambar 2.2. Aplikasi Model Kompetensi
Berdasarkan uraian tersebut, kompetensi auditor dapat disimpulkan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan perilaku-perilaku auditor yang berhubungan dengan melakukan audit.
2.4. Penelitian Terdahulu
Untuk mendukung penelitian yang masalahnya telah dirumuskan pada bab pertama tesis ini, perlu dikemukakan penelitian sejenis. Diantara penelitian tersebut, penulis kemukakan dua hasil penelitian yang relevan.
(60)
1. M Nizarul Alim, Pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas Audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi (simposium Akuntansi Nasional X, 2007). Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Libby (1989), Ashton (1991), Choo dan Trootman (1991), dalam Mayangsari (2003). Sementara itu, interaksi kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Pengaruh interaksi kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas audit dalam penelitian ini tidak dapat diketahui karena dari hasil pengujian ternyata kedua variabel tersebut keluar dari model (Excluded Variables). Hasil ini tidak berhasil mendukung penelitian yang dilakukan oleh Behn et al. (1997) dalam Widagdo et al. (2002). Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini konsisten dengan penelitian Shockley (1981), De Angelo (1981), Knapp (1985), Deis dan Giroux (1992), Mayangsari (2003). Selanjutnya interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan klien disertai dengan perilaku etis yang dimiliki. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nichols dan Price (1976), Deis dan Giroux (1992). Pada sisi lain, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat dijelaskan sebagai
(61)
berikut: Pertama, penelitian hanya dilakukan pada KAP yang ada di Jawa Timur sehingga hasil penelitian hanya mencerminkan mengenai kondisi auditor di Jawa Timur. Kedua, peneliti tidak membedakan auditor sebagai responden berdasarkan posisi mereka di KAP (yunior, senior dan supervisor) sehingga tidak diketahui secara pasti tingkat kompetensi, independensi dan etika yang dimiliki. Ketiga, variabel moderasi yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah etika auditor, padahal masih banyak variabel perilaku lain maupun faktor kondisional yang dapat mempengaruhi kualitas audit. Penelitian di masa mendatang hendaknya meneliti hal-hal tersebut.
2. Sri Trisnaningsih. Independensi auditor dan komitmen organisasi sebagai mediasi pengaruh pemahaman good governance, pemahaman SIA dan budaya organisasi terhadap kinerja auditor (simposium Akuntansi Nasional X, 2007). Penelitian akuntansi keperilakuan (behavior) tentang pemahaman SIA, budaya organisasi, dan komitmen organisasi terhadap kinerja auditor pada perusahaan bisnis manufaktur sudah sering dilakukan, tetapi masih jarang sekali dilakukan penelitian pada perusahaan bisnis non-manufaktur, seperti KAP dengan responden auditor independen. Oleh karena itu, dengan merujuk teori Otley (1980), maka isu sentral dari penelitian ini adalah: (1) Peneliti ingin membuktikan secara empiris, apakah independensi auditor dan komitmen organisasi sebagai variabel intervening akan memediasi pengaruh pemahaman good governance,
pemahaman SIA dan budaya organisasi terhadap kinerja auditor. (2) Mengembangkan dan melakukan kajian lebih lanjut penelitian terdahulu yang
(62)
masih kontroversi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori akuntansi keperilakuan di bidang auditing.
Populasi penelitian ini adalah auditor yang bekerja di KAP, yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah KAP di Indonesia yang tercatat pada Directory
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Kompartemen Akuntan Publik 2006 terdapat 463 KAP dengan 1.058 akuntan publik. Sampel penelitian ini yaitu 510 auditor yang terdapat pada 53 KAP. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dan analisis data penelitian menggunakan SEM (Structural Equation Model) dengan program AMOS Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) pemahaman good governance tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor, melainkan berpengaruh tidak langsung melalui independensi auditor. 2) pemahaman SIA berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor, tetapi komitmen organisasi bukan merupakan intervening variable dalam hubungan antara pemahaman SIA terhadap kinerja auditor. 3) Budaya organisasi tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor, namun secara tidak langsung komitmen organisasi memediasi hubungan antara budaya organisasi terhadap kinerja auditor.
3. Wiwien Mardiyani (tesis, Universitas Pancasila, Jakarta, 2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh pemamhaman sistem informasi akuntansi dan penguasaan teknologi informasi terhadap kompetensi auditor. Disimpulkan bahwa kedua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja auditor. Diantara
(63)
kedua variabel, pemamaham sistem informasi akuntansi lebih memberikan pengaruh terhadap kinerja auditor
4. Husni Akbar (Tesis, Krisnadwipayana, Jakarta, 2004) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kompetensi auditor dan pemahaman SOP terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kedua variabel bebas) berpengaruh secara signifikan Terhadap Kinerja auditor.
(64)
Tabel 2.1. Rangkuman Penelitian Terdahulu tentang kompetensi Auditor
Peneliti Judul Penelitian Variabel Model
Analisis
Hasil Penelitian
1 2 3 4 5
M Nizarul Alim Pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas Audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi 1. Kompetensi 2. Independensi 3. kualitas Audit etika
auditor
Regresi 1. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 2. interaksi kompetensi dan etika auditor
tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
3. Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
Sri Trisnaningsih Independensi auditor dan komitmen organisasi sebagai mediasi pengaruh pemahaman good governance, pemahaman SIA dan budaya organisasi terhadap kinerja auditor 1. independensi auditor 2. komitmen organisasi 3. pemahaman SIA 4. pemahaman GCG 5. kinerja auditor
AMOS 1. pemahaman good governance tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor, melainkan
berpengaruh tidak langsung melalui independensi auditor.
2. Pemahaman SIA berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor, tetapi komitmen organisasi bukan merupakan intervening variable dalam hubungan antara pemahaman SIA terhadap kinerja auditor.
3. Budaya organisasi tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor, namun secara tidak langsung komitmen organisasi memediasi hubungan antara budaya organisasi terhadap kinerja auditor.
Wiwien Mardiyani Pengaruh pemahaman sistem informasi akuntansi dan penguasaan teknologi informasi terhadap kompetensi auditor
6. pemahaman sistem informasi akuntansi 7. penguasaan
teknologi informasi 8. kompetensi auditor
Regresi kedua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja auditor. Diantara kedua variabel, pemamaham sistem informasi akuntansi lebih memberikan pengaruh terhadap kinerja auditor
Husni Akbar Pengaruh Kompetensi auditor dan pemahaman SOP terhadap kinerja auditor.
1. Kompetensi auditor 2. pemahaman SOP 3. kinerja auditor
Regresi bahwa kedua variabel bebas) berpengaruh secara signifikan Terhadap Kinerja auditor.
(65)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya. Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghadapi situasi dan keadaan didalam pekerjaannya. Kompetensi seseorang dapat dilihat dari tingkat kreativitas yang dimilikinya serta inovasi-inovasi yang diciptakan dan kemampuannya dalam menyelesaikan suatu masalah. Dengan demikian kompentensi yang dimiliki seorang auditor mempunyai pengaruh terhadap kinerjanya dalam menjalan fungsi sebagai seorang auditor.
Pemahaman terhadap sistem yang berlaku merupakan hal yang utama, sebab perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kemampuan seorang auditor dalam memahami suatu sistem. Apabila seorang auditor tidak memahami suatu sistem yang berlaku, akan menyebabkan terganggunya kinerjanya. Dengan terganggunya kinerja seorang auditor maka secara umum negara akan dirugikan dan secara khusus berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan terhadap masayarakat di wilayah kerja Kantor Bea dan Cukai Jakarta.
Secara keseluruhan kompetensi dan pemahaman terhadap SIA dapat mempengaruhi kinerja auditor, dengan demikian seorang auditor dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensi dan mempertahankan kemampuannya dalam memahami sistem akuntasi yang berlaku dan perkembangan dari sistem tersebut.
(66)
Kompetensi (X
1)
H1
H3
H2
Pemahaman Sistem
Informasi Akuntansi
(X
2)
Kinerja
Auditor(Y)
Gambar 3.1. Model Penelitian Pengaruh Kompetensi dan Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kinerja Auditor
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teoritis di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H 1 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kompetensi terhadap kinerja auditor
H 2 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pemahaman Sistem Informasi Akuntansi terhadap kinerja auditor
H 3 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kompetensi dan pemahaman Sistem Informasi Akuntansi terhadap kinerja auditor
(67)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh kompetensi dan pemahaman SIA terhadap kinerja Auditor Bea dan Cukai diwilayah Jakarta. Adapun untuk mengetahui pengaruh tersebut digunakan metode deskriptif dalam bentuk studi pengaruh (correlation studies) dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2000, 5-7) menjelaskan mengenai metode deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Usaha mendiskriptifkan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala-gejala secara lengkap dalam aspek yang diselidiki, agar jelas keadaan atau kondisinya. Penemuan gejala-gejala itu berarti juga tidak sekedar menunjukkan distribusinya, akan tetapi termasuk usaha mengemukakan hubungannya satu dengan lain dalam aspek-aspek yang diselidiki.
(1)
Lampiran 8
Uji Hipotesis
1.
Pengaruh X1 dan X2 Dengan Y
Descriptive Statistics
50.7344 7.42207 64 58.0938 7.49120 64 52.5313 7.45775 64 Kinerja Auditor
Kompetensi Auditor Pemahaman SIA
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 .602 .523
.602 1.000 .517
.523 .517 1.000
. .000 .000
.000 . .000
.000 .000 .
64 64 64
64 64 64
64 64 64
Kinerja Auditor Kompetensi Auditor Pemahaman SIA Kinerja Auditor Kompetensi Auditor Pemahaman SIA Kinerja Auditor Kompetensi Auditor Pemahaman SIA Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Kinerja Auditor
Kompetensi Auditor
Pemahaman SIA
Variables Entered/Removedb
Pemaham an SIA, Kompeten si Auditora
. Enter Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Kinerja Auditor b.
(2)
Model Summaryb
.651a .423 .405 5.72731 .423 22.400 2 61 .000 1.636 Model
1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change Change Statistics
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Pemahaman SIA, Kompetensi Auditor a.
Dependent Variable: Kinerja Auditor b.
ANOVAb
1469.558 2 734.779 22.400 .000a
2000.926 61 32.802
3470.484 63 Regression
Residual Total Model 1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Pemahaman SIA, Kompetensi Auditor a.
Dependent Variable: Kinerja Auditor b.
Coefficientsa
9.586 6.194 1.548 .127
.448 .113 .452 3.978 .000 .732 1.365
.288 .113 .290 2.549 .013 .732 1.365
(Constant)
Kompetensi Audito Pemahaman SIA Model
1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kinerja Auditor a.
Collinearity Diagnosticsa
2.982 1.000 .00 .00 .00
.010 17.423 .55 .02 .84
.008 19.515 .45 .98 .15
Dimension 1
2 3 Model 1
Eigenvalue
Condition
Index (Constant)
Kompetensi Auditor
Pemahaman SIA Variance Proportions
Dependent Variable: Kinerja Auditor a.
(3)
Residuals Statisticsa
40.8438 60.5230 50.7344 4.82973 64
-2.048 2.027 .000 1.000 64
.718 1.992 1.197 .325 64
41.0278 59.8848 50.7222 4.84476 64 -14.29262 11.89245 .00000 5.63567 64
-2.496 2.076 .000 .984 64
-2.540 2.121 .001 1.006 64
-14.81044 12.40849 .01221 5.89537 64
-2.664 2.186 -.001 1.020 64
.007 6.635 1.969 1.593 64
.000 .078 .015 .019 64
.000 .105 .031 .025 64
Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value
Adjusted Predicted Value Residual
Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance
Centered Leverage Value
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Kinerja Auditor a.
Charts
Regression Standardized Residual
3 2 1 0 -1 -2 -3
Fr
e
q
ue
nc
y
20
15
10
5
0
Histogram
Dependent Variable: Kinerja Auditor
Mean =2.34E-16 Std. Dev. =0.984
(4)
Observed Cum Prob
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
Expe
ct
e
d
Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Kinerja Auditor
2.
Pengaruh X1 terhadap Y
Variables Entered/Removedb
Kompeten
si Auditora . Enter Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Kinerja Auditor b.
Model Summary
.602a .362 .352 5.97586 Model
1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Predictors: (Constant), Kompetensi Auditor a.
(5)
ANOVAb
1256.408 1 1256.408 35.183 .000a
2214.077 62 35.711
3470.484 63 Regression
Residual Total Model 1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Kompetensi Auditor a.
Dependent Variable: Kinerja Auditor b.
Coefficientsa
16.103 5.886 2.736 .008
.596 .101 .602 5.932 .000
(Constant)
Kompetensi Auditor Model
1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Kinerja Auditor a.
3.
Pengaruh X2 Terhadap Y
Regression
Variables Entered/Removedb
Pemaham
an SIAa . Enter Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Kinerja Auditor b.
Model Summary
.523a .274 .262 6.37525 Model
1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Predictors: (Constant), Pemahaman SIA a.
(6)
ANOVAb
950.570 1 950.570 23.388 .000a
2519.914 62 40.644
3470.484 63 Regression
Residual Total Model 1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Pemahaman SIA a.
Dependent Variable: Kinerja Auditor b.
Coefficientsa
23.373 5.714 4.091 .000
.521 .108 .523 4.836 .000
(Constant) Pemahaman SIA Model
1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Kinerja Auditor a.