Analisis Manajemen Inovasi Pelaku Usaha di Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan

(1)

ANALISIS MANAJEMEN INOVASI PELAKU USAHA

DI PUSAT INDUSTRI KECIL (PIK) MENTENG

MEDAN

G E L A D I K A R Y A

Oleh:

Geri Wahyudi Karim

087 007 048

Konsentrasi : Manajemen Teknologi

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Geladikarya : ANALISIS MANAJEMEN INOVASI PELAKU

USAHA DI PUSAT INDUSTRI KECIL (PIK) MENTENG MEDAN

Nama : Geri Wahyudi Karim

Nim : 087007048

Program studi : Magister Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Teknologi

Menyetujui: Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng) Ketua

(Dr. Ir. Nazaruddin, MT) Anggota

Ketua Program Studi Direktur

Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Geladikarya yang berjudul:

“ANALISIS MANAJEMEN INOVASI PELAKU USAHA DI PUSAT INDUSTRI KECIL (PIK) MENTENG MEDAN”

Adalah benar merupakan hasil karya tulis saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas.

Medan, Desember 2011

Yang Membuat Pernyataan

Geri Wahyudi Karim NIM: 087007048


(4)

RIWAYAT HIDUP

Geri Wahyudi Karim lahir di Medan – Sumatera Utara, pada tanggal 18 Oktober 1981. Bertempat tinggal di Jln. Kapuk Kiri No 79/90, Bandar Klippa, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Riwayat Pendidikan dimulai pada Sekolah Dasar Inpres 060913 Medan tahun 1988 hingga 1994. Kemudian dilanjutkan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta IRA Medan pada tahun 1994 hingga 1997. Berikutnya melanjutkan SekolahMenengah Umum Negeri 11 Medan dari tahun 1997 hingga 2000. Melanjutkan pendidikan Strata 1 di Universitas Sumatera Utara, Jurusan Psikologi dari tahun 2000 hingga 2005.

Pada tahun 2008 hingga 2011 bekerja di PT Coffindo dengan jabatan sebagai

Head of Human Resources Department, dan sejak Mei 2011 hingga sekarang bekerja di PT. Bakrie Sumatera Plantation – Oleochemical Division, yang terletak di Kuala Tanjung, Batubara – Sumatera Utara, dengan jabatan sebagai Training and Development Specialist.

Penulis memiliki Ayah yang bernama Herman dan Ibu bernama Ramaini, abang-abang bernama: Hendra Subrata, Chandra Lesmana, Roby Andika, serta seorang adik yang bernama Roy Pranata.

Medan, Desember 2011 Penulis

Geri Wahyudi Karim NIM: 087007048


(5)

RINGKASANEKSEKUTIF

Geri Wahyudi Karim, Analisis Manajemen Inovasi Pelaku Usaha di Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan, Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng dan Dr. Ir. Nazaruddin, MT.

Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan merupakan pusat industri kerajinan tangan yang berada Kelurahan Medan Tenggara. PIK Menteng Medan telah berdiri sejak tahun 1996, pada masa kepemimpinan Walikota Medan Bpk. Bachtiar Jafar yang didirikannya untuk mengembangkan usaha mikro, serta membina masyarakat agar lebih dapat mandiri dalam kehidupan perekonomian. Namun, tingkat penghasilan para pelaku usaha tercatat sejak tahun 2007 hingga 2010 terus mengalami fluktuasi yang mengarah kepada penurunan pendapatan hingga mencapai 20%. Ini terjadi akibat penjualan mereka yang hanya mengandalkan order, menggunakan mesin yang masih konvensional, dan sistem pemasaran yang tidak sistematis. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem penerapan manajemen inovasi tidak berjalan. Berdasarkan hal ini dirumuskna masalah utama yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen inovasi oleh pelaku usaha di Pusat Industri Kecil Menteng – Medan.

Tujuan penelitian ini untuk (1) menganalisis penerapan manajemen inovasi yang dilakukan oleh pelaku usaha PIK Menteng Medan (2) mengidentifikasi faktor-faktor manajemen inovasi yang menjadi hambatan bagi pelaku usaha di PIK Menteng Medan dalam meningkatkan performa mereka. (3) mengindentifikasi langkah-langkah konkrit yang bisa mereka lakukan terkait dengan hasil penelitian ini nantinya.

Penelitian dilakukan di PIK Menteng Medan, dari bulan Juli 2011 hingga September 2011. Cara pengumpulan data dengan menyebar Skala, Wawancara, serta Studi Dokumentasi. Metode penelitian adalah deskriptif dimana penulis menganalisa data-data yang ada berdasarkan hasil survey yang penulis lakukan dan disesuaikan dengan teori yang ada, sehingga apabila ada perbedaan antara teori dan realisasi itulah yang menjadi bahan analisis dan evaluasi.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi manajemen inovasi adalah new knowledge, sedangkan faktor process need adalah faktor yang perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan memberi sumbangan negatif terhadap tingkat pendapatan.

Saran untuk pelaku usaha adalah selalu update terhadap perkembangan informasi, menjalin kerja-sama dengan pihak akademis dan pemerintah dan lebih mandiri dalam menjalankan usaha.


(6)

KATA PENGANTAR



























































































Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu (QS. An-Nur: 35).

Puji syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadiran Allah SWT, Tuhan Pemilik Semesta Alam, karena saya masih diberikan hidup dan kehidupan. Shalawat serta salam saya kepada junjungan Rasulullah SAW. Semoga kita semua mendapat rahmat dan ridho dari-Nya.

Pada penulisan Gladi Karya ini penulis ingin mengangkat permasalahan yang terjadi di lingkungan Pusat Industri Kecil Menteng Medan. PIK Menteng Medan pernah menjadi ikon industri kecil tidak hanya di Medan, namun Sumatera Utara. Produk mereka dahulu bahkan sudah sampai ke mancanegara, namun semenjak krisis ekonomi tahun 1998, PIK Menteng Medan mengalami pasang surut. Agar bisa bertahan dalam suatu bisnis, pelaku usaha perlu melakukan inovasi. Namun


(7)

bagaimana melakukan inovasi dan apa yang menjadi fokus inovasi? Penulis ingin menjawabnya melalui penelitian ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng, selaku Ketua Komisi Pembimbing sekaligus sebagai Ketua Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Ir. Nazaruddin M.T., selaku Anggota Komisi Pembimbing. Dan kasih khusus kepada:

1. Ibunda Ramaini dan Ayahanda Herman selaku orangtua yang banyak memberi support serta semangat.

2. Mas Hendra, Mas Chandra, Mas Roby dan Roy Pranata sebagai saudara yang selalu ada dan memberi semangat kepada penulis.

3. Istriku tercinta: Naiti Rofiya, S.Farm, Apt  terima-kasih sudah menjadi pelita dan semangat hidupku dan jagoan jabang buah hatiku. I love you them all, I live for our life.

4. Ridzky Anggarini alias Tjen tjen, dirimu lah satu-satunya yang mengetahui misteri kehidupan ini .

5. Widya Wardana, sebagai boss yang sangat pengertian dan memberi kesempatan kepada penulis untuk izin Kuala Tanjung – Medan.

6. Irfan Anwar, selaku boss yang banyak membantu penulis dalam perkuliahan, mental baja, dan pandangan hidup serta makna keteguhan hati 

7. Bunda Sisca, sebagai boss yang semangat dan nasihatnya masih penulis ingat.


(8)

8. A. Harahap (Ketua II PIK Menteng Medan), dan Pak Ismet (Ketua I PIK Menteng Medan) atas izin dan informasi serta kemudahan kepada penulis selama pengambilan data penelitian.

9. Rekan-rekan angkatan XXIV-2 (Erik Sembiring, Farel Mulyadi, Fredon Hutapea, Shanty, Meilya S. Ginting, Kak Tuty, Bu Safrida, Adjie PN, Hendra R., Rifky, Ivan Hasnanda, Warisan, Mas Daniel dan lainnya) serta semua pihak yang membantu dalam penulisan Gladi Karya ini.

10.Rekan-rekan HR Community, Mr. NF, Pak Indra Icak, Pak Iboss serta Kak Gina dan lainnya yang sulit untuk disebutkan satu persatu.

11.Rekan-rekan di Coffindo (Tuan Alol, Pak Ade’, Rahmad, Pak Heri, jenenge sopo, Roro Hanjoyo, SP, dll) dan rekan-rekan di BSP Oleo (Mr. Jimbron, Ziky, Nuga, Lina, Kak Ely, Mr. Okto, Chichi Mimi, Kiteng, dll)

12.Mr. Ahmad Yani. Thanks for your support and help us Sir

13. Last but not least, my late father, so much miss you..

Medan, 2012 Penulis


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 23

Gambar 5.1. Diagram Scatterplot... 46

Gambar 5.2. Diagram Kondisi The Unexpected di PIK Menteng Medan ... 55

Gambar 5.3. Diagram Kondisi The Incongruity di PIK Menteng Medan ... 58

Gambar 5.4. Diagram Kondisi Process Need di PIK Menteng Medan ... 62

Gambar 5.5. Diagram Kondisi Industry and Market Structure di PIK Menteng Medan ... 64

Gambar 5.6. Diagram Kondisi Demographic di PIK Menteng Medan... 67

Gambar 5.7. Diagram Kondisi Change in Perception di PIK Menteng Medan 69 Gambar 5.8. Diagram Kondisi New Knowledge di PIK Menteng Medan ... 71

Gambar 5.9. Proses Manajemen Inovasi bagi Pelaku Usaha PIK Menteng Medan . 81


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Perkiraan Rata-rata Pendapatan per Bulan Pelaku Usaha PIK

dari Tahun 2007 - 2010 ... 5

Tabel 2.1. Jenis dan Karakteristik Inovasi ... 10

Table 2.2. Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Kecil dan Menengah ... 22

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 25

Tabel 4.2. Blue Print Skala Manajemen Inovasi ... 30

Tabel 4.3. Reliabilitas Alat Ukur ... 32

Tabel 4.4. Blue Print setelah Uji Coba ... 33

Tabel 5.1. Pembagian Kelurahan, Luasnya (km²), dan Persentase terhadap Luas Kecamatan Medan Denai Tahun 2007 ... 37

Tabel 5.2. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per km² ... 38

Tabel 5.3. Banyaknya Industri Besar/Sedang, Kecil, dan kerajina Rumah- Tangga menurut Kelurahan pada Tahun 2007 ... 38

Tabel 5.4. Usia Responden di Pusat Industri Kecil ... 40


(11)

Medan Tenggara ... 41

Tabel 5.6. Jenis Industri yang berada di PIK Medan Tenggara ... 42

Tabel 5.7. Uji Normalitas ... 43

Tabel 5.8. Uji Autokorelasi... 44

Tabel 5.9. Uji Multikolinieritas... 45

Tabel 5.10. Anova Perbedaan Tingkat Pendapatan ditinjau dari Elemen Manajemen Inovasi Drucker ... 47

Tabel 5.11. Persamaan Regresi antar Elemen Manajemen Inovasi terhadap Tingkat Pendapatan Para Pelaku Usaha PIK Menteng Medan ... 48

Tabel 5.12. Resume Skor EPPS ... 75


(12)

RINGKASANEKSEKUTIF

Geri Wahyudi Karim, Analisis Manajemen Inovasi Pelaku Usaha di Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan, Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng dan Dr. Ir. Nazaruddin, MT.

Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan merupakan pusat industri kerajinan tangan yang berada Kelurahan Medan Tenggara. PIK Menteng Medan telah berdiri sejak tahun 1996, pada masa kepemimpinan Walikota Medan Bpk. Bachtiar Jafar yang didirikannya untuk mengembangkan usaha mikro, serta membina masyarakat agar lebih dapat mandiri dalam kehidupan perekonomian. Namun, tingkat penghasilan para pelaku usaha tercatat sejak tahun 2007 hingga 2010 terus mengalami fluktuasi yang mengarah kepada penurunan pendapatan hingga mencapai 20%. Ini terjadi akibat penjualan mereka yang hanya mengandalkan order, menggunakan mesin yang masih konvensional, dan sistem pemasaran yang tidak sistematis. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem penerapan manajemen inovasi tidak berjalan. Berdasarkan hal ini dirumuskna masalah utama yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen inovasi oleh pelaku usaha di Pusat Industri Kecil Menteng – Medan.

Tujuan penelitian ini untuk (1) menganalisis penerapan manajemen inovasi yang dilakukan oleh pelaku usaha PIK Menteng Medan (2) mengidentifikasi faktor-faktor manajemen inovasi yang menjadi hambatan bagi pelaku usaha di PIK Menteng Medan dalam meningkatkan performa mereka. (3) mengindentifikasi langkah-langkah konkrit yang bisa mereka lakukan terkait dengan hasil penelitian ini nantinya.

Penelitian dilakukan di PIK Menteng Medan, dari bulan Juli 2011 hingga September 2011. Cara pengumpulan data dengan menyebar Skala, Wawancara, serta Studi Dokumentasi. Metode penelitian adalah deskriptif dimana penulis menganalisa data-data yang ada berdasarkan hasil survey yang penulis lakukan dan disesuaikan dengan teori yang ada, sehingga apabila ada perbedaan antara teori dan realisasi itulah yang menjadi bahan analisis dan evaluasi.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi manajemen inovasi adalah new knowledge, sedangkan faktor process need adalah faktor yang perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan memberi sumbangan negatif terhadap tingkat pendapatan.

Saran untuk pelaku usaha adalah selalu update terhadap perkembangan informasi, menjalin kerja-sama dengan pihak akademis dan pemerintah dan lebih mandiri dalam menjalankan usaha.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wirausaha harus berinovasi, begitulah yang diungkapkan Drucker (1986). Dengan berinovasi, wirausaha akan dapat meraih impiannya. Drucker (1986) menyatakan bahwa inovasi merupakan hal utama bagi wirausaha jika ingin melakukan tindakan dalam berbisnis. Inovasi pada dasarnya adalah proses bagi pelaku usaha dimana mereka menggunakan sumber daya (resources) dan kompetensi yang mereka miliki untuk mengembangkan produk baru atau pengembangan sistem operasi baru guna lebih efektif, efisien dan mampu menjawab kebutuhan customer (Jones, 2010).

Inovasi tidak hanya diperlukan perusahaan besar, perusahaan kecil seperti segmen UKM penerapan inovasi dalam usaha mereka sangat baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Manikmas (2000) menyatakan bahwa pelaku usaha kecil penting mempertimbangkan aspek penggunaan teknologi yang lebih tepat. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaku usaha perlu mempertimbangkan guna memperbaiki sistem operasi mereka dari konvensional menjadi lebih baik. Jones menyatakan bahwa inovasi tidak hanya pada produk, namun juga pada penggunaan teknologi. Peralihan sistem operasi yang tepat sudah diantisipasi sejak tahun 1930, Schumpeter (dalam Jones, 2010) menyatakan inovasi mengubah


(14)

nilai melalui sistem, maka pelaku usaha perlu melakukan perubahan nilai melalui sistem yang lebih baik dan baru.

Perubahan kerap dan terus terjadi. Dalam dunia bisnis, segala sesuatu terus berubah, tidak ada yang tetap kecuali perubahan itu sendiri. Pelaku usaha juga terus memikirkan strategi bisnisnya untuk bisa bertahan dalam dunia bisnis. Sayangnya, tidak banyak pelaku usaha kecil yang menyadari pentingnya pembaharuan dalam bisnis mereka, baik sistem operasi maupun produk, mereka cenderung bertahan dengan sistem yang telah mereka pergunakan dengan alasan bahwa sistem tersebut juga mendatangkan keuntungan bagi mereka. Tetapi jika mereka bisa meningkatkan inovasi dalam bisnis mereka, maka mereka bisa “naik” kelas, seperti apa yang diungkapkan Rhenald Kasali (2010), bahwa wirausaha juga harus naik kelas, dan ini bisa mereka capai dengan adanya strategi inovasi.

Salah satu kelompok pelaku usaha UKM yang ada di Medan adalah Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng yang terletak di Jalan Menteng VII – Medan, Sumatera Utara. Kelompok ini sudah berdiri sejak tahun 1996 yang diresmikan oleh Walikota Medan Bachtiar Djafar melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Mulanya PIK mampu membangkitkan gelora industri rumah tangga. Berbagai macam produk pun berhasil diciptakan dengan pendapatan yang cukup memuaskan. Ekonomi masyarakat menengah ke bawah mulai dapat diperbaiki.

Pada awalnya jumlah pelaku usaha di PIK Menteng Medan berkisar 110 orang, namun seiring waktu berjalan, terutama akibat imbas dari krisis ekonomi pada tahun 1998 jumlah pelaku usah terus menurun ditambah lagi perhatian


(15)

pemerintah yang kurang pada saat krisis terjadi hingga membuat pelaku usaha tidak lagi meneruskan bisnisnya. Saat ini jumlah pelaku usaha yang ada hanya tinggal 30 orang saja dan sistem organisasi mereka tidak berubah mulai dari berdiri di tahun 1996, berdiri sendiri, tanpa manajemen dan tidak terkendali.

Ahmad Harahap, Ketua II Koperasi Pusat Industri Kecil (Kopik) Menteng – Medan menyatakan bahwa kini sudah tidak ada lagi perhatian dari dinas terkait. Padahal dulu, ini adalah program yang diutamakan oleh Pemerintah Kota Medan pada masa Walikota dijabat oleh Bactiar Djafar. Pada tahun permulaan, PIK sangat maju, order pun banyak mereka terima, terutama pakaian dan sepatu dinas untuk pegawai Pemerintah Kota Medan. Modal juga banyak mereka dapat berupa pinjaman lunak dari berbagai pihak, seperti dari Pertamina. Namun, sekarang hal itu sudah banyak berbalik. Order dari dinas pemerintahan tidak lagi mereka terima, modal yang sulit mereka dapatkan. Kredit BUMN dan pinjaman kredit lunak yang biasa diterima oleh pelaku usaha lokal ini pun tak lagi berlanjut. Guna meneruskan kegiatan usahanya para pelaku usaha ini banyak yang mencoba berpindah kredit melalui bank, namun mereka tak menyanggupi bunga yang cukup besar. Bahkan banyak ruko yang beralih fungsi bahkan dijual kepada orang lain. Padahal menurut aturannya, ruko tidak boleh dijual, karena mereka diharuskan menyicil ruko yang mereka tempati untuk kegiatan usaha.

Mandeknya hal diatas, juga mematikan daya kreatifitas pelaku usaha. Mereka memang mengharapkan peran aktif pemerintah untuk membantu mereka keluar dari permasalahannya. Sejatinya, mereka tidak harus bergantung terus kepada pemerintah. Mereka harus lebih mandiri. Dengan kemandirian, mereka


(16)

bisa keluar dari permasalahan utama mereka. Drucker (1986) menyatakan bahwa pelaku bisnis harus terus melakukan inovasi terhadap apa-apa saja yang mereka lakukan. Pelaku usaha harus memikirkan ulang terhadap proses produksi dan produk mereka.

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara terhadap pelaku usaha yang masih bertahan di PIK Menteng – Medan, penulis menemukan bahwa terjadi kemandekan dalam bisnis mereka. Produk yang mereka pasarkan tidak ada mengalami perubahan dari tahun ke tahun, pasar tidak mereka kembangkan dan sistem operasi mereka juga mengalami stagnasi. Hasil wawancara dengan salah satu pelaku usaha menyatakan sebagai berikut:

“Kami memang tidak banyak melakukan perubahan usaha, seperti usaha saya yang sudah berjalan dari tahun 2003 hingga sekarang (2011)… Mesin-mesin yang kami pergunakan juga nggak banyak berubah… metode pemasaran kami melalui berjualan langsung dan kami jual ke pembeli atau ke distributor lokal”

Selanjutnya Harahap menjelaskan jika kondisi ini terus berlangsung, bukan tidak mungkin industri yang ada akan mati. Tingkat pendapatan pelaku usaha yang penulis peroleh berdasarkan interview dengan 5 (lima) orang pelaku usaha di PIK menemukan bahwa tingkat pendapatan mereka rata-rata turun hingga 20% setiap tahunnya. Berikut adalah tabel rata-rata pendapatan yang mereka peroleh dari tahun 2007 hingga 2010.


(17)

Tabel 1.1. Perkiraan Rata-rata Pendapatan Pelaku Usaha PIK dari Tahun 2007 - 2010

No Pelaku Usaha Perkiraan Rata-rata Pendapatan

Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

1 Pelaku Usaha "A" Rp 5,000,000 Rp 4,500,000 Rp 4,000,000 Rp 4,000,000 2 Pelaku Usaha "B" Rp 6,000,000 Rp 5,000,000 Rp 4,500,000 Rp 4,000,000 3 Pelaku Usaha "C" Rp 4,000,000 Rp 3,000,000 Rp 3,000,000 Rp 3,000,000 4 Pelaku Usaha "D" Rp 2,000,000 Rp 1,700,000 Rp 1,000,000 Rp 1,500,000 5

gPelaku Usaha

"E" Rp 7,000,000 Rp 5,000,000 Rp 6,500,000 Rp 6,000,000 Sumber: diolah dari hasil interview dengan pelaku usaha PIK Menteng - Medan

Dari tabel 1.1. diatas terlihat kecenderungan pendapatan para pelaku usaha yang terus menurun. Penjualan yang mereka andalkan hanya dari permintaan rutin dan atau pesanan yang datang kepada mereka, namun ini jumlahnya tidak besar. Ketika penulis menanyakan mengapa mereka tidak membuat suatu toko atau gerai khusus untuk memasarkan produk mereka, Harahap menjawab hal tersebut pernah dilakukan, namun kebanyakan para pelaku usaha tidak sanggup untuk menambah biaya pemasaran lagi, sehingga konsep ini tidak berjalan dengan baik.

Ketika penulis menyinggung mengenai bagaimana penerapan inovasi dalam industri, mereka menyatakan belum menerapkan sepenuhnya. Mereka masih menggunakan teknologi yang ada, dan produk yang mereka hasilkan juga tidak banyak berubah. Berdasarkan hal diatas, penulis ingin mengetahui bagaimana manajemen inovasi PIK Menteng – Medan.


(18)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah penelitian yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen inovasi oleh pelaku usaha di Pusat Industri Kecil Menteng – Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Menganalisis penerapan manajemen inovasi yang dilakukan oleh pelaku usaha PIK Menteng Medan

2) Mengidentifikasi faktor-faktor manajemen inovasi yang menjadi hambatan bagi pelaku usaha di PIK Menteng Medan dalam meningkatkan performa mereka.

3) Mengindentifikasi langkah-langkah konkrit yang bisa mereka lakukan terkait dengan hasil penelitian ini nantinya.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1) Bagi pelaku usaha PIK Menteng Medan sebagai bahan pertimbangan guna menerapkan manajemen inovasi untuk meningkatkan performa mereka sehingga bisa bersaing di pasar dan mereka juga bisa mengembangkan pasar sendiri.


(19)

2) Bagi Program Studi Magister Managemen USU, dapat sebagai bahan informasi dan acuan dalam melakukan penelitian – penelitian berikutnya yang berkaitan.

3) Bagi peneliti, mendapatkan wawasan yang lebih dalam dan dapat diterapkan dalam bekerja.

4) Bagi penelitian selanjutnya, dapat digunakan untuk menambah informasi dan acuan dasar yang membantu dalam penelitian yang lebih luas lagi

1.5. Batas dan Ruang Lingkup Penelitian

Batasan dan ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut : 1) Penelitian hanya dilakukan terhadap:

- Pelaku usaha di PIK Menteng Medan

- Kostumer PIK Menteng – Medan yang diambil secara random sampling

2) Penelitian hanya mengidentifikasi faktor – faktor manajemen inovasi yang dikemukakan oleh Drucker (1986) dan analisa penerapan dari manajemen inovasi tersebut guna meningkatkan performa kinerja pelaku usaha PIK Menteng Medan.


(20)

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1. Inovasi

2.1.1. Definisi Inovasi

Inovasi adalah alat spesifik bagi pelaku usaha untuk memanfaatkan perubahan sebagai peluang bisnis atau jasa yang berbeda. Inovasi dapat ditampilkan sebagai ilmu, dapat dipelajari dan dapat di praktekkan. Pelaku usaha perlu secara sengaja mencari sumber inovasi, perubahan dan gejala yang menunjukkan adanya peluang untuk inovasi yang berhasil. Mereka juga perlu mengetahui dan menerapkan prinsip inovasi yang berhasil (Drucker, 1986).

Inovasi adalah tindakan yang memberi sumber-daya kekuatan dan kemampuan baru untuk menciptakan kesejahteraan, dengan kata lain inovasi menciptakan sumber-daya. Tidak ada sesuatu pun yang menjadi sumber-daya sampai orang menemukan manfaat dari sesuatu yang terdapat di alam, sehingga memberinya nilai ekonomis (Drucker, 1986). Sebelum orang memberikan makna kepada batu alam dan sumber energi bumi, tidak lebih itu semua bukan lah sumber-daya, bahkan itu adalah pengganggu kestabilan alam, namun begitu orang menemukan manfaatnya, maka saat itu telah terjadi inovasi terhadap sumber-daya alam.

Inovasi tidak harus bersumber dari sesuatu yang baru menjadi sumber-daya, namun inovasi juga bisa bersumber dari sumber-daya sumber-daya yang


(21)

telah ada menjadi suatu sumber-daya baru, dengan catatan sumber-daya baru itu tetap memberikan nilai dan manfaat kepada manusia dan atau lingkungan sekitar.

Pearce II dan Robinson (2009) menyatakan bahwa dalam dunia bisnis, inovasi bermula dari penemuan (invention). Jika seseorang sudah mulai memproduksi, menjual dan memasarkan barang hasil temuannya tersebut, maka ia sudah melakukan inovasi. Mereka menyebutkan bahwa inovasi itu bagaimana upaya memutar ide menjadi profit.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa inovasi merupakan suatu proses untuk menciptakan sumber daya baru berdasarkan sumberdaya – sumberdaya yang sudah ada, dan hasil tersebut dapat memberikan manfaat kepada manusia dan juga memberikan profit bagi yang mengembangkannya.

2.1.2. Jenis-jenis Inovasi

Konsep inovasi mempunyai sejarah yang panjang dan pengertian yang berbeda-beda, terutama didasarkan pada persaingan antara perusahaan-perusahaan dan strategi yang berbeda yang bisa dimanfaatkan untuk bersaing. Josef Schumpeter (dalam Hermana, 2008) sering dianggap sebagai ahli ekonomi pertama yang memberikan perhatian pada pentingnya suatu inovasi. Pada tahun 1949 Schumpeter (dalam Hermana, 2008) menyebutkan bahwa inovasi terdiri dari lima unsur yaitu: (1) memperkenalkan produk baru atau perubahan kualitatif pada produk yang sudah ada, (2) memperkenalkan proses baru ke industri, (3) membuka pasar baru, (4) Mengembangkan sumber pasokan baru pada bahan baku atau masukan lainnya, dan (5) perubahan pada organisasi industri.


(22)

Sedangkan Martin Radenakers (dalam Hermana, 2008) membagi inovasi ke dalam beberapa tipe yang mempunyai karakteristik masing-masing seperti disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Jenis dan Karakteristik Inovasi

Sumber: Hermana (2008)

2.2. Sumber Inovasi

Bagi pelaku usaha, inovasi adalah senjata mereka untuk bisa terus bertahan, dengan inovasi mereka tetap terus bertahan. Inovasi menciptakan perubahan, sebagian inovasi yang berhasil menciptakan perubahan besar bagi kehidupan manusia seperti inovasi pada penicillin, tetapi kebanyakan inovasi yang berhasil adalah jauh lebih sederhana dan ini diperlukan sebagai dasar perubahan bagi pelaku usaha. Jadi disiplin inovasi (yang merupakan dasar pengetahuan kewiraswastaan) adalah suatu disiplin diagnostik, pemeriksaan sistematis terhadap daerah perubahan yang biasanya menawarkan peluang bagi pelaku usaha (Drucker, 1986). Secara spesifik, inovasi yang sistematis berarti memantau 7 (tujuh) sumber peluang inovasi. Empat sumber pertama terdapat di dalam lingkungan organisasi. Sumber itu pada dasarnya gejala, tetapi semuanya adalah

NO TIPE INOVASI KARAKTERISTIK

1 Inovasi Produk Produk, jasa, atau kombinasi keduanya yang baru

2 Inovasi Proses Metode baru dalam menjalankan kegiatan bernilai tambah (misalnya distribusi atau produksi) yang lebih baik atau lebih murah

3 Inovasi Organisasional Metode baru dalam mengelola, mengkoordinasi, dan mengawasi pegawai, kegiatan, dan tanggung jawab

4 Inovasi bisnis Kombinasi produk, proses, dan sistem organisasional yang baru (dikenal juga sebagai model bisnis)


(23)

indikasi yang dapat dipercaya sepenuhnya akan adanya perubahan yang telah terjadi atau dapat dibuat terjadi dengan sedikit usaha.

Kelompok kedua sumber peluang inovasi terdiri dari tiga hal, menyangkut perubahan yang terjadi di luar organisasi. Berikut uraian dari ketujuh sumber peluang inovasi :

2.2.1. TheUnexpected

Menjalankan dunia usaha terkadang berjalan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, bisa kemungkinan gagal, padahal sudah dipersiapkan dengan matang. Sebaliknya bisa terjadi kesuksesan yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya. Sesuatu yang tidak diduga (the unexpected) adalah hal yang berada di luar kendali dari pelaku usaha. Sesuatu yang tidak diduga menurut Drucker (1986) adalah sukses yang tidak diduga, kegagalan yang tidak diduga dan kejadian luar yang tidak diduga.

- Sukses yang tidak diduga

Tidak ada bidang lain yang menyediakan peluang yang lebih berharga bagi inovasi yang berhasil selain dari sukses di luar dugaan (Drucker, 1986). Namun, sukses diluar dugaan hampir-hampir diabaikan sama sekali, lebih buruk lagi pelaku usaha cenderung menolaknya.

- Kegagalan yang tidak diduga

Disamping itu, pelaku usaha juga sudah memperhitungkan segala kemungkinan kondisi yang akan datang, baik melalui studi kelayakan ataupun melalui dirancang dengan hati-hati dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh tetap saja terjadi kegagalan. Namun, banyak pelaku


(24)

usaha yang menganggap kegagalan sebagai kesalahan, kebodohan atau ikut-ikutan, hanya sedikit yang mampu melihat bahwa kegagalan itu ada kalanya memperlihatkan adanya perubahan yang mendasar, dan perubahan itu merupakan peluang (Drucker, 1986).

- Kejadian luar yang tidak diduga

Kejadian luar yang tidak diduga merupakan peristiwa yang tidak tercatat dalam informasi dan angka laporan yang digunakan manajemen untuk mengendalikan organisasinya (Drucker, 1986). Sering pelaku usaha menyadari adanya peluang ataupun informasi yang mereka peroleh tanpa mereka sangka-sangka dan informasi ini memberikan peluang bagi mereka untuk mengembangkan inovasi ke dalam organisasinya.

2.2.2. TheIncongruity

Ketidak-serasian adalah suatu penyimpangan, suatu ketidaksesuaian antara yang ada dengan yang seharusnya, atau antara yang ada dengan yang diasumsikan setiap orang. Kita mungkin tidak mengerti sebabnya dan seringkali kita tidak dapat menduganya, tetapi ketidakserasian ini adalah gejala peluang untuk mengadakan inovasi (Drucker, 1986).

Drucker (1986) membagi 3 (tiga) jenis ketidak-serasian sebagai berikut:

- Ketidak-serasian antara berbagai realita ekonomi dari sebuah industri

Lazimnya dengan meningkatnya permintaan terhadap suatu produk atau jasa, maka semakin meningkatkan pendapatan. Tetapi yang terjadi disini adalah hal sebaliknya. Biasanya kondisi ini dipengaruhi oleh fenomena ekonomi makro. Namun, hal ini justru sebagai peluang besar untuk


(25)

inovasi, dan biasanya ini terjadi pada perusahaan baru ataupun pada produk / proses yang selama ini tidak terkonsentrasikan.

- Ketidak-serasian antara realita sebuah industri dengan asumsinya

Bilamana orang dalam industri atau sektor jasa tidak dapat memahami realita, ketika mereka membuat asumsi yang keliru, maka usaha mereka akan menuju ke arah yang salah. Mereka akan berkonsentrasi pada bidang yang tidak akan mendatangkan hasil. Lalu akan terdapat ketidak-serasian antara realita dengan perilaku, ketidak-serasian yang untuk kesekian kalinya menawarkan peluang untuk inovasi yang berhasil, kepada siapa saja yang dapat melihat dan memanfaatkannya.

- Ketidak-serasian antara upaya sebuah industri dengan nilai serta harapan pelanggannya

Sering sekali upaya industri untuk memenuhi harapan pelanggan justru yang pelanggan rasakan adalah sebaliknya. Bagi sebagian pelaku usaha, ketidak-serasian ini mendatangkan peluang inovasi untuk memanfaatkan celah ini, dimana pemenuhan harapan pelanggan yang tidak sejalan bisa mereka terapkan.

- Ketidak-serasian intern dalam irama atau logika dari sebuah proses

Ketidak-serasian dalam suatu proses sebenarnya lebih mudah ditemukan. Dalam proses produksi, orang yang sering menjalaninya akan menemukan bahwa ada tahapan proses / produksi yang justru diluar dari perkiraan, akibatnya hal ini menimbulkan biaya yang lebih tinggi, proses yang rumit.


(26)

Pelaku usaha dapat memanfaatkan ketidak-serasian proses produksi ini sebagai suatu peluang inovasi yang bermanfaat buat mereka.

(Drucker, 1986)

2.2.3. ProcessNeed

“Peluang adalah sumber inovasi” selalu merupakan tema pokok dalam hal pembicaraan sumber inovasi. Namun sebuah pepatah lama menyatakan “kebutuhan adalah induk penemuan” (Drucker, 1986). Saat ini banyak terjadinya proses inovasi karena perusahaan mampu membaca apa yang menjadi kebutuhan, baik kebutuhan konsumen maupun kebutuhan produsen. Konsep just in time yang dikembangkan Toyota Motor Corporation merupakan bagaimana proses inovasi yang di dasarkan kepada kebutuhan produsen, untuk meminimalisir inventory atau persediaan. Selanjutnya adalah konsep pesan singkat antar perangkat yang dikembangkan Research In Motion (RIM), yang mencoba menjawab kebutuhan konsumen untuk mobilitas yang tinggi dan pentingnya pesan yang akurat, cepat dan murah.

Kebutuhan proses menyempurnakan proses yang sudah ada, mengganti mata rantai yang lemah, merancang ulang proses lama yang sudah ada atas dasar pengetahuan baru. Adakalanya ia memungkinkan terlaksananya sebuah proses dengan menyumbangkan “mata rantai yang hilang” (Drucker, 1986).

Tidak seperti pada ketidakserasian proses, kebutuhan proses memang kebutuhan yang memang harus dilakukan, tidak hanya berdasarkan ketidak-serasian belaka. Biasanya terjadi karena munculnya pengetahuan baru ataupun


(27)

memang diperlukan suatu proses baru karena trendi yang sedang terjadi. Sumber kebutuhan proses bisa dimulai dari ketidak-serasian, namun ini mengarah kepada tugas (task-focused) dibandingkan pada situasional (situation-focused) (Drucker, 1986).

2.2.4. Industry and Market Structure

Struktur industri dan pasar kadang dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama sekali dan kelihatannya sangat mantap sehingga orang di dalam industri mungkin menganggapnya sebagai hal takdir, sudah menjadi ketentuan alam dan pasti akan bertsahan selamanya. Namun, sebenarnya struktur industri dan pasar cukup rapuh, satu kesalahan kecil saja sudah bisa membuat struktur berantakan. Sehingga pemimpin industri dan pasar selalu menjaga hal ini. Namun, apabila hal ini terjadi setiap orang dalam industri harus bertindak. Dalam praktiknya, mencium adanya hal kejatuhan struktur industri dan pasar harus dipantau selalu. Jika terjadi sedikit peluang, maka pelaku usaha harus sigap untuk mengambil keuntungan dari perubahan struktur industri dan pasar (Drucker, 1986).

2.2.5. Demographic

Masyarakat terus berubah, baik dari gaya hidup maupun dari kebutuhannya. Pelaku usaha harus terus memantau perubahan demografik pada struktur masyarakat, karena hal ini memberikan informasi peluang untuk terciptanya inovasi. Setidaknya sumber peluang inovasi dari struktur demografik diperoleh dari:


(28)

- Kependudukan, meliputi jumlah penduduk, struktur usia, komposisi, pekerjaan, status pendidikan dan pendapatan

- Perubahan dalam persepsi, berkaitan dengan informasi baru ataupun gaya hidup

- Pengetahuan baru yang sedang berkembang di masyarakat. (Drucker, 1986)

2.2.6. ChangeinPerception

Pandangan orang terhadap suatu kasus ataupun gejala sosial terus berkembang. Dahulu orang tidak begitu memperdulikan terhadap isu lingkungan, tetapi saat ini orang sangat konsern dengan lingkungan, sehingga hal ini mendatangkan peluang inovasi bisnis terhadap isu lingkungan. Begitu juga pelaku usaha, harus mampu melihat adanya perubahan persepsi masyarakat terhadap isu-isu di sekitar, baik lokal maupun global. Hal ini akan mendatangkan peluang inovasi terhadap bisnis mereka (Drucker, 1986).

2.2.7. NewKnowledge

Inovasi berdasarkan pengetahuan baru sering diidentikkan sebagai inovasi yang sebenarnya. Inovator sering sekali dianggap karena ia sudah memiliki pengetahuan terhadap bidang tersebut. Tetapi, sumber pengetahuan bukan berarti harus berasal dari dunia ilmiah, banyak informasi ataupun ilmu pengetahuan yang baru diperoleh dari lingkungan sekitar. Penggalian pengetahuan yang baru bisa berasal dari informasi / ilmu yang sudah ada sebelumnya, namun belum dimanfaatkan dengan maksimal (Drucker, 1986). Orang sudah lama mengetahui bagaimana cara mencuci, namun inovasi laundry kiloan yang membuat harga


(29)

laundry lebih terjangkau dan bisa dipakai jasanya oleh siapapun merupakan pemanfaatan ilmu yang sudah ada sebelumnya, pelaku usaha tinggal menggabungkan dan menjadikannya lebih baik.

2.3. Prinsip Inovasi

Secara medis, dokter tidak mengenal pengobatan alternatif ataupun pengobatan yang berlangsung diluar kaidah ilmiah, seperti supranatural, membaca mantra, atau memakan / minum benda-benda yang ajaib, bahkan sembuh dengan sendirinya. Namun, hal itu sering terjadi dan dokter pun mengakuinya. Hal-hal tersebut tidak dimasukkan ke dalam pengajaran kedokteran karena tidak ilmiah, sistematis, tidak dapat dicontoh dan tingkat keberhasilannya sangat kecil, cenderung bersifat personal. Sama halnya dalam inovasi, banyak orang yang sukses berinovasi bukan karena melakukannya secara sistematis, tetapi percaya kepada yang magis, keberuntungan yang selalu menaungi atau bahkan pada ide-ide yang terlintas begitu saja (flash of genius), bukan pada hasil kerja keras, karya yang terorganisir dan yang mempunya tujuan. Tetapi inovasi demikian tidak dapat ditiru dan juga tidak dapat diajarkan serta dipelajari (Drucker, 1986).

Inovasi yang mempunyai tujuan tertentu, yang dihasilkan dari analisis, sistem dan kerja keras, kesemuanya dapat didiskusikan dan disajikan sebagai praktek inovasi. Inilah yang perlu ditampilkan, karena jelas hal ini meliputi sekurang-kurangnya 90 persen dari semua inovasi yang efektif (Drucker, 1986). Dalam penerapan manajemen inovasi, setelah mengetahui sumber-sumber inovasi, maka diperlukan disiplin agar inovasi bisa berjalan dan dapat diterapkan. Prinsip


(30)

disiplin inovasi ini memiliki keharusan, larangan dan persyaratan yang harus dipenuhi inovator (Drucker, 1986).

Guna mencapai tujuan, inovasi sistematik harus dimulai dengan analisa sumber-sumber peluang baru. Hal ini tergantung kepada konteks, keutamaan sumber peluang akan bergantung kepada waktu, sehingga inovator juga harus jeli dalam melihat peluang baru berdasarkan masa (timing), karena setiap waktu sumber peluang akan menawarkan hal yang berbeda-beda (Drucker, 2002).

Inovasi adalah terapan yang bersifat konseptual dan perseptual, sehingga inovator harus keluar, melihat, bertanya dan mendengarkan fenomena yang ada disekitarnya. Inovator yang sukses menggunakan kedua sisi otaknya. Mereka mempelajari peluang apa yang bisa dikembangkan guna dijadikan inovasi. Mereka melihat dan mengamati setiap potensial kostumer apa harapan mereka, nilai yang mereka butuhkan dan kebutuhan mereka. Agar berjalan efektif, inovasi harus mudah dan dilakukan dengan fokus. Inovasi harus pada satu bidang, jika tidak akan membingungkan orang. Inovasi harus dimulai dari yang kecil, ini bukan merupakan perubahan yang besar. Perubahan kecil bisa membawa perubahan yang besar, sebaliknya jika perubahan dilakukan secara besar-besaran biasanya justru tidak akan efektif (Drucker, 2002).

2.4. Manajemen Inovasi

Manajemen inovasi dapat didefinisikan sebagai perubahan dari prinsip-prinsip manajemen tradisional, proses, dan praktek atau perubahan dari bentuk-bentuk organisasi konvensional yang secara signifikan mengubah cara kerja


(31)

manajemen. Sederhananya, manajemen inovasi merupakan perubahan bagaimana manajer melakukan apa yang dahulu biasa mereka lakukan. Ruang lingkup dari pekerjaan manajerial meliputi:

- Menetapkan tujuan serta menyusun rencana; - Memotivasi dan menyelaraskan usaha; - Koordinasi dan pengendalian kegiatan;

- Menghimpun dan mengalokasikan sumber daya; - Mendapatkan dan menerapkan pengetahuan; - Membangun dan memelihara hubungan; - Mengidentifikasi dan mengembangkan bakat;

- Memahami dan menyeimbangkan tuntutan konstituen luar (Hamel, 2006).

Dalam sebuah organisasi, salah satu cara untuk mengubah pola manajemen adalah dengan melakukan inovasi pada proses manajemen. Proses manajemen meliputi strategi perencanaan, kapitalisasi, manajemen proyek, pengukuran kinerja, pengembangan karyawan, dan manajemen sistem informasi, dimana hal-hal itu merupakan roda yang menggerakkan kerja manajemen setiap harinya. Proses manajemen membangun formula dan pelaksanaan manajerial perusahaan (Hamel, 2006).

Selanjutnya, Hamel (2006) menyatakan bahwa perubahan manajemen tidak harus dilakukan secara radikal ataupun secara menyeluruh dalam waktu yang singkat, tetapi bersifat gradual dengan melihat dampak / akibat dari perubahan manajemen, karena perubahan manajemen yang tidak dipersiapkan


(32)

dengan matang justru mendatangkan kemunduran. Translasi manajemen lama ke manajemen baru membutuhkan usaha yang lebih gigih serta waktu, di lain pihak perusahaan dihadapkan pada biaya yang juga tidak sedikit dan perhitungan keuntungan yang diraih.

2.5. Manajemen Inovasi pada Pelaku Usaha Kecil

Pengalaman di negara-negara maju menunjukkan bahwa UKM adalah sumber dari inovasi produksi dan teknologi, pertumbuhanwirausaha yang kreatif, dan inovatif, penciptaan tenaga kerja trampil dan fleksibilitas proses produksi untuk menghadapi perubahan permintaan pasar yang cepat. Industri kecil lebih efisien dibanding industri besar dalam memenuhi permintaan pasar yang cepat. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki industri kecil tersebut sangat ditentukan oleh sejumlah faktor. Diantaranya adalah SDM, penguasan teknologi, akses informasi, pasar, output dan input (Tambunan, 2002).

Inovasi sendiri pada awalnya lebih banyak diteliti pada perusahaan besar, kebanyakan secara tradisional dihubungkan dengan perusahaan multinasional yang besar (Vossen, 1998). Kebangkitan inovasi dari perusahaan kecil adalah relatif baru, sementara perusahaan besar mempunyai keunggulan inovasi pada modal industri yang intensif dengan skala ekonomi sedangkan perusahan kecil telah dikenali sebagai inovator penting dalam bidang teknologi tinggi seperti komputer dan bioteknologi, tetapi juga instrumen dan sektor lain (Schumpter, 1939; Acs and Audretch, 1990; Rothwell, 1991 dalam Soleh, 2008).


(33)

Perusahaan kecil menghadapi masalah khusus dalam perumusan strategi inovasi, mereka berkaitan dengan defisiensi yang timbul karena keterbatasan sumber daya dan cakupan dari kemampuan teknologi. Resiko dalam merespon pasar dan kesempatan teknologi serta memilih tindakan yang sesuai pada waktu yang tepat (tidak terlalu awal atau terlambat) membuat strategi inovasi sebagai sebuah tantangan utama untuk manajemen mereka (Tidd dkk, 1997; Jones & Smith, 1997 dalam Soleh, 2008).

Perusahaan kecil dan besar mempunyai peranan yang berbeda dalam aktivitas inovasi bergantung pada sumber daya dan keterampilan yang diperlukan (Rizzoni, 1991 dalam Soleh, 2008). Perusahaan kecil mempunyai sejumlah corak yang unik seperti sumberdaya yang langka, pengaruh terhadap pasar yang rendah dan komunikasi informal, yang membuat berbeda dari perusahan besar yang kemudian mengadopsi strategi inovasi yang digunakan oleh perusahaan besar (Yap & Sounder, 1994 dalam Soleh, 2008). Kekuatan dari perusahaan kecil tidak berada dalam sumberdaya (sedikitnya secara fisikal), tapi karakteristik perilaku mereka, seperti fleksibilitas dan manajemen (Vossen, 1998). Pemilihan strategi inovasi yang dilakukan perusahaan sendiri sangat bervariasi bergantung pada kondisi perusahaan dan responnya terhadap perubahan lingkungan (Damanpour, 1996 dalam Soleh, 2008).

Karakteristik yang melekat pada perusahaan kecil dan menengah bisa merupakan kelebihan atau kekuatan yang justu menjadi penghambat perkembangannya. Kombinasi dari kekuatan dan kelemahan serta interaksi keduanya dengan situasi eksternal akan menentukan prospek perkembanganya.


(34)

Secara singkat analisis kekuatan dan kelemahan perusahaan kecil dan menengah yang berkaitan dengan sumberdaya (manusia dan ekonomi) diuraikan dalam tabel berikut ini :

Table 2.2. Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Kecil dan Menengah No Fakto-faktor Kekuatan Kelemahan 1 Manusia - Motivasi yang kuat

untuk mempertahankan usahanya

- Suplai tenaga kerja berlimpah dan upah murah

- Kualitas SDM (terutama pendidikan formal) rendah, termasuk kemampuan melihat peluang bisnis terbatas

- Produktivitas rendah - Etos kerja dan disiplin

rendah

- Penggunaan tenaga kerja cenderung eksploitatif dengan tujuan mengejar target

- Sering mengandalkan anggota keluarga sebagai tenaga kerja tidak dibayar 2 Ekonomi - Mengandalkan

sumber-sumber keuangan informal yang mudah dipeoleh

- Mengandalkan bahan baku lokal (tergantung pada jenis produk yang dibuat)

- Melayani segmen pasar bawah yang tinggi permintaan (proporsi dari populasi paling besar


(35)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual yang dijadikan landasan berpikir dalam geladikarya ini dijabarkan dalam gambar berikut :


(36)

Gambar 3.1. di atas menunjukkan kerangka konseptual dari peneltian ini sebagai berikut:

1. Dalam manajemen inovasi terdapat 7 (tujuh) sumber inovasi yang bisa dijadikan peluang untuk melakukan inovasi.

2. Dari 7 (tujuh) sumber peluang tersebut, dibagi menjadi dua garis besar, yakni sumber internal (the unexpected, the incongruity, process need, dan

industry and market structure) dan sumber eksternal (demographic, change in perception, dan new knowledge)

3. Penelitian ini akan melihat faktor mana yang dominan dan bisa dijadikan sebagai sumber utama untuk dijadikan referensi prinsip manajemen inovasi.

4. Hasil analisa manajemen inovasi akan diformulasikan ke dalam prinsip penerapan manajemen inovasi dengan menggunakan teori Drucker (1986) berupa analisa prinsip inovasi.


(37)

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Jadwal Penelitian

4.1.1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Pusat Industri Kecil Menteng – Medan, yang berada di jalan Menteng, Medan Tenggara, Sumatera Utara terhadap pelaku usaha yang berada di PIK Menteng – Medan serta beberapa pihak yang terkait, seperti pemerintahan daerah dan kostumer produk PIK Menteng – Medan.

4.1.2. Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 3 (bulan) dari bulan Juli 2011 sampai bulan September 2011, dengan pelaksanaan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

NO KEGIATAN

BULAN

JULI 2011 AGUSTUS 2010 SEPTEMBER

2011

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan Judul Geladikarya 2. Penyusunan Kolokium Geladikarya 3. Kolokium Geladikarya

4. Pengumpulan Data 5. Analisis Data

6. Penulisan Geladikarya 7. Seminar Perusahaan 8. Sidang Geladikarya


(38)

4.2. Populasi Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel

Suatu penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Populasi adalah sekumpulan subjek yang akan diteliti dan akan dikenai generalisasi kesimpulan terhadap kelompok subjek tersebut (Hadi, 2002). Sedangkan sampel adalah sebagian dari subjek penelitian yang merupakan wakil dari populasi (Hadi, 2002).

Pada penelitian ini dikarenakan jumlah populasi yang berada di Pusat Industri Kecil Menteng – Medan hanya berjumlah 30 pelaku usaha, maka peneliti mengambil seluruh populasi sebagai responden penelitian, dengan kata lain penelitian ini menggunakan teknik penelitian populasi atau sensus.

4.3. Metode Penelitian

Metode yang dipilih adalah metode analisa regresi. Analisa regresi dipergunakan untuk mengetahui faktor-faktor utama yang mempengaruhi penurunan kinerja pelaku usaha PIK Menteng – Medan. Sedangkan metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat (Whitney, 1960). Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.


(39)

Penelitian ini bersifat deskriptif eksplanatori, dimana deskriptif artinya melakukan pengumpulan, penggolongan, penganalisaan dan penginterprestasian sehingga memberikan gambaran yang lengkap atas masalah yang dihadapi, sedangkan eksplanatori artinya melakukan penjelasan atas suatu fakta yang dikumpulkan. Dengan demikian, penelitian bersifat deskriptif explanatori artinya adalah suatu penelitian yang dilakukan secara tuntas dan hasil penelitian akan diberikan dalam bentuk uraian – uraian, jabaran – jabaran dan penjelasan.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini bersifat penelitian populasi, dalam arti seluruh responden diambil keterangan data untuk diolah. Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan cara, yaitu :

1. Menyebar Kuesioner

Kuesioner dilakukan terhadap pelaku usaha PIK Menteng – Medan untuk mengetahui bagaimana penerapan manajemen inovasi berdasarkan teori Drucker (1986). Kuesioner disebarkan kepada pelaku usaha PIK Menteng – Medan. Kuesioner bersifat tertutup, dan data yang dihasilkan adalah data rasio. Guna memperdalam hasil pengolahan analisa data, maka penulis juga melakukan wawancara sebagaimana poin berikutnya.

2. Melakukan Wawancara (interview)

Wawancara dilakukan terhadap pelaku usaha PIK Menteng – Medan untuk memperdalam hasil kuesioner serta mengetahui permasalahan yang


(40)

mereka hadapi saat ini. Wawancara juga dilakukan terhadap kostumer guna mendapatkan informasi mengenai hal-hal apa saja yang mereka inginkan dari produk di PIK.

3. Studi Dokumentasi (documentation)

Mengumpulkan dan mempelajari data – data yang berhubungan dengan penelitian seperti laporan penjualan, profil usaha, buku – buku dan jurnal – jurnal yang diperoleh melalui perpustakaan dan internet.

4.5. Alat Ukur yang Digunakan

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala, yakni Skala Manajemen Inovasi. Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur berupa konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2000).

Hadi (2002) menyatakan bahwa skala dapat digunakan dalam penelitian berdasarkan asumsi-asumsi berikut :

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Hal-hal yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.


(41)

3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Skala Manajemen Inovasi yang dikembangkan dari teori manajemen inovasi dari Drucker (1986), yang disusun oleh penulis berdasarkan 7 (tujuh) dimensi manajemen inovas yang dikemukakan oleh Drucker (1986) meliputi :

1. The unexpected, yaitu peristiwa-peristiwa yang kejadiannya tidak diharapkan atau tidak diperkirakan oleh pelaku usaha.

2. The incongruity, yaitu ketidaksejajaran antara prediksi dengan kenyataan yang terjadi.

3. Process need, yaitu dalam proses produksi selalu ada kebutuhan dan harapan dari pelaku usaha.

4. Industry and Market Structure, yaitu kondisi pemimpin pasar dan industri yang terjadi saat ini.

5. Demographic,mengacu kepada analisa keadaan demografis dari wilayah pelaku usaha.

6. Change in perception, yakni mengacu kepada berubahnya persepsi konsumen terhadap suatu produk yang ada di pasar atau industri.

7. New knowledge, yakni perkembangan ilmu dan informasi baru yang bisa dijadikan referensi kepada pelaku usaha dalam mengembangkan inovasi.


(42)

Adapun blue print untuk skala manajemen inovasi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Blue print Skala Manajemen Inovasi

NO ASPEK

AITEM

TOTAL BOBOT FAVE UNFAVE

1. The unexpected 6, 13, 18,

31, 36

7, 16, 22,

32 9 21.95%

2. The incongruity 10, 15, 21,

30, 35, 39,

3, 17, 24,

28, 33, 41 12 29.27%

3. Process Need 2, 27, 9, 14, 4 9.76%

4. Industry and

Mar-ket Structure 19, 40 1, 26 4

9.76%

5. Demographic 4, 34 11, 37 4 9.76%

6. Change in

percep-tion 8, 23 20, 38 4

9.76%

7. New knowledge 12, 25 5, 29 4 9.76%

TOTAL 21 20 41 100%

4.5.1. Validitas dan Reliabilitas

Validitas

Azwar (2005) menyatakan bahwa validitas merupakan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu


(43)

tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat penilaian profesional. Teknik analisis korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi pearson product moment (Hadi, 2002).

Reliabilitas

Menurut Azwar (2004) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Menurut Hadi (2002) reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan. Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini sebenarnya mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung kecermatan pengukuran (Azwar, 2004).

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien reliabilitas alpha cronbach. Teknik ini merupakan teknik yang sesuai untuk memeriksa konsistensi internal dalam sebuah tes karena koefisien konsistensi internal adalah indeks homogenitas isi dan kualitas item (Azwar, 2000).


(44)

4.5.2. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba Skala Manajemen Inovasi dilakukan terhadap 30 orang pelaku industri yang tersebar di daerah Desa Batang Kuis, dan Desa Bandar Klippa, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Untuk melihat daya beda aitem dilakukan analisis uji coba. Peneliti membandingkan nilai corrected item total-total correlation yang diperoleh dengan koefisien korelasi product moment pearson dengan interval kepercayaan 95% yang mempunyai harga kritis 0.3. Peneliti memakai kriteria pemilihan aitem berdasarkan koefisien korelasi sebesar 0.3 karena menurut Azwar (2000) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.3, daya pembedanya dianggap memuaskan.

Aitem yang diujicobakan di dalam skala ini sebanyak 41 aitem dan diperoleh 29 aitem yang valid dan 12 aitem dinayatakan gugur. Aitem-aitem yang valid inilah yang nantinya akan digunakan di dalam penelitian. Korelasi antar skor aitem dan skor total pada aitem yang valid bergerak dari 0.328-0.764. Setelah dilakukan pengujian daya beda aitem, kemudian dilakukan perhitungan reliabilitas pada aitem-aitem yang valid sebagaimana pada tabel 4.3. dibawah berikut:

Tabel 4.3. Reliabilitas Alat Ukur

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items .863 .876 41


(45)

Hasil perhitungan reliabilitas skala motivasi berprestasi diperoleh nilai

koefisien α = 0.863. Hal ini bisa dinyatakan bahwa skala manajemen inovasi yang penulis buat tingkat reliabilitasnya baik.

Blue print setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut:

Tabel 4.4. Blue Print setelah Uji Coba

NO ASPEK

AITEM

TOTAL BOBOT FAVE UNFAVE

1. The unexpected 13, 31, 36 7, 16, 22,

32 7 24.14%

2. The incongruity 15, 21, 30,

35, 39, 3, 28, 41 8 27.59%

3. Process Need 2, 27, 9, 14, 4 13.79%

4. Industry and

Mar-ket Structure 19 1 2

6.90%

5. Demographic 4, 34 11, 37 4 13.79%

6. Change in

percep-tion - 20, 38 2

6.90%

7. New knowledge - 5, 29 2 6.90%


(46)

4.6. Sumber Data dan Jenis Data

Sumber data dan jenis data dalam penelitian ini meliputi :

1. Data primer, merupakan data yang diperoleh dari kuesioner dan wawancara dengan pelaku usaha PIK Menteng – Medan dan kostumer, terkait dengan kepentingan dalam penelitian ini.

2. Data sekunder merupakan hasil penelusuran dari berbagai dokumentasi buku – buku, jurnal dan publikasi terhadap data internal pelaku usaha, seperti data pelanggan dan data penjualan tahun – tahun sebelumnya.

4.7. Analisis Data

Berikut analisa data yang penulis gunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini:

1. Uji statistik dengan menggunakan analisa regresi untuk mengetahui faktor apa saja dalam manajemen inovasi yang mengalami penurunan kinerja pada PIK Menteng – Medan. Keseluruhan data diolah dengan menggunakan SPSS ver.17

2. Untuk memperdalam hasil uji statistik, maka dilakukan Analisis Deskriptif terhadap faktor-faktor dalam manajemen inovasi yang dikembangkan oleh Drucker (1986).


(47)

3. Analisa Prinsip Inovasi guna mendapatkan formulasi langkah konkrit bagi PIK Menteng – Medan agar dapat menerapkan prinsip inovasi bagi usaha mereka.


(48)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Daerah Penelitian

5.1.1. Gambaran Umum Pusat Industri Kecil 5.1.1.1. Sejarah Singkat Pusat Industri Kecil

Pusat Industri Kecil berada di Kelurahan Medan Tenggara yang merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Medan Denai. Maksud dan tujuan didirikannya PIK ini adalah untuk mengembangkan usaha mikro masyarakat, serta membina masyarakat agar lebih dapat mandiri dalam kehidupan perekonomian. PIK ini merupakan suatu konsentrasi dari sekumpulan perusahaan-perusahaan kecil sejenis baik yang berkembang secara alamiah maupun yang dibangun oleh pemerintah. PIK berdiri pada tahun 1996 yang pendiriannya dilakukan oleh Pemko Medan yang saat itu dipegang oleh Bachtiar Jafar.

5.1.1.2. Letak Geografis dan Kondisi Demografi Pusat Industri Kecil

PIK berada di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai tepatnya berada di Jl. Rahmat Menteng VII Medan. Dapat dikatakan letak dari PIK ini sendiri tergolong strategis, karena jalurnya banyak dilewati oleh kendaraan umum maupun kendaraan pribadi yang akan menuju stasiun amplas yang merupakan stasiun terpadu untuk perjalanan keluar kota ataupun keluar propinsi. Seperti yang telah diterangkan sebelumnya bahwa Medan Tenggara merupakan salah satu kelurahan dari kecamatan Medan Denai, dimana kecamatan ini sendiri memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :


(49)

- Sebelah Utara : Kecamatan Medan Tembung - Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Amplas - Sebelah Barat : Kecamatan Medan Area - SebelahTimur : Kecamatan Deli Serdang

Menurut data BPS Kota Medan, kelurahan Medan Tenggara memiliki wilayah seluas 2.07 km² dengan persentase terhadap luas kecamatan sebesar 20,89%. Atau dapat kita lihat pada data selengkapnya sebagai berikut :

Tabel 5.1. Pembagian Kelurahan, Luasnya (km²), dan Persentase terhadap Luas Kecamatan Medan Denai Tahun 2007

No Kelurahan Luas (km²) % terhadap Luas

Kecamatan

1. Binjai 4,14 41,77

2. Medan Tenggara 2,07 20,89

3. Denai 1,3 13,12

4. Tegal Sari Mandala I 1,03 10,39

5. Tegal Sari Mandala II 0,87 8,78

6. Tegal Sari Mandala III 0,501 5,05

Jumlah 9,911 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan

Pada pertengahan 2007 jumlah penduduk wilayah Medan Tenggara sebesar 38.757 jiwa dengan luas wilayah 2.07 km² dan tingkat kepadatan penduduknya per km² sebesar 7.578. atau dapat kita lihat perbandingannya pada tabel berikut :


(50)

Tabel 5.2. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per km²

Kelurahan JumlahPenduduk Luas Wilayah Kepadatanpenduduk per Km²

Binjai 38.757 4,14 9.362

Medan Tenggara 15.686 2,07 7.578

Denai 14.791 1,3 1.137

Tegal Sari Mandala I 34.974 1,03 33.955

Tegal Sari Mandala II 21.967 0,87 25.249

Tegal Sari Mandala III 11.268 0,501 22.491

Jumlah 137.433 9,911 13.868

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan

5.1.1.3. Potensi Ekonomi

Pertumbuhan dan pengembangan ekonomi di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai Kota Medan, diarahkan dengan menitik-beratkan pada sektor industri terutama subsector industri kecil/industri rumah tangga dan kerajinan. Dalam data BPS di Kecamatan Medan Denai terdapat 1 industri besar/sedang, 93 industri kecil, dan 172 industri rumah-tangga.

Tabel 5.3. Banyaknya Industri Besar/Sedang, Kecil, dan kerajina Rumah-Tangga menurut Kelurahan pada Tahun 2007

Kelurahan Industri

Besar/Sedang Industri Kecil

Industri Rumah Tangga

Binjai 0 0 15

Medan Tenggara 0 73 70

Denai 0 10 11

Tegal Sari Mandala I 0 2 65

Tegal Sari Mandala II 0 2 5

Tegal Sari Mandala III 1 6 6

Jumlah 1 93 172


(51)

Dengan melihat data diatas, tampak jelas bahwa perkembangan industri kecil terbanyak berada di kawasan Medan Tenggara. Faktor yang mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah ini adalah letak geografis, sarana dan prasarana yang memadai, bantuan pemerintah, tersedianya sumber-daya yang cukup dan sarana komunikasi, informasi, tenaga listrik, air, perbankan, pergudangan demikian juga transportasi, dan lain-lain. Pembinaan dan pengembangan industri kecil dipandang perlu karena industri kecil merupakan lapangan usaha yang sesuai dengan ekonomi lemah dengan mengikut-sertakan peran aktif masyarakat yang kurang mampu sehingga penyerapan tenaga kerja dapat lebih besar dan terwujud. Untuk memacu laju petumbuhan industri kecil di daerah ini selama beberapa tahun terakhir, maka langkah prioritas pengembangan industri adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan usaha-usaha industri kecil dan menengah menjadi usaha yang mampu berkembang mandiri, meningkatkan pendapatan masyarakat, memberikan lapangan kerja serta meningkatkan jiwa kewiraswastaan. b. Mengadakan kegiatan pendidikan dan pelatihan antara lain keterampilan,

manajemen dan kewirausahaan.

c. Adanya fasilitas perkampungan industri kecil (PIK) ini sendiri khususnya sepatu, usaha jahitan, pengolahan kulit dan konveksi yang dibangun oleh Pemko Medan.

d. Pengembangan industri penghasil komoditi ekspor sebagai penggerak utama untuk mempercepat pertumbuhan industri.


(52)

e. Penguatan serta pendalaman struktur industri kecil untuk memantapkan program keterkaitan baik antar industri maupun antar industri dengan sektor lain dalam rangka meningkatkan nilai tambah.

Memperhatikan prospek pengembangan yang didukung oleh sumber bahan baku yang tersedia dan dibarengi dengan tenaga-kerja yang ada, maka komoditi andalan yang terdapat di Kecamatan Medan Denai yang perlu untuk dikembangkan adalah ;

a. Kelompok industri pangan yaitu industri kerupuk, roti dan kue, tepung dan minuman.

b. Kelompuk industri sandang dan kulit (sanlit): industri tas, sandal, sepatu, industri pakaian jadi maupun penyedia jasa penjahit busana.

c. Kelompok industri kimia dan bahan bangunan yaitu berbagai jenis kayu (panglong).

d. Kelompok industri kerajinan aneka yaitu: anyaman rotan, mebel, salon, foto-copy, dan lainnya.

5.1.2. Karakteristik Responden

Adapun karakteristik dari para responden penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

a. Usia Responden

Dari hasil penelitian diketahui usia responden bervariasi antara 30 sampai 69 tahun. Untuk lebih jelasnya variasi usia pengusaha industri kecil tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut:


(53)

Tabel 5.4. Usia Responden di Pusat Industri Kecil

No. Usia Jumlah Persentase (%)

1. 30-39 5 16.67

2. 40-49 13 43.33

3. 50-59 9 30

4. 60-69 3 10

Jumlah 30 100

Sumber: Diolah dari Data Primer 2011

Dari data di atas terlihat bahwa pengusaha industri kecil yang menjadi responden paling banyak berusia diantara 40 hingga 49 tahun, yaitu berjumlah 13 orang atau 43,33% dari jumlah keseluruhannya. Lalu diikuti responden yang berusia 50-59 tahun yang berjumlah 9 orang atau 30%. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang berusia 60-69 tahun yang berjumlah 3 orang atau 10% dari jumlah keseluruhan. Dari data primer yang diperoleh, usia rata-rata pengusaha kecil konveksi adalah 47,7 tahun.

b. Distribusi Pendidikan Responden

Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa distribusi pendidikan responden bervariasi mulai dari lulusan sekolah dasar (SD) sampai lulusan sarjana (S1).

Tabel 5.5. Tingkat Pendidikan Responden di Pusat Industri Kecil (PIK) Medan Tenggara

No. PendikanTerakhir Jumlah (orang) Persentase (%)

1. SD 7 23,33

2. SLTP 3 10

3. SLTA 17 56,67

4. Universitas/Akademik 3 10

Jumlah 30 100


(54)

Berdasarkan tabel diatas maka mayoritas dari responden menamatkan pendidikannya di tingkat SLTA yaitu berjumlah 17 orang atau 56.67% dan yang berpendidikan universitas/akademik berjumlah 3 atau 10%. Dari hasil ini dapat dilihat secara umum (66.67%) tingkat pendidikan responden sudah baik.

c. Jenis Industri

Tabel berikut ini akan memperlihatkan jenis industri yang terdapat di PIK Menteng Medan :

Tabel 5.6. Jenis Industri yang berada di PIK Medan Tenggara No Jenis Industri Frekuensi Persentase (%)

1. Sepatu 10 33,33

2. Konveksi 11 36,67

3. Tas 5 16,67

4. Lain-lain 4 13,33

Jumlah 30 100

Sumber :Diolah dari data primer 2011

Dari tabel di atas terlihat bahwa jenis industri konveksi paling banyak berada di PIK Menteng Medan sebesar 36,67%, disusul oleh industri sepatu sebesar 33,33%, industri tas sebesar 16,67% dan industri lainnya (diluar dari industri diatas) sebesar 13,33%.


(55)

5.2. Analisi Hasil Penelitian 5.2.1. Uji Asumsi Klasik 5.2.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan melihat rasio skewness dan rasio kurtosis. Rasio skewness adalah nilai skewnes dibagi dengan standard error skewness, sedangkan rasio kurtosis adalah nilai kurtosis dibagi dengan standard error kurtosis. Sebagai pedoman, bila rasio kurtosis dan skewness berada di antara –2 hingga +2, maka distribusi data adalah normal (Santoso dan Ashari, 2005).

Tabel 5.7. Uji Normalitas Descriptive Statistics

Skewness Kurtosis Std. Error Std. Error Unstandardized Residual -.012 .427 .470 .833

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Berdasarkan tabel 5.7., dapat dilihat bahwa nilai skewness adalah -0.012, sedangkan nilai standard error skewness adalah 0.427, maka rasio skewness adalah (-0.012/0.427= -0.028). Nilai kurtosis adalah 0.470, sedangkan standard error kurtosis adalah 0.833, maka rasio kurtosis adalah (0.470/0.833 = 0.564). Karena nilai skewness dan kurtosis masih berada pada rentang -2 hingga +2, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah normal.

5.2.1.2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Uji Durbin Watson. Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi


(56)

dengan diri sendiri adalah bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai variabel sebelumnya atau nilai periode sesudahnya (Santoso dan Ashari, 2005). Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

- Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif

- Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi - Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif

Tabel 5.8. Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson 1 .828a .685 .585 2.78946E6 2.083 a. Predictors: (Constant), NewKnowledge, TheUnexpected, Demographic,

IndustryAndMarketStructure, TheIncongruity, ChangeInPerception, ProcessNeed b. Dependent Variable: TingkatPendapatan

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Berdasarkan tabel 5.8. diatas, nilai DW adalah 2.083, atau berada diantara -2 sampai +2, maka tidak terjadi autokorelasi.

5.2.1.3. Uji Multikolinieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, dapat dilihat dari Value Inflation Factor (VIF). Apabila


(57)

nilai VIF > 10, terjadi multikolinieritas. Sebaliknya, jika VIF < 10, tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 5.9. Uji Multikolinieritas coefficientsa

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

TheUnexpected .231 4.322 TheIncongruity .357 2.803 ProcessNeed .238 4.195 IndustryAndMarketStructure .525 1.906 Demographic .690 1.448 ChangeInPerception .358 2.792 NewKnowledge .284 3.523 a. Dependent Variable: TingkatPendapatan

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Berdasarkan tabel 5.9. diatas, terlihat semua nilai VIF < 10 ini berarti tidak terjadi multikolonieritas.

5.2.1.4. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah variabel pengganggu mempunyai varian yang sama atau tidak. Heteroskedastisitas mempunyai suatu keadaan bahwa varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya Heterokedastisitas akan mengakibatkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil penaksiran akan menjadi kurang dari semestinya. Heterokedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linear,


(58)

yaitu bahwa variasi residual sama untuk semua pengamatan atau disebut homokedastisitas.

Uji yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah Uji Glejser. Tabel 5.10. Uji Glejser

coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.794E-10 2598589.215 .000 1.000 TheUnexpected .000 1043367.764 .000 .000 1.000 TheIncongruity .000 985366.522 .000 .000 1.000 ProcessNeed .000 754338.667 .000 .000 1.000 IndustryAndMarketStructure .000 718851.375 .000 .000 1.000 Demographic .000 666522.942 .000 .000 1.000 ChangeInPerception .000 649504.748 .000 .000 1.000 NewKnowledge .000 1238615.650 .000 .000 1.000 a. Dependent Variable: abresid

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Berdasarkan tabel 5.10. diatas terlihat nilai t-statistik dari seluruh variabel independent tidak ada yang signifikan secara statistik, sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.

5.2.2. Hasil Utama Penelitian

Setelah keseluruhan uji asumsi klasik terpenuhi, maka langkah selanjutnya adalah dengan menelaah hasil utama peneltian. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mencari jawaban faktor utama yang menjadi kekuatan para pelaku usaha PIK Menteng Medan, dan dari faktor tersebut akan dikembangkan bagaimana


(59)

menyusun strategi manajemen inovasi agar bisa diterapkan para pelaku usaha PIK Menteng Medan. Untuk mencari faktor utama, dipergunakan analisa regresi, sehingga akan ditemukan faktor dominan dan mana faktor yang minor memberikan kontribusi kinerja para pelaku usaha PIK Menteng Medan.

Sebagai estimator, maka dipergunakan elemen manajemen inovasi yang dikemukakan oleh Drucker (1986) dan dependent variable adalah tingkat pendapatan para pelaku usaha keseluruhan data diolah dengan menggunakan SPSS ver17. Berikut hasil utama penelitian:

Tabel 5.11. Anova Perbedaan Tingkat Pendapatan ditinjau dari Elemen Manajemen Inovas Drucker

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 3.727E14 7 5.325E13 6.843 .000a

Residual 1.712E14 22 7.781E12 Total 5.439E14 29

a. Predictors: (Constant), NewKnowledge, TheUnexpected, Demographic, IndustryAndMarketStructure, TheIncongruity, ChangeInPerception, ProcessNeed b. Dependent Variable: TingkatPendapatan

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Berdasarkan tabel diatas, ditemukan hasil bahwa nilai signifikansi dengan

α = .05 untuk perbedaan tingkat pendapatan, dimana nilai signifikansi kecil dari dari nilai α, yakni .000 < .05. dengan membandingkan F hitung dengan F tabel: F hitung = 6.843 sedangkan F tabel (df1=7; df2=22) = 3.59, maka F hitung lebih besar dari F tabel 6.483 > 3.59). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan


(60)

tingkat pendapatan ditinjau dari teori manajemen inovasi yang dikemukakan oleh Drucker (1986).

Hasil ini memberi gambaran bahwa elemen-elemen manajemen inovasi memberikan pengaruh yang berbeda-beda. Guna mengetahui perbedaan tersebut, maka penulis akan melihat berdasarkan persamaan regresi dari tingkat pendapatan sebagai berikut:

Tabel. 5.12. Persamaan Regresi antar Elemen Manajemen Inovasi terhadap Tingkat Pendapatan Para Pelaku Usaha PIK Menteng Medan

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Berdasarkan tabel diatas, persamaan regresi dapat diformulasikan sebagai berikut:

Dimana: a adalah konstanta


(61)

y = -7,097,224.430 + 733,826.537x1 + 1,268,863.693x2 – 756,159.425x3 +

1,261,701.339x4 – 444,516.706x5 + 898,984.228x6 + 1,715,176.095x7

Dari hasil persamaan diatas dapat dijelaskan jika tidak ada manajemen inovasi, maka tingkat pendapatan adalah Rp. -7,097,224.430, hal ini menunjukkan bahwa manajemen inovasi perlu dan penting bagi pelaku usaha PIK Menteng Medan.

Adapun pengaruh variabel independen terhadap tingkat pendapatan sebagai berikut:

a. Theunexpected

Faktor the unexpected mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha industri kecil dan besarnya koefisien adalah 733,826.537 artinya jika faktor ini meningkat sebesar 1% maka akan meningkatkan pendapatan pengusaha industri kecil sebesar Rp. 733,826.537, ceteris paribus.

b. Theincongruity

Faktor the incongruity mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha industri kecil dan besarnya koefisien adalah 1,268,863.693 artinya jika faktor ini meningkat sebesar 1% maka akan meningkatkan pendapatan pengusaha industri kecil sebesar Rp. 1,268,863.693, ceteris paribus.

c. Processneed

Faktor process need mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan pengusaha industri kecil dan besarnya koefisien adalah – 756,159.425


(62)

artinya jika faktor ini meningkat sebesar 1% maka akan menurunkan pendapatan pengusaha industri kecil sebesar Rp. 756,159.425, ceteris paribus.

d. Industry and market structure

Faktor industry and market structure mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha industri kecil dan besarnya koefisien adalah 1,261,701.339 artinya jika faktor ini meningkat sebesar 1% maka akan meningkatkan pendapatan pengusaha industri kecil sebesar Rp.1,261,701.339, ceterisparibus.

e. Demographic

Faktor demographic mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan pengusaha industri kecil dan besarnya koefisien adalah – 444,516.706 artinya jika faktor ini meningkat sebesar 1% maka akan menurunkan pendapatan pengusaha industri kecil sebesar Rp. 444,516.706, ceteris paribus.

f. Change in perception

Faktor change in perception mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha industri kecil dan besarnya koefisien adalah 898,984.228 artinya jika faktor ini meningkat sebesar 1% maka akan meningkatkan pendapatan pengusaha industri kecil sebesar Rp.898,984.228, ceterisparibus.


(1)

Lam piran 04


(2)

Lampiran 04

DATA HASIL TRY OUT SKALA M ANAJEM EN INOVASI

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.863 .876 41

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

VAR00001 3.1667 1.01992 30

VAR00002 3.4000 .62146 30

VAR00003 2.9000 1.09387 30

VAR00004 3.4667 .62881 30

VAR00005 3.2333 .62606 30

VAR00006 3.2000 .84690 30

VAR00007 2.9667 .92786 30


(3)

VAR00012 3.1000 1.26899 30

VAR00013 2.3333 1.39786 30

VAR00014 2.3000 .83666 30

VAR00015 2.2000 1.09545 30

VAR00016 2.5667 1.19434 30

VAR00017 1.9000 1.12495 30

VAR00018 2.5667 1.13512 30

VAR00019 3.2000 .96132 30

VAR00020 3.5333 .62881 30

VAR00021 3.2333 .85836 30

VAR00022 2.9667 .66868 30

VAR00023 2.7667 1.04000 30

VAR00024 2.7000 .91539 30

VAR00025 1.4667 1.16658 30

VAR00026 1.2667 1.11211 30

VAR00027 2.5333 1.07425 30

VAR00028 2.3667 1.03335 30

VAR00029 3.2000 .99655 30

VAR00030 2.9000 1.12495 30

VAR00031 2.9000 1.02889 30

VAR00032 2.7333 1.14269 30

VAR00033 1.4667 1.04166 30

VAR00034 3.0000 1.08278 30

VAR00035 3.1000 .99481 30

VAR00036 3.2000 .71438 30

VAR00037 3.4667 .73030 30

VAR00038 3.4667 .62881 30

VAR00039 3.3667 .66868 30

VAR00040 2.8667 .77608 30


(4)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 110.4333 238.116 .473 . .858

VAR00002 110.2000 246.234 .380 . .860

VAR00003 110.7000 237.528 .454 . .858

VAR00004 110.1333 246.051 .385 . .860

VAR00005 110.3667 245.757 .402 . .860

VAR00006 110.4000 246.110 .271 . .862

VAR00007 110.6333 242.378 .374 . .860

VAR00008 110.9333 249.099 .087 . .867

VAR00009 111.0333 234.033 .641 . .854

VAR00010 112.1000 249.472 .106 . .865

VAR00011 110.8667 234.809 .483 . .857

VAR00012 110.5000 241.845 .268 . .863

VAR00013 111.2667 225.720 .628 . .852

VAR00014 111.3000 236.079 .671 . .855

VAR00015 111.4000 238.938 .411 . .859

VAR00016 111.0333 228.723 .661 . .852

VAR00017 111.7000 266.217 -.366 . .876

VAR00018 111.0333 255.757 -.083 . .870

VAR00019 110.4000 241.834 .377 . .860

VAR00020 110.0667 244.202 .481 . .859


(5)

VAR00025 112.1333 253.085 -.011 . .869

VAR00026 112.3333 271.057 -.498 . .879

VAR00027 111.0667 229.926 .705 . .852

VAR00028 111.2333 239.909 .408 . .859

VAR00029 110.4000 238.041 .488 . .857

VAR00030 110.7000 234.010 .545 . .856

VAR00031 110.7000 230.286 .727 . .852

VAR00032 110.8667 226.464 .764 . .850

VAR00033 112.1333 264.051 -.328 . .874

VAR00034 110.6000 233.352 .590 . .855

VAR00035 110.5000 242.259 .349 . .860

VAR00036 110.4000 243.421 .454 . .859

VAR00037 110.1333 245.499 .350 . .860

VAR00038 110.1333 247.154 .328 . .861

VAR00039 110.2333 241.702 .572 . .858

VAR00040 110.7333 246.823 .271 . .862

VAR00041 110.4667 234.326 .606 . .855

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 113.6000 254.041 15.93868 41


(6)

Lam piran 05

IZIN PENELITIAN