Kendala-Kendala Dalam Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Pada Pusat Industri Kecil (PIK) Medan Tenggara

(1)

KENDALA-KENDALA DALAM PENGEMBANGAN USAHA

KECIL DAN MENENGAH (UKM) PADA PUSAT INDUSTRI

KECIL (PIK) MEDAN TENGGARA

SKRIPSI

Diajukan Guna memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

(S1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

OLEH:

MENTARI SIAHAAN

090903061

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera,

Sungguh besar kasih setia Tuhan bagi kita semua, puji serta syukur yang luar biasa senantiasa penulis panjatkan ke hadiratNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini serta dapat menyempurnakan penulisan skripsi yang berjudul “Kendala-Kendala Dalam Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Pada Pusat Industri Kecil (PIK) Medan Tenggara” dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara.

Walaupun skripsi ini disusun dengan usaha sebaik mungkin, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna baik dari sisi substansi maupun redaksi. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis tidak menutup diri dari kritik atau saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu selama pengerjaan skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP ) Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

2. Bapak Drs. Husni Thamrin, M.Si, Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas FISIP USU.

4. Bapak Drs. Burhanuddin Harahap, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan kritik dan saran selama penelitian dan penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

5. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si selaku dosen penguji sidang yang telah memberikan waktu beliau untuk menguji saya.


(3)

6. Ibu Drs. Alwi Hasyim Batubara, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan moral dan arahan kepada saya selama perkuliahan.

7. Seluruh dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU yang telah memberikan bekal berupa ilmu pengetahuan, arahan, dan bimbingan selama saya menimba ilmu di kampus ini.

8. Seluruh staff di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya kak Mega, kak Dian, dan Pak Udin yang telah mempermudah penulis dalam mengurus berbagai keperluan administrasi selama penulis menuntut ilmu bahkan hingga tahap akhir di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU. 9. Pihak Balai Penenlitian dan Pengembangan Kota Medan yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.

10. Bapak H. Tunggar, SH, selaku Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kota Medan, yang telah memberikan banyak sekali kemudahan dalam proses pengumpulan data dan informasi di Kantor Dinas KUMKM.

11. Seluruh pelaku usaha di PIK Medan Tenggara yang telah sangat bermurah hati menjadi responden penelitian ini hingga akhirnya skripsi ini bisa diselesaikan. Tuhan memberkati usaha bapak/ibu semua. 

12. Teristimewa kepada keluarga besarku, rasa terima kasih serta penghargaan yang tak terukur dan tak ternilai ku sampaikan pada kalian untuk setiap perjuangan, dukungan spritual, moral, dan material, yang tidak akan bisa aku kembalikan sekeras apapun usaha yang ku lakukan. Aku sangat menyayangi kalian semua. THERE’S NOTHING WE CAN’T GET THROUGH WHEN WE ARE ALWAYS LOVE EACH OTHER. 

13. Untuk teman-teman KTB Heal The World, Bg Ivent, Eka, Gold, Jeje, Jo, Kevin, kak Nata, Riky, aku terlalu sayang sama kalian sampai gak menyisakan satu cerita pun untuk diriku sendiri. Ingat ekspresi dan kata-kata kalian kalo udah mulai giliranku yang cerita? Kejaaam !! -__- Hei, jaga selalu semangat bercerita itu yaa.. Kelompok sharing dan kombur. Hahaha. Kalian itu makhluk2 yang banyak mewarnaiku. Dengan mencintai Tuhan lebih dari apapun dan membenci dosa lebih dari apapun !! Amiin. Love ya.. :*


(4)

14. Seluruh seluruh teman-teman Administrasi Negara 2009 yang telah banyak mendukung dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terkhusus dan terspesial untuk Astry Pebriani Sitepu, Christin Mandasari, Debora Nova Siska, Mona Rosa Bangun, Lorencia Barus, Mercy Sibarani. Kita punya banyak cerita untuk jadi alasan selalu saling mengingat dan tertawa. Terutama 2 orang gossiper sejati yang gak pernah habis bahan, Astry dan Loren. Hahaha

15. Untuk adik-adik kelompokku, Bresman, Efenda, Enny, Harlina, Rendy, dan Rosyana, makasih ya udah melengkapi perjalananku dengan Tuhan. Kalian yang membuatku lebih banyak belajar lagi, apalagi ketika kata2 yang ku ucapkan menjadi pedang bermata dua.  maaf ya untuk banyaknya kekurangan kakak jadi PKK kalian, semoga KK kita semakin solid dan bertumbuh. I love you more than words.. hehe 16. Untuk Kak Rini, Bg Raganda, Ebsan dan teman-teman di ITM, teman-teman anak

UISU, makasih untuk dukungan doa kalian bagikuu, untuk perhatiannya nanya2 kabar *cie cie :D * , akhirnya aku sampai di tahap akhir perkuliahan ini, itu juga karena kalian. Waahh, aku sangat menikmati waktu-waktu bersama kalian.. :D Dan aku janji tidak akan berhenti berdoa bagi UISU, semoga perintisan disana bisa terus aktif dikerjakan hingga akhirnya akan muncul mahasiswa/i UISU yang rindu melayani kampusnya untuk Tuhan. Dan untuk bg BONA rong-rong, makasih banyak untuk “Printer Pelayanan” abang yang selalu siap sedia yaa.. Salut kali lah sama abang satu ni.. hohoho

17. Bang Piter, PKK pertamaku yang sensitif kali samaku. Aku salah apa sih bang?? T__T *lebay* haha.. Makasih telah menghantarkanku dalam perjalanan awal yang benar di dalam Tuhan, momen yang sangat penting di hidupku dan tak akan pernah bisa lupa apalagi hilang And I miss you bro.. 

18. Bg Setia, bg Jannes, bg Ojak, Sepro, Ovy, Nony, dan all IndVC members, makasih untuk kekompakan, berbagi visinya, dan aneka acara yang sangat membangun. BANGKITLAH SANG PANDU BANGSA !! Ha..ha..ha.. :D

19. Sohib-sohib awak dongan sahuta, Panamotan, Fitri, dan Fransiska, Waty, Yenni, dan 9AS: Sartika, Cici, Citra, Melva, Bangkit, Nuel, Rogate, and Nando, yang telah banyak memberikan semangat dan kebersamaan yang begitu berarti dan spesial. Sering-sering konferensi pers yaa.. ^__^ dan untuk PMTS, semangat untuk maju dan


(5)

20. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah berkontribusi dalam skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja atau tidak  . Tuhan lah kiranya yang membalas setiap hal.

Dan akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2013 Penulis

Mentari Siahaan


(6)

KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... ABSTRAKSI ...

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah ... I.2 Fokus Masalah ... I.3 Rumusan Masalah ... I.4 Tujuan Penelitian ... I.5 Manfaat Penelitian ... I.6 Kerangka Teori

I.6.1 Teori Kendala ... I.6.2 Pengembangan ... I.6.3 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... I.7 Defenisi Konsep ... I.8 Defenisi Operasional ... I.9 Sistematika Penulisan ...

BAB II METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian ... II.2 Lokasi Penelitian ... II.3 Informan Penelitian ... II.4 Teknik Pengumpulan Data ... II.5 Teknik Analisis Data ...

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1 Sejarah Singkat PIK ... III.2 Letak Geografis dan Kondisi Demografi PIK ...


(7)

III.3 Jenis Usaha ... III.4 Potensi Ekonomi ...

BAB IV PENYAJIAN DATA

IV.1 Karakteristik Responden ... IV.2 Peran Dinas KUMKM Kota Medan Sebagai

Pihak Yang Bertanggung Jawab Terhadap

Kondisi UKM di Kota Medan ... IV.3 Ukuran Kinerja Organisasi Sebagai Acuan

Identifikasi Kendala ... IV.3.1 Persediaan ... IV.3.1.1 Perencanaan Bahan Baku dan Supplier ... IV.3.1.2 Melihat Peluang Pasar ... IV.3.2 Biaya Operasional ... IV.3.2.1 Tenaga Kerja ... IV.3.2.2 Promosi Produk ... IV.3.2.3 Fasilitas Penunjang ... IV.3.3 Throughoutput ... IV.3.3.1 Modal ... IV.3.3.2 Pemasaran ... IV.3.3.3 Kebijakan Harga ...

BAB V ANALISIS DATA

V.1 Peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Dinas KUMKM) Kota Medan Sebagai Pihak Yang Bertanggung Jawab Terhadap

Kondisi UKM di Kota Medan ...

V.2 Ukuran Kinerja Organisasi Sebagai Acuan Identifikasi Kendala V.2.1 Persediaan


(8)

V.2.1.2 Melihat Peluang Usaha ... V.2.2 Biaya Operasional

V.2.2.1 Tenaga Kerja ... V.2.2.2 Promosi Produk ... V.2.2.3 Fasilitas Penunjang ... V.2.3 Throughoutput

V.2.3.1 Modal ... V.2.3.2 Pemasaran ... V.2.3.3 Kebijakan Harga ...

BAB VI PENUTUP

VI.1 Kesimpulan ... VI.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan

Penduduk Kelurahan Medan Tenggara per Km2 ... Tabel 2 Banyaknya Industri Besar/Sedang, Kecil, dan Kerajinan

Rumah Tangga Menurut Kelurahan Tahun 2007 ... Tabel 3 Karakteristik Informan Penelitian ... Tabel 4 Komposisi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... Tabel 5 Komposisi Informan Berdasarkan Usia ... Tabel 6 Komposisi Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... Tabel 7 Komposisi Informan Berdasarkan Lama Usaha di PIK ... Tabel 8 Pencapaian Kinerja Strategis Dinas KUMKM ... Tabel 9 Jumlah Modal dan Pendapatan Informan Penelitian ...


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Flow Chart Theory Of Constraint ... Gambar 2 Tampilan Produk di Galeri UKM Kantor

Dinas KUMKM Kota Medan ... Gambar 3 Tampilan Halaman Promosi di Situs SIM Kota Medan ... Gambar 4 Tampilan Halaman Promosi di Situs

Dinas KUMKM Kota Medan ... Gambar 5 Contoh Produk Sepatu dari PIK Meedan Tenggara ... Gambar 6 Contoh Produk Tas PIK Medan Tenggara ...


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Panduan Wawancara Dengan Informan Kunci (Kepala Dinas Koperasi dan UMKM)

Lampiran 2 Panduan Wawancara Dengan Informan Utama (Pelaku UKM di PIK Medan Tenggara)


(12)

ABSTRAKSI

Kendala-Kendala Dalam Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (Ukm) Pada Pusat Industri Kecil (Pik) Medan Tenggara

Skripsi ini disusun oleh :

Nama : Mentari Siahaan

NIM : 090903061

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. Burhanuddin Harahap, M.Si

Krisis moneter pada tahun 1998 telah mengakibatkan usaha berskala besar satu persatu pailit, karena harga bahan baku impor meningkat secara drastis, biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat dari nilai tukar Rupiah terhadap Dolar yang menurun dan berfluktuasi. Disaat banyak usaha besar mengalami pailit didera pahitnya krisis, sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Dalam situasi dan kondisi ekonomi yang belum kondusif ini, pemerintah menyadari bahwa UKM-lah yang menjadi penopang perekonomian bangsa. Sektor UKM menjadi sektor yang memiliki peranan penting di dalam perekonomian Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kendala dalam pengembangan UKM yang saat ini merosot kinerjanya. Adapun indikator yang digunakan adalah pengembangan dari Teori Kendala yang dikemukakan oleh Eliyahu M Goldratt dengan tiga (3) ukuran kinerja organisasi, yakni throughput, persediaan, dan biaya operasional.

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan analisis kualitatif dimana penelitian ini memaparkan dan menggambarkan kendala-kendala pengembangan UKM berdasarkan indikator teori kendala dan kemudian dianalisis secara kualitatif. Penelitian ini dilakukan di komplek Pusat Industri Kecil (PIK) Medan Tenggara, Kota Medan. Penelitian ini menggunakan pengumpulan data berdasarkan wawancara, observasi langsung, studi dokumentasi dan kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak sekali kendala yang ditemukan untuk mengembangkan UKM di komplek PIK. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengumpulan data peneliti melalui wawancara dan observasi, dimana keseluruhan informan mengeluh tentang sulitnya usaha yang sedang dijalankannya dan membutuhkan bantuan untuk mengembangkan usahanya.

_____________________

Kata Kunci : Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Teori Kendala, Dinas Koperasi dan UMKM, Pusat Industri Kecil (PIK) Medan Tenggara


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Krisis moneter pada tahun 1998 telah mengakibatkan usaha berskala besar satu persatu pailit, karena harga bahan baku impor meningkat secara drastis, biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat dari nilai tukar Rupiah terhadap Dolar yang menurun dan berfluktuasi. Dari sisi permodalan, sektor perbankan juga ikut terpuruk dan memperparah sektor industri. Bisa dikatakan, krisis keuangan global terbukti memorak-porandakan pasar modal dan valas.

Disaat banyak usaha besar mengalami pailit didera pahitnya krisis, sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Dalam situasi dan kondisi ekonomi yang belum kondusif ini, pemerintah menyadari bahwa UKM-lah yang menjadi penopang perekonomian bangsa. Sektor UKM menjadi sektor yang memiliki peranan penting di dalam perekonomian Indonesia. UKM merupakan unit usaha yang mampu berperan dan berfungsi sebagai katup pengaman baik dalam menyediakan alternatif kegiatan usaha produktif, alternatif penyaluran kredit, maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja.

UKM telah memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian nasional. Seperti terlihat dalam Trade Expo Indonesia (TEI) ke-26 tahun 2011, UKM menyumbang sekitar US$400.000, dari total pencapaian US$464.500.000. Berdasarkan publikasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik


(14)

Indonesia, jumlah pelaku UKM tahun 2011 sebanyak 51,3 juta unit usaha atau 99,91 persen dari seluruh jumlah pelaku usaha di Indonesia. Jumlah tenaga kerjanya mencapai 90,9 juta pekerja atau sebanding dengan 97,1 persen dari seluruh tenaga kerja Indonesia. Nilai investasi UKM mencapai Rp640,4 triliun atau 52,9 persen dari total investasi. Menghasilkan devisa sebesar Rp183,8 triliun atau 20,2% dari jumlah devisa Indonesia.

Hal yang sama juga diakui oleh Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, Subagio Dwijosumono, yang mengatakan bahwa saat ini, kontribusi UKM terhadap perekonfomian nasional telah melebihi separuh dari Produk Domestik Bruto (PDB). Data BPS menunjukkan, pada 2009, komposisi PDB nasional tersusun dari UKM sebesar 53,32%, kemudian usaha besar 41,00%, dan sektor pemerintah 5,68%. Sebagai perbandingan, survei oleh Citibank mendapatkan angka kontribusi sektor UKM terhadap PDB 2009 mencapai 55,56%. Riset Citibank selama periode 2005-2008 juga menunjukkan jumlah unit UKM mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar 8,16% per tahun.

Daya tahan UKM ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pertama, sebagian besar UKM memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat pendapatan rata-rata masyarakat tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan. Kedua, sebagian besar UKM tidak mendapat modal dari bank. UKM menggunakan modal sendiri dari tabungan dan aksesnya terhadap perbankan sangat rendah, sehingga implikasi keterpurukan sektor perbankan dan naiknya


(15)

suku bunga, tidak banyak mempengaruhi sektor ini. Berbeda dengan usaha besar yang banyak menggantungkan permodalannya kepada lembaga perbankan, apabila sektor perbankan bermasalah, maka usaha skala besar ikut terganggu kegiatan usahanya.

Pemerintah kemudian menyadari akan pentingnya pengembangan kegiatan UKM yang dianggap sebagai salah satu alternatif penting yang mampu mengurangi beban berat yang dihadapi perekonomian nasional dan daerah. Argumentasi ini juga diperkuat karena UKM merupakan kegiatan usaha dominan yang dimiliki bangsa ini. Selain itu, pengembangan kegiatan UKM relatif tidak memerlukan modal yang besar dan dalam periode krisis selama ini UKM relatif “survive".

Di banyak negara di dunia, pembangunan dan pertumbuhan UKM merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari penelitian Tambunan (2003) disebutkan bahwa salah satu karakteristik dari dinamika dan kinerja ekonomi yang baik dengan laju pertumbuhan yang tinggi di negara-negara Asia Timur dan Tenggara yang dikenal dengan Newly Industrializing Countires (NICs) seperti Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan adalah kinerja UKM mereka yang sangat efisien, produktif dan memiliki tingkat daya saing yang tinggi. UKM di negara-negara tersebut sangat responsif terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahannya dalam pembangunan sektor swasta dan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berorientasi ekspor.

Indonesia juga perlu melakukan upaya-upaya yang mirip seperti yang dilakukan oleh NICs di atas. Pengembangan UKM perlu mendapatkan perhatian


(16)

yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah perlu diupayakan agar lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UKM. Pemerintah sudah membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung pengembangan kegiatan UKM agar mampu bersaing dalam era perdagangan bebas (Tambunan 2002:101). Kebijakan ini juga menuntut pemerintah khususnya yang di daerah untuk melakukan pengembangan terhadap UKM yang diarahkan pada : (1) Pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif bagi UKM; (2) Pengembangan lembaga-lembaga finansial yang dapat memberikan akses terhadap sumber modal yang transparan dan lebih murah; (3) Memberikan jasa layanan pengembangan bisnis non finansial kepada UKM yang lebih efektif dan (4) Pembentukan aliansi strategis antara UKM dan UKM lainnya atau dengan usaha besar di Indonesia atau di luar negeri.

Kendati memiliki banyak kelebihan, kondisi UKM tetap rawan karena kelemahan-kelemahan yang menjadi kendala perkembangan UKM itu sendiri. Di tengah gencarnya usaha pemerintah dalam mengembangkan dan memberdayakan UKM, kendala masih terus bermunculan, baik dari lingkungan luar pelaku UKM maupun dari para pelaku UKM itu sendiri. Pertama, tidak adanya pembagian tugas yang jelas antar bidang karena kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya. Kedua, rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal sehingga cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau


(17)

sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir.

Ketiga, sebagian besar usaha kecil belum berstatus badan hukum. Keempat, kualitas produk yang dihasilkan oleh para pelaku UKM masih termasuk kategori rendah sementara harga yang ditawarkan tidak sesuai dengan kualitas yang ada. Dan kelima, dimulainya pasar bebas di Indonesia yang menyebabkan produk asing bebas masuk ke Indonesia. Di tengah gempuran produk-produk asing, khususnya China, yang unggul dalam produktivitas dan harga yang murah yang membuat pelaku UKM semakin ‘sesak nafas’ untuk mengikuti persaingan.

UKM seringkali tidak sanggup menangkap peluang pasar yang membutuhkan jumlah volume produksi yang besar, standar yang homogen, dan penyerahan yang teratur. Sumber Daya Manusia (SDM) hingga saat ini juga masih menjadi salah satu faktor yang menjadi kendala untuk pengembangan sebuah UKM. Padahal, kualitas SDM menentukan bagaimana usaha tersebut dikelola, baik dari sisi produksi, mutu, finansial, dan pemasarannya. Hal ini tentu saja berimplikasi kepada produk unggulan itu dihasilkan, terlebih ketika UKM yang bersangkutan akan mendapat banyak pesanan. Sayangnya mereka tak semuanya siap dengan adanya lonjakan permintaan yang terjadi sehingga akhirnya berimbas pada penurunan kualitas produk yang dihasilkan.

Selain itu, hal yang perlu diperhatikan juga adalah masalah permodalan dan pasar untuk pemasaran produk. Beberapa UKM ada yang telah memiliki produk yang bagus, kreatif dan inovatif, namun dalam pengembangannya, mayoritas


(18)

mereka terkendala dalam pengadaan modal dan pasar untuk memasarkan hasil produk.

UKM dengan berbagai keterbatasannya, perlu dilakukan fasilitasi, mobilisasi dan dimotivasi secara bersama agar semakin berkembang naluri kewirausahaannya dengan upaya-upaya terpadu dan terencana. Upaya meningkatkan dan mengembangkan naluri kewirausahaan ini yang pada dasarnya sangat penting dan perlu untuk dibangun sehingga UKM bisa merespon dan mengembangkan ruang geraknya dalam berbagai bidang kegiatan usahanya. Konsep pengembangan usaha melalui penguatan UKM baik disektor manajemen dan permodalan, diharapkan mampu menjawab dan merespon kebutuhan masyarakat.

Di Kota Medan, keberadaan UKM sebagai tulang punggung perekonomian kota menjadi perhatian khusus. Walikota Medan, Rahudman Harahap, mengungkapkan,

“Sektor UMKM memegang peranan dominan dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), proporsi jumlah pengusaha UKM mencapai 90 persen dari total pengusaha yang ada. Artinya, jumlah UKM mencapai 500 kali lipat dari jumlah usaha besar. Meski demikian kontribusi UKM terhadap total PDRB Kota Medan baru mencapai 39,8 persen sedangkan usaha besar mencapai 60,2 persen”. (Waspada Online Jumat, 29 Juni 2012 diakses di

Fakta ini menunjukkan masih besarnya ketimpangan produktivitas antara UKM dan pengusaha besar. Salah satu penyebabnya adalah kendala terbatasnya jaringan pemasaran UKM yang menyebabkan tehambatnya perkembangan dan pertumbuhan UKM yang telah ada di Kota Medan dan keraguan bagi masyarakat yang lain untuk mau membuka berbagai jenis kegiatan usaha yang lain.


(19)

Untuk mengatasi hal tersebut, upaya yang ditempuh oleh Pemerintah Kota (Pemko) Medan melalui Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan, adalah dengan menyediakan wilayah yang memadai bagi para pelaku UKM untuk melakukan kegiatan produksinya. Hal ini dilakukan untuk mendorong UKM mengembangkan diri ke sektor formal sehingga akses-akses yang selama ini tak tersentuh akan semakin terbuka. Kebijakan tersebut diwujudnyatakan dengan membangun lokasi khusus industri UKM di beberapa lokasi di kota Medan. Salah satu diantaranya diberi nama Pusat Industri Kecil (PIK) yang terletak di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai, dengan luas kawasan 14.496 m2.

Konsep awal yang diusung oleh PIK ini adalah menyediakan lahan berupa tanah dan bangunan untuk tempat usaha dengan harga yang relatif murah dengan berbagai fasilitas produksi yang diperlukan, termasuk bantuan mendapatkan mitra usaha, permodalan dan pelatihan kewirausahawan, manajemen produksi dan pemasaran untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan sehingga memiliki daya saing baik di pasar lokal, domestik maupun kebutuhan pasar ekspornya. Sampai saat ini sejumlah pengusaha UKM telah mengambil lokasi di kawasan PIK, dengan berbagai jenis produk industri yang dihasilkan.

Dinas Koperasi Kota Medan berharap bahwa dengan adanya komplek PIK ini di Kota Medan, UKM yang ada mampu semakin berkembang dan bertumbuh dan masyarakat tidak lagi khawatir untuk membuka usaha-usaha kecil menengah sehingga harapan bahwa UKM nantinya dapat berperan sebagai tulang punggung perekonomian masyarakat kota Medan dapat terwujud.


(20)

Pada awal PIK ini berdiri, jumlah seluruh pengusaha yang berkecimpung dalam unit usaha ini adalah 100 unit. Tetapi seiring dengan perkembangan kendala dan tantangan yang dihadapi, banyak pengusaha yang tidak sanggup untuk bertahan dalam kondisi usaha tersebut karena pendapatan yang mereka peroleh tidak cukup untuk meneruskan usahanya bahkan tidak sanggup untuk menggantikan modal yang telah mereka keluarkan. Dan tidak sedikit yang beralih pada usaha lain. Saat ini hanya tinggal sekitar 40% yang masih bertahan sebagai tempat usaha para pengrajin kulit berupa sepatu dan tas, sablon baju, serta beberapa pengrajin bordiran dan batik, sekitar 40% sudah berubah fungsi menjadi tempat hunian, dan 20% tidak ditempati.

PIK ini berjalan tanpa peran serta pemerintah daerah. Para pelaku UKM di daerah ini berjuang sendiri dalam mengerjakan usaha mereka. Meski di awal pembangunannya pelaku usaha di komplek ini sangat berjaya, PIK yang seyogianya dapat menjadi cerminan industri kecil di Kota Medan kini kian terpuruk (Medan Bisnis : Jumat, 19 Oktober 2012).

Berangkat dari uraian di atas, adanya potensi UKM di PIK Medan Tenggara untuk menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat kota Medan nantinya, yang masih terhambat perkembangannya, menjadi topik yang menarik bagi penulis untuk meneliti kendala-kendala apa saja yang menjadi penghambat pengembangan UKM di PIK Medan Tenggara, Kota Medan.


(21)

I.2 Fokus Masalah

Yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan UKM di kompleks PIK Medan Tenggara, baik oleh pemerintah maupun pelaku UKM itu sendiri.

I.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan penelitian adalah “Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan UKM yang terdapat di PIK Medan

Tenggara?

I.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kondisi UKM pada PIK Medan Tenggara, dan kendala-kendala yang ditemukan dalam pengembangan UKM tersebut.

I.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

khasanah ilmiah kepustakaan pendidikan bagi pengembangan teori Ilmu Administrasi Negara, khususnya dalam kendala-kendala pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).


(22)

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan kontribusi terhadap pemecahan masalah di dalam pengembangan UKM agar lebih mampu menjadi penopang ekonomi kerakyatan di masa mendatang.

c. Bagi FISIP USU dan universitas lainnya, merupakan referensi bagi mahasiswa yang tertarik dalam topik ini.

I.6 Kerangka Teori

Sebagai titik tolak atau landasan berfikir dalam menyoroti atau memecahkan masalah perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut disoroti.

Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan (Sugiyono, 2005:55). Adapun kerangka teori ini dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

I.6.1 Teori Kendala

Teori kendala atau Theory Of Constraints (TOC) merupakan filosofi manajemen sistem yang dikembangkan oleh Eliyahu M Goldratt sejak awal tahun 1980-an. Teori ini mengakui bahwa kinerja setiap perusahaan dibatasi oleh kendala-kendalanya, yang kemudian mengembangkan pendekatan kendala untuk mendukung tujuan perusahaan yaitu menghasilkan uang saat ini dan dimasa yang akan datang serta untuk menetapkan suatu proses perbaikan secara terus-menerus


(23)

(continious improvement). Dengan kata lain, TOC memusatkan perhatian pada kendala-kendala atau hambatan yang dapat memperlambat proses produksi.

I.6.1.1 Konsep dasar TOC

Dasar dari TOC adalah bahwa setiap organisasi mempunyai kendala-kendala yang menghambat pencapaian kerja (performance) yang tinggi. Kendala-kendala ini seharusnya diidentifikasi diatur untuk memperbaiki kinerja. Jika suatu kendala telah terpecahkan, maka kendala berikutnya dapat diidentifikasi dan diperbaharui. TOC memfokuskan pada tiga ukuran kinerja organisasi: throughput, persediaan dan beban operasi.

1. Throughput adalah tingkat di mana suatu organisasi menghasilkan uang

melalui penjualan produk jadi.

2. Persediaan adalah semua uang yang diinvestasikan dalam pembelian segala sesuatu sampai diharapkan produk jadi terjual. Dapat berupa bahan baku, komponen atau produk jadi yang belum terjual tetapi tidak termasuk biaya tenaga kerja (Overhead). Dengan kata lain, persediaan adalah seluruh uang yang dikeluarkan organisasi dalam mengubah bahan baku menjadi throughput.

3. Beban operasi adalah yaitu semua uang yang dikeluarkan sistem dalam perubahan persediaan menjadi throughput. Ini termasuk biaya-biaya lain, juga tenaga kerja langsung dan tidak langsung, biaya simpan, depresiasi peralatan dan lain-lain. Atau dapat disebutkan sebagai seluruh uang yang dikeluarkan organisasi untuk mengubah persedian menjadi throughput.


(24)

Berdasarkan ketiga ukuran ini, tujuan manajemen dapat dinyatakan sebagai meningkatkan throughput, meminimalkan persediaan dan menurunkan beban operasi. Dalam pasar kompetitif kemampuan untuk menghasilkan throughput yang lebih cepat merupakan salah satu faktor suksesnya suatu perusahaan. Kecepatan yang dimaksud meliputi pengembangan produk, proses produk dan pengiriman produk pelanggan.

TOC memberikan peran yang lebih menonjol kepada manajemen persediaan. TOC mengakui bahwa penurunan persediaan akan mengurangi biaya penyimpanan yang kemudian akan menurunkan beban operasi serta memperbaiki laba bersih. Tetapi lebih dalam lagi, TOC menyatakan bahwa penurunan persediaan akan membantu menghasilkan sisi kompetitif dengan mempunyai produk yang lebih baik, harga lebih rendah dan tanggapan yang lebih cepat atas kebutuhan pelanggan.

Produk yang lebih baik. Produk yang lebih baik berarti kualitas yang lebih tinggi. Hal ini juga berarti perusahaan mampu memperbaiki produk dan menyediakan produk yang sudah diperbaiki tersebut secara tepat ke pasar. Pada intinya persediaan yang rendah memungkinkan kerusakan dapat dideteksi secara lebih cepat dan penyebab masalah bisa segera diketahui. Perbaikan produk juga merupakan unsur kompetitif yang penting. Produk baru atau produk yang telah diperbaiki perlu segera dilempar ke pasar sebelum pesaing mampu untuk menyediakan produk serupa. Tujuan ini dapat difasilitasi dengan persediaan yang rendah. Persediaan yang rendah memungkinkan perusahaan untuk memperkenalkan produk baru yang lebih cepat karena perusahaan mempunyai


(25)

produk lama yang lebih sedikit (dalam persediaan atau dalam proses) dan harus segera dijual atau dibuang sebelum produk baru diperkenalkan.

Harga yang lebih rendah. Persedian yang tinggi berarti membutuhkan kapasitas yang lebih produktif, sehingga investasi berupa peralatan dan ruangan yang dibutuhkan juga akan lebih banyak. Waktu tunggu dan persediaan barang dalam proses yang tinggi seringkali berhubungan. Persediaan yang tinggi biasanya menyebabkan lembur, lembur akan menaikkan beban operasi dan menurunkan tingkat profitabilitas. Persediaan yang rendah akan mengurangi biaya penyimpanan, biaya investasi per unit, dan beban operasi lain seperti biaya lembur dan pengiriman khusus. Dengan menurunkan investasi dan biaya operasi, margin per unit setiap produk meningkat sehingga menyebabkan keputusan penetapan harga menjadi lebih fleksibel.

Daya tanggap. Mengirim barang secara tepat waktu dan memproduksi barang dengan waktu tunggu yang lebih pendek daripada yang diminta pasar adalah alat kompetitif yang penting. Pengiriman barang yang tepat waktu berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memperkirakan waktu yang diperlukan untuk memproduksi dan mengirim barang. Jika perusahaan mempunyai persediaan yang lebih tinggi dibandingkan pesaingnya, maka waktu tunggu produksi perusahaan tersebut lebih tinggi daripada garis prakiraan industri.

Persediaan yang tinggi dapat mengacaukan waktu aktual yang diperlukan untuk memproduksi dan memenuhi pesanan. Persediaan yang lebih rendah memungkinkan waktu tunggu aktual untuk diamati secara lebih seksama dan tanggal pengiriman lebih akurat dapat dipenuhi. Hal ini akan membuat perusahaan


(26)

lebih cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan permintaan yang terjadi di pasar dan segera menyesuaikan pada proses produksinya.

I.6.1.2 Langkah-langkah dalam TOC

TOC mengajarkan manajer untuk memaksimalkan throughput sementara meminimalkan persediaan dan beban operasi. Untuk memaksimalkan throughput, pertama-tama adalah perlu untuk mengalokasikan sumber daya, lokasi, atau kebijakan yang merupakan batasan paling ketat yang saat ini membatasi throughput pada sistem.

Dalam mengimplementasi ide-ide sebagai solusi dari suatu permasalahan, Goldratt mengembangkan lima (5) langkah yang berurutan agar proses perbaikan lebih terfokus dan memberikan pengaruh positif yang lebih baik bagi kinerja organisasi. Langkah-langkah tersebut adalah :

1. Mengidentifikasi kendala-kendala perusahaan.

Menurut Hansen dan Mowen, jenis kendala dapat dikelompokkan sebagai berikut:

 Berdasarkan asalnya

a. Kendala internal (internal constraint) adalah faktor-faktor yang membatasi perusahaan yang berasal dari dalam perusahaan, misalnya keterbatasan jam mesin. Kendala internal harus dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan throughput semaksimal mungkin tanpa meningkatkan persediaan dan biaya operasional.


(27)

b. Kendala eksternal (external constraint) adalah faktor-faktor yang membatasi perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, misalnya permintaan pasar atau kuantitas bahan baku yang tersedia dari pemasok.

 Berdasarkan sifatnya

a. Kendala mengikat (binding constraint) adalah kendala yang terdapat pada sumber daya yang telah dimanfaatkan sepenuhnya.

b. Kendala tidak mengikat atau kendur (loose constraint) adalah kendala yang terdapat pada sumber daya yang terbatas yang tidak dimanfaatkan sepenuhnya.

Selain itu Atwater B. and M.L Gagne (1997) menambahkan pengelompokan kendala dalam empat bagian yaitu:

a. Kendala sumberdaya (resource constraint), artinya kapasitas sumber daya di perusahaan tidak cukup untuk memenuhi permintaan pasar. Kendala ini dapat berupa kemampuan faktor input produksi seperti bahan baku, tenaga kerja dan jam mesin.

b. Kendala pasar (market resource), artinya tidak ada permintaan akan produk yang diproduksi perusahaan sehingga tidak ada kapasitas perusahaan yang dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk membuat produk.

c. Kendala keseimbangan (balanced constraint). Diidentifikasi sebagai produksi dalam siklus produksi.

d. Kendala kebijakan, artinya manajemen melaksanakan aturan yang membatasi kemampuan perusahaan dalam merespon kesempatan.


(28)

2. Mengeksploitasi kendala-kendala yang mengikat.

Salah satu cara memaksimalkan penggunaan kendala yang mengikat adalah memastikan bauran produk optimal yang diproduksi. Di perusahaan-perusahaan, kendala sumber daya yang mengikat hanya sedikit. Kendala pengikat yang utama disebut drummer. Tingkat produksi kendala drummer menentukan tingkat produksi keseluruhan pabrik.

3. Menyubordinasi apa saja yang lain dari keputusan yang dibuat pada langkah kedua.

Pada intinya, kendala drummer menetapkan kapasitas seluruh pabrik. Semua departemen lainya harus disubordinasi sesuai ketentuan kendala drummer. Prinsip ini mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara mereka memandang sesuatu.

4. Mengangkat kendala-kendala yang mengikat.

Setelah tindakan untuk mengusahakan penggunaan kendala yang ada dilakukan secara maksimal, langkah selanjutnya adalah memulai program perbaikan yang berkelanjutan dengan mengurangi keterbatasan yang dimiliki kendala yang mengikat atas kinerja perusahaan.

5. Mengulangi proses.

Setelah keseruhan proses dikerjakan, maka besar kemungkinan kendala drummer yang baru akan kembali diidentifikasi, kemudian proses teori kendala TOC akan berulang. Tujuannya adalah memperbaiki kinerja secara berkelanjutan dengan mengelola berbagai kendala.


(29)

Identifikasi Kendala

Ekploitasi Kendala Mengikat

Subordinasi Sumber Daya

Mengangkat Kendala

Kendala masih aktif?

Untuk lebih jelas, flowchart TOC dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Ya Tidak

Gambar 1. Flow chart Theory of Constraint (Tersine, 1994)

I.6.2 Pengembangan

Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan menjadikan maju atau pembangunan secara bertahap, teratur dan berkelanjuntan, yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Pengembangan juga dapat dinilai sebagai respon terhadap perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, didalam mengupayakan pengembangan, perencanaan yang baik menjadi tindakan yang mutlak dilakukan. Perencanaan yang baik akan menghasilkan suatu strategi pengembangan yang terintegrasi, sehingga sasaran yang akan dituju sesuai dengan yang diharapkan.


(30)

Pengembangan UKM ditujukan untuk membentuk UKM agar mampu tumbuh dan berkembang secara sehat dan lebih mampu berdaya saing di pasar global. Menurut White Paper (1995), pengembangan UKM secara nasional harus meliputi beberapa sasaran, yaitu:

1. Harus mampu menciptakan situasi iklim ekonomi yang kondusif bagi UKM, 2. menciptakan pendidikan yang ditujukan untuk membuka kesempatan untuk

mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi,

3. mengurangi prakter-prektek usaha ilegal di dalam perekonomian, 4. meningkatkan peranan perempuan pada semua sektor bisnis, 5. menjalankan long-term sustainable employment,

6. menstimulasi pertumbuhan ekonomi dengan memfokuskan pada sector-sektor ekonomi tertentu atau sector-sektor ekonomi prioritas,

7. menciptakan keserasian dan kerjasama diantara UKM,

8. menciptakan kerjasama aktif antara UKM dengan industri/perusahaan besar, dan

9. menyiapkan UKM untuk menghadapi kompetisi internasional.

Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada hakekatnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UKM, maka kedepan perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut :


(31)

1. Penciptaan iklim usaha yang kondusif

Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi para pelaku UKM, antara lain dengan mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha, penyederhanaan prosedur perijinan usaha, dan keringanan pajak.

2. Bantuan permodalan

Pemerintah perlu memperluas kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu melalui sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan dana modal ventura. Pembiayaan untuk UKM sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada. Lembaga Keuangan Mikro bank antara lain: BRI unit Desa dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

3. Perlindungan usaha

Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui undang-undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan (win-win solution).

4. Pengembangan kemitraan

Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antar UKM, atau antara UKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha. Disamping itu juga untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian UKM akan mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan pelaku bisnis lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.


(32)

5. Pelatihan

Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UKM baik dalam aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya dalam pengembangan usahanya. Disamping itu juga perlu diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.

6. Membentuk lembaga khusus

Perlu dibangun suatu lembaga yang khusus bertanggung jawab dalam mengoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya penumbuhkembangan UKM dan juga berfungsi untuk mencari solusi dalam rangka mengatasi permasalahan baik internal maupun eksternal yang dihadapi oleh UKM.

7. Memantapkan asosiasi

Asosiasi yang telah ada perlu diperkuat untuk meningkatkan perannya, antara lain dalam pengembangan jaringan informasi usaha yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan usaha bagi anggota-anggotanya.

8. Mengembangkan promosi

Guna lebih mempercepat proses kemitraan antara UKM dengan usaha besar diperlukan media khusus dalam upaya mempromosikan produk-produk yang dihasilkan. Disamping itu perlu juga diadakan talk show antara asosiasi dengan mitra usahanya.


(33)

9. Mengembangkan kerja sama yang setara

Perlu adanya kerjasama atau koordinasi yang serasi antara pemerintah dengan UKM untuk menginventarisir berbagai isu-isu mutakhir yang terkait dengan perkembangan usaha.

I.6.3 Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

I.6.3.1 Pengertian UKM

UKM merupakan bagian terbesar dari pelaku bisnis di Indonesia yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam dunia usaha nasional serta memiliki kedudukan, potensi, dan peranan yang signifikan dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan ekonomi pada khususnya. UKM adalah usaha yang mempunyai modal awal yang kecil, nilai kekayaan (asset) yang kecil dan jumlah pekerja yang terbatas. Nilai modal (asset) atau jumlah pekerjanya sesuai dengan defenisi yang diberikan oleh pemerintah atau institusi lain dengan tujuan tertentu (Sukirno, 2004:365).

Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998, pengertian UKM adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”

Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1999 tentang pemberdayaan UKM yang dimaksud dengan UKM adalah kegiatan ekonomi dengan kriteria:

1. Aset maksimal Rp200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan


(34)

Adapun yang menjadi karakteristik UKM menurut Mintzberg, Musselman dan Hughes adalah (Situmorang dkk., 2003: 15):

1. Kegiatan cenderung tidak normal dan jarang yang memiliki rencana bisnis. 2. Struktur organisasinya bersifat sederhana.

3. Jumlah tenaga kerja terbatas dengan pembagian kerja yang longgar.

4. Kebanyakan tidak melakukan pemisahan antara kekayaan pribadi dan perusahaan.

5. Sistem akuntansi kurang baik, bahkan kadang-kadang tidak ada. 6. Skala ekonomi terlalu kecil sehingga sukar menekan biaya. 7. Kemampuan dasar serta diversifikasi pasar cenderung terbatas. 8. Margin keuntungan sangat tipis.

9. Keterbatasan modal sehingga tidak mampu mempekerjakan manajer-manajer profesional. Hal itu menyebabkan kelemahan manajer-manajerial, yang meliputi kelemahan pengorganisasian, perencanaan, pemasaran dan akuntansi.

Sedangkan ciri-ciri usaha kecil di Indonesia menurut Sutojo (Bararualo, 2001:7):

1. Lebih dari setengah usaha kecil didirikan sebagai pengembangan dari usaha kecil-kecilan.

2. Selain masalah permodalan, masalah lain yang dihadapi usaha kecil bervariasi tergantung dengan tingkat perkembangan usaha.

3. Sebagian besar usaha kecil tidak mampu memenuhi persyaratan-persyaratan administrasi guna memperoleh bantuan bank.


(35)

4. Hampir 60% usaha kecil masih menggunakan teknologi tradisional.

5. Hampir setengah perusahaan kecil hanya menggunakan kapasitas terpasang kurang dari 60%.

6. Pangsa pasar usaha kecil cenderung menurun baik karena faktor kekurangan modal, kelemahan teknologi dan kelemahan manajerial.

7. Hampir 70% usaha kecil melakukan pemasaran langsung kepada konsumen. 8. Tingkat ketergantungan terhadap fasilitas-fasilitas pemerintah sangat besar.

1.6.3.2 Jenis-Jenis UKM

Secara umum UKM bergerak dalam 2 (dua) bidang, yaitu bidang perindustrian dan bidang perdagangan barang dan jasa. Menurut Keppres No. 127 Tahun 2001, adapun bidang/jenis usaha yang terbuka bagi UKM di bidang industri dan perdagangan adalah:

1. Industri makanan dan minuman olahan yang melakukan pengawetan dengan proses pengasinan, penggaraman, pemanisan, pengasapan, pengeringan, perebusan, penggorengan dan fermentasi dengan cara-cara tradisional.

2. Industri penyempurnaan benang dari serat alam maupun serat buatan menjadi benang bermotif/celup.

3. Industri tekstil meliputi pertenunan, perajutan, pembatikan, dan pembordiran yang memiliki ciri dikerjakan dengan mesin, atau alat yang digerakkan tangan secara manual.

4. Pengolahan hasil hutan dan kebun golongan non pangan:


(36)

b. Bahan industri: getah-getahan, kulit kayu, sutra alam, gambir.

5. Industri perkakas tangan yang diperoses secara manual atau semi mekanik untuk pertukangan dan pemotongan.

6. Industri perkakas tangan untuk pertanian yang diperlukan untuk persiapan lahan, proses produksi, pemanenan, pasca panen dan pengolahan, kecuali cangkul dan sekop.

7. Industri barang dari tanah liat, baik yang diglasir maupun yang tidak diglasir untuk keperluan rumah tangga.

8. Industri jasa pemeliharaan dan perbaikan yang meliputi otomotif, kapal dibawah 30 GT, elektronik dan peralatan rumah tangga yang dikerjakan secara manual atau semi otomatis.

9. Industri kerajinan yang memiliki kekayaan khasanah budaya daerah, nilai seni yang menggunakan bahan baku alamiah maupun imitasi.

10. Perdagangan dengan skala kecil dan informasi.

1.6.3.3 Landasan Hukum UKM

Adapun yang menjadi landasan hukum UKM adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan usaha industri ataupun perdagangan di Indonesia diatur oleh UU No. 1 Tahun 1985.

2. Untuk usaha kecil industri diatur oleh UU No. 9 Tahun 1995.

3. Bentuk badan hukum usaha industri dan perdagangan diatur dalam UU No.1 Tahun 1985 tentang Perseroan Terbatas.


(37)

4. Perijinan usaha kecil dan menengah dan besar khusus industri tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan dan tanda daftar industri.

5. Tata cara perijinan usaha perdagangan (SIUP) diatur dalam Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 591/MPP/Kep/99 tentang Tata Cara Pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).

I.7 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006:33). Sehingga dengan konsep maka peneliti dapat memahami unsur-unsur yang ada dalam penelitian.

Untuk dapat menentukan batasan yang lebih jelas agar lebih menyerderhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka peneliti mengemukakan konsep-konsep antara lain:

1. Kendala adalah persoalan yang harus dipecahkan agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Kendala muncul akibat adanya kesenjangan antara sesuatu yang diharapkan dengan kenyataan yang ada.

2. Pengembangan UKM adalah upaya peningkatan kemampuan dan potensi UKM agar lebih mampu bersaing dalam pasar global dan memperkokoh perekonomian nasional yang berbasis ekonomi kerakyatan.


(38)

I.8 Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel sehingga dalam pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja pendukung yang dianalisa dari variabel tersebut (Singarimbun 1995: 46).

Variabel dalam penelitian ini adalah pengembangan UKM dilihat dari kendala-kendalanya, yang didefenisikan sebagai upaya peningkatan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh UKM agar mampu bersaing dalam pasar global dan memperkokoh perekonomian nasional. Defenisi operasional dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Persediaan, dengan indikator yang terdiri dari: a. Perencanaan bahan baku dan supplier. b. Melihat peluang usaha.

2. Biaya operasional, dengan indikator: a. Tenaga Kerja.

b. Promosi.

c. Fasilitas penunjang.

3. Throughput, dengan indikator yang terdiri dari: a. Modal.

b. Pemasaran, dan c. Kebijakan harga.


(39)

I.9 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, fokus masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, dan informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan data tentang gambaran umum mengenai karakteristik lokasi penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan yang akan dianalisis.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini memuat analisa data yang diperoleh dari hasil penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang akan diperoleh dari hasil penelitian.


(40)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, seperti kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan. Penelitian kualitatif bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh individu-individu. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan (Sukmadinata, 2006: 94).

Sebagaimana dikatakan Nawawi (1990:64) bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Maka berdasarkan pemahaman tersebut, penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan kendala-kendala dalam pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang terdapat pada Pusat Industri Kecil (PIK) Medan Tenggara berdasarkan data yang diperoleh.


(41)

II.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pusat Industri Kecil (PIK) yang berada di Wilayah Menteng, Kelurahan Medan Tenggara, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena PIK ini berada di Kota Medan sehingga mudah dijangkau oleh peneliti dan PIK ini merupakan satu-satunya lokasi pemusatan UKM yang pernah maju dan berjaya namun sedang mengalami kemerosotan, sehingga sangat cocok untuk diteliti.

II.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian. Oleh sebab itu, tidak dikenal adanya populasi dan sampel. (Suyanto, 2005:171). Subyek penelitian yang telah tercermin pada fokus penelitian ditentukan secara sengaja dan akhirnya menjadi informan penelitian. Informan penelitian adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan tersebut.

Penelitian ini menggunakan teknik “purposive sampling” yaitu penentuan informan secara sengaja didasarkan pada pilihan penelitian tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu sepanjang penelitian (Nasution , 2006 : 29).


(42)

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada aturan yang baku tentang jumlah minimal dari subyek penelitian (Patton, 1990). Namun Glaser dan Strauss dalam Gilgun (1992) menentukan bahwa penghentian pengumpulan data dilakukan bila peneliti tidak lagi menemukan informasi baru atau dengan kata lain, data yang diperoleh sudah merupakan data jenuh.

Menurut Bagong Suyanto (2005: 172) informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu 1) Informan Kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian; 2) Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti; 3) Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan dua (2) jenis informan, yaitu:

1. Informan kunci (key informan) yaitu Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Koperasi dan UMKM) Kota Medan.

2. Informan utama adalah para pelaku UKM yang berada di PIK Medan Tenggara, Kota Medan.


(43)

II.4 Tehnik Pengumpulan Data

II.4.1 Teknik Pengumpulan Data Primer

Yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan cara:

1. Metode wawancara mendalam (depth-interview), dengan mengadakan tanya jawab secara terbuka dengan informan atau pihak yang memiliki relevansi dengan objek permasalahan yang diteliti. Di sini, materi wawancara dipandu oleh instrumen penelitian (interview guide).

2. Metode observasi, yaitu pelaksanaan pengamatan secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus penelitian.

II.4.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder

1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel dan makalah yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

2. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian seperti petunjuk pelaksana, petunjuk teknis serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.


(44)

II.5 Teknik Analisa Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik kualitatif. Menurut Farid (1997: 152) bahwa analisa kualitatif adalah analisa terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubungkan fakta dan informasi, data dan informasi. Jadi teknik analisa data kualitatif yaitu dengan menyajikan hasil wawancara, hasil kuesioner, observasi serta studi kepustakaan dan dokumentasi dengan melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan di lapangan. Sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan menarik kesimpulan.


(45)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1 Sejarah Singkat PIK

Pusat Industri Kecil (PIK) berada di Kelurahan Medan Tenggara yang merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Medan Denai. Kecamatan Medan Denai ini merupakan salah satu kawasan dengan berbagai aktivitas usaha kecil di kota Medan yang memiliki beragam bidang kerajinan seperti sepatu, konveksi, dan tas. Ide pertama pendirian Pusat Industri kecil (PIK) ini atas prakarsa dari Ir.Himanuddin Nasution sebagai kepala Kantor Departemen (Kandep) Perindustrian kota Medan pada tahun 1991-1992 dalam rangka ingin menjadikan PIK sebagai ‘Cibaduyut’nya Medan.

Ide tersebut kemudian diangkat oleh Bappeda Kota Medan untuk dijadikan proyek diatas sebidang tanah milik pemerintah yang dikuasai oleh Pemko Medan. Pada awalnya ide tersebut disambut baik oleh para pengrajin sepatu dengan kemampuan rata-rata yang mereka miliki untuk menyewa rumah sebagai tempat tinngal sekaligus untuk berusaha di sekitar daerah kelurahan Sukaramai dan kelurahan kota Matsum sebesar Rp.600.000,-/tahun, dengan daftar anggota sekitar 60 orang pengrajin sepatu.

Setelah biaya untuk pembangunan rumah toko dengan dua tingkat, berlantai semen, serta beratap genteng diperkirakan, banyak dari pengusaha ini yang mengundurkan diri dengan berbagai alasan. Pada akhirnya pembangunan PIK ini tidak lagi dikhususkan hanya untuk para pengrajin sepatu, akhirnya pengrajin lain


(46)

juga diperbolehkan dengan permohonan yang diajukan melalui lurah/camat se-kota Medan dengan menetapkan syarat-syarat tertentu.

PIK akhirnya berdiri pada tahun 1996 di atas tanah seluas 14.496 m2. Pendiriannnya dilakukan oleh Walikota Medan yang saat itu dijabat oleh Bachtiar Jafar. Tanah yang digunakan adalah milik Pemko Medan dimana para pengrajin yang berlokasi disana diberikan hak pengolahan atas bangunan tersebut dan kemudian statusnya meningkat menjadi Hak Guna Bangunan (HGB). Maksud dan tujuan awal tadi akhirnya diperbaharui menjadi untuk mengembangkan usaha mikro masyarakat, serta membina masyarakat agar lebih dapat mandiri dalam kehidupan perekonomian.

Lokasi PIK ini berada di tempat yang terpisah dengan masyarakat kelurahan Medan Tenggara lainnya, karena PIK tersebut berada di dalam suatu lingkungan yang memang di khususkan bagi para pengusaha industri kecil. PIK ini merupakan suatu konsentrasi dari sekumpulan perusahaan-perusahaan kecil sejenis baik yang berkembang secara alamiah maupun yang dibangun oleh pemerintah.

PIK ini dikhususkan bagi para pelaku usaha yang bergerak di bidang usaha tas, sepatu, dan pakaian. Pada awal pendiriannya, terdapat 100 unit bangunan yang akan digunakan oleh para pelaku UKM untuk menjalankan proses produksinya. Namun saat ini, satu bangunan telah dirobohkan karena kondisinya rusak parah, sehingga total bangunan yang masih bisa digunakan ada 99 bangunan karena 1 bangunan sudah dinyatakan rusak parah dan akhirnya dirubuhkan oleh Pemko Medan.


(47)

III.2 Letak Geografis dan Kondisi Demografi PIK

PIK berada di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai tepatnya berada di Jl. Rahmat Menteng VII Medan. Lokasi ini berada di pinggiran kota Medan, namun cukup ramai dilalui oleh kendaraan umum maupun kendaraan pribadi yang akan menuju terminal Amplas yang merupakan terminal terpadu untuk angkutan umum perjalanan antar kota dalam provinsi dan juga jalan Sisingamangaraja yang banyak terdapat stasiun-stasiun bus umum antar kota antar provinsi. Seperti yang telah diterangkan sebelumnya bahwa Medan Tenggara merupakan salah satu kelurahan dari kecamatan Medan Denai. Dimana Kecamatan ini sendiri memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kecamatan Medan Tembung

 Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Amplas

 Sebelah Barat : Kecamatan Medan Area

 Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang

Menurut data BPS kota Medan, kelurahan Medan Tengggara memiliki wilayah seluas 2,07 km2 dengan persentase terhadap luas kecamatan sebesar 20,89%. Pada pertengahan 2007 jumlah penduduk wilayah Medan Tenggara sebesar 38.757 jiwa dan tingkat kepadatan penduduknya sebesar 7.578 jiwa per km2. Perbandingan luas wilayah dan jumlah penduduk di Kecamatan Medan Denai dapat kita lihat pada tabel berikut.


(48)

Tabel 1 :

Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per Km2

Kelurahan Jumlah Penduduk

Luas Wilayah (km2)

Kepadatan Penduduk (per km2)

Binjai 38.757 4,14 9.362

Medan Tenggara 15.686 2,07 7.578

Denai 14.791 1,3 1.137

Tegal Sari Mandala I 34.974 1,03 33.955 Tegal Sari Mandala II 21.967 0,87 25.249 Tegal Sari Mandala III 11.268 0,501 22.491

Jumlah 137.443 9,911 13.868

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Medan 2007

III.3 Jenis Usaha

Jenis usaha yang terdapat dalam kawasan PIK Medan Tenggara ada 3 jenis, yaitu usaha sepatu, pakaian, dan tas. Usaha sepatu mencakup pembuatan sepatu-sepatu dengan berbagai model, baik pria maupun wanita. Merk/brand produk yang digunakan pada umumnya bukan milik pribadi penghasil produk, tetapi merk/brand yang sudah umum dikenal masyarakat ataupun berdasarkan keinginan si pemesan. Jumlah pelaku yang mengerjakan usaha sepatu di lokasi PIK ini ada sebanyak 18 bangunan usaha. Produk sepatu ini kebanyakan dijual ke pasar-pasar yang ada di kota Medan, seperti Pasar Central, Pasar Petisah, maupun lokasi-lokasi kaki lima seperti yang berada di kawasan Stadion Teladan Medan.


(49)

Usaha pakaian yang ada meliputi penjahit pakaian seperti setelan jas dan seragam sekolah, pembordiran baju ataupun mukena, penyablonan kaos, serta grosir pakaian jadi yang didatangkan dari kota Jakarta. Jumlah pengusaha pakaian ini ada sebanyak 14 bangunan usaha. Konsumen usaha pakaian ini pada umumnya adalah instansi-instansi dengan jumlah pesanan, model, dan corak yang telah ditentukan.

Untuk industri tas, meliputi pembuatan berbagai jenis tas (pada umumnya model tas kerja) dengan bahan kain dan menerima pencetakan tas-tas model tertentu dengan logo suatu instansi atau tas untuk cenderamata (goodie bag). Pelaku usaha tas ada sebanyak 7 bangunan usaha. Biasanya tas-tas yang berasal dari PIK digunakan untuk event-event tertentu dengan corak dan model yang ditentukan sendiri oleh pemesannya. Hanya sedikit tas yang diproduksi untuk kemudian dijual ke pasar-pasar umum.

III.4 Potensi Ekonomi

Pertumbuhan dan pengembangan ekonomi di Kelurahan Medan Tenggara, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan, diarahkan dengan menitikberatkan pada sektor industri terutama subsektor industri kecil atau industri rumah tangga dan kerajinan. Dalam data BPS di Kecamatan Medan Denai terdapat 1 industri besar/sedang, 93 industri kecil, dan 172 industri rumah tangga.


(50)

Tabel 2 :

Banyaknya Industri Besar/Sedang, Kecil, dan Kerajinan Rumah Tangga Menurut Kelurahan Pada Tahun 2007

Kelurahan Industri Besar/ Sedang

Industri Kecil Industri Rumah Tangga

Binjai 0 0 15

Medan Tenggara 0 73 70

Denai 0 10 11

Tegal Sari Mandala I 0 2 5

Tegal Sari Mandala II 0 2 65

Tegal Sari Mandala III 1 6 6

Jumlah 1 93 172

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Medan 2007

Dengan melihat data diatas, tampak jelas bahwa perkembangan industri kecil terbanyak berada di kawasan Medan Tenggara. Faktor yang mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah ini adalah letak geografis, sarana dan prasarana yang memadai, bantuan pemerintah, tersedianya sumber daya yang cukup dan sarana komunikasi, informasi, tenaga listrik, air, perbankan, pergudangan demikian juga transportasi, dan lain-lain.

Pembinaan dan pengembangan industri kecil dipandang perlu karena industri kecil merupakan lapangan usaha yang sesuai dengan ekonomi lemah dengan mengikutsertakan peran aktif masyarakat yang kurang mampu sehingga penyerapan tenaga kerja dapat lebih besar dan terwujud.


(51)

Untuk memacu laju pertumbuhan industri kecil di daerah ini selama beberapa tahun terakhir, maka langkah prioritas pengembangan industri adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan usaha-usaha industri kecil dan menengah menjadi usaha yang mampu berkembang mandiri, meningkatkan pendapatan masyarakat, memberikan lapangan kerja serta meningkatkan jiwa kewiraswastaan.

2. Mengadakan kegiatan pendidikan dan pelatihan antara lain ketrampilan, manajemen dan kewirausahaan.

3. Adanya fasilitas pusat industri kecil (PIK) ini sendiri khususnya sepatu, usaha jahitan, pengolahan kulit dan konveksi yang dibangun oleh Pemko Medan.

4. Pengembangan industri penghasil komoditi ekspor sebagai penggerak utama untuk mempercepat pertumbuhan industri.

5. Penguatan serta pendalaman struktur industri kecil untuk memantapkan program keterkaitan baik antar industri maupun antar industri dengan sektor lain dalam rangka meningkatkan nilai tambah.

Memperhatikan prospek pengembangan yang didukung oleh sumber bahan baku yang tersedia dan dibarengi dengan tenaga kerja yang ada, maka komoditi andalan yang terdapat di kecamatan Medan Denai yang perlu untuk dikembangkan adalah :

1. Kelompok industri pangan yaitu industri kerupuk, roti dan kue, tepung dan minuman.


(52)

2. Kelompok industri sandang dan kulit (sanlit) : industri tas, sandal, sepatu, industri pakaian jadi maupun penyedia jasa penjahit busana.

3. Kelompok industri kimia dan bahan bangunan yaitu berbagai jenis kayu (panglong).

4. Kelompok industri kerajinan aneka yaitu : anyaman rotan, mebel, salon, fotocopy, dan lainnya.


(53)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan deskripsi dari data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan melalui metode-metode pengumpulan data yang disebutkan pada bab terdahulu. Demikian juga halnya, permasalahan utama yang hendak dijawab dalam bab ini adalah apa saja yang menjadi kendala dalam pengembangan UKM yang telah dilakukan selama ini di Pusat Industri Kecil (PIK) Medan Tenggara, Kota Medan?

IV.1 Karakteristik Responden

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis, yaitu; pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen Dinas Koperasi, seperti rencana stratejik Dinas Koperasi dan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin dijawab. Kedua, penulis melakukan sejumlah wawancara dengan beberapa informan yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang lebih komprehensif menyangkut persoalan penelitian.

Adapun wawancara yang telah dilakukan pertama sekali adalah dengan para pelaku UKM yang terdapat di komplek PIK Medan Tenggara. Jumlah informan yang diwawancarai sebanyak 15 orang dan ditentukan secara acak. Jumlah tersebut dibatasi setelah penulis mendapatkan data jenuh di lapangan dengan


(54)

komposisi 7 orang pengusaha sepatu, 5 orang pengusaha pakaian, dan 3 orang pengusaha tas. Setelah itu, penulis juga melakukan wawancara dengan pihak Pemerintah Kota Medan, dalam hal ini Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Dinas KUMKM) Kota Medan yang melahirkan dan mengawasi program pengembangan UKM di Kota Medan. Sehingga jumlah total informan dalam penelitian ini ada sebanyak 16 orang.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui secara realistis/kondisi yang sebenarnya yang terjadi di lapangan sehubungan dengan kendala-kendala pengembangan UKM yang dihadapi baik oleh Dinas Koperasi dan UMKM maupun pelaku UKM itu sendiri, sebagai titik kunci penggerak UKM di Kota Medan. Bisa saja dalam hal ini diperoleh pendapat/tanggapan yang berbeda dari pihak Dinas Koperasi sebagai pihak yang merencanakan program pengembangan dengan UKM sebagai pihak yang usahanya akan dikembangkan.

Untuk lebih jelas, karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3:

Karakteristik Informan Penelitian

No. Pekerjaan Jumlah Informan Persentase (%)

1. Kepala Dinas KUMKM 1 orang 6,25

2. Pengusaha Sepatu 7 orang 43,75

3. Pengusaha Pakaian 5 orang 31,25

4. Pengusaha Tas 3 orang 18,75

JUMLAH 16 orang 100


(55)

Data dalam tabel menunjukkan bahwa mayoritas informan adalah pengusaha sepatu sebanyak 43,75%. Hal ini dikarenakan usaha sepatu adalah jenis usaha yang paling banyak dikerjakan di dalam komplek PIK, kemudian diikuti jumlah informan pengusaha pakaian yang terdiri dari konveksi, usaha bordir, maupun supplier pakaian jadi sebanyak 31,25%, dan yang paling sedikit adalah informan pengusaha tas yang hanya mencakup 18,75% dari keseluruhan jumlah informan.

IV.1.1 Komposisi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4:

Komposisi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Informan Persentase (%)

1. Laki-Laki 9 orang 56,25

2. Perempuan 7 orang 43,75

JUMLAH 16 orang 100

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan tabel di atas, dapat diuraikan bahwa perbedaan jumlah informan laki-laki dan perempuan tidak terlalu mencolok atau nyaris seimbang. Jumlah pengusaha yang ada di dalam PIK tidak didominasi oleh laki-laki maupun perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa isu gender bukanlah sebuah kendala di dalam komplek usaha PIK. Baik laki-laki maupun perempuan sama posisinya dalam mengerjakan usaha yang mereka geluti dan sama-sama memperjuangkan kehidupan ekonomi keluarga.


(56)

IV.1.2 Komposisi Informan Berdasarkan Usia

Dari hasil penelitian diketahui bahwa usia para informan bervariasi antara 30 sampai 69 tahun. Untuk lebih jelasnya variasi usia pengusaha PIK tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut :

Tabel 5:

Komposisi Informan Berdasarkan Usia

No. Rentang Usia (Tahun) Jumlah Informan Persentase (%)

1. 21-30 - orang 0

2. 31-40 3 orang 18,75

3. 41-50 9 orang 56,25

4. 51-60 4 orang 25

JUMLAH 16 orang 100

Sumber : Data Primer 2013

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas informan di PIK sudah berusia sekitar 41-50 tahun yang mencapai 56,25%. Hal ini sangat wajar karena sebelum mereka memulai usaha di PIK, mereka sudah terlebih dahulu membuka usaha di tempat lain. Keseluruhan informan yang diwawacarai sudah berstatus menikah dan memiliki tanggungan keluarga rata-rata empat (4) orang dengan dua orang tua dan dua orang anak.

IV.1.3 Komposisi Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa distribusi pendidikan responden bervariasi mulai dari lulusan sekolah dasar (SD) sampai lulusan sarjana (S1). Lebih lengkapnya disediakan dalam tabel berikut:


(57)

Tabel 6:

Komposisi Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Informan Persentase (%)

1. SD 3 orang 18,75

2. SMP/MTS 3 orang 18,75

3. SMA/MA 8 orang 50

4. DI, DII, DIII, Strata 1 (S1) 2 orang 12,5

JUMLAH 16 orang 100

Sumber : Data Primer 2013

Tabel di atas menjelaskan bahwa mayoritas informan pelaku UKM di PIK Medan Tenggara adalah tamatan SMA sedangkan yang lainnya hanya mengecap pendidikan SD dan SLTP. Hanya ada satu orang yang pendidikannya mencapai jenjang DIII Pariwisata, itupun tergolong yang usahanya sudah mati dan bekerja di sebuah instansi pendidikan. Satu orang lagi tamatan S2 yang tak lain dari Kepala Dinas KUMKM Kota Medan. Realitas ini menunjukkan bahwa kualitas akademis para pelaku UKM masih kurang memadai dan minim dalam mengelola usahanya.

IV.1.4 Komposisi Informan Berdasarkan Lama Usaha di PIK

Hasil penelitian ini juga menjelaskan bahwa terdapat perbedaan lama tinggal para pengusaha UKM yang tinggal di komplek PIK. Data selengkapnya disajikan pada tabel di bawah :


(58)

Tabel 7:

Komposisi Informan Berdasarkan Lama Usaha di PIK

No. Lama Usaha (Tahun) Jumlah Informan Persentase (%)

1. 1-3 2 orang 12,5

2. 4-6 3 orang 18,75

3. 7-9 2 orang 12,5

4. ≥ 10 6 orang 56,25

JUMLAH 16 orang 100

Sumber : Data Primer 2013

Data dalam tabel memperlihatkan bahwa mayoritas pelaku UKM yang menjadi informan sudah berusaha selama 10 tahun lebih yang mencapai 56,25%. Kebanyakan dari para pelaku usaha ini telah berada disana sejak PIK didirikan sekitar 16 tahun silam. Pengusaha-pengusaha yang lama usahanya kurang dari sepuluh tahun, umumnya berada disana karena menyewa dari pengguna bangunan sebelumnya ataupun diberikan oleh keluarga mereka. Namun, seperti yang sudah disebutkan, sebelum para pengusaha ini pindah ke dalam lokasi PIK, mereka juga sudah mengerjakan usaha yang sama, sehingga apabila lama usaha mereka digabungkan dari sebelum dan sesudah berada di PIK, maka rata-rata adalah 15-30 tahun. Keadaan ini menunjukkan bahwa mereka sudah terlatih dan berpengalaman dalam mengerjakan usahanya dan dapat dikatakan sebagai informan senior. Realitas ini disebabkan oleh adanya proses yang panjang yang dilalui oleh UKM untuk dapat bertahan hingga saat ini.


(59)

IV.2 Peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Dinas KUMKM) Kota Medan Sebagai Pihak Yang Bertanggung Jawab

Terhadap Kondisi UKM di Kota Medan

Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2000 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas di lingkungan Kota Medan, maka Dinas KUMKM adalah salah satu dari unit kerja pemerintahan Kota Medan yang awalnya merupakan gabungan dari eks Dinas Perindustrian Kota Medan dengan eks Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan.

IV.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas KUMKM

Berdasarkan Peraturan Walikota Medan Nomor 40 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas KUMKM Kota Medan, maka Dinas KUMKM Kota Medan mempunyai tugas pokok yaitu “Melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di Bidang Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah berdasarkan Azas Otonomi dan Tugas Pembantuan.”

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Koperasi UMKM Kota Medan mempunyai Fungsi sebagai berikut :

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang perkoperasian dam UMKM.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang perkoperasian dam UMKM.


(60)

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perkoperasian dam UMKM, dan

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

IV.2.2 Rencana Strategis Dinas KUMKM

Rencana Strategis Dinas Koperasi UMKM merupakan komitmen pimpinan dan seluruh aparatur dinas dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat dibidang pemberdayaan dan pengembangan perkoperasian, penguatan UMKM di Kota Medan yang pada gilirannya memberikan peran signifikan dalam mengatasi berbagai masalah-masalah ekonomi.

Penyusunan Renstra Dinas KUMKM Kota Medan dilaksanakan dengan memperhatikan berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku, serapan aspirasi masyarakat, evaluasi pembangunan perkoperasian periode sebelumnya, potensi daerah, faktor eksternal dan internal. Penyusunan Renstra Dinas Koperasi UMKM juga mempertimbangkan berbagai masukan dari stakeholders pada kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang).

Rencana Strategis Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota Medan Tahun 2011–2015 berisi Visi, Misi, Tujuan, Sasaran serta cara pencapaiannya yang disusun berdasarkan program yang terencana, terukur dan diharapkan dapat memenuhi kehendak, aspirasi dan partisipasi masyarakat (stakeholder).


(61)

Adapun tujuan penyusunan Renstra Dinas Koperasi UMKM Kota Medan Tahun 2011- 2015 adalah :

1. Menjabarkan agenda-agenda pembangunan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM).

2. Memberikan arah pembangunan KUMKM Kota Medan dalam jangka 5 (lima) tahun ke depan.

3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan pada setiap tahun anggaran selama 5 (lima) tahun yang akan datang.

4. Menjaga kesinambungan pembangunan KUMKM dalam lima tahunan pada bingkai jangka panjangnya.

5. Memberikan tolok ukur untuk mengukur dan evaluasi kinerja tahunan Dinas KUMKM Kota Medan.

6. Menciptakan sinerji efektifitas, efisiensi dan sinkronisasi pelaksanaan pembangunan antar sektor wilayah maupun tingkat pemerintahan.

IV.2.2.1 Visi dan Misi Dinas KUMKM Kota Medan

Visi Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Medan dijabarkan sebagai berikut:

“TERWUJUDNYA KOPERASI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH YANG UNGGUL, MANDIRI DAN MAMPU MENJADI RODA


(62)

Visi Dinas KUMKM Kota Medan tersebut dirumuskan dengan alasan atau rasionalitas sebagai berikut:

1. Terwujudnya KUMKM yang unggul.

KUMKM yang unggul yang ingin diwujudkan adalah koperasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota-anggotanya dan UMKM yang mampu mengembangkan dirinya sehingga dapat menjadi dasar dan cikal bakal usaha-usaha berskala besar.

2. Terwujudnya KUMKM yang mandiri.

Salah satu cermin dari kemandirian masyarakat adalah perkembangan ekonomi yang mampu mengangkat kehidupan seluruh masyarakat. Penguatan usaha-usaha perekonomian masyarakat, yaitu KUMKM dimaksudkan sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat agar dapat mandiri secara ekonomi. Kemandirian yang dimaksudkan pada visi di atas merupakan kemandirian yang lebih dari sekedar peningkatan modal KUMKM. Kemandirian yang ingin diwujudkan adalah kemandirian yang memungkinkan koperasi berkembang berdasarkan peningkatan partisipasi anggota-anggotanya dalam hal modal dan kemampuan manajerial.

3. Terwujudnya Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang mampu menjadi roda perekonomian Kota Medan.

Sebagai kota yang berkembang menuju Kota Metropolitan, Kota Medan terutama didukung oleh sektor-sektor ekonomi tersier dan sekunder. Disamping usaha-usaha besar, KUMKM telah memberi kontribusi yang sangat signifikan pada kedua sektor ekonomi tersebut. Kemampuan KUMKM selama krisis


(63)

moneter maupun setelahnya dalam mempertahankan kehidupan ekonomi masyarakat menunjukkan bahwa kedua bidang tersebut berpotensi besar sebagai roda perekonomian masyarakat Kota Medan. Dengan kemandirian keduanya maka roda perekonomian Kota Medan dapat terus berputar.

Adapun Misi Dinas KUMKM Kota Medan adalah sebagai berikut: 1. Memberdayakan KUMKM yang bermartabat di Kota Medan.

Pengembangan KUMKM terkendala sebab terbatasnya kemampuan manajerial, permodalan dan kewirausahaan anggotanya. Berkaitan dengan hal tersebut, Dinas KUMKM Kota Medan perlu berupaya memberdayakan KUMKM di Kota Medan dengan mengembangkan dan memperkuat kelembagaan KUMKM. Hanya dengan upaya itulah KUMKM dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada sehingga dapat berperan sebagai tulang punggung perekonomian masyarakat Kota Medan.

2. Mengembangkan pola kemitraan bagi KUMKM di Kota Medan.

Lemahnya modal KUMKM ditentukan oleh kepercayaan kreditur untuk memberikan bantuan permodalan yang dibutuhkan. Sementara itu, terbatasnya ruang lingkup usaha KUMKM juga tak dapat dilepaskan dari persaingan yang terjadi dengan usaha berskala besar yang pada umumnya menyulitkan KUMKM untuk berkembang. Kedua contoh tersebut menunjukkan perlunya pola kemitraan KUMKM dengan unsur-unsur dunia usaha agar keberadaan masing-masing usaha ekonomi itu dapat saling mendukung.


(64)

IV.2.2.2 Tujuan dan Sasaran Dinas KUMKM Kota Medan

Penetapan tujuan dan sasaran Dinas KUMKM Kota Medan didasarkan kepada faktor-faktor kunci keberhasilan. Tujuan Dinas KUMKM Kota Medan menggambarkan arah stratejik dan perbaikan-perbaikan yang ingin diwujudkan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan Dinas KUMKM Kota Medan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemampuan manajerial pengurus KUMKM. 2. Meningkatkan modal KUMKM.

3. Membangun dan mengembangkan pola kemitraan KUMKM.

4. Mengembangkan sistem informasi KUMKM yang lengkap dan akurat. Sasaran Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Medan adalah hal-hal yang diharapkan dapat menunjang pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka sasaran Dinas KUMKM Kota Medan tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut :

Tujuan – 1 : Meningkatkan kemampuan manajerial pengurus Koperasi dan pelaku UMKM.

Sasaraan : Meningkatnya jumlah pengurus KUMKM yang mampu mengelola usahanya mulai tahun 2011.

Tujuan – 2 : Meningkatkan modal KUMKM.

Sasaran : Meningkatnya skala usaha KUMKM setiap tahun.


(65)

Sasaran : Meningkatnya jumlah KUMKM yang membangun kemitraan dengan lembaga-lembaga keuangan swasta/pemerintah dan usaha-usaha berskala besar setiap tahun mulai tahun 2011. Tujuan – 4 : Mengembangkan sistem informasi KUMKM yang lengkap

dan akurat.

Sasaran : Tersedianya data-base seluruh Koperasi di Kota Medan dan data-base Usaha Kecil dan Menengah di Kota Medan pada tahun 2015.

IV.2.2.3 Kebijakan Dinas KUMKM Kota Medan

Kebijakan Dinas KUMKM Kota Medan merupakan pedoman berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan Dinas KUMKM. Dengan kata lain, kebijakan Dinas KUMKM merupakan himpunan keputusan mengenai cara pelaksanaan strategi, mekanisme tindakan lanjutan untuk pencapaian tujuan dan sasaran, serta kondisi-kondisi yang dapat mendukung implementasi keputusan yang ditetapkan Dinas KUMKM. Bertolak dari hal ini, maka kebijakan-kebijakan Dinas Koperasi adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan di Bidang Kelembagaan

a. Meningkatkan monitoring dan evaluasi Dinas KUMKM Kota Medan terhadap KUMKM.

b. Meningkatkan pembinaan kelembagaan KUMKM. 2. Kebijakan di Bidang Penciptaan Iklim yang Kondusif


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2007, Medan Dalam Angka 2007, Medan. Dipta, I. Wayan. 2004. Membangun Jaringan Usaha Bagi Usaha Kecil dan

Menengah. Jakarta.

Glueck, W.F. & Jauch, L.R. 1989. Manajemen Strategis Dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Sosial. Yogyakrata: Gajah Mada Press. Nawawi, Hadari. 1997. Pengantar Metodologi Riset. Bandung : Penerbit Remadja

Rosda Karya.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survay. Jakarta : LP3ES.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Tambunan, DR. Tulus T.H. 2002. Usaha Kecil dan Menengah : Beberapa Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat.

Taufiq, Muhammad. 2004. Strategi Pengembangan UKM Pada Era Otonomi Daerah dan Perdagangan Bebas. Jakarta.

Purba, Abdillah Harja. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Industri Kecil di Kota Medan. Sekolah Pasca Sarjana USU Medan.


(2)

Peraturan Perundang-undangan

Instruksi Presiden No.10 tahun 1998 Tentang Pemberdayaan Usaha Menengah. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 Bidang/Jenis Usaha Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah Atau Usaha Besar Dengan Syarat Kemitraan.

Sumber Internet

http://www.depkop.go.id/

http://www.medanbisnisdaily.com/


(3)

LAMPIRAN 1

Panduan Wawancara Dengan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan

Nama : Pendidikan terakhir

:

Usia : (tahun) Lama menjabat :

1. Bagaimana menurut bapak kondisi UKM di Kota Medan saat ini?

2. Sejalan dengan visi Dinas KUMKM Kota Medan, yaitu menjadikan KUMKM sebagai tulang punggung perekonomian Kota Medan, apakah UKM di Kota Medan selalu mendapat dukungan dari pihak pemerintah untuk terus mengembangkan usahanya?

3. Apa saja menurut bapak yang tetap menjadi permasalahan atau kendala UKM untuk berkembang?

4. Bagaimana menurut bapak dengan adanya PIK di Medan Tenggara sebagai sebuah pusat industri kecil, apakah peranannya dalam kaitan dengan UKM? 5. Bagaimana kondisi PIK Medan Tenggara saat ini jika dibandingkan dengan

pada saat baru didirikan?

6. Kegiatan apa saja yang sudah dilakukan oleh pihak Dinas KUMKM untuk mendukung pengembangan usaha di PIK Medan Tenggara?

7. Bagaimana tanggapan para pelaku usaha disana terhadap program tersebut? 8. Apakah tanggapan Dinas KUMKM terhadap penurunan kondisi ekonomi di

PIK?

9. Apa rencana program yang masih akan dilakukan oleh Dinas KUMKM di PIK?

10. Apakah tantangan terberat dalam mengembalikan komplek PIK menjadi sentra UKM di Kota Medan?


(4)

LAMPIRAN 2

Panduan Wawancara Dengan Pelaku UKM PIK Medan Tenggara

Nama : Pendidikan terakhir :

Usia : (tahun) Tanggungan keluarga :

1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu membuka usaha di komplek PIK ini? 2. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang komplek PIK ini?

3. Darimana bapak/ibu sebelumnya mendapatkan informasi tentang adanya PIK?

4. Sebelum pindah ke PIK, apa usaha yang bapak/ibu kerjakan? Dan dimana lokasinya?

5. Jika digabungkan, sudah berapa lama bapak/ibu menjalankan usaha ini? Apakah ada jenis usaha lain juga?

6. Apa hal yang menjanjikan dari PIK ini sehingga bapak/ibu memutuskan untuk datang ke tempat ini?

7. Apakah hal tersebut berhasil bapak/ibu dapatkan?

8. Bagaimana usaha bapak/ibu setelah pindah ke komplek ini? Apakah semakin berkembang?

9. Bapak/ibu sudah mengetahui bahwa PIK ini adalah program dari Pemko Medan, pernahkah pihak Pemko berkunjung dan melakukan sesuatu terhadap para pelaku-pelaku usaha yang ada di PIK ini? Apa saja hal-hal yang dilakukan?

10. Rutinkah hal tersebut dilakukan? Apakah semua pelaku UKM di PIK ini hadir?

11. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang kunjungan dan kegiatan-kegiatan tersebut?

12. Bagaimana menurut bapak/ibu kondisi ekonomi di PIK saat ini?


(5)

usaha-14. Mulai kapankah tepatnya kondisi usaha di PIK ini mulai menurun? 15. Kira-kira apa penyebab penurunan tersebut?

16. Bagaimana pola kerja bapak/ibu mengerjakan usaha di PIK ini? Apakah diproduksi setelah ada pesanan, atau produksi tetap setiap hari?

17. Siapa saja yang biasanya menjadi konsumen bapak/ibu?

18. Kemana saja biasanya bapak/ibu memasarkan produk untuk dijual?

19. Dari pihak Pemko Medan sendiri, khususnya Dinas KUMKM, apakah mereka menampung produk-produk dari PIK ini untuk dipasarkan di suatu tempat? 20. Berapakah penjualan rata-rata bapak/ibu dalam 1 bulan?

21. Bagaimana kehidupan bapak/ibu dengan jumlah penjualan tersebut? Apakah memenuhi kebutuhan keluarga?

22. Dan berapa biaya produksi rata-rata bapak/ibu dengan penjualan sedemikian? 23. Apakah bapak/ibu mempekerjakan orang lain juga di usaha ini (memiliki

tenaga kerja di luar keluarga)?

*jika ya : Berapa upah yang bapak/ibu berikan pada mereka setiap bulannya?

24. Darimana bapak/ibu mendapatkan bahan baku untuk diproduksi? 25. Berapa banyak produk yang biasanya bapak/ibu hasilkan dalam 1 hari?

26. Adakah bapak/ibu membuat stok barang jadi atau bahan baku di lokasi usaha bapak?

27. Berapa lama biasanya stok yang bapak/ibu simpan akan berganti (dalam arti habis terjual?

28. Apakah persediaan bahan baku produk bapak/ibu selalu tersedia dengan lancar?

29. Pernahkah masalah persediaan bahan baku ataupun produk jadi menjadi suatu kendala bagi bapak/ibu? Misalnya, bapak/ibu membuat persediaan bahan baku atau barang jadi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit?

30. Apakah persediaan bapak/ibu mempengaruhi jumlah permintaan dari konsumen?


(6)

31. Apakah bapak/ibu selalu siap sedia apabila muncul permintaan terhadap produk model baru yang sedang tren di pasaran? Bagaimana cara bapak/ibu menghadapinya?

32. Menurut pengalaman bapak/ibu, apakah harga-harga produk yang bapak/ibu tawarkan kepada konsumen Anda tergolong mahal, standar, atau cukup murah?

33. Pernahkah pemerintah memberikan bantuan untuk pengembangan UKM disini?

34. Apa hal yang di lingkungan PIK ini yang cukup mengganggu perkembangan usaha bapak/ibu?

35. Apakah bapak/ibu aktif melakukan promosi atau pengiklanan tentang usaha bapak/ibu? Pernah mempromosikan melalui media massa?

36. Pernahkan pemerintah secara langsung ikut mempromosikan usaha yang ada disini?

37. Apa hal yang menurut bapak/ibu perlu dilakukan pihak Pemko dan Dinas KUMKM di PIK agar usaha-usaha yang ada disini menjadi lebih berkembang?