BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Inovasi 2.1.1. Definisi Inovasi - Analisis Manajemen Inovasi Pelaku Usaha di Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan

BAB II KERANGKA TEORITIS

2.1. Inovasi

2.1.1. Definisi Inovasi

  Inovasi adalah alat spesifik bagi pelaku usaha untuk memanfaatkan perubahan sebagai peluang bisnis atau jasa yang berbeda. Inovasi dapat ditampilkan sebagai ilmu, dapat dipelajari dan dapat di praktekkan. Pelaku usaha perlu secara sengaja mencari sumber inovasi, perubahan dan gejala yang menunjukkan adanya peluang untuk inovasi yang berhasil. Mereka juga perlu mengetahui dan menerapkan prinsip inovasi yang berhasil (Drucker, 1986).

  Inovasi adalah tindakan yang memberi sumber-daya kekuatan dan kemampuan baru untuk menciptakan kesejahteraan, dengan kata lain inovasi menciptakan sumber-daya. Tidak ada sesuatu pun yang menjadi sumber-daya sampai orang menemukan manfaat dari sesuatu yang terdapat di alam, sehingga memberinya nilai ekonomis (Drucker, 1986). Sebelum orang memberikan makna kepada batu alam dan sumber energi bumi, tidak lebih itu semua bukan lah sumber-daya, bahkan itu adalah pengganggu kestabilan alam, namun begitu orang menemukan manfaatnya, maka saat itu telah terjadi inovasi terhadap sumber-daya alam.

  Inovasi tidak harus bersumber dari sesuatu yang baru menjadi sumber- daya, namun inovasi juga bisa bersumber dari sumber-daya sumber-daya yang telah ada menjadi suatu sumber-daya baru, dengan catatan sumber-daya baru itu tetap memberikan nilai dan manfaat kepada manusia dan atau lingkungan sekitar.

  Pearce II dan Robinson (2009) menyatakan bahwa dalam dunia bisnis, inovasi bermula dari penemuan (invention). Jika seseorang sudah mulai memproduksi, menjual dan memasarkan barang hasil temuannya tersebut, maka ia sudah melakukan inovasi. Mereka menyebutkan bahwa inovasi itu bagaimana upaya memutar ide menjadi profit.

  Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa inovasi merupakan suatu proses untuk menciptakan sumber daya baru berdasarkan sumberdaya – sumberdaya yang sudah ada, dan hasil tersebut dapat memberikan manfaat kepada manusia dan juga memberikan profit bagi yang mengembangkannya.

2.1.2. Jenis-jenis Inovasi

  Konsep inovasi mempunyai sejarah yang panjang dan pengertian yang berbeda-beda, terutama didasarkan pada persaingan antara perusahaan-perusahaan dan strategi yang berbeda yang bisa dimanfaatkan untuk bersaing. Josef Schumpeter (dalam Hermana, 2008) sering dianggap sebagai ahli ekonomi pertama yang memberikan perhatian pada pentingnya suatu inovasi. Pada tahun 1949 Schumpeter (dalam Hermana, 2008) menyebutkan bahwa inovasi terdiri dari lima unsur yaitu: (1) memperkenalkan produk baru atau perubahan kualitatif pada produk yang sudah ada, (2) memperkenalkan proses baru ke industri, (3) membuka pasar baru, (4) Mengembangkan sumber pasokan baru pada bahan baku atau masukan lainnya, dan (5) perubahan pada organisasi industri.

  Sedangkan Martin Radenakers (dalam Hermana, 2008) membagi inovasi ke dalam beberapa tipe yang mempunyai karakteristik masing-masing seperti disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Jenis dan Karakteristik Inovasi

NO TIPE INOVASI KARAKTERISTIK

1 Inovasi Produk Produk, jasa, atau kombinasi keduanya yang baru

  

2 Inovasi Proses Metode baru dalam menjalankan kegiatan bernilai tambah

(misalnya distribusi atau produksi) yang lebih baik atau lebih murah

  3 Inovasi Organisasional Metode baru dalam mengelola, mengkoordinasi, dan mengawasi pegawai, kegiatan, dan tanggung jawab

  

4 Inovasi bisnis Kombinasi produk, proses, dan sistem organisasional yang

baru (dikenal juga sebagai model bisnis)

  Sumber: Hermana (2008)

2.2. Sumber Inovasi

  Bagi pelaku usaha, inovasi adalah senjata mereka untuk bisa terus bertahan, dengan inovasi mereka tetap terus bertahan. Inovasi menciptakan perubahan, sebagian inovasi yang berhasil menciptakan perubahan besar bagi kehidupan manusia seperti inovasi pada penicillin, tetapi kebanyakan inovasi yang berhasil adalah jauh lebih sederhana dan ini diperlukan sebagai dasar perubahan bagi pelaku usaha. Jadi disiplin inovasi (yang merupakan dasar pengetahuan kewiraswastaan) adalah suatu disiplin diagnostik, pemeriksaan sistematis terhadap daerah perubahan yang biasanya menawarkan peluang bagi pelaku usaha (Drucker, 1986). Secara spesifik, inovasi yang sistematis berarti memantau 7 (tujuh) sumber peluang inovasi. Empat sumber pertama terdapat di dalam lingkungan organisasi. Sumber itu pada dasarnya gejala, tetapi semuanya adalah indikasi yang dapat dipercaya sepenuhnya akan adanya perubahan yang telah terjadi atau dapat dibuat terjadi dengan sedikit usaha.

  Kelompok kedua sumber peluang inovasi terdiri dari tiga hal, menyangkut perubahan yang terjadi di luar organisasi. Berikut uraian dari ketujuh sumber peluang inovasi :

2.2.1. The Unexpected

  Menjalankan dunia usaha terkadang berjalan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, bisa kemungkinan gagal, padahal sudah dipersiapkan dengan matang.

  Sebaliknya bisa terjadi kesuksesan yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya. Sesuatu yang tidak diduga (the unexpected) adalah hal yang berada di luar kendali dari pelaku usaha. Sesuatu yang tidak diduga menurut Drucker (1986) adalah sukses yang tidak diduga, kegagalan yang tidak diduga dan kejadian luar yang tidak diduga.

  • Sukses yang tidak diduga

  Tidak ada bidang lain yang menyediakan peluang yang lebih berharga bagi inovasi yang berhasil selain dari sukses di luar dugaan (Drucker, 1986).

  Namun, sukses diluar dugaan hampir-hampir diabaikan sama sekali, lebih buruk lagi pelaku usaha cenderung menolaknya.

  • Kegagalan yang tidak diduga

  Disamping itu, pelaku usaha juga sudah memperhitungkan segala kemungkinan kondisi yang akan datang, baik melalui studi kelayakan ataupun melalui dirancang dengan hati-hati dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh tetap saja terjadi kegagalan. Namun, banyak pelaku usaha yang menganggap kegagalan sebagai kesalahan, kebodohan atau ikut-ikutan, hanya sedikit yang mampu melihat bahwa kegagalan itu ada kalanya memperlihatkan adanya perubahan yang mendasar, dan perubahan itu merupakan peluang (Drucker, 1986). Kejadian luar yang tidak diduga

  • Kejadian luar yang tidak diduga merupakan peristiwa yang tidak tercatat dalam informasi dan angka laporan yang digunakan manajemen untuk mengendalikan organisasinya (Drucker, 1986). Sering pelaku usaha menyadari adanya peluang ataupun informasi yang mereka peroleh tanpa mereka sangka-sangka dan informasi ini memberikan peluang bagi mereka untuk mengembangkan inovasi ke dalam organisasinya.

2.2.2. The Incongruity

  Ketidak-serasian adalah suatu penyimpangan, suatu ketidaksesuaian antara yang ada dengan yang seharusnya, atau antara yang ada dengan yang diasumsikan setiap orang. Kita mungkin tidak mengerti sebabnya dan seringkali kita tidak dapat menduganya, tetapi ketidakserasian ini adalah gejala peluang untuk mengadakan inovasi (Drucker, 1986).

  Drucker (1986) membagi 3 (tiga) jenis ketidak-serasian sebagai berikut: Ketidak-serasian antara berbagai realita ekonomi dari sebuah industri

  • Lazimnya dengan meningkatnya permintaan terhadap suatu produk atau jasa, maka semakin meningkatkan pendapatan. Tetapi yang terjadi disini adalah hal sebaliknya. Biasanya kondisi ini dipengaruhi oleh fenomena ekonomi makro. Namun, hal ini justru sebagai peluang besar untuk
inovasi, dan biasanya ini terjadi pada perusahaan baru ataupun pada produk / proses yang selama ini tidak terkonsentrasikan. Ketidak-serasian antara realita sebuah industri dengan asumsinya

  • Bilamana orang dalam industri atau sektor jasa tidak dapat memahami realita, ketika mereka membuat asumsi yang keliru, maka usaha mereka akan menuju ke arah yang salah. Mereka akan berkonsentrasi pada bidang yang tidak akan mendatangkan hasil. Lalu akan terdapat ketidak-serasian antara realita dengan perilaku, ketidak-serasian yang untuk kesekian kalinya menawarkan peluang untuk inovasi yang berhasil, kepada siapa saja yang dapat melihat dan memanfaatkannya.
  • pelanggannya

  Ketidak-serasian antara upaya sebuah industri dengan nilai serta harapan

  Sering sekali upaya industri untuk memenuhi harapan pelanggan justru yang pelanggan rasakan adalah sebaliknya. Bagi sebagian pelaku usaha, ketidak-serasian ini mendatangkan peluang inovasi untuk memanfaatkan celah ini, dimana pemenuhan harapan pelanggan yang tidak sejalan bisa mereka terapkan. Ketidak-serasian intern dalam irama atau logika dari sebuah proses

  • Ketidak-serasian dalam suatu proses sebenarnya lebih mudah ditemukan. Dalam proses produksi, orang yang sering menjalaninya akan menemukan bahwa ada tahapan proses / produksi yang justru diluar dari perkiraan, akibatnya hal ini menimbulkan biaya yang lebih tinggi, proses yang rumit.

  Pelaku usaha dapat memanfaatkan ketidak-serasian proses produksi ini sebagai suatu peluang inovasi yang bermanfaat buat mereka.

  (Drucker, 1986)

2.2.3. Process Need

  “Peluang adalah sumber inovasi” selalu merupakan tema pokok dalam hal pembicaraan sumber inovasi. Namun sebuah pepatah lama menyatakan “kebutuhan adalah induk penemuan” (Drucker, 1986). Saat ini banyak terjadinya proses inovasi karena perusahaan mampu membaca apa yang menjadi kebutuhan, baik kebutuhan konsumen maupun kebutuhan produsen. Konsep just in time yang dikembangkan Toyota Motor Corporation merupakan bagaimana proses inovasi yang di dasarkan kepada kebutuhan produsen, untuk meminimalisir inventory atau persediaan. Selanjutnya adalah konsep pesan singkat antar perangkat yang dikembangkan Research In Motion (RIM), yang mencoba menjawab kebutuhan konsumen untuk mobilitas yang tinggi dan pentingnya pesan yang akurat, cepat dan murah.

  Kebutuhan proses menyempurnakan proses yang sudah ada, mengganti mata rantai yang lemah, merancang ulang proses lama yang sudah ada atas dasar pengetahuan baru. Adakalanya ia memungkinkan terlaksananya sebuah proses dengan menyumbangkan “mata rantai yang hilang” (Drucker, 1986).

  Tidak seperti pada ketidakserasian proses, kebutuhan proses memang kebutuhan yang memang harus dilakukan, tidak hanya berdasarkan ketidak- serasian belaka. Biasanya terjadi karena munculnya pengetahuan baru ataupun memang diperlukan suatu proses baru karena trendi yang sedang terjadi. Sumber kebutuhan proses bisa dimulai dari ketidak-serasian, namun ini mengarah kepada tugas (task-focused) dibandingkan pada situasional (situation-focused) (Drucker, 1986).

  2.2.4. Industry and Market Structure

  Struktur industri dan pasar kadang dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama sekali dan kelihatannya sangat mantap sehingga orang di dalam industri mungkin menganggapnya sebagai hal takdir, sudah menjadi ketentuan alam dan pasti akan bertsahan selamanya. Namun, sebenarnya struktur industri dan pasar cukup rapuh, satu kesalahan kecil saja sudah bisa membuat struktur berantakan. Sehingga pemimpin industri dan pasar selalu menjaga hal ini. Namun, apabila hal ini terjadi setiap orang dalam industri harus bertindak. Dalam praktiknya, mencium adanya hal kejatuhan struktur industri dan pasar harus dipantau selalu. Jika terjadi sedikit peluang, maka pelaku usaha harus sigap untuk mengambil keuntungan dari perubahan struktur industri dan pasar (Drucker, 1986).

  2.2.5. Demographic

  Masyarakat terus berubah, baik dari gaya hidup maupun dari kebutuhannya. Pelaku usaha harus terus memantau perubahan demografik pada struktur masyarakat, karena hal ini memberikan informasi peluang untuk terciptanya inovasi. Setidaknya sumber peluang inovasi dari struktur demografik diperoleh dari:

  • pekerjaan, status pendidikan dan pendapatan

  Kependudukan, meliputi jumlah penduduk, struktur usia, komposisi,

  Perubahan dalam persepsi, berkaitan dengan informasi baru ataupun gaya

  • hidup Pengetahuan baru yang sedang berkembang di masyarakat.
  • (Drucker, 1986)

  2.2.6. Change in Perception

  Pandangan orang terhadap suatu kasus ataupun gejala sosial terus berkembang. Dahulu orang tidak begitu memperdulikan terhadap isu lingkungan, tetapi saat ini orang sangat konsern dengan lingkungan, sehingga hal ini mendatangkan peluang inovasi bisnis terhadap isu lingkungan. Begitu juga pelaku usaha, harus mampu melihat adanya perubahan persepsi masyarakat terhadap isu- isu di sekitar, baik lokal maupun global. Hal ini akan mendatangkan peluang inovasi terhadap bisnis mereka (Drucker, 1986).

  2.2.7. New Knowledge

  Inovasi berdasarkan pengetahuan baru sering diidentikkan sebagai inovasi yang sebenarnya. Inovator sering sekali dianggap karena ia sudah memiliki pengetahuan terhadap bidang tersebut. Tetapi, sumber pengetahuan bukan berarti harus berasal dari dunia ilmiah, banyak informasi ataupun ilmu pengetahuan yang baru diperoleh dari lingkungan sekitar. Penggalian pengetahuan yang baru bisa berasal dari informasi / ilmu yang sudah ada sebelumnya, namun belum dimanfaatkan dengan maksimal (Drucker, 1986). Orang sudah lama mengetahui bagaimana cara mencuci, namun inovasi laundry kiloan yang membuat harga

  laundry lebih terjangkau dan bisa dipakai jasanya oleh siapapun merupakan

  pemanfaatan ilmu yang sudah ada sebelumnya, pelaku usaha tinggal menggabungkan dan menjadikannya lebih baik.

2.3. Prinsip Inovasi

  Secara medis, dokter tidak mengenal pengobatan alternatif ataupun pengobatan yang berlangsung diluar kaidah ilmiah, seperti supranatural, membaca mantra, atau memakan / minum benda-benda yang ajaib, bahkan sembuh dengan sendirinya. Namun, hal itu sering terjadi dan dokter pun mengakuinya. Hal-hal tersebut tidak dimasukkan ke dalam pengajaran kedokteran karena tidak ilmiah, sistematis, tidak dapat dicontoh dan tingkat keberhasilannya sangat kecil, cenderung bersifat personal. Sama halnya dalam inovasi, banyak orang yang sukses berinovasi bukan karena melakukannya secara sistematis, tetapi percaya kepada yang magis, keberuntungan yang selalu menaungi atau bahkan pada ide- ide yang terlintas begitu saja (flash of genius), bukan pada hasil kerja keras, karya yang terorganisir dan yang mempunya tujuan. Tetapi inovasi demikian tidak dapat ditiru dan juga tidak dapat diajarkan serta dipelajari (Drucker, 1986).

  Inovasi yang mempunyai tujuan tertentu, yang dihasilkan dari analisis, sistem dan kerja keras, kesemuanya dapat didiskusikan dan disajikan sebagai praktek inovasi. Inilah yang perlu ditampilkan, karena jelas hal ini meliputi sekurang-kurangnya 90 persen dari semua inovasi yang efektif (Drucker, 1986).

  Dalam penerapan manajemen inovasi, setelah mengetahui sumber-sumber inovasi, maka diperlukan disiplin agar inovasi bisa berjalan dan dapat diterapkan. Prinsip disiplin inovasi ini memiliki keharusan, larangan dan persyaratan yang harus dipenuhi inovator (Drucker, 1986).

  Guna mencapai tujuan, inovasi sistematik harus dimulai dengan analisa sumber-sumber peluang baru. Hal ini tergantung kepada konteks, keutamaan sumber peluang akan bergantung kepada waktu, sehingga inovator juga harus jeli dalam melihat peluang baru berdasarkan masa (timing), karena setiap waktu sumber peluang akan menawarkan hal yang berbeda-beda (Drucker, 2002).

  Inovasi adalah terapan yang bersifat konseptual dan perseptual, sehingga inovator harus keluar, melihat, bertanya dan mendengarkan fenomena yang ada disekitarnya. Inovator yang sukses menggunakan kedua sisi otaknya. Mereka mempelajari peluang apa yang bisa dikembangkan guna dijadikan inovasi.

  Mereka melihat dan mengamati setiap potensial kostumer apa harapan mereka, nilai yang mereka butuhkan dan kebutuhan mereka. Agar berjalan efektif, inovasi harus mudah dan dilakukan dengan fokus. Inovasi harus pada satu bidang, jika tidak akan membingungkan orang. Inovasi harus dimulai dari yang kecil, ini bukan merupakan perubahan yang besar. Perubahan kecil bisa membawa perubahan yang besar, sebaliknya jika perubahan dilakukan secara besar-besaran biasanya justru tidak akan efektif (Drucker, 2002).

2.4. Manajemen Inovasi

  Manajemen inovasi dapat didefinisikan sebagai perubahan dari prinsip- prinsip manajemen tradisional, proses, dan praktek atau perubahan dari bentuk- bentuk organisasi konvensional yang secara signifikan mengubah cara kerja manajemen. Sederhananya, manajemen inovasi merupakan perubahan bagaimana manajer melakukan apa yang dahulu biasa mereka lakukan. Ruang lingkup dari pekerjaan manajerial meliputi:

  Menetapkan tujuan serta menyusun rencana;

  • Memotivasi dan menyelaraskan usaha;
  • Koordinasi dan pengendalian kegiatan;
  • Menghimpun dan mengalokasikan sumber daya;
  • Mendapatkan dan menerapkan pengetahuan;
  • Membangun dan memelihara hubungan;
  • Mengidentifikasi dan mengembangkan bakat;
  • Memahami dan menyeimbangkan tuntutan konstituen luar (Hamel, 2006).
  • Dalam sebuah organisasi, salah satu cara untuk mengubah pola manajemen adalah dengan melakukan inovasi pada proses manajemen. Proses manajemen meliputi strategi perencanaan, kapitalisasi, manajemen proyek, pengukuran kinerja, pengembangan karyawan, dan manajemen sistem informasi, dimana hal-hal itu merupakan roda yang menggerakkan kerja manajemen setiap harinya. Proses manajemen membangun formula dan pelaksanaan manajerial perusahaan (Hamel, 2006).

  Selanjutnya, Hamel (2006) menyatakan bahwa perubahan manajemen tidak harus dilakukan secara radikal ataupun secara menyeluruh dalam waktu yang singkat, tetapi bersifat gradual dengan melihat dampak / akibat dari perubahan manajemen, karena perubahan manajemen yang tidak dipersiapkan dengan matang justru mendatangkan kemunduran. Translasi manajemen lama ke manajemen baru membutuhkan usaha yang lebih gigih serta waktu, di lain pihak perusahaan dihadapkan pada biaya yang juga tidak sedikit dan perhitungan keuntungan yang diraih.

2.5. Manajemen Inovasi pada Pelaku Usaha Kecil

  Pengalaman di negara-negara maju menunjukkan bahwa UKM adalah sumber dari inovasi produksi dan teknologi, pertumbuhan wirausaha yang kreatif, dan inovatif, penciptaan tenaga kerja trampil dan fleksibilitas proses produksi untuk menghadapi perubahan permintaan pasar yang cepat. Industri kecil lebih efisien dibanding industri besar dalam memenuhi permintaan pasar yang cepat. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki industri kecil tersebut sangat ditentukan oleh sejumlah faktor. Diantaranya adalah SDM, penguasan teknologi, akses informasi, pasar, output dan input (Tambunan, 2002).

  Inovasi sendiri pada awalnya lebih banyak diteliti pada perusahaan besar, kebanyakan secara tradisional dihubungkan dengan perusahaan multinasional yang besar (Vossen, 1998). Kebangkitan inovasi dari perusahaan kecil adalah relatif baru, sementara perusahaan besar mempunyai keunggulan inovasi pada modal industri yang intensif dengan skala ekonomi sedangkan perusahan kecil telah dikenali sebagai inovator penting dalam bidang teknologi tinggi seperti komputer dan bioteknologi, tetapi juga instrumen dan sektor lain (Schumpter, 1939; Acs and Audretch, 1990; Rothwell, 1991 dalam Soleh, 2008).

  Perusahaan kecil menghadapi masalah khusus dalam perumusan strategi inovasi, mereka berkaitan dengan defisiensi yang timbul karena keterbatasan sumber daya dan cakupan dari kemampuan teknologi. Resiko dalam merespon pasar dan kesempatan teknologi serta memilih tindakan yang sesuai pada waktu yang tepat (tidak terlalu awal atau terlambat) membuat strategi inovasi sebagai sebuah tantangan utama untuk manajemen mereka (Tidd dkk, 1997; Jones & Smith, 1997 dalam Soleh, 2008).

  Perusahaan kecil dan besar mempunyai peranan yang berbeda dalam aktivitas inovasi bergantung pada sumber daya dan keterampilan yang diperlukan (Rizzoni, 1991 dalam Soleh, 2008). Perusahaan kecil mempunyai sejumlah corak yang unik seperti sumberdaya yang langka, pengaruh terhadap pasar yang rendah dan komunikasi informal, yang membuat berbeda dari perusahan besar yang kemudian mengadopsi strategi inovasi yang digunakan oleh perusahaan besar (Yap & Sounder, 1994 dalam Soleh, 2008). Kekuatan dari perusahaan kecil tidak berada dalam sumberdaya (sedikitnya secara fisikal), tapi karakteristik perilaku mereka, seperti fleksibilitas dan manajemen (Vossen, 1998). Pemilihan strategi inovasi yang dilakukan perusahaan sendiri sangat bervariasi bergantung pada kondisi perusahaan dan responnya terhadap perubahan lingkungan (Damanpour, 1996 dalam Soleh, 2008).

  Karakteristik yang melekat pada perusahaan kecil dan menengah bisa merupakan kelebihan atau kekuatan yang justu menjadi penghambat perkembangannya. Kombinasi dari kekuatan dan kelemahan serta interaksi keduanya dengan situasi eksternal akan menentukan prospek perkembanganya. Secara singkat analisis kekuatan dan kelemahan perusahaan kecil dan menengah yang berkaitan dengan sumberdaya (manusia dan ekonomi) diuraikan dalam tabel berikut ini :

Table 2.2. Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Kecil dan Menengah

  No Fakto-faktor Kekuatan Kelemahan

  1 Manusia - - Motivasi yang kuat Kualitas SDM (terutama untuk mempertahankan pendidikan formal) rendah, usahanya termasuk kemampuan

  • melihat peluang bisnis

  Suplai tenaga kerja berlimpah dan upah terbatas

  • murah

  Produktivitas rendah Etos kerja dan disiplin

  • rendah
  • cenderung eksploitatif dengan tujuan mengejar target

  Penggunaan tenaga kerja

  • anggota keluarga sebagai tenaga kerja tidak dibayar

  Sering mengandalkan

  2 Ekonomi Mengandalkan sumber-

  • sumber keuangan informal yang mudah dipeoleh
  • baku lokal (tergantung pada jenis produk yang dibuat)

  Mengandalkan bahan

  • bawah yang tinggi permintaan (proporsi dari populasi paling besar

  Melayani segmen pasar

  Sumber : Sjaifudin dkk (1995) dalam Tambunan (2002)